• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI DI BLUD PUSKESMAS BANDAR PETALANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI DI BLUD PUSKESMAS BANDAR PETALANGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

99 ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

DI BLUD PUSKESMAS BANDAR PETALANGAN

Nopianto

STIKes Tengku Maharatu

*e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Puskesmas Bandar Petalangan merupakan salah satu Puskesmas terendah dalam cakupan imunisasi di Kabupaten Pelalawan yaitu hanya 42,3% di tahun 2020. Adapun berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pemegang program Imunisasi di Puskesmas Bandar Petalangan, diketahui selama pandemi ini pelaksanaan imunisasi cukup terganggu, karena kehadiran masyarakat yang menurun, petugas yang memiliki beban kerja ganda (double job) membuat pelaksanaan imunisasi belum maksimal. Jenis penelitian ini kualitatif dengan wawancara mendalam yang dilakukan pada bulan Agustus 2021. Subjek penelitian berjumlah 6 orang yaitu Kepala Puskesmas, koordinator imunisasi, pelaksana imunisasi, kader posyandu dan ibu yang memiliki balita yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian diketahui pelaksanaan progam imunisasi di Puskesmas Bandar Petalangan sudah berjalan, namun masih terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaanya, terbatasnya jumlah tenaga yang terlibat dalam pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Bandar Petalangan, adanya beberapa sarana pendukung yang belum dimiliki Puskesmas Bandar Petalangan dalam menunjang pelaksanaan progam imunisasi serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi tidak dilakukan secara rutin. Disarankan kepada pihak Puskesmas perlu dilakukan upaya monitoring dan evaluasi secara rutin dalam mengetahui faktor penghambat terkait pelaksanaan imunisasi.

Kata Kunci : Puskesmas, Sarana, Imunisasi

ABSTRACT

Puskesmas Bandar Petalangan is one of the lowest Puskesmas in immunization coverage in Pelalawan Regency, which is only 42.3% in 2020. Based on the results of interviews conducted with the Immunization program holders at the Bandar Petalangan Health Center, it is known that during this pandemic the implementation of immunization was quite disrupted, due to the presence of declining population, officers who have a double workload (double job) make the implementation of immunization not maximized. This type of research is qualitative with in-depth interviews conducted in August 2021. The research subjects were 6 people, namely the Head of the Puskesmas, immunization coordinator, immunization implementers, posyandu cadres and mothers with toddlers who were selected using the purposive sampling method. The results of the study revealed that the implementation of the immunization program at the Bandar Petalangan Health Center had been running, but there were still various obstacles in its implementation, the limited number of personnel involved in the implementation of immunization at the Bandar Petalangan Health Center, the existence of several supporting facilities that were not owned by the Bandar Petalangan Health Center in supporting the implementation of the immunization program and the implementation of

(2)

100 monitoring and evaluation is not carried out routinely. It is suggested to the Puskesmas that monitoring and evaluation efforts should be carried out on a regular basis in order to find out the inhibiting factors related to the implementation of immunization.

Keywords : Health Center, Facilities, Immunization

PENDAHULUAN

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan imunisasi dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan kematian akibat penyakit-penyakit seperti Cacar, Polio, Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada kanker hati, Difteri, Campak, Rubela dan Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat Rubela (Congenital Rubella Syndrom/CRS), Tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir, Pneumonia (radang paru), Meningitis (radang selaput otak), hingga Kanker Serviks yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (Kemenkes RI, 2017)

Laporan Riset Kesehatan dasar tahun 2018, diketahui cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan sebesar 57,9%. Adapun target Renstra mengenai cakupan Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 93% pada tahun 2019 (Kemenkes, 2017b).

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Provinsi Riau tahun 2018 sebesar 71%, mengalami peningkatan menjadi 73% tahun 2019. Adapun cakupan imunisasi Kabupaten

Pelalawan pada tahun 2018 sebesar 89%, mengalami peningkatan tahun 2019 menjadi 91% dan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2020 sebesar 65%. Hal ini tidak terlepas dari adanya pandemic COVID-19 (Dinkes Riau, 2019).

Program pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT- HB-Hib, empat kali imunisasi polio, dansatu kali imunisasi campak. (Mulyani, 2018).

Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan, imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu, imunisasi DPT-HB-Hib pada bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan dengan interval minimal empat minggu; dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan menunjukkan cakupan tiap jenis imunisasi yaitu HB-0, BCG, polio empat kali (polio 4), DPTHB kombo tiga kali (DPT-HB 3), dan campak (Kemenkes RI, 2010).

