• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N Nomor : ---/Pdt.G/2012/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "P U T U S A N Nomor : ---/Pdt.G/2012/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. putusan sebagai berikut dalam perkara antara :"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Hal 1 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

P U T U S A N Nomor : ---/Pdt.G/2012/MS-Aceh

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar’iyah Aceh yang mengadili perkara Cerai Gugat pada tingkat banding dalam persidangan Majelis Hakim telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

Pembanding, umur 62 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Kabupaten Aceh Besar, dahulu Tergugat sekarang Pembanding;

Melawan:

Terbanding, umur 33 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Kabupaten Aceh Besar, dahulu Penggugat sekarang Terbanding;

Mahkamah Syar’iyah Aceh tersebut;

Telah mempelajari berkas perkara dan semua surat yang berhubungan dengan perkara ini;

TENTANG DUDUKPERKARANYA

Mengutip segala uraian tentang hal ini sebagaimana termuat dalam Putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth, tanggal 10 Januari 2012 M. bertepatan dengan tanggal 16 Shafar 1433 H. yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;

2. Menyatakan sah perkawinan Penggugat dengan Tergugat yang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2007 di Kabupaten Aceh Besar;

(2)

Hal 2 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

3. Menjatuhkan talak satu ba’in shughra Tergugat terhadap Penggugat;

4. Menetapkan 2 (dua) orang anak masing-masing bernama xxxx, lahir tanggal 17 Februari 2007 dan xxxxx, lahir tanggal 17 Juni 2008, berada di bawah asuhan (hadhanah) Penggugat selaku ibunya;

5. Menghukum Tergugat untuk menanggung nafkah kedua orang anak tersebut pada poin 4 di atas dan diberikan melalui Penggugat, sejumlah Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) setiap bulan sampai anak-anak tersebut dewasa atau mandiri;

6. Memerintahkan Panitera Mahkamah Syar’iyah Jantho untuk mengirimkan salinan putusan ini setelah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar;

7. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.

241.000,- (dua ratus empat puluh satu ribu rupiah);

Membaca akta pernyataan banding yang dibuat oleh Panitera Mahkamah Syar’iyah Jantho bahwa Pembanding pada tanggal 12 Januari 2012 telah mengajukan permohonan banding atas putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth, tanggal 10 Januari 2012 M. bertetapan dengan tanggal 16 Shafar 1433 H. permohonan banding mana telah diberitahukan kepada pihak lawannya pada tanggal 16 Januari 2012;

Memperhatikan memori banding Pembanding tanggal 8 Februari 2012 dan Terbanding tidak mengajukan kontra memori banding sesuai dengan surat keterangan Panitera Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor:

210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 14 Februari 2012;

(3)

Hal 3 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan banding dalam perkara ini telah diajukan oleh Pembanding dalam tenggang waktu dan menurut cara-cara sebagaimana ditentukan undang-undang, maka permohonan banding tersebut dinyatakan dapat diterima;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh setelah memeriksa dan mempelajari dengan seksama berkas perkara banding a quo, berpendapat bahwa atas dasar apa yang telah dipertimbangkan Judex Factie tingkat pertama dalam memutuskan perkara ini sudah benar dan memenuhi syarat serta ketentuan hukum, karenanya pertimbangan tersebut diambil alih sebagai pertimbangan Majelis Hakim Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh dalam menguatkan putusan perkara ini;

Menimbang, bahwa Tergugat/Pembanding sesuai dengan memori bandingnya tanggal 9 Februari 2012, intinya keberatan terhadap putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth.

tanggal 10 Januari 2012 Miladiyah bertepatan dengan tanggal 16 Shafar 1433 Hijriyah, baik pertimbangan hukum maupun amar putusannya yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa, Majelis Hakim Mahkamah Syar’iyah Jantho telah salah dalam menerapkan hukum atau dalam menerapkan hukum telah tidak sebagaimana mestinya menurut undang-undang, atau telah terjadi pertentangan hukum antara posita dan petitum dengan petitum lainnya, maka oleh karena itu pertimbangan hukum dan putusan tersebut patut dibatalkan menurut hukum, karena telah tidak memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum bagi Tergugat/Pembanding tersebut;

(4)

Hal 4 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

- Bahwa, pertimbangan hukum halaman ke13 dan ke14 telah salah dalam menerapkan hukum mengenai adanya permohonan Istbat Nikah, karena dalam posita gugatan tidak pernah mendalilkan adanya permohonan oleh Penggugat/Terbanding, sehingga secara aturan hukum antara posita dan petitum tidak saling satu kesatuan, namun dalam hal ini Mahkamah Syar’iyah Jantho dalam putusan Nomor:

210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 telah salah dalam menerapkan hukum, karena apa yang didalilkan oleh Penggugat/

Terbanding tidak pernah menguraikan adanya penetapan/permohonan Istbat Nikah sebagaimana yang ditentukan dalam hukum acara perdata tersebut;

- Bahwa, terhadap putusan ini Mahkamah Syar’iyah Jantho dalam putusan Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 pada halaman ke 16 mengenai mengadili antara isi petitum ke 2 mengenai “Menyatakan sah perkawinan Penggugat dengan Tergugat yang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2007 di Kabupaten Aceh Besar” dan petitum ke 6 “Memerintahkan Panitera Mahkamah Syar’iyah Jantho untuk mengirimkan salinan putusan ini setelah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar” adalah telah salah dalam menerapkan aturan hukum perkawinan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang berlaku;

- Bahwa, perkawinan antara Penggugat dan Tergugat/Pembanding sebagaimana dalam gugatan yang diajukan ke Mahkamah Syar’iyah Jantho tertanggal 28 September 2011, adalah perkawinan di bawah tangan (siri) bukan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, sehingga acara aturan hukum yaitu

(5)

Hal 5 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

Kompilasi Hukum Islam (KHI) terhadap putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 telah bertentangan dengan pasal 6 dan pasal 7 Kompilasi Hukum Islam (KHI);

- Bahwa, secara aturan hukum terhadap putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 wajib terlebih dahulu memutuskan Itsbat Nikah untuk membuktikan tentang perkawinan adalah sah atau tidak atau benar secara hukum telah terjadi perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) huruf (a) dari Kompilasi Hukum Islam (KHI) yaitu: ayat (3) Itsbat Nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan huruf (a), adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;

- Bahwa, terhadap penerapan hukum pasal Kompilasi Hukum Islam (KHI) tersebut, Mahkamah Syar’iyah Jantho telah tidak melaksanakan terlebih dahulu Putusan Sela tentang sahnya perkawinan tersebut, sehingga secara hukum proses persidangan harus dan wajib dibuka kembali persidangan gugatan cerai untuk menentukan terlebih dahulu sahnya perkawinan tersebut, sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 6 Kompilasi Hukum Islam (KHI), mengenai ketentuan tentang tata cara perkawinan, baik mengenai pemeriksaan saksi-saksi adanya perkawinan maupun saksi-saksi dasar gugatan perceraian dan saksi- saksi mengenai hak asuh anak yang diajukan oleh pihak Penggugat/Terbanding tersebut;

- Bahwa, dibukanya kembali persidangan mengenai tata cara perkawinan karena saksi-saksi yang diajukan oleh Penggugat/

(6)

Hal 6 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

Terbanding dalam persidangan belum dapat membuktikan adanya perkawinan anatara Peggugat dan Tergugat, sehingga antara keterangan saksi-saksi mengenai gugatan perceraian dan keterangan adanya pernikahan tidak terarah dan tidak menerangkan kenyataan hukum yang sebenarnya telah terjadi perkawinan antara Pengugat dan Tergugat tersebut, sehingga berdampak dalam hal-hal pengasuhan anak;

- Bahwa, saksi-saksi yang diajukan oleh Penggugat/Terbanding telah bertentangan dengan hukum acara perdata, karena mengenai Istbat Nikah, saksi-saksi yang diminta keterangannya adalah saksi-saksi yang tidak mempunyai hubungan darah atau tidak mempunyai hubungan keluarga atau tidak mempunyai ikatan perkawinan dengan Penggugat dan Tergugat tersebut, akan tetapi terhadap perkara putusan Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 telah terjadi pertentangan hukum mengenai pembuktian saksi-saksi tersebut;

- Bahwa, terhadap hak pengasuhan anak sebagaimana dalam petitum ke 4 halaman ke 16, Tergugat/Pembanding telah membantah bila Penggugat/Terbanding tidak cakap menurut hukum untuk mengasuh anak-anak karena Tergugat/Pembanding telah menyatakan secara tegas menolak diasuh oleh Penggugat/Terbanding, karena moral Penggugat tidak sesuai dengan keadaan dan jiwa seorang ibu, dimana Terbanding/Penggugat telah mengakui secara tegas dalam persidangan yaitu Penggugat/Terbanding telah menikah dengan pria lain sedangkan Penggugat/Terbanding masih dalam status isteri Pembanding/Tergugat sebagaimana yang diajukan bukti surat pernyataan tertanggal 30 Juni 2010 dan terhadap bukti surat ini tidak

(7)

Hal 7 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

dipertimbangkan sebagai bukti surat dan telah mengenyampingkan dari isi putusan tersebut;

- Bahwa, terhadap hak Tergugat/Pembanding untuk mengajukan alat bukti saksi-saksi mengenai hak asuh anak tidak diberikan hak yang seimbang oleh Majelis Hakim yang mengadili perkara perdata Nomor:

210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012, karena langsung memutuskan perkara setelah pemeriksaan gugatan perceraian persoalan perkawinan atau persoalan rumah tangga tersebut;

- Bahwa, terhadap tata cara pemeriksaan oleh Mahkamah Syar’iyah Jantho dalam memutuskan perkara Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth.

tanggal 10 Januari 2012 telah bertentangan dengan hukum acara perdata karena menyangkut hak Tergugat/Pembanding tidak diberikan kesempatan untuk membuktikan jawabannya tersebut, sehingga patut dibuka kembali persidangan secara sah menurut hukum menyangkut dengan jawaban dari Tergugat/Pembanding keberatan hak asuh anak diasuh oleh Penggugat/Terbanding tersebut;

- Bahwa, berdasarkan uraian dan alasan tersebut di atas maka terhadap pertimbangan hukum putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho perkara Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 telah salah dalam menerapkan hukum atau dalam menerapkan hukum telah tidak sebagaimana mestinya menurut undang-undang, maka pertimbangan hukum dan putusan tersebut patut dibatalkan menurut hukum, sehingga oleh karena itu alasan memori banding Tergugat/

Pembanding patut diterima menurut hukum dan mohon membatalkan atau membuka kembali persidangan secara sah menurut hukum terhadap putusan yang dimohonkan banding oleh Tergugat/

Pembanding tersebut;

(8)

Hal 8 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

Menimbang, bahwa Penggugat/Terbanding berdasarkan surat keterangan Panitera Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/

MS-Jth. tanggal 14 Februari 2012 menerangkan bahwa Terbanding belum mengajukan Kontra Memori Banding di Kepaniteraan Mahkamah Syar’iyah Jantho terhadap putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor:

210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 dan ternyata sampai Majelis Hakim tingkat banding menyidangkan perkara ini Penggugat/

Terbanding tidak mengajukan kontra memori bandingnya;

Menimbang, bahwa setelah mempelajari dan meneliti berkas perkara yang dimintakan banding dan setelah mempelajari putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 Miladiyah bertepatan dengan tanggal 16 Shafar 1433 Hijriyah, Majelis Hakim tingkat banding akan memberi pertimbangan seperti dibawah ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan dari hasil pertimbangan Majeis Hakim tingkat pertama dalam perkara ini, Majelis Hakim tingkat banding telah menemukan fakta yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa, Peggugat/Terbanding dan Tergugat/Pembanding adalah suami isteri yang sah, walaupun mereka menikah secara siri (dibawah tangan), tetapi keterangan saksi-saksi Penggugat/Terbanding di depan persidangan terpenuhi rukun-rukun nikah;

- Bahwa, Majelis Hakim tingkat pertama telah berupaya mendamaikan Peggugat/Terbanding dengan Tergugat/Pembanding maupun melalui proses mediasi sebagaimana diamanatkan oleh pasal 82 Undang- Undang Nomor: 7 Tahun 1989 dan Peraturan Mahkamah Agung RI

(9)

Hal 9 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

Nomor: 1 Tahun 2008, namun tidak berhasil (vide BAP sidang ke II tanggal 25 Oktober 2011, hal.3);

- Bahwa, Peggugat/Terbanding telah pisah tempat tinggal dengan Peggugat/Terbanding selama + 3 tahun, dan selama pisah tersebut tidak ada lagi komunikasi antara Peggugat/Terbanding dengan Tergugat/Pembanding;

- Bahwa, selama pisah tersebut antara Peggugat/Terbanding dengan Tergugat/Pembanding tidak lagi melakukan kewajiban masing-masing;

Menimbang, bahwa keberatan yang diajukan oleh Tergugat/

Pembanding dalam memori bandingnya dapat dipertimbangkan sebagai berkut:

Menimbang, bahwa salah satu alasan perceraian adalah antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga, sesuai pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor: 9 Tahun 1975;

Menimbang, bahwa dari fakta sebagaimana telah diuraikan di atas, Majelis Hakim tingkat banding berpendapat bahwa apabila terjadi perselisihan antara suami isteri dan telah diupayakan damai tetapi tidak berhasil, kemudian terbukti pisah tempat tinggal, maka hal tersebut sebagai indikator kuat terpenuhinya alasan perceraian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor:

9 Tahun 1975, dan sesuai pula dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: 273/K/1998 tanggal 17 Maret 1999 yag menyatakan bahwa pertengkaran, hidup berpisah tidak dalam satu tempat kediaman bersama/berpisah tempat tidur, salah satu pihak tidak berniat meneruskan kehidupan bersama dengan pihak lain merupakan fakta yang cukup

(10)

Hal 10 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

memenuhi alasan suatu perceraian, dan mempertahankan rumah tangga yang demikian itu adalah sia-sia;

Menimbang, bahwa Tergugat/Pembanding dalam memori bandingnya tertanggal 9 Februari 2012 keberatan dengan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 dengan alasan Majelis Hakim telah salah dalam menerapkan hukum atau dalam menerapkan hukum telah tidak sebagaimana mestinya menurut undang-undang atau telah terjadi pertentangan hukum antara Posita dan Petitum (maksudnya hubungan hukum antara perkawinan dan perceraian).

Maka dalam hal ini Majelis Hakim tingkat banding berpendapat bahwa Majelis Hakim tingkat pertama telah tepat dalam menerapkan hukum karena telah sesuai dengan maksud pasal 14 Kompilasi Hukum Islam dan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 dan pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam sesuai dengan yang ada dalam kitab Al Anwar juz II halaman 146 yang diambil alih oleh Majelis Hakim tingkat banding dalam pertimbangan ini yang menyatakan:

Artinya : Jika seorang perempuan mengaku telah dinikahi oleh seorang laki-laki maka dapatlah diterima pengakuannya itu baik yang berhubungan dengan penuntutan hak-haknya seperti makan, nafkah dan warisan atau yang tidak ada hubungan dengan itu.

karenanya keberatan-keberatan Tergugat/Pembanding tidak beralasan maka harus dikesampingkan;

