• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Dakwah

Banyak para ahli yang memberikan definisi dakwah islam baik secara etimologi (bahasa) maupun secara istilah. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dalam memberikan definisi dakwah islam namun pada intinya adalah sama yaitu mengindikasikan kepada suatu upaya untuk mengajak orang lain agar berubah yaitu perubahan tingkah laku yang jelek kepada tingkah laku yang baik. Upaya tersebut banyak dilakukan oleh para pelaku dakwah sebagaimana lazimnya tabligh atau ceramah yang dilakukan oleh para kiyai di atas mimbar.

Pengertian ini sesuai dengan asal kata dakwah yang berasal dari bahasa arab yaitu dari kata da’a, yad’u yang berati panggilan, ajakan atau seruan.(Aep Kusnawan, 2004 : 7)

Secara Etimologis, Dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a yad’u da’wan, du’a yang diartikan sebagai mengajak/ menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan.

Istilah dakwah sering diberi arti yang sama dengan istilh-istilah tabligh, amar ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idhoh hasanah, tabsyir, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khotbah. (skripsi Titin, “Adat dalam Persepektif Dakwah” : 2014).

Betapa pun definisi-definisi banyak redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan dakwah merupakan aktifitas dan upaya untuk mengubah manusia, lebih dari itu, istilah dakwah mencakup pengertian antara lain :

1. Dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan agama islam.

2. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja.

3. Dakwah adalah suatu aktifitas yang pelaksanaanya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode.

4. Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhoan Allah.

5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran islam menjadi

15

(2)

sesuai dengan tuntunan syariat untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

(M.Munir dan Wahyu ilahi, 2009: 21)

Begitu juga diantara hakikat dakwah islam yang di contohkan oleh Rosulullah SAW dan para sahabatnya adalah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umat baik di dunia di akhirat, dengan bernamakan islam, berpedoman pada Alqur’an dan Sunnah. Tujuan dari hakikat itu baru dapat dirasakan dan dinikmati bila seseorang bersedia menerima islam, dalamarti meyakini kebenaran aqidah dan syari’at islam serta menjadikannya sebagai pedoman hidupnya. Dan tentunya, selain mewujudkan itu bahwa hakikat dakwah juga ingin memberikan konstribusi perbaikan terutama pada tiga pokok penting, yaitu :

1. Menyeru kepada manusia seluruhnya dan umat islam secra khusus untuk berserah diri (beribadah) secara total kepada Allah SWT Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan tidak menjadikan selain Allah sebagai sesmbahan.

2. Meneyru kepada mereka yang telah beriman kepada Allah untuk selalu ikhlas dalam berbuat, dan selalu membersihkan diri dari segala kotoran dzahir dan bathin serta dari perbuatan yang bertentangan dengan ajaran islam.

3. Meneyru kepada manusia untuk melakukan revolusi menyteluruh terhadap sistem dan rezim pemerintah konvensional yang bathil yang selalu melakukan kedzaliman dankerusakan di muka bumi ini, melepas diri mereka dari belenggu monotheisme ideologi dan praktek-praktek yang menjurus pada perbuatan dosa dan keji, untuk selanjutnya diserahkan kepada hamba Allah yang salih dan beriman kepada Allah dengan ikhlas dan kepada hari akhir, serta berpegang teguh kepada agama benar dan tidak berbuat sombong dan dzalim.(Abd. Rosyad Shaleh, 1993;23).

Aktifitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima Rosulullah SAW, walaupun hanya satu ayat.

Sebagaimana dalam hadits Nabi yang artinya “sampaikanlah walaupun satuayat”. Inilah yang memuat kegiatan tau aktifitas boleh dan harus dilakukan oleh siapa sajayang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam. Itu sebabnya aktifitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh perorang dan terbatas, yakni hanya ceramah melalui mimbar.(Munzir Suparta & Harjani Hefni, 2006 :viii )

(3)

Memahami dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai usaha untuk memberikan solusiislam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.Masalah kehidupan mencakup dari padanya kehidupan yang mengenai aspek sosial, sosial, hukum, politik, sains, tekhnologi dan sebagainya.

Dari beberapa pengertian dakwah diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan, dakwah yaitumenyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nyadalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akherat, sesuai dengan tuntunan dan contoh Rosulullah Saw. ( Hasanuddin, 1996:25 )

Menurut Didin Hafidhuddin yang dikutip dari H. Rosadi. A.S, (1992:1) Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang islami. Suatu proses yang masih berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus-menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. (Didin Hafidhuddin, 2001:77)

Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, kontekstual.Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat.Faktual dalam arti konkret dan nyata, dan kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Oleh sebab itu, agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka panjang, maka tentunya diperlukan suatu sistem manajerial komunikasi yang baik dalam penataan perkataan maupun perbuatan yang banyak hal sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai keislaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dalam frame “amar ma’ruf nahi munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, diantaaranya harus mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang representatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya. (Munzir suparta dan Harjani hefni, 2006: 6).

(4)

Kebalikan dari kata ma’ruf adalah munkar, artinya “yang dibenci, yang tidak disenangi, yang ditolak oleh masyarakat, karena tidak patut, tidak pantas, tidak selayaknya yang demikian itu dikerjakan oleh manusia berakal.”. (Aep Kusnawan, 2004 : 18).

Berdasarkan pandangan di atas, apa yang baik dan buruk itu ditentukan oleh pendapat umum. Pandangan masyarakat menjadi barometer apakah suatu itu ma’ruf atau munkar.