Pelaksanaan imunisasi puskesmas merupakan unsur yang sangat penting dalam pelayanan imunisasi mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dalam keberhasilan program imunisasi yaitu

(3)

101 tercapainya UCI secara merata di tingkat

desa. Pelayanan imunisasi dilakukan di puskesmas dan lapangan (posyandu). (IDAI, 2014). Hasil pelayanan imunisasi di puskesmas maupun di lapangan (posyandu) direkapitulasi oleh jurim (juri imunisasi) dan hasil ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai hasil cakupan pelayanan imunisasi dari suatu wilayah kerja. Jurim selain sebagai koordinator imunisasi puskesmas yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program imunisasi di puskesmas (Kemenkes RI, 2010).

Pelaksanaan imunisasi yang baik didukung oleh manajemen yang baikmeliputi perencanaan merupakan kegiatan inti karena semua kegiatan diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. (Proverawati, 2010).

Dengan perencanaan itu memungkinkan untuk para pengambil keputusan menggunakan sumber daya secara berhasil gunadan berdaya guna. (IDAI, 2011).

Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan demi masa depan yang baik.

(Maryunani, 2010). Kegiatan perencanaan dalampelaksanaan imunisasi ini meliputi menentukan jumlah sasaran, perencanaan kebutuahan logistik, serta perencanaan pendanaan, selanjutnya dilakukan pelaksanaan meliputi persiapan petugas,

persiapan vaksin dan peralatan rental vaksin, persiapan auto disable syring, persiapan masyarakat, pemberian pelayananimunisasi.

Yang kemudian kegiatan program kesehatan imunisasi dasar lengkapini dilakukan dengan monitoring dan evaluasi untuk menentukan nilai atau jumlahkeberhasilan dari usaha pencapaian suatu kegiatan yaitu imunisasi dasar lengkap (Marimbi, 2015).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab rendahnya cakupan Imunisasi Dasar Lengkap sangat berkaitan dengan pola perilaku kesehatan yang ada di masyarakat. Faktor penyebab rendahnya imunisasi dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perilaku Lawrence Green, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pemudah (Predisposing factors) yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, jumlah anak, pendapatan maupun pekerjaan ibu, faktor pemungkin (enabling factors) yang meliputi sarana dan prasarana seperti keterjangkauan fasilitas pelayanan tempat imunisasi seperti Puskesmas dan Posyandu.

dan faktor penguat (Reinforcing factors) seperti dukungan keluarga, peran tenaga kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian lainnya yaitu yang dilakukan Sari, (2015). mengenai makna layanan kesehatan bayi dan balita dalam pelaksanaan Posyandu sebagai sarana di masa Pandemi Covid-19 diketahui selama

(4)

102 pandemi Covid-19 cukup mengganggu

pelaksanaan imunisasi pada bayi dan balita, namun posyandu tetap terselenggara setiap bulan dan sesuai jadwal, sehingga kader dan Pembina posyandu untuk lebih kreatif dalam pelayanan karena masa pandemic kehadiran masyarakat sangat menurun.

Berdasarkan penelusuran dokumen, diketahui jika dibandingkan dengan Puskesmas lainnya di Kabupaten Pelalawan.

Puskesmas Bandar Petalangan merupakan salah satu Puskesmas terendah dalam cakupan imunisasi di Kabupaten Pelalawan yaitu hanya 42,3% di tahun 2020 (Dinkes Pelalawan, 2019)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pemegang program Imunisasi di Puskesmas Bandar Petalangan, diketahui selama pandemi ini pelaksanaan imunisasi cukup terganggu, karena kehadiran masyarakat yang menurun pada masa pandemi ini, petugas yang memiliki beban kerja ganda (double job) membuat pelaksanaan imunisasi belum maksimal.

Selanjutnya ada keterlambatan pencairan dana operasional membuat beberapa kegiatan penunjang dalam pelaksanaan imunisasi terganggu dan peran kader yang belum maksimal turut mempengaruhi cakupan imunisasi. Berdasarkan beberapa permasalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Manajemen Program Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah Kerja BLUD

Puskesmas Bandar Petalangan Kabupaten Pelalawan Tahun 2021.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pada bulan Agustus tahun 2021 di Puskesmas Bandar Petalangan Kabupaten Pelalawan.

