• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV RONA LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV RONA LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

70 4.1. Komponen Geofisik Kimia

4.1.1.1 Iklim

Iklim di wilayah PT NHM dianalisis menggunakan data-data yang diperoleh dari stasiun klimatologi (Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika) terdekat yaitu pada Stasiun Meteorologi Gamar Malamo, Galela (01°49’ N, 127°50’ E, 19 m dpl) dan dari stasiun meteorologi Ternate (00°47’ N, 127°23’ E, 23m dpl). Untuk curah hujan dan jumlah hari hujan diperoleh dari rona iklim secara mikro didalam area PT NHM. Data-datanya secara langsung diambil dari stasiun pengukur hujan di Gosowong.

Gambar 4.1 Lokasi Pemantauan Curah Hujan di area tambang emas PT Nusa Halmahera Minerals. (Kamera menghadap utara; Foto penulis, Maret 2012).

(2)

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson, lokasi PT NHM tergolong beriklim tipe A (sangat basah). Adapun tabel data curah hujan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Periode 2000-2009

Sumber : PT Nusa Halmahera Minerals

Berdasarkan hasil perhitungan dari data curah hujan diatas maka diperoleh rata-rata curah hujan bulanan adalah 220,83 mm, dimana rata-rata curah hujan bulanan tertinggi pada bulan Maret yaitu 353,4 mm/bulan dan rata- rata curah hujan bulanan terendah pada bulan Agustus sebesar 88,26 mm/bulan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Tahun Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2000 - 218.5 317.3 354 239 343 85.3 116 268.3 223.8 428 165.5 2001 591.5 278 310.5 243 233.1 265.1 143.1 53.4 314.5 184.1 222 232.9 2002 236.8 215.9 420.5 280.1 398.7 217.5 3.5 55.7 14.5 123.5 213 255 2003 235.5 386.5 458.5 297.5 326 141.5 185 192 211.5 154.5 240 356 2004 380 191.5 458.5 183 383.5 129.5 262.5 3.5 195 199.5 224.5 237.5 2005 296 295 309 136 415 234.5 200.5 45.5 38.5 255 318 200 2006 294.5 433 266 422 279 436 28.5 35.5 223 2 120.5 413.5 2007 239.5 389.5 421.5 130.5 262 432 95.5 129 120 278 294 307.5 2008 199 220.5 316.5 472 166 289 285 120.5 289.5 290.5 307.5 319 2009 348.5 393 256 281.5 416 162 84 131.5 1.5 17 338 282 Rerata

(mm) 313.5 302.1 353.4 280 311.8 265 137.3 88.26 167.6 172.8 270.6 276.9

(3)

Gambar 4.2 Grafik rata-rata curah hujan daerah penelitian tahun 2000-2009

Untuk menentukan tipe iklim, dilakukan pengelompokkan bulan basah dan bulan kering dari data curah hujan yang ada yaitu pada Tabel 4.1.

Klasifikasi bulan basah dan bulan kering menurut Schmidt-Fergusson yaitu:

 Bulan basah: bulan yang curah hujannya lebih besar dari 100 mm

 Bulan kering: bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm

 Bulan lembab: bulan yang curah hujannya antara 60-100 mm

Pengelompokkan data curah hujan berdasarkan atas bulan basah dan bulan kering dapat dilihat pada Tabel 4.2. sedangkan berdasarkan atas hasil perhitungan dari rereta bulan kering dan rereta bulan basah diketahui bahwa ternyata PT NHM tergolong berikilim sangat basah yaitu Q = 0,125 (syarat beriklim sangat basah yaitu 0<Q<0,143). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat datanya pada Tabel 4.3.

0 100 200 300 400

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Grafik

(4)

Tabel 4.2 Jumlah Bulan Basah dan Bulan Kering Periode 2000-2009

Tahun Bulan Basah (BB) Bulan Lembab (BL)

Bulan Kering (BK) 2000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

10 11 9 12 11 10 9 11 12 9

1 0 0 0 0 0 0 1 0 1

1 1 3 0 1 2 3 0 0 2

Rata-rata 10,4 0,3 1,3

Sumber : Hasil perhitungan Jumlah BB, BL, & BK dari Tabel Data Curah Hujan

Hasil perhitungan iklim berdasarkan rerata bulan kering dan rerata bulan basah : Q = rerata bulan kering

rerata bulan basah

Q = 1,3 10,4

Q = 0,125

Tabel 4.3 Penentuan iklim bedasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson

Tipe iklim Nilai Q Keterangan

A 0 ≤ Q < 0,143 Sangat basah

B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah

C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak basah

D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang

E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak kering

F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering

G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering

H Q ≥ 7,000 Luar biasa kering

(5)

4.1.2 Bentang Alam

Berdasarkan analisis peta dan citra penginderaan jauh (citra landsat dan foto udara) yang dilengkapi dengan data hasil survei lapangan, bentuk bentang alam didaerah penelitian dapat dikelompokkan dalam lembah vulkanik dan punggungan perbukitan batuan vulkanik. (ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010).

Bentang alam lembah vulkanik umumnya menempati lembah dominan dibagian tengah dan barat selatan daerah penelitian, membentuk lembah- lembah dimana alur-alur sungai dan badan air berada yang dapat dikelompokkan menjadi DAS dan sub DAS. Elevasinya sekitar 50–100 m dpl, dan slopenya sekitar 10–20% (8°-16°), dengan pola pengaliran dendritik, dan bentuk lembah U-V. Litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah batuan vulkanik piroklastik, dan batuan beku.

Bentuk bentang alam punggungan perbukitan vulkanik umumnya menempati dominan kawasan dibagian tengah dan barat selatan daerah penelitian, membentuk jajaran perbukitan dan pegunungan yang membatasi DAS dan sub DAS. Elevasinya sekitar 100–250 m dpl, dan slopenya sekitar 20–70% (8°-16°), dengan pola pengaliran dendritik, radial, dan bentuk lembah U-V. Litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah batuan vulkanik piroklastik, dan batuan beku. Lokasi penambangan Kencana berada pada geomorfologi Punggungan Perbukitan Batuan Vulkanik ini. (ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010).

(6)

Gambar 4.3 Bentuk lahan punggungan perbukitan batuan vulkanik di lokasi tambang kencana (foto penulis,2012)

4.1.3 Jenis dan Karakteristik tanah

Berdasarkan atas Dokumen ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals, jenis tanah yang terdapat dilokasi penelitian yaitu tergolong dalam jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan ciri-ciri yaitu solum agak tebal, berwarna merah kuning, tekturnya lempung berpasir, struktur tanahnya menggumpal, perkembangan struktur adalah sedang yaitu yang agak sukar hancur. Gradasinya buruk, konsistensi tanah umumnya dalam keadaan basah adalah teguh, dalam keadaan kering adalah agak keras. Memiliki sifat lekat dan plastis yang rendah.

Kurang memiliki sifat mengembang.

(7)

Gambar 4.4 Tanah podsolik merah kuning di lokasi penelitian settling pond tambang kencana (foto penulis,2012)

4.1.4 Litologi

Berdasarkan peta geologi PT Nusa Halmahera Minerals, jenis batuan yang terdapat di sekitar tambang bawah tanah Kencana dan settling pond yaitu terdiri atas batuan beku dan batuan sedimen yang meliputi batuan konglomerat vulkanik klastik, batupasir vulkanik klastik, endapan aliran piroklastik, endapan jatuhan piroklastik, lava diorit, lava andesit dan breksi andesit.

4.1.5 Hidrologi

Sungai–sungai yang terdapat didaerah penelitian adalah sungai-sungai yang memiliki pola aliran sungai murni dendritik, sungai–sungai tersebut banyak didapati meander-meander dari hulu sampai hilir. Fluktuasi debit air sungai didaerah penelitian sangat besar dimana pada musim hujan debit sungai sangat tinggi, sedangkan pada musim kemarau debit sangat rendah bahkan banyak anak–anak sungai yang mengalami kekeringan. Limpasan

(8)

permukaan terjadi didaerah penelitian mempunyai tekstur tanah liat berat sebagai lahan hutan, maka nilai koefisien limpasannya adalah 0,6 dengan adanya aktivitas penambangan akan mengakibatkan pertambahan nilai koefisien limpasan menjadi 0,82. Daerah penelitian mempunyai intensitas hujan maksimum 3,687 mm/jam. Besar Run off dapat dilihat pada Tabel 4.4 (ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010).

Tabel 4.4 Besar run off

No Penggunaan Lahan

Nilai C A

(km2)

Debit run off (m3/det) I (mm/jam) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1

Lubang bukaan tambang Gosowong

3,687 0,6 0,82 0,0015 0,0009 0,00123

2

Bukaan lahan tambang Toguraci

3,687 0,6 0,82 0,0010 0,0006 0,00082

3 Kencana

(Underground) 3687 0,6 0,82 0 0 0

Sumber : ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010

Pada bukaan lahan di tambang lahan Kencana tidak menghasilkan run off karena penambangan dilakukan dengan pertambangan tertutup (underground).

4.2 Komponen Biotis

Komponen Biotis yang ada didaerah penelitian berdasarkan atas dokumen ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals adalah sebagai berikut :

4.2.1 Flora

Komunitas vegetasi diareal usaha pertambangan emas Kencana PT Nusa Halmahera Minerals terdiri hutan lindung, hutan primer, hutan sekunder, dan

(9)

hutan sekunder terbuka. Jenis vegetasi yang ditemukan pada seluruh komunitas tersebut terdiri atas habitus pepohonan, habitus semak, perdu, dan herba. Tiga famili yang mendominasi komunitas vegetasi di areal usaha pertambangan emas Kencana PT Nusa Halmahera Minerals adalah family Fabaceae, Anacardiaceae, dan suku Moraceae. Daftar jenis tumbuh–tumbuhan yang ditemukan pada Areal Kencana untuk vegetasi habitus pohon dan untuk vegetasi habitus semak, herba, liana dan rumput dapat dilihat pada Lampiran A

4.2.2 Fauna

Jenis satwa liar yang ditemukan di kawasan PT Nusa Halmahera Minerals yaitu sebanyak 75 jenis. Jumlah jenis yang dapat dikumpulkan informasinya tersebut terdiri atas 36 (48%) jenis hasil perjumpaan langsung dilapangan dan 39 (52%) jenis berdasarkan informasi masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Komposisi jumlah spesies satwa liar berdasarkan kelas dan sumber data

No Kelas

Jumlah Jenis Total

Perjumpaan

Perjumpaan Langsung

Informasi Masyarakat

1 Mamalia 9 2 7

2 Aves 48 25 23

3 Reptilia 12 6 6

4 Amphibia 6 3 3

Jumlah 75 36 39

Sumber : ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals

Jumlah jenis mamalia yang di jumpai di kawasan PT Nusa Halmahera Minerals terdiri atas dua jenis, yakni babi hutan dan rusa sambar. Jenis reptilia yang di jumpai diareal pertambangan PT Nusa Halmahera Minerals sebanyak

(10)

enam jenis, yakni : Bronchocela cristatella (Kuhl, 1820) dan Hydrosaurus amboinensis (Schlosser, 1768) dari famili Agamidae, Cuora amoboinensis (Daudin, 1802) dari family Bataguridae, Eutropis multifasciata (Kuhl, 1820) dari famili Scincidae, Stegonotus batjanensis (Gunther, 1865) dari famili Phythonidae, dan Tropidonophis halmahericus (Boettger, 1895) dari famili Colubridae. Jenis–jenis amfibi yang dapat ditemukan sebanyak tiga jenis, yakni : Bifo biporcatus (Gravenhorst, 1829) dari famili Bufoninae, Litoria infrafrenata (Gunther, 1867) dari famili Hylidae, dan Rana papua (Lesson, 1830) dari famili Ranidae.

4.3 Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat 4.3.1 Demografi

Kecamatan Kao Barat merupakan kecamatan yang paling luas wilayah administrasinya, sedangkan Kecamatan Malifut merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya. Kecamatan Kao merupakan kecamatan yang paling sempit wilayah administrasinya, sedangkan Kecamatan Kao Teluk merupakan kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya. Data jumlah penduduk dan luas wilayah di lima kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.6. Kepadatan penduduk di 5 kecamatan Kabupaten Halmahera Utara.

No. Kecamatan

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Wilayah (Km2)

Kepadatan (Jiwa/Km2)

1 Malifut 10567 374,10 28

2 Kao 8505 111,20 76

3 Kao Utara 10440 128,80 81

4 Kao Barat 8360 596,70 14

5 Kao Teluk 3956 135,40 29

Sumber : Halmahera Utara Dalam Angka (Dalam ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals)

(11)

Tabel diatas menunjukkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Kao Barat tergolong sangat jarang baik dibandingkan dengan 4 kecamatan lainnya. Kepadatan penduduk di Kecamatan Kao Utara relatif paling padat jika dibandingkan dengan 4 kecamatan lainnya.

Gambar 4.5 Salah satu rumah penduduk di Kecamatan Malifut (foto penulis, 2012)

Hasil analisis terhadap jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa perbandingan kelamin (sex ratio) di 5 kecamatan relatif lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. Rasio jenis kelamin di Kecamatan Malifut relatif rendah yaitu 104 yang berarti bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan di wilayah ini terdapat 104 penduduk laki-laki. Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di 5 Kecamatan pada Kabupaten Halmahera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.7.

(12)

Tabel 4.7. Penduduk menurut jenis kelamin di 5 kecamatan KabupatenHalmahera Utara

No. Kecamatan Laki - laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Sex Ratio

1 Malifut 5393 5174 10567 104

2 Kao 4399 4106 8505 107

3 Kao Utara 5413 5027 10440 108

4 Kao Barat 4436 3924 8360 113

5 Kao Teluk 2086 1870 3956 112

Sumber : ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals

Pertumbuhan penduduk dapat diakibatkan dari proses alamiah (kelahiran dan kematian) dan proses perpindahan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kao relatif tinggi, sementara di Kecamatan Kao Teluk terjadi penurunan jumlah penduduk yang juga relatif tinggi. Data pertumbuhan penduduk di 5 kecamatan Kabupaten Halmahera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Pertumbuhan penduduk di 5 Kecamatan Kabupaten Halmahera Utara

Sumber : ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010

Tabel diatas memperlihatkan bahwa persentase pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Kao (mencapai 40,65%), sementara di Kecamatan Kao Teluk terjadi penurunan jumlah penduduk yang juga relatif tinggi (31,73%). Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan jumlah penduduk di

No. Kecamatan

Jumlah Penduduk 2008

(jiwa)

Jumlah Penduduk 2007

(Jiwa)

Kenaikan (% tahun)

1 Malifut 10567 8678 21,77

2 Kao 8505 6047 40,65

3 Kao Utara 10440 8132 28,38

4 Kao Barat 8360 7238 15,50

5 Kao Teluk 3956 5795 -31,73

(13)

5 kecamatan tersebut relatif lebih diakibatkan oleh perpindahan penduduk.

(ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010).

4.3.2 Sosial Ekonomi

Sebagian besar penduduk yang tinggal diwilayah studi (30,5%) mencari nafkah dibidang pertanian. Masyarakat menanam berbagai tanaman pangan dan perkebunan guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan untuk memperoleh uang tunai masyarakat menjual hasil pertaniannya. Data luas panen tanaman pangan dan palawija di 5 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Luas panen (Ha) tanaman pangan dan palawija di 5 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara.

