• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Media Pembelajaran. a. Pengertian Media Pembelajaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Media Pembelajaran. a. Pengertian Media Pembelajaran."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori.

1. Media Pembelajaran.

a. Pengertian Media Pembelajaran.

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Menurut Fleming (1987) dalam Arsyad (2009), media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Musfiqon (2012) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena berfungsi membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pembelajaran.

“Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehinga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna”, (Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, 2013:8). Hal tersebut didukung oleh Hujair AH Sanaky (2013:4) yang menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.

(2)

Berdasarkan definisi media pembelajaran dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan semua alat yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat menyampaikan informasi dan pengetahuan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar mengajar.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran berfungsi diantaranya adalah untuk menarik minat siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan. Pada kenyataanya, media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengenai media pembelajaran. Berikut Menurut Arsyad (2009), beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan di Indonesia, yaitu:

1) Media pembelajaran visual dua dimensi tidak transparan, yang termasuk dalam jenis media ini adalah gambar, foto, poster, peta, grafik, sketsa, papan tulis, flip chart, dan sebagainya.

2) Media pembelajaran visual dua dimensi yang transparan. Media jenis ini mempunyai sifat tembus cahaya karena terbuat dari bahan-bahan plastik atau dari film yang term asuk jenis media ini adalah film slide, film strip, dan sebagainya.

3) Media pembelajaran visual tiga dimensi. Media ini mempunyai isi atau volume seperti benda sesungguhnya, yang termasuk jenis media ini adalah benda sesungguhnya, spesimen, dan sebagainya.

(3)

4) Media pembelajaran audio. Media audio berkaitan dengan alat pendengaran seperti misalnya radio, kaset, laboratorium bahasa, telepon dan sebagainya.

5) Media pembelajaran audio visual. Media yang dapat menampilkan gambar dan suara dalam waktu yang bersamaan, seperti film, Compact Disc (CD), TV, video, dan lain sebagainya.

Menurut pendapat ahli di atas, penulis berpendapat bahwa media Pamara “Papan Magnetik Nusantara” termasuk jenis media pembelajaran visual dua dimensi tidak transparan. Jenis ini dapat dilihat dari cara penggunaan media dan bentuk fisik dari media tersebut.

c. Fungsi dan Manfaat

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran, kedua aspek ini selalu berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, yakni tujuan pembelajaran yang diharapkan dikuasai oleh siswa, jenis tugas dan respons, serta konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Menurut Sudjana dan Rivai (2002), ada beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran, antara lain:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa.

(4)

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi.

4) Siswa melakukan kegiatan belajar, seperti mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan.

Media pembelajaran, terutama media visual, memiliki fungsi dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi Atensi

Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan dan menyertai teks materi pelajaran. Siswa seringkali tidak tertarik dengan materi pelajaran pada awal proses pembelajaran, sehingga siswa tidak memperhatikan (Arsyad, 2009).

2) Fungsi Afeksi

Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial dan ras (Arsyad, 2009).

3) Fungsi Kognitif.

Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar (Arsyad, 2009). Fungsi kognitif media pembelajaran ini berkaitan dengan kecerdasan siswa dimana media berfungsi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap

(5)

konsep-konsep yang telah diberikan oleh guru. Bahasa pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan dimungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan baik (Sudjana dan Rivai, 2002). Fungsi kognitif ini berkaitan erat dengan proses berfikir siswa, sehingga media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dikarenakan terdapat perbedaan taraf berfikir siswa. Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berfikir konkret menuju ke berfikir abstrak, dimulai dengan dari berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks (Sudjana dan Rivai, 2002). Proses berfikir siswa dari konkret menuju ke berfikir abstrak dapat dilihat dengan menggunakan kerucut pengalaman (Cone of Experience) Edgar Dale yang menunjukkan bahwa pengalaman siswa yang abstrak diperoleh dari pembelajaran secara verbal, sedangkan pengalaman siswa konkret diperoleh dari pengalaman langsung (Sadiman, dkk. 1996).