Dalam amar ma’ruf nahi munkar keduanya memang saling beriringan dan saling mendukung diantara keduanya dan Adapun mengenai seruan agama, terkadang di wajibkan atas setiap muslim untuk menghapalkan bagian tertentu dari ayat Al-qur’an untuk melaksanakan salat karena salat merupakan tiang agama. (Abu Zahrah, 1994 : 75).

Dengan demikian, perkataan ma’rufberkaitan dengan perkataan al-‘urf yang berarti adat, dalam hal-hal ini adat yang baik dalam pengertiannya sebagai adat yang baik itulah (al-‘urf) diakui eksistensi dan fungsinya dalam islam, sehingga dalam teori pokok yurisprudensi disebutkan bahwa “adat dapat dijadikan hukum” (al-adah muhakkamah).Dalam pengertian yang lebih dalam, perkataan al-ma’ruf dapat berarti kebaikan yang diakui atau diketahui hati nurani, sebagai bagian dan kelanjutan dari kebaikan universal sebagaimana disebutkan di atas.Karena itu, al-ma’ruf dalam pengertian ini merupakan lawan dari al-munkar. Sebab al- munkar berarti apa saja yang “diingkari”, yakni diingkari oleh fitrah atau ditolak oleh hati nurani. Disinilah terletak kaitan antara amar ma’ruf nahy munkar dengan dakwah.Sebab salah satu tugas dakwah adalah membentuk pendapat umum (public opinion) tentang sesuatu yang baik atau yang buruk. . (Aep Kusnawan, 2004 : 19).

Dari segi istilah, banyak yang berpendapat tentang definisi dakwah. Banyak ulama berpendapat yang bervariasi, antara lain:

a. Syekh Ali Makhfuz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah, bahwa Dakwah adalah mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

b. Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul Fungsi Dakwah Islam dalam rangka perjuangan mendifinisikan dakwah sebagai usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tantang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan

(5)

akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, perkehidupan berumah tangga (usra), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.

c. H.S.M. Nasaruddin Latif dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah Islamiyahmendefinisikan Dakwah sebagai setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah s.w.t sesui dengan garis-garis aqidah dan syari’at dan akhlak islamiyah.

d. Letjen H. Sudirman dalam tulisannya yang berjudul Problematika Dakwah Islam di Indonesiabahwasannya definisi dakwah adalah Usaha untuk merealisasikan ajaran islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari baik kehidupan seseorang, maupun kehidupan mayarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia untuk memperoleh keridhan Allah s.w.t (Abd. Rosyad Shaleh, 1993: 8-9)

II. 2 Pengertian Strategi Dakwah a. Strategi

pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya. Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan.Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kat bahwa pendekatan (approach) biasa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu: * Who? (Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?) * Says What? (Pesan apa yang disampaikan?) * In Which Channel? (Media apa yang digunakan?) * To Whom?

(Siapa Mad'unya atau pendengarnya?) * With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?) Pertanyaan "efek apa yang diharapkan" secara emplisit mengandung pertanyaan lain yang

(6)

perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan tersebut, yakni :> When (Kapan dilaksanakannya?) > How (Bagaimana melaksanakannya?) > Why (Mengapa dilaksanakan demikian?) Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi dakwah sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan dakwah bisa berjenis-jenis, yakni :> Menyebarkan Informasi > Melakukan Persuasi > Melaksanakan Instruksi.

b. Pentingnya Strategi Dakwah

Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.Fokus perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada strategi dakwah, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri. Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi ganda, yaitu : a. Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat informative, persuasive dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. b.

Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilaii- nilai dan norma-norma agama maupun budaya. Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk memperdalaminya. Jika kita sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada kitannya dengan media yang harus kita gunakan.

c. cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut, kita biasa mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :

1. Dakwah secara tatap muka (face to face) - Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari mad'u. - Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback). - Dapat saling melihat secara langsung dan bisa mengetahui apakah mad'u memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita sampaikan. Sehingga umpan balik tetap menyenangkan kita. - Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya relative, sejauh bisa berdialog dengannya.

(7)

2. Dakwah melalui media. - Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah informatife. - Tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku. - Kelemhannya tidak persuasive - Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang besar.

(http://www.searchingresult.com/?pid=9POLWR59T&dn=free-blog- content.com&rpid=9POO358K6, di unduh jum’at pukul 14.00 wib)

II.3 Tujuan Dakwah

Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu.Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupasehingga jelas apapun yang hendak dicapai.Di dalam promosi dakwah,tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting.Dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.(Hasanudin,, 1996:33).

Tujuan merupakan sebuah pernyataan yang memiliki makna, yaitu keinginan yang dijadikan pedoman bagi manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu.Tujuan diasumsikan berbeda dengan sasaran.Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu.Sedangkan sasaran adalah pernyataan yang telah ditetapkan oleh manjemen puncak umtuk menentukan arah organisasi dalam jangka panjang.

Menurut A. Rosyad Shaleh (1996:34) tujuan dakwah dapat dirumuskan dalam dua kerangka, yaitu tujuan untuk mencapai suatu nilai atau hasil terakhir yang merupakan tujuan utama (major objective).Dan tujuan untuk mencapai nilai atau hasil dalam bidang-bidang khusus yang merupakan tujuan atau sasaran departemential.Tujuan utama dan tujuan departemential adalah dilihat dari segi hierarkinya. Sedang bila dilihat dari proses pencapaiannya, tujuan utama adalah merupakan ultimategoal atau tujuan akhir. Sedangkan tujuan departemential merupakan intermediategoal atau tujuan perantara

Menurut H.M. Arifin (1996:34) tujuan dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan ajaran agama yang di bawakan oleh aparat dakwah atau

(8)

penerang agama. Oleh karena itu ruang lingkup dakwah adalah menyangkut masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalamsegala lapangan hidup manusia

Syekh Ali Mahfudz (1996:34) merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima perkara yaitu :

1. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah danmeluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.

