commit to user
Hubungan Kerjasama Antar Pengusaha Mebel di Desa Dempelan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun
Putri Citra Ningrum
Putricitran16@gmail.com
The research aim to know about the Cooperative Relationships Between Employers Furniture at Village Dempelan district of Madiun. This study uses a qualitative method possibility with a case study approach. Data collection using interview, observation and documentation. Informants selected with purposive sampling method. Collecting data using interview, guidelines interview, and observation. The validity of the data using triangulation of data. Data analysis method with interactive analysis model which includes data reduction, data presentation, and conclusion. The theory used in the research is the exchange theory by George C. Homans.
These result of this study indicate that the social interaction that exiats between employers at Dempelan Village, District Madiun, produces a social process in the form of cooperation. The background of the establishment of the furniture in the village Dempelan an attempt hereditary the social interaction that occurs between furniture producers who have familities or who do not have family relathionship. Cooperation between entrepreneurs who have familities such as procurement of raw materials, equipment, production, labor,capital and marketing. While cooperation between among entrepreneurs who do not have familities in the form of cooperation such as procurementof equipment and marketing. However, it is undeniable that a cooperation going on between employers furniture is not viable, and can lead to a form of conflict. The conflict in the form of vituperation and mutual vilify companies. Prolonged conflict could not be allowed. Therefore, to be a fair conclution then there is a compromise in the form of accommodation and tolerance between employers furniture.
commit to user
A. Pendahuluan
Indonesia mulai mengembangkan industri permebelan dan kerajinan dewasa
ini. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai produsen mebel dan kerajinan yang
mulai diperhitungkan di dunia internasional. Usaha mebel dan kerajinan sudah sejak
lama digeluti oleh masyarakat di Indonesia dengan baik sejak Jaman Kolonial
Belanda, industri ini berkembang seiring dengan upaya pemerintah menggalakkan
ekspor, mendorong ekspor secara besar-besaran pada tahun 1970-an dan
produk-produk mebel serta kerajinan mulai dapat diterima di pasar dunia. Berdasarkan hal
tersebut, pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan kebijakan ekspor
seluas-luasnya, sehingga pada tahun 1980-an dan sesudahnya, banyak sentra-sentra
industri permebelan dan kerajinan yang mengalami pertumbuhan sangat pesat.
Pada zaman sekarang ini pertumbuhan industri di Indonesia sangatlah pesat.
Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya perusahaan-perusahaan lokal yang
berdiri, dan banyaknya perusahaan asing yang masuk ke Indonesia. Perkembangan
industrial dapat menyebabkan berbagai macam dampak kepada masyarakat
Indonesia. Jika dilihat dari segi ekonomi, perkembangan industri dapat mengurangi
jumlah masyarakat pengangguran. Hal tersebut juga akan berdampak pada taraf
hidup masyarakat yang semakin meningkat. Tetapi terdapat efek negatif dalam hal
ekonomi dari perkembangan tersebut dapat mengakibatkan timbulnya persaingan
yang kurang sehat.
Saat ini produk mebel Indonesia semakin diakui pasar dunia. Pertumbuhan
industri mebel dan kayu mencapai angka tujuh persen. Khusus di Asia, permintaan
terhadap produk kerajinan dan mebel buatan pengrajin asal Indonesia meningkat
pesat. Kondisi ini didorong peningkatan kualitas dan sosialisasi para pengrajin di
pameran regional dan internasional. Pasar Asia dikenal selektif dalam memilih
produk. Ciri khas produk mebel asal Indonesia dinilai memiliki daya saing di antara
produk sejenis di negara lain se-Asia. Industri furnitur kini menjadi salah satu
andalan pemerintah (kemenperin.go.id).
Dari pertumbuhan dan perkembangan industri yang begitu pesat saat ini
commit to user
bentuk industri yang ada baik dalam skala besar maupun skala kecil. Pelaku industri
tentunya harus mampu bersaing dengan para pelaku industri lain dan mampu
meningkatkan produktifitas, meningkatkan kreatifitas dalam barang produksinya
agar mampu bersaing dan mempertahankan industrinya. Meningkatnya industri
tersebut juga terjadi di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupatem Madiun
yang merupakan Desa industri kecil kayu mebel. Terdapat 21 industri mebel yang
terdaftar di pemerintah. Dari banyaknya pengusaha dalam satu Desa tentunya akan
terjadi suatu interaksi sosial yang kemudian terjadi sebuah proses sosial dalam
bentuk kerjasama. Hal tersebut dilatar belakangi dari kedekatan suatu individu
dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok
maka akan terjadi sebuah kontak sosial dan komunikasi. Dari kedua faktor tersebut
dapat menumbuhkan sebuah interaksi sosial yang matang dan positif dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya.
Kerjasama yang terjadi antar pengusaha dipengaruhi kedekatan fisik lapak,
kedekatan tempat tinggal, kesamaan nasib, kesamaan profesi, kesamaan pemikiran.
Dari beberapa pengusaha mebel tersebut masih mempunyai hubungan keluarga
dikarenakan industri mebel yang berdiri di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun,
Kabupaten Madiun dilakukan secara turun menurun sehingga dari hubungan
keluarga tersebut sesama pengusaha menjalin kerjasama. Namun kerjasama tidak
hanya dilakukan antar pengusaha yang memiliki hubungan keluarga tetapi juga
dilakukan oleh sesama pengusaha yang tidak memiliki hubungan keluarga.
Permintaan produksi mebel yang cukup besar kadang menjadi masalah atau
kendala tersendiri bagi para pengusaha mebel sehingga kerjasama antar pengusaha
sangat diperlukan dalam hal memenuhi berbagai kebutuhan. Kerjasama yang
terjalin antar pengusaha dapat berupa kerjasama dalam produksi maupun
pemasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan kerjasama antar
pengusaha mebel di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Teori Exchange. Tokoh utamanya
commit to user
terhadap paradigma fakta sosial. Teori ini menjelaskan bagaimana memandang
tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia
tersebut .
George Homans ( dalam Ritzer, 2014: 454-457) mengembangkan beberapa
proposisi untuk menjelaskan secara utuh proses pertukuran sosial: 1) Proposisi
sukses, jika semakin sering tindakan apapun yang dilakukan orang memperoleh
imbalan, makin besar pula kecenderungan orang itu mengulangi tindakan tersebut;
2) Proposisi stimulus, jika dimasa lalu terjadinya stimulus tertentu, atau serangkaian
stimulus, adalah situasi dimana tindakan sesorang diberikan imbalan, maka semakin
mirip stimulus saat ini dengan stimulus masa lalu itu, semakin besar kecenderungan
orang tersebut mengulangi tindakan yang sama atau serupa; 3) Proposisi nilai,
semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung ia melakukan
tindakan serupa; 4) Proposisi Deprivasi-Satiasi, semakin sering dimasa yang berlalu
seseorang menerima imbalan tertentu, maka makin kurang bernilai imbalanyang
selanjutnya diberikan kepadanya; 5) Proposisi Agresi-Pujian, ketika tindakan
seseorang tidak mendapatkan imbalan yang diharapkan, atau menerima hukuman
yang tidak ia harapkan, ia akan marah, ia cenderung berperilaku agresif, dan akibat
perilaku tersebut menjadi lebih bernilai untuknya; 6)Proposisi Rasionalitas, asumsi
dasarproposisi rasionalitas adalah orang membandingkan jumlah imbalan yang
diasosiasikan dengan setiap tindakan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang
nilainya jika aktor menganggap bahwa itu semua cenderung tidak akan mereka
peroleh. Sedangkan imbalan yang bernilai rendah akan mengalami petambahan nilai
jika semua itu dipandang sangat mungkin diperoleh.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus. Pada dasarnya
penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal
secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode
studi kasus untuk mencari jawaban bagaimana hubungan kerjasama antar pengusaha
mebel di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun. Karena dalam
commit to user
memilki hubungan keluarga mampu menjalin hubungan kerjasama, namun tidak
semua pengusaha yang memiliki hubungan keluarga tersebut dapat menjalin
kerjasama justru terjadi persaingan dan konflik namun melakukan kerjasama
dengan perngusaha lain yang tidak memiliki hubungan keluarga. Maka bentuk
penelitian studi kasus ini akan mampu mengungkap berbagai informasi kualitatif
untuk mempelajari gejala – gejala sosial melalui analisis.
