• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. bagaimana stimulus-stimulus yang mempengaruhi tanggapan-tanggapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. bagaimana stimulus-stimulus yang mempengaruhi tanggapan-tanggapan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi K3

1. Pengertian Persepsi

Menurut Webster dalam Sutisna (2001) persepsi adalah proses bagaimana stimulus-stimulus yang mempengaruhi tanggapan-tanggapan itu diinterpretasikan, persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda- beda karena persepsi mempunyai sifat subjektif. Stimulus adalah setiap bentuk fisik atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Salah satu stimulus yang penting yang dapat mempengaruhi perilaku aman adalah lingkungan kerja yang sudah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja secara konsiten karena persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subjektif.

Menurut Robbins (2014) pengertian persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Oleh karena itu, setiap individu mempunyai stimulus yang saling berbeda mesikpun objeknya sama, Cara pandang melihat situasi ini cenderung lebih penting daripada situasi itu sendiri.

(2)

commit to user

Menurut Walgito (2010) mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang intergrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya.

Organ (2007) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau dalam segala sesuatu yang terjadi disekitar lingkungannya. Bagaimana segala sesuatu tersebut yang mempengaruhi persepsi, nantinya akan dapat pula mempengaruhi perilaku yang akan dipilihnya.

Menurut Luthans (2006) persepsi adalah lebih komplek dan luas kalau dibandingkan dengan penginderaan. Walaupun persepsi sangat tergantung pada penginderaan data, proses kognitif barangkali bisa menyaring, menyederhanakan, atau mengubah secara sempurna data tersebut. Dengan kata lain proses persepsi dapat menambah, dan mengurangi kejadian kenyataan yang diinderakan oleh seseorang.

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Robbins (2014), faktor pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakterisitk pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan. Faktor lain yang dapat menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian, dan pengalaman hidup individu.

(3)

commit to user

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : a. Pelaku persepsi (perceiver)

Seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, kemudian penafsiran itu dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi itu sendiri.

Di antara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.

1) Sikap, tiap-tiap individu melihat hal yang sama, tetapi merekan akan menafsirkannya secara berbeda.

2) Motif, kebutuhan yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Ini diperlihatkan dalam riset mengenai rasa lapar.

3) Kepentingan atau minat, karena kepentingan individual setiap individu berbeda, apa yang dicatat satu orang dalam suatu situasi dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan orang lain.

4) Pengalaman masa lalu, Seseorang yang mengalami peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya akan lebih mencolok daripada yang pernah dialami di masa lalu.

5) Pengharapan, dapat menyimpangkan persepsi seseorang dalam melihat apa yang orang harapkan lihat.

(4)

commit to user b. Objek atau target yang dipersepsikan

Karakteristik di dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan seseorang. Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target yang membentuk cara kita memandang.

1) Latar belakang, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau mirip.

2) Kedekatan, obyek-obyek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama bukannya terpisah.

3) Bunyi, obyek atau orang yang keras suaranya lebih mungkin diperhatian dalam kelompok daripada mereka yang pendiam.

4) Ukuran, obyek yang semakin besar akan mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Konteks dalam persepsi yang dilakukan

Selain kedua hal yang berpengaruh terhadap persepsi individu.

Situasi dalam konteks mencakup waktu, keadaan/ tempat kerja dan keadaan sosial.

(5)

commit to user

Menurut Thoha (2004), ada 2 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Belajar atau pemahaman learning dan persepsi

Semua faktor-faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi yang selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivasi masing-masing individu.

2) Motivasi dan persepsi

Motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan persepsi yang akan merangsang perhatian dan minat orang-orang dalam masyarakat.

3) Kepribadian dan persepsi

Dalam membentuk persepsi unsur ini amat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor tersebut antara lain : 1) Intensitas

Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal yang dapat dipahami. Suara yang keras, bau yang

(6)

commit to user

tajam, sinar yang terang akan lebih banyak atau mudah diketahui dibandingkan dengan suara yang lemah, bau yang tidak tajam, dan suara yang buram.

2) Ukuran

Semakin besar ukuran sesuatu obyek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami. Bentuk ukuran ini akan dapat mempengaruhi persepsi seseorang, dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek orang akan mudah tertarik perhatiannya yang nanti akan membentuk persepsinya.

3) Keberlawanan atau Kontras

Stimulus dari luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakang atau sekelilingnya atau yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian.