4) Fungsi Kompensatori

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media dapat membantu siswa dalam memahami suatu teks atau bacaan, sehingga siswa yang lemah dalam membaca dapat mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali dengan mudah. Fungsi media sebagai fungsi kompensatori yaitu media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan

(6)

memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal (Arsyad, 2009).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis berpendapat bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran dapat memotivasi siswa karena kebermaknaan isi media yang diciptakan atau dikembangkan dalam menyampaikan materi dengan menarik dan tersampaikan dengan baik, penyampaian materi dengan menggunakan media pembelajaran dapat menyatukan pemahaman informasi yang sama.

d. Cara pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah perantara dari pengirim kepada peneria pesan, oleh karena itu media yang digunakan harus baik sesuai dengan kriteria yang ada agar tidak menyebabkan miskonsepsi. Menurut Arsyad (2013 : 74) ada enam kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari system intruksional secara keseluruhan, untuk itu ada beberapa kriteria pemilihan media yaitu :

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk media yang akan digunakan dan dipertunjukkan kepada siswa. Siswa akan dapat mengalami kontak langsung baik secara fisik mapun hanya melihat secara visual dengan media.

(7)

2) Mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, atau generalisasi.

Media harus selaras dengan kebutuhan tugas dan kemampuan mental siswa, agar dapat membantu dalam proses pembelajaran secara efektif.

3) Praktis, luwes, dan bertahan serta mudah diperoleh. Media yang ada merupakan media yang mudah diperoleh, mudah digunakan, dan ekonomis. Oleh arena itu, media yang dikembangkan hendaknya media yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di sekitar, serta mudah dibawa dan dipindahkan kemana-mana.

4) Guru terampil dalam menggunakannya, sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.

5) Pengelompokkan sasaran, kelompok kecil dan perorangan. Media yang digunakan untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya dengan media yang diguakan untuk kelompok kecil atau perorangan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengelompokkan sasaran penggunaak media.

6) Mutu teknis. pengembangan media visual baik gambar maupun fotografer harus memenuhi persyaratan teknis tertentu, misalnya media slide harus jelas. Informasi atau pesan yang di tonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggi oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

Sedangkan yang dijelaskan oleh Sutikno (dalam Haryono, 2015:66) penguasaan ilmu pendidikan diantaranya adalah kemampuan atau penguasaan media pembelajaran. Nana Sudjana (dalam Haryono, 2015:67) mengemukakan bahwa dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

(8)

(1) Menentukan jenis media dengan tepat. (2) Menetapkan atau mempertimbangkan subjek dengan tepat. (3) Menyajikan media dengan tepat. (4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat.

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam penggunaan media pembelajaran guru harus menganalisa media tersebut seperti karakteristik dan kebutuhan siswa, dan juga media ini dapat membantu guru sebagai perantara dalam menyampaikan isi materi atau informasi yang abstrak menuju ke konkrit dan menciptakan pengalaman belajar yang memiliki makna untuk siswa.

2. Pembelajaran Tematik.

a. Pengertian Pembelajaran Tematik.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan (mengintegrasikan dan mamadukan) beberapa mata pelajaran sehingga melahirkan pengalaman yang sangat berharga bagi peserta didik (Hajar 2013:7). Sedangkan menurut (Hidayat, 2013:147) mengatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat pada beberapa mata pelajaran.

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu (Abdul 2014:87). Menurut Tioanto (2012:79) mendefinisikan pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk

(9)

megaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Pembelajaran tematik mangajarkan siswa untuk tidak berfikir secara kognitif saja melainkan juga mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik juga, Depdiknas (2006:3) mengatakan Pembelajaran tematik merupakan bentuk yang akan menciptakan sebuah pembelajaran terpadu, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam belajar, membuat siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan menciptakan situasi pemecah masalah sesuai dengan kebutuhan siswa dalam belajar secara tematik siswa akan dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang tinggi. Oleh karena itu, melalui pembelajaran tematik diharapkan permasalahan- permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas awal SD dapat diatasi dengan baik.

Pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang menggunakan tema-tema tertentu dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran di dalamnya yang disusun secara sistematis disertai media sebagai alat bantu pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik.

Menurut Majid & Rochman (2014: 111), sebagai model pembelajaran sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

1) Berpusat pada siswa

(10)

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center).

Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar.

2) Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas.

Dalam pembelajaran tematik pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

3) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membatu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

4) Bersifat fleksibel.

Pembelajaran tematik bersifat luwes dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannnya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

5) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

(11)

Berdasarkan uraian di atas pembelajarn tematik dilakukan dengan mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran dengan kata lain siswa aktif dan guru hanya membantu sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran tematik pokok bahasan harus berkaitan dengan kehidupan siswa serta pembelajaran bersifat fleksibel sesuai dengan yang dibutuhkan oleh siswa.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik.

