• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALAM SEMESTA: BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT. Oleh I Wayan Latra, S.Ag,M.Si. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ALAM SEMESTA: BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT. Oleh I Wayan Latra, S.Ag,M.Si. NIP"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ALAM SEMESTA:

BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT

Oleh

I Wayan Latra, S.Ag,M.Si.

NIP 195812311981031049

UPT PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA UNIVERSITAS UDAYANA

2019

(2)

i

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadapan Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Mahaesa atas rahmat yang dilimpahkan sehingga penelitian yang berjudul “Alam Semesta: Bhuana Agung dan Bhuana Alit” dapat diselesaikan. Dalam pelaksanaan penelitian ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi, namun berkat karunia-Nya akhirnya segala rintangan tersebut dapat diatasi.

Keberhasilan penelitian ini berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya sampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya tulisan ini.

Disadari sepenuhnya atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk hal itu diharapkan masukan, kritik, dan saran dalam penyempurnaannya, serta untuk menambah wawasan dan cakrawala pengetahuan peneliti.

Akhirnya atas segala bantuan Bapak/Ibu/Sdr., peneliti doakan semoga mendapat pahala yang berlipat dari Tuha Yang Mahaesa.

Om, Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, Mei 2019 Peneliti,

(3)

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ……….

DAFTAR ISI ………

i ii

I PENDAHULUAN……….……… 1

1.1 Latar Belakang ………...………..

1.2 Masalah ………...……….….

1.3 Tujuan ………..………..

1 4 4 II ALAM SEMESTA: BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT……… 4

2.1 Asal Mula Bhuana Agung dan Bhuana Alit ………..

2.2.Hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit ……….

2.3 Asal Mula Manusia dan Unsur-Unsurnya ………

2.4 Hakikat Manusia ………..

2.5 Manusia, Binatang dan Tumbuh-Tumbuhan ………...

5 10 13 16 17

III SIMPULAN ………...………..………….. 18

IV KEPUSTAKAAN ………. 20

(4)

1 ALAM SEMESTA:

(BHUANA AGUNG DAN BHUWANA ALIT)

I. PENDAHULUAN

Alam semesta atau jagat raya ini dahulu kala pernah tidak ada. Lalu ada.

Kemudian tidak ada lagi dan demikian seterusnya berulang-ulang kali. Pada saat alam ini meng-ada disebut srsti atau Brahma diva (siang hari Brahma) dan ketika alam ini meniada disebut pralaya atau Brahma nakta (malam hari Brahma) disebut satu hari Brahma atau satu kalpa.

Proses (peristiwa) mengadakan alam ini berlangsung secara berjenjang dari jenjang yang teramat gaib/halus sampai pada jenjang yang tampak berwujud/kasar. Adapun prosesnya demikian:

Ketika tidak apa-apa, yang ada hanyalah Tuhan Paramasiwa atau Nirguna Brahma yang berwujud sunyi, sepi, kosong dan hampa, kemudian Tuhan Paramasiva/Nirguna Brahma menjadikan diri-Nya Sadasiva atau Brahma. Pada jenjang ini Tuhan telah menjadi/berwujud/berbadan Purusa dan Prakrti. Purusa adalah unsur dasar yang bersifat kejiwaan, sedengkan Prakrti adalah unsur dasar yang bersifat kebendaan. Baik Purusa dan Prkrti sifat kedua-duanya tak dapat diamati dan tanpa permulaan, seperti disebutkan dalam kitab Bhagawad Gita XIII.19 berikut ini:

Prakrtim purusam cai’va viddhy anadi ubhav api vikaram ca gunas cai’va viddhi prakrtisambhavan

(5)

2 Terjemahannya:

Ketahuilah bahwa prakrti dan purusa kedua-duanya adalah tanpa permulaan; dan ketahui juga bahwa segala bentuk dan ketiga guna lahir dari prakrti. (Mantra, 2009:29)

Purusa dan Prakrti inilah kemudian bekerja sama yang menyebabkan adanya alam semesta ini, secara bertingkat/berjenjang. Kerja sama Purusa dan Prakrti ini dilukiskan sebagai kerja sama antara seseorang yang melek tapi lumpuh dengan seorang yang kuat tapi buta. Dengan kerja samanya itulah mereka baru bisa melakukan atau membuat sesuatu.