4) Pengulangan

Stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan sekali dilihat.

5) Gerakan

Orang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam pandangannya dibandingkan obyek yang diam.

Dari gerakan sesuatu obyek yang menarik perhatian seseorang ini akan timbul suatu persepsi.

(7)

commit to user 6) Baru

Situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.

Notoatmodjo (2010) mengatakan persepsi di pengaruhi oleh dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya sedangkan Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

Faktor Eksternal yang dimaksud terdiri dari:

a. Faktor Eksternal.

1) Kontras, untuk menarik perhatian yaitu dengan cara membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

2) Perubahan Intensitas, suara yang keras atau cahaya yang terang akan menarik perhatian individu.

3) Pengulangan, stimulus yang diulang-ulang yang tidak masuk dalam perhatian kita, pada akhirnya akan mendapat perhatian kita.

4) Sesuatu yang baru, suatu stimulus yang baru yang lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

5) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak, Stimulus yang menjadi perhatian oleh banyak orang akan lebih mendapat perhatian.

b. Faktor Internal, untuk mengetahui faktor internal yang ada dalam diri seseorang maka digunakan stimulus tertentu. Teknik ini disebut Teknik proyeksi.

(8)

commit to user Contoh dari teknik proyeksi antara lain : 1) Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan fakor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh.

2) Harapan

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3) Kebutuhan

Kebutuhan seseorang akan sesuatu akan menimbulkan stimulus yang menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus secara berbeda.

4) Motivasi

Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan bahwa rokok sebagai sesuatu yang negatif.

5) Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang diterima. Misalnya, seseorang yang sedang bekerja dengan peralatan keselamatan yang cukup akan mempersepsikan bahwa pekerjaan yang akan dilakukan harus mengikuti petunjuk yang ada.

(9)

commit to user 6) Budaya

Latar belakang budaya yang berbeda akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap stimulus yang ada sesuai dengan pola pikir yang digunakan dalam budayanya.

Gitusudarmo dalam Sopiah (2008) menyebutkan bahwa persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya :

a. Ukuran, dimana semakin besar atau semakin kecil ukuran suatu objek fisik maka akan semakin dipersepsikan.

b. Intensitas, dimana semakin tinggi suatu tingkat intensitas suatu stimulus maka semakin besar kemungkinannya untuk dipersepsikan.

c. Frekuensi, dimana semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin dipersepsikan orang. Misalnya perusahaan yang dengan gencar mengiklankan produknya diberbagai media.

d. Kontras, dimana stimulus yang mencolok dengan lingkungannya maka akan semakin dipersepsi orang. Seseorang yang tampil “beda” secara fisik akan semakin dipersepsikan banyak orang.

e. Gerakan, dimana stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin dipersepsikan orang dibanding stimulus yang gerakannya kurang.

f. Perubahan, dimana stimulus yang berubah-ubah akan menarik untuk diperhatikan dibanding stimulus yang tetap.

(10)

commit to user

g. Baru, dimana suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang dibanding stimulus lama.

h. Unik, dimana semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang lain untuk memperhatikannya.

Menurut Azwar (2007), perbedaan persepsi bisa disebabkan oleh:

a. Perhatian

Biasanya seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus tetapi dapat memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja.

b. Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi orang tersebut.

d. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap persepsi.

e. Ciri kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap respon dari rangsangan yang diterima.

f. Gangguan jiwa

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.

(11)

commit to user 3. Proses terbentuk persepsi

Menurut Walgito (2010), proses terjadinya persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera manusia. Proses stimulus yang mengenai alat indera merupakan proses fisik. Proses stimulus yang diterima alat indera kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris menuju ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Karena otak sebagai pusat kesadaran, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar atau diraba. Proses yang terjadi pada kesadaran oleh individu disebut proses psikologis. Tahap akhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang stimulus yang diterimanya melalui alat indera.

Menurut Thoha (2004), proses terbentuk persepsi ada beberapa tahapan, yaitu :

a. Stimulus atau rangsangan

Proses terbentuk persepsi diawal ketika individu dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

b. Registrasi

Pada proses registrasi, suatu gejala fisik yang nampak berupa penginderaan dan syarat sesorang berpengaruh melalui panca indera yang dimiliknya. Seseorang dapat melihat dan mendengarkan informasi yang terkirim kepadanya, lalu mendaftar informasi yang terkirim tersebut kepadanya.

