• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MT HARYONO KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MT HARYONO KOTA MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MT HARYONO KOTA MALANG

Aji Wahyu Qan Dermawan, Imma Widyawati Agustin

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

Email: aji.wahyu.qandy@gmail.com

ABSTRAK

Jalur pejalan kaki di perkotaan umumnya disediakan pada kawasan yang memiliki aktivitas pergerakan tinggi seperti jalan-jalan pasar atau pusat perkotaan, kawasan yang memiliki permintaan cukup besar seperti stasiun atau terminal, sekolah, dan rumah sakit serta lokasi yang memiliki permintaan tinggi pada waktu tertentu seperti tempat ibadah, lapangan olahraga, serta kawasan pariwisata. Jalur pejalan kaki yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah Jalan MT. Haryono, Kota Malang. Jalan MT Haryono merupakan salah satu jalan kolektor primer di Kota Malang dengan penggunaan lahan berupa perdagangan dan jasa, perkantoran dan fasilitas umum di sepanjang koridornya dengan intensitas pergerakan yang cukup tinggi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi atau karakteristik jalur pejalan kaki serta tingkat pelayanan jalur pejalan kaki pada Koridor Jalan MT.

Haryono. Penelitian menggunakan metode analisis karakteristik jalur pejalan kaki dan analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi jalur pejalan kaki saat ini sebagian besar dimanfaatkan oleh PKL, bangunan tambahan pertokoan, reklame, parkir kendaraan bermotor, dan tiang listrik atau PJU, sehingga lebar efektif jalur pejalan kaki yang dapat dimanfaatkan oleh pejalan kaki ± 1 - 1,7 meter.

Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki pada Jalan MT Haryono memiliki nilai rata-rata 0,104 yang berada pada kategorikan LOS B, dimana tingkat pelayanan tertinggi terjadi pada segmen 3A ketika pagi di hari kerja dengan LOS D sedangkan tingkat pelayanan terendah terjadi pada segmen 1A ketika pagi di hari libur dengan LOS A.

Kata Kunci : Jalur-Pejalan-Kaki, Kota-Malang, Tingkat-Pelayanan ABSTRACT

Urban walkways are generally provided in areas that have high mobility activities such as market streets or urban centres, areas with considerable demand such as stations or terminals, schools, and hospitals As well as locations that have high demands at certain times such as mosques, churches or temples, sport courts and tourism areas.

The pedestrian path used as the location of the study is MT. Haryono Street, Malang City. MT Haryono Street is one of the primary collector type of roads in Malang city with trading places, offices and public facilities along the corridor with high intensity movements. Research is conducted to determine the condition or characteristic of pedestrian path and service level of pedestrian path on MT. Haryono Road Corridor. This study uses analysis of the characteristics of pedestrian pathways and analysis of service levels of pedestrian pathways. The results showed that the condition of the pedestrian path is currently largely utilized by the street vendors, extended shops, advertizing billboards, vehicle parking, and power/street light poles, causing the effective width of a pedestrian path that can utilized by pedestrians around 1-1.7 meters. The service level of the pedestrian path on MT Haryono Street has an average value of 0.104 which is in the "LOS B" level, where the highest level of service occurs in segment "3A" when morning on weekdays with "LOS D" level, while the lowest level of service occurred on segment "1A" in the morning of holiday season with "LOS A" level.

Keywords: Pedestrian-Ways, Malang-City, Needs-Analysis

PENDAHULUAN

Berjalan merupakan alat penghubung antar moda-moda angkutan yang tidak dapat dikerjakan oleh moda angkutan lain. Berjalan kaki dapat menghubungkan fungsi kawasan satu dengan kawasan lainnya, menjadi alat untuk pergerakan internal kota satu-satunya dalam

memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada di dalam aktivitas komersial dan budaya di kawasan perkotaan. Untuk mengakomodasikan pejalan kaki secara aman dan nyaman perlu dibuat jalur tersendiri yang berbeda dengan jalan, jalur yang mewadahi aktivitas berjalan kaki disebut jalur pejalan kaki atau pedestrian ways (Kusbiantoro, 2007).

(2)

Jalur pejalan kaki merupakan infratruktur kota yang dapat membantu mobilitas penduduk perkotaan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Ketersediaan jalur pejalan kaki dinilai dapat melancarkan jalan apabila telah terhubung dengan moda transportasi umum untuk menekan ketergantungan penggunaan kendaraan pribadi, serta dapat merangsang aktivitas perdagangan dan meningkatkan kualitas lingkungan sekitar (Ardyanti, 2018). Pada suatu ruas jalan perlu dilengkapi dengan jalur pejalan kaki apabila di sepanjang jalan terdapat penggunaan lahan dengan intensitas kegiatan tinggi yang berpotensi menimbulkan aktivitas berjalan kaki. Jalur pejalan kaki dibutuhkan pada kawasan perkotaan yang secara umum memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kawasan yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi serta lokasi-lokasi yang memiliki permintaan yang tinggi (Tanan, 2011).