1.1 Latar Belakang

Alam semesta sebagai Bhuana Agung beserta segala makhluk hidup selaku Bhuana Alit sebagai isinya diciptakan oleh Tuhan (Ida Sang Hynag Widhi Wasa) yang bergelar Brahman. Dari Brahman inilah kemudian muncul alam semesta ini dan Beliau pulalah sebagai pelinduntg, dan atas kehendak beliau alam ini akan mengalami kehancuran atau Pralaya. Adapun tujuan Brahman atau Ida Sang Yang Widhi Wasa menciptakan alam semesta adalah sebagai tempat hidup terutama manusia, sehingga dapat menikmati kehidupan dalam hidupnya.

Pada hakikatnya, antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Asal mula manusia dan alam semesta ini pada hakiekatnya adalah sama, yaitu dari Purusa dan Prakrti juga. Maka itu alam semesta ini lazim disebut Bhuana Agung, sedangkan diri manusia disebut Bhuana Alit. Pada diri manusia unsur Purusa itu menjadi Jivatman, sedang unsur Prakrti menjadi badan kasar atau Sthula sarira. Suksma sarira juga disebut lingga sarira dan Sthula sarira juga

(6)

3 disebut Raga sarira. Suksma saira/lingga sarira terjadi dari: Buddhi, Manas, Ahamkara, disebut Tri Antah Karana.

Manusia adalah makhluk yang berakal buddhi. Manusia sering disebut atmaja, anuja atau janma dan juga purusa. Manusia disebut manusia oleh karena ia pada hakiktnya adalah penjelmaan dari anu. Anu dalam Bahasa Sanskerta berarti atom. Maksudnya adalah percikan kecil dari Tuhan. Manusia disebeut atmaja, anuja atau janma, oleh karena pada hakekatnya ia adalah atma atau anu yang lahir atau menjelma dari atma/anu yang membadan. Dan disebut purusa, oleh karena memang manusia berasal dari Purusa atau juga Visesa semua itu adalah sama yaitu tetesam/percikan yang mengalir dari Tuhan. Dengan demikian maka manusia pada hakekatnya adalah penjelmaan dari atma, atau keturunan atau putra/murid Tuhan maka ia patut berguru dan mohon tuntunan-Nya melalui sabda-sabda-Nya yang tertuang dalam pustaka suci Veda.

Asal mula manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan pada hakekatnya adalah sama. Namun demikian manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan tidaklah sama. Ia tetap berbeda. Perbedaan kelahiran ini bersumber pada perbedaan karma vasana yaitu bekas-bekas perbuatan di masa lalu. Karma vasana bersumber pada karma atau karma bersumber pada Tri Antakarana dan Tri Guna. Atma menjelma menjadi manusia, menjadi binatang maupun menjadi tumbuh-tumbuhan ditentukan oleh pertibangan kekuatan dari Tri Guna (Satvam, Rajas, Tamas). Tri Guna adalah bagian dari Prakrti. Kalau saja Prakrti bertemu dengan Purusa maka Tri Guna itu mulai aktif dan ingin saling menguasai.

(7)

4 1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Asal Mula Bhuana Agung dan Bhuana Alit?

b. Bagaimana Hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit?

c. Bagaimana Asal Mula Manusia dan Unsur-Unsurnya?

d. Bagaimana Hakikat Manusia?

e. Bagaimana Manusia, Binatang, dan Tumbuh-Tumbuhan?

1.3 Tujuan

a. Untuk Mengetahui Asal Mula Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

b. Untuk Mengetahui Hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

c. Untuk Mengetahui Asal Mula Manusia dan Unsur-Unsurnya.

d. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia

e. Untuk Mengetahui Manusia, Binatang, dan Tumbuh-Tumbuhan.

II. ALAM SEMESTA: BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT

Alam semesta atau jagat raya ini dahulu kala pernah tidak ada. Lalu ada.

Kemudian tidak ada lagi dan demikian seterusnya berulang-ulang kali. Pada saat alam ini meng-ada disebut srsti atau Brahma diva (siang hari Brahma) dan ketika alam ini meniada disebut pralaya atau Brahma nakta (malam hari Brahma) disebut satu hari Brahma atau satu kalpa.

Proses (peristiwa) mengadakan alam ini berlangsung secara berjenjang dari jenjang yang teramat gaib/halus sampai pada jenjang yang tampak berwujud/kasar.

(8)

5 2.1 Asal Mula Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Istilah Bhuana Agung dan Bhuana Alit merujuk pada pengertian tentang alam besar (makrokosmos) dan alam kecil (mikrokosmos). Bhuana artinya alam, dunia, jagat. Agung artinya besar, Alit artinya kecil. Bhuana Agung artinya dunia besar atau alam semesta. Bhuana Alit artinya dunia kecil (makhluk hidup).

