• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Kebutuhan Air Bersih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Kebutuhan Air Bersih"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami. Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang, maka kebutuhannya akan air pun akan meningkat. (Unus S,1996).

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan suatu unsur yang dibutuhkan dalam kehidupan hingga manusia pun sangat menantikan kedatangannya (Sayyid Quthb).

Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyar km3 air : 97,5% adalah

air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi yaitu penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber daya air di muka bumi ini tidak akan bertambah jumlahnya. Di lain pihak, air menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan makhluk hidup, khususnya kebutuhan akan air bersih. Sejalan dengan pertambahan dan perkembangan penduduk, maka kebutuhan terhadap air bersih juga semakin meningkat, persaingan untuk mendapatkan air bersih untuk berbagai macam kepentingan pun juga akan terus meningkat. Perkembangan wilayah pada suatu daerah akan menyebabkan kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk selalu erat kaitannya dengan kebutuhan akan air bersih. Tuntutan tersebut tidak dapat dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan pemanfaatan sebaik mungkin.

Air sebagai materi essensial dalam kehidupan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan

(2)

kehidupan dan di setiap bangsa dan negara. Propinsi Sumatera Selatan adalah salah satu propinsi yang juga mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan seiring dengan berkembangnya propinsi itu sendiri yang juga berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan atas air bersih.

Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai salah satu kabupaten di Sumatera Selatan memiliki 18 kecamatan dimana setiap kecamatan memiliki kebutuhan atas air bersih yang bervariasi. Secara administratif, Kabupaten Ogan Komering Ilir berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang di sebelah utara, Kabupaten Ogan Ilir (OI) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU) di sebelah barat, Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung di sebelah selatan, dan Selat Bangka serta Laut Jawa di sebelah timur.

Penulisan ini menganalisis dan memprediksi banyaknya kebutuhan air bersih untuk kondisi sekarang dan untuk kebutuhan di masa yang akan datang di Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan dimana agar kebutuhan air bersih dapat terpenuhi diperlukan kebijakan pengelolaan yang menyeluruh mencakup pengaturan perlindungan atas sumber daya air, pemanfaatan sumber daya air dengan didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana pendistribusian, serta pengembangan teknologi bagi penyediaan air, pemanfaatan serta pengolahannya. Kebutuhan air bersih sangat perlu dianalisis untuk memperoleh kesiapan data dan informasi tentang air bersih serta jumlah kebutuhan air bersih di suatu daerah aliran sungai yang lengkap dan akurat.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas di dapat rumusan masalah yaitu seberapa besar kebutuhan air bersih yang dibutuhkan oleh penduduk Ogan Komering Ilir pada masa sekarang dan yang akan datang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di kabupaten tersebut.

1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan dari penulisan yaitu untuk menghitung jumlah kebutuhan air bersih pada kondisi sekarang dan memprediksi kebutuhan air untuk

(3)

kondisi yang akan datang yang dibutuhkan oleh penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

1.4. Ruang Lingkup Penulisan

Dalam penulisan ini difokuskan untuk menghitung besarnya kebutuhan air bersih pada kondisi sekarang dan memprediksi besarnya kebutuhan air bersih untuk kondisi yang akan datang di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

1.5. Sistematika Penulisan

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka sistematika penulisan adalah : BAB I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Meliputi teori-teori dan konsep-konsep dasar yang digunakan dalam melakukan analisis data.

BAB III Metodologi Penelitian

Menjelaskan metode pengumpulan data dan pengolahan data BAB IV Analisa dan Pembahasan

Meliputi analisis dan pembahasan mengenai prediksi kebutuhan air di berbagai sektor berdasarkan data yang ada

BAB V Kesimpulan dan Saran

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Indra Kusuma Sari, Lily Montarich Limantara serta Dwi Priyantoro (2007) mengadakan penelitian “Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air Pada DAS Sampean”. Lokasi studi terletak pada Daerah Aliran Sungai Sampean yang terletak pada Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan luas DAS 1.206 Km2.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air serta ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan tersebut pada wilayah DAS Sampean. Metode yang digunakan dalam kajian ini bersifat deskritif yang merupakan analisa fenomena / kejadian pada masa lampau. Dalam penelitian ini, jumlah penduduk DAS Sampean dipandang dari parameter jumlah penduduk di kategorikan dalam kategori kota besar, karenanya untuk kebutuhan air non domestik adalah sebesar 30 % dari kebutuhan air domestik. Didapatlah kebutuhan air domestik dan non domestik tahun 2007 sebesar 50,93 lt/dtk, 68,34 lt/dtk untuk 2 tahun mendatang, 87,09 lt/dt untuk 5 tahun mendatang, 111,96 lt/dt untuk 10 tahun mendatang dan 160,06 lt/dtk untuk 20 tahun mendatang.

