• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

8 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pejalan Kaki

2.1.1 Pengertian Pejalan Kaki

Berjalan kaki merupakan sarana yang relatif mudah dan murah untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dilayani oleh moda-moda angkutan lainya. Menurut Rapoport (1977), berjalan kaki mempunyai kelebihan yaitu dengan kecepatan rendah, dapat memahami lingkungan sekitar dan mengamati obyek secara mendetail serta mudah menyadari lingkungan sekitarnya. Pejalan kaki memiliki waktu untuk melihat visual kota dalam melakukan aktivitasnya, sehingga menjadikan masyarakat lebih mengenali kotanya.

Berjalan kaki merupakan suatu sarana tranportasi yang sangat berperan untuk memberi kesempatan bagi pejalan kaki untuk melihat dan berpindah tempat dalam jarak yang dekat. Tetapi berjalan kaki menghadapi kendala dalam hal jarak tempuh, peka terhadap gangguan alam dan hambatan yang diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan. Menurut Syaifuddin (1987), sebagai moda angkutan, berjalan kaki menjadi lebih penting khususnya pada jalur-jalur yang tidak memungkinkan untuk dilalui oleh moda angkutan lainya. Dengan berjalan kaki bebas mengatur langkah, berhenti, berbelok dan bebas mengatur kontak dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga berjalan kaki bukan sekedar moda tranportasi, tetapi sebagai sarana interaksi dan komunikasi sosial masyarakat (Spreiregen,1965).

Dari uraian tersebut dapat diidentifikasi kelebihan moda berjalan :

1. Terus menerus tersedia, karena alat angkut yang digunakan adalah kaki

2. Waktu dan rutenya sangat fleksibel, karena dapat disesuaikan dengan keinginan 3. Mampu menghantar pemakainya tepat sampai tujuan yang hendak dicapai

4. Menguntungkan karena mudah dilakukan dan murah karena tidak memerlukan biaya 5. Menguntungkan untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan kontak langsung.

2.1.2 Kenyamanan Berjalan Kaki

Kenyamanan pejalan kaki dapat dicapai dengan adanya perlindungan terhadap cuaca dan tempat bernaung bagi pejalan kaki dalam melakukan perjalananya. Menurut Untterman (1984), kenyamanan berhubungan dengan kepadatan pejalan disamping bentuk fisik trotoar kebebasan bergerak sangat diperlukan baik yang disebabkan oleh pejalan atau pengguna pedestrian yang lain yaitu pedagangan kaki lima yang mengambil ruang untuk berjualan.

Kondisi kenyamanan juga dapat dicapai dengan memperhatikan kepekaan pejalan yang dilihat dari karakteristik pejalan kaki.

(2)

commit to user

9

Kebutuhan pejalan kaki menurut Rubenstein (1987), ada beberapa hal yang harus diperhatikan guna mencapai kenyamanan pejalan kaki dalam perencanaan pedestrian, yaitu:

1. Keselamatan

Terlindungi dari kemungkinan konflik kendaraan bermotor dan terhindar dari bahaya terperosok, menabrak tiang atau pohon dan lain sebagainya.

2. Menyenangkan

Jalur pejalan kaki harus jelas, bebas dari penundaan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain.

3. Nyaman

Adanya perlindungan dari cuaca, tempat beristirahat sementara, terhindar dari hambatan yang di sebabkan ruang sempit, permukaan yang naik turun dan sebagainya.

4. Aman

Terlindungi dari kemungkinan terjadinya kejahatan karena sepi atau gelap dimalam hari.

2.1.3 Tujuan Kegiatan Pejalan Kaki

Kelancaran sirkulasi bagi pejalan kaki dan keselamatan dari ancaman kecelakaan oleh kendaraan merupakan salah satu tujuan utama kegiatan pejalan kaki. Ada beberapa tujuan kegiatan pejalan kaki di jalur pedestrian berdasarkan peraturan atau para ahli yang harus di perhatikan guna memberikan kelancaran sirkulasi pejalan kaki, kenyamanan berjalan kaki dan keselamatan dari ancaman kecelakaan oleh kendaraan maupun hal yang lainnya di jalur pedestrian, yaitu :

1. Menurut Dirjen BinaMarga No 011/T/Bt/1995 tentang tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan, pejalan kaki harus mencapai atau sampai tujuan dengan jarak sedekat mungkin, aman dari lalu lintas yang lain dan lancar.

2. Menurut Rubenstein (1987), berjalan kaki untuk keperluan rekreasi dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan santai. Untuk mewadahi kegiatan tersebut diperlukan fasilitas pendukung yang bersifat rekreatif, seperti : tempat berkumpul, bercakap-cakap, menikmati pemandangan sekitarnya, dengan kelengkapan antara lain tempat duduk, lampu penerangan, bak bunga dan sebagainya.

3. Menurut Rubenstain (1987), tujuan kegiatan berjalan di kawasan perdagangan dan jasa atau komersial adalah berjalan yang tidak terikat waktu, dapat dilakukan dengan perjalanan santai dan biasanya kecepatan berjalan kaki lebih rendah, dibanding orang berjalan untuk menuju tempat bekerja atau perjalanan fungsional. Jarak rata-rata lebih panjang dan sering tidak disadari panjang perjalanan yang ditempuh, karena daya tarik kawasan.

(3)

commit to user

10

4. Menurut (Rubenstain dalam Muh.iqbal, 2002), tujuan adanya pedestrian untuk kesejahteraan, keamanan, kemudahan, kenyamanan dan keindahan. Prinsip struktur pedestrian adalah dapat memberikan prioritas utama pengembangan area pejalan kaki dengan penekanan terhadap visual, Dengan demikian jalur pedestrian yang panjang berhubungan dengan keindahan dan kenyamanan.

2.2 Jalur Pedestrian (pedestrian ways)

2.2.1 Pengertian Jalur Pedestrian (pedestrian ways)

Jalur pejalan kaki (pedestrian ways) berasal dari kata pedos bahasa yunani yang berarti kaki, Sehingga dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan yaitu media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan.

Sehingga pedestrian ways mempunyai arti pergerakaan manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan moda berjalan kaki. Sehingga jalur pejalan kaki dapat menyatu dengan lingkunganya. Jalur pejalan kaki yang fungsinya sebagai jalur sirkulasi bagi pejalan kaki, terkadang dimanfaatkan untuk aktivitas lain. Aktivitas tersebut mendukung keberadaan jalur pejalan kaki selama tidak menimbulkan masalah dan mengganggu aktivitas berjalan. Menurut Shirvani (1985), pejalan kaki harus dipertimbangkan sebagai salah satu elemen perancangan kota. Sistem pedestriaan kota yang baik dapat memberi dampak yang baik dan merangsang aktivitas, mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan udara, karena berkurangnya polusi kendaraan. Sedangkan jalur pejalan kaki adalah bagian dari kota dimana orang bergerak dengan kaki, yang terletak disisi jalan, baik yang direncanakan atau terbentuk dengan sendirinya, yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lainya.

2.2.2 Jenis Jalur Pedestrian

Jalur pejalan kaki terbagi menjadi dua menurut jenisnya, yaitu : jalur pejalan kaki didalam bangunan dan jalur pejalan kaki diluar bangunan. Mengenai jalur pejalan kaki diluar bangunan ditinjau dari jenis dan bentuk menurut (Danisworo, 1991 dalam Rahadi, 2003), pedestriaan ways terdiri dari 5 jenis yaitu : Trotoar, Plasa, Mall, Zebra Cross dan Jembatan Penyeberangan Orang.

Tabel 2.1 Jenis Pedestrian Ways

Jenis Pejalan Kaki

Pengertiaan Fungsi Karakteristik

Trotoar Jalur pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya terletak bersebelahan atau berdekatan.

Fasilitas ini harus aman terhadap bahaya kendaraan

Berjalan kaki dipinggir jalan yang dilalui kendaraan

 Memiliki arah yang jelas

 Lokasi ditepi jalan raya yang dapat dilalui kendaraan

 Memiliki permukaan rata

 Lebar trotoar antara 1,50-2,00 m

(4)

commit to user

11 bermotor dan memiliki

permukaan datar

Plasa Merupakan jalur pejalan kaki yang bersifat rekreatif dan dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang.

Letaknya terpisah sama sekali dari jalur kendaraan bermotor.

Berjalan kaki yang sifatnya santai dan rekreatif.

 Memiliki ruang yang lapang

 Tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki

 Lebar atau luasan bervariasi

 Area bebas kendaraan Mall Jalur pejalan kaki yang

dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas selain berjalan kaki.

Diantaranya untuk berjualan, duduk santai, kegiatan window shopping dsb.

Berjalan kaki khususnya pada kawasan perbelanjaan.

 Letaknya pada area perbelanjaan atau perdagangan.

 Biasanya memiliki plasa kecil

 Memiliki fasilitas pejalan kaki.

 Lebar atau luasan bervariasi

 Area bebas kendaraan Zebra cross Jalur pejalan kaki yang

dipergunakan sebagai jalur menyebrangan untuk mengatasi dan menghindari konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan.

Tempat khususnya memutuskan secara sementara

pergerakan kendaraan agar terhindar dari kecelakaan.

 Posisinya biasanya menyilang pada jalan dan biasnya dilengkapi traffic light.

 Memiliki lebar2,00-4,00 m.

 Ditempatkan pada interval tertentu khusunya pada area rawan konflik pergerakan pejalan kaki dan kendaraan.

Jembatan Penyeberanga n Orang

Jalur pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur yang aman dari pergerakan kendaraan dan letaknya pada ketinggian tertentu di atas permukaan tanah.

Tempat berjalan kaki yang menghubungkan bangunan di atasnya.

 Merupakan jembatan penyeberangan antar bangunan

 Merupakan sirkulasi pejalan kaki yang menerus

 Bebas dari pergerakan kendaraan.

Sumber : (Danisworo, 1991 dalam Rahadi, 2003)

Menurut (Danisworo, 1991 dalam Rahadi, 2003), jalur pedestrian dari bentuknya, berupa : 1. Selaras, adalah jalur pejalan kaki yang beratap, tanpa dinding pembatas pada salah satu

atau kedua sisinya.

2. Gallery, adalah selaras lebar yang biasanya digunakan untuk suatu kegiatan tertentu 3. Jalur pejalan kaki yang tidak terlindungi atau tak beratap

4. Gang, adalah yang relatif sempit, terbentuk oleh bangunan yang padat.

2.2.3 Persyaratan Jalur Pedestrian

Menurut Rubenstein (1992), jalur pedestrian mempunyai syarat dalam perancanganya agar memberi kesempatan kepada penggunanya melakukaan berbagai macam kegiatan dengan semua keleluasaan geraknya. Syarat rancangan jalur pedestrian, antara lain:

1. Kondisi permukaan bidang :

Permukaan bidang harus kuat dan stabil, datar dan tidak licin, material yang umum digunakan adalah : paving block, batu bata, beton, ubin, wafel, batako, batu alam atau kombinasi diantaranya.

(5)

commit to user

12 2. Dimensi :

Ukuran lebar jalur pedestrian bervariasi disesuaikan dengan jumlah dan type trafik atau lalulintas dan kelas jalan.

Ukuran lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah Ukuran lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan dua arah

Tabel 2.2

Dimensi Jalur Pedestrian Berdasarkan Kelas Jalan Kelas Jalan Lebar Jalan

(m)

Lebar Jalur Pedestrian (m)

1 20 7

2 15 3,5

3 10 2

Sumber : Rubenstein (1992)

Tabel 2.3

Dimensi Jalur Pedestrian Berdasarkan Daerah atau Lingkunganya Lingkungan Lebar Jalur Pedestrian

(m)

Pertokoan 5

Perkantoran 3,5

Perumahan 3

Sumber : Rubenstein (1992)

Sedangkan lebar minimum trotoar tanpa pemabatas adalah 1,5 meter. Hal ini untuk dapat memberikan keleluasaan sebagai berikut :

 Trotoar mampu untuk melayani fungsi kolektor, mengakomodasi volume pedestrian dan pergerakan berputar dari properti yang berdampingan

 Memberikan kesempatan bagi pedestrian dengan tongkat, bawaan atau kantong berbelanjaan, atau penggunaan kursi roda atau alat