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 04 Tahun 2011 menjelaskan bahwa jalur pejalan kaki dan perlengkapannya harus direncanakan sesuai dengan ketentuan, dimana jalur pejalan kaki harus diperkeras dan dibuat sedemikian rupa secara kontinuitas, dilengkapi dengan fasilitas penunjang, serta sebaiknya dipisahkan secara fisik dari jalur kendaraan bermotor sehingga pejalan kaki dapat menggunakan jalur pejalan kaki dengan nyaman, lancar dan aman dari gangguan. Salah satu lokasi pengembangan jalur pejalan kaki yang dimaksud yaitu Jalan MT. Haryono. Jalan MT. Haryono merupakan jalan kolektor primer yang memiliki intensitas kegiatan tinggi dikarenakan guna lahan sekitarnya yang didominasi oleh bangunan pertokoan baik pertokoan tunggal maupun pertokoan deret. Selain itu juga terdapat fasilitas umum seperti rumah sakit, universitas, serta perkantoran pemerintah, sehingga meningkatkan tarikan pergerakan, salah satunya aktivitas berjalan kaki.

Kondisi eksisting jalur pejalan kaki yang terdapat pada Jalan MT. Haryono saat ini masih kurang dimanfaatkan dengan baik oleh pejalan kaki, hal tersebut terjadi akibat dari pemanfaatan jalur pejalan kaki oleh pedagang kaki lima (PKL), parkir kendaraan, dan struktur bangunan yang tidak merata sehingga mengganggu kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pejalan kaki.

Keberadaan jalur pejalan kaki yang tidak merata, terputus dan terdapat trotoar yang mengalami kerusakan dapat mengganggu pergerakan pejalan kaki (Amantana, 2016). Kondisi ini dapat mempengaruhi kinerja atau tingkat pelayanan

jalur pejalan kaki pada Jalan MT Haryono. Tingkat pelayanan (Level of Service) jalur pejalan kaki adalah derajat yang menunjukkan kinerja jalur pejalan kaki untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dari jalur pejalan kaki tersebut (Wigananda, 2012).

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu dilakukan penelitian terkait kinerja atau tingkat pelayanan jalur pejalan kaki pada koridor Jalan MT Haryono, Kota Malang.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis karakteristik jalur pejalan kaki dan analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dalam perencanaan dan pengembangan jalur pejalan kaki pada Jalan MT Haryono.

Adapun tujuan dari penelitian terkait Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki Pada Koridor Jalan MT Haryono Kota Malang adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi karakteristik pejalan kaki pada Jalan MT. Haryono

2. Mengidentifikasi karakteristik jalur pejalan kaki pada jalan MT Haryono

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam studi “Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki Pada Koridor Jalan MT Haryono Kota Malang” yaitu penelitian dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian secara kualitatif dilakukan dalam menggambarkan karakteristik pejalan kaki dan karakteristik jalur pejalan kaki, sedangkan penelitian secara kuantitatif digunakan dalam menganalisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Jalan MT. Haryono Kota Malang yang dimulai dari sisi selatan persimpangan Jalan MT. Haryono dan Jalan Gajayana hingga persimpangan Jalan MT.

Haryono dan Jalan Soekarno-Hatta. Jalan MT.

Haryono sisi selatan Jalan Gajayana (Gambar 1).

Wilayah studi penelitian berada pada wilayah administrasi Kelurahan Dinoyo dan Kelurahan Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Wilayah studi yang akan diteliti memiliki panjang jalan sepanjang ±920 meter, dimana nantinya dibagi menjadi 3 segmen terdiri dari 2 titik pengamatan pada masing-masing segmen penelitian dengan batas penelitian berikut:

(3)

Utara : Jalan Gajayana

Selatan : Kelurahan Ketawanggede Barat : Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan

Panjaitan Timur : Sungai Brantas

Gambar 1. Lokasi Studi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki Pada Koridor Jalan MT Haryono Kota Malang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Variabel Penelitian

Tujuan

Penelitian Variabel Sumber

Mengetahui karakteristik pejalan kaki

Pejalan Kaki

• Usia

• Jenis Kelamin

• Pendidikan

• Pekerjaan

• Tujuan Perjalanan

• Masyuri, 2011

• Pratiwi, 2016

• Siburian, 2017

Mengetahui Karakteristik Jalur Pejalan Kaki

Jalur Pejalan Kaki

• Geometrik dan Kondisi trotoar

• Kondisi jalur penyeberangan

• Fasilitas pelengkap

• Doko, 2016

• Alyanur, 2017

Kinerja Jalur Pejalan Kaki

• Arus (Flow Rate)

• Kecepatan (Speed)

• Kepadatan (Density)

• Ruang (Space)

• Utomo, 2011

• Agustin, 2017

Sumber: Hasil Pemikiran, 2019

Metode pengumpulan data Survei Sekunder

Pengumpulan informasi dan data yang berkaitan dengan penelitian diperoleh dari studi literatur dan peraturan terkait. Studi literatur yang akan dilakukan berupa mengkaji penelitian terdahulu sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Peraturan terkait yang dijadikan masukan dalam

penelitian yaitu peraturan pemerintah pusat, RTRW Kota Malang Tahun 2010-2030, RDTR BWP Malang Utara Tahun 2015-2035, serta Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki.