Alam semesta sebagai Bhuana Agung beserta segala makhluk hidup selaku Bhuana Alit sebagai isinya diciptakan oleh Tuhan (Ida Sang Hynag Widhi Wasa) yang bergelar Brahman. Dari Brahman inilah kemudian muncul alam semesta ini dan Beliau pulalah sebagai pelinduntg, dan atas kehendak beliau alam ini akan mengalami kehancuran atau Pralaya. Adapun tujuan Brahman atau Ida Sang Yang Widhi Wasa menciptakan alam semesta adalah sebagai tempat hidup terutama manusia, sehingga dapat menikmati kehidupan dalam hidupnya.

Adapun penciptaan alam semesta digambarkan sebagai berikut:

1) Brahman yang awalnya berwujud Paramasiwa (tidak berwujud dan tidak berpribadi/Nirguna Brahman). Pada masa ini hanya ada kekosongan dan kehampaan belaka. Lalu Brahman yang berwujud Nirguna selanjutnya menjadikan dirinya Sadasiwa (Saguna Brahman) yang berwujud Purusa dan Prakerti.

2) Purusa merupakan unsur dasar yang bersifat kejiwaan atau rohani, sedangkan prakrti merupakan unsur dasar kebendaan atau jasmani. Ketika kedua unsur ini bertemu, maka dimulailah proses penciptaan. Proses ini berlangsung bertahap mulai dari yang halus sampai kepada yang kasar.

3) Pada tahap awal setelah pertemuan Purusa dan Prakrti timbullah Citta (alam pikiran) yang mendapat pengaruh dari Tri Guna, yaitu Sattwan

(9)

6 (unsur yang bersifat tenang), Rajas (unsur yang bersifat dinamis, aktif, dan agresif), dan Tamas (unsur yang bersifat pasif dan gelap).

4) Selanjutnya timbullah Budhi (kecerdasan/intelek), Manah (akal/pikiran/

rasio), dan Ahamkara (ego/rasa keakuan)

5) Tahap berikutnya muncullah Dasendriya (sepuluh macam indriya) yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

a. Panca Bhudindriya (lima macam indriya penyadar/untuk mengetahui)

- Caksuindriya (indriya penglihatan) - Srotendriya (indriya pendengaran) - Ghranedriya (indriya penciuman) - Jihwendriya (indriya pengecap) - Twakindriya (indriya peraba)

b. Panca Karmendriya (lima indriya penggerak) yang terdiri dari:

- Panindriya (indriya penggerak tangan) - Padendriya (indriya penggerak kaki) - Wakindriya (indriya penggerak mulut) Garbhendriya (indriya penggerak perut)

- Upastendriya (indriya penggerak kelamin laki-laki) Bhagendriya (indriya penggerak pereempuan - Paywindriya (indriya penggerak pelepasan/anus).

6) Setelah Dasendriya, muncullah Panca Tan Matra, yaitu lima macam sari benih dari zat alam yang terdiri dari:

a. Sabda Tan Matra (benih suara)

(10)

7 b. Sparsa Tan Matra (benih rabaan)

c. Rupa Tan Matra (benih warna/penglihatan) d. Rasa Tan Matra (benih rasa)

e. Gandha Tan Matra (benih bau/penciuman)

7) Dari Panca Tan Matra yang hanya merupakan benih-benih zat alam, terjadilah unsur-unsur benda materi yang nyata yang disebut Panca Mahabhuta. Pembagiannya:

a. Akasa (ether/ruang) b. Bayu/Wayu (gas) c. Teja (sinar/chaya) d. Apah (air)

e. Prthiwi (tanah).

8) Kelima unsur Panca Mahabhuta inilah yang kemudian mengolah diri (berevolusi), sehingga membentuk alam semesta ini yang terdiri dari matahari, bintang-bintang, planet-planet, termasuk bumi tempat tinggal manusia. Keseluruhan terdiri dari tujuh lapisan dunia menuju ruang jagat raya. Tujuh lapisan dunia menuju ruang jagat raya

9) Disebut Sapta Loka yang terdiri dari:

a. Bhur Loka (alam manusia) b. Bhwah Loka (alam pitara) c. Swah Loka (alam dewa) d. Maha Loka

e. Jana Loka f. Tapa Loka

(11)

8 g. Satya Loka (ruang vakum/Nirguna Brahman).

