• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANUSKRIP STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI MTS AL-BARKAH BEKASI TAHUN 2017 DISUSUN OLEH : NENENG JULIANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANUSKRIP STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI MTS AL-BARKAH BEKASI TAHUN 2017 DISUSUN OLEH : NENENG JULIANTI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

MANUSKRIP

STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI MTS AL-BARKAH BEKASI TAHUN 2017

DISUSUN OLEH : NENENG JULIANTI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDIKA CIKARANG–BEKASI

2017

(2)

1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDIKA CIKARANG PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

NENENG JULIANTI

STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI MTS AL-BARKAH BEKASI TAHUN 2017

ABSTRAK

Remaja putri yang kekurangan gizi beresiko beresiko melahirkan bayi-bayi BBLR, remaja kurus di Indonesia ada 9,4%.

Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada remaja putri di MTS Al- Barkah Cikarang Utara-Bekasi. Metode penelitian bersifat analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross-Sectional.

Jumlah populasi seluruh siswi di MTS Al-Barkah Cikarang-Utara berjumlah 175 orang, theknik menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan timbangan, meteran dan kuesioner. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat, uji-statistik dengan uji Chi-square. Hasil penelitian ada hubungan antara usia (p-value 0,001), pengetahuan (p-value 0,028), kebiasaan makan (p-value 0,003), aktifitas (p-value 0,006) dengan status gizi pada remaja putri,sedangkan uang saku (p-value 0,156) tidak ada. Kesimpulan ada hubungan antara usia, pengetahuan, kebiasaan makan, dan aktifitas dengan status gizi pada remaja putri sedangkan pada uang saku tidak ada. Diharapkan pihak sekolah menjalin kerjasama dengan instansi kesehatan, dan institusi untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang gizi yang baik sehingga menumbuhkan kesadaran remaja putri untuk hidup sehat

Kata kunci : usia, pengetahuan, kebiasaan makan, uang saku, aktifitas, status gizi remaja putri

(3)

1

HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE MEDICAL CIKARANG DIII KEBIDANAN STUDY PROGRAM

NENENG JULIANTI

STATUS OF NUTRION IN ADOLESCENT GIRLS IN MTS AL-BARKAH CIKARANG 2017

ABSTRACT

Young lady which lack of nutrient risk to born the baby BBLR, there is 9,4% the thin adolescent in Indonesia. The purpose of this reseach is to know the factors of connection with nutrient status to adolescent in MTS Al-Barkah North Cikarang Bekasi. The methodes of research wich character analytic quantitatif with cross-sectional approach. The sum of population is all students of MTS Al-Barkah North Cikarang Bekasi the total is 175 students, with using technique total sampling, the instrumen of the reseach using wieght, gauge, and questionnaire. The analysis do accoding univariat and bivariat the test of statuies is using test Chi-Square. The result of research there is the connection between age (p-value 0,001), knowledge (p-value 0,028), eating habits (p-value 0,003), activity (p-value 0,006) with nutrient status to adolescent, meanwhile pocket money (p-Value 0.156) not. It can be concluded that there is a relationship between age, knowledge, eating habits, nutritional status and activities at young women while in pocket money no. Expected the school cooperate with agencies health, and its institutions to provide education and knowledge of health especially nutrition to grow consciousness teenage daughter to healthy living.

Keywords: age, knowledge, habit eat, pocket money, activity, Nutrient status to adolescent

(4)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

Pendahuluan

Masa remaja merupakan masa yang penting dalam siklus hidup manusia, dimana terjadi perubahan fisik, seksual, psikologis, dan mental. Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja terutama remaja putri. Masalah gizi pada remaja adalah gizi kurang (Under-Weight), obesitas (Over- Weight) dan Anemia (Almatsier 2010).

Remaja yang kurang gizi akan cepat lelah, kurang konsentrasi, cepat mengatuk sehingga produktifitasnya kurang. Juga beresiko mengalami terlambatnya menarche, dan menurunnya daya tahan tubuh sehingga menyebabkan mudah terserang penyakit.

Selain itu beresiko melahirkan bayi BBLR dengan resiko kematian dan gangguan pada tumbuh kembang anaknya. (Almatsier, 2010).

Menurut Intan Agria dkk (2012) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah umur, pengetahuan tentang gizi, dukungan keluarga, status ekonomi dan pendidikan serta aktifitas.