1) Kelebihan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki berbagai kelebihan didalam pengaplikasiannya pada sistem pembelajaran adapun kelebihan yang diugkapkan oleh (Prastowo, 2013 152) yaitu sebagai berikut :

a) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tetema tertentu.

b) Siswa mampu memepelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetemsi dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama, pemahaman terhadap materi yang mendalam dan berkesan, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran dan pengalaman siswa.

c) Siswa lebih bersemangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

d) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus.

(12)

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran yang terintegrasi pada suatu tema yaitu pembelajaran yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang digabungkan menjadi satu dan dikemas dalam suatu tema dengan pengintegrasian tersebut daapat menghemat waktu dan kehadiran tema membuat siswa lebih paham dan pembelajaran terasa lebih bermakna dan terpusat.

2) Kekurangan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru melakukan evaluasi proses (Prastowo, 2013:152). Maka dapat diidentifikasi bahwa keterbatasan pembelajaran tematik yaitu :

a) Menuntut peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas tinggi, keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi.

b) Pengembangan kreativitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik dalam aspek intelegensi.

c) Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup dan beragam.

d) Memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.

e) Pembelajaran tematik memerlukan system penilaian dan pengukuran yang terpadu.

(13)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran tematik memerlukan kreativitas yang tinggi dalam pengaplikasiannya. Hal ini, dikarenakan dibutuhkan keahlian pengajar dalam mengintegrasikan beberapa mata pelajaran pada topik pembahasan yang tepat sehingga tidak terlihat pemutusan bahasan dari pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya.

3. Karakteristik Media Papan Magnetik Nusantara “Pamara”

Karakteristik media Papan Magnetik Nusantara “Pamara” adalah :

a. Merupakan media 2D berupa papan whiteboard dengan beralaskan lempengan baja atau besi yang berukuran 40cm x 60 cm dengan tebal 2mm.

b. Dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok ataupun Individu.

c. Desain media beralaskan peta Indonesia.

d. Media ini dapat memperkenalkan ragam budaya seperti tarian adat, baju adat, dan rumah adat dari 5 pulau di Indonesia.

Dengan karakteristik media Papan Magnetik di atas penulis berharap media dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di kelas dan dapat membantu guru sebagai perantara dalam menyampaikan materi pembelajaran yang masih bersifat abstrak menjadi konkrit supaya mudah dipahami oleh siswa, menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan media yang memperkenalkan ragam kebudayaan yang ada di Indonesia.

a. Desain.

Media Pamara adalah media pembalajaran yang digunakan untuk pembelajaran tematik kelas IV pada tema 7 “Keberagaman di Negeriku”,

(14)

Subtema 1 “Keberagaman Suku Budaya dan Agama di Negeriku”

Pembelajaran 3. Dalam pembelajarannya terdapat materi keberagaman budaya di Indonesia. Keberagaman budaya yang terdapat di Indonesia terdiri dari perbedaan suku bangsa, perbedaan pakaian adat, perbedaan rumah adat, dan perbedaan tari adat. Media Pamara ini dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan tujuan pembelajaran pada tema 7 sub tema 1 mengenai “Keberagaman Suku Budaya dan Agama di Negeriku”

Media Pamara ini media yang terdiri dari papan dua dimensi yang dapat ditempeli oleh magnet dan dapat di pindah-pindahhkan (Arsyad, 2013). Media Pamara ini dapat ditempeli oleh magnet yang nantinya dapat digunakan dalam proses inovasi pembelajaran tematik. Papan magnetik ini dipilih karena dapat mendukung aktivitas siswa di dalam kelas untuk menganalisis dan fleksibel dalam penggunaannya di kelas (Arsyad, 2015). Komponen yang ada dalam Media Pamara adalah papan magnetik dan objek berupa akrilik yang dilengkapi dengan magnet sehingga dapat ditempelkan pada papan.

Papan pada Media Pamara ini adalah papan magnetik dengan ukuran panjang 40cm, lebar 60cm, dan tebal 2cm. Ukuran papan megnetik tersebut merupakan ukuran standar yang dapat dibawa, sehingga mudah digunakan dalam kelompok kecil. Selain itu, papan juga dapat digunakan untuk menjelaskan konsep di depan kelas. Berat papan magnetik ini ringan sehingga mudah digunakan oleh siswa. Pinggiran dan sudut-sudut papan magnetik dilengkapi dengan lapisan plastic

(15)

sehingga tidak ada bagian tajam yang dapat melukai siswa. Papan pada Media Pamara ini memiliki dasar gambar peta. Penelitian ini akan menggunakan 5 papan magnetik dengan dasar gambar peta Indonesia yang berfokus pada lima pulau besar di Indonesia yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Indonesia timur (Irian Jaya dan Maluku). Visualisasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1. Rancangan Media Pamara (Papan Magnetik Nusantara) A. Tampak depan, B. Tampak belakang

Komponen kedua Media Pamara adalah objek tempel berupa akrilik. Objek akrilik ini terdapat gambar perwakilan keberagaman suku yang di Indonesia. Keberagaman tersebut meliputi pakaian adat, rumah adat, dan tari adat. Akrilik dipilih karena ringan, transparan sehingga dapat memperlihatkan gambar dengan jelas, tidak tajam sehingga tidak melukai anak, tidak mudah pecah atau patah, dan tidak mengandung

P = 40 cm

T = 60 cm

L = 2 cm

A B

(16)

bahan berbahaya sehingga aman digunakan oleh anak. Tebal objek tempel akrilik kurang lebih 3mm dengan bentuk bulat. Bentuk bulat dipilih untuk mengurangi sudut yang tajam, sehingga tidak melukai jari ketika digunakan. Objek tempel akrilik ini dilengkapi magnet di bagian belakang. Objek tempel akrilik dibuat sesuai dengan jumlah pulau pada papan yaitu satu pulau terdapat 3 objek tempel (rumah adat, tari adat, dan baju adat) jadi objek tempel 1 papan terdapat 15 objek tempel, jadi 1 set Pamara akan mendapatkan 15 objek tempel. Penggunaan media dapat disesuaikan kebutuhan pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

Gambar 2.2 Desain objek tempel akrilik pada Media Pamara A.Bagian depan, B. Bagian belakang.

b. Kelebihan dan Kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan media Papan Magnetik Nusantara “Pamara”

adalah :

1) Kelebihan.

Kelebihan dari Media Pamara dalam pengembangan media ini adalah sebagai berikut:

A B

Magnet

(17)

Media mudah digunakan yaitu media memiliki berat dan ukuran yang mudah digunakan, mudah dipindah tempatkan, serta dapat memenuhi aktivitas dalam pembelajaran.

a) Media memenuhi kebutuhan pembelajaran: Media Pamara dapat digunakan dalam aktivitas kelompok dan dapat digunakan untuk menjelaskan di depan kelas.

b) Media sederhana tidak bergantung kepada listrik, sehingga dapat di gunakan untuk keperluan pembelajaran di sekolah yang memiliki saran dan prasarana yang mumpuni dan tidak.

c) Media memiliki daya tarik dalam pembelajaran, sehingga siswa semangat dalam proses pembelajaran.

2) Kekurangan

Kekurangan dari Media Pamara adalah menggunakan media sederhana papan dua dimensi, sehingga siswa hanya dapat melihat media dari depan. Adanya kekurangan tersebut, Media Pamara sangat layak untuk dikembangkan karena dapat membantu proses belajar mengajar siswa di kelas dan dapat memfisualisasikan konsep pada materi tema 7

“Keberagaman di Negeriku”, Subtema 1 “Keberagaman Suku Budaya dan Agama di Negeriku” Pembelajaran 3.

4. Media Pamara “Papan Magnetik Nusantara” Pada Pembelajaran Tematik.

a. Jenis Media Pamara “Papan Magnetik Nusantara”.

(18)

Menurut Arsyad (2009) ada beberpa jenis media yang sering digunakan di Indonesia salah satunaya adalah media pembelajaran dua dsimensi tidak transparan, yang termasuk dalam jenis media ini adalah gambar, foto, poster, grafik, sketsa, papan tulis, flip chart, dan sebagainya.

Selain itu Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang dasar.

Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi (Daryono, 2010: 19). Media bentuk papan dapat diringkas lagi menjadi papan tulis, papan tempel, papan flannel dan papan magnet.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media Pamara “Papan Magnetik Nusantara” termasuk dalam jenis media pembalajaran dua dimensi tidak transparan.

b. Fungsi dan Manfaat media Pamara “Papan Magnetik Nusantara”.