Selain Sapta Loka, terdapat pula pembagian tujuh lapisan alam ke bawah yang menuju ke inti Bumi yang disebut Sapta Patala. Tingkatan-tingkatan lapisan tersebut terjadi sebagai akibat kuat atau lemahnya menuju panas inti Bumi atau Kalagni Rudra, yang terdiri dari:

a. Atala b. Vitala c. Sutala d. Talatala e. Mahatala f. Rasatala g. Patala

Lebih dalam dari Sapta Patala, disebutkan masih terdapat dua lapisan lagi yang disebut Balaga Maha Naraka (ruang perantara di alam Bumi) dan Kalagni Rudra (ruang inti Bumi) yang memiliki temperatur panas yang sangat hebat.

Adanya perbedaan satu dunia dengan dunia yang lainnya ditentukan oleh unsur mana dari Panca Mahabhuta yang terbanyak mendominasinya. Hal ini akan sangat menentukan pula bagaimana karakteristik dari makhluk yang menempatinya. Dalam Manawa Dharmasastra I.41 dinyatakan:

Evam etair idam sarvam manniyogan mahatmabhih, yathakarma tapoyogat srstam sthavara jangamam.

Terjemahannya:

Demikianlah semuanya ini tercipta oleh maha atman, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, melalui kekuatan tapa dan selaras dengan pengaturan-Ku, masing-masing dalam kandungan

(12)

9 yang ternyaman, sesuai dengan misi kehidupannya (Pudja dan

Sudharta, 2004:11)

Beranjak dari sloka tersebut, dapat diambil contoh misalnya di alam Bhur Loka atau alam tempat tinggal manusia yang terbanyak mendominasi adalah unsur Prthiwi (tanah/zat padat) dan apah (air/zat cair), sehingga manusia dominan terbentuk dari zat padat dan zat cair. Bhuah Loka (alam pitara/roh) dominan terbentuk dari Apah (air/zat cair) dan Teja (sinar). Sedangkan Swah Loka (alam dewa) dikuasai oleh unsur teja (sinar/cahaya), dan oleh karenanya dewa disebut berasal dari istilah “div” yang bermakna sinar.

Bhuana Alit sebagai mikrokosmos atau alam kecil memiliki unsur-unsur dan proses pembentukan yang sama dengan Bhuana Agung. Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang menciptakan dua unsur Purusa dan Prakrti (Pradhana).

Dalam Bhuana Alit, pertemuan Sukla (benih laki-laki/sperma) dan Swanita (wanita/ovum) bertindak selaku Purusa dan Prakrti, sehingga lahirlah makhluk hidup. Unsur Citta, Buddhi, Manas, dan Ahamkara berperan dalam pembentukan watak budi. Dasendriya berperan membentuk indriya-nya. Panca Tan Matra dan Panca Mahabhuta membentuk badan makhluk.

Lebih jauh, dapat dijelaskan tentang jenis-jenis makhluk hidup diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai berikut:

Selain pembagian jenis manusia seperti tersebut di atas, pembagian manusia juga didasarkan atas sifat dan jenis kelaminnya, yakni:

a. Manusia laki-laki (Purusa), yakni manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan dominan bersifat kelaki-lakian;

b. Manusia perempuan (Pradhana) yakni manusia yang berjenis kelamin perempuan dan dominan bersifat kewanitaan;

(13)

10 c. Manusia banci, yakni manusia berjenis kelamin laki-laki namun dominan bersifat kewanitaan atau berkelamin perempuan namun dominan bersifat kelaki-lakian

2.2 Hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Pada hakikatnya, antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa contoh hubungan antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Buana Agung dan Bhuwana Alit sama-sama berasal dan diciptakan oleh Ida Sang HYang Widhi Wasa. Setelah Bhuana Agung tercipta terlebih dahulu, maka kemudian diciptakan Bhuana Alit. Kitab Bhagawadgita XIV.3 menjelaskan sebagai berikut.

Mama yonir mahadbrahma, tasmin garbham dadhmyaham sambhavah sarwabhutanam tato bhavati bharata.

Terjemahannya:

Rahim (garbha) Ku adalah Maha Brahma, di mana Aku letakkan benih alam semesta, dari sanalah menjelmanya semua makhluk oh Bharata (Matra, 2007:205).

Lebih jauh dalam kitab Manawadharmasastra I.8 dan I.9 dinyatakan bahwa:

So’ bidhayayah sarirat svat- sisrksur vividha prajah, apa eva sasarjadau tasu bijam ava srjat.

Terjemahannya:

(14)

11 Ia yang berkeinginan menciptakan berbagai jenis makhluk hidup

dari badan-Nya sendiri, pertama kali menciptakan air dan meletakkan benih di dalamnya.(Pudja dan Sudharta, 2004:3)

Tad andam abhavad dhaimam sahasram susam aprabham, tasmin jajne svayam brahma sarva loka pita mahah.

Terjemahannya:

Telur alam semesta yang berwarna keemasan bersinar cemerlang laksana jutaan matahari, dan dari dalam telur itu lahirlah Brahma, sang pencipta, cikal bakal dalam alam semesta dan makhluk- makhluk ini (Pudja dan Sudharta, 2004:3)

2. Buana Agung dan Bhuwana Alit terbentuk dari unsur-unsur yang sama.

Meskipun terdapat perbedaan dalam hal kurun waktu penciptaan, namun unsur pembentuknya adalah sama. Salah satu yang dapat diamati adalah adanya unsur Panca Mahabhuta yang sama-sama terdapat di alam, maupun badan kasar manusia, yang bebarapa contohnya dapat diamati dalam tabel berikut.

(15)

12 Unsur-Unsur Panca Mahabhuta dalam Bhuana Agung dan Bhuwana Alit

Panca Mahabhuta Bhuana Agung Bhuana Alit

1. Akasa ether, ruang rongga dada, mulut

2. Bayu/Vayu gas, udara nafas

3. Teja matahari, cahaya panas badan, sinar mata 4. Apah air laut, danau, sungai darah, air mata

5. Prthiwi tanah, pasir, batu tulang, daging.

3. Buana Agung dan Bhuwana Alit saling melengkapi. Unsur-unsur Panca Mahabhuta dalam ilmu sains disebut dengan komponen abiotik. Manusia dan makhluk hidup lainnya disebut sebagai komponen biotic, yang di mana untuk menjaga kelangsungan eksistensinya sangat tergantung dari alam dengan unsur-unsur abiotiknya yang berupa tanah, air, panas matahari, udara, serta ruang. Dengan melihat hal tersebut, maka hubungan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit haruslah dijaga keharmosisannya.

4. Buana Agung dan Bhuwana Alit saling mempengaruhi. Apabila terjadi gangguan dalam Bhuana Agung,maka dalam Bhuana Alit pun akan otomatis terganggu, seperti mengalami gangguan kesehatan dan lain sebagainya. Bhuana Alit pada hakikatnya memang dipengaruhi oleh Bhuana Agung. Bagaimana komposisi dan karakteristik Bhuana Agung akan membuat Bhuana Alit beradaptasi untuk menyesuaikan diri, baik dari segi anatomi, kebiasaan, budaya, peralatan, maupun pola-pola hidup lainnya.

(16)

13 Panca Mahabhuta inilah kemudian berkembang menjadi alam semesta dengan segaala isinya, seperti mahatahari, bumi, bulan, planit yang disebut Brahmanda. Demikian juga gunung-gunung, sungai-sungai, pohon-pohon, binatang-binatang dan juga manusia serta yang lainnya.

Jadi jelaslah bahwa alam semesta ini dengan segenap isinya lahir dan mengalir dari tubuh Tuhan hingga pada saatnya nanti akan kembali lagi ke dalam tubuh-Nya yang sunyi. Demikian dinyatakan di dalam Bhuana Kosa.

Mankana pwa Bhatara Siwa irikan tattwa kabeh, ri wkasan lina rin sira mwah, nihan drtopamanya kadyanga nin wereh makweh mijilnya tunggal ya saken wwai.

(Bhuana Kosa. lp. 22b) Artinya:

Demikianlah halnya Bhatara Siwa (Tuhan), keberadaan-Nya pada segala makhluk, pada akhirnya akan kembali pula kepada-Nya, demikian umpamanya, bagaikan buih banyak timbulnya, tunggallah itu asalnya dari air.

2.3 Asal Mula Manusia dan Unsur-Unsurnya

Asal mula manusia dan alam semesta ini pada hakekatnya adalah sama, yaitu dari Purusa dan Prakrti juga. Maka itu alam semesta ini lazim disebut Bhuana Agung, sedangkan diri manusia disebut Bhuana Alit. Pada diri manusia unsur Purusa itu menjadi Jivatman, sedang unsur Prakrti menjadi badan kasar atau Sthula sarira. Suksma sarira juga disebut lingga sarira dan Sthula sarira juga disebut Raga sarira. Suksma saira/lingga sarira terjadi dari: Buddhi, Manas, Ahamkara, disebut Tri Antah Karana (tiga penyebab akhir) dengan masing- masing fungsinya sebagai berikut:

- Budhi berfungsi untuk menentukan keputusan.

- Manas berfungsi untuk berpikir.

(17)

14 - Ahamkara berfungsi untuk merasakan dan bertindak.