Jenis dan Metode Pengambilan Data Penelitian bersifat kualitatif. Adapun metode pengambilan data menggunakan pedoman wawancara kepada 6 orang informan, yaitu Kepala Puskesmas, koordinator imunisasi, pelaksana imunisasi, kader posyandu dan ibu yang memiliki balita yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling

Metode Analisis

Adapun metode analisis dilakukan secara deskriptif menggunakan reduksi data dan trianggulasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan SDM

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap 3 orang informan yaitu Kepala Puskesmas, Koordinator imunisasi, pelaksana imunisasi, diketahui pelaksanaan kegiatan imunisasi sudah memiliki tim pelaksana imunisasi yang terdiri pelaksana imunisasi, koordinator imunisasi, dan kader yang membantu kegiatan imunisasi di Posyandu. Dalam pengembangan kapasitas sudah pernah dilakukan pelatihan

(5)

103 pelaksanaan imunisasi. Jumlah tenaga yang

terlibat dalam pelaksanaan imunisasi masih terbatas, menurut pengakuan informan.

Adanya beban kerja ganda tim pelaksana imunisasi juga terlibat dalam pelaksanaan vaksinasi.

Selanjutnya Pelatihan tim yang terlibat dalam pelaksanaan imunisasi sudah pernah dilakukan. Secara teori, hasil penelitian belum sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014, dimana tersedianya tenaga kesehatan yang cukup merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu program. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan yang untuk jenis tertetu memerlukan kewenagan untuk melakukan upaya kesehatan. (Muninjaya, 2011). Manusia merupakan aset utama organisasi dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Tenaga kesehatan kurang terampil menjadi salah satu penyebab pekerjaan tidak terselesaikan secara optimal. Sumber daya manusia sangat penting dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. (Machsun, 2018). Sumber daya manusia diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan program imunisasi yang berhubungan dengan hasil dari program imunisasi. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian, SDM yang masih terbatas dalam pelaksanaan imunisasi

di Puskesmas Bandar Petalangan diikutsertakan jika ada pelatihan. Menurut Kemenkes RI, (2013), salah satu upaya untuk meningkatan kompetensi pelaksana program dapat dilakukan melalui pelatihan. Pelatihan digunakan sebagai metode untuk meningkatkan kualitas aparatur yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku aparatur kesehatan ke arah yang positif.

Adapun asumsi peneliti, pelaksanaan imunisasi di BLUD Puskesmas Bandar Petalangan belum terlaksana secara efektif disebabkan masih terbatasnya sumber daya manusia/ petugas puskesmas. Adanya beban kerja ganda selain sebagai pelaksana imunisasi, petugas juga sebagai tim vaksinasi covid-19.

Ketersediaan Biaya Operasional

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap 3 orang informan yaitu Kepala Puskesmas, Koordinator imunisasi, pelaksana imunisasi, diketahui anggaran dalam pelaksanaan imunisasi bersumber dari dana BOK.

Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berbeda- beda pada tiap tingkat administrasi yaitu tingkat pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat provinsi bersumber dari APBN dan APBD

(6)

104 provinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber

dari APBN dan APDB kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). (Maharani, 2020). Pendanaan ini dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat miskin dan lainnya. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkesinambungan memegang peranan yang penting untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan dari pembangunan disuatu negara adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses serta pelayanan yang berkualitas. Oleh karena itu, kebijakan kesehatan disuatu Negara seharusnya memberikan focus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan efektifitas dari pembiayaan kesehatan itu sendiri (Siswanto, 2011).

Adapun asumsi peneliti, pelaksanaan imunisasi di BLUD Puskesmas Bandar Petalangan dapat berjalan karena didukung biaya operasional yang memadai. Diketahui anggaran bersumber dari Bantuan Operasional Khusus (BOK).

Ketersediaan Sarana Prasarana

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap 3 orang informan yaitu Kepala Puskesmas, Koordinator imunisasi, pelaksana imunisasi, diketahui Sarana

prasarana pendukung dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi belum. Lengkap. Terdapat 1 pustu yang belum memiliki lemari pendingin.

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil dan kegiatan imunisasi.

Kondisi sarana dan prasarana yang baik, lengkap berkualitas dan jumlahnya yang mencukupi akan membantu petugas dalam melaksanakan pekerjaannya. Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan organisasi kerja. Yaitu seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah peralatan pembantu atau juga peralatan utama, kedua alat tersebut berfungsi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Menurut asumsi peneliti, Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil dan kegiatan imunisasi.

kondisi sarana dan prasarana yang baik.

Lengkap berkualitas dan jumlah nya yang mencukupi akan membantu petugas dalam melaksanakan pekerjaannya.

KESIMPULAN DAN REKOMENDAS KEBIJAKAN

(7)

105 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab hasil penelitian dan bab pembahasan, maka dengan ini peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia atau petugas kesehatan yang belum memadai karena disebabkan beban kerja ganda, dimana petugas selain sebagai pelaksana imunisasi juga sebagai tim vaksinasi.