Untuk memperoleh informasi mengenai fokus penelitian ini, maka peneliti
menggunakan teknik Purposive Sampling, bertujuan mendapatkan informasi yang
tepat, yang dianggap menguasai permasalahan objek penelitian. Melalui purposive
sampling, peneliti cenderung memilih informan yang dianggap mengetahui dan
berhubungan dengan masalah peneliti secara mendalam. Dari seluruh jumlah
pengusaha mebel yang ada di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten
Madiun penelitian mengambil informan sebanyak 10 orang pemilik perusahaan.
Dasar pemilihan informan tersebut berdasarkan besar kecilnya perusahaan yang
sudah terkenal diluar daerah Kabupaten Madiun dan berdasarkan adanya hubungan
keluarga antara pengusaha yang satu dengan yang lain.
Penelitian ini, memperoleh data secara langsung dari lapangan melalui : 1)
Wawancara, dilakukan secara langsung dari sumbernya yaitu pengusaha mebel di
Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun; 2) Observasi, dilakukan
dengan mengamati kondisi fisik, kondisi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang
ada diperusahaan mebel di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten
Madiun; 3) Sumber data lainnya yang dipakai adalah sumber tertulis seperti buku,
literatur, majalah ilmiah dan dokumen-dokumen dari pihak yang terkait mengenai
tema yang penulis angkat.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)
Observasi Langsung ; 2)Wawancara mendalam; 3) Dokumen. Untuk memastikan
data yang diperoleh merupakan data yang valid digunakan teknik trianggulasi.
Dengan memanfaatkan teknik pengumpulan data observasi langsung (pengamatan)
commit to user
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data secara interaktif.
Aktivitas dalam analisis data menurut Miles dan Huberman (1993: 15-19), yaitu: 1)
Reduksi data (data reduction); 2) Penyajian data (data display); 3) Penarikan
kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing/verification).dengan menggunakan
teknik analisis data interaktif proses pengumulan data dan proses analisis data dapat
dilakukan secara bersamaan. Apabila dalam proses analisis dirasa terdapat
kekurangan data maka peneliti akan kembali melalukan pengumpulan data sesuai
dengan kebutuhan. Kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus hingga data
yang dbutuhkan dirasa cukup untuk disajikan dalam bentuk penulisan laporan akhir.
C. Hasil dan Pembahasan
Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang
lain dalam menjalani kehidupannya. Manusia hidup tidak sebagai mahluk tunggal
atau individu melainkan sebagai bagian dari sebuah masyarakat. Manusia di dalam
dirinya terdapat keinginan untuk bersama dengan manusia lain maka manusia harus
mengadakan hubungan. Dengan demikian akan tercipta suatu pergaulan hidup
manusia dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu, diperlukan interaksi untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing individu. Interaksi sosial adalah salah satu
faktor utama dalam kehidupan sosial yang merupakan syarat terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial. Young (1959) dalam (Sukanto, 2001:67) menjelaskan bahwa
interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Dalam proses interaksi sosial, suatu individu memiliki pengaruh terhadap
perubahan yang terjadi di setiap lapisan masyarakat, baik itu perubahan ke arah
yang lebih maju maupun berubah ke arah yang biasa-biasa saja. Semakin dekat
jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat,
berbicara, dan bersosialisasi. Begitu juga yang dialami oleh para pengusaha yang
ada di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun. Pengusaha yang
satu dengan pengusaha yang lain mengalami interaksi sosial akibat adanya kontak
soaial dan komunikasi. Interaksi tersebut dilatar belakangi oleh banyaknya
commit to user
Kabupaten Madiun. Perusahaan yang berdiri disana letaknya cukup berdekatan
hanya berjarak beberapa meter saja dari perusahaan satu dengan perusahaan yang
lain dan bahkan ada pula yang berhadap-hadapan. Interaksi sosial yang terjadi antar
pengusaha mebel satu dengan yang lainnya tentu dapat mengakibatkan satu dengan
yang lain memberi pengaruh dalam bersikap dan berperilaku dalam kegiatan apapun
khusunya dalam bidang meningkatkan ekonomi. Sehingga dapat menimbulkan
suatu proses sosial dalam bentuk kerjasama sebagai berikut :
1. Kerjasama antar pengusaha mebel yang memiliki hubungan keluarga
Kerjasama antar pengusaha yang memiliki keluarga dipilih karena
adanya rasa kekeluargaan yang masih kuat. Dari informasi yang di dapatkan
peneliti dari informan bahwa lebih baik bekerjasama dengan keluarga
sendiri dibandingkan dengan pengusaha yang lain. Dari pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti memang dapat dilihat bahwa diantara pengusaha satu
dengan yang lain hubungannya sangat baik. Pengusaha yang memiliki
hubungan keluarga dengan pengusaha lain ini mampu menjaga erat
keharmonisan keluarga karena masih memegang norma atau ketentuan tak
tertulis mengenai bagaimana seseorang harus bersikap atau berperilaku di
dalam keluarga. Sehingga dapat menjaga perasaan masing-masing anggota
keluarga agar tercipta kerukunan dan keharmonisan hubungan di dalam
keluarga. Dari faktor-faktor tersebut maka terjadi kerjasama dalam berbagai
hal yaitu, kerjasama dalam pengadaan bahan baku kerjasama tersebut
dilakukan dengan saling memeberi info jika ada bahan baku kayu yang
murah dan jika salah satu pengusaha dalam keluarga tersebut kekurangan
bahan baku maka akan saling meminjam dulu kepada pengusaha lain.