Susana dan Eddy Setiadi Soedjono melakukan penelitian “Penyediaan Air Bersih Pulau Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan – Propinsi Sulawesi Tengah”. Lokasi penelitian terletak di Pulau Banggai. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan membuat rencana tindak (action plan) terhadap kebutuhan bidang air bersih pedesaan yang dibagi dalam tiga tahapan peningkatan yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Metode yang digunakan adalah metode deskritif. Dari analisa diperoleh ketersediaan air bersih lebih besar dari kebutuhan air yang ada untuk wilayah Pulau Banggai.

(5)

Penelitian I Wayan Sutapa (Februari,2009) yaitu “Studi Potensi Pengembangan Sumber Daya Air Di Kota Ampana Sulawesi Tengah yang betujuan untuk mengetahui potensi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air minum di kota Ampana dan memilih alternative sumber air yang paling optimal dari potensi sumber daya air yang ada. Metode yang digunakan yaitu survey pendahuluan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, lalu pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus empiris dari kajian pustaka. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menunjukan bahwa jika air Sungai Ampana dan Sungai Sansarino saja digunakan untuk kebutuhan air minum, maka sampai proyeksi tahun 2027 belum mampu untuk mencukupi kebutuhan air kota Ampana.

Pranoto Samto Admodjo, Sri Sangkawati (2008) melakukan penelitian “Evaluasi Dan Prediksi Pengelolaan Jaringan Air Bersih IKK Brangsong Kabupaten Kendal Bebasis Sistem Geografis Dalam Rangka Mendukung Millenium Development Goals (MDGS). Penelitian Ini menggunakan Teknologi Sistem Informasi Geographis (SIG) dimana SIG digabung dengan Program Epanet dapat digunakan untuk mengevaluasi jaringan yang ada dan menghitung prediksi layanan pada tahun 2015 yang akan datang. Dengan Epanet, akan dapat dihitung kebutuhan air dan fasilitasnya sampai tahun 2015. Hasil penelitian yaitu proyeksi perkembangan penduduk untuk tahun 2015 sebesar 55896 jiwa. Dengan target MDG’s 80% penduduk harus terlayani air bersih, sistem jaringan harus mampu melayani kebutuhan air penduduk sebesar 92,68 liter/detik.

Marhadiyanto D. D dan Suprihandto N melakukan penelitian “Studi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Dengan Sistem Penampungan Air Hujan Di Pulau Panggang”. Hasil yang didapat yaitu dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 4894 orang pada tahun 2019, kebutuhan air bersih yang perlu dipenuhi dengan sistem penampungan air hujan adalah 264.222 liter/hari.

2.2. Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Kebutuhan air bersih merupakan masalah masa sekarang dan masa depan, maka besarnya kebutuhan air bersih perlu di prediksi. Akan tetapi, sebelum memprediksi besarnya kebutuhan air bersih, jumlah penduduk di masa yang akan datang harus di prediksi terlebih dahulu. Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air bersih di

(6)

masa yang akan datang. Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan air bersih. Semakin meningkatnya populasi penduduk dari masa ke masa akan mengakibatkan peningkatan akan kebutuhan air bersih di masa-masa yang akan datang.

Prediksi jumlah penduduk dapat diperoleh dengan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk berdasarkan sensus penduduk. Disini proyeksi penduduk tidak hanya beberapa tahun sesudah sensus tetapi mungkin sampai beberapa puluh tahun sesudah sensus. Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang.

2.2.1. Metode Proyeksi Penduduk

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang, antara lain :

2.2.1.1. Metode Aritmatika

Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relative sama setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.

Rumus metode ini adalah :

Pn = Po + n.Ka………..……….…2.1 Ka = t Pt Po ) ( − ………..……….………2.2 Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa) Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

(7)

n = Periode waktu dalam tahun Ka = Konstanta aritmatika

2.2.1.2 Metode Geometrik

Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Jadi pertumbuhan penduduk dimana angka pertumbuhan adalah sama atau konstan untuk setiap tahun, rumus untuk menghitungnya :

Pn = Po ( 1 + r )n ... 2.3

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n Po = Jumlah penduduk pada tahun awal r = Angka pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun

2.2.2 Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk

Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perbandingan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis dengan menghitung koefisien korelasi.

2.2.2.1. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi merupakan angka yang menunjukkan tinggi atau rendahnya hubungan antara dua variable atau lebih. Koefisien korelasi yang tinggi menandakan besarnya hubungan diantara dua variable.

Besarnya koefisien korelasi berkisar -1 ≤ r ≤ +1. Koefisien korelasi sebesar

(8)

yang tinggi diantara variable yang dihubungkan. Koefisien korelasi sebesar 1 menunjukkan terjadinya hubungan yang sangat tinggi atau sempurna. Sebaliknya koefisien korelasi sebesar -1 menunjukkan hubungan yang rendah.