Menurut Sudjana dan Rivai (2002), ada beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran, antara lain :

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi.

4) Siswa melakukan kegiatan belajar, seperti mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan.

(19)

Media papan manetik juga memiliki fungsi yang sama. Pada media pamara memiliki manfaat dalam penggunaannya yaitu, 1) dapat digunakan dimanapun tanpa ada penyesuaian, (2) pemakaian bersifat fleksibel sehingga membuat perubahan-perubahan saat penyajian berlangsung, (3) mudah dipersiapkan dan materinya mudah digunakan, dan (4) dapat digunakan dalam kelompok besar dan kelompook kecil (Arsyad, 2015).

Fungsi utama media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran (AH Sanaky, 2013:4).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan tujuan penggunaan media papan magnetik nusantara adalah sebagai media yang dapat menyalurkan informasi yang sebanyak-banyaknya, papan magnetik nusantara juga dapat membuat proses pembelajaran semakin efektif dan efisien dikarenakan papan magnetik sangat mudah digunakan, tidak memakan waktu lama dalam pembuatan, aman untuk siswa dan mampu mendukung isi dan bahan pembelajaran.

c. Cara melilih media Pamara “Papan Magnetik Nusantara”.

Menurut Arsyad (2013:74) ada enam kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari system intruksional secara keseluruhan, untuk itu ada beberapa kriteria pemilihan media yaitu :

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dibuat berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum

(20)

mengacu kepada salah satu gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk media yang akan digunakan dan dipertunjukkan kepada siswa. Siswa akan dapat mengalami kontak langsung baik secara fisik maupun hanya melihat secara visual dengan media.

2) Tepat untuk mendukung isi materi yang sifatnya fakta, prinsip, dan generalisasi. Media harus selaras dengan kebutuhan tugas dan kemampuan mental siswa, agar dapat membantu dalam proses pembelajaran secara efektif.

3) Praktis, luwes, dan awet. Media yang ada merupakan media yang mudah diperoleh, mudah digunakan, dan ekonomis. Oleh karena itu, media yang dikembangkan hendaknya media yang dapat digunakan dimanapun dan kapan pun dengan peralatan yang ada disekitar, serta mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana.

4) Pengelompokan sasaran. Media yang digunakan untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya dengan media yang digunakan untuk kelompok kecil atau perseorangan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengelompokan sasaran penggunaan media.

5) Mutu teknis. Pengembangan media visual baik gambar maupun fotografer harus memenuhi persyaratan teknis tertentu, misalnya media slide harus jelas, informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

(21)

Berdasarkan pendapat ahli di atas tentang cara pemilihan media pembelajaran, media pamara juga dipilih karena meiliki kelebihan sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran. Menurut Dientje Borman Rumampuk (2010:60), kelebihan media papan magnetik yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami pelajaran yang lebih mendalam karena siswa diberi kesempatan melihat bahan yang di tempelkan dalam waktu yang relative lama.

2) Bahan yang ditempelkan dapat dicabut dan disimpan untuk dipakai kembali.

3) Mendorong siswa dalam belajar berkelompok karena mendiskusikan bahan yang akan ditempelkan dan penempatannya pada papan.

4) Jika dipasang dengan baik dapat menimbulkan kesegaran dan daya tarik dalam kelas.

5) Mendorong siswa belajar aktif serta mengembangkan dalam penataan bahan di atass papan.

6) Memupuk rasa tanggung jawab bersama dan mencintai serta menghargai hasil karya sendiri dan orang lain.

d. Pembelajaran Tematik pada Tema 7 Subtema 1 Pembelajaran 3.

Pembelajaran tematik adalah salah satu pendekatan pembelajaran holistik yang dimana pembelakaran holistik yaitu dilakukan secara

(22)

menyeluruh. Pembelajaran holistik mengandung dua tujuan yang di dalam tujuan tersebut di dalamnya yaitu dapat menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih bermakna yang lebih memaksimalkan kognitif otak kiri yang dicapai untuk melalui pengembangan keahlian akademis dan teknis yang dimiki oleh peserta didik menjadi lebih baik, dan pembelajaran yang bermakna menggunakan otak kanan melaui pengembangan sosial dan ketrampilan nilai. Pembelajaran ini cocok dengan karakteristik siswa kelas rendah yang masih dalam tahap operasional konkrit (nurul & Kurniawati:

316,318).