2. Ketersediaan biaya operasional cukup memadai yang bersumber dari dana BOK Puskesmas

3. Ketersediaan sarana prasarana secara umum cukup memadai, namun masih terdapat beberapa pustu yang belum memiliki lemari es sebagai tempat penyimpanan vaksin

Saran

1. Bagi Puskesmas Bandar Petalangan a. Terkait terbatasanya SDM, diharapkan

pihak Puskesmas dapat

memaksimalkan peran kader dalam mendukung pelaksanaan imunisasi dengan melakukan rapat koordinasi serta pemberian reward bagi kader dengan kinerja yang cukup baik

b. Terkait adanya sarana yang tidak dimiliki pustu dalam pelaksanaan imunisasi, diharapkan pihak puskesmas dapat berkoordinasi lebih lanjut dengan Dinas

Kesehatan terkait pemenuhan sarana pendukung pelaksanaan imunisasi

2. Bagi STIKes Tengku Maharatu

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan sumber bacaan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan variabel yang berbeda

DAFTAR PUSTAKA

dinkes Riau (2019) Profil Kesehatan Provinsi Riau. Pekanbaru.

Idai (2011) Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014) Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Pt.

Kompas Media Nusantara.

Kemenkes, R. (2017a) ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisiasi.’

Kemenkes, R. (2017b) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta.

Kemenkes Ri (2010) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 482/Menkes/Sk/Iv/2010 Tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization 2010- 2014 (Gain Uci 2010-2014). Jakarta.

Kesehatan, M. (2013) ‘Riset Kesehatan

(8)

106 Dasar (Riskesdas)’, Kemenkes Ri.

Machsun (2018) ‘Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Desa Mangunrejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri Tahun 2018’.

Maharani, R. (2020) ‘Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Imunisasi Dasar Lengkap Untuk Mencapai Desa Universal Child Immunization (Uci) Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Tahun 2019’, Menara Ilmu, Xiv.

Marimbi, H. (2015) Tumbuh Kembang, Status Gizi, Dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maryunani, A. (2010) Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Tim.

Mulyani, S. (2018) Pengetahuan Ibu Tentang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Muninjaya, A. (2011) Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Egc.

Notoatmodjo, S. (2012) Dasar-Dasar Promosi Kesehatan.

Pelalawan, D. K. K. (2019) ‘Profil Kesehatan Kabupaten Pelalawan Tahun 2018.Pdf’, Journal Of Chemical Information And Modeling, P. 556.

Available At:

Https://Www.Kemkes.Go.Id/Resources /Download/Pusdatin/Profil-Kesehatan-

Indonesia/Profil_Kesehatan_2018_1.Pd f.

Proverawati, A. Ci. S. D. A. (2010) Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sari, D. N. I. (2015) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan’, Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 53(9), pp. 1689–1699. Available at:

http://publications.lib.chalmers.se/recor ds/fulltext/245180/245180.pdf%0Ahttp s://hdl.handle.net/20.500.12380/245180

%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jsames.

2011.03.003%0Ahttps://doi.org/10.101 6/j.gr.2017.08.001%0Ahttp://dx.doi.org /10.1016/j.precamres.2014.12.

Siswanto (2011) Pengantar Manajemen.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian dipilih

Bahan yang digunakan adalah kedelai kuning varietas Anjasmoro didapat dari Balitkabi yang dikecambahkan, gula pasir, dan maltodekstrin. Untuk analisis kadar proksimat meliputi..

Guru membuat kesepakatan dengan peserta didik terkait kegiatan yang akan dilakukan (termasuk di dalamnya tentang pembagian kelompok kerja peserta didik)..

Global carrying capacity (environmental space) is limited, and even present levels of resource consumption need to be reduced to ecologically sustainable levels.. While

Pada akhirnya media pembelajaran Fisika berbasis web ini akan diaplikasikan pada siswa Sekolah Menengah Atas untuk menjadi media penghubung antara guru dengan siswa yang dalam hal

Histogram pertumbuhan jumlah akar dan panjang akar tanaman jahe emprit setelah perlakuan pupuk kotoran kuda pada dosis yang berbeda... histogram pertumbuhan

Analisis Pengaruh Keberadaan PLTN pada Keandalan Sistem Kelistrikan Jawa Barat dengan Mempertimbangkan Loss Of Load

Jika nilai r hitung > r tabel , maka butir item pernyataan valid. Pada angket persepsi mahasiswa tentang keterampilan mengajar dosen,. terdapat 31 butir item pernyataan