2.2.2.2. Teknik Korelasi

Ada beberapa teknik korelasi untuk mendapatkan koefisen korelasi yang dibutuhkan, yaitu :

A. Perkalian Skor Simpangan

Teknik untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan hasil perkalian antara dua variabel X dengan variabel Y pada skor simpangan (xy). Perhitungan menggunakan simpangan dari masing-masing variabel dan perkalian antar simpangan. Adapun rumus untuk menghitung koefisien korelasi adalah :

r

= ∑ ∑ ∑ y)² ²( x) ( xy ………….………...…..2.4 B. Simpangan Baku dan Kovariansi

Teknik untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan simpangan baku pada variabel X (SX), variabel Y (SY) dan simpangan baku bersama (SXY).

Adapun rumus untuk menghitung koefisien korelasi adalah :

r

= xSy xy S

S

………….……….…..2.5 Simpangan baku dapat dihitung melalui simpangan masing-masing variabel X dan variabel Y serta kovarian dihitung dengan perkalian simpangan.

(9)

Sx= N ∑xy ……….………..… 2.6 Sy= Nx² ……….……….. …..2.7 Sxy= N ∑y² ……….. …....2.8

C. Perhitungan Dengan Skor Asli

Teknik untuk menghitung koefisien korelasi dapat langsung menggunakan skor asli dari kedua variabel X dengn variabel Y. Perhitungan menggunakan perkalian dari masing-masing variabel X dengan variabel Y atau XY. Perhitungan skor asli ini biasa digunakan pada berbagai program pengolahan data seperti SPSS atau excel. Adapun rumus yang digunakan adalah :

r =

[

][

]

∑ − ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ² ) ( ² X)² ( -² Y) X)( ( -xy Y Y N X N N ………..2.9

Hasil perhitungan dengan berbagai rumus product moment menunjukkan hasil yang tidak berbeda terlalu jauh, perbedaan terletak pada tiga digit di belakang koma.

2.3. Kebutuhan Air Bersih

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan secara berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk konsumsi rumah tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan

(10)

dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan berkelanjutan. Sedang kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga.

2.4. Definisi dan Persyaratan Kuantitas Air Bersih 2.4.1. Definisi Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air“, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial, sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Selain untuk dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan (Sutrisno, 1991:1).

2.4.2. Persyaratan Kuantitas Air Bersih

Tiap orang perhari membutuhkan air dengan jumlah yang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor kebudayaan, status social – ekonomi dan standar hidup, kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya yang dikeluarkan untuk air bersih dan kualitas air. Pada kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3 – 10 liter air per hari, tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya.

(11)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.

2.5 Tipe Kebutuhan Air Bersih

Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memenuhi keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang ditetapkan. Kebutuhan air bersih didefinisikan sebagai jumlah air bersih yang dibutuhkan atau yang diminta dalam suatu sistem. Kebutuhan air untuk fasilitas - fasilitas sosial ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan pelayanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih meliputi iklim, karakteristik daerah, ukuran kota, sistem sanitasi yang digunakan, sistem operasi dan pemeliharaan, tekanan air dalam pipa, kualitas air, penggunaan materi air, tingkat ekonomi masyarakat dan harga air. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan air bersih seperti jumlah penduduk, fasilitas air bersih dan aktivitas sehari-hari. Dalam analisis kebutuhan air bersih, kebutuhan air yang diperhitungkan meliputi kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik (Direktorat Jendral Cipta Karya, 1996).

2.5.1. Kebutuhan Air Domestik

Air bersih yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari disebut sebagai kebutuhan domestik (domestic demand) dalam hal ini termasuk air untuk minum, masak, membersihkan toilet dan sebagainya.

Kebutuhan dasar domestik merupakan kebutuhan air bersih bagi penduduk lingkungan perumahan yang terbatas pada keperluan rumah tangga seperti mandi, minum, memasak, dan lain lain (Kementrian PU,”Kebutuhan Air Hari Maksimum”). Tingginya kebutuhan ini tergantung pada perilaku, status sosial dan juga kondisi

(12)

iklim (BSN Raju, 1995). Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih yang digunakan pada tempat- tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari, seperti pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari. Analisis sektor domestik untuk masa mendatang dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah yang direncanakan.

Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan). Adanya pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan penduduk di daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada berbagai macam standar yang telah dipublikasikan. Tabel 2.3 menyajikan standar kebutuhan air domestik menurut peraturan dari Departemen Cipta Karya.

Tabel 2.3 Kriteria Perencanaan Air Bersih

URAIAN

KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

>1.000.000 500.000 s/d 1.000.000 100.000 s/d 500.000 20.000 s/d 100.000 <20.000 Kota Metropolitan

Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Desa

1 2 3 4 5 6

Konsumsi Unit Sambungan Rumah (SR) (liter/orang/hari)

190 170 130 100 80

Konsumsi Unit Hidran (HU) (liter/orang/hari)

30 30 30 30 30

Konsumsi Unit Non Domestik (liter/orang/hari)

20-30 20-31 20-32 20-33 20-34

Kehilangan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

Faktor Hari Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1

(13)