Tri Antah Karana inilah merupakan alat batin manusia yang sangat menentukan watak atau karaktaer seseorang. Indriya manusia ada sepuluh banyaknya sehingga disebut Dasendriya yang terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Panca Buddhindriya yaitu indriya untuk mengetahui, terdiri dari:

(1) Caksvindriya - indriya pada mata.

(2) Srotendriya - indriya pada telinga.

(3) Ghranendriya - indriya pada hidung (4) Jihvendriya - indriya pada lidah (5) Tvakindriya - indriya pada kulit

2. Panca Karmendriya yaitu lima indriya pelaku, terdiri dari:

(1) Panindriya - indriya pada tangan.

(2) Padendriya - indriya pada kaki.

(3) Garbhendriya - indriya pada perut.

(4) Upasthendriya - indriya pada kelamin laki-laki.

Bagendriya - indriya pada kelamin perempuan.

(5) Payvindriya - indriya pada pelepasan/anus.

Ada juga yang menyebutkan Vakindriya yaitu indriya pada mulut termasuk kelompok indriya ini pengganti dari Garbhendriya. Manas di samping berkedudukan sebgai anggota Tri Antahkarana, juga ia berkedudukan sebagai Rajendriya yaitu raja dari indriya, karena semua indriya itu berpusat pada pikiran manusia. Indriya-indriya itu semuanya tak dapat diamati, akan tetapi berada pada alat-alatnya yang tampak.

(18)

15 Sthula Sarira, Raga Sarira yang terjadi dari Panca Tanmatra atau Panca Mahabhuta itu uraiannya adalah sebagai berikut:

1) Tulang, belulang, otot, daging dan segala yang padat sifatnya terjadi dari gandha atau prthivi.

2) Darah, lemak, kelenjar, empedu, air air badan dan segala yang cair sifatnya terjadi dari rasa atau apah.

3) Panas badan, sinar mata, dan segala yang panas dan bercahaya sifatnya terjadi dari rupa atau teja.

4) Nafas dan udara dalam badan terjadi dari sparsa atau vayu.

5) Rongga dada, arongga mulut, dan segala rongga lainnya terjadi dari sabda dan akasa.

Dalam hubungannya dengan stula sarira/badan kasar manusia disebutkan adanya unsur-unsur antara lain sebagai berikut:

 Sad Kosa yaitu 6 lapis pembungkus yang terdiri dari:

1) Asti/tavulan - tulang 2) Odvad - otot 3) Sumsum - sumsum 4) Mamsa - daging 5) Rudhira - darah 6) Carma - kulit

 Dasa Bayu atau Dasa Prana yaitu 10 macam udara dalam badan manusia, yang terdiri dari:

1) Prana - udara pada paru-paru 2) Samana - udara pada pencernaan

(19)

16 3) Apana - udara pada pantat

4) Udana - udara pada kerongkongan

5) Vyana - udara yang menyebar ke seluruh tubuh

6) Naga - udara pada perut yang keluar pada saat perut mengempis

7) Kurmara - udara yang keluar dari badan oleh tangan dan jari 8) Krkara - udara pada saat berssin

9) Devadatta - udara saat menguap

10) Dananjaya - udara yang memberi makan pada badan.

Sedangkan yang mempunyai hubungan dengan Suksma Sarira/badan halus manusia antara lain adalah: Panca Kosa yaitu 5 lapis pembungkus dari badan halus manusia, yang terdiri dari:

1) Annamaya kosa - badan dari sari makanan 2) Pranamaya kosa - badan dari sari nafas 3) Manomaya kosa - badan dari sari pikiran

4) Vijnanamaya kosa - badan dari sari pengetahuan 5) Anandamaya kosa - badan dari sari kebahagiaan.

2.4 Hakekat Manusia

Manusia adalah makhluk yang berakal buddhi. Manusia sering disebut atmaja, anuja atau janma dan juga purusa. Manusia disebut manusia oleh karena ia pada hakiktnya adalah penjelmaan dari anu. Anu dalam Bahasa Sanskerta berarti atom. Maksudnya adalah percikan kecil dari Tuhan. Manusia disebeut atmaja, anuja atau janma, oleh karena pada hakekatnya ia adalah atma atau anu yang lahir atau menjelma dari atma/anu yang membadan. Dan disebut purusa,

(20)

17 oleh karena memang manusia berasal dari Purusa atau juga Vesesa semua itu adalah sama yaitu tetesan/percikan yang mengalir dari Tuhan. Dengan demikian maka manusia pada hakekatnya adalah penjelmaan dari atma, atau keturunan atau putra/murid Tuhan maka ia patut berguru dan mohon tuntunan-Nya melalui sabda-sabda-Nya yang tertuang dalam pustaka suci Veda.

2.5 Manusia, Binatang, dan Tumbuh-Tumbuhan

Asal mula manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan pada hakekatnya adalah sama. Namun demikian manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan tidaklah sama. Ia tetap berbeda. Perbedaan kelahiran ini bersumber pada perbedaan karma vasana yaitu bekas-bekas perbuatan di masa lalu. Karma vasana bersumber pada karma atau karma bersumber pada Tri Antakarana dan Tri Guna. Atma menjelma menjadi manusia, menjadi binatang maupun menjadi tumbuh-tumbuhan ditentukan oleh pertibangan kekuatan dari Tri Guna (Satvam, Rajas, Tamas). Tri Guna adalah bagian dari Prakrti. Kalau saja Prakrti bertemu dengan Purusa maka Tri Guna itu mulai aktif dan ingin saling menguasai. Apabila kekuatan Tri Guna itu berimbang maka menjelmalah Atma menjadi manusia.

Apabila kekuatan-kekuatan sattva yang paling unggul dibandingkan dengan Rajas, dan Tamas menyebabkan atma mencapai kamoksan atau kelepasn.

Teetapi jika Sattwa, dan Tamas sama kuatnya menyebabkan atma akan mencapai sorga. Dan jika berimbang kekuatan Sattva, Rajas, dan Tamas ini akan menjelmalah atama sebagai manusia. Jika si Rajah yang lebih unggul dibandingkan dengan Sattva, dan Tamah menyebabkan atma akan jatuh ke neraka. Akhirnya apabila si Tamah yang paling unggul dibandingkan dengan yang lainnya maka menjelmalah atama itu sebagai binatang dan juga tumbuh-

(21)

18 tumbuhan. Demikianlah disebutkan dalam Vrhaspati Tattwa. Untuk jelasnya perhatikan petikan berikut ini:

Yan satwika ikan citta, ya hetu nin atma pamangihaken kamoksan, apan ya Nirmala, ya gumawayaken rasa nin agama lawan wkas nin guru.

Artinya:

Apabila Sattva citta itu, itulah sebabnya atama menemukan kelepasan, sebab ia suci, yang menyebabkan melaksanakan rasanya (isi) agama dan tuntunan guru.

III. PENUTUP

Alam semesta sebagai Bhuana Agung beserta segala makhluk hidup selaku Bhuana Alit sebagai isinya diciptakan oleh Tuhan (Ida Sang Hynag Widhi Wasa) yang bergelar Brahman. Dari Brahman inilah kemudian muncul alam semesta ini dan Beliau pulalah sebagai pelinduntg, dan atas kehendak beliau alam ini akan mengalami kehancuran atau Pralaya. Adapun tujuan Brahman atau Ida Sang Yang Widhi Wasa menciptakan alam semesta adalah sebagai tempat hidup terutama manusia, sehingga dapat menikmati kehidupan dalam hidupnya.

Pada hakikatnya, antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Asal mula manusia dan alam semesta ini pada hakiekatnya adalah sama, yaitu dari Purusa dan Prakrti juga. Maka itu alam semesta ini lazim disebut Bhuana Agung, sedangkan diri manusia disebut Bhuana Alit. Pada diri manusia unsur Purusa itu menjadi Jivatman, sedang unsur Prakrti menjadi badan kasar atau Sthula sarira. Suksma sarira juga disebut lingga sarira dan Sthula sarira juga disebut Raga sarira. Suksma saira/lingga sarira terjadi dari: Buddhi, Manas, Ahamkara, disebut Tri Antah Karana.

(22)

19 Manusia adalah makhluk yang berakal buddhi. Manusia sering disebut atmaja, anuja atau janma dan juga purusa. Manusia disebut manusia oleh karena ia pada hakiktnya adalah penjelmaan dari anu. Anu dalam Bahasa Sanskerta berarti atom. Maksudnya adalah percikan kecil dari Tuhan. Manusia disebeut atmaja, anuja atau janma, oleh karena pada hakekatnya ia adalah atma atau anu yang lahir atau menjelma dari atma/anu yang membadan. Dan disebut purusa, oleh karena memang manusia berasal dari Purusa atau juga Visesa semua itu adalah sama yaitu tetesam/percikan yang mengalir dari Tuhan. Dengan demikian maka manusia pada hakekatnya adalah penjelmaan dari atma, atau keturunan atau putra/murid Tuhan maka ia patut berguru dan mohon tuntunan-Nya melalui sabda-sabda-Nya yang tertuang dalam pustaka suci Veda.