Kerjasama dalam pengdaan peralatan dilakukan antar pengusaha yang
memiliki hubungan keluarga karena terbatasnya peralatan yang dimiliki dan
terjadi kerusakan pada peralatan yang dimiliki maka akan bergantian dan
meminjam kepada pengusaha lain. Kerajasama dalam produksi dilakukan
oleh sesama pengusaha yang memiliki hubungan keluarga karena jika
commit to user
produksinya maka akan meminta pengusaha lain untuk membantu produksi.
Kerjasama dalam pengadaan tenaga kerja dilakukan karena kurangnya atau
tidak memiliki tenaga kerja ahli dalam perusahaan maka antar pengusaha
dalam keluarga tersebut akan bergantian tenaga kerja khususnya tukang
propil dan tukan plitur. Selain itu kerjasama juga dilakukan jika terjadi
banyak orderan barang mebel namun ada sebagian tenaga kerja yang tidak
masuk maka pengusaha tersebut akan meminjam tenaga kerja kepada
pengusaha lain.
Kerjasama juga dilakukan dalam pengadaan modal, kerjasama tersebut
dilatar belakangi karena adanya salah satu pengusaha yang baru merintis
usaha dan membutuhkan modal maka pengusaha yang lain akan membantu
memberikan modal. Selain bebarapa kerjasama tersebut juga terjadi
kerjasama dalam pemasaran. Kerjasama tersebut dilakukan disebabkan
keterbatasan stock barang mebel maka jika terjadi permintaan barang mebel
mendadak dan kebetulan barang cocok dengan stock yang dimiliki
pengusaha lain maka akan dimbil atau dibeli dulu untuk dijual
kepelanggannya. Selain hal tersebut jika salah satu pengusaha memiliki
stock baraang yang lama tidak terjual maka akan meminta bantuan
pengusaha lain untuk menjualkannya.
2. Kerjasama antar pengusaha yang tidak memiliki hubungan keluarga
Kerjasama yang dilakukan oleh sesama pengusaha yang tidak
memiliki hubungan keluarga merupakan kerjasama dalam pengadaan
peralatan yaitu menggrajikan atau memotongkan bahan baku pembuatan
mebel kepada perusahaan lain. Sedangkan kerjasama dalam pemasaran
pengambilan barang produksi keperusahaan lain yang memiliki banyak
stock barang. Kerjasama dalam pemasaran juga dilakukan dengan cara
meminta bantuan keperusahaan lain bila mendapat orderan barang dalam
jumlah besar dan tidak mampu untuk memproduksi sendiri. Kerjasama
tersebut karena adanya hubungan yang baik dalam bertetangga dan
commit to user
Walaupun tidak memiliki hubungan keluarga kerjasama antar pengusaha
juga dapat terjalin dengan baik. Dalam kerjasama yang dilakukan oleh
pengusaha yang satu dengan yang lain memiliki tujuan yang baik untuk
keduanya dan saling menguntungkan keduanya. Namun jika kerjasama yang
terjalin tidak saling menguntungkan atau dianggap hanya menguntungkan
satu pihak saja maka kerjasama tidak dapat berjalan dan akan membuat
pihak yang merasa dirugikan membatalkan kerjasama bahkan timbul
konflik.