Faktor Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

Jumlah Jiwa per SR (jiwa) 5 5 5 5 5

Jumlah Jiwa per HU (jiwa) 100 100 100 100-200 200 Sisa Tekan di Penyediaan

Distribusi (Meter)

10 10 10 10 10

Jam Operasi (jam) 24 24 24 24 24

Volume Reservoir (%) Max Day Demand) 15-25 15-25 15-25 15-25 15-25 SR:HU 50 : 50 s/d 80 : 20 50 : 50 s/d 80 : 20 80 : 20 70 : 30 70 : 30

Cakupan Wilayah Pelayanan (%)

90 90 90 90 70

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996 2.5.2 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan dasar air non domestik merupakan kebutuhan air bagi penduduk di luar lingkungan perumahan (Kementrian PU, “Kebutuhan Air Hari Maksimum”). Kebutuhan air non domestik sering juga disebut kebutuhan air perkotaan (municipal). Besar kebutuhan air bersih ini ditentukan banyaknya konsumen non domestik yang meliputi fasilitas perkantoran (pemerintah dan swasta), tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, dll), pendidikan (sekolah-sekolah), komersil (toko, hotel), umum (pasar, terminal) dan Industri

Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota.Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu kota maka diperlukan data-data lengkap tentang fasilitas pendukung kota tersebut.

Analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada analisis data pertumbuhan terakhir fasilitas – fasilitas sosial ekonomi yang ada pada wilayah perencanaan. Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori :

1. Kota Kategori I (Metro) 2. Kota Kategori II (Kota Besar) 3. Kota Kategori III (Kota Sedang) 4. Kota Kategori IV (Kota Kecil)

(14)

5. Kota Kategori V (Desa)

Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU dapat dilihat dalam Tabel 2.4 sampai Tabel 2.6. Tabel – tabel tersebut menampilkan standar yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan air perkotaan apabila data rinci mengenai fasilitas kota dapat diperoleh.

Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori I, II, III, IV

SEKTOR NILAI SATUAN

Sekolah 10 Liter/murid/hari

Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari Puskesmas 2000 Liter/unit/hari

Masjid 3000 Liter/unit/hari

Kantor 10 Liter/pegawai/hari

Pasar 12000 Liter/hektar/hari

Hotel 150 Liter/bed/hari

Rumah Makan 100 Liter/tempat duduk/hari Komplek Militer 60 Liter/orang/hari Kawasan Industri 0,2 – 0,8 Liter/detik/hektar Kawasan Pariwisata 0,1 – 0,3 Liter/detik/hektar Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996

Tabel 2.5 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V (Desa)

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996

Tabel 2.6 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori Lain

SEKTOR NILAI SATUAN

Lapangan Terbang 10 Liter/orang/detik

Pelabuhan 50 Liter/orang/detik

Stasiun KA dan Terminal Bus 10 Liter/orang/detik

SEKTOR NILAI SATUAN

Sekolah 5 Liter/murid/hari

Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari Puskesmas 1200 Liter/unit/hari Masjid 3000 Liter/unit/hari Mushola 2000 Liter/unit/hari Pasar 12000 Liter/hektar/hari Komersial/Industri 10 Liter/hari

(15)

Kawasan Industri 0,75 Liter/detik/hektar Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996

Cara lain untuk menghitung besarnya kebutuhan perkotaan adalah dengan menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang didasarkan pada kebutuhan air rumah tangga (domestik). Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan presentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25 - 40% dari kebutuhan air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi seperti Jakarta. Kebutuhan air perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.7. Tabel ini digunakan bila tidak ada data rinci mengenai fasilitas kota.

Tabel 2.7 Besarnya Kebutuhan Air Non Domestik Menurut Jumlah Penduduk

Kriteria (Jumlah Penduduk)

Jumlah Kebutuhan Air Non Domestik (% Kebutuhan Air Rumah Tangga)

> 500.000 40

100.000 – 500.000 35

< 100.000 25

Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.

2.5. Standar Pelayanan Minimal Untuk Pemukiman

Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota. Sesuai Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang pedoman penentuan standar pelayanan minmal bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum yang menerangkan tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman yang tertera pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Standar Pelayanan Minimal Untuk Permukiman Bidang

Pelayanan

Indikator Standar Pelayanan

Cakupan Tingkat Pelayanan Kualitas

Sarana lingkungan a) Sarana niaga Kelengkapan sarana niaga Satuan lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa Minimal tersedia 1 pasar untuk setiap

30.000 penduduk

Mudah diakses

- Jumlah anak usia sekolah

Satuan

lingkungan Minimal tersedia:

Bersih, mudah dicapai, tidak bising, jauh dari sumber

(16)

b) Sarana pendidikan yang tertampung - Sebaran fasilitas pendidikan - Kelengkapan sarana pendidikan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa - 1 unit TK untuk setiap 1.000 penduduk - 9 SD, 3 SLTP, 1 SMU

penyakit, sumber bau/sampah dan pencemaran lainnya

c) Sarana pelayanan kesehatan - Sebaran fasilitas pelayanan kesehatan/ jangkauan pelayanan kesehatan - Tingkat harapan hidup Satuan lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa Minimal tersedia: - 1 unit Balai Pengobatan/ 3.000 jiwa - 1 unit BKIS/RS Bersalin/10.000-30.000 jiwa - 1 unit Puskesmas/ 30.000 jiwa Lokasi di pusat lingkungan/kecamatan,bersih,

tenang, jauh dari sumber penyakit,sumber bau/sampah

dan pencemaran lainnya

d) Sarana pelayanan umum - Jangkauan dan tingkat pelayanan Satuan lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa Minimal tersedia: - 1 unit Pos Pemadam Kebakaran - 1 unit Kantor Polisi/ 30.000 jiwa - 1 unit Kantor Pos

Pembantu - 1 unit Bank Cabang Pembantu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian tugas akhir, terdapat kategori metode penelitian tugas akhir yaitu :

1. Penelitian Laboratorium 2. Studi Pustaka/Perencanaan

(17)

3. Studi Kasus

Dari ketiga metode penelitian tugas akhir diatas, penelitian tugas akhir ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan studi kasus, dimana metode yang digunakan bersifat deskritif yang merupakan analisa fenomena atau kejadian pada masa lampau dan bertujuan untuk mengevaluasi kondisi pada periode tertentu sebagai dasar perencanaan untuk masa mendatang berdasarkan data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuannya berdasarkan analisa secara teoritis dan empiris yang kemudian ditarik kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan. 3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian tugas akhir ini berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir dimana wilayah yang ditinjau adalah 18 kecamatan di kabupaten tersebut.

3.3. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian disajikan pada gambar 3.1, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

3.3.1 Studi Pustaka

Tahap studi pustaka yaitu mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang diteliti. Bahan-bahan tersebut berupa bahan yang didapat dari tulisan-tulisan ilmiah, diktat-diktat, buku-buku maupun internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini data yang diperoleh berupa literature mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

3.3.2 Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data-data yang berhubungan dengan analisa kebutuhan air dan perencanaan instalasi pengolahan air. Beberapa data yang dikumpulkan yaitu :

a. Data jumlah penduduk untuk 18 kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir b. Data fasilitas-fasilitas kota yang tersedia di setiap kecamatan di Kabupaten

Ogan Komering Ilir

(18)

3.3.3 Pengolahan Data

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengolah data yang sudah didapat untuk dijadikan data awal dalam melakukan analisa dan perhitungan. Perhitungan yang dilakukan berkaitan dengan analisa kebutuhan air bersih yaitu kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik pada kondisi sekarang dan yang akan datang di Kabupaten Ogan Komering Ilir

3.3.4 Analisis dan Pembahasan

Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data-data yang sudah dikumpulkan apakah sudah sesuai dengan data-data yang sebenarnya atau tidak. Setelah semua data diperiksa, maka dilakukan perhitungan. Adapun tahapan perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan proyeksi penduduk per kecamatan Kabupaten Ogan Komering Ilir

2. Analisa kebutuhan air bersih yaitu kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik

3.3.5 Kesimpulan dan Saran

Penarikan kesimpulan akan dilakukan setelah dibuat kesimpulan awal dan diskusi dari hasil pengolahan data. Setelah ditarik kesimpulan, dilanjutkan dengan memberikan saran mengenai kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Ogan Komering Ilir.

3.3.6 Pelaporan Perencanaan

Dari seluruh langkah-langkah yang telah dilakukan, dimulai dari studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, analisa dan perhitungan, maka selanjutnya adalah melakukan perangkuman dari seluruh data-data yang telah dihasilkan. Data-data yang telah dirangkum dan disusun tersebut selanjutnya dibuat ke dalam bentuk tulisan yang disebut laporan akhir (skripsi). Hasil dari skripsi ini selanjutnya dipaparkan.

(19)
(20)

Gambar 3.1. Skema Urutan Kerja Perumusan

masalahStudi Literatur

- Teori Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk

- Teori Kebutuhan Air Bersih

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk

Analisis kebutuhan air bersih di Ogan Komering Ilir

Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan Air Non Domestik Pengumpulan Data

Data Sekunder

- Kependudukan

- Peta Tata Ruang

- Peta Tata Guna

Lahan selesai Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran

(21)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Dalam penulisan ini, diperlukan data-data penunjang untuk menjawab permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yaitu berapa jumlah kebutuhan air bersih untuk kondisi sekarang dan prediksinya untuk kebutuhan di masa yang akan datang di kabupaten Ogan Komering Ilir. Data-data yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut :

4.1.1 Data Jumlah Penduduk

Data jumlah penduduk diperlukan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk yang akan datang dimana pertambahan jumlah penduduk ini mempengaruhi jumlah kebutuhan air bersih baik kebutuhan air domestik maupun kebutuhan air non domestik yang dibutuhkan oleh penduduk di tiap-tiap kecamatan di kabupaten Ogan Komering Ilir. Data jumlah penduduk tiap kecamatan dari tahun 2006 sampai 2011 di kabupaten Ogan Komering Ilir adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 - 2011