(12)

commit to user c. Interpretasi

Suatu aspek dari kognitif dari persepsi yang penting yaitu proses yang memberikan arti kepada stimulus yang sudah diterimanya. Proses interpretasi ini bergantung pada faktor pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

Menurut Hamka (2002) proses terjadinya persepsi melalui tahap–tahap sebagai berikut:

a. Tahap pertama merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus oleh panca indera.

b. Tahap kedua merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, yaitu proses stimulus atau objek yang telah diterima alat indera melalui syaraf-syaraf sensoris diteruskan ke otak.

c. Tahap ketiga merupakan proses yang dikenal dengan nama proses psikologis, yaitu proses dalam otak, sehingga individu mengerti, menyadari, menafsirkan dan menilai objek tersebut.

d. Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan, gambaran atau kesan.

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif

(13)

commit to user

(tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku keselamatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang keselamatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi atau motivasi (Sarwono, 2004).

Menurut penelitian Shiddiq (2013) terdapat hubungan antara persepsi K3 dengan perilaku tidak aman karyawan dibagian produksi unit IV PT Semen Tonasa dengan hasil uji statistik menggunakan uji Fisher Exact Test diperoleh nilai p = 0,011(p < 0,05). Menurut Sucioto (2014) perilaku tidak aman dapat menyebabkan kejadian insiden bahkan sampai mengakibatkan kecelakaan kerja.

B. Kemampuan Kerja

Kemampuan kerja adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins, 1996). Kemampuan kerja meliputi aptitude (kecerdasan), personality (kepribadian), experience (pengalaman), training (pelatihan), interest (perhatian/ketertarikan), education (pendidikan) dan intelligence (daya pikir). (Hasibuan, 2005)

Kreitner (2003) menjelaskan bahwa kemampuan diartikan sebagai ciri luas dan karakteristik tanggung jawab yang stabil pada tingkat prestasi yang maksimal berlawanan dengan kemampuan kerja mental maupun fisik. Pegawai

(14)

commit to user

yang memiliki kemampuan memadai akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan waktu atau target yang telah ditetapkan dalam program kerja. Hal ini terjadi karena pegawai dapat mencurahkan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

Menurut Robbins (2008), kemampuan (ability) adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Sedangkan Gibson (1996) mendefinisikan kemampuan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan pekerjaan maupun tugas-tugas sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, hasil suatu pekerjaan akan ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang pegawai.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kerja adalah salah satu komponen penting yang harus dimiliki oleh pekerja untuk melaksanakan pekerjaan secara optimal serta tidak mengalami insiden dan kecelakaan kerja di tempat kerja. Dengan demikian, perusahaan memerlukan usaha-usaha pencapaian untuk mencapai tujuan dan sangat tergantung pada kemampuan pekerja.

Colquitt (2011) menyatakan bahwa kemampuan menunjukkan kapabilitas yang dimiliki orang yang relatif stabil untuk mewujudkan rentang aktivitas tertentu yang berbeda, tetapi berhubungan. Kemampuan berbeda dengan skill atau keterampilan, yang dapat diperbaiki sepanjang waktu melalui pelatihan dan pengalaman, kemampuan atau ability relatif stabil. Meskipun kemampuan dapat berubah pelan-pelan sepanjang waktu dengan praktik dan pengulangan, tingkat kemampuan tertentu biasanya membatasi seberapa

(15)

commit to user

banyak seseorang dapat memperbaiki, bahkan dengan pelatihan terbaik.

Alasannya adalah kemampuan bersifat alamiah sedangkan keterampilan bersifat dapat dipelihara.

Menurut Wibowo (2015) kemampuan kerja terbentuk karena ada tiga unsur kemampuan yaitu:

1. Kemampuan intelektual

Kapasitas untuk melakukan aktivitas mental. Jenis pekerjaan tertentu memerlukan kemampuan intelektual yang sesuai untuk mendapatkan hasil dengan efektif, sebagai contoh supervisor mekanik memerlukan kemampuan untuk mengarahkan dan mengawasi pekerja agar menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan maksimal.

2. Kemampuan kognitif

Kapabilitas seseorang yang berkaitan dengan akusisi dan aplikasi pengetahuan dalam pemecahan masalah. Kemampuan kognitif sangat relevan dengan pekerjaan dan menyangkut pekerjaan yang melibatkan penggunaan informasi untuk membuat keputusan dan pemecahan masalah seperti pekerja mekanik yang memperbaiki mesin produksi.