Asal mula manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan pada hakekatnya adalah sama. Namun demikian manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan tidaklah sama. Ia tetap berbeda. Perbedaan kelahiran ini bersumber pada perbedaan karma vasana yaitu bekas-bekas perbuatan di masa lalu. Karma vasana bersumber pada karma atau karma bersumber pada Tri Antakarana dan Tri Guna. Atma menjelma menjadi manusia, menjadi binatang maupun menjadi tumbuh-tumbuhan ditentukan oleh pertibangan kekuatan dari Tri Guna (Satvam, Rajas, Tamas). Tri Guna adalah bagian dari Prakrti. Kalau saja Prakrti bertemu dengan Purusa maka Tri Guna itu mulai aktif dan ingin saling menguasai.

Jadi jelaslah bahwa alam semesta ini dengan segenap isinya lahir dan mengalir dari tubuh Tuhan hingga pada saatnya nanti akan kembali lagi ke dalam tuhuh-Nya yang sunyi.

(23)

20 IV KEPUSTAKAAN

Mantra, I.B.. 2009. Bhagawadgita Alih Bahasa & Terjemahan. Milik Pemerintah Provinsi Bali: Percetakan Buku-Buku Penuntun Agama Hindu Pesraman Remaja

Mirsha, I Gusti Ngurah Rai dkk. 1994. Buana Kosa. Denpasar: Upada Sastra.

Ngurah I Gusti Made dkk. 2005. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita

Parisada Hindu Dharma. 1978. Upadesa Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu.

Parisada Hindu Dharma Pusat.

Pitana, I Gede (Editor). 1994. Dinamika Masyarakat Dan Kebudayaan Bali.

Denpasar: BP.

Pudja G. dan Sudhartha Tjokorda Rai. 2004. Manava Dharmasastra (Manu Dharmasastra) atau Veda Smrti Compendium Hukum Hindu.

Surabaya: Paramita.

Putra, Ida Bagus Rai dkk. (Editor). 2014. Swastikarana Pedoman Ajaran Hindu Dharma. Parisada Hindu Dharma Indonesia: PT Mabhakti

Sanderson, S.K. 2003. Makro Sosiologi, terjemahan Farid Wajidi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sivananda Sri Svami. 1993. Intisari Ajaran Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Titib, I M. 2001 Eksistensi Sadhaka Kajian Sosiologi Religius Dan Filosofis, dalam Ekstensi Sadhaka Dalam Agama Hindu. Denpasar: Manik Geni.

Tim Pemda Propinsi Bali. 2003. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I-XV. Denpasar: Pemprop Bali.

Wianan I Ketut. 1993. Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Jakarta:

Pustaka Manik Geni.

---, 2001. Sadhaka Dalam Kontek Yadnya Hindu. dalam Ekstensi Sadhaka Dalam Agama Hindu. Denpasar: Manik Geni.

---, 2002.Memelihara Tradisi Veda. Denpasar: BP

Wijadhaksa, Ida Pandita Mpu Siwa Karma. 2001. Sumber Sastra Tentang Eksistensi Sadhaka, dalam Ekstensi Sadhaka Dalam Agama Hindu.

Denpasar: Manik Geni.

Yuda Triguna I.B. 1999. Perubahan Sosial Dan Respon Kultural Masyarakat Hindu di Bali. Denpasar Laporan Penelitian Unhi.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini diketahui bahwa implementasi terkait perencanaan tanggap darurat yang dilakukan Kebun Binatang X berupa penyediaan fasilitas keselamatan bagi

Beberapa masalah yang menjadi bottleneck pengembangan ternak sapi seperti sifat dan karakteristik pengembangan sapi, kebijakan yang belum komprehensif, skim

Judul Skripsi : Penerapan Model Project-Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas III SD Negeri Gumpang 3 Kartasura,

Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam

Kendala utama dalam mendapatkan material steril pada kultur in vitro yang berasal dari meristem adalah tingginya tingkat kontaminasi permukaan yang disebabkan oleh

III-1 Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian yang terkait

Kondisi ini mengindikasikan bahwa media pasir penyaring sudah mampat (clogging). Untuk memulihkan saringan yang mampat, pengelola harus segera mengangkat dan mencuci media

Barat. Tingginya pengaruh Aspek Pengetahuan terhadap Kinerja Pegawai ini ditunjukkan oleh adanya pemahaman dan penguasaan para pegawai terhadap tugasnya dan memahami