63 BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil observasi yang dilakukan di daerah Jalan Jenderal Sudirman Thehok Kota Jambi, peneliti menetapkan sepuluh informan sebagai objek penelitian. Observasi tersebut berdasarkan letak lokasi, kecocokan lokasi dan jenis produk serta keberadaan informan yang berada dalam rentang wilayah yang sama.
Tabel 5.1
Daftar Informan dan Jenis Produk Wirausaha Kuliner No Nama Pemilik Nama
Usaha
Jenis Produk
Alamat
1 Jafrizal RM Makan
Cempaka Sari
Makanan &
Minuman
Thehok
2 Buyung Martabak
Bangka
Martabak Thehok
3 Ijun RM Munir Makanan &
Minuman
Thehok
4 Azwar Warung Ajo
Lapau
Soto Padang Thehok
5 Jus Gorengan
Uda
Gorengan Thehok
6 Afrizon Pempek
Farhan
Pempek Thehok
7 Dayat Nasi Gemuk
Mentari
Nasi Gemuk Thehok 8 H Ahmad Berkati Warung
Kopi Tawakal
Makanan &
Minuman
Thehok
9 H Hidayat RM
Sederhana
Makanan &
Minuman
Thehok
10 Musriah Sate Madura Sate Thehok
Sumber : Hasil Observasi Lapangan.
64 Sepuluh informan diatas mempunyai karakteristik yang berbeda, baik dari usia, pendidikan maupun pengalaman berwirausaha. Perbedaan karakteristik menyebabkan strategi yang digunakan untuk mempertahankan omzet dan usaha juga berbeda.
5.1.1. Wawancara
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk menjamin penggalian informasi yang objektif, maka wawancara ini dilakukan langsung oleh peneliti, mengunjungi lokasi dimana wirausaha kuliner menjalankan usaha. Peneliti melakukan wawancara terstruktur yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya.
Sebagaimana yang sudah dikemukakan pada BAB II mengenai tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang dirangkup dalam kerangka pemikiran, maka dampak pandemi Covid 19 yang akan digali adalah strategi wirausaha kuliner dalam mempertahankan omzet dan keberlangsungan usahanya. Semua informan dengan ramah dan antusias memberikan informasi yang peneliti butuhkan bahkan bersedia menjadi informan untuk membantu peneliti mencari data-data yang berguna bagi kesempurnaan penelitian ini. Mereka tidak keberatan identitasnya disebutkan seperti nama.
Dari data yang diperoleh melalui informan OS01, menyatakan bahwa pandemi covid 19 menyebabkan turunya omzet hingga 50%.
65
“Ya, pandemi covid 19 telah menyebabkan omzet usaha saya menurun 50% dan mempengaruhi Cash Flow”.
Pertanyaan yang sama peneliti ajukan kepada informan lainnya, tujuh informan menjawab sama dengan informan OS01, sedangkan dua informan mempunyai jawaban tersendiri.
Informan OS05 menyatakan:
“Pandemi Covid 19 tidak terlalu berdampak terhadap wirausaha kuliner saya, omzet saya hanya turun 5%-10% karena konsumen tidak makan ditempat, pelanggan tetap normal seperti biasa.
Penurunan ini disebabkan karena masa awal pandemi pembeli banyak yang masih takut tertular covid 19.”
Jawaban yang sama juga dinyatakan oleh informan OS02
Selanjutnya peneliti menanyakan kepada seluruh informan apakah untuk mempertahankan omzet dan cashflow mereka melakukan pengurangan tenaga kerja, informan OS04 menyatakan :
“Ya, saya terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja agar usaha saya dapat bertahan dan omzet saya tetap stabil.”
Jawaban yang sama juga dinyatakan oleh OS06, OS07, OS08 dan OS09.
Informan OS01 menyatakan bahwa untuk mempertahankan omzet dan kelangsungan usaha, saya melakukan pemotongan gaji karyawan.
“Untuk mempertahankan omzet maka saya melakukan pemotongan gaji karyawan. Hal ini terpaksa saya lakukan agar cashflow dapat mencukupi biaya operasional.”
Jawaban yang sama juga diberikan oleh OS03, OS04, dan OS07.
Pertanyaan peneliti kepada Informan, apakah ada cara lain untuk mempertahankan omzet dan kelangsungan usaha, selain mengurangi
66 tenaga kerja dan memotong gaji, hanya Informan OS06 menyatakan untuk mempertahankan omzet selain melakukan pengurangan tenaga kerja dan pemotongan gaji juga menciptakan produk baru agar dapat menarik pembeli.
“Pandemi Covid 19 membuat saya berpikir untuk menciptakan produk makanan baru agar jual beli dan omzet saya dapat bertahan.”
Sementara itu Sembilan informan tidak melakukan inovasi produk saat pandemi.
Peneliti juga menanyakan kepada wirausaha kuliner apakah pandemi covid 19 ini mereka juga mengurangi produksi untuk efisiensi biaya.
OS01 menyatakan :
“Mengingat berkurangnya jumlah pelanggan yang datang maka saya melakukan pengurangan produksi agar omzet saya bisa mencukupi biaya operasional sehari-hari.”
Jawaban yang sama juga dinyatakan oleh OS02, OS03, OS04, OS05, OS07, OS09 dan OS10.
Pertanyaan selanjutnya peneliti ajukan kepada wirausaha kuliner apakah mereka mengadakan kerjasama dengan pihak lain untuk menjual produk mereka sehingga dapat meningkatkan omzet saat pandemi covid 19, OS01 menyatakan :
“Saya menjalin kerjasama dengan Grabfood dan Go Food agar produk saya bisa terjual mengingat selama pandemi covid 19 ada pembatasan jumlah pengunjung yang makan ditempat.”
Pertanyaan yang sama peneliti ajukan kepada informan lainnya, lima informan menjawab sama dengan OS01 yaitu OS03, OS04, OS06, OS07
67 dan OS09. Sementara itu OS02, OS05, OS08 dan OS10 masih menjual produk dengan cara lama.
Pertanyaan terakhir peneliti tentang dampak pandemi covid 19 terhadap wirausaha kuliner adalah bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap omzet usaha kuliner mereka sehingga mampu bertahan menjalankan usahanya. Informan OS02 dan OS05 menyatakan :
“Kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi covid 19 dengan membatasi jumlah pengunjung dan jam operasional tidak mempunyai dampak yang serius terhadap omzet dan kelangsungan usaha saya.”
Sementara delapan informan lain menyatakan kebijakan pemerintah dalam mengatasi penyebaran Covid 19 makin menurunkan omzet mereka.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Pandemi Covid 19 memberikan dampak terhadap usaha kuliner yaitu penurunan omzet, pengurangan tenaga kerja, pemotongan gaji, penciptaan produk baru, penggunaan aplikasi online dan efisiensi produk.
Tabel 5.1 menunjukkan rekapitulasi dampak pandemi covid 19 terhadap wirausaha kuliner :
Tabel 5.1.1
Rekapitulasi Dampak Pandemi Covid 19 pada Wirausaha Kuliner No Dampak Pandemi Frekuensi Jumlah Informan
1 Penurunan Omzet 8 10
2 Pengurangan Tenaga Kerja 5 10
3 Pemotongan Gaji 4 10
4 Inovasi Produk 1 10
5 Penggunaan Aplikasi 6 10
6 Efisiensi Produk 8 10
Sumber : Hasil Penelitian Wawancara.
68 Dari sepuluh informan terdapat delapan informan yang mengalami penurunan omzet dan laba usaha yang signifikan akibat pandemi covid 19. Sedangkan dua informan tidak mengalami penurunan omzet yang signifikan.
Frekuensi informan yang melakukan pengurangan tenaga kerja agar dapat mempertahankan omzet dan cash flownya sebanyak 5 orang.