Dari pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran tematik adalah suatu proses pembelajaran yang dimana dalam pembelajaran tersebut memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki siswa sekolah dasar pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, yaitu pembelajaran tematik.

1) Tema 7 “Indahnya Keberagaman di Negeriku”

a) Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Sebelum ada pembaharuan kurikulum yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) , Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan materi pembelajaran, Wiyani (2013:98-99). Namun pada kurikulum baru ini yaitu kurikulum

(23)

2013 SK dan KD diganti menjadi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Hamid Hasan mengungkapkan bahwa Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara ketegorial mengenai kompetensi yang di dalam terdapat tiga diantaranya yaitu aspek sikap (Afektif), pengetahuan(kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Dengan demikian, kompetensi inti (KI) harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hardskills dan softskill yang dimiliki oleh peserta didik. Menurut Permendikbud No. 24 tahun 2016 kompetensi inti telah dirancang sebagai berikut: a. Sikap spiritual atau ke agamaan (KI-1) b. Sikap sosial (KI-2) c. Pengetahuan (KI-3) d. Ketrampilan (KI-4).

Untuk Kelas 4 Kompetensi Inti ini berisi sebagai berikut :

a) Menerima, menjalankan dan menghargai agama yang dianutnya.

b) Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga , teman , guru dan tetangganya.

c) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya , makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

(24)

d) Menyajikan pengetahua dan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi dasar adalah penjabaran yang lebih spesifik dari kompetensi inti yang di dalam kompetensi dasar tersebut terdapat aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor yang dikemas dalam suatu pembelajaran yang hendak dicapai oleh peserta didik, Wiyani (2013:108).

Berikut Konpetensi dasar Kelas 4 Tema 7 Subtema 2 Pembelajaran 3 :

Table 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran MATA

PELAJARAN

KOMPETENSI DASAR

PPKn 3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan 4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bagsa, sosial, dan

budaya di Indonesia yang terkt persauan dan kesatuan Bahasa

Indonesia

3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks

4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri.menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif.

IPS 3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Memahami pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya.

e. Karakteristik Media Pamara “Papan Magnetik Nusantara” pada pembelajaran Tematik Tema 7 Subtema 2 Pembelajaran 3.

(25)

Menurut Daryanti (2010:22), papan magnet lebih dikenal sebagai white board atau manetic adalah sebilah papan yang dibuat dari lapisan

email putih pada sebidang logam, sehingga pada permukaannya dapat ditempelkan benda-benda yang ringan dengan interaksi magnet. Pendapat lain dikemukakan oleh Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2013: 47), papan magnetik merupakan papan pamer yang terdiri atas permukaan baja tipis yang dilapisi magnet. Objek yang ingin ditunjukan atau dipamerkan, diletakan di atas akrilik yang di belakangnya terdapat magnet kecil sehingga dengan mudah akrilik itu ditempelkan ke papan magnet dan dipindahkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan media dua dimensi papan magnetik merupakan media yang memiliki ukuran panjang dan lebar, yang berada pada satu bidang datar papan, serta terdiri atas permukaan baja tipis yang dilapisi magnet dan objek yang ingin ditunjukkan terdapat magnet kecil sehingga objek dengan mudah dapat ditempelkan dan dipindahkan di atas permukaan papan. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa objek yang dibuat di atas papan hendaknya dapat terlihat oleh siswa. Oleh karena itu, media dua dimensi papan magnetik dalam penelitian ini dimodifikasi sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa sekolah dasar, diantaranya yaitu papan magnetik yang menggunakan stiker timbul untuk memudahkan siswa dalam menempel macam-macam budaya yang ada di Indonesia.

Media Pamara “Papan Magnetik Nusantara” dirancang dan dibuat oleh peneliti dengan alat dan bahan, serta langkah pembuatan media

(26)

pamara yang telah di desain unttuk pembelajaran tematik kelas IV pada tema 7 “Keberagaman di Negeriku”, Subtema 1 “Keberagaman Suku Budaya dan Agama di Negeriku” Pembelajaran 3 yang mengintegrasikan 3 Mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, PPKn dan IPS.