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Orang)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Lempuing 61.433 62356 63654 64670 70642 72685 2 Lempuing Jaya 57707 58623 59794 60749 59786 60386 3 Mesuji 34161 35013 35397 35962 38870 39941 4 Sungai Menang 44850 31611 46472 32303 46567 47938 5 Mesuji Makmur 42907 42840 43619 44316 51456 52883 6 Mesuji Raya 30685 46170 31795 47214 34334 35072 7 Tulung Selapan 44743 46170 46362 47102 40683 41537 8 Cengal 29887 30642 30968 31462 42778 43567 9 Pedamaran 36303 36960 37616 38217 40114 40641 10 Pedamaran Timur 18499 18972 19168 19474 20110 20609 11 Tanjung Lubuk 33561 34200 34775 35330 32296 32799 12 Teluk Gelam 19742 20370 20456 20783 21268 21629 13 Kayuagung 55285 56482 57285 58200 62694 64584

14 Sirah Pulau Padang 40687 41118 42159 42832 41709 42457

15 Jejawi 38373 38850 39761 40396 38098 38467

16 Pampangan 26956 27426 27931 28377 27758 28296

17 Pangkalan Lampan 24832 25236 25730 26141 26033 26433

18 Air Sugihan 32391 32964 33563 34099 32180 32450

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Ogan Komering Ili 4.1.2 Data Fasilitas Perkotaan

(22)

Data fasilitas perkotaan diperlukan dalam analisa dan prediksi kebutuhan air sesuai dengan standar perencanaan yang ditetapkan oleh PU Cipta Karya. Dalam hal ini data fasilitas perkotaan yang ada dan terperinci adalah data fasilitas kecamatan Kayuagung. Berikut data-data fasilitas perkotaan untuk kecamatan Kayuagung pada tahun 2011 :

4.1.2.1 Jumlah Siswa dan Guru

Jumlah siswa dan guru di kecamatan Kayuagung dari tahun 2006 sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut :

No Tahun Jumlah Siswa dan Guru (jiwa) 1 2006 2 2007 3 2008 4 2009 5 2010 6 2011 4.1.3 Gambaran Wilayah

Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terletak di antara 104°,20´ dan 106°,00´ Bujur Timur dan 2°,30´ sampai 4°,15´ Lintang Selatan. Secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Palembang di sebelah utara, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Propinsi Lampung di sebelah selatan, Kabupaten Ogan Ilir di sebelah barat, dan Selat Bangka dan laut Jawa di sebelah timur. Luas Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 19.023,47 Km². Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terbagi habis dalam 18 kecamatan. Pada

(23)

tahun 2006 Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang sebelumnya terdiri dari 12 kecamatan dimekarkan menjadi 18 kecamatan. Kecamatan tersebut antara lain : Kecamatan Mesuji dimekarkan menjadi Kecamatan Mesuji Makmur, Mesuji Raya dan Mesuji. Kecamatan Lempuing dimekarkan menjadi kecamatan Lempuing Jaya dan Lempuing, Kecamatan Tanjung Lubuk dimekarkan menjadi Kecamatan Teluk Gelam dan Tanjung Lubuk dan Kecamatan Pampangan dimekarkan menjadi Kecamatan Pampangan dan Pangkalan Lampan.

1.1.1 Data Siswa dan Guru

Data jumlah siswa dan guru dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan air bersih kategori non domestik yaitu kebutuhan air bersih untuk fasilitas sekolah. Pada tabel 4.2 tertera total keseluruhan siswa dan guru tiap jenjang pendidikan yaitu TK, SD, SMP, SMA, SMK serta Sekolah Islam baik swasta maupun negeri tiap kecamatan dari tahun 2006 – 2011. Data tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Jumlah Siswa dan Guru di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 - 2011

No Kecamatan Jumlah Siswa dan Guru (Orang)

(24)

1 Lempuing 11570 16118 16773 17386 16779 16570 2 Lempuing Jaya 10388 13094 14504 13288 15931 14924 3 Mesuji 13897 6981 7299 7560 9976 9796 4 Sungai Menang 6868 7699 8395 8334 9251 8619 5 Mesuji Makmur 8430 8558 9201 9435 11331 11405 6 Mesuji Raya 11833 6759 7208 7443 9910 9897 7 Tulung Selapan 8951 8644 9322 9717 8340 8673 8 Cengal 6322 6737 6899 7358 6827 6416 9 Pedamaran 10002 8757 9382 9842 9584 9632 10 Pedamaran Timur 3766 3468 3731 3974 7668 7102 11 Tanjung Lubuk 6305 6644 7372 6998 9352 10007 12 Teluk Gelam 4239 4470 4856 4971 8510 8381 13 Kayuagung 17475 15620 16246 16681 18525 18981