2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik

3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum muslim.

4. Menolak faham atheism, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.

5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat atau kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu ushuludin. (H. Hasanuddin, 1996:33).

Tujuan dakwah secara umumadalah mengubah perilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari- hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi mendapat kebaikan dunia dan akhirat, serta terbebas dari adzab neraka.

Tujuan-tujuan umum ini harus dirumuskan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilannya yang telah dicapainya (H. Rosadi, A.S. 1992 : 2) misalnya, tingkat keistiqomahan didalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan dan kejujurannya, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya shalat berjama’ah di masjid, berkurangnya tingkat pengangguran, penjualan minuman keras, dan lain sebagainya. (Didin Hafidhuddin, 2001 :78).

Begitu pun menurut H.M. Arifin, (2004:4), bahwa program kegiatan dakwah tidak ada lain adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah. Oleh karena itu ruang lingkup dakwah adalah menyangkut masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala lapangan hidup manusia.

(9)

Adapun tujuan utama adalah nilai atau hasil akhir yang akan dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah maksud semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

Nabi Muhammad SAW itu tidak pernah menjadi seorang raja yang memaksakan dengan kekuasaannya itu agar manusia masuk islam. Akan tetapi, beliau sebagai pemberi kabar gembira dan kabar peringatan, penyeru kepada Allah, pemberi cahaya, berdasarkan atas izin- Nya.Oleh karena itu, beliau berjuang dalam rangka berdakwah islamiiah, yaitu untuk mengesakan Allah secara murni.Untuk mencapai hal itu, otomatis memerlukan perjuangan karena Nabi diutus untuk menjadi rahmat seluruh alam, sedangkan keadaan alam pada waktu itu di bawah kekuasaan raja-raja yang dzalim.Mereka memaksakan hukum kepada manusia rela ataupun tidak, sedangkan agama yang harus mereka taati dengan paksaan pula.

(Abu zahrah, 1994 : 79).

Pada dasarnya, dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh kegiatan dakwah akan sia-sia ( Aep Kusnawan , 2004 :114 ).

Dalam pencapaian dakwah memang harus benar-benar penuh dengan peras keringat dan sejauhmana kita bisaberhasil dalam melakukan dakwahnya, karena ketiaka kita melakukansuatu perbuatan harus di barengi dengan keikhlasan.

Keikhlasan yang melampaui makna-makna ikhlas yang biasa dilakukan oleh para penceramah. Keikhlasan yang membawa kepada analisa deduktif yang tenang, dengan mendata berbagai kehancuran dan kesalahan besar yang membahayakan pergerakan perjalanan islam masa kini akibat niat yang ternoda dan tidak murni lagi. Kalaulah tidak karena Allah melindungi para pemimpin dan pengikut mereka yang ikhlas, niscaya niat yang ternoda itu telah memporak porandakan dan menyimpangkan gerakan islam.(Muhamad Ahmad ar-Rasyid, 2005 : 138-139).

Teladan Rasulullah sebagai Gambaran yang jelas pada personifikasi Rasulullah saw sebagai teladalan bagi perjuangan umat Islam. Dan mempelajari perjalanan perjuangan Nabi saw tidak boleh sepotong-sepotong seperti mereka yang terperangkap dengan mengotak- kotakan masa Mekah dan masa Madinah. Karena Islam sudah lengkap dan Nabi saw. telah mempraktikkannya secara sempurna. Maka kewajiban kita adalah memahami sirah Nabi saw. itu secara komperehensif dan mempaktikkannya sesuai dengan kapasitas dan kondisi

(10)

kita seperti firman Allah SWT yang artinyadalam surat Ath-Thaghabun 16 yang artinya

“Maka bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian”. 1

Dan Rasulullah saw. memberikan arahan atas kelengkapan syariat Islam yang harus kita pedomani. Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan hal-hal yang wajib maka janganlah kalian meninggalkannya dan telah memberikan batasan-batasan maka janganlah kalian melanggarnya.Dia mengharamkan sesuatu maka janganlah kalian melanggarnya dan mendiamkan banyak hal sebagai rahmat bagi kalian maka janganlah kalian mencari-cari hukumnya.Dan beliau menekankan pegangan yang harus dipedomani pada saat terjadi perbedaan atau perselisihan. Maka barang siapa yang hidup di antara kalian niscaya akan melihat perbedaan yang banyak.2

Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang di ridhoi Allah swt adalah merupakan suatu nilai atau hasil yang diharapkan dapat di capai oleh keseluruhan usaha dakwah. Ini berarti bahwa usaha dakwah, baik dalam bentuk menyeluruh atau mengajak umat manusia agar bisa menerima dan memeluk islam, maupun dalam bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar, tujuannya adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang di ridhoi Allah swt (Abd.Rosyad Shaleh, 1993:21-22).