No. Kecamatan Padi Sawah

Padi

Gogo Jagung Ubi Kayu

Ubi Jalar

Kacang Tanah

Kacang Hijau

1 Malifut - 11 117 12 13 14 4

2 Kao 13 48 43 14 16 73 7

3 Kao Utara - 55 34 14 15 11 3

4 Kao Barat 1870 39 14 12 16 8 3

5 Kao Teluk - 14 41 11 11 7 2

Sumber : ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010

Pada tabel diatas terlihat bahwa seluruh petani di 5 wilayah kecamatan menanam padi pada lahan kering (padi gogo) dan palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang hijau), sedangkan padi sawah hanya dapat ditanam di Kecamatan Kao Barat dan Kao. Masyarakat di 5 wilayah kecamatan tersebut juga menanam tanaman perkebunan. Tanaman kelapa merupakan tanaman perkebunan utama yang sudah ditanam sejak zaman penjajahan Belanda sehingga, Halmahera dikenal sebagai sentra produksi kelapa di Maluku.

(14)

Masyarakat di 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara juga menanam tanaman perkebunan lain selain kelapa, seperti cengkeh, pala, kopi, dan kakao. Masyarakat di 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara juga memelihara ternak, seperti sapi, kambing, babi, dan ayam. Untuk menambah penghasilan dan sebagai simpanan untuk keperluan keluarga. Selain itu di 4 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara juga melakukan kegiatan menangkap ikan dilaut namun untuk Kecamatan Kao Barat tidak ada masyarakat yang menjadi nelayan. (ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010).

Gambar 4.6. Hewan ternak yang dipelihara oleh masyarakat sekitar (foto penulis,2012)

4.3.3 Sosial Budaya

Kelompok penduduk dalam wilayah sekitar perusahaan adalah terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli terdiri dari beberapa suku asli Halmahera dan suku asli dari sekitarnya. Suku asli dari Halmahera yaitu suku Pagu, Boyeng, Modole, Kao, Tobaru, Moti dan Tobelo. Suku asli dari sekitar

(15)

Halmahera seperti suku Ternate, Tidore, dan suku Makian. Penduduk pendatang berasal dari sangir dan Jawa.

Kelompok penduduk yang terbesar adalah kelompok penduduk yang berasal dari Kecamatan Kao. Namun, desa yang paling banyak disekitar tambang atau paling banyak dekat dengan lokasi kegiatan penambangan adalah desa-desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Malifut yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Makian.

Masing-masing kelompok penduduk, masih mempertahankan tradisi sesuai latar belakang sukunya. Dalam tradisi seni masing-masing suku masih mempertahankan kesenian tradisionalnya. Beberapa desa yang penduduknya dari suku Makian, masih mempertahankan kesenian lagu dan tarian togal. Beberapa suku lain diluar suku Makian, yang berada di beberapa desa seperti Sosol, Dum- dum, Akesahu, dan Tomabaru dengan tarian Cakalele. Tarian Gala dan Tide-tide, masih dipertahankan oleh masyarakat yang berada di Desa Akelamo Kao, Tabobo, Dum-dum, dan Akesahu. Masyarakat dari desa-desa tersebut berasal dari berbagai suku, masih mempertahankan adat-adat istiadatnya. Tradisi gotong royong masih dipertahankan oleh kelompok masyarakat dibeberapa desa yang penduduknya berasal dari suku Makian dan suku Pagu. (ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010).

(16)

4.3.4 Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan hasil survei terhadap 87 responden rumah tangga di 5 kecamatan, terlihat bahwa penyakit yang banyak didertita oleh responden adalah malaria. Penyakit lain yang diderita oleh keluarga responden adalah diare dan demam berdarah. Sedangkan penyakit kulit hanya diderita oleh 4 orang.

Tabel 4.10. Penyakit yang diderita oleh responden

No. Penyakit Responden

(orang)

Penderita (orang)

1 Malaria 47 55

2 Diare 19 19

3 Demam Berdarah 13 13

4 Penyakit Kulit 4 4

5 Sesak Napas 2 2

Jumlah 85 93

Sumber :ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Puskesmas di Kecamatan Malifut dan Kao Teluk, ditemukan bahwa penyakit ISPA dan malaria merupakan penyakit dominan dari pasien yang berobat dikedua puskesmas tersebut pada kurun waktu bulan Februari sampai April 2010. Data jumlah pasien menurut penyakit yang dialami pada Puskesmas Malifut dan Kao Teluk dapat dilihat pada tabel 4.11.

Pada tabel tersebut terlihat bahwa penyakit ISPA merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh masih adanya kebiasaan masyarakat yang membuang limbah sembarangan, baik limbah cair maupun limbah padat. Penyakit kulit (dermatitis) juga diderita sebagian kecil masyarakat (hanya 0,45%). Penyakit pusing (influenza) umum terjadi pada masyarakat dan biasanya masyarakat langsung mengobatinya dengan obat warung sehingga tidak tercatat di puskesmas.

(17)

Untuk sumber air minum penduduk di wilayah studi sebagian besar bersumber dari air tanah dangkal dengan sumur gali sedalam 7–8 meter. Hanya sebagian kecil penduduk yang masih menggunakan air hujan dan air sungai.

Sedangkan untuk MCK banyak penduduk yang sudah memiliki MCK sendiri namun sebagian masyarakat masih juga ada yang menggunakan MCK yang dibangun oleh pemerintah. Untuk limbah rumah tangga yang berupa limbah padat sudah dikumpulkan dalam lubang dibelakang rumah yang kemudian dibakar bila sudah penuh. Limbah cair rumah tangga disalurkan ke belakang rumah dan sebagian besar sudah ditampung dalam lubang. (ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010).

Gambar 4.7 Puskesmas di Kecamatan Malifut (foto penulis,2012)

(18)

Tabel 4.11. Jumlah pasien menurut penyakit yang dialami pada Puskesmas Malifut dan Kao Teluk periode Februari – April 2010

No. Penyakit Malifut Kao

Teluk

Jumlah Persentase

1 ISPA 250 225 475 42,52

2 Malaria 11 240 251 22,47

3 Diare 67 67 6,00

4 Rhemathoid 6 57 63 5,64

5 Nasopharingitis 62 62 5,55

6 Infeksi Usus 57 57 5,10

7 Hypertensi 4 38 42 3,76

8 Penyalah gunaan alcohol 20 1 21 1,88

9 Conjungtivitis 17 17 1,52

10 Kencing manis 10 6 16 1,43

11 Otitis 10 2 12 1,07

12 Mata 7 1 8 0,72

13 Cacingan 5 1 6 0,54

14 Sipilis 3 2 5 0,45

15 Dermatitis 2 3 5 0,27

16 TBC 3 3 0,27

17 Paringitis 3 3 0,27

18 Gigi 3 3 0,27

19 Tonsilitas 1 1 0,09

Jumlah 328 789 1117 100.00

Sumber : ANDAL PT Nusa Halmahera Minerals,2010

Referensi

Dokumen terkait

1) Diantara parameter proses injection molding yang ada cacat penyusutan sangat dipengaruhi oleh waktu injeksi, backpressure dan temperature leleh, terlihat dari hasil

Tabel 37 Jarak Antara Gudang (DEPO) Kemasing-Masing Customer (Cabang) Tabel 38 Hasil Urutan Lokasi Customer Yang Akan Dikunjungi Dengan Tiga. Metode

Subbag Humas Polres Gorontalo bertugas menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan / informasi serta kerjasama / kemitraan dengan

Pada penelitian yang diajukan ini masalah dapat dijawab secara matematis sehingga penulis menerapkan metode linier kongruen.Dan untuk menghindari pengaksesan record pertanyaan

 Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.  Obstruksi

Menurut Abdul (2011), Bangunan yang terdapat di Bandar Taiping ianya masih boleh digunakan dan utuh hasil daripada peninggalan pihak British dan pedagang

7istrik yang dihasilkan dari Sistem Konversi Energi /ngin akan  beker&#34;a optimal pada siang hari dimana angin berhembus (ukup ken(ang dibandingkan dengan pada malam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta yang berperilaku negatif dalam pencegahan diare yaitu sebanyak