Pengurangan tenaga kerja dimaksudkan untuk mengurangi biaya sehingga wirausaha mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.
Frekuensi informan yang melakukan pemotongan gaji karyawan adalah sebanyak 4 orang. Pemotongan gaji ini juga dimaksudkan untuk mengurangi biaya operasional sehingga usaha dapat berjalan seperti biasa.
Frekuensi informan yang melakukan inovasi produk baru agar dapat meningkatkan omzet dan mempertahankan kelangsungan usahanya sebanyak 1 orang. Penciptaan menu baru untuk menarik pelanggan agar jumlah pelanggan bisa bertahan seperti biasa. Sementara itu terdapat delapan informan yang melakukan pengurangan produksi untuk efisiensi biaya.
Kemudian informan yang mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga dan menggunakan aplikasi digital adalah sebanyak 6 orang.
Penggunaan aplikasi digital untuk melayani para pelanggan yang tidak makan ditempat atau pesan antar alamat. Dengan demikian diharapkan penggunaan aplikasi digital dapat meningkatkan omzet.
69 Hasil rekapitulasi dampak pandemi Covid 19 terhadap wirausaha kuliner menunjukan bahwa dampak penurunan omzet dan efisiensi produk sangat dominan. Kemudian diikuti penggunaan aplikasi digital, pengurangan tenaga kerja, pemotongan gaji dan inovasi produk baru.
5.2. Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian di atas merupakan proses penelitian lapangan yang telah dilakukan peneliti selama kurun waktu bulan Maret 2021-April 2021 dengan pemenuhan persyaratan administrasi penelitian dari pengurusan surat izin penelitian mulai dari Universitas Jambi Program Sarjana Jurusan Manajemen, Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Jambi, hingga persetujuan wirausaha kuliner yang berada di daerah Thehok Kota Jambi sebagai informan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif tentang “Bagaimana Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Wirausaha Kuliner di Kota Jambi?”.
Dari hasil penelitian terhadap informan dengan teknik wawancara secara langsung, didapat hasil bahwa dampak pandemi covid 19 yang paling dominan terhadap wirausaha kuliner di Kota Jambi adalah penurunan omzet. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1 bahwa dampak pandemi covid 19 terhadap wirausaha kuliner di Kota Jambi frekuensinya 80% dari responden yang ada. Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh SMESCO dan Ok.OCE (2020), sebanyak 78% responden mengaku mengalami penurunan omzet. Dalam penelitian tersebut
70 terdapat tiga jenis usaha yang mengalami dampak paling besar yaitu kuliner (43,09%), jasa (26,02%) dan fashion (13,01%).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (2020), mengungkapkan hasil survey daring menunjukkan lebih dari 94% usaha mikro, kecil dan menengah mengalami penurunan penjualan akibat dampak pandemi Covid 19. Penurunan terbesar dialami UMKM yang mengandalkan toko fisik, penjualan langsung dan reseller. Kondisi Pandemi juga menyebabkan 58,8% UMKM memutuskan untuk menurunkan harga jual produk dan jasanya guna mempertahankan usahanya.
Alvia Pratiwi Putri, (2020) dalam penelitiannya “Analisa Dampak Covid 19 Terhadap Pendapatan UMKM Desa Blado, Kabupaten Batang, menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan akibat adanya Covid 19 terhadap UMKM menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan UMKM. Pendapatan pedagang makanan berat mengalami penurunan hingga mencapai 50%.
Rahmi Rosita (2020), dalam penelitiannya “Pengaruh Pandemi Covid 19 Terhadap UMKM di Indonesia” menyatakan bahwa penyebaran Covid 19 menyebabkan banyak pelaku UMKM meliburkan karyawannya bahkan menutup sementara usaha disebabkan karena penurunan omzet penjualan.
Menurut Hendro (2011), beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha adalah sebagai berikut :
71 1. Laba, laba merupakan tujuan dari bisnis.