Adapun karakteristik tujuan dakwah itu adalah:

a. Sesuai (suitable), tujuan dakwah bisa selaras dengan misi dan visi dakwah itu sendiri b. Berdimensi waktu (measurable time), tujuan dakwah harus konkret dan bisa diantisifasi

kapan terjadinya

c. Layak (feasible) tujuan dakwah hendaknya berupa suatu tekad yang bisa diwujudkan (realities)

d. Luwes (fleksible) itu senantiasa bisa disesuaikan atau peka (sensitif) terhadap perubahan situasi dan kondisi umat

e. Bisa dipahami (understandable), tujuan dakwah harus mudah dipahami dan dicerna.

Adapun yang dilakukan seorang pendakwah adalah memberitahu apa itu yang hak dan apa yang bathil, apalagi kita seorang muslim saling mengingatkan untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

      

1Depag RI

2http://belajarbarengerikpujianto.blogspot.com/2013/01/fenomena-agama-dalam-kehidupan.html 

(11)

Dalam menghadapi penerima dakwah seperti ini para da’i harus mempergauli mereka dengan menerapkan dua macam langkah secara seimbang :

Pertama : memberikan pengertian, penyuluhan, dan dakwah (ajakan) untuk merenungkan sunah Allah terhadap penegak kebenaran dan penegak kebathilan. Mereka di ingatkan dengan ayat-ayat Allah untuk menimbulkan ketenangan dan kemantapan dalam hati mereka bahwa pertolongan dan kemenangan itu hanyalah bagi orang-orang yang beriman, dan pada hari kemenangan itu bergembiralah orang-orang yang mukmin atas pertolongan Allah SWT.

Kedua : mengadakan pendekatan kepada mereka dengan beberapa cara yang dapat memberikan keuntungan duniawi. Hal ini tidak mengapa jika dilakukan pada tahap-tahap awal, karena para da’i beramal memang untuk memberikan manfaat kepada penerima dakwah. (Ali Abdul Halim Mahmud, 1992 : 240)

Setiap orang yang melakukan perbuatan yang tidak patut harus ditegur. Hal itu ditunjukan oleh riwayat bahwa Marwan bin Hakam berkhutbah sebelum shalat diwaktu hari raya. Maka seorang laki-laki berkata kepadanya, “sesungguhnya khutbah itusesudah shalat.”Marwan menjawab, Biarkan itu, hai fulan.”Maka Abu Sa’id Al-Khudri ra berkata,”Adapun orang ini, maka ia telah menunaikan kewajibannya.”Rosulullah Saw.

Bersabda kepada kami, “barang siapa melihat kemungkaran, hendakalah ia mengingkarinya dengan tangannya. Jikaia tidak sanggup, maka dengan lisannya. Dan jika ia tidak sanggup, maka dengan hatinya, maka itulah selemah-lemahnya iman.” Maka dapat disimpulkan bahwa teguran itu ada beberapa tingkatan.( Imam Ghazali, 1995: 142-143).

Adapun amar ma’ruf nahi munkar, tampaknya lebih merupakan upaya internaluntuk mengikuti islam oleh kaum muslim sendiri, agar umat islam tetap menempuh jalan islamdan tidak menyimpang dari jalannya yang lurus. Para pelaku amar ma’ruf nahi munkar mesti hidup di lingkungan islam. Dengan begitu, mereka bisa menyaksikan kelemahan kekuatan umat di lingkungan mereka sendiri.Mereka juga bisa melihat konsistensidan penyimpangan umat.Jadi, tugas para pelaku amar ma’ruf nahi munkar adalah sebagai penjaga syari’at dan pelindung undang-undang sedangkan para juru dakwah hidup”di pos-pos pencidukan”.sasaran mereka adalah Non-muslim.Tugas mereka adalah menciduk orang- orang yang bingung, sesat, dan gelisah, dan membawa mereka ke wilayah keimanan yang

(12)

menebarkan ketentraman, ketenangan, dan kedamaian. (Fadhlullah Muhammmad Husain 1997 : 10-11)

Dari ungkapan diatas dapatlah dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya segala aktifitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari suatu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islami kepada nilai kehidupan yang islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak , mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan provokasi . dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pembelian sembako. (Munzier Suparta dan Harjani Hefni : 2003:xi)

Dinamika sejarah berlangsung mengikuti zaman manusia.Sejak Nabi Muhammad menerima pesan-pesan tersebut. Bahkan jauh sebelum era kerasulan Muhammad, sejak Adam menginjakan kakinya di muka bumi ini, seluruh utusan-Nya berperan mengemban tugas yang sama, yaitu mengakkan kebajikan sekaligus menghapuskan kebatilan. (Asep Saeful Muhtadi & Maman Abd. Djaliel, 2003 : 15)

Bahkan, pada zaman kemajuan sains dan teknologi, seperti sekarang ini, dakwah masih tetap dan senantiasa diperlukan zaman. Sebab, dakwah pada hakikatnya merupakan proses rekayasa sosial dalam menjembatani berbagai kepentingan hidup dan kehidupan. D isatu sisi, dakwah harus sanggup menawarkan suatu model ideal dari kehidupan yang dicita- citakan, sementara di sisi lain, dakwah juga dituntut untuk tetap responsif terhadap berbagai perubahan yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara kehidupan umat manusia disatu pihak dan tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di pihak lain. Oleh karena itu, dakwah harus mampu memerankan dirinya sebagai suatu model pendekatan multidimensional sehingga tetap relevan dalam berbagai perubahan tempat dan zaman.