Sedangkan menurut Almatseir (2009) faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua yaitu internal dan eksternal. faktor internal yaitu seperti status kesehatan, usia dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal yaitu status ekonomi keluarga, lingkungan, pengetahuan, kebiasaan makan yang salah, sosial budaya dan sebagainya.

Menurut penelitian terdahulu (Nelis, 2015) terdapat hubungan antara status gizi

remaja putri dengan pengetahuan, aktifitas fisik, dan jumlah anggota keluarga.

Sedangkan menurut Handayani (2013) terdapat hubungan antara uang saku dengan status gizi. Dan menurut penelitian Ratna (2012) terdapat hubungan antara status gizi dengan jenis kelamin dan pendidikan.

Kerangka konsep penelitian ini mengacu pada teori Almatsier “Prinsip dasar ilmu gizi” (2010), dan Agria dkk “Gizi Reproduksi” 2012), jurnal penelitian Handayani (2013), Nelis (2015), Ratna (2012).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara (Usia, Pengetahuan, kebiasaan makan, uang saku, dan aktifitas) dengan status gizi pada remaja putri di Mts Al-Barkah Cikarang Utara- Bekasi tahun 2017.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross-Sectional dilakukan di MTS Al-Barkah Cikarang-Utara.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi di MTS Al-Barkah tahun 2017 yang berjumlah 175 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi.

Teknik pengumpulan data menggunakan data primer. Yang merupakan hasil dari pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan dan jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden.

(5)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

Instrumen yang digunakan adalah timbangan, meteran (tinggi badan) dan kuesioner.

Pada instrumen kuesioner dilakukan uji- validitas dan reliabilitas untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan valid atau tidak. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung > r-tabel. Reliabilitas berarti dapat dipercaya, jika memberikan nilai Alpha- Cronbach > r-tabel (Notoatmojo, 2010).

Uji-validitas dan reliabilitas dilakukan di MTS Darunnida Cikarang Timur-Bekasi yang mempunyai karakteristik sama dengan subjek penelitian yaitu remaja putri yang bersekolah di MTS, responden yang diambil sebanyak 45 orang. Hasil uji-validitas diperoleh pada variabel pengetahuan dari 22 pertanyaan, 9 yang tidak valid dan 12 valid.

Dan pada variabel kebiasaan makan dari 16 pertanyaan ada 3 tidak valid dan 13 yang valid, Pertanyaan yang tidak valid di buang.

Diperoleh nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,731. Semakin tinggi koefisien reliabilitas (mendekati 1,00) berarti semakin tinggi reliabilitas skala tersebut.

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 22 dengan beberapa tahapan, editing yaitu memeriksa kembali kebenaran dan kelengkapan data yang diperoleh atau dikumpulkan. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori dengan memberi kode berbentuk angka pada masing- masing jawaban (Scoring). Langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat

dianalisis dengan cara meng-entry data ke program komputer (SPSS). Cleaning yaitu pengecekan kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak (Setiawan, 2010).

Analisa data penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat.

Analisa Univariat yaitu dengan menampilkan tabel–tabel untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen dan independen. Analisa bivariat, yaitu bertujuan untuk melihat dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji-statistik yang dilakukan adalah Chi-Square dengan perangkat lunak SPSS karena variabel dependent dan independent dalam penelitian ini bersifat kategorik.

HASIL

Tabel.1

Variabel N %

IMT

Kurang normal Normal

97 78

55,4 44,6 Usia

<14 tahun ≥14 tahun

84 91

48,0 52,0 Pengetahuan

Kurang Baik

111 91

63,4 36,6 Kebiasaan makan

Kurang baik Baik

97 78

55,4 44,6 Uang saku

<12000 ≥12000

99 76

56,6 43,4 Aktifitas

Berat Ringan

91 84

52,0 48,0

Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 175 responden remaja putri yang IMT kurang normal sebanyak 97 (55,4%) responden dan

(6)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

yang IMT normal sebanyak 78 (44,6%).

Responden yang usianya <14tahun sebanyak 84 (48%) responden dan usia ≥14tahun sebanyak 91 (52%). Responden yang pengetahuannya kurang sebanyak 111(63,4%) responden, dan yang pengetahuannya baik sebanyak 64 (36,6%). Responden yang kebiasaan makan kurang baik sebanyak 97 (55,4%) responden dan yang kebiasaan

makan baik sebanyak 78 (44,6%). Responden yang mendapat uang saku <12000 sebanyak 99 (56,6%) responden dan yang mendapat uang saku ≥12000 sebanyak 76 (43,4%).

Responden yang mempunyai ekskul ≥2 sebanyak 91 (52%) responden dan yang mempunyai ekskul<2 sebanyak 84 (48%) responden

Tabel. 2 analisis bivariat .

Berdasarkan tabel 2 pada variabel usia diketahui responden yang IMT kurang normal

sebanyak 58 (69%) dari responden yang berusia <14tahun dan 39 (42,9%) yang berusia ≥14tahun. Berdasarkan analisis Statistik didapatkan nilai p-Value=0,001 (p<α 0,05) maka Ho di tolak berarti ada hubungan antara usia dengan status gizi remaja putri. Hasil OR diketahui 2,974, hal ini menunjukan remaja putri yang berusia

<14tahun beresiko 2,974 kali lebih besar memiliki status gizi kurang normal

dibandingkan remaja putri yang usianya

≥14tahun.

Pada variabel pengetahuan yang IMT kurang normal terdapat 69 (62,2%) dari responden dengan pengetahuan kurang dan 28 (43,8%) responden dengan pengetahuan baik.

Berdasarkan analisis statistik didapatkan nilai p-Value=0,028 (p<α 0,05) maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja putri. Hasil OR diketahui 2,112, hal ini menunjukan bahwa remaja putri yang mempunyai pengetahuan

Variabel

IMT

Total

P-Value OR Kurang

normal Normal

N % N % N %

Usia

<14tahun

≥14tahun 58

39

69,0 42,9

26 52

31,0 57,1

84 91

100 100

0,001 2,974

Pengetahuan Kurang baik Baik

69 28

62,2 43,8

42 36

37,8 56,3

111 63

100 100

0,028 2,112

Kebiasaan makan Kurang baik Baik

64 33

66 42,3

33 45

34 57,7

97 78

100 100

0,003 2,645

Uang saku <12000 ≥1200

60 37

60,6 48,7

39 39

39,4 51,3

99 76

100 100

0,156 1,622

Aktifitas

<2 ekskul

≥2 ekskul 60

37

65,9 44

31 47

34,1 56

91 70

100 100

0,006 2,459

(7)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

kurang tentang gizi beresiko 2,112 kali lebih besar mempunyai status gizi kurang normal dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai pengetahuan baik tentang gizi.

Pada variabel kebiasaan makan yang IMT kurang normal terdapat 64 (66%) dari responden yang mempunyai kebiasaan makan kurang baik, dan 33 (42,3%) responden yang mempunyai kebiasaan makan baik.

Berdasarkan analisis statistik didapatkan nilai p-Value=0,003 (p<α 0,05) maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi remaja putri. Hasil OR diketahui 2,645, hal ini menunjukan bahwa remaja putri yang mempunyai kebiasaan makan kurang baik beresiko 2,645 kali lebih besar mempunyai status gizi kurang normal dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kebiasaan makan yang baik.

Pada variabel uang saku yang IMT kurang normal terdapat 60 (60,6%) dari responden dengan uang saku <12000, dan sisanya 37 (48,7%) responden dengan uang saku ≥12000. Berdasarkan analisis statistik didapatkan nilai p-Value=0,156 (p>α 0,05) maka Ho gagal ditolak berarti tidak ada hubungan antara uang saku dengan status gizi pada remaja putri.

Pada variabel aktifitas yang IMT kurang normal terdapat 60 (65,9%) dari responden dengan kegiatan ekskul ≥2 dan 37 (44%) responden dengan kegiatan ekskul <2.

Berdasarkan analisis statistik didapatkan nilai p-Value=0,006 (p<α 0,05) maka Ho ditolak

berarti ada hubungan antara kegiatan ekskul dengan status gizi pada remaja putri. Hasil OR diketahui 2,459, hal ini menunjukan bahwa remaja putri yang mempunyai kegiatan ekskul ≥2 beresiko 2,459 kali lebih besar mempunyai status gizi kurang normal dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kegiatan ekskul <2.

PEMBAHASAN Usia

Berdasarkan analisis Statistik menunjukan bahwa p-Value=0,001 (p<α 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara usia dengan status gizi pada remaja putri.

Dengan kata lain bertambahnya usia akan mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, dengan bertambahnya usia informasi yang diterimapun akan semakin banyak, sehingga hal ini akan mempengaruhi perilaku dan kebiasaan seseorang. Bertambahnya usia juga mempengaruhi banyaknya informasi yang diterima terutama tentang gizi yang baik (Agria dkk, 2012).

Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan konsentrasi, sehingga membuat seseorang lebih semangat dalam melakukan kegiatan.

Apabila kekurangan energi maka produktivitas seseorang akan menurun,

(8)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

kehilangan konsentrasi dalam belajar mudah mengantuk sehingga membuat prestasi menurun. Semakin bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. (Apriadji, 1986)

Remaja putri yang berusia <14 tahun masih memiliki status gizi kurang, hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima sehingga asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh yang dalam proses pertumbuhan maksimal.

Pengetahuan

Berdasarkan analisis Statistik menunjukan bahwa p-Value=0,028 (p<α 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara usia remaja putri dengan status gizi pada remaja putri.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan Kognitif merupakan dominan alat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007)

Dengan mempunyai pengetahuan baik tentang gizi diharapkan status gizinya juga baik karena pengetahuan gizi memberikan informasi yang berhubungan antara gizi dalam makanan dengan kesehatan. Semakin luas pengetahuan seseorang tentang gizi akan menuntunnya dalam pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi baik dari segi kualitas, variasi, maupun cara penyajiannya.

(Almatsier, 2009)

Remaja putri yang memiliki gizi kurang hal ini dikarenakan kurangnya mendapat informasi banyak tentang pentingnya asupan nutrisi yang baik untuk kebutuhan pada masa pertumbuhannya.

Kebiasaan Makan

Berdasarkan analisis Statistik menunjukan bahwa p-Value=0,003 (p< α 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja putri. kebiasaan makan yang diperoleh dalam keluarga akan mempengaruhi kebiasaan makan remaja ketika diluar rumah bahkan sampai dewasa.

Kebiasaan yang diperoleh ketika masa remaja akan mempengaruhi kesehatan dan fase kehidupan lainnya. Remaja putri memiliki kebiasaan makan yang kurang baik sering melupakan untuk sarapan pagi sebelum ke sekolah, suka menghindari beberapa jenis makanan seperti telur dan susu, kebiasaan dan kesukaan terhadap mengkonsumsi makanan tertentu sehingga asupan gizi seimbang dan

(9)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

variasi makanan terlupakan (Almatsier, 2010).

Kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola makan yang dimakan, kepercayaan terhadap makanan, cara pemilihan bahan makanan. Kebiasaan makan pada remaja mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah atau sekolah, memilih makanan yang dianggap populer dan meningkatkan gengsi, serta mempunyai kebiasaan makan tidak teratur (Almatsier, 2009).

Remaja putri yang memiliki kebiasaan makan kurang baik rentan memiliki status gizi kurang normal hal ini disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan remaja putri.

Uang saku

Berdasarkan analisis Statistik menunjukan bahwa p-Value = 0,156 (p> 0,05) maka Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara uang saku dengan status gizi pada remaja putri. Seorang anak remaja biasanya tidak mendapatkan uang jajan sekali dalam sehari ataupun remaja yang memiliki uang saku sedikit tetapi dirumahnya sudah tersedia makanan yang bergizi sehingga hal ini tidak mempengaruhi terhadap status gizinya.

Anak-anak dari keluarga yang berkecukupan mudah mendapatkan fasilitas

sesuai keiinginan termasuk masalah makanan, tetapi anak-anak yang dari keluarga dengan status ekonomi kurang akan terbatas untuk mendapatkan sesuatu baik itu berupa makanan atau hal lainya karena uang saku pemberian dari orang tuanya juga terbatas (Agria dkk, 2012).

Remaja putri yang memiliki uang saku sedikit belum tentu memiliki status gizi kurang juga. Karena uang saku hanya salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi, remaja putri mendapatkan nutrisi bukan hanya dengan membeli makanan tetapi pada saat mereka di rumah bisa jadi keluarga sudah tersedia makanan dengan nutrisi yang baik.

Aktifitas

Berdasarkan analisis Statistik menunjukan bahwa p-Value = 0,006 (p < α 0,05) Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara aktifitas dengan status gizi pada remaja putri. Dengan banyaknya kegiatan asupan nutisi yang harus diterima tidak sebanding dengan energi yang dikeluarkan.

Kebutuhan energi merupakan faktor yang penting dan perlu di perhatikan. Remaja yang mempunyai aktifitas banyak akan memerlukan energi lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang tidak banyak melakukan aktifitas. Remaja dapat kekurangan gizi karena jumlah energi dan zat- zat lainnya yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan energi yang dikeluarkan. Bila asupan energi tidak seimbang maka tubuh

(10)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

akan mengalami ketidakseimbangan negatif akibatnya berat badan tidak sesuai dengan semestinya (Almatsier, 2009).

Banyaknya kegiatan membuat remaja sering melupakan makanan inti, mereka lebih senang dengan cemilan dan makanan siap saji yang dianggapnya lebih praktis tanpa memperhatikan kandungan gizi didalamnya.

KESIMPULAN

Ada hubungan antara usia, pengetahuan, kebiasaan makan dan aktifitas dengan status gizi pada remaja putri sedangkan pada uang saku tidak ada hubungan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimaksih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini seperti: Neneng Julianti, SST, M.Kes, (dosen penguji dan pembimbing Karya Tulis Ilmiah), Syair Suwardi,S.PD.I (Kepala Sekolah MTS Al-Barkah) dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Agria dkk, 2012. Gizi Reproduksi, Yogyakarta: Fitramaya.

Almatsier, Sunita, 2010. Prinsip dasar ilmu gizi, Gramedia: Jakarta

Notoatmodjo soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Proverawati dkk, 2009. Gizi Untuk Kebidanan, Yogyakarta: Nuha Medika.

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utara, Jakarta

Heffner Linda, J Danny Schust, 2008. At a Galance Sistem Reproduksi , EMS:

Jakarta.

Kusmiran eny, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Salemba Medika:

Jakarta.

Manorek, Ryane, 2015. Hubungan status gizi dengan kejadian Disminore Pada Siswi Kelas XI SMAN 1 Kawangkoan, Manado.

Notoatmodji Soekidjo, 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Jurnal dan artikel online

Septyani Annisa, 2014. Permasalah gizi di Indonesia dan upaya penanggulangannya.

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Widyastuti dkk, 2012. Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Fitramaya.

Handayani dkk. 2013. Peer Group Dan Uang Saku Bulanan Meningkatkan Resiko Persepsi Body Image Negatife Pada Remaja Putri Di Bekasi. Diakses dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id pada 3 Desember 2013.

Indra, Ratna Sari. 2012. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri usia 12-15 tahun di Indonesia tahun 2012. Diakses dari http://lib.ui.ac.id.

Januari 2012.

Irianto dkk. 2011. Diakses pada http://digilib.esaunggul.ac.id tahun 2011 Informasi Laporan penyelenggaran

pemerintahan Daerah Kota Bekasi. 2011.

Upaya Kesehatan Dan Perbaikan. Diakses

(11)

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN VOLUME 12 TAHUN 2018 ISSN 2477-1740

dari http://bekasikota.go.id pada Desember 2011.

Inggrid, Chrissia Sorongan. 2012. Hubungan Antara Akifitas Fisik Dengan Status Gizi Pelajar SMP Frater Don Bosco Manado.

Diakses dari http://fkm.unsrat.ac.id pada Okteber 2012.

Nelis dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Berubungan Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Madrasah Aliyah Kota

Gorontalo. Diakses dari

https://www.scribd.com pada Juli 2015 Pujiati dkk. 2015. Hubungan Antara Perilaku

Makan dengan Status Gizi Pada Remaja

Putri. Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article pada Oktober 2015.

profile kesehatan provinsi jawa barat.

2012.status gizi pada remaja. Diakses dari http://www.diskes.jabarprov.go.id pada tahun 2012.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Status Gizi Pada anak usia 13 sampai 18. Diakses dari www.depkes.go.id pada tanggal 1 Desember 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Uji statistik menunjukan terdapat hubungan pengetahuan gizi, konsumsi lemak dan serat dengan status gizi anak remaja putri di SMK Batik 1 Surakarta 1 (p= 0,038), terdapat

HUBUNGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DENGAN USIA TERJADINYA MENARCHE PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA.. Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Menganalisis hubungan status gizi remaja putri dengan usia terjadinya menarche pada siswa SMP Muhammadiyah 10 Surakarta 2.. Mendeskripsikan status gizi remaja putri pada

Komik konseling gizi efektif terhadap perubahan kebiasaan pemenuhan gizi seimbang pada remaja putri yaitu kebiasaan sarapan, frekuensi makan, kebiasaan makan

Ada perbedaan status gizi anak berdasarkan frekuensi makan ( p &lt;0,05), tidak ada perbedaan status gizi anak berdasarkan jenis kelamin, umur, nominal uang saku,

Analisis bivariate menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi pada remaja.. Disimpulka n bahwa remaja putri masih mengkosumsi zat gizi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan screen time, aktivitas fisik, dan besarnya uang saku dengan status gizi lebih pada remaja usia 15-18 tahun di

Penelitian tentang hubungan status gizi dan pengetahuan gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Triyasa Ujung Berung