14 Sirah Pulau Padang 7873 7636 7988 7989 7841 7614

15 Jejawi 6938 6783 7380 7206 5805 6123

16 Pampangan 5743 5711 6159 5900 5992 5752

17 Pangkalan Lampan 4369 4327 4835 2124 5511 5475

18 Air Sugihan 5826 5362 6239 6245 7774 7363

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Ogan Komering Ilir

1.1.2 Data Fasilitas Tempat Ibadah, Hotel, Rumah Makan dan Puskesmas

Data jumlah fasilitas tempat ibadah, hotel, rumah makan dan puskesmas yang tersedia dibutuhkan untuk mengitung serta memprediksi kebutuhan air bersih untuk masing-masing fasilitas tersebut di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berikut data jumlah fasilitas-fasilitas tersebut pada tahun 2011 :

Tabel 4.3. Jumlah Masjid, Hotel, Rumah Makan dan Puskemas di Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah Siswa dan Guru (Orang)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Lempuing 11570 16118 16773 17386 16779 16570 2 Lempuing Jaya 10388 13094 14504 13288 15931 14924 3 Mesuji 13897 6981 7299 7560 9976 9796 4 Sungai Menang 6868 7699 8395 8334 9251 8619 5 Mesuji Makmur 8430 8558 9201 9435 11331 11405 6 Mesuji Raya 11833 6759 7208 7443 9910 9897 7 Tulung Selapan 8951 8644 9322 9717 8340 8673 8 Cengal 6322 6737 6899 7358 6827 6416 9 Pedamaran 10002 8757 9382 9842 9584 9632 10 Pedamaran Timur 3766 3468 3731 3974 7668 7102 11 Tanjung Lubuk 6305 6644 7372 6998 9352 10007 12 Teluk Gelam 4239 4470 4856 4971 8510 8381 13 Kayuagung 17475 15620 16246 16681 18525 18981

14 Sirah Pulau Padang 7873 7636 7988 7989 7841 7614

15 Jejawi 6938 6783 7380 7206 5805 6123

16 Pampangan 5743 5711 6159 5900 5992 5752

17 Pangkalan Lampan 4369 4327 4835 2124 5511 5475

(25)

2. Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Ogan Komering Ilir

2.1 Analisa Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan air bersih. Peningkatan jumlah penduduk dari masa ke masa memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kebutuhan air bersih. Untuk mengetahui kebutuhan air bersih di masa yang akan datang, maka diperlukan data jumlah penduduk di masa datang. Jumlah penduduk di masa datang diperoleh dengan melakukan proyeksi penduduk

Perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk menggunakan metode aritmatika dan metode geometrik, seperti diperlihatkan pada rumus 2.1 dan 2.2. Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perbandingan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis dengan menghitung koefisien korelasi (r). Dari kedua metode proyeksi, dipilih koefisien korelasi yang paling mendekati 1 dimana semakin koefisien korelasi mendekati 1, maka metode proyeksi tersebut semakin mendekati kebenaran.

Untuk Kabupaten Ogan Komering Ilir, penduduk diproyeksikan per kecamatan dimana Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri dari 18 kecamatan. Berikut salah satu perhitungan proyeksi penduduk dari 18 kecamatan yaitu kecamatan lempuing.

2.1.1 Kecamatan Lempuing

Hal pertama yang dilakukan adalah dengan menghitung jumlah penduduk dari data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dengan metode aritmatika dan metode geometrik yang tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Perhitungan Jumlah Penduduk Metode Aritmatika dan Metode Geometrik

Tahun Jumlah Jiwa Aritmatika Geometrik

2006 61433 61433 61317 2007 62356 63683 63439 2008 63654 65934 65634 2009 64670 68184 67905 2010 70642 70435 70254 2011 72685 72685 72685

(26)

Kemudian dari data yang telah di dapatkan dilakukan perhitungan koefisien korelasi antara jumlah penduduk dari data BPS terhadap jumlah penduduk yang dihitung dengan metode aritmatika dan metode geometrik. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Perkalian Skor Simpangan dengan hasil seperti yang tertera pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.

Tabel 4.2 Perhitungan Koefisien Korelasi Jumlah Penduduk Data BPS terhadap Jumlah Penduduk Metode Aritmatika

Tahun Jumlah Jiwa (X) Aritmatik a (Y) x y xy 2006 61433 61433 -4473.667 -5626.013 20013693.444 31652026.027 25168908.316 2007 62356 63683 -3550.667 -3375.613 12607233.778 11394765.376 11985677.742 2008 63654 65934 -2252.667 -1125.133 5074507.111 1265925.018 2534550.356 2009 64670 68184 -1236.667 1125.187 1529344.444 1266045.035 -1391480.844 2010 70642 70435 4735.333 3375.587 22423381.778 11394585.344 15984528.062 2011 72685 72685 6778.333 5625.987 45945802.778 31651725.974 38134812.956 Jumlah 395440 402354 107593963.33 3 88625072.773 92416996.587 rata-rata 65906.66 7 67059.013 r 0.94641