3. Kemampuan fisik

Kapasitas untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, ketangkasan, dan kekuatan. Kemampuan fisik berperan penting dalam keberhasilan melakukan pekerjaan yang kurang memerlukan keterampian dan lebih terstandardisasi. Sebagai contoh, pekerjaan dimana keberhasilan menuntut stamina, ketangkasan manual, kekuatan kaki atau bakat sejenis

(16)

commit to user

memerlukan manajemen untuk mengidentifikasi kapabilitas fisik pekerja seperti pekerjaan mekanik yang memperlukan kekuatan tangan untuk mengencangkan baut pada mesin produksi.

Berdasarkan penelitian Rosina (2017) menunjukkan bahwa kemampuan kerja berpengaruh sangat besar dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai sebesar 86,1%, artinya kemampuan kerja dapat menentukan tercapainya produktivitas kerja pegawai secara optimal. Menurut Panjaitan (2011) apabila produktivitas kerja meningkat maka akan menurunnya frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan. Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%. Kesimpulan dari pernyataan tersebut yaitu menurunnya kecelakaan kerja atau kejadian insiden karena pengaruh kemampuan kerja dan meningkatnya perilaku aman pekerja.

(17)

commit to user C. Kejadian Insiden

Menurut OHSAS 18001:2007, insiden adalah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana suatu cidera dan penyakit akibat kerja (terlepas besarnya tingkat keparahan) atau kejadian kematian, atau mungkin dapat terjadi. Suatu keadaan darurat merupakan suatu jenis insiden khusus.

1. Faktor yang mempengaruhi kejadian insiden.

Menurut Suma’mur (1995) kecelakaan kerja atau kejadian insiden dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor manusia meliputi persepsi, aturan kerja, kemampuan pekerja, disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan atau insiden, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.

1) Umur pekerja

Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja atau kejadian insiden. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kecelakaan atau insiden lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai

(18)

commit to user

kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu terdapat golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.

2) Pengalaman bekerja

Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja. Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja atau kejadian insiden.

3) Tingkat pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktik maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja atau insiden.

4) Masa kerja

Masa bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja atau kejadian insiden. Hal ini didasarkan pada masa kerja seseorang akan mempengaruhi pengalaman kerjanya.

5) Kelelahan

Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan akan berakibat

(19)

commit to user

menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja sehingga terjadi kecelakaan kerja atau kejadian insiden.

b. Faktor Mekanik 1) Kondisi mesin

Mesin dan alat mekanik dalam kondisi baik dapet meningkatkan produksi dan produktivitas. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketersediaan alat pengaman mesin dan alat mekanik terutama diamankan dengan pemasangan pagar dan perlengkapan pengamanan mesin atau disebut pengaman mesin.

Dapat menekan angka kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kondisi mesin.

2) Letak mesin

Budiono (2003) mengatakan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi manusia dalam rangkaian produksi adalah sebagai pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah. Termasuk juga dalam tata letak dan penempatan posisi mesin. Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi. Letak mesin yang tidak sesuai, tidak dilengkapi

(20)

commit to user

dengan alat pelindung, alat pelindung tidak digunakan, dan alat-alat kerja yang telah rusak merupakan faktor mekanik yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau kejadian insiden.

c. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan kecelakaan kerja atau kejadian insiden :

1) Kebisingan

Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja.

2) Suhu udara

Menurut Grandjean (1993) produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf

(21)

commit to user

perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. kondisi panas sekeliling yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang sangat sedikit.

3) Penerangan

ILO (1989) menyatakan bahwa penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu. Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan antara produksi dan penerangan telah memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi banyaknya kecelakaan. Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang gelap.

(22)

commit to user 4) Lantai licin

Menurut Silalahi (1995), lantai di tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan kimia yang merusak. Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset. Faktor- faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja atau kejadian insiden terdiri dari pemeliharaan house keeping, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak nyaman pada saat bekerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

d. Faktor Pekerjaan 1) Jam kerja

Jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat yang sesuai peraturan yang berlaku dapat mengurangi kecelakaan kerja atau kejadian insiden.

(23)

commit to user 2) Pergeseran waktu

Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja atau kejadian insiden.