Menurut Dientje Borman Rumampuk (2010:60) berpendapat bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan dari media papan magnetik yaitu sebagai berikut :

1) Kelebihannya

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami pelajaran yang lebih mendalam, karena siswa diberi kesempatan melihat bahan yang ditempelkan dalam waktu yang relatif lama.

b) Bahan yang ditempelkan dapat dicabut dan disimpan untuk dipakai kembali.

c) Mendorong siswa dalam belajar berkelompok karena mendiskusikan bahan yang akan ditempelkan dan penempatannya pada papan.

d) Jika dipasang dengan baik dapat menimbulkan kesegaran dan daya tarik dalam kelas.

e) Mendorong siswa belajar aktif serta mengembangkan fantasi dalam penataan bahan di atas papan.

f) Memupuk rasa tanggung jawab bersama dan mencintai serta menghargai hasil karya sendiri dan orang lain.

2) Kekurangannya

a) Perlu ketekunan, ketelitian serta kemauan yang kuat.

(27)

b) Sukar bagi guru untuk mengetahui apakah seluruh bahanbahan yang ditempel sudah dilihat dan diperhatikan oleh semua siswa.

c) Membosankan jika bahannya tidak diganti-ganti.

Berdasarkan penjelasan di atas, media dua dimensi papan magnetik yang dimaksud dalam penelitian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari media Pamara adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan.

a) Media memenuhi kebutuhan pembelajaran: Media Pamara dapat digunakan dalam aktivitas kelompok dan dapat digunakan untuk menjelaskan di depan kelas.

b) Media sederhana tidak bergantung kepada listrik, sehingga dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di sekolah yang memiliki saran dan prasarana yang mumpuni dan tidak.

c) Media memiliki daya tarik dalam pembelajaran, sehingga siswa semangat dalam proses pembelajaran

2) Kekurangan.

Kekurangan dari Media Pamara adalah menggunakan media sederhana papan dua dimensi, sehingga siswa hanya dapat melihat media dari depan. Adanya kekurangan tersebut, Media Pamara sangat layak untuk dikembangkan karena dapat membantu proses belajar mengajar siswa di kelas dan dapat memfisualisasikan konsep pada materi tema 7 “Keberagaman di Negeriku”, Subtema 1

“Keberagaman Suku Budaya dan Agama di Negeriku”

Pembelajaran

(28)

B. Kajian Penelitian yang Relevan.

Media Pamara (Papan Magnetik Nusantara merupakan media pembelajaran kelas IV semester 2 Tema 7 : Indahnya Keberagaman di Negeriku, Subtema 1 : Keberagaman suku bangsa dan agama di Negeriku”

Pembelajaran 3. Penelitian ini seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh H Rahmawati, WM Lestari (2018) “Penggunaan Media Papan Magnet Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas II SDN Tanjek Wagir Kecamatan Krembung”. Dengan kesamaan media yang digunakan yaitu papan magnetik untuk pembelajaran anak sekolah dasar.

Perbedaan penelitian terdahulu dan sekarang adalah penelitian terdahulu merupakan penelitian pengembangan media pada hasil belajar matematika kelas II sekolah dasar sedangkan penelitian yang sekarang untuk materi keberagaman di negeriku kelas IV sekolah dasar.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang diteliti oleh oleh Arfinda Chairun Nisa (2017) “Pengembangan Media Papan Magnet Sumberdaya DIY Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDN Minomartani 6 Sleman”. Dengan kesamaan media yang digunakan yaitu menggunakan papan magnetik untuk pembelajaran anak sekolah dasar.

Perbedaan penelitian terdahulu dan sekarang adalah penelitian terdahulu merupakan penelitian pengembangan pada mata pelajaran IPS kelas V sekolah dasar sedangkan penelitian yang sekarang untuk materi keberagaman di negeriku kelas IV sekolah Dasar.

(29)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang diteliti oleh U Fadhilah (2017)

“Pengembangan Media Ponet (Papan Point Magnet) Pada Sub Tema Kegiatan Siang Hari di Kelas I SDN Tlogomas 1 Malang”. Dengan kesaamaan media yang digunakan yaitu media papan magnetik untuk pembelajaran di sekolah dasar.

Perbedaan penelitian terdahulu dan sekarang adalah penelitian terdahulu merupakan penelitian pengembangan media pada subtema kegiatan siang hari di kelas I sekolah dasar sedangkan penelitian yang sekarang merupakan penelitian pengembangan media pada subtema Keberagaman suku bangsa dan agama di Negeriku untuk kelas IV sekolah dasar.

Tabel 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Penggunaan Media Papan Magnet Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas II SDN Tanjek Wagir Kecamatan Krembung

1. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa 2. Penelitian

megembangkan media papan magnetik.

Diterapkan pada suntema kegiatan siang Hari di Kelas 1 SDN Tlogomas 1 Malang.

2. Pengembangan Media Papan Magnet Sumberdaya DIY Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDN Minomartani 6 Sleman

1. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa 2. Penelitian

megembangkan media papan magnetik.

Diterapkan pada materi sumberdaya DIY pada mata pelajaran IPS Kelas IV di SDN Minomartani 6 Sleman.

3. Pengembangan Media Ponet (Papan Point Magnet) Pada Sub Tema Kegiatan Siang Hari di Kelas I SDN Tlogomas 1 Malang.

1. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa 2. Penelitian

megembangkan media papan magnetic

Diterapkan pada materi konseppbagian tubuh pribadi pada anak autitik Usia pubertas di SLB Citra Mulia Mandiri.

(30)

C. Kerangka Pikir.

Hasil :

Media Pamara “Papan Magnetik Nusantara” Pada Tema 7 “Keberagaman di Negeriku” Subtema 1 “Keberagaman Budata dan Agama di Negeriku” Pembelajaran 1 Kelas IV Seoklah Dasar yang dinyatakan layak dan valid, berdasarkan hasil validasi ahli bidang materi, media dan validasi oleh

pengguna (guru).

Design : Merumuskan alternatif

pemecahan masalah dengan mendesain produk dengan detail dan menarik Analisis Kebutuhan :

Membutuhkan media pembelajaran yang konkrit yang bertujuan untuk memperkenalkan keragaman kebudayaan di Indonesia.

Model Penelitian Pengembangan R2D2

Development : Pembuatan produk berdasakan desain rancangan yang telah dibuat sedemikian untuk hasil yang bagus Recursive

Mengumpulkan data permasalahan atau kelemahan yang akan dijadikan bahan pengembangan

Evaluation :

Evaluasi produk pengembangan media. Evaluasi dilakukan pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan.

Kondisi Sekolah :

1. minimnya penggunaan media pembelajaran di untuk proses belajar.

2. Masih Teacher Center Approach 3. Media pembelajaran cenderung menggunakan gambar-gambar seadanya

4. kuurangnya waktu guru dalam pembuatan media pembelajaran.

Kondisi Ideal :

Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif pada siswa melalui proses pembelajaran yang memiliki makna. Bermakna adalah pembelajaran tematik ini dapat membuat siswa paham dengan konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung yang konrit atau nyata.

Gambar

Gambar 2.1. Rancangan Media Pamara (Papan Magnetik Nusantara)   A. Tampak depan, B. Tampak belakang
Gambar 2.2 Desain objek tempel akrilik pada Media Pamara  A.Bagian depan, B. Bagian belakang
Table 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran  MATA
Tabel 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Ujian lisan, untuk memperoleh data tentang performansi tertentu, dengan cara berkomunikasi dua arah antara penilai atau guru dengan peserta didik melalui tanya jawab atau

Sedangkan hasil yang diperoleh dari metode bioautografi didapatkan zona bening yang mengelilingi senyawa uji, di mana senyawa tersebut menunjukan bahwa ekstak n-heksan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi KOH dan waktu reaksi terhadap karakteristik (densitas dan viskositas) biodiesel pada

Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa: (1) penelitian menghasilkan e-modul pembelajaran Pengoperasian Kamera Digital berbasis flash untuk siswa SMK kelas

Bahwa para peserta Lokakarya Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Program Studi Pendidikan: Pendidikan Bahasa Inggris,

&. 5uru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati beberapa permasalahan yang terkait dengan unsur dan #iri kebudayaan... )eserta didik mengamati gambar

Lebih lanjut mengenai hal ini dapat dilihat dalam Penjelasan atas Qanun Nomor 7 Tahun 2015 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan yang Berkaitan dengan Syariat Islam

Menurut Law Lim Un Tung, dkk (2010: B-76), komputer vision bertujuan untuk membuat suatu keputusan yang berguna tentang obyek fisik nyata dan pemandangan