• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI EVALUASI PENGELOLAAN AIR BERSIH DI KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI EVALUASI PENGELOLAAN AIR BERSIH DI KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

31 SKRIPSI

“EVALUASI PENGELOLAAN AIR BERSIH DI KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR”

OLEH:

JUSRIADI 105 81 01610 11

SAIFUL 105 81 01609 11

JURUSAN TEKNIK SIPIL PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017

(2)

i

(3)
(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini, dan dapat kami selesaikan dengan baik.

Tugas ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang harus ditempuh dalam rangka menyelesikan Program Studi Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun judul tugas kami adalah “EVALUASI PENGELOLAAN AIR BERSIH DI KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan tugas ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan penulis sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik itu ditinjau dari segi teknis penulisan maupun dari perhitungan-perhitungan. Oleh karena itu penulis menerima dengan ikhlas dan senang hati segala koreksi dan serta perbaikan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak bermanfaat.

Tugas ini dapat terwujud berkat adanya bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada 1. Ayahanda dan ibunda serta saudara/saudariku yang tercinta, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih sayang, doa dan pengorbanannya terutama dalam bentuk materi dalam menyelesikan kuliah.

(6)

ii

2. Bapak Hamzah Al-Imran, ST., MT. Sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Muh. Syafaat S. Kuba, ST. Sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Ir. H. Darwis Panguriseng, M.Sc. Selaku pembimbing I dan Ibu Hj.

Arsyuni Ali Mustari, ST., MT. Selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing kami.

5. Bapak dan ibu dosen serta segenap staf pegawai pada Fakultas Teknik atas segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama mengikui proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Teman-teman semua atas kebersamaan dan bantuan yang berarti bagi penulis.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Baik secara langsung dan tidak langsung, yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT, dan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis, masyarakat, serta bangsa dan Negara. Amin.

Makassar,………….juli, 2017

Penulis

(7)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN JUDUL PENGESAHAN

KATA PENGENTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR NOTASI ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

F. Batasan Masalah ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Pengelolaan Air Bersih ... 6

B. Jenis-Jenis Pengelolaan Air Bersih ... 10

(8)

iv

1. Penyediaan air baku ... 10

2. Pengolahan air bersih ... 14

3. Distribusi air bersih ... 19

4. Perkiraan kebutuhan air bersih ... 22

C. Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Bersih ... 23

1. Pengertiaan efisiensi pengelolaan air bersih ... 25

2. Formula menghitung efisiensi pengelolaan air bersih ... 26

D. Kerangka Berfikir Penelitian ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN... 31

A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 31

B. Diskripsi Sistem Pengelolaan Air Bersih di Kampus UNISMUH Makassar... 32

C. Variabel Penelitian ... 32

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

E. Pengolahan Data ... 33

F. Analisis Data ... 33

G. Evaluasi Efisiensi Sistem Pengelolaan Air Bersih di Kampus UNISMUH Makassar ... 34

H. Bagan Alur Penelitian ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

1. Berdasarkan jumlah mahasiswa, Pegawai, Dosen dan Penghuni Hotel Kampus UNISMUH Makassar... 36

(9)

v

2. Analisis Kebutuhan Air Bersih Kampus UNISMUH

Makassar Berdasarkan Klasifikasi Penggunaan... 38

3. Analisis Tingkat Layanan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar ... 40

4. Analisis Hubungan Antara Kapasitas Reservoir dan Kapasitas Pompa Untuk Kebutuhan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar (Water Balance) ... 41

5. Analisis Existing Pengelolaan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar (Water Treatment) ... 43

6. Efisiensi pengelolaan sistem jaringan air bersih Kampus UNISMUH Makassar ... 45

B. Pembahasan ... 46

1. Komparasi antara kebutuhan dengan kapasitas penyediaan Air Bersih di Kampus UNISMUH Makassar (Water Balance) ... 46

2. Nilai efisiensi pengelolaan Air Bersih di Kampus UNISMUH Makassar. ... 46

BAB V. PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1. Data Pengguna Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar…...36 Tabel 4. 2. Data Pengguna Air Bersih Hotel Kampus UNISMUH

Makassar………37 Tabel 4. 3 Klasifikasi Penggunaan Air Bersih………38 Tabel 4. 4. Total Kebutuhan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar……39

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian Universitas Muhammadiyah Makassar……...31 Gambar 4.1. Grafik Tingkat Layanan kebutuhan air bersih...40 Gambar 4.2. Water Treatment Gedung Menara UNISMUH Makassar...43

(12)

viii

DAFTAR NOTASI

Q : Debit (m3/detik) Lo : Kehilangan Air Pr : Produksi Air

Ss : Kebutuhan Harian Maksimum

Sr : Jumlah Total Kebutuhan Air Domestik Dan Non Domestik f1 : 1,1-1,2 (Standar Yang Dipakai PDAM Kota Makassar) f2 : 1,5-1,8 (Standar Yang Dipakai PDAM Kota Makassar)

(13)

ix ABSTRAK

Evaluasi pengelolaan air bersih di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing Darwis Panguriseng, dan Arsyuni Ali Mustari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa total kebutuhan air bersih, berapa besar tingkat layanan air bersih dan sistem jaringan air bersih yang efisien untuk Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Dari hasil analisa kebutuhan air bersih Kampus UNISMUH Makassar berdasarkan kebutuhan sebesar 250.850 lt/hari ≈ 2,90 lt/detik, sementara berdasarkan tingkat layanan air bersih, kebutuhan harian maksimum sebesar 275.935 lt/hari ≈ 3,19 lt/detik dan kebutuhan pada jam puncak sebesar 376.275 lt/hari ≈ 4,36 lt/detik. Dari hasil analisa ini dapat disimpulkan besarnya ketersediaan air untuk Kampus UNISMUH Makassar yang didapatkan sesuai spesifikasi pompa yang ada hanya sebesar 48 m3/jam. Sehingga, perlu penambahan 1 unit pompa untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Kata kunci :evaluasi penggelolaan, kebutuhan, layanan, sistem jaringan.

ABSTRACT

Evaluation of clean water management at University Campus Muhammadiyah Makassar. Dervish Adviser Panguriseng, and Arsyuni Ali Mustari. The purpose of this study To find out how much the total need for clean water, how much the level of clean water service, and efficient water supply network system for the Muhammadiyah University Campus in Makassar. In this research using experimental method. From the analysis of clean water needs of Campus UNISMUH Makassar based on the needs of 250,850 lt/day ≈ 2.90 lt/sec, while based on the level of water service, the maximum daily requirement of 275,935 lt / day ≈ 3.19 lt/sec and the need on the hour peak of 376,275 lt/day ≈ 4.36 lt/sec.

From the results of this analysis can be concluded the amount of water availability for Campus UNISMUH Makassar obtained according to the existing pump specifications only amounted to 48 m3/jam.

Keywords: evaluation of management, needs, services, network system.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Air merupakan sumber kehidupan manusia. Ketersediaan air yang aman untuk dikonsumsi adalah sangat penting dan merupakan kebutuhan dasar bagi semua manusia di bumi. Tiga persen air tawar global cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air manusia selama jutaan tahun. Air tidak hanya merupakan faktor lingkungan yang penting untuk semua kehidupan, tetapi juga memiliki peranan besar dalam pembangunan kehidupan sosial-ekonomi manusia (Sutrisno T, dkk, 2004).

Air bersih siap minum menjadi isu utama pemerintahan baru periode 2014-2019 dalam mencapai target universal yaitu akses air minum 100%. Akses air minum 100% adalah seluruh masyarakat Indonesia mampu mendapatkan air bersih diseluruh wilayah Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat GAP mencakup pembiayaan, tingkat kebocoran yang tidak terkendali, serta tingginya kapasitas tidak diberdayakan pada daerah layanan yang sudah memiliki unit produksi, serta pelayanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) belum menjadi prioritas bagi pemerintah maupun PDAM (Situmorang, 2007).