Survei Primer

Data primer dikumpulkan melalui kegiatan observasi lapangan. Observasi lapangan yang dilakukan antara lain, geometrik jalur pejalan kaki; inventori fasilitas jalur pejalan kaki; guna lahan; jumlah pejalan kaki; kecepatan dan arus pejalan kaki; volume pejalan kaki. Penyebaran kuisioner kepada pengguna jalur pejalan kaki dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan persepsi pengguna terhadap jalur pejalan kaki berdasarkan aspek kenyamanan, keselamatan dan keamanan.

Pemilihan waktu survei

Pemilihan waktu survei ditentukan melalui survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah pejalan kaki pada waktu puncak. Hari kerja (weekday) pada hari senin-kamis dan hari libur (weekend) pada sabtu-minggu selama 24 jam.

Hasil survei pendahuluan nantinya akan diketahui jumlah pejalan kaki terbanyak pada hari dan waktu puncak tertentu. Waktu puncak tersebut nantinya akan dijadikan acuan waktu survei primer (pengamatan langsung) terkait jumlah, arus, kecepatan, dan volume pejalan kaki.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, diketahui bahwa waktu puncak pejalan kaki yaitu pada hari kamis untuk weekday dan pada hari sabtu untuk weekend. Adapun waktu pengamatan pejalan kaki yang baik ditentukan pada rentang waktu puncak tertentu pada pagi, siang, sore atau malam hari yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Pembagian Waktu Survei

Waktu Pengamatan

Weekday (Hari Kamis)

Weekend (Hari Sabtu) Pagi 07.00 – 09.00 WIB 08.00 – 10.00 WIB Siang 13.00 – 15.00 WIB 13.00 – 15.00 WIB Sore 18.00 – 20.00 WIB 18.00 – 20.00 WIB Sumber: Hasil Survei Pendahuluan, 2019

Pembagian segmen dan titik pengamatan Pembagian segmen dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam pengamatan objek yang akan diteliti. Lokasi penelitian merupakan Jalan MT. Haryono yang berada pada sisi selatan persimpangan Jalan Gajayana, dimulai dari Toko Mebel pada persimpangan Jalan Gajayana dan Jalan MT Haryono hingga persimpangan Jalan MT

(4)

Haryono dan Jalan Soekarno-Hatta. Jalan MT.

Haryono dibagi menjadi tiga segmen (Tabel 3 dan Gambar 2), dimana batas setiap segmen berupa persimpangan.

Tabel 3. Pembagian Segmen

Segmen Panjang Keterangan Segmen

1

300 m Pembagian pada segmen 1 dimulai dari persimpangan Jalan Gajayana hingga persimpangan Jalan Kerto Raharjo dan Jalan MT.

Haryono Gang III.

Segmen 2

200 m Segmen 2 dimulai dari persimpangan Jalan Kerto Raharjo dan Jalan MT.

Haryono Gang III. hingga persimpangan Watu Gong.

Segmen 3

420 m Segmen 3 dibatasi dari persimpangan Jalan Watu Gong hingga persimpangan Jalan Soekarno-Hatta.

Sumber: Hasil Pemikiran, 2019

Gambar 2. Pembagian Segmen

Titik pengamatan dilakukan untuk mengamati jumlah, kecepatan, arus dan volume pejalan kaki pada jalur pejalan kaki. Dalam setiap segmen dibagi menjadi 6 titik pengamatan dengan tugas yang berbeda, dimana 4 titik pengamatan akan menghitung jumlah pejalan kaki sedangkan 2 titik pengamatan akan menghitung arus, kecepatan dan volume pejalan kaki yang melintasi titik pengamatan.

Metode Sampel

Teknik sampel yang digunakan adalah accidental sampling, dimana sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu di lokasi (Sugiyono, 2009). Penetapan

jumlah sampel menggunakan Rumus Bernouli dikarenakan jumlah pejalan kaki tidak tetap setiap harinya.

𝑛 = (𝑍

𝛼 2)2 𝑝×𝑞

𝑑2 ... (1) 𝑛 =𝑍2𝑝(1−𝑝)

𝑒2 Keterangan:

n = banyaknya sampel yang terpilih

Z = nilai yang dapat dari tabel normal standar dengan peluang 𝛼

2

p = probabilitas populasi yang tidak diambil sebagai sampel

q = probabilitas populasi yang diambil sebagai sampel(1 − 𝑝)

α = tingkat ketelitian e = tingkat kesalahan

Sehingga sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 100 orang (pembulatan 96,04) yang dibagi pada 3 segmen, yaitu 18 orang pada segmen 1, 30 orang pada segmen 2, dan 52 orang pada segmen 3.

Metode Analisis Data

Analisis karakteristik jalur pejalan kaki

Analisis karakteristik jalur pejalan kaki dilakukan untuk mengetahui karakteristik jalur pejalan kaki di Jalan MT. Haryono. Analisis karakteristik jalur pejalan kaki dilakukan dengan mendeskripsikan secara kualitatif kondisi eksisting trotoar, jalur penyeberangan, dan fasilitas jalur pejalan kaki (Ardyanti, 2018). Faktor yang diperhatikan yaitu ketersediaan, jumlah, kondisi, dimensi, dan lokasinya. Data kondisi jalur pejalan kaki diperoleh dari hasil survei inventori prasarana dan sarana jalur pejalan kaki. Hasil kondisi eksisting nantinya akan dibandingkan dengan Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan di Perkotaan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2014.

Analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki Analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki mengukur efisiensi dari arus pejalan kaki (Putra, 2013). Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dapat diukur secara langsung dan tidak langsung dari interaksi diantara pejalan kaki dan interaksi antara pejalan kaki dengan lingkungan. Antara arus, kecepatan, kepadatan dan ruang pejalan kaki terdapat hubungan yang sangat erat seperti

(5)

terlihat dari persamaan umum untuk tingkat pelayanan jalur pejalan kaki.

Arus Pejalan Kaki

Arus pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melintasi suatu titik pengamatan trotoar diukur dalam satuan pejalan kaki per meter per menit.

𝑄 =N

t ... (2) Keterangan:

Q = Arus pejalan kaki (orang/meter/menit) N = Jumlah pejalan kaki yang lewat (orang/meter) t = Waktu Pengamatan (menit)

Kecepatan Pejalan Kaki

Kecepatan pejalan kaki adalah jarak yang dapat ditempuh oleh pejalan kaki pada suatu ruas jalur pejalan kaki per satuan waktu tertentu.

𝑉 =L

t ... (3) Keterangan:

V = Kecepatan pejalan kaki (meter/menit) L = Panjang segmen pengamatan (meter) t = Waktu tempuh pejalan kaki pada segmen

pengamatan (menit) Kepadatan Pejalan Kaki

Kepadatan pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki per satuan luas trotoar tertentu

𝐷 =Q

V ... (4) Keterangan:

D = Kepadatan (orang/meter2) Q = Arus (orang/meter/menit)

V = Kecepatan rata-rata (meter/menit) Ruang Pejalan Kaki

Ruang pejalan kaki adalah luas area rata- rata yang tersedia untuk masing-masing pejalan kaki pada suatu jalur pejalan kaki

𝑆 =V

Q =1

𝐷... (5) Keterangan:

S = ruang pejalan kaki (meter2/orang) D = Kepadatan (orang/meter2) Q = Arus (orang/meter/menit)

V = Kecepatan rata-rata (meter/menit)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Jalan MT Haryono

Jalan MT Haryono merupakan jalan kolektor primer yang menjadi jalan utama menghubungkan Kota Malang dengan Kota Batu.

Koridor Jalan MT Haryono memiliki panjang yang mencapai 1,8 km dengan lebar yang mencapai 12 meter. Lokasi studi yang dilakukan dalam penelitian merupakan Jalan MT Haryono pada sisi selatan persimpangan Jalan Gajayana. Jalan MT Haryono terbagi menjadi 4 jalur dengan 2 arah dengan masing-masing 2 jalur, memiliki penggunaan dengan intensitas tinggi dengan kecepatan rata-rata kendaraan 40 hingga 50 km/jam (Tabel 4). Intensitas kendaraan yang cukup tinggi terjadi pada pagi dan sore hari dengan mayoritas kendaraan didominasi oleh kendaraan pribadi baik kendaraan roda 4 maupun roda 2.

Tabel 4 Kondisi Geometrik Jalan MT Haryono

Geometrik Jalan Jalan MT Haryono

Tipe Jalan 4/2 D

Jumlah Lajur 4

Sistem Arah 2 Arah

Panjang Jalan (meter) 900 meter Lebar efektif jalan (meter) 9-12 meter Lebar lajur (meter) 4,5-6,0 meter

Perkerasan Aspal Hotmix

Lebar Median Jalan (meter) - Lebar Bahu Jalan (meter) 0,5 meter Kelas Hambatan Samping Tinggi

Ukuran Kelas Kota 0,5 hingga 1 juta penduduk Sumber: Hasil Survei dan Studi Literatur, 2019

Karakteristik Pejalan Kaki

Pejalan kaki yang melewati jalan MT Haryono sebagian besar pejalan kaki berusia 14- 18 tahun dengan persentase 27% serta rentang usia 19-40 tahun dengan persentase sebanyak 62%, selain itu mayoritas pejalan kaki adalah perempuan dengan persentase nilai sebesar 66%, sedangkan pejalan kaki dengan jenis kelamin laki- laki sebanyak 34%. Hal ini dikarenakan Jalan MT Haryono didominasi oleh guna lahan pendidikan sehingga pada usia tersebut pejalan kaki didominasi oleh pelajar atau mahasiswa dengan persentase sebesar 53%. Sebagian besar pejalan kaki memiliki pendidikan terakhir SMA dengan persentase 64%. Rata-rata tujuan pergerakan pejalan kaki yang menuju ke sarana perdagangan dan jasa, dimana tujuan pergerakan dipengaruhi oleh banyaknya guna lahan sarana perdagangan dan jasa seperti tempat makan, toko baju, toko bangunan, jasa percetakan dan reparasi, serta toko lain yang menunjang kebutuhan rumah kos.

(6)

Karakteristik Jalur Pejalan Kaki

Berdasarkan kondisi eksisting, hanya terdapat 2 jalur pejalan kaki di sepanjang Jalan MT Haryono (Gambar 3), yaitu jalur pejalan kaki pada segmen 1B dan segmen 3B. Jalur pejalan kaki pada segmen 1B merupakan jalur pejalan kaki khusus pertokoan yang memiliki panjang 36 meter dan lebar trotoar 1 meter, namun kondisi eksisting saat ini dimanfaatkan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) sehingga menghalangi pejalan kaki. Sedangkan pada segmen 3B terdapat jalur pejalan kaki khusus Universitas Brawijaya dengan panjang 170 meter dan lebar 1,7 meter yang menerus atau tidak terputus dimulai dari Jalan Watu Gong hingga Jalan Soekarno-Hatta.

Gambar 3. Ketersediaan Jalur Pejalan Kaki

Adapun uraian kondisi geometrik jalur pejalan kaki pada koridor Jalan MT Haryono per segmen dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Geometrik Jalur Pejalan Kaki

Segmen

Karakteristik Jalur Pejalan Kaki Panjang

(cm)

Lebar (cm)

Tinggi

(cm) Perkerasan Hambatan Samping

1A - - - -

1B 360 100 30 Paving

Beton PKL

2A - - - -

2B - - - -

3A - - - -

3B 1200 170 150 Batu Koral - Sumber: Hasil Survei, 2019

Di sepanjang koridor jalan MT Haryono, trotoar atau jalur pejalan kaki yang tersedia sebagian besar dimanfaatkan oleh PKL, reklame, parkir kendaraan bermotor, dan tiang listrik atau PJU, sehingga lebar efektif trotoar yang dapat dimanfaatkan oleh pejalan kaki pada segmen 1 adalah ± 1 - 1,5 meter (Gambar 4). Pada segmen 2, lebar trotoar efektif yang dapat dimanfaatkan oleh pejalan kaki untuk menuju ke sarana perdagangan dan jasa yaitu ± 1 - 1,2 meter (Gambar 5), sedangkan pada segmen 3 yaitu ±1- 1,7 meter (Gambar 6). Pada titik tertentu, pejalan kaki terpaksa menggunakan bahu jalan dan badan jalan untuk berjalan ke tujuan karena sempitnya ruang gerak bagi pejalan kaki akibat hambatan yang ada di trotoar sehingga pejalan kaki berpotensi bersinggungan langsung dengan kendaraan bermotor.

Gambar 4. Penampang Melintang Atas Segmen 1 Jalan MT Haryono

Gambar 5. Penampang Melintang Atas Segmen 2 Jalan MT Haryono

(7)

Gambar 6. Penampang Melintang Atas Segmen 3 Jalan MT Haryono Karakteristik Jalur Penyeberangan

Pada jalan MT Haryono terdapat 4 jalur penyeberangan yang melayani pejalan kaki (Gambar 7). Terdapat 2 jalur penyeberangan pada segmen 1, yaitu jalur penyeberangan di persimpangan jalan berupa penyeberangan zebracross dan jalur penyeberangan di depan Persada Swalayan berupa penyeberangan pelikan. Pada segmen 3 terdapat 2 jalur penyeberangan, yaitu jalur penyeberangan yang berada di depan PLN berupa penyeberangan pelikan dan jalur penyeberangan pada persimpangan Jalan Soekarno-Hatta berupa penyeberangan zebra cross. Jalur penyeberangan yang terdapat di sepanjang Jalan MT Haryono telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam Permen PU 3 Tahun 2014, yaitu memiliki panjang garis membujur minimum 2,5 meter dan memiliki warna cat marka yang terang baik siang maupun malam hari.

Gambar 7. Ketersediaan Jalur Penyeberangan Fasilitas Pelengkap Jalur Pejalan Kaki

Fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki yang terdapat di sepanjang koridor Jalan MT Haryono

(Gambar 8) yaitu ketersediaan jalur hijau, pohon peneduh, penerangan jalan umum (PJU), halte, pagar pengaman, dan rambu atau papan informasi. Ketersediaan jalur hijau terdapat pada segmen 2 dengan panjang 35 meter dan lebar 2 meter serta di sepanjang segmen 3 dengan panjang jalur hijau sepanjang 120 meter dan lebar 2 meter. Di sepanjang koridor Jalan MT Haryono terdapat ± 50 pohon yang tersebar pada setiap segmen, namun pada segmen 1 hanya terdapat 9 pohon, sehingga ketersediaan pohon peneduh pada segmen 1 belum dapat meneduhi pejalan kaki secara keseluruhan. Penerangan pada jalur pejalan kaki hanya terdapat pada segmen 3 sisi selatan sebanyak 42 buah lampu, pada segmen lainnya pejalan kaki memanfaatkan Penerangan Jalan Umum (PJU) yang tersedia.

Terdapat 23 PJU yang tersebar di sepanjang koridor Jalan MT Haryono. Selain itu pagar pembatas juga terdapat pada segmen 3 sisi selatan di sepanjang jalur pejalan kaki Universitas Brawijaya dengan panjang 120 meter dan lebar 0,3 meter.

Fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki lain yang tersedia yaitu rambu atau penanda jalan bagi jalur penyeberangan pelikan serta sebuah halte pada segmen 3 di depan Universitas Brawijaya. Rambu atau penanda jalan dapat terlihat dengan jelas oleh pengendara kendaraan bermotor, namun pada segmen 3 rambu jalur penyeberangan tertutupi oleh daun dan ranting pohon sehingga kurang terlihat dengan jelas oleh pengendara kendaraan bermotor. Di sepanjang koridor tidak tersedia fasilitas pelengkap tempat sampah khusus jalan maupun pejalan kaki serta tidak terdapat fasilitas pelengkap berupa bangku istirahat bagi pejalan kaki. Kurangnya fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki pada Jalan MT Haryono dapat menyebabkan pejalan kaki menjadi kurang nyaman sehingga dapat menurunkan minat berjalan kaki.

(8)

Gambar 8. Ketersediaan Fasilitas Pelengkap Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki

Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki diukur berdasarkan waktu atau jam puncak rata-rata yang terjadi pada setiap segmen di hari kerja (weekday) dan hari libur (weekend). Berdasarkan hasil survei jumlah pejalan kaki, untuk hari kerja ditentukan waktu pengamatan pada hari kamis, sedangkan untuk hari libur pejalan kaki terbanyak terjadi pada hari sabtu sehingga ditentukan waktu pengamatan pada hari sabtu. Perhitungan

tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dipilih hari kamis untuk mewakili weekday dan hari sabtu untuk mewakili weekend.

Data yang dibutuhkan berupa lebar efektif jalur pejalan kaki, panjang jalur pejalan kaki yang dilakukan pengamatan, lama waktu pengamatan, jumlah pejalan kaki dan kecepatan pejalan kaki.

Panjang jalur pejalan kaki yang diamati yaitu sepanjang 40 meter, sedangkan lama waktu pengamatan dilakukan selama 15 menit per segmen. Dari data tersebut kemudian dihitung arus pejalan kaki, kecepatan, kepadatan dan ruang pejalan kaki. Setelah menghitung arus, kecepatan, kepadatan, dan ruang pejalan kaki selanjutnya menghitung nilai V/C (Tabel 6).

Tabel 6 Standar LOS Jalur Pejalan Kaki

(V/C) Tingkat Pelayanan

0 – 0,08 A

0,081 – 0,28 B

0,281 – 0,40 C

0,401 – 0,60 D

0,601 – 1,00 E

> 1.00 F

Sumber: Permen PU Nomor 3 Tahun 2014

Uraian hasil pengamatan dan perhitungan tingkat pelayanan jalan pada segmen pengamatan di sepanjang koridor Jalan MT Haryono dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki Jalan MT Haryono

Segmen Waktu Pengamatan

Arus Pejalan Kaki (org/m/menit)

Kecepatan (m/m)

Kepadatan (org/m2)