2. Produktifitas dan efisiensi. Besar kecilnya produktifitas usaha akan mengetahui besarnya produksi usaha. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan yang pada akhirnya menentukan pendapatan sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya Saing, yaitu kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut perhatian dan loyalitas konsumen.
4. Komepetensi dan etika usaha 5. Terciptanya citra merk
Arlita Ariatianingsih Jufra (2020), dalam penelitian tentang “Studi Pemulihan dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Sub Sektor Kuliner Pasca Pandemi Covid 19 dalam Menunjang pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Sulawesi Tenggara”, menyatakan bahwa sebesar 98% pelaku UMKM sub sektor kuliner mengalami dampak negatif dari pandemi Covid 19 dan hanya 2% pelaku sub sektor kuliner yang stabil atau hanya mengalami penurunan penjualan yang tidak signifikan pada masa pandemi Covid 19.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap dampak pandemi Covid 19 pada wirausaha kuliner adalah adanya efisiensi produk yaitu mengurangi produksi untuk mengurangi biaya. Sebanyak 80% wirausaha kuliner melakukan efisiensi produk dengan cara mengurangi produksi.
Hendro (2011) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong
72 keberhasilan usaha yaitu faktor keuangan berupa pengendalian biaya, anggaran dan perencanaan dan penetapan harga produk, biaya, rugi laba dan lain-lain, faktor perencanaan yaitu perencanaan jumlah produk yang dijual dan faktor pengelola usaha yaitu pengelolaan cost. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khofifah Nur Ihza, (2020) “ Dampak Covid 19 Terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Kasus UMKM Ikhwa Comp Desa Watesprojo, Kemlagi, Mojokerto) yang menyatakan bahwa dampak covid 19 adalah penurunan omzet yang lumayan tinggi, penurunan daya beli masyarakat dan pengurangan tenaga kerja. Penurunan daya beli masyarakat menyebabkan permintaan terhadap produk menurun, sehingga para wirausaha kuliner mengurangi produksi untuk menekan biaya produksi.
Dampak pandemi covid 19 terhadap wirausaha kuliner di Kota Jambi adalah adanya pengurangan tenaga kerja dan pemotongan gaji.
Sebanyak 50% informan menyatakan bahwa mereka terpaksa mengurangi dan memotong gaji tenaga kerja karena mengalami penurunan omzet dan menjaga laba usaha. Chef Ragil dalam jurnal Gading Perkasa (2020) “Berubahnya Bisnis Kuliner di Masa Pandemi Covid 19,” menyatakan selain menutup usahanya juga melakukan penyesuaian terhadap karyawan. Semua orang dibagian administrasi dirumahkan dan sesuai dengan keperluan saja. Pandemi Covid 19 telah membawa kesengsaraan yang meluas terhadap sektor formal dan informal. Lebih dari 1,5 juta jiwa pekerja telah dirumahkan atau terkena
73 PHK (Rahmi Rosita, 2020). Agus (2020) menyatakan hampir seluruh UMKM memiliki langkah yang sama untuk mempertahankan bisnisnya mulai dari mencari pasar baru, mencari pemasok bahan baku yang murah, mengurangi tenaga kerja dan mengajukan penundaan pembayaran kredit.
Rahmad Rahmadan (2021) dalam penelitiannya “Pengaruh Pandemi Covid 19 Terhadap Dampak Implementasi Ekonomi Digital Pada UMKM,” menyatakan bahwa pada kondisi sebelum pandemi Covid 19 tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan. Namun pada saat kondisi pandemi covid 19 variabel tenaga kerja tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan. Dengan demikian para wirausaha kuliner melakukan pengurangan tenaga kerja untuk mengurangi biaya sehingga dapat mempertahankan operasional usahanya.
Dampak pandemi Covid 19 terhadap wirausaha kuliner di Kota Jambi menyebabkan para wirausaha kuliner perlu melakukan inovasi.
Dalam penelitian ini, hanya satu informan yang melakukan inovasi untuk menarik konsumen guna meningkatkan omzet dan mempertahankan kelangsungan usahanya. Ramadhany Imanda (2015), dalam penelitiannya
“Motivasi Pengusaha Dalam Pengembangan Inovasi Produk menyatakan bahwa inovasi dibutuhkan kemampuan wirausaha dalam menambahkan nilai guna atau nilai manfaat terhadap suatu produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang laku dipasaran.
74 Dewi Meisari Haryanti (2020) dalam artikel “Pemetaan Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap UMKM Produsen Pangan” menyatakan beberapa strategi bertahan dan bangkit yang dapat dipertimbangkan UMKM, yaitu :
1. Promo dengan diskon signifikan, untuk membuat produk lebih bersaing dan dapat dibeli oleh konsumen yang daya belinya sedang turun, yang penting impas atau bisa menutup biaya.
2. Berhemat, mengurangi jam operasi, musyawarah dengan pegawai untuk pemotongan gaji sementara waktu dikompensasi dengan penurunan beban kerja.
3. Membidik peluang lain
4. Jika memungkinkan, menjual paket untuk masa depan di saat sekarang, ini taktik untuk memperlancar cash flow saat ini.
5. Gunakan waktu untuk sebanyak banyaknya belajar dan membenahi usaha agar lebih siap untuk bangkit dan lebih berdaya saing pasca covid 19.
6. Inovasi Produk dan layanan pendukungnya, seperti menambah varian baru
7. Pelajari peluang mendapatkan mitra investor
8. Pro aktif mencari informasi, membidik peluang dan kolaborasi untuk bertahan dengan bergabung di komunitas atau ikut program pendampingan.
75 Yuda Fajrin (2020), pemilik restoran Satay Kato Kopi mengungkapkan bahwa inovasi menjadi modal utama untuk tetap bisa menjalankan perputaran roda bisnisnya dikala ekonomi dan daya beli masyarakat yang terus menurun.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan, dampak pandemi covid 19 terhadap wirausaha kuliner di Kota jambi menunjukkan sebanyak 60%
informan menggunakan aplikasi digital dan layanan pesan antar untuk menjual produk sebagai upaya untuk meningkatkan omzet usaha. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh A.A. Manik Pratiwi (2020), “Peran Media Sosial Dalam Meningkatkan Penjualan Online Saat Pandemi Covid 19” kepada para pedagang di Kota Denpasar, Propinsi Bali, dimana para informan mengatakan penggunaan social media dirasa oleh pedagang sangat berperan dalam meningkatkan penjualan online disaat pandemi Covid 19.
Rahmi Rosita (2020), ada beberapa alasan orang melakukan belanja online, yaitu :
1. Meminimalkan biaya, belanja online menghemat waktu dan biaya
2. Mengurangi kelelahan, jika transaksi secara online kita bisa berbelanja sambil aktifitas lain, sangat praktis dan tidak melelahkan
3. Efisiensi daya, penerapan PSBB dan social distancing menyebabkan orang belanja online.
76 4. Terhindar dari masalah kerepotan,
5. Membatasi belanja 6. Harga bersaing 7. Efisiensi waktu 8. Faktor Kenyamanan
Penelitian yang dilakukan oleh Khofifah Nur Ihza (2020), “Dampak Covid 19 Terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah” menyatakan ada beberapa upaya untuk meningkatkan pendapataan saat pandemi, yaitu :
1. Banyak mempelajari tentang teknologi, dengan adanya teknologi pelaku usaha bisa membuat media promosi melalui media sosial
2. Memberikan pelayanan yang terbaik terhadap konsumen dengan lebih teliti, ramah dan tidak lupa memperhatikan anjuran pemerintah
3. Lebih memperkuat Sumber Daya Manusia dengan cara menanamkan pembelanjaran mengenai era globalisasi dan teknologi
4. Memberikan serta memperhatikan standar kualitas produk.
Ada beberapa strategi bertahan UMKM guna memperbarui produk yaitu :
1. E-Commerce, ditengah pandemi saat ini penjualan yang bersifat datang langsung ke toko mengalami penurunan penjualan. E- commerce dapat meningkatkan penjualan produk yang berbasis
77 online, bisa dikerjakan kapan saja dan dimana saja serta dapat menghemat waktu
2. Digital Marketing, saat wabah covid 19 banyak UMKM yang mengalami penurunan omzet penjualan. Pelaku UMKM dapat memanfaatkan internet dab memikirkan sesuatu yang kreatif dan inovatif guna mempromosikan produknya
3. Perbaikan produk dan pelayanan terhadap konsumen, pelaku usaha harus melakukan perbaikan produk guna meningkatkan kembali kepercayaan konsumen dan secara tidak langsung juga dapat memperbarui pelayanan terhadap konsumen
4. Mempertahankan produk dan mempertahankan pelanggan atau konsumen yang sudah ada.
Kebijakan pemerintah Kota Jambi dalam mengatasi penyebaran virus Covid 19, juga memberikan dampak terhadap penurunan omzet wirausaha kuliner. Hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap wirausaha kuliner menunjukkan 80% informan menyatakan kebijakan pemerintah semakin memperparah penurunan omzet usaha.
Peraturan Walikota No. 21 tahun 2020 Bab III pasal 3 ayat 2, mengatur tentang pedoman yang wajib dipenuhi oleh wirausaha yaitu, pengaturan jarak meja, pengaturan jumlah maksimal pengunjung 50%
dari luas kapasitas yang ada dan pembatasan jam operasional maksimal pukul 21.00 WIB, menyebabkan omzet wirausaha kuliner di Kota Jambi mengalami penurunan. Untuk itu perlu dilakukan strategi agar kebijakan
78 pemerintah tersebut efektif dengan berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM selama masa pandemi Covid 19. Danu Sugiri dalam Siti Aisyah (2020) dalam penelitiannya tentang “Dampak Pandemi Covid 19 Bagi UMKM Serta Strategi Marketing UMKM Di Indonesia” menyatakan ada dua strategi untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu :
1. Jangka Pendek
a. UMKM harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat dalam menjalankan aktifitas ekonominya
b. Pemerintah dapat memberikan ruang dan dukungan bagi perkembangan layanan digital UMKM karena dapat mengurangi interaksi fisik namun tetap dapat melaksanakan proses transaksi.
Bekerjasama dengan Gojek dan Grab
c. Menguatkan peran-peran asosiasi pelaku usaha dalam mensosialisasikan kebijakan pemerintah agar kebijakan tersebut dapat terserap dan UMKM cepat tertolong
d. Melakukan penyederhanaan administrasi terkait dengan kebijkaan pelonggaran atau penundaaan pembayaran kredit bagi UMKM
e. Melakukan pembinaan kepada UMKM dengan mendorong UMKM terus berinovasi dan menyesuaikan strategi bisnis dengan situasi yang sedang dihadapi.
79 2. Strategi Jangka Panjang
a. Pemerintah harus merumuskan peta jalan (road map) pengembangan UMKM dalam menghadapi dunis bisnis pasca pandemi covid 19
b. Penguatan teknologi digital untuk mendukung aktifitas ekonomi UMKM
c. Pemerintah dapat menyediakan model pembinaan bagi UMKM dengan menggandeng stakeholder baik institusi atau lembaga akademisi
d. Sebagai langkah untuk memperlancar kebijakan dan strategi utama bagi UMKM, pemerintah dapat menggandeng pihak usaha besar dan korporasi baik swasta maupun pemerintah untuk dapat menyalurkan dana atau menyelenggarakan program Corporate Social Responsibility yang diperuntukan bagi UMKM yang dapat
dijadikan mitra bisnis mereka.