Namun demikian, secara emperik para juru dakwah tetap sebagai komunitas manusia yang sarat dengan segala kelebihan, keterbatasan, dan ketakberdayaannya.Untuk memberikan layanan sosial secara maksimal di tengah-tengah perubahan masyarakat dewasa ini, diperlukan satu kekuatan kolektif sebagai modal sosial dalam membentuk bangunan yang utuh dari komunitas tersebut.Dengan demikian, komunitas juru dakwah tampak sebagai jamaah profesional yang sanggup menghadapi berbagai persoalan yang sesuai dengan kesanggupannya masing-masing.(Asep Saeful Muhtadi & Maman Abd. Djaliel, 2003 : 17)

(13)

Salah satu penelitian legendaris (sebut saja begitu) tentang dunia dakwah (khususnya dunia tabligh) dilakukan oleh Moeslim Abdurrahman (1985) dalam bukunya (Asep Saeful Muhtadi & Maman Abd.Djaliel) Penelitian itu mencoba mengungkap relasi antara mubaligh dan mubalagh-nya (yang di-tabligh-i).Hasilnya adalah sebuah piramida terbalik.Maksudnya, para mubaligh (berkat kegiatan tabligh-nya yang juga mendatangkan pemasukan yang tidak sedikit) menghuni lapisan elit, baik secara ekonomis, politis maupun sosiologis.Sementara itu, masyarakat dakwah (mubalagh) menghuni lapisan mayoritas bawah yang tidak berdaya.

Dengan kegiatan tabligh yang dilakukannya, seorang mubaligh dapat mendongkrak status sosial maupun ekonominya di tengah-tengah masyarakat didakwahinya, Inilah yang secara metologis disebut Riset Dakwah Partisipatif (RDP). Metode ini memiliki karakteristik utama, yaitu peneliti tidak mengambil jarak dengan objek karena ia bertindak sebagai dai yang menempatkan mad’u bukan sebagai objek yang diteliti, tetapi sebagai mitra dakwah yang dimotivasi untuk memahami kondisi diri dan lingkungan .(Asep Saeful Muhtadi &

Maman Abd. Djaliel “Metode Penelitian Dakwah, 2003 : 50)

Pada wilayah lain, seorang dai dapat juga bertindak sebagai seorang sosiolog yang cerdik dalam mengidentifikasi keadaan masyarakat yang didakwahinya. Sambil bertindak sebagai pelaku aktif, ia juga dapat melakukan penelitian tentang takdir-takdir jasadiyah dari masyarakat, seperti keadaan masyarakat menurut jenis kelamin dan umur. Jika suatu masyarakat didominasi oleh perempuan, misalnya, komunikasi akan didominasi oleh persoalan yang menyangkut masalah-masalah perempuan. 3

Disamping itu, sang dai juga dapat melakukan proses identifikasi terhadap struktur takdir jasadiyah dan rohaniyah. Di antara mereka, ada yang memiliki kadar intelektual yang tinggi, misalnya sarjana, master, atau dokter. Informasi mengenai hal ini sangat berguna dalam menentukan jenis informasi dakwah yang harus disampaikan kepada mereka, serta tingkat bahasa dakwah yang harus dipakai. Pada bagian muka tulisan ini, telah disinggung mengenai salah satu prinsip dakwah, yaitu mempertimbangkan kondisi intelektual dan kultural mad’u atau masyarakat dakwah (“berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kadar kemampuan mereka”). 4

      

3ibd. hlm 51 

4ibd. hlm 52)  

(14)

1. Unsur-unsur dakwah

Dakwah dalam prosesnya dipandanga sebagai pembawa perubahan, atau suatu proses dan hasil. Penyampaian pesan dilakukan oleh manusia dari kepada manusia pada umumnya, dengan menyesuaikan situasi dan kondisi manusia- manusia itu sendiri dalam rangka mengubah situasi lain menjadi yang lebih baik sesuai ajaran agama islam. Dan dalam proses perubahan tersebut, terdiri dari beberapa unsur yaitu :

a) Da’i ( pelaku dakwah )

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baiklisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

b) Mad’u ( objek dakwah )

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

c) Maddah ( materi dakwah )

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u.

d) Wasilah ( media dakwah )

Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u.

Hamzah Yakub dalam bukunya (Wahyu Ilahi & Munir) membagi wasilah dalam lima macam yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

e) Thariqah ( metode )

Thariqah mempunyai pengertian suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang di tentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana system, tata piker manusia.

f) Atsar ( efek dakwah )

Atsar sering disebut juga feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering di lupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i.

(Wahyu Ilahi & Munir, 2006 : 21-34).

(15)

Adapun metode atau cara yang dilakukan oleh para pendakwah banyak berbagai macam yang dilakukan sama seperti yang dilakukan oleh Juru kunci yang memberikan pengarahan kepada para peziarah, jalan atau cara yang dipakai oleh juru kunci dakwah yang disampaikan mengenai pesan apa yang menjadi perananya sebagai kuncen yaitu meluruskan niatan para peziarah, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja di tolak oleh si penrima pesan.Merajuk dalam makna Al-Qur’an Surat An-Nahl : 125

ْنَمِب ُمَلْعَا َوُھ َكﱠبَر ﱠنِا ىلق ُنـَس ْحَا َيِھ ْيِتﱠلاِب ْمُھْلِداَجَو ِةـَنَسَحْلا ِةـــَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِحْلاِب َكﱢبَر ِلـــْيِبَس ىـٰلِا ُعْدُا ـــَتْھُمْلاِب ُمَلْعَا َوُھَو هِلـــْيِبَس ْنَع ﱠلَض

﴿ َنْيِدــ ١٢٥

125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.5

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: bi al-hikmah, mau’izatul hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan. Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah yaitu :

1) . Bi Al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran –ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa dan keberatan

2) . Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan membrikan nasihat- nasihat atau menyampaikan ajaran –ajaran islam dengan rasa kasih saying, sehingga nasihat dan ajaran islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka

3) . Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan –       

5Depag RI : 421 

(16)

tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah Sementara itu, untuk mewujudkan seorang da’i yang professional yang mampu memecahkan kondisi madunya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh objek dakwah, ada beberapa krieria.

Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i secara umum, yaitu:

a. Mendalami al-Qur’an, Sunnah dan sejarah kehidupan Rasul, serta khulafaurrasyidin.

b. Memahami keadaamn masyarakat yang akan dihadapi.

c. Berani dalam mengungkapakan kebenaran kapan pun dan dimana pun.

d. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah anpa tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara.

e. Satu kata dengan perbuatan.

f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dilihat dari aspek kehidupan psikologi, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah dan penerangan Agama berbagai parmasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu:

1) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis

2) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan

3) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial cultural 4) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia 5) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi okupasional 6) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi hidup sosial

ekonomis

7) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin 8) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi psikologis

(17)

Bila dilihat dari kehidupan tingkat golongan mereka mempunyai ciri-ciri khusus yang menuntut kepada system dan metode pendekatan dakwah atau penerangan Agama yang berbeda yang satu dengan yang lainnya.(Arifin, 1990:4)

II.4 Peranan Dakwah

Secara normatif, Al- Qur’an telah memberikan petunjuk tentang penempatan dakwah dalam kerangka peran dan proses.Yaitu dalam surat Al-ahzab surat ke-33 ayat 45-46 sebagai berikut:

ارينماجارسو هندأب ﷲ يلأ ايعادو.اريذنو ارشبمو ادھش كنلسرأ انا يبنلااھيأي

Artinya; Hai Nabi,sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin- nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.(Al-Ahzab:33-45-46)

Kedua ayat di atas mengisyaratkan sekurang-kurangnya ada lima peran dakwah:

1. Dakwah berperan sebagai Syaahidan. Dakwah adalah saksi atau bukti ketinggian dan kebenaran ajaran islam, khususnya melalui keteladananyang diperankan oleh pemeluknya. Dakwah harus memberikan kepada umat tentang masa depan yang akan dilaluinya dan sekaligus sejarah masa lalu yang menjadi pelajaran baginya tentang kemajuan dan keruntuhan umat manusia karena perilaku yang diperankannya.

2. Dakwah berperan sebagai mubassyiran. Dakwah adalah fasilitas penggembira bagi mereka yang menyakini kebenarannya. Melalui dakwah,dapat saling memberi kabar gembira sekaligus saling memberikan inspirasi dan solusi menghadapi berbagai masalh hidup dan kehidupan.

3. Dakwah berperan sebagai nadziran. Sejalan dengan perannyasebagai pemberi kabar gembira, dakwah juga berperan sebagai sebagai pemberi peringatan. Ia senantiasa berusaha mengingatkan para pengikut islam untuk tetap konsisten dalam kebajikan dan keadilan.

(18)

4. Dakwah berperan sebagai daa’iyab ila Allah. Dakwah adalah panglima dalam memelihara keutuhan umat sekaligus membina kualitas umat sesuai dengan idealisasi peradaban yang dikehendakinya.

5. Dakwah berperan sebagai siraajan muniira. Sebagai akumulasi dari peran-peran sebelumnya,dakwah memiliki peran sebagai pemberi cahaya yang menerangi kegelapan sosial atau kegersangan spiritual. Ia menjadi penyejuk ketika umat menghadapi berbagai problema yang tak pernah berhenti melilit kehidupan manusianya.( Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, 2003;17-18).

II.5Aplikasi Metode Dakwah

Ketiga metode dakwah diaplikasikan Rosullah Saw dalam berbagai pendekatan, diantaranya :

1. Pendekatan personal, pendekatan ini terjadi secara individual anatara da’i dan mad’u

2. Pendekatan pendidikan, pada masa sekarang dapat dilihat aplikasinya pada lembaga- lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak islam serta perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi- materi tentang keislaman 3. Pendekatan diskusi, pada pendekatan ini dai berperan sebagai nara sumber

sedangkan mad’u berperan sebagai audiens. Dan diskusi bisa dilakukan dengan cara membahas problematika yang berkaitan dengan dakwah hingga ditemukan solusinya.

4. Pendekatan penawaran. Nabi melakukan penawaran ini dengan cara mengajak untuk beriman kepada Allah tanpa menyekutukanya dan metode ini harus dilakukan tanpa tekanan. (Skripsi Rochayati,”Nilai-nilai Dakwah Tradisi Pesta Laut, 2006 : 22).

II.6 Pengertian Juru kunci

Juru kunci adalah sebuah profesi yang tidak semua orang bisa melakukannya.Berdasarkan namanya juru kunci, Juru dapat dikatakan sebagai orang yang

(19)

ditugaskan, orang yang ditunjuk,orang yang mewakili,orang yang memberi keterangan.

Sedangkan kunci adalah sesuatu alat untuk membuka sesuatu cara untukmengetahui, suatu cara untuk mengerti dan pengertia-pengertian lain.Intinya juru kunci adalah orang yang diberi kepercayaan khusus untuk memberikan sebuah petunjuk atau keterangan tentang apa yang diketahui tentang keberadaan makam atau tempat yang dijaganya. juru kunci adalah orang pertama yang seharusnya kita temui untuk mengetahui hal ihwal tentang siapa dan apa peran dari yang dimakamkan itu. Juru kunci adalah sebuah pekerjaan yang memiliki nilai keikhlasan yang tinggi karena pekerjaan ini bukanlah paksaan, pekerjaan ini tidak digaji,pekerjaaan ini adalah masalah daya tarik hati seseorang.jadi jangan kira profesi juru kunci adalah profesi yang mudah diraih.Oleh karena itu Juru Kunci adalah profesi yang memang tidak semua orang bisa melakukannya untuk menjaga dan merawat sebuah makam tidaklah semudah yang dibayangkan, apalagi bila itu sudah menyangkut makam seorang

‘’Besar’’ pada masa lalu,baik dia seorang bangsawan kerajaan, tokoh penting, ulama,orang sakti manusia misterius ataupun makam-makam para raja. Sudah tentu memang,untuk menakar pekerjaan dengan jenis ini untung dan rugi sangat abstrak, pekerjaan ini kadang menguntungkan, kadang tergantung dari siapa yang dimakamkan.6

Menurut Abah Rojali dikatakan (Aa.Ade) bahwasannya Juru kunci adalah pemegang sekaligus yang di mandati untuk menjaga serta memberitahukan kepada khalayak sehingga yang mencari informasi jelas dapat berita apa yang diinginkan. (hasil wawancara dengan Abah juru kunci situs obyek prabu siliwangi, ahad 21 januari 2014).

Fungsi dari juru kunci itu sendiri antara lain:

1. Meluruskan niat peziarah yang datang ke tempat peziarahan.sebagaimana yang diterangkan dalm kitab Riyadussholihin “sesungguhnya apa-apa yang kamu kerjakan tergantung pada niatnya………”7

2. Memberikan gambaran situs ziarah yang akan di ziarahi

      

6http://juru .blogspot.com/2012-archive.htm di posting sabtu, desember 27 2014 pukul 14.00 wib  

7Syekh Al-Islam Muhyidin Abi Zakariya Yahya Ibn Syarif An-Nawawi, Kitab Riyadusholihin. 631-676 Hijriah : 6  

(20)

3. Memberikan doktrin bahwasannya tempat yang di ziarahi bukan tempat untuk meminta tetapi hanya sebagai wasilah saja, Akan tetapi segala yang di qobulkan itu datangnya dari Allah swt.

4. Memberikan wejangan-wejangan dalam hal kebaikan (positif).

Juru kunci juga disebut jupel (juru pelihara) yang sebagaimana dikatakan oleh Abah juru kunci yang ada di situs obyek prabu siliwangi. Karena selain dari fungsi juru kunci sebagai pemandu kepada para peziarah itu itu sendiri adalah memelihara segala apa-apa yang ada di situs itu sendiri baik itu dilihat dari SDM ataupun dari SDA . (hasil wawancara dengan Kg Syarifuddin, Ahad 21 januari 2014).

II.7 Tinjauan Tentang Peziarah

Secara umum, bahwa yang dimaksud dengan arti Seorang peziarah atau musafir adalah orang yang melakukan suatu perjalanan ziarah. Hal ini dilakukan biasanya dengan mengunjungi suatu tempat yang mempunyai makna keagamaan, seringkali dengan menempuh jarak yang cukup jauh. Contohnya antara lain adalah seorang Muslim yang berkunjung ke Mekkah demikian pula tempat-tempat ziarah Islam lainnya, terutama berbagai makamorang-orang suci ataupun tempat petilasan orang-orang yang dianggap sebagai kramat.8

Adapun rangkaian serta kegiatan yang di lakukan oleh para peziarah yang datang ke situs obyek peziarahan:

1. Tawasulan/tahlilan

2. Dzikir dan membaca kalimat-kalimat thayibah secara berjama’ah 3. Pencerahan dari juru kunci terhadap peziarah (wejangan)

4. Pernbacaan biografi tentang situs prabu siliwangi (bila diperlukan)

      

8(http://id.wikipedia.org/wiki/Peziarah di posting ahad, 22 januari 2015 pukul 14.00 wi)

 

(21)

5. Dihidangkan sekedar makanan dan minuman dengan niat Selamatan /Shodaqoh.(Hasil wawancara dengan juru kunci bapak Rojali, Ahad 21 Desember 2014).

11.8Asal Usul Prabu Siliwangi

Prabu Silwangi pernah tinggal di lereng Gunung Ciremai sekira abad XIV. Tepatnya di kawasan hutan Desa Pajajar Kecamatan Rajagaluh, kurang lebih 35 km arah timur dari pusat kota Majalengka. Di hutan itulah Raja Pajajaran yang dikenal gagah perkasa, bersemedi di sebuah keraton yang dibangunnya.

Sayang, setalah mendapat gelar kehormatan sebagai Sri Ratu Dewata Wisesa, Prabu Siliwangi lantas menghilang.Bangunan keraton megah dan semua infrastruktur yang ada di kawasan hutan Pajajar lantas burak santak (hancur lebur) menjelma menjadi hutan belantara.

Versi lain menurut babad Cirebon, menghilangnya Prabu Siliwangi dari bumi Pajajar karena ia menolak masuk Islam. Kangjeng Sunan Gunungjati alias Syeh Syarif Hidayatullah yang juga cucunya itu, pernah meminta agar Prabu Siliwangi segera masuk Islam dan bersama-sama menyebarkan agama Allah di kawasan Parahiyangan.Namun, permintaan cucunya itu ditolak.