Menurut Arief (2002), ada beberapa faktor yang mendorong permasalahan air pengairan seperti kebutuhan air meningkat, sementara air yang tersedia tetap atau bahkan berkurang, sehingga terjadi persaingan antar sektor, fungsi

1

(15)

penampungan danau, sungai atau bendungan serta saluran irigasi cenderung menurun seiring dengan peningkatan laju erosi tanah dan pendangkalan. Selain itu, pengelolaan air irigasi tidak efisien karena kerusakan fasilitas irigasi dan penggunaan air irigasi yang tidak tepat di sektor pertanian, asosiasi pemakai air yang lemah telah mengurangi efektivitas pengelolaan air irigasi pada tingkat petani. Pengelolaan air bersih yang baik yaitu dengan melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi sumber air bersih. Pengelolaan air bersih tersebut harus sesuai dengan standar yang ditetapkan agar air yang digunakan layak untuk memenuhi ketersediaan sehari-hari, khususnya yang ada di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

Melihat kondisi yang ada di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan semakin bertambahnya Mahasiswa, pegawai dan dosen disetiap tahunnya serta penyebabnya berbagai fasilitas didalam Kampus, maka jumlah ketersediaan air bersih yang harus dipenuhi juga semakin besar. Sementara, untuk saat ini Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar hanya memperoleh air dari beberapa titik sumber air tanah untuk air bersih yang terletak hampir di setiap gedung Kampus.

Berdasarkan kondisi yang ada di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, maka kami sebagai mahasiswa ingin melakukan penelitian tugas akhir mengenai berapa total kebutuhan air bersih, berapa besar tingkat layanan air bersih dan sistem jaringan air bersih yang efisien. Sehingga penelitiaan ini dibuat dengan judul “Evaluasi Pengelolaan Air Bersih Di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar”. Dengan meneliti elemen yang terkait dengan

(16)

produktivitas pengelolaan air bersih Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, penelitian ini nantinya akan membantu kegiatan operasional secara umum dan memberikan masukan serta keputusan kepada pengelola dan juga menjadi acuan bagi peneliti-peneliti yang akan datang mengenai pengeloaan air bersih di Kampus.

B. Alasan Memilih Judul.

Berdasarkan latar belakang diatas dengan semakin bertambahnya mahasiswa, pegawai, dosen dan juga pembangunan-pembangunan gedung di Kampus UNISMUH Makassar setiap tahunnya, maka kebutuhan air bersih juga semakin diperlukan. Adapun alasan peneliti memilih judul Evaluasi Pengelolaan Air Bersih, karena melihat sistem penyediaan dan penggunaan air bersih di Kampus UNISMUH Makassar yang masih parsial, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap efektifitas dari sistem penyediaan yang ada sekarang.

C. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa total kebutuhan air bersih di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar?

2. Berapa besar tingkat layanan air bersih di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar?

(17)

3. Bagaimana sistem jaringan air bersih yang efisien untuk Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar?

D. Tujuan Penelitian.

Terkait dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui berapa total kebutuhan air bersih di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Untuk mengetahui berapa besar tingkat layanan air bersih di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Untuk mengetahui sistem jaringan air bersih yang efisien untuk Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

E. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang efisien di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya ilmu pengetahuan tentang pengelolaan air bersih, serta dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti berikutnya.

3. Sebagai media untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

(18)

F. Batasan Masalah.

Batasan masalah dalam penelitian ini perlu dilakukan, dikarenakan beberapa hal seperti:

1. Penelitian ini hanya mengevaluasi berapa total kebutuhan air bersih yang akan di laksanakan di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Penelitian ini hanya mengevaluasi berapa besar tingkat layanan air bersih yang akan laksanakan di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Penelitian ini hanya mengevaluasi sistem jaringan air bersih yang efisien untuk Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertiaan Pengelolaan Air Bersih.

Air merupakan benda alam yang paling berharga. Tidak ada air, tidak mungkin ada kehidupan. Selain dibutuhkan untuk kehidupan semua mahluk hidup, air juga merupakan media untuk pengangkutan (transport), sumber energi dan berbagai keperluan lainnya. Akan tetapi pada suatu saat dalam bentuk hujan lebat dan banjir, bahan yang berguna ini dapat menjadi perusak, menimbulkan kerugian harta dan jiwa serta menghanyutkan berjuta-juta ton tanah subur. Ilmu pengetahuan yang mempelajari proses penambahan, penampungan dan kehilangan air di bumi disebut hidrologi. Air yang jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju dan embun akan mengalami berbagai peristiwa, kemudian akan menguap ke udara menjadi awan dan dalam bentuk hujan, salju dan embun jatuh kembali ke bumi.

Peristiwa yang terus berulang dan merupakan siklus tertutup ini dinamai siklus air, (Arsyad, 2006).

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.

Menurut Siagian (2002:41), mengatakan bahwa pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

6

(20)

Menurut Oey Liang Lee (2003:4), mengatakan bahwa pengelolaan adalah Sebuah koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Konsep pengelolaan air bersih dan sumber air bersih pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa menyalurkan air yang tersedia dalam Konteks ruang, waktu, jumlah dan mutu pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan masyarakat (Kodoatie, dkk, 2005). Kegiatan pengelolaan air bersih semakin diperlukan, karena semakin tinggi tuntutan akan pemenuhan kebutuhan air bersih yang berkualitas baik. Hal Ini memunculkan potensi konflik kepentingan antara masyarakat sebagai pengguna, sehingga perlu diantisipasi dengan kegiatan pengelolaan agar penyediaan air bersih lebih adil dan berkelanjutan.

Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (The United Nations Conference on Environment and Development - UNCED) atau yang dikenal dengan konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan pada bulan Juni 1992 di Rio de Janeiro telah menghasilkan suatu prinsip yang dikenal dengan nama prinsip Dublin, (Kodoatie, dkk, 2005) yang berisi:

1. Air tawar adalah terbatas dan sumber yang lemah, sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, pengembangan dan lingkungan yaitu satu sumber yang dikelola secara holistik.

(21)

2. Pengembangan dan pengelolaan air harus didasari dalam pendekatan partisipatif, melibatkan pemakai, perencana dan penentu kebijakan dalam semua tingkatan yaitu mengelola air dengan manusia dan dekat dengan manusia.

3. Perempuan mempunyai peran sentral dalam ketentuan, pengelolaan dan perlindungan air yaitu mengikutsertakan perempuan seluruhnya.

4. Air memiliki nilai ekonomi dalam setiap pemakaian kompetitifnya dan harus dipahami sebagai benda ekonomi.

Kelangkaan air bersih merupakan salah satu permasalahan utama. Salah satu penyebab kelangkaan air bersih adalah ketersediaan sumber air baku yang kurang memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan air baku dengan kualitas, kuantitas dan kuantitas sangat dibutuhkan seiring pertumbuhan penduduk.

Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat, sedangkan pasokan air baku untuk air bersih semakin menurun baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Perkembangan teknologi juga turut berperan dalam peningkatan kebutuhan air pada beberapa sektor, seperti kebutuhan domestik, industri, pertanian, pembangkit listrik tenaga air, perkebunan dan sebagainya (Alobaidy,dkk, 2010).

Pada beberapa daerah yang mengalami krisis air, masalah kekurangan air ini terjadi hampir setiap tahun dan untuk memperoleh air, masyarakat harus membeli air bersih dari para pedagang air dengan harga yang cukup tinggi, sehingga masyarakat yang tidak mampu beralih menggunakan air yang kualitasnya tidal layak untuk memenuhi kebutuhan air, fenomena tersebut dapat menyebabkan penurunan kondisi sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat.

(22)

Masalah ketersediaan air bersih ini juga terjadi di wilayah pedesaan, meskipun wilayah pedesaan tersebut memiliki sumber air (air permukaan, air bawah tanah dan mata air) namun sarana dan prasarana air minum belum memadai sehingga masyarakat masih sulit memperoleh air bersih.

Berdasarkan UU No.11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, sumber air harus dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga kelestariannya agar dapat memenuhi fungsinya. Perlindungan sumber air dilakukan dengan melakukan usaha penyelamatan air, pengamanan dan pengendalian daya rusak air, pencegahan terjadinya pencemaran air serta pengamanan terhadap bangunan pengairan. Intensitas pengelolaan lahan baik di wilayah hulu atau hilir sungai untuk pemenuhan kebutuhan memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi hidrologis sumber air. Penanganan masalah lahan kritis atau konservasi air secara parsial telah dilakukan selama ini, namun belum mampu mengatasi permasalahan tersebut. Dengan demikian, penanganan harus dilakukan dengan strategi pelaksanaan kegiatan pengembangan konservasi sumber daya air melalui pendekatan holistik dengan fokus pada sumber daya. Program konservasi lahan dan sumber daya air secara menyeluruh dan inovatif diperlukan dalam merencanakan pemanfaatan sumber daya tersebut.

Penyelarasan antara fungsi sosial air, fungsi ekonomi air dan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan salah satu tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang termuat dalam Pasal 3 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu “mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana” yang dilakukan dengan cara:

(23)

1. Menjaga keseimbangan antara pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah.

2. Menerapkan perizinan dalam penggunaan air tanah.

3. Membatasi penggunaan air tanah dengan tetap mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

4. Mengatur lokasi dan kedalaman penyadapan akuifer.

5. Mengatur jarak antar sumur pengeboran atau penggalian air tanah.

6. Mengatur kedalaman pengeboran atau penggalian air tanah.

7. Menerapkan tarif progresif dalam penggunaan air tanah sesuai dengan tingkat konsumsi.

Sebagai salah satu wujud penyelarasaan antara fungsi sosial air, fungsi ekonomi air dan fungsi lingkungan hidup “pengendalian penggunaan air” menjadi prioritas. Selain karena ketersediaannya mulai menyusut juga karena kepentingan terhadap air bukan saja kepentingan manusia pada masa sekarang, namun memuat juga kepentingan manusia pada masa yang akan datang. Terkait hal tersebut manusia memiliki kewajiban memanfaatkan air secara bijaksana.

B. Jenis-Jenis Pengelolaan Air Bersih.

1. Penyediaan Air Baku.

Air baku adalah air yang diambil dari sumber air permukaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan (Permen PU No. 6 Tahun 2011). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air baku air minum adalah air yang dapat diolah

(24)

menjadi air yang layak sebagai air minum dengan mengolah secara sederhana dengan cara difiltrasi, disinfeksi dan dididihkan. Sumber air baku untuk air bersih secara garis besar dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu air laut, air atmosfir atau air hujan, air permukaan dan air tanah masing-masing menpunyai karakteristik yang berbeda-beda ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya (Sutrisno,dkk,2004).

1. Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.

Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut jarang digunakan sebagai air baku untuk keperluan air minum karena tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2. Air Hujan

Air hujan dalam keadaan murni dan tidak bersih, karena adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau debu dan lain sebagainya. Air hujan mempunyai sifat agresif terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir karena pada umumnya air hujan mempunyai ph rendah, sehingga dapat mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak (soft water) karena kurang mengandung larutan garam dan zat mineral, sehingga akan boros dalam pemakaian sabun dan terasa kurang segar.

3. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama

(25)

pengalirannya, misalnya lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota, limbah domestik rumah tangga dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.

Air permukaan merupakan sumber air yang relatif cukup besar, akan tetapi karena kualitasnya kurang baik maka perlu pengolahan. Air permukaan ada 2 macam yaitu:

a. Air sungai

Dalam penggunaannnya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.

Sedangkan, debit yang tersdia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air rawa atau danau

Kebanyakan air rawa berwarna yang disebabkan oleh zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan, kadar zat organis tinggi maka kadar Fe dan Mn akan larut, jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan MN tidak terbawa.

4. Air Tanah

Pada umumnya air tanah mempunyai kualitas cukup baik dan apabila dilakukan pengambilan yang baik dan bebas dari pengotoran dapat

(26)

dipergunakan langsung. Untuk melindungi pemakaian air dari bahaya terkontaminasi melalui air diperlukan proses klorinasi. Menurut (Sutrisno, dkk, 2004). Air tanah terbagi atas tiga bagian besar, yaitu:

a. Air tanah dangkal.

b. Air tanah dalam.

c. Mata air.

Tidak semua air baku bisa diolah, oleh karena itu dibuatlah ketentuan sebagai standar kualitas air baku yang bisa diolah. Berdasarkan SNI 6773:2008, persyaratan teknis kualitas air baku yang bisa diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) adalah:

1. Kekeruhan, maximum 600 NTU (nephelometric turbidity unit) atau 400 mg/l SiO2.

2. Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co dan warna sementara mengikuti kekeruhan air baku.

3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

4. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna, besi atau bahan organic melebihi syarat tersebut diatas tetapi kekeruhan rendah (<50 NTU) maka digunakan IPA Sistem DAF (Dissolved Air Flotation) atau system lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Sumantri (2010), air yang diperuntukan bagi konsumsi harus berasal dari sumber yang bersih dan aman.

(27)

2. Pengolahan Air Bersih.

Pengolahan air adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat- sifat suatu zat sesuai standar air minum yang diinginkan. Proses pengolahan air pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga bagian pengolahan (Reynolds, 1982), yaitu:

1. Pengolahan Fisik.

Tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diubah.

2. Pengolahan Kimia.

Tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya.

3. Pengolahan Bakteriologis.

Tingkat pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri- bakteri yang terkandung didalam air.

Menurut Darmasetiawan (2001), unit-unit pengolahan air yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Intake

Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air, yaitu air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda- benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah. Kondisi intake

(28)

sangat berpengaruh dalam mensuplai air yang akan diolah. Untuk menjamin suplai air yang cukup, intake harus diletakkan di lokasi yang mudah dicapai dan dirancang untuk mensuplai sejumlah kuantitas air pada kualitas optimal yang memungkinkan. Ada beberapa tipe bangunan penyadap air baku yang banyak digunakan yakni tipe saluran yang biasanya digunakan untuk air sungai, tipe pintu (intake gate) dan tipe menara (intake tower) yang biasa digunakan untuk penyadapan air baku dari danau, bendungan atau dam.

2. Prasedimentasi

Prasedimentasi merupakan salah satu jenis pengolahan pendahuluan untuk meremoval padatan tersuspensi penyebab kekeruhan dengan pengendapan dan mengumpulkannya secara alami akibat gravitasi dalam unit tanpa penggunaan koagulan. Prasedimentasi bisa juga disebut sebagai plain sedimentation karena prosesnya bergantung dari gravitasi dan tidak termasuk koagulasi dan flokulasi. Oleh karena itu prasedimentasi merupakan proses pengendapan grit secara gravitasi sederhana tanpa penambahan bahan kimia koagulan. Tipe ini biasanya diletakkan di reservoir, grit basin, debris dam, atau perangkap pasir pada awal proses pengolahan. Untuk mendapatkan kondisi pengendapan yang mendekati ideal, perencanaan mengikuti persyaratan bilangan Reynolds (Nre) dan bilangan Froud (Nfr). Zona pengendapan ideal mempunyai kondisi aliran laminer (Nre < 2000), serta stabil dan tidak terjadi aliran pendek (Nfr >

10-5).

(29)

3. Koagulasi

Proses koagulasi merupakan suatu proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang tersuspensi didalam air baku karena adanya pencampuran yang merata dengan senyawa kimia tertentu (koagulan) melalui pengadukan cepat sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar. Bentuk alat pengaduk cepat dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau mekanis (menggunakan batang pengaduk). Faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan, dosis pembubuhan koagulan, dan pengadukan dari bahan kimia (Darmasetiawan, 2001). Dalam penentuan koagulan dapat dilakukan percobaan jartest. Jartest merupakan suatu metode penentuan dosis koagulan yang akan digunakan.

4. Flokulasi

Proses flokulasi merupakan suatu proses dengan pengadukan lambat yang dilakukan setelah proses koagulasi, yang berfungsi untuk mempercepat penggabungan partikel-partikel koloid sehingga terbentuk partikel-partikel berukuran besar yang dengan mudah dan cepat mengendap secara gravitasi. Flokflok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari suspended solids, pH, alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai dan lamanya pengadukan, (Sutrisno, 2002 dalam Afriani, 2007).

(30)

5. Sedimentasi Bak

Sedimentasi merupakan bangunan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring selanjutnya serta mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.

6. Filtrasi

Filtrasi berfungsi sebagai penyaring flok-flok halus yang masih terdapat dalam air yang tidak terendapkan pada sedimentasi yang dapat menyaring bakteri atau mikroorganisme yang ada dalam air. Proses filtrasi merupakan penyaring air dari partikel-partikel koloid yang tidak terendapkan selama proses sedimentasi melalui media butiran yang berpori. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan pasir cepat dan saringan pasir lambat (Arifiani, 2007).

7. Desinfektan

Desinfeksi air bersih dilakukan untuk menghilangkan bakteri pathogen yang biasanya menggunakan khlor, sehingga proses ini dikenal juga dengan khlorinasi. Keefektifan desinfektan dalam membunuh dan menonaktifkan mikroorganisme berdasarkan pada tipe desinfektan yang digunakan, tipe mikroorganisme yang dihilangkan, waktu kontak air

(31)

dengan desinfektan, temperature air dan karakter kimia air (Qasim, dkk, 2000).

8. Reservoir

Reservoir adalah sistem distribusi pembagian air kepada konsumen, baik menggunakan sistem transmisi gravitasi maupun sistem transmisi pompa. Fungsi reservoir distribusi adalah penyimpan air pada waktu debit air yang masuk ke reservoir lebih besar dari pada yang keluar dari reservoir, pusat distribusi untuk disalurkan ke jaringan lain, pemerataan aliran dan tekanan akibat perbedaan perbedaan pemakaian didaerah distribusi. Fluktuasi atau variasi penggunaan air ini terjadi setiap hari sehingga permukaan air di reservoir distribusi naik turun antara level maksimum dan minimumnya. Dengan demikian, volume atau dimensi reservoir adalah 10 – 20 % dari kebutuhan total harian (Arif, 2010).

Sehingga bisa diperoleh rumus sebagai berikut:

Volume Reservoir = 20 % x kebutuhan total harian kapasitas Reservoir.

Tabel 2.1. Unsur Fungsional dalam Sistem Penyediaan Air Bersih Unsur

Fungsional

Prinsip Perencanaan (Primer/Sekunder)

Keterangan

Sumber Air Kuantitas/Kualitas Sumber air permukaan dari sungai, danau, mata air (air tanah).

Prasedimentasi Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyimpanan air permukaan ditempatkan dekat sumber.

Transmisi Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyaluran air dari penyimpanan dan pengolahan.

Pengolahan Kuantitas/Kualitas Fasilitas untuk merubah kualitas air baku.

Transmisi dan Penampungan

Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyaluran air pengolahan ke reservoir distribusi.

Distribusi Kuantitas/Kualitas Fasilitas pendistribusian air ke sambungan konsumen.

(Sumber: Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum).

(32)

3. Distribusi Air Bersih.

Menurut Enri (1989), sistem distribusi merupakan sistem yang berfungsi untuk mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat penyediaan air bersih ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini merupakan sistem yang berhubungan langsung dengan pelanggan sehingga harus optimal dalam pengoperasiannya.

Sistem perpipaan merupakan rangkaian pipa yang menghubungkan reservoir dengan pelanggan berdasarkan banyaknya jumlah air yang dialirkan. Adapun sistem distribusi perpipaan terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Pipa Primer.

Pipa primer digunakan untuk mendistribusikan air bersih dari outlet reservoir ke daerah pelayanan melalui titik-titik penyadapan (tapping) sambungan sekunder.

2. Pipa Sekunder.

Pipa sekunder digunakan untuk menyalurkan air dari pipa utama sampai ke pipa tersier.

3. Pipa Tersier.

Pipa tersier digunakan untuk menyalurkan air sampai ke pelanggan.

Dalam sistem distribusi air terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu luas daerah pelayanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani, kebutuhan air, topografi daerah pelayanan dan jenis sambungan jaringan pipa distribusi. Jaringan perpipaan merupakan faktor penting dalam sistem distribusi air bersih, pada jaringan ini pipa-pipa saling dihubungkan sehingga

(33)

dapat mengalirkan air dari beberapa rangkaian menuju keluaran tertentu (Enri, 1989).

Menurut Djoko (1991) ada dua sistem jaringan perpipaan distribusi air yang biasa diterapkan di PDAM, yaitu:

1. Sistem Branch (percabangan).

Pada sistem ini pipa-pipa distribusi tidak saling berhubungan sehingga air mengalir dalam satu arah dan hanya disuplai dari satu jalur pipa utama. Ujung pipa dari pipa utama biasanya tertutup sehingga menyebabkan tertumpuknya kotoran yang dapat mengganggu pendistribusian air.

2. Sistem Loop (melingkar).

Pada sistem ini ujung-ujung pipa disambungkan satu dengan lain.

Dengan demikian aliran air lebih baik, kecil kemungkinan aliran menjadi tertutup apabila terdapat kotoran karena air di dalam pipa terus mengalir dan selalu terjadi pergantian air.

Metode penyaluran air yang digunakan dalam sistem distribusi air bersih tergantung pada kondisi topografi wilayah pelayanan. Menurut Dharmasetiawan (2001), sistem pengaliran yang dipakai adalah:

1. Metode gravitasi.

Metode ini digunakan apabila perbedaan elevasi sumber air cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Metode ini sangat ekonomis dan biasanya

(34)

menghasilkan tekanan yang besar sehingga perlu adanya alat untuk mengurangi tekanan.

2. Metode pemompaan.

Pada metode ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir ke pelanggan.

Pompa digunakan apabila elevasi antara sumber air dan daerah pelayanan tidak terlalu besar, sehingga tidak terdapat tekanan yang cukup untuk mendistribusikan air.

3. Metode gabungan.

Pada metode gabungan, saat pemakaian tinggi atau debit puncak yang digunakan untuk distribusi air adalah sistem gravitasi dengan mengalirkan air dari reservoir. Air yang dialirkan memiliki tekanan yang besar sehingga diharapkan dapat mengalirkan air secara merata keseluruh pelanggan pada pemakaian tinggi. Pada pemakaian normal atau kapasitas debit rata-rata distribusi air menggunakan pompa.

Kehilangan air merupakan masalah utama yang dihadapi oleh hampir seluruh PDAM di Indonesia. Tingkat kehilangan air di PDAM secara nasional rata-rata 38%. Kategori kehilangan dan pemborosan ini sebesar 75 lt/kapita per hari. Jika jaringan pipa distribusi tepat dan pemeliharaan yang cermat, kehilangan air dapat diturunkan hingga 20 lt/kapita per hari. (PDAM, 2010).

(35)

4. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih.

Sesuai dengan Millenium Development Goals (MDG), pedoman yang perlu diketahui dalam memprediksi jumlah kebutuhan air bersih adalah:

1. Kehilangan Air.

Kehilangan air diasumsikan sebesar 20% dari total kebutuhan air bersih. Perkiraan kehilangan air ini disebabkan adanya sambungan pipa yang bocor, pipa yang retak akibat kurang sempurnanya waktu pemasangan, pencucian pipa, kerusakan water meter, pelimpah air di menara air, dan lain-lain.

Lo = 20% x Pr Dengan:

Lo = Kehilangan air, Pr = Produksi air.

2. Kebutuhan air harian maksimum.

Kebutuhan harian maksimum adalah banyaknya yang dibutuhkan terbesar dalam satu tahun. Kebutuhan air pada harian maksimum digunakan untuk mengetahui kapasitas pengolahan dan dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagai berikut:

Ss = f1 x Sr Dengan:

Ss = Kebutuhan harian maksimum,

Sr = Jumlah total kebutuhan air domestik dan non domestik, f1 = 1,1-1,2 (Standar yang dipakai PDAM kota Makassar).

(36)

3. Pemakaian air pada waktu jam puncak.

Pemakaian air pada waktu jam puncak adalah pemakaian air tertinggi pada jam-jam tertentu dalam suatu hari. Kebutuhan air pada waktu jam puncak digunakan untuk mengetahui kapasitas distribusi, dimeter pipa dan dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagai berikut:

Debit waktu jam puncak = f2 x Sr Dengan:

Sr = Jumlah total kebutuhan air domestik dan Non domestik, F2 = 1,5-1,8 (Standar yang dipakai PDAM kota Makassar).

4. Volume Reservoir.

Reservoir adalah suatu tempat cadangan air untuk menyimpan dan juga mengalirkan air karena berbagai kebutuhan. Volume reservoir dapat ditentukan dari jumlah sambungan, volume reservoir adalah 10-20% dari kebutuhan total harian. Sehingga dapat dirumuskan:

Volume reservoir = 20% x kebutuhan total harian kapasitas reservoir.

C. Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Bersih.

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan monitoring. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Akan tetapi, kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols, dkk,

(37)

2000:220). Sedangkan, evaluasi pengelolaan air bersih adalah suatu kajian yang dilakukan terhadap data-data terolah yang dihasilkan dari proses pemantauan untuk dilakukan tindakan lanjutan agar menjamin pengelolaan air berlangsung sesuai dengan rencana dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Joy Irman, 2015). Adapun tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana.

2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi.

3. Melakukan penilaian apakah manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan.

4. Mengidentifkasi kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran pencapaian kinerja.

5. Menyesuaikan kegiatan bila terjadi perubahan kondisi dilapangan, tanpa menyimpang dari tujuan semula.

6. Memberi masukan dalam pemecahan permasalahan yang terjadi.

Dewasa ini permasalahan yang cenderung dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya air (kodoatie, dkk, 2005) meliputi:

1. Adanya kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.

2. Persaingan dan perebutan air antara daerah hulu dan hilir atau konflik antara berbagai sektor.

3. Penggunaan air yang berlebihan dan kurang efisien.

(38)

4. Penyempitan dan pendangkalan sungai, danau karena desakan lahan untuk pemukiman dan industri.

5. Pencemaran air permukaan dan air tanah.

1. Pengertian Efesiensi Pengelolaan Air Bersih.

Sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006, efisiensi adalah hubungan antara masukan dan keluaran, efisiensi merupakan ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli dan digunakan oleh organisasi perangkat pemerintahan untuk mencapai tujuan organisasi perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat tertentu.

Efisiensi merupakan hasil perbandaingan antara output fisik dan input fisik, semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai (Yuto Paulus, dkk, 1976).

Konsep efisiensi semakin diperjelas oleh (Miller, dkk, 2000) yang membagi efisiensi menjadi dua jenis yaitu:

1. Efisiensi teknis

Efisisensi teknis atau technical efisiensi mengharuskan adanya proses produksi yang dapat memanfaatkan input yang lebih sedikit demi menghasilkan output dalam jumlah yang sama.

2. Efisiensi ekonomis

Konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomi adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi akan efisien serta

(39)

ekonomis pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat dihasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah.

Efisiensi pengelolaan air bersih pada prinsipnya adalah bahwa kegiatan kita yang meliputi:

1. Kebutuhan akan sumberdaya alam (dalam hal ini air bersih) oleh manusia tetap terpenuhi dalam tingkat standar.

2. Dampak lingkungan fisik (ketersediaan air bersih) dan sosial (tingkat kenyamanan, konflik) yang negatip dapat terhindarkan.

3. Memberi keuntungan secara ekonomis (pengurangan ongkos/biaya hidup).

Maka upaya efisiensi pengelolaan air bersih khususnya di Kampus yang dapat ditempuh dengan pilihan-pilihan (alternatif) yang lebih dimungkinkan untuk dilakukan adalah:

1. Memperbanyak sumur resapan.

2. Mengatur jumlah kamar mandi yang difungsikan.

3. Mengatur penyiraman lahan dan taman.

4. Mengalihkan sumber air dari sumur dangkal ke sumur dalam.

2. Formula Menghitung Efesiensi Pengelolaan Air Bersih.

Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan tanaman pada lahan potensial yang ada.

Tingkat efisiensi pemberian air dapat diketahui dengan mengukur berapa jumlah air yang disalurkan lewat pintu-pintu air di bangunan sadap yang

(40)

dinyatakan dalam m3/detik atau liter/detik dan mengetahui berapa jumlah air yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pada area atau wilayah yang dilayani yang juga dapat dinyatakan dalam m3/detik atau liter/detik. Jumlah air yang disalurkan dapat diketahui melalui pembacaan alat ukur debit yang ada pada pintu-pintu air atau dengan memasang alat ukur debit, sedangkan jumlah air yang digunakan dapat diketahui melalui perhitungan kebutuhan air yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan populasi pada areal yang dilayani (J. Nugteren, dkk, 1982).

Besarnya tingkat efisiensi pada saluran dapat dinyatakan sebagai perbandingan debit air yang keluar (Qhilir) dengan debit air yang masuk (Qhulu) dalam satu penggal saluran (diantara dua bangunan bagi atau dari bangunan sadap sampai dengan bangunan bagi pertama).

Untuk menilai apakah suatu pemberian air itu efektif dan efisien atau tidak, dinyatakan dengan efisiensi. Dari sudut pandang keteknikan, pengertian efisiensi irigasi termasuk efisiensi pengelolaan air bersih ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak seluruh air yang diberikan atau disadap masuk ke saluran dapat dialirkan ke bangunan penyadapan petak lahan/daerah yang di airi, tetapi ada bagian yang hilang atau tidak dapat dimanfaatkan.

Efisiensi penyaluran (Conveyance efficiency) adalah efisiensi di saluran utama yakni primer dan sekunder dari bendung sampai ke sadap tersier (J.

Nugteren, dkk, 1982) dapat dihitung dengan rumus:

olume ir erpakai

olume ir ersedia 100 Dengan:

Ew = Efisiensi Air (%).

(41)

1. Manfaat Mengukur dan Menghitung Efisiensi Pengelolaan Air Bersih:

a. Untuk menghasilkan penggunaan air bersih yang efisien di tingkat pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan air konsumen.

b. Untuk penelitian terapan dalam evaluasi tingkat efisiensi pengelolaan air bersih permukaan, misalnya rembesan atau bocoran di saluran, debit yang diperlukan, panjang alur (furrow) dan sebagainya.

c. Untuk keperluan iuran pelayanan air bersih diperlukan alat ukur untuk menetapkan jumlah air yang telah digunakan dan besarnya iuran air yang harus dibayar oleh pemakai air tersebut.

2. Cara Mengukur dan Menghitung Efisiensi Pengelolaan Air Bersih:

Pengukuran efisiensi pengelolaan pada saluran air bersih dapat diketahui dengan melakukan beberapa metode (Soewarno, 1991) yaitu:

a. Metode Penggenangan.

Metode penggenangan adalah metode yang digunakan untuk mengukur laju penurunan air permukaan pada suatu bagian dari saluran yang sedang diteliti dengan menggunakan peilskal.

Untuk mendapatkan hasil yang baik dan teliti, perlu dilakukan pembendungan yang baik dan diusahakan tidak ada air masuk atau air keluar dari saluran yang diteliti. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada musim kemarau dan curah hujan yang terjadi selama penelitian dicatat dan dianalisa.

(42)

b. Metode Air Masuk (inflow) dan Air Keluar (outflow).

Metode air masuk(inflow) dan air keluar(outflow), adalah paling tepat untuk mengukur kehilangan air pada suatu saluran yang panjang karena air masuk dan air keluar dapat diukur dengan mudah tanpa mempengaruhi operasi penyaluran air selama penelitian berlangsung. Metode air masuk dan air keluar dilakukan dengan cara mengukur debit di hulu dan debit di hilir dari suatu saluran yang akan diteliti kehilangan airnya (seepage losses).

Selisih banyaknya air yang masuk dan air yang keluar dari saluran yang diteliti merupakan kehilangan air yang terjadi.

D. Kerangka Berpikir Penelitian.

Pengelolaan air bersih UNISMUH Makassar sangat berperan dalam menunjang keberlangsungan civitas academica. Pengelolaan air bersih tersebut dapat diamati dari beberapa aspek diantaranya, berapaa besar total kebutuhan air bersih, berapa besar tingkat layanan ketersediaannya dan sistem jaringan air bersih yang efisien. Dari ketiga aspek diatas merupakan variabel dalam penelitian ini, sehingga perlu diadakan evaluasi pengelolaan air bersih.

Evaluasi pengelolaan air bersih yang ada di Kampus UNISMUH Makassar merupakan peninjauan ulang atau memberikan penilaian terhadap kegiatan yang berhubungan langsung dengan variabel penelitian, sehingga dari variabel inilah akan sebuah hasil penelitian dan ditariklah sebuah kesimpulan dan diperoleh saran.Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1.

(43)

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Berpikir Penelitian.

Tinjauan Pengelolaan Air Bersih UNISMUH

Makassar

Berapa Total Kebutuhan Air Bersih

Berapa Besar Tingkat Layanan Air Bersih

Nilai Efisiensi Teknis dan Ekonomi Evaluasi dan Analisis Efisiensi Sistem PAB

Kampus UNISMUH Makassar

Sistem Jaringan Air Bersih

(44)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian evaluasi pengelolaan air bersih di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli hingga selesai.

Letak geografis Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai berikut:

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian Universitas Muhammadiyah Makassar.

31

(45)

B. Deskripsi Sistem Pengelolaan Air Bersih di Kampus UNISMUH Makassar.

Peneliti ini membahas mengenai evaluasi pengelolaan air bersih di Kampus UNISMUH Makassar yang terkait dengan berapa total kebutuhan air bersih, berapa besar tingakat layanan air bersih dan sistem jaringan air bersih.

C. Variabel Penelitian.

Adapun variabel penelitian yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Berapa total kebutuhan air bersih.

2. Berapa besar tingkat layanan air bersih.

3. Sistem jaringan air bersih.

D. Prosedur Pengumpulan Data.

Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey atau observasi lapangan untuk mengetahui pengelolaan air bersih di Kampus UNISMUH Makassar.

Berikut langkah-langkah pengumpulan data, yaitu:

1. Sumber Data.

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan menjadi dua:

a. Data Primer.

Menurut Hasan (2002:82) data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan

(46)

penelitian atau yang bersangkutan memerlukannya. Data primer didapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002:58). Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku dan lain sebagainya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara dan studi pustaka. Hal ini dikarenakan, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.

E. Pengolahan Data.

Pengolahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan mengkaji berapa besar kebutuhan air besih, berapa besar tingkat layanan air bersih dan sistem jaringan air bersih. Data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan aplikasi Microsoft Exel.

F. Analisis Data.

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan air bersih terhadap variabel yang diamati. Analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif.

(47)

G. Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Bersih UNISMUH Makassar.

Evaluasi sistem pengelolaan air bersih UNISMUH Makassar dilakukan melalui data-data terolah yang dihasilkan dari proses pemantauan atau observasi untuk mengetahui pengelolaan air yang efisien dan berlangsung sesuai dengan rencana dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal-hal yang dievaluasi dari sistem pengelolaan air bersih UNISMUH Makassar, antara lain:

Gambar. 3.4. Diagram Evaluasi PAB UNISMUH Makassar.

Evaluasi Sistem PAB UNISMUH

Makassar

Kapasitas Pasokan Air Baku

Kebutuhan Air Bersih dan Proyeksi Pertumbuhan

Kebutuhan

Efisiensi Instalasi Sumber Air Baku dan Instalasi

Distribusi Air bersih

(48)

H. Bagan Alur Penelitian.

Gambar 3.3. Bagan Alur Penelitian.

Observasi dan Pengamatan

Pengumpulan Data

Total Kebutuhan Air Bersih

Sistem Jaringan Air Bersih Besar Tingkat

Layanan Air Bersih

Analisis Data

Kesimpulan Mulai

Evaluasi Pengelolaan Air Bersih UNISMUH Makassar

Selesai

(49)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Penelitian.

1. Berdasarkan Jumlah Mahasiswa, Pegawai, Dosen dan Penghuni Hotel Kampus UNISMUH Makassar.

Data jumlah mahasiswa Kampus UNISMUH Makassar, berdasarkan asumsikan ketetapan bahwa growth tahunan mahasiswa setiap tahunnya sebanyak 4.500 jiwa dan juga dengan asumsi ketetapan masa kuliah selama 5 tahun.

Sehingga, data jumlah mahasiswa Kampus UNISMUH Makassar menjadi 4.500 x 5 = 22.500 jiwa.

Data jumlah Pegawai dan Dosen Kampus UNISMUH Makassar, juga diasumsikan tidak akan bertambah dalam kurun waktu 5 tahun kedepan. Dengan demikian, jumlah pegawai dan dosen Kampus UNISMUH Makassar tetap sama dengan jumlah yang ada sekarang, yaitu sebanyak 424 jiwa.

Tabel 4.1. Data Pengguna Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar.

No.

Nama Pengguna Air

(Kelompok)

Jumlah Pengguna Air

(Jiwa)

Asumsi Ketetapan Data

Total Pengguna Air

(Jiwa)

1. Mahasiswa 2.400 5 tahun masa

kuliah 22.500

2. Pegawai dan Dosen 424 Constant 424

Sumber: Hasil Penelitian.

36

(50)

Data jumlah penghuni hotel Kampus UNISMUH Makassar yang berada di gedung Iqra’ pada lantai 11 sampai 15 yang terdiri dari 32 kamar, dengan kapasitas ruangan yang berbeda-beda yaitu sekitar 2 sampai 5 orang/kamar.

Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian jumlah penghuni hotel Kampus UNISMUH Makassar pada saat terisi penuh menjadi 89 jiwa.

Dari data penghuni hotel Kampus UNISMUH Makassar untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 4.2. Dibawah ini:

Tabel 4.2. Data Pengguna Air Bersih Hotel Kampus UNISMUH Makassar.

No. Hotel

Gedung Iqra Jenis Kamar

Jumlah Kamar

(X)

Kapasitas Penghuni

(Y)

Jumlah Penghuni

(X . Y)

Total Jumlah Penghuni

1. Lantai 11

a. VIP 1 5 5

15

b. Medium 2 3 6

c. Small 2 2 4

2. Lantai 12

a. VIP 1 5 5

17

b. Medium 2 3 6

c. Small 3 2 6

3. Lantai 13

a. VIP 1 5 5

19

b. Medium 2 3 6

c. Small 4 2 8

4. Lantai 14

a. VIP 1 5 5

19

b. Medium 2 3 6

c. Small 4 2 8

5. Lantai 15

a. VIP 1 5 5

19

b. Medium 2 3 6

c. Small 4 2 8

Jumlah 32 89

Sumber: Hasil Penelitian.

(51)

2. Analisis Kebutuhan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar Berdasarkan Klasifikasi Penggunaan.

Kebutuhan air bersih Kampus UNISMUH Makassar dihitung dengan mengacu pada ketetapan pertambahan jumlah mahasiswa, pegawai, dosen dan juga penghuni hotel.

Dari data diatas, maka dapat dihitung kebutuhan air bersih pada Kampus UNISMUH Makassar, berdasarkan klasifikasi penggunaan air bersih masing- masing yang terdiri dari 4 bagian kelompok penggunaan air seperti yang terdapat pada tabel 4.3. Sebagai berikut:

Tabel 4.3. Klasifikasi Penggunaan Air Bersih.

No. Klasifikasi Penggunaan Air Bersih Kampus Unismuh Makassar

Jumlah Pengguna Air

(Jiwa) 1. Pengguna Tidak Tetap (Mahasiswa) 22.382 2. Pengguna Tetap (Pegawai Dan Dosen) 424 3. Penghuni Hotel (Gedung Iqra’ L. 11 – 15) 89 4. Penghuni Tetap (Rusunawa A Dan B) 118

Jumlah 23.013

Sehingga, berdasarkan klasifikasi penggunaan air pada tabel 4.3. Diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengguna Tidak Tetap (Mahasiswa).

Pengguna tidak tetap (mahasiswa) sebanyak 22.382 jiwa yang keluar masuk Kampus, menurut (Ditjen Cipta Karya Dep. PU) dapat diasumsikan pemakaian air rata-rata sebesar 10 lt/orang/hari (dapat dilihat pada lampiran

(52)

1.2). Jadi, kebutuhan air bersih pengguna tidak tetap (mahasiswa) untuk Kampus UNISMUH Makassar sebesar 22.382 x 10 = 223.820 lt/hari ≈ 2,59 lt/detik.

b. Pengguna Tetap (Pegawai Dan Dosen).

Pengguna tetap (pegawai dan dosen) sebanyak 424 jiwa yang ada didalam Kampus, menurut (Ditjen Cipta Karya Dep. PU) dapat diasumsikan pemakaian air rata-rata sebesar 10 lt/orang/hari (dapat dilihat pada lampiran 1.2). Jadi, kebutuhan air bersih pengguna tetap (pegawai dan dosen) untuk Kampus UNISMUH Makassar sebesar 424 x 10 = 4.240 lt/hari ≈ 0,05 lt/detik.

c. Penghuni Tetap (Rusunawa).

Penghuni tetap (Rusunawa) sebanyak 118 jiwa yang ada didalam Kampus, menurut (Ditjen Cipta Karya Dep. PU) dapat diasumsikan pemakaian air rata- rata sebesar 80 lt/orang/hari (dapat dilihat pada lampiran 1.2). Jadi, kebutuhan air bersih penghuni tetap (Rusunawa) untuk Kampus UNISMUH Makassar sebesar 118 x 80 = 9.440 lt/hari ≈ 0,11 lt/detik.

d. Penghuni Hotel (Gedung Iqra’ Kampus UNISMUH Makassar).

Penghuni hotel sebanyak 89 jiwa berdasarkan kamar yang ada pada lantai 11 sampai 15 gedung Iqra’ Kampus UNISMUH Makassar, menurut (Ditjen Cipta Karya Dep. PU) dapat diasumsikan pemakaian air rata-rata sebesar 300 lt/orang/hari (dapat dilihat pada lampiran 1.2). Jadi, kebutuhan air bersih

(53)

penghuni hotel Kampus UNISMUH Makassar sebesar 89 x 150 = 13.350 lt/hari ≈ 0,15 lt/detik.

Dari perhitungan diatas lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 4.4. Dibawah ini:

Tabel 4.4. Total Kebutuhan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar.

No. Pengguna Air (Jiwa)

Asumsi Pemakaian Air Rata-Rata (lt/orang/hari)

Total Kebutuhan Air

(lt/hari)

1. 22.382 10 223.820

2. 424 10 4.240

3. 118 80 9.440

4. 89 150 13.350

Jumlah 250.850

Sumber: Hasil Perhitungan.

3. Analisis Tingkat Layanan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar.

a. Kehilangan Air (Lo).

Lo = 0,2 x Sr

= 0,2 x 250.850 lt/hari.

= 50.170 lt/hari ≈ 0,58 lt/detik.

b. Kebutuhan Harian Maksimum Ss = f1 x Sr

= 1,1 x 250.850lt/hari.

= 275.935 lt/hari ≈ 3,19 lt/detik.

(54)

c. Pemakaian Air Pada Waktu Jam Puncak Debit waktu puncak = f2 x Sr

= 1,5 x 250.850 lt/hari

= 376.275 lt/hari ≈ 4,36 lt/detik.

Dari analisis tingkat layanan kebutuhan air bersih Kampus UNISMUH Makassar lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik 4.1 dibawah ini:

Gambar 4.1. Grafik Tingkat Layanan kebutuhan air bersih.

4. Analisis Hubungan Antara Kapasitas Reservoir dan Kapasitas Pompa Untuk Kebutuhan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar (Water Balance).

a. Analisis Kapasitas Reservoir Kampus UNISMUH Makassar.

Kapasitas Reservoir Kampus UNISMUH Makassar yang ada sebesar 231 m3 untuk dengan tinggi = 3 m, panjang = 11 m dan lebar = 7 m, underground reservoir dan tower reservoir. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka kapasitas reservoir dapat dihitung sebagai berikut:

2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

Keb. Rata-rata Keb. Jam Puncak Keb. Maksimum Tingkat Layanan Kebutuhan Air Bersih

Kampus UNISMUH Makassar Q (lt/dt)

(55)

Komsumsi air harian rata-rata = 250.850 lt/hari.

Total jumlah pengguna = 23.013 jiwa.

Kehilangan Air (Lo) = 20 % x Komsumsi air harian rata-rata.

= 20 % x 250.850 lt/hari.

= 50.170 lt/hari.

Kebutuhan rata-rata = Komsumsi air harian rata-rata + Lo

= 250.850 + 50.170

= 301.020 lt/hari.

Kebutuhan air harian (X) = 301.020 lt/hari.

= 301,02 m3. Kebutuhan reservoir (Y) = 0,2 x 301,02 m3.

= 60,20 m3.

Kekurangan kapasitas reservoir = 60,20 m3 – 462 m3.

= -401,80 m3 < 1 Maka memenuhi.

Keterangan: = X - Y < 1 Maka memenuhi.

= X - Y > 1 Maka tidak memenuhi.

b. Analisis Kapasitas Pompa Air Baku (Bangunan Iqra’) Kampus UNISMUH Makassar.

Kapasitas pompa air baku untuk penyediaan air bersih Kampus UNISMUH Makassar.

F CNP 15090010380Q10432 RIM CE Type CDLF – 4

Q : 4 m3/h H : 129 m N : 2900 r/min N : 4 Hp Model 0K04098972

Sumber: Pompa air baku gedung Iqra’.

(56)

Kapasitas pompa (Z) = 4 m3/hour.

Kap/unit/hari = 4 x 12 jam.

= 48 m3/jam.

Asumsi aktivitas Kampus 14 jam/hari (06.00 – 22.00).

Keseimbangan (water balance).

A < Z, Maka memenuhi.

A > Z Maka tidak memenuhi.

60 m3/hari > 48 m3/jam, maka tidak memenuhi.

Jumlah pompa yang dibutuhkan pada saat aktivitas Kampus, khususnya di gedung Iqra’.

Kebutuhan maksimum (A) dibagi dengan Kapasitas pompa (Z)

60 48

= 1,25 unit ~ 2 unit pompa.

5. Analisis Existing Pengelolaan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar (Water Treatment).

Water Treatment adalah suatu cara pengolahan air dengan cara-cara tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan.

(57)

Gambar 4.2. Water Treatment Gedung Menara UNISMUH Makassar.

Water Treatment yang ada di Kampus UNISMUH Makassar memanfaatkan air tanah dangkal yang berada di depan gedung menara iqra’

sebagai air bersih dengan kapasitas produksi 4 m3/jam. Proses pengelolaan yang dilakukan, yaitu air tanah khususnya yang ada didepan gedung menataa Iqra’

dipompa menuju underground reservoir, dan dari underground reservoir dipompa lagi ke atas menuju tower reservoir.

Hasil produksi undergroung reservoir yang ditampung Tower Reservoir yang berada pada lantai 18 dengan kapasitas 231 m3 berfungsi untuk mengalirkan

(58)

air ke taip-tiap lantai dan juga ke sebagian gedung yang ada didalam Kampus dengan kebutuhan air bersih sebesar 250.850 lt/hari ≈ 2,90 lt/detik.

Sedanngkan Water Treatment yang ada pada gedung-gedung lain didalam Kampus UNISMUH Makassar, masing-masing mempunyai water tank seperti yang terdapat pada gedung FKIP, Kedokteran, Al-birr, Rektorat, Mall Student dan gedung lainnya. Produksi air bakunya langsung dipompa water tank masing- masing dengan kapasitas tampung bermacam-macam 2 – 3 m3.

6. Efisiensi Pengelolaan Sistem Jaringan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar.

Untuk menilai apakah suatu pengelolaan air efektif atau tidak, dapat dilihat dari nilai efisiensi. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai efisiensi sistem jaringan air bersih Kampus UNISMUH Makassar, adalah sebagai berikut:

= olume ir erpakai

olume ir ersedia 100 = 301,02

231 100 Ew = 13,03 %.

Ew = 13 % < 100 %.

(59)

B. Pembahasan.

1. Komparasi Antara Kebutuhan Dengan Kapasitas Penyediaan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar (Water Balance).

Dari analisis data jumlah mahasiswa, pegawai dan dosen serta penghuni hotel, kebutuhan air bersih di Kampus UNISMUH Makassar sebesar 250.580 lt/hari ≈ 2,90 lt/detik, kebutuhan harian maksimim 275.935 lt/hari ≈ 3,19 lt/detik dan debit kebutuhan pada jam puncak 376.275 lt/hari ≈ 4,36 lt/detik.

Berdasarkan jumlah pengguna air bersih pada tahun 2016 sebanyak 23.013 jiwa, maka kebutuhan reservoir Kampus UNISMUH Makassar menjadi 60,20 m3. Kapasitas reservoir saat ini yang ada khususnya di gedung Iqra’ sebesar 462 m3, antara underground reservoir dan tower reservoir dan tetap memenuhi kebutuhan air bersih.

Kapasistas poduksi atau debit pompa yang dipakai saat ini sebesar 4 m3/jam dengan jam kerja pompa selama 12 jam/hari, sehingga pompa hanya mampu memenuhi kebutuhan sebesar 48 m3/jam. Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat ini pada waktu Kampus beroperasi selama 14 jam adalah sebesar 301,02 m3/hari ≈ 60,20 m3/hari.

2. Nilai Efisiensi Pengelolaan Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar.

Dari nilai Ew sebesar 13%, menunjukkan bahwa instalasi air baku dari Gedung Iqra’ saja, mampu melayani kebutuhan air bersih dalam Kampus UNISMUH Makassar secara menyeluruh dan terpadu.

(60)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.

Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan kebutuhan air bersih Kampus UNISMUH Makassar berdasarkan jumlah mahasiswa, pegawai, dosen dan penghuni hotel sebesar 23.013 jiwa.

Sehingga, dibutuhkan air bersih untuk dapat memenuhi kebutuhan sebesar 250.850 lt/hari ≈ 2,90 lt/detik. Sementara berdasarkan tingkat layanan air bersih Kampus UNISMUH Makassar, kebutuhan harian maksimum sebesar 275.935 lt/hari ≈ 3,19 lt/detik dan kebutuhan pada jam puncak sebesar 376.275 lt/hari ≈ 4,36 lt/detik.

2. Besarnya ketersediaan air untuk Kampus UNISMUH Makassar yang didapatkan sesuai spesifikasi pompa yang ada hanya sebesar 48 m3/jam.

Sehingga, tidak mampu memenuhi kebutuhan maksimum sebesar 301,02 m3/hari ≈ 60,20 m3/hari.

3. Sistem jaringan air bersih yang efisien untuk Kampus UNISMUH Makassar pada hasil perhitungan Ew sebesar 13 %.

47

Gambar

Tabel 4. 1.  Data Pengguna Air Bersih Kampus UNISMUH Makassar…......36  Tabel 4. 2.  Data Pengguna Air Bersih Hotel Kampus UNISMUH
Gambar 3.1.  Peta Lokasi Penelitian Universitas Muhammadiyah   Makassar……................................................................31  Gambar 4.1
Tabel 2.1. Unsur Fungsional dalam Sistem Penyediaan Air Bersih  Unsur
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Berpikir Penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan air bersih sebesar 106,4 lt/dt pada kondisi jam puncak dengan tingkat pelayanan 80 %.. Rencana pengembangan sistem jaringan distribusi, penyederhanaan

hidayahnya serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul : Studi Perencanaan Jaringan Distribusi Air Bersih Untuk Kebutuhan Air Bersih

Dari latar belakang yang diuraikan di atas di dapat rumusan masalah yaitu seberapa besar kebutuhan air bersih yang dibutuhkan oleh penduduk Ogan Komering Ilir pada masa sekarang

Mengetahui kondisi hidrolis sistem jaringan distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan di Desa Purwosari Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal1. Mengetahui

Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat perkotaan (Atikwahyuni, Junianto. Ketersediaan air tanah dan sumber air baku permukaan

Untuk menganlisis jaringan air bersih menggunakan software epanet 2.0 dimana didapat total panjang jaringan 2357,93 m, kecepatan aliran tertinggi di layanan yaitu 0,15 m/detik

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan kebutuhan air bersih dan juga bertujuan untuk mengetahui perencanaan distribusi tekanan air bersih pada gedung Rumah

Dengan membandingkan kebutuhan tersebut dengan ketersediaan air yang ada, terlihat bahwa total kapasitas produksi air akan cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kelurahan Bantuas