Ruang pejalan

kaki (m2/org) V/C Tingkat Pelayanan

1A

Week day

Pagi 1.40 57.14 0.025 40.82 0.0343 A

Siang 2.00 63.16 0.032 31.58 0.0633 A

Malam 0.93 46.15 0.020 49.45 0.0189 A

Week end

Pagi 0.67 50.00 0.013 75.00 0.0089 A

Siang 1.73 53.33 0.033 30.77 0.0563 A

Malam 1.13 42.11 0.027 37.15 0.0305 A

1B

Week day

Pagi 2.50 60.00 0.042 24.00 0.1042 B

Siang 3.20 63.16 0.051 19.74 0.1621 B

Malam 1.80 51.06 0.035 28.37 0.0635 A

Week end

Pagi 1.60 48.98 0.033 30.61 0.0523 A

Siang 3.00 54.55 0.055 18.18 0.1650 B

Malam 2.10 43.64 0.048 20.78 0.1011 B

2A

Week day

Pagi 3.80 60.00 0.063 15.79 0.2407 B

Siang 2.70 66.67 0.041 24.69 0.1094 B

Malam 3.80 51.06 0.074 13.44 0.2828 C

Week end

Pagi 2.40 57.14 0.042 23.81 0.1008 B

Siang 2.60 68.57 0.038 26.37 0.0986 B

Malam 3.10 47.06 0.066 15.18 0.2042 B

2B

Week day

Pagi 2.08 61.54 0.034 29.54 0.0705 A

Siang 1.58 64.86 0.024 40.97 0.0386 A

Malam 1.42 55.81 0.025 39.40 0.0360 A

Week end

Pagi 1.92 55.81 0.034 29.12 0.0658 A

Siang 1.25 57.14 0.022 45.71 0.0273 A

Malam 1.00 45.28 0.022 45.28 0.0221 A

3A

Week day

Pagi 4.80 53.33 0.090 11.11 0.4320 D

Siang 3.70 58.54 0.063 15.82 0.2339 B

Malam 2.80 50.00 0.056 17.86 0.1568 B

Week end

Pagi 2.50 52.17 0.048 20.87 0.1198 B

Siang 1.90 57.14 0.033 30.08 0.0632 A

Malam 1.40 46.15 0.030 32.97 0.0425 A

(9)

Segmen Waktu Pengamatan

Arus Pejalan Kaki (org/m/menit)

Kecepatan (m/m)

Kepadatan (org/m2)

Ruang pejalan

kaki (m2/org) V/C Tingkat Pelayanan

3B

Week day

Pagi 3.29 53.33 0.062 16.19 0.2035 B

Siang 2.65 55.81 0.047 21.09 0.1255 B

Malam 1.59 55.81 0.028 35.14 0.0452 A

Week end

Pagi 0.94 57.14 0.016 60.71 0.0155 A

Siang 1.24 53.33 0.023 43.17 0.0286 A

Malam 0.59 58.54 0.010 99.51 0.0059 A

Sumber: Hasil Analisis, 2019

Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pelayanan jalur pejalan kaki pada setiap segmen berada pada kategori B dengan nilai 0,1039, khususnya ketika weekday. Pejalan kaki masih dapat berjalan dengan nyaman dan cepat tanpa mengganggu pejalan kaki lainnya, namun keberadaan pejalan kaki yang lainnya sudah mulai berpengaruh pada arus pejalan kaki. Luas jalur pejalan kaki ≥ 3.6 m per orang dengan arus pejalan kaki > 16-32 orang per menit per meter.

Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki ketika weekday (Gambar 9) rata-rata memiliki nilai yang berada pada LOS B dengan nilai V/C rata-rata 0,138. Dalam hal ini pejalan kaki dapat berjalan dengan nyaman dan cepat tanpa mengganggu pejalan kaki lainnya. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki tertinggi terjadi pada segmen 3A ketika pagi hari dengan nilai 0,432 atau berada pada kategori LOS D. Hal tersebut karena jumlah pejalan kaki yang lebih tinggi dibandingkan segmen lain.

Gambar 9. Tingkat Pelayanan Weekday Ketika weekend, tingkat pelayanan jalur pejalan kaki memiliki rata-rata nilai 0,07 atau berada pada tingkat pelayanan dengan LOS A (Gambar 10). Pada kondisi ini, pejalan kaki dapat berjalan dengan bebas, termasuk dapat menentukan arah berjalan dengan bebas, dengan kecepatan yang relatif cepat tanpa menimbulkan gangguan antar pejalan kaki. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki tertinggi terjadi pada segmen 2A ketika malam hari dengan nilai 0,218 atau berada pada kategori LOS B.

Gambar 10. Tingkat Pelayanan Weekend KESIMPULAN

Pada Koridor Jalan MT Haryono hanya terdapat 2 jalur pejalan kaki eksisting, yaitu pada segmen 1B dan segmen 3B. Sebagian besar trotoar dan jalur pejalan kaki yang disediakan, memiliki hambatan samping berupa PKL, tiang listik atau PJU, reklame, parkir kendaraan, dan tambahan bangunan pertokoan, sehingga lebar efektif trotoar yang dapat dimanfaatkan oleh pejalan kaki yaitu sepanjang ± 1 – 1,7 meter. Di sepanjang koridor tidak tersedia fasilitas pelengkap berupa tempat sampah khusus dan bangku istirahat bagi pejalan kaki. Terdapat 4 jalur penyeberangan yang memiliki panjang garis membujur lebih dari 2,5 meter dengan warna cat marka yang terang baik siang maupun malam hari.

Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pelayanan jalur pejalan kaki pada setiap segmen berada pada LOS B dengan nilai 0,104. Pada LOS B, pejalan kaki masih dapat berjalan dengan nyaman namun keberadaan pejalan kaki yang lainnya sudah mulai mempengaruhi arus pejalan kaki. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki tertinggi ketika weekday terjadi pada segmen 3A pagi hari dengan LOS D dan segmen 2A ketika weekend malam dengan LOS B. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki terendah pada segmen 1A ketika weekday malam dan segmen 3B ketika weekend malam dengan masing-masing LOS A.

Berdasarkan kondisi tingkat pelayanan jalur pejalan kaki pada Jalan MT Haryono pada

(10)

setiap segmen menunjukkan bahwa trotoar atau jalur pejalan kaki yang tersedia saat ini masih tersedia cukup ruang berjalan bagi pejalan kaki namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan jalur pejalan kaki yang masih terputus atau tidak menerus, hambatan samping yang mengganggu kenyamanan, keselamatan dan keamanan pejalan kaki, serta fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki yang kurang lengkap sehingga berpengaruh terhadap minat pejalan kaki dalam memanfaatkan jalur pejalan kaki yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Imma W. 2017. Penerapan Konsep Walkability di Kawasan Alun-Alun Kota Malang. Jurnal Pengembangan Kota. V(1):

45-47.

Alyanur, Nabila. 2017. Arahan Penataan Fasilitas Jalur Pejalan Kaki Di Jalan Pantai Senggigi dan Jalan Raya Senggigi. Tugas Akhir, Perencanaan Wilayah dan Kota. Malang:

Universitas Brawijaya.

Amantana, Bima. 2016. Tingkat Walkability Berdasarkan Persepsi Pejalan Kaki di Koridor Jalan MT Haryono Kota Malang.

Tugas Akhir, Perencanaan Wilayah dan Kota. Malang: Universitas Brawijaya.

Ardyanti, Vinta Rachma. 2018. Evaluasi Knerja Jalur Pejalan Kaki Koridor Jalan Bendungan Sigura-gura Kota Malang. Tugas Akhir, Perencanaan Wilayah dan Kota. Malang:

Universitas Brawijaya.

Doko, Agresia IB. 2016. Konsep Penataan Jalur Pejalan Kaki yang Ramah Bagi Pejalan Kaki di Universitas Brawijaya. Tugas Akhir, Perencanaan Wilayah dan Kota. Malang:

Universitas Brawijaya.

Kusbiantoro, dkk, 2007. Kebutuhan dan Peluang Pengembangan Fasilitas Pedestrian Pada Sistem Jalan di Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. XVIII (2):

74-102

Masyuri, Muh. Ikbal. 2011. Studi Karakteristik Pejalan Kaki Dan Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki di Kota Palu (Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal

Tatura). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi. I(2): 69-79.

Pemerintah Indonesia. 2011. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030. Malang: Walikota Malang

Pemerintah Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum

Pemerintah Indonesia. 2015. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Bagian Wilayah Perkotaan Malang Utara Tahun 2015-2035. Malang: Walikota Malang

Pratiwi, Irene D. 2016. Penataan Jalur Pejalan Kaki Berdasarkan Konsep Walkability di Jalan Merdeka Kota Malang. Tugas Akhir, Perencanaan Wilayah dan Kota. Malang:

Universitas Brawijaya.

Putra, Sucipta. 2013. Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki (Studi Kasus Jalan Diponegoro di Depan Mall Ramayana, Kota Denpasar). Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil. II(2): 1-6.

Siburian, K. Presley. 2017. Kinerja Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan T Haryono (Dinoyo) Kota Malang. Tugas Akhir, Perencanaan Wilayah dan Kota. Malang: Universitas Brawijaya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Tanan, Natalia. 2011. Fasilitas Pejalan Kaki.

Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum.

Utomo, Nugroho, 2011. Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki dan Peningkatan Fasilitas Transportasi Umum dengan Perencanaan Teluk Bis. Jurnal Teknik Sipil KERN. I(2):57- 68

Wigananda, Muhlas Hanif, 2012. Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jalan Pemuda). Jurnal Teknik ITS. I:

E69-E74

Gambar

Gambar 1. Lokasi Studi Variabel Penelitian
Tabel 3. Pembagian Segmen
Tabel 4 Kondisi Geometrik Jalan MT Haryono
Gambar 5. Penampang Melintang Atas Segmen 2 Jalan MT Haryono
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Instansi terkait seperti perusahaan diharapkan dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan memberikan suplemen kepada pekerjanya agar dapat mengurangi angka anemia, di

Pendekatan serba lembaga ( institusional approach ), yaitu pendekatan yang difokuskan pada keterlibatan lembaga pemasaran beserta fungsi yang dijalankan dalam tataniaga apel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju pertumbuhan alga dan bakteri heterotropik pada air limbah domestik berdasarkan

Skripsi oleh Tri (2014) yang berasal dari Universitas Jember berjudul “Analisis Diksi dan Stilistika Genetis pada Lirik Lagu Ebiet G. Penelitian ini membahas tentang

memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis terkait Data Governance, Instalasi DB dan Workbench, SQL untuk analisis data, Power Query analisis data serta membuat Visualisasi

Sebelum adanya program FEWS atau saat terjadinya banjir bandang tahun 2010, masyarakat belum memiliki sistem peringatan dini (wawancara KSB Wates, Beringin,)

Ngunjung adalah upacara tahunan yang diadakan di makam keramat. Tujuannya untuk meminta berkah agar masyarakat bisa menjaga dan meningkatkan kehidupan yang lebih

Penelitian ini mengkaji peresapan air kedalam tanah / infiltrasi akibat perubahan penggunaan atau tata guna lahan dari daerah resapan ke daerah pengembangan di bukit