Sebagai bukti bahwa Kangjeng Prabu Siliwangi pernah lama tinggal di kawasan Majalengka, ditandai peninggalan sejarahnya.Seperti ada tumpukan bebatuan, bekas bangunan di bukit Pajajar, dan sebuah sumber air bersih di atas bukit Pajajar.Bebatuan itu adalah bekas bangunan keraton Prabu Siliwangi. Sebuah batu besar berukuran 5 X 6 x 2,5 meter yang di dalam batu besar itu terpancar sumber air bersih. Konon, batu itu bekas tempat bertapa.Sumber pancaran air itu dinamakan Pancuran Talaga Siliwangi.

Dalam sejarah, Desa Pajajar dulu bernama Desa Pajajaran alias Desa Indrakila.Tahun 1600 diubah namanya menjadi Desa Pajajar. Perubahan nama itu akibat pertentangan paham sejarah Prabu Siliwangi. Kuwu Pajajaran Mbah Dingklong terpaksa mengubah menjadi Desa Pajajar karena dia berkeyakinan lokasi Kerajaan Pajajaran di Pakuan Bogor bukan di Desa Pajajaran Kec.Rajagaluh.

Terlepas dari banyaknya paham mengenai sejarah Kerajaan Pajajaran, yang penting bagi Tata selaku pemimpin adat dan masyarakat di desa itu, merupakan kewajiban dari

(22)

nenek moyangnya bahwa hutan Pajajar harus dijaga kelestarian.Hutan Pajajar adalah sebuah tempat sumber air yang mampu membantu jutaan penduduk dari ancaman kekeringan.

Sumber air Pajajar berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit dan di bukit Pajajar bekas Keraton Kerajaan Pajajaran, ada sebuah makam yang memiliki karomah bagi yang memerlukan bantuannya.

Hutan Pajajar yang luasnya sekira 4.5 hektare ditumbuhi ribuan pepohonan besar yang usianya ratusan tahun.Dari sumber air Pajajar telah dimanfaatkan untuk sumber air PDAM Kabupaten Majalengka, Ratusan hektar sawah di Kecamatan Rajagaluh, Leuwimunding, dan Kecamatan Sukahaji diairi dari sumber air hutan Pajajar.Ribuan rumah penduduk menggunakan air bersih dengan selang plastik dari hutan Pajajar ke rumah-rumah penduduk.

Hutan Pajajar dihuni aneka binatang, seperti kera, landak, ular, kelelawar, musang, babi hutan, dan anjing hutan (serigala).Bahkan, sering orang menemukan harimau di tengah malam.Di bawah sumber air terdapat kolam alami dengan bebatuan besar.Di kolam ini banyak dimanfaatkan para wisatawan untuk mandi sambil mengobati penyakit kulit.Konon, bila minum air Pajajar bisa menyembuhkan penyakit lambung, seperti maag, liver, dan mencret. Tak jauh dari kantor Desa Pajajar terdapat sebuah kolam renang yang dilengkapi sarana bermain anak-anak. Kolam renang yang sudah hampir 10 tahun itu dikelola Dinas Pariwisata Kab.Majalengka.

Aset wisata Pajajar dibagi dua.Untuk kawasan wisata hutan dikelola Kelompok Pemuda Pariwisata Pajajar (KP3).Hasil tiket wisata, semuanya untuk kas pembangunan desa karena status kepemilikan hutan adalah milik Desa Pajajar. Sementara itu, Pemkab Majalengka hanya diberi porsi untuk wisata kolam renang dan jatah sumber air PDAM.

Di dekat batu besar yang sekelilingnya dipagar kawat berduri, konon bekas bertapanya Kangjeng Prabu Siliwangi ada sebuah tulisan "Kayu Soekarno".Tulisan itu menandakan bahwa pada tahun 1944 sebelum Indonesia merdeka, Bung Karno pernah bertapa di dekat batu itu.Setelah bertapa sepuluh hari, Bung Karno menanam sepuluh batang bibit pohon asem yang sekarang sudah besar-besar.9

      

9(http://www.disparbud.jabarprov.qo.id/wisata/dest-det.di posting sabtu 21 januari 2015 pukul 13.00 wib & perpaduan hasil wawncara dengan pengelola situs)

(23)

        

Referensi

Dokumen terkait

Gubernur, Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur, dan atau peja bat Bank Indonesia tidak dapat dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan tugas

Majelis Pendidikan Tinggi selanjutnya disebut Majelis Dikti adalah badan pembantu Pimpinan pusat yang dibentuk oleh pimpinan pusat muhammadiyah untuk membina dan

Dari hasil identifikasi dan perhitungan mengenai bullwhip effect dapat dilakukan analisa bahwasanya nilai bullwhip effect pada rantai pasok sangkar burung masih

Pada penelitian ini digunakan jamur tanduk untuk mencari kandungan senyawa kimia yang terlarut dalam pelarut isopropanol.. BAHAN

Ruang lingkup pembahasan modul ini terdiri dari bahasan mengelola kartu persediaan bahan baku yang diterapkan pada perusahaan manufaktur ,dengan lingkup belajar

mencatat jumlah kematian di rumah sakit, sedangkan menurut teori trimodal kematian jumlah kematian lebih banyak terjadi di tempat kejadian yang biasanya tidak dapat diselamatkan

Melestarikan kepustakaan wayan& agar bisa disimpan lebih lama, disimpan lebih ringkas tanpa mengurangi isi kepustakaan, penyimpanan dengan cara lebih mudah (

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan serangkaian workshop item review yang diselenggarakan secara nasional dan berkesinambungan untuk mengumpulkan dan mereview