Menutur Santoso (2004) faktor penyebab kecelakaan kerja atau kejadian insiden adalah:

a. Faktor Manajemen

1) Seperti standart kerja yang kurang baik.

2) Standart perencanaan yang kurang tepat.

3) Standart perawatan yang kurang tepat.

4) Standart pembelian peralatan yang kurang tepat.

5) Keausan alat akibat keseringan dipakai, dan pemakain yang abnormal.

b. Faktor Pekerja

1) Seperti kurangnya pengetahuan pekerja.

2) Kurang keterampilan pekerja.

3) Motivasi kerja yang kurang.

4) Fisik yang tidak mendukung.

5) Masalah mental dan stress fisik.

6) Ketidak seimbangan kemampuan psikologis.

Penyebab dasar inilah timbul keadaan – keadaan yang disebut substandard (unsafe), yang berupa gejala – gejala dari kondisi dan pebuatan substandard.

Memakai istilah standart dapat memberikan suatu ukuran tertentu yang

(24)

commit to user

standart, ukuran yang digunakan. Tidak memenuhi standart tersebut disebut substandart. Kondisi dan perbuatan substandart ini timbul sebagai akibat adanya penyebab dasar (basic causes). Perbuatan substandart (tidak memenuhi standar) yang sering dijumpai antara lain :

a. Menjalankan yang bukan tugasnya, gagal memberikan peringatan.

b. Melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi.

c. Tidak memakai alat pelindung diri (APD).

d. Memuat sesuatu secara berlebihan.

e. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

f. Mengangkat berlebihan.

g. Posisi kerja tidak tepat.

h. Melakukan perbaikan pada waktu mesin masih berjalan.

i. Bersenda gurau.

j. Berada dalam pengaruh alkohol atau obat – obatan.

Kondisi substandard (tidak memenuhi standar) yang sering dijumpai : a. Pengamanan mesin tidak sempurna.

b. Alat pelindung diri yang tidak memenuhi standart.

c. Bahan atau peralatan kerja yang telah rusak.

d. Gerak tidak leluasa karena tumpukan benda.

e. Sistem tanda bahaya tidak memenuhi syarat.

f. House keeping dan lay out yang jelek.

g. Lingkungan kerja yang mengandung potensi bahaya.

(25)

commit to user D. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

: Diteliti : Tidak Diteliti

E. Hipotesis

Ada hubungan persepsi K3 dan kemampuan kerja dengan kejadian insiden pekerja mekanik di PT Indo Acidatama, Tbk.

Perilaku Keterampilan

Kemampuan Kerja Persepsi K3

Tanggapan

Faktor yang Mempengaruhi : 1. Faktor Manusia

- Umur pekerja - Pengalaman bekerja - Tingkat Pendidikan - Masa Kerja

- Kelelahan 2. Faktor Mekanik

- Kondisi mesin - Letak mesin 3. Faktor Lingkungan

- Kebisingan - Suhu udara - Penerangan - Lantai Licin Kejadian

Insiden

Referensi

Dokumen terkait

2) Air Bersih Hendaknya tidak mengandung padatan terlarut (TSS) lebih dari 200 ppm. Ketahuilah kadar fluoride dan chlorine di dalam air yang dipakai, karena banyak tanaman yang

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ pengaruh terapi relaksasi pernapasan dalam terhadap penurunan kecemasan anak SD kelas 6 dalam menunggu hasil

Metoda kurva kalibrasi memiliki kelebihan keakuratan data yang diperoleh karena dilakukan pengukuran terhadap beberapa keakuratan data yang diperoleh karena dilakukan

Artinya, kebudayaan yang ditampilkan kebanyakan generasi muda saat ini bukan melalui proses belajar dan secara sadar mewakili kebutuhan mendasar mereka, tetapi

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya, serta salawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad S.A.W,

e) Produk yang stiker garansi/mutu, nomor seri produk atau nomor seri elektroniknya telah dilepas, diubah, atau menjadi tak terbaca; atau.. f) Produk yang dibeli, digunakan,

Saat ini sudah hampir 25% dari jumlah penduduk di desa tersebut menggunakan kompor berbahan bakar biogas, di mana sistem pembakaran ini digunakan utuk keperluan

Persiapan Shoting dan pengambilan View masjid dalam acara Safari Ramadhan di masjid Gedhe Kauman Produser: Dimas Al Kausar Atlantis Kameramen: Arifudin Kameramen insert: