• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Kajian bermain balok a. Pengertian bermain balok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Kajian bermain balok a. Pengertian bermain balok"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka

1. Kajian bermain balok a. Pengertian bermain balok

Menurut Suyadi (2010: 46) mengemukakan bahwa “Bermain adalah suatu tuntutan atau kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi, melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar”. Bermacam-macam cara dan teknik dapat digunakan dalam kegiatan bermain. Melalui kegiatan bermain anak dapat terlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah bermain juga dapat mengembangkan kreativitas anak sesuai dengan tuntutan bermasyarakat, menyesuakan diri dengan teman, dapat memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham setiap perbuatan ada konsekuensinya.

Menurut Syamsu (2012: 20) mengemukakan bahwa “Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak TK, dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan kegiatan bermain balok merangsang perkembangan kognitif anak karena anak menggunakan kemampuan daya pikir atau daya nalarnya, kemampuan menggolong-golongkan, kemampuan menyusun berdasarkan kriteria tertentu dan membayangkan bentuk yang dibuat, cita rasa seni pun dibutuhkan sehingga sehingga menghasilkan suatu bangunan balok yang enak dilihat” . Keterampilan motorik halus dibutuhkan dalam kegiatan ini, konsentrasi juga diperlukan sehingga bermain balok sangat sarat dengan berbagai manfaat”.

7

(2)

Menurut Purwanto (2010: 5) mengemukakan bahwa “Bermain merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari anak. Keadaan ini menarik minat peneliti sejak abad ke 17 untuk melakukan penelitian tentang anak dan bermain”. Peneliti ingin menunjukkan sejauh mana bermain berpengaruh terhadap anak, apakah hanya sekedar untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan sosial atau sekedar untuk mengisi waktu luang.

Menurut Purwanto (2010: 7) “Bermain merupakan mengembangkan aspek sosial emosional anak yaitu melalui bermain anak mempunyai rasa memiliki, merasa menjadi bagian/diterima dalam kelompok, belajar untuk hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada”. Dengan bermain dalam kelompok anak juga akan belajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk menguasai diri dan egonya, belajar menahan diri, mampu mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dari sisi emosi, keinginan yang tak terucapkan juga semakin terbentuk ketika anak bermain imajinasi dan sosiodrama.

Menurut Syaujan (2012) Manusia bermain sepanjang rentang kehidupannya dalam setiap kebudayaan yang asa di dunia. “Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik. Melalui kegiatan bermain anak,guru akan mendapat gambaran tentang tahap perkembangan dan kemampuan umum si anak”. Bermain juga merupakan tuntunan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK.

(3)

Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntunan dan kebutuhan perkembangan dimensi.

Menurut Syaujan (2012) “ Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini”. Tiga jenis bermain tersebut adalah bermain sensorimotor atau main fungsional, main peran, dan main pembangunan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap- cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerjasama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan.

Warman (2013) mengemukakan bahwa balok adalah “suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 persegi panjang di mana setiap sisi persegipanjang berimpit dengan tepat satu sisi persegipanjang yang lain dan persegi panjang yang sehadap adalah kongruen”.

Bangun berbentuk balok dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti lemari berbentuk balok, televisi, speaker, ataupun bis. Terdapat 6 buah sisi yang berbentuk persegi panjang yang membentuk balok posisinya yakni sisi alas, sisi depan, sisi atas, sisi belakang, sisi kiri dan kanan. Sisi alas kongruen dengan sisi atas, sisi depan kongruen dengan sisi belakang , sisi kiri kongruen dengan sisi kanan.

(4)

Bermain Balok menurut Montolalu (Warman, 2013) mengemukakakan bahwa “balok mempunyai tempat dihati anak serta menjadi pilihan favorit sepanjang tahun, bahkan sampai tahun ajaran berakhir”. Ketika bermain balok banyak temuan- temuan terjadi. Demikian pula pemecahan masalah terjadi secara ilmiah. Bentuk konstruksi mereka dari yang sederhana sampai yang rumit dapat menunjukkan adanya penigkatan pengembangan berpikir mereka. Daya penalaran anak akan bekerjaaktif. Konsep pengetahuan matematika akan mereka temukan sendiri, sepertinama bentuk, ukuran, warna, pengertian sama/tidak sama, seimbang, dll.

Balok dianggap sebagai alat bermain yang paling bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di TK maupun lembaga pendidikan pra sekolah Nilai dari membangun dengan balok meliputi 4 aspek pengembangan yaitu : Fisik Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Sosial, Perkembangan Emosional.

Bermain balok merupakan salah satu permainan aktif, dimana dalam permainan ini adalah permainan yang dirancang khusus untuk bermain balok,diutamakan untuk anak usia 3-6 tahun. “Bermain balok membantu mengembangkan potensi kecerdasan logika matematika dan sains, juga dapat memecahkan masalahnya serta kestabilan perkembangan emosinya”. Balok terdiri dari berbagai bentuk. Ada yang segitiga, segiempat, lingkaran, dengan berbagai warna yang menarik. Balok dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-temannya. Anak usia batita biasanya belum dapat menciptakan bentuk bangunan yang bermakna. Biasanya anak hanya menumpukkan baloknya saja.karena

(5)

pada tahap ini, anak berada dalam tahap perkembangan sensor-motornya. Sedangkan untuk anak usia balita, mereka dapat menciptakan bentuk yang baru seperti bangunan, jembatan, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas menyimpulkan bahwa melalui bermain balok membantu mengembangkan potensi kecerdasan logika matematika dan sains, juga dapat memecahkan masalahnya serta kestabilan perkembangan emosinya serta mengembangkan aspek fisik/motorik yaitu melalui permainan motorik kasar dan halus, kemampuan mengontrol anggota tubuh, belajar keseimbangan, kelincahan, koordinasi mata dan tangan, dan lain sebagainya.

b. Manfaat bermain balok

Adapun manfaat bermain balok dikemukakan oleh Elfanany ( 2013: 94) sebagai berikut:

1)Belajar mengenal konsep 2)Belajar mengembangkan imajinasi.3) Melatih kemampuan berkomunikasi. 4)Melatih kesabaran. 5)Secara sosial anak belajar berbagi. 6)Mengembangkan rasa percaya diri. 7) Melatih kepemimpinan anak. 8)Sebagai kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar. 9)Mengembangkan pemikiran simbolik. 10) Perlu dampingan.

Manfaat bermain balok adalah untuk melatih kecerdasaan emosi anak (EQ).

Balok juga bisa sebagai salah satu jenis mainan anak yang bagus untuk saraf motorik anak. Mainan anak seperti balok ini merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang sangat bagus untuk anak. Tidak hanya untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak (EQ), mainan anak ini juga dapat berpengaruh dalam aspek kognitif dan juga melatih motorik yang berhubungan dengan saraf anak. Mainan

(6)

anak ini mempunyai bentuk yang beragam, mulai dari bentuk segitiga, segiempat, lingkaran. Selain bentuk, mainan anak ini mempunyai banyak pilihan warna yang menarik. Dalam memainkan nya, mainan anak balok ini bisa dimainkan sendiri atau pun secara berkelompok dengan para teman-teman nya.

C .Langkah-langkah bermain balok

Perkembangan kognitif anak merupakan perkembangan manusia yang dapat digambarkan dalam bentuk fungsi, konsep dan struktur dimana kita sebagai seorang guru harus benar-benar memikirkan dan memperhatikan perkembangan kognitif anak.

Di dalam dunia anak bermain adalah suatu tuntutan dan kebutuhan perkembangan anak dimana kita sebagai guru harus dapat memuaskan tuntutan kegiatan bermain balok, agar anak mampu menggunakan daya pikir dan nalarnya. Adapun langkah-langkah yang perlu kita perhatikan sebelum melaksanakan kegiatan bermain balok menurut Sujiono, dkk (2006: 8.26) yaitu:

1) Guru menyiapkan media yang digunakan dalam kegiatan bermain balok.

(7)

2) Guru membagi anak ke dalam kelompok kecil dalam bermain balok.

3) Jelaskan berulang-ulang hingga semua anak hapal dengan bentuk- bentuk balok yang akan diperkenalkan.

4) Jika anak sudah yakin mereka sudah memahami cara menggunakan balok tersebut maka tahap berikutnya memberikan kesempatan dan mendorong kepada setiap anak mencoba membuat berbagai bentuk kegunaan sesuai dengan imajinasi anak-anak dan berilah pujian setiap kreativitas mereka.

5) Bagaimanakah guru mengamati kegiatan yang dilakukan anak pada saat melakukan bermain balok.

6) Bagaimanakah guru melakukan Tanya jawab dengan anak tentang kegiatan bermain balok.

Berdasarkan uraian di atas yang telah dipaparkan, langkah-langkah bermain balok sangat berperan penting bagi guru dalam melakukan kegiatan bermain balok, agar anak didik juga mengerti apa yang akan dilakukan ketika akan bermain balok dan anak mampu menggunakan daya pikir dan nalar anak dalam melakukan kegiatan tersebut.

Di dalam langkah-langkah ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan misalnya menjelaskan berulang-ulang kepada anak, dan memperkenalkan berbagai macam bentuk balok yang akan digunakan dalam bermain balok agar anak tidak bingung dalam melaksanakan kegiatan, juga dapat memecahkan masalahnya serta kestabilan perkembangan emosinya.

1.)Kajian kemampuan kognitif

(8)

a. Pengertian kemampuan kognitif

Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, anak mulai memasuki masa prasekolah yang merupakan masa kesiapan untuk memasuki pendidikan formal yang sebenarnya di sekolah dasar. Menurut Montessori masa ini ditandai dengan masa peka terhadap segala stimulasi yang diterimanya melalui pancaindra. Masa peka memiliki arti penting bagi perkembangan setiap anak. Itu artinya bahwa apabila orang tua mengetahui anaknya telah memasuki masa peka dan mereka segera memberi stimulasi yang tepat, maka akan mempercepat penguasaan terhadap tugas-tugas perkembangan pada usianya.

Memahami psikologi perkembangan kognitif pada anak usia dini tidak bisa di lepaskan dari tokoh psikologi terkemuka yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya guna mengkaji hal ini. Tokoh psikologi terkemuka tersebut tidak lain adalah Jean Piaget ia berhasil mengintergrasikan elemen-elemen psikologi, biologi, filosofi dan logika dalam memberikan penjelasan yang menyeluruh tentang bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satu teori Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dibangun melalui kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Piaget menolak paham lama yang menyatakan bahwa kecerdasan adalah bawaan secara genetik. Ini terjadi pada setiap manusia, termasuk pada anak-anak.

Menurut Piaget (Yusuf, 2006: 4) berpendapat bahwa “konsep perkembangan kognitif anak merupakan perkembangan kognitif yang merupakan perkembangan manusia yang dapat digambarkan dalam konsep fungsi dan struktur”. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama bagi setiap orang atau

(9)

kecenderungan-kecenderungan biologis untuk mengorganisasi pengetahuan kedalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai tantangan lingkungan.

Menurut Piaget (Susanto, 2010: 61) berpendapat bahwa “anak pada rentang usia ini, masuk dalam perkembangan berpikir pra-operasional konkret. Pada saat ini sifat egosentris pada anak semakin nyata”. Anak mulai memiliki persektif yang berbeda dengan orang lain yang berbeda di sekitarnya. Orang tua sering menganggap periode ini sebagai masa sulit karena anak menjadi susah diatur, bisa disebut nakal atau bandel, suka membantah dan banyak bertanya. Anak mengembangkan keterampilan berbahasa dan menggambar, namun egois dan tak dapat mengerti penalaran abstrak atau logika.

Menurut Montossori (Susanto, 2010: 61), “masa peka anak yang berada pada usia 3,5 tahun ditandai dengan suatu keadaan di mana potensi yang menunjukkan kepekaan (sensitif) untuk berkembang”. Maka masa peka ini merupakan masa yang efektif bagi orang tua atau pendidik dalam memberikan contoh-contoh konkret atau berupa peragaan yang mendidik akan lebih efektif diterima oleh anak. Dalam kaitan itu, menurut Dewey dalam Soejono (1960), pendidik atau orang tua harus memberikan kesempatan pada setiap anak untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara individual maupun kelompoksehingga anak akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sekolah harus dijadikan laboratorium bekerja bagi anak-anak.

Berbeda dengan ahli-ahli lain, Sigmund Freud, Hurlock (Susanto, 2010: 61) berpendapat bahwa anak yang berada pada rentang usia 3-5 tahun berada pada tahap falish, yaitu perhatian anak pada tahap ini berhubungan dengan peran seksnya.

(10)

Menurud Freud pada tahap ini alat-alat kelamin merupakan daerah perhatian yang penting, dan mendorong aktivitas.

Alfred Binet (Susanto, 2010: 61) mengemukakan bahwa “potensi kognitif seseorang tercermin dalam kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut pemahaman dan penalaran. Perwujudan potensi kognitif manusia harus di mengerti sebagai suatu aktivitas atau perilaku kognitif yang pokok, terutama pemahaman penilaian dan pemahaman baik yang menyangkut kemampuan berbahasa”.

Menurut Santrock (Desmita, 2009: 107) “Perkembangan sensori motorik dalam bidang persepsi bayi menunjukkan bahwa bayi telah membentuk suatu dunia persepsi yang stabil dan berbeda jauh lebih awal daripada yang dibayangkan”. Para peneliti baru-baru ini telah menemukan bahwa memori dan bentuk kegiatan simbolis lainnya terjadi.

Dari uraian diatas tentang pengertian kemampuan kognitif penulis menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif merupakan perkembangan manusia yang dapat digambarkan dalam konsep fungsi dan struktur yang ditandai dengan suatu keadaan dimana potensi yang menunjukkan kepekaan untuk berkembang.

b. Faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif

Menurut Susanto (2010: 59) mengemukakan bahwa banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan kognitif, namun sedikitnya faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif adalah “ 1) Faktor hereditas/keturunan 2)

(11)

Faktor lingkungan, 3) Faktor kematangan 4) Faktor pembentukan 5) Faktor minat dan bakat”. Penjelasannya sebagai berikut:

Faktor hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pulabahwa, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi Lehrin, Lindzey, dan Spuhier berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.

Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat bahwa, “manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikit pun. Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori tabula rasa. Menurut John Locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya”. Berdasarkan pendapat Locke, taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.

Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kelender).

Pembentukan adalah segala keadaan diluar dari seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh

(12)

alam sekitar). Sehingga manusia berbuat inteligen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.

c. Pentingnya kemampuan kognitif

Dengan pengetahuan pengembangan kognitif akan lebih mudah untuk orang dewasa lainnya menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga akan tercapai optimalisasi petensial pada masing-masing anak. Menurut Syamsu, (2006:15) mengemukakan bahwa ada tiga perkembangan yaitu:

a. Pengembangan auditory:

Kemampuan ini berhubungan dengan bunyi atau indera pendengaran anak, seperti:

(a)mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar sehari-hari (b) mendengarkan nyanyian atau syair dengan baik (c)mengikuti perintah lisan sederhana(d) mendengarkan cerita dengan baik (e)mengungkapkan kembali cerita sederhana (f)menebak lagu atau apresiasi musik(g) mengikuti ritmis dengan bertepuk (h)menyebutkan nama-nama hari dan bulan (i)mengetahui nama benda yang dibunyikan.

b. Pengembangan kinestetik:

Kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/ keterampilan tangan atau motorik halus yang memengaruhi perkembangan kognitif.

Kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan tangan dapat dikembangkan dengan permainan-permainan.

c. Pengembangan geometri:

(13)

Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran.

Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu;

(a)memilih benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya (b)mencocokkan benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya (c)membandingkan benda menurut ukurannya besar, kecil, panjang, lebar, tinggi dan rendah (d) mengukur benda secara sederhana (e)mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti besar, kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek (f)menciptakan bentuk dari kepingan geometri (g)menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk geometri (h)mencontoh bentuk-bentuk geometri (i) menyebut, menunjukkan, dan mengelompokkan segi empat(j) menyusun menara dari delapan kubus (k)mengenal ukuran panjang, berat, dan isi (l) meniru pola dengan empat kubus.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian hal- hal yang terbaik bagi anak merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus diperhatikan, karena apa yang kita berikan kepada anak pada saat ini, akan memberikan dampak yang luar biasa bagi masa depan anak-anak. Oleh karena itu kita sebagai guru dan orang tua harus memperhatikan kemampuan dan perkembangan kognitif anak.

d. Indikator kemampuan kognitif

Berdasarkan kurikulum taman kanak-kanak pengembangan pembelajaran di taman kanak-kanak sesuai PP NO 58 TAHUN 2010 tentang standar pendidikan anak usia dini kementrian pendidikan nasional ada dua indikator kemampuan kognitif yaitu:

1.)Menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk, dan ukuran yang sama.

2.)Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri tertentu (menurut warna, bentuk, ukuran) yang sama.

B. Kerangka pikir

(14)

Berdasarkan kerangka teori kurangnya kemampuan kognitif anak Pada dasarnya kurang dalam melakukan kegiatan bermain balok, anak kurang mampu melakukan kegiatan bermain balok tanpa bantuan orang lain, kurang mampu dalam melakukan kegiatan menunjukkan benda dan mengelompokkan benda berdasarkan dalam tiga variasi. Dalam pembelajaran faktanya guru hanya melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kartu bergambar balok sehingga anak cepat bosan belajar, anak tidak bisa menuangkan ide-idenya dengan kreatif dalam mengerjakan sesuatu karena hanya menggunakan kartu bergambar . Untuk mengatasi masalah diatas maka penulis menggunakan metode bermain balok dalam meningkatkan kemapuan kognitif anak.

Adapun langkah-langkah yang digunakan guru dalam kegiatan bermain balok meliputi: Guru menyiapkan media yang digunakan dalam kegiatan bermain balok. Guru membagi anak ke dalam kelompok kecil dalam bermain balok. Jelaskan berulang-ulang hingga semua anak hapal dengan bentuk-bentuk balok yang akan diperkenalkan. Jika anak sudah yakin mereka sudah memahami cara menggunakan balok tersebut maka tahap berikutnya memberikan kesempatan dan mendorong kepada setiap anak mencoba membuat berbagai bentuk kegunaan sesuai dengan imajinasi anak-anak dan berilah pujian setiap kreativitas mereka. Bagaimanakah guru mengamati kegiatan yang dilakukan anak pada saat melakukan bermain balok.

Bagaimanakah guru melakukan Tanya jawab dengan anak tentang kegiatan bermain balok.

(15)

Melalui metode bermain balok maka kemampuan kognitif anak dapat meningkat. Peningkatan kognitif anak ditandai dengan anak lancar dalam melakukan kegiatan bermain balok, anak banyak menuangkan ide-idenya dalam kegiatan bermain balok yang dilakukan, anak mampu melakukan kegiatan bermain balok tanpa bantuan orang lain, anak mampu menunjukkan serta mengelompokkan dan mengembangkan hasil karyanya.

Adapun kerangka pikir (Menurut sujiono, 2009: 13) diatas dengan digambarkan sebagai berikut :

Kemampuan Kognitif Anak

Penerapan Bermain Balok

(16)

Gambar .2.1. Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika bermain balok di terapkan dalam pembelajaran, maka kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Teratai UNM dapat meningkat.

1) Guru menyiapkan media yang digunakan dalam kegiatan bermain balok.

2) Guru membagi anak ke dalam kelompok kecil dalam bermain balok.

3) Jelaskan berulang-ulang hingga semua anak hapal dengan bentuk-bentuk balok yang akan diperkenalkan.

4) Jika anak sudah yakin mereka sudah memahami cara menggunakan balok tersebut maka tahap berikutnya

memberikan kesempatan dan mendorong kepada setiap anak mencoba membuat berbagai bentuk kegunaan sesuai dengan imajinasi anak-anak dan berilah pujian setiap kreativitas mereka.

5) Bagaimanakah guru mengamati kegiatan yang dilakukan anak pada saat melakukan bermain balok.

Kemampuan Kognitif Anak Meningkat

1. Menunjuk dan mencari sebanyak- banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk, dan ukuran

2. Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri tertentu menurut warna, bentuk, dan ukuran.

Referensi

Dokumen terkait

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Rumah yang berarsitektur tradisional di Giri Jaya Padepokan, yang hingga kini masih terpelihara dengan baik dan selalu diupayakan untuk dijaga bentuk

Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi

Pada blok mikrokontroller akan memproses kondisi actual tersebut dengan referensi yang sudah ditentukan untuk membandingkan errornya setelah itu mikrokontroller

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

- Anak yeng berada di barisan paling belakang dari kedua kelompok dibisikkan sebuah kalimat oleh pemimpin Games, setelah tanda dibunyikan oleh pemimpin games, maka