Tabel 4.3 Perhitungan Koefisien Korelasi Jumlah Penduduk Data BPS terhadap Jumlah Penduduk Metode Geometrik

Tahun Jiwa (X)Jumlah Geometrik (Y) x y xy

2006 61433 61317 -4473.667 -5555.333 20013693.444 30861728.444 24852709.56 2007 62356 63439 -3550.667 -3433.333 12607233.778 11787777.778 12190622.22 2008 63654 65634 -2252.667 -1238.333 5074507.111 1533469.444 2789552.222 2009 64670 67905 -1236.667 1032.667 1529344.444 1066400.444 -1277064.444 2010 70642 70254 4735.333 3381.667 22423381.778 11435669.444 16013318.89 2011 72685 72685 6778.333 5812.667 45945802.778 33787093.778 39400192.22 Jumlah 395440 401234 107593963.33 3 90472139.333 93969330.67 rata-rata 65906.66 7 66872.333 r 0.95243

(27)

Dari perhitungan koefisien korelasi pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas, metode geometrik memiliki koefisien korelasi yang mendekati 1 yaitu 0,95243. Dengan demikian metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk untuk tahun mendatang adalah dengan metode geometrik.

No Tahun (a) r (%) (b) n (c) Po (d) 1+r/100 (e) Jumlah Jiwa (f) 1 2012 3.4614 1 72685 1.034614 75201 2 2013 3.4614 2 72685 1.034614 77804 3 2014 3.4614 3 72685 1.034614 80497 4 2015 3.4614 4 72685 1.034614 83283 5 2016 3.4614 5 72685 1.034614 86166 6 2017 3.4614 6 72685 1.034614 89149 7 2018 3.4614 7 72685 1.034614 92234 8 2019 3.4614 8 72685 1.034614 95427 9 2020 3.4614 9 72685 1.034614 98730 10 2021 3.4614 10 72685 1.034614 102148 11 2022 3.4614 11 72685 1.034614 105683 12 2023 3.4614 12 72685 1.034614 109341 13 2024 3.4614 13 72685 1.034614 113126 14 2025 3.4614 14 72685 1.034614 117042 15 2026 3.4614 15 72685 1.034614 121093 16 2027 3.4614 16 72685 1.034614 125285 Keterangan :

a = Tahun proyeksi (Tahun perencanaan) b = Angka pertumbuhan penduduk (%) c = Periode waktu dalam tahun

d = Jumlah penduduk pada tahun awal (2011) e = Perhitungan Rumus Geometrik

f = (d) x (e)

Hal yang sama dilakukan untuk 17 kecamatan lainnya. Perhitungan proyeksi penduduk untuk kecamatan lain dapat dilihat pada lampiran.

(28)

BAB V

RENCANA DAFTAR PUSTAKA

BSN Raju, Water Supply and Wastewater Engineering, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1995

K. Linsey, Ray, Teknik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga, Bandung, 1996

Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda, Hidrologi Untuk Pengairan. Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 1999

Streeter, Victor L, Mekanika Fluida Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992

(29)

Gambar

Tabel 2.3 Kriteria Perencanaan Air Bersih
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori I, II, III, IV
Tabel 2.8 Standar Pelayanan Minimal Untuk Permukiman
Gambar 3.1. Skema Urutan KerjaPerumusan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk pihak manajemen Rumah Sakit, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kepemimpinan, motivasi dan beban kerja di ruangan serta

Bila tanaman kekurangan air pada masa generatif dapat menyebabkan tanaman hermaprodit menghasilkan bunga pentandria (bunga dengan 5 benang sari pada dasar pangkal

Namun demikian, terjadinya berbagai aksi terorisme tersebut ditanggapi beragam oleh beberapa kalangan di tengah masyarakat Indonesia, disatu sisi bahwa aksi terorisme

Guru harus tetap mengendalikan kelas secara keseluruhan dan tetap memberi motivasi kepada setiap kelompok ahli untuk bekerja sama dalam berdiskusi serta mengecek kebenaran

Buku Panduan dengan judul “Panduan Penerapan : Sistem Manajemen Keamanan Informasi Berbasis Indeks Keamanan Informasi (Indeks KAMI)” ditujukan sebagai pedoman bagi instansi

Badan Usaha Kualifikasi Besar, yang memenuhi persyaratan memiliki seorang penggung jawab teknik badan usaha dan seorang penanggung jawab bidang/sub-bidang masing-masing untuk

Analisis‬‬ ‫‪ ،Riwayat Israiliyat dalam Kitab Tafsir‬كتبو علي مرشد وزدنا خري عملي‬ ‫احملاضران دبعهد علوم القرآن جاكرتا يف رلالت

Apakah anda pernah menolak perintah dari Kyai atau ustadz.. Dalam lingkungan pesantren pasti ada anak/santri yang mengajak untuk melanggar peraturan/perintah kyai, bagaimana anda