Menimbang, bahwa mengenai Tergugat/Pembanding keberatan masalah nafkah 2 (dua) orang anak yang akan datang sampai anak dewasa/mandiri, menurut Majelis Hakim tingkat banding putusan Majelis

(11)

Hal 11 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

Hakim tingkat pertama telah tepat, karena keberatan Tergugat/

Pembanding tidak beralasan maka harus dikesampingkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh berpendapat bahwa putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor: 210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 M. bertepatan dengan tanggal 16 Shafar 1433 H. tersebut di atas sudah tepat dan benar sehingga harus dikuatkan;

Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini termasuk bidang perkawinan, sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang- Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama, maka biaya perkara di tingkat banding dibebankan kepada Pembanding;

Mengingat pada Pasal-Pasal dari Peraturan Perundang- undangan serta ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini;

M E N G A D I L I

Menyatakan permohonan banding dari Pembanding dapat diterima;

Menguatkan Putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor:

210/Pdt.G/2011/MS-Jth. tanggal 10 Januari 2012 M. bertepatan dengan tanggal 16 Shafar 1433 H;

Menghukum Pembanding membayar biaya perkara di tingkat banding sejumlah Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh pada hari Rabu tanggal 11 April 2012 Miladiyah bertepatan dengan tanggal 19 Jumadil Awal 1433 Hijriyah oleh kami Dra. Masdarwiaty, M.A., Hakim Tinggi yang ditunjuk sebagai Ketua Majelis, Drs. A. Mu’thi, M.H., dan Drs. Asri Damsy, S.H., masing-masing

(12)

Hal 12 dari 12 hal Put. No. 16/Pdt.G/2012/MS-Aceh

sebagai Hakim Anggota dan putusan ini diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis yang didampingi para Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Dra. Zakiah sebagai Panitera Pengganti tanpa dihadiri pihak-pihak yang berperkara;

Hakim Anggota: Ketua Majelis

dto dto

DRS. A. MU’THI, M.H. DRA. MASDARWIATY, M.A.

dto

DRS. ASRI DAMSY, S.H.

Panitera Pengganti

dto DRA. ZAKIAH

Perincian Biaya Banding :

1. Materai ... Rp. 6.000,- 2. Redaksi ... Rp. 5.000,- 3. Leges ... Rp. 5.000,- 4. Biaya Proses ... Rp.134.000,- J u m l a h ... Rp.150.000,-

---(seratus lima pulu ribu rupiah)--- Untuk salinan yang sama bunyinya

Banda Aceh, 10 Mei 2012 Wakil Panitera,

dto

DRS. MUHAMMAD YUSUF, SH

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pembelajaran peserta didik pada umumnya hanya mengandalkan guru, buku paket (buku fisika) dan LKS sebagai sumber belajar. Dari hasil pengamatan peneliti

Perincian perubahan kebijakan/kesalahan mendasar, koreksi ekuitas yang berasal dari akumulasi penyusutan sampai dengan tahun 2014 per SKPD tersaji pada tabel di bawah

Melaksanakan bimbingan Belajar Bahasa Indonesia untuk siswa kelas V SD Dusun Jambu 4 x 50” E Terlaksana Tanggal : 5,4,6,8 Februari 2017 JKEM Subbidang Bimbingan Belajar

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memeberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun

Sehingga kekelirua yang paling sering dilakukan dalam menyelesaikan soal operasi hitung pengurangan pada peserta didik di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pauh Kota Padang adalah

Program doktor (S3) Prodi Pendidikan Geografi PPs UM bertujuan: (1) menghasilkan ilmuwan profesional dalam bidang pendidikan geografi yang mampu menjadi peneliti dan pengembang

Indonesia dihadir (telepon pintar) yang mana fitur didalamnya menggabungkan antara telepon dengan teknologi yang ada di dalam PC sehingga dalam satu

1) Tersedianya hasil-hasil penelitian dan pengembangan, kajian serta telaahan strategis di bidang pemerintahan dalam negeri dan otonomi daerah sebagai bahan masukan bagi