Konflik yang terjadi antar pengusaha ialah berupa umpat-umpat dan
saling menjelek-jelekkan menjatuhkan nama baik sesama pengusaha,
tentunya hal ini saling merugikan satu sama lain.Dari konflik yang muncul
antar pengusaha maka timbul proses akomodasi. Proses akomodasi yang
terjadi antar pengusaha mebel menunjukkan bahwa persaingan dan konflik
dapat diatasi dari diri masing-masing. Bentuk-bentuk akomodasi yang
terjadi, yaitu:
a. Kompromi (Compromise), dalam hal hal ini terbukti dalam penelitian
bahwa sikap dari pengusaha yang mempunyai konflik dengan
pengusaha lain hanya bersikap diam dan menganggap tidak terjadi
apa-apa.
b. Toleransi (Tolerance), yaitu toleransi yang terjadi antar pengusaha
yang terlibat konflik dibuktikan dalam bentuk sikap yang dapat
menerima walaupun dijelek-jelekkan agar tidak timbul konflik yang
semakin besar.
Bentuk kerjasama yang terjadi antar pengusaha yang memiliki
hubungan keluarga dan yang tidak memiliki hubungan keluarga tersebut
sesuai dengan konteks pendekatan teori pertukaran sosial George C.
Homans, karena teorinya berangkat dari asumsi ekonomi dasar (pilihan
rasional), yaitu individu memberi apa dan mendapatkan apa, apakah
menguntungkan atau tidak. (Ritzer 2009:458). Sama halnya dengan yang
commit to user
megakibatkan seorang pengusaha melakukan proses sosial dalam bentuk
kerjasama untuk mendaptkan keuntungan ekonominya, jika kerjasama
menguntungkan maka akan melakukan kerjasama sama tersebut berulang
kali. Namun sebaliknya jika kerjasama tidak mengutungkan maka tidak aka
dilakukan lagi.
Terjadinya kerjasama antar pengusaha di Desa Dempelan,
Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun yang di dapatkan dari temuan di
lapangan, maka peneliti berusaha untuk mengkaji lebih dalam menggunakan
teori pertukaran sosial dan proposisi-proposisi fundamentalnya. Sudah jelas
bahwa kerjasama yang terjadi antar pengusaha mebel di Desa Dempelan,
Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun merupakan kerjasama yang
bertujuan melakukan pertukaran sosial yang menguntungkan. Kerjasama
tersebut didasari dengan perilaku ekonomi dan mencari keuntungan satu
sama lain. Maka peneliti akan menguraikan kerjasama yang terjadi antar
pengusaha dengan teori pertukaran yang dikemukakan George C. Homans
dengan proposisi-proposisinya karena dalam proposisi- proposisi tersebut
dapat menjelaskan secara utuh proses pertukaran sosial, proposisi-proposisi
tersebut adalah sebagi berikut :
a. Proposisi Sukses
Jika semakin sering tindakan apapun yang dilakukan orang
memperoleh imbalan, makin besar pula kecenderungan orang itu
mengulangi tindakan tersebut.
Proposisi ini dapat dilihat dari para pengusaha mebel yang melakukan
kerjasama dengan tujuan memenuhi kebutuhan jika dalam kerjasama
tersebut apa yang diinginkan tercapai maka kerjasama yang dilakukan
oleh pengusaha yang masih memiliki hubungan keluarga maupun yang
tidak memiliki hubungan keluarga akan terus berlangsung namun jika
tidak kerjasama tidak dilakukan lagi.
commit to user
Proposisi ini berbunyi, apabila pada masa lalu ada satu atau sejumlah
rangsangan di dalamnya tindakan seseorang mendapat ganjaran, maka
semakin mirip rangsangan saat ini dengan masa lalu itu, semakin besar
kecenderungan orang untuk melakukan tindakan serupa. Didalam
proposisi ini dapat dilihat dari perusahaan yang dulu dikelola orang
tuanya menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dan mencapai
kesuksesan dalam bekerjasama, maka pengusaha tersebut melakukan
kerjasama kembali dengan rekan kerjasama orang tuanya dengan
harapan dapat mencapai kesuksesan yang serupa.
c. Proposisi Nilai
Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung ia
melakukan tindakan serupa. Dalam menjalin kerjasama dengan
beberapa pengusaha lain dan mendapatkan keuntungan yang lebih dari
salah satu rekan kerjasmanya maka pengusaha tersebut akan memilih
terus melakukan kerjasama dengan pengusaha tersebut karena
kecenderungan mendapatkan keuntungan yang lebih dari pada dengan
pengusaha lainnya yang dianggap tidak mendapat keuntungan yang
lebih. Begitu juga dengan pengusaha yang memilik hubungan keluarga
akan lebih cenderung melakukan usaha dengan sesama pengusaha
yang mempunyai hubungan keluarga karena adanya ikatan keluarga
terdapat nilai kepercayaan dibanding kerjasama yang dilakukan dengan
pengusaha yang tidak mempunyai hubungan keluarga akan sulit
mendapat kepercayaan.
d. Proposisi Deprivasi-Satiasi
Proposisi ini berbunyi, semakin sering dimasa lalu seseorang
menerima imbalan tertentu, maka makin kurang bernilai imbalan yang
selanjutnya diberikan kepadanya Kerjasama tidak dapat berlangsung
lama karena kerjasama yang dilakukan dianggap tidak ada kemajuan
yang signifikan maka dari itu pengusaha memutuskan untuk tidak
commit to user
e. Proposisi Agresi-Pujian
Ketika tindakan seseorang tidak mendapatkan imbalan yang
diharapkan, atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan
marah, ia cenderung berperilaku agresif. Apabila seseorang mendapat
ganjaran yang diharapkannya, khususnya ganjaran yang lebih besar
dari pada yang diharapkannya, atau tidak mendapatkan hukuman yang
diperhitungkannya maka ia akan menjadi senang. Hasil dari tingkah
lakunya adalah yang bernilai lebih baginya.
Hal ini dapat dilihat dari kerajasama antar pengusaha mebel yang
tidak berjalan baik dan dirasa merugikan maka pengusaha tersebut
akan marah dan tidak akan melakukan kerjasama lagi bahkan terlibat
konflik. Namun jika pengusaha yang melakukan kerjasama dapat
saling memenuhi kebutuhuan satu sama lain maka kerjasama akan
terus berlangsung seperti yang dilakukan oleh pengusaha yang
melakukan kerjasama dengan pengusaha lain yang merupakan
tetangga. Kerjasama tersebut dilakukan karena dalam hubungan
bertetannga yang tercipta sangat baik dan saling membantu satu sama
lain walaupun juga bersaing alam usaha mebel.
Demikianlah perumusan teori George Homans untuk menjelaskan
pendekatan teori pertukaran sosial yang digunakan dalam penelitian ini .
Homans melihat aktor sebagai seseorang yang mencari keuntungan. Hukum
ini tampak dalam dunia usaha mebel yang ada di Desa Dempelan,
Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun dimana kerjasama hanya akan
terjadi apabila dianggap menguntungkan.
D. Kesimpulan
Berdasarkan pada penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan
Kerjasama Antar Pengusaha Mebel di Desa Dempelan, Kecamatan Madiun,
Kabupaten Madiun” maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini
commit to user
terkenal dengan industri kayu dan mebel sejak puluhan tahun yang lalu dan sudah
menjadi sentra industri kecil kayu mebel. Industri kayu dan mebel tersebut menjadi
profesi sebagain masayarakat Desa Dempelan, Kecamatan Madiun, Kabupaten
Madiun dan sudah turun menurun. Hal ini dilatar belakangi dari banyaknya hutan
jati dan kayu jawa di Kabupaten Madiun yang kemudian dimanfaatkan untuk
meningkatkan perekonomian.
Dari banyaknya pengusaha kayu dan mebel yang ada di Desa Dempelan ,
Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun terjadi kontak sosial dan komunikasi yang
menjadi faktor utama terjadinya interaksi sosial antar pengusaha mebel yang
kemudian menjadi suatu proses sosial dalam bentuk kerjasama. Bentuk-bentuk
hubungann kerjasama anatar pengusaha mebl tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama antar pengusaha mebel yang memiliki hubungan keluarga
Kerjasama antar pengusaha yang memiliki keluarga dipilih karena adanya rasa
kekeluargaan yang masih kuat. Dari informasi yang di dapatkan peneliti dari
informan bahwa lebih baik bekerjasama dengan keluarga sendiri dibandingkan
dengan pengusaha yang lain. Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
memang dapat dilihat bahwa diantara pengusaha satu dengan yang lain
hubungannya sangat baik. Pengusaha yang memiliki hubungan keluarga
dengan pengusaha lain ini mampu menjaga erat keharmonisan keluarga karena
masih memegang norma atau ketentuan tak tertulis mengenai bagaimana
seseorang harus bersikap atau berperilaku di dalam keluarga. Sehingga dapat
menjaga perasaan masing-masing anggota keluarga agar tercipta kerukunan
dan keharmonisan hubungan di dalam keluarga. Dari faktor-faktor tersebut
maka terjadi kerjasama dalam berbagai hal yaitu, kerjasama dalam pengadaan
bahan baku, kerjasama dalam pengdaan peralatan, kerajasama dalam produksi,
kerjasama dalam pengadaan tenaga kerja, kerjasama juga dilakukan dalam
pengadaan modal dan terakhir kerjasama dalam pemasaran.
2. Kerjasama antar pengusaha yang tidak memiliki hubungan keluarga
Kerjasama yang dilakukan oleh sesama pengusaha yang tidak memiliki
commit to user
menggrajikan atau memotongkan bahan baku pembuatan mebel kepada
perusahaan lain. Sedangkan kerjasama dalam pemasaran pengambilan barang
produksi keperusahaan lain yang memiliki banyak stock barang. Kerjasama
dalam pemasaran juga dilakukan dengan cara meminta bantuan keperusahaan
lain bila mendapat orderan barang dalam jumlah besar dan tidak mampu untuk
memproduksi sendiri. Kerjasama tersebut karena adanya hubungan yang baik
dalam bertetangga dan meneruskan kerjasama yang dijalin orang tua dengan
pengusaha yang sama. Walaupun tidak memiliki hubungan keluarga
kerjasama antar pengusaha juga dapat terjalin dengan baik. Dalam kerjasama
yang dilakukan oleh pengusaha yang satu dengan yang lain memiliki tujuan
yang baik untuk keduanya dan saling menguntungkan keduanya. Namun jika
kerjasama yang terjalin tidak saling menguntungkan atau dianggap hanya
menguntungkan satu pihak saja maka kerjasama tidak dapat berjalan dan akan
membuat pihak yang merasa dirugikan membatalkan kerjasama bahkan timbul
konflik.
Konflik yang terjadi antar pengusaha ialah berupa umpat-umpat dan
saling menjelek-jelekkan menjatuhkan nama baik sesama pengusaha,
tentunya hal ini saling merugikan satu sama lain.Dari konflik yang muncul
antar pengusaha maka timbul proses akomodasi. Proses akomodasi yang
terjadi antar pengusaha mebel menunjukkan bahwa persaingan dan konflik
dapat diatasi dari diri masing-masing. Bentuk-bentuk akomodasi yang
terjadi, yaitu: 1) Kompromi (Compromise), yaitu terbukti dalam penelitian
bahwa sikap dari pengusaha yang mempunyai konflik dengan pengusaha
lain hanya bersikap diam dan menganggap tidak terjadi apa-apa. 2)
Toleransi (Tolerance), yaitu toleransi yang terjadi antar pengusaha yang
terlibat konflik dibuktikan dalam bentuk sikap yang dapat menerima
commit to user DAFTAR PUSTAKA
Buku
Basrowi, David. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Offset
Fuad, Anis. Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset
Marizar, Eddy S. 2005. Designing Furniture Tekhnik Merancang Mebel Kreatif.
Yogyakarta: Media Press
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Moleong, Lexy J. 2007. Metedologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
RemajaRosdakarya
Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Ritzer George. 2014. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana
commit to user
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Cv.
Alfabeta
Sutopo, H.B. 1996. Metodologi Penelitian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Sutopo, H.B. 2002. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif.Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Usman, Husaini, dkk. 1995. Pengantar statistika. Jakarta: Bumi Aksara
Winardi J. 2003. Entrepeneur & Entrepeneurhip. Jakarta: Prenada Media
Website
Inspirasi bangsa.com. 2013. Sejarah perkembangan industri. Diakses dari
(http://inspirasibangsa.com/kebangkitan-industri-mebel-dan-kerajinan-indonesia/)tanggal 15 april 2015
Kemenprin.go.id. 2011. Pertumbuhan Industri mebel. Diakses dari
(http://www.kemenperin.go.id/artikel/5799/industri-mebel-tumbuh-7-persen/) tanggal 15 april 2015
Madiun.kab. 2015. Gambaran umum Kecamatan Madiun. Diakses dari
(http://www.madiunkab.go.id/index1.php#five) tanggal 15 september 2015
Wikipedia.org. 2015. Pengertian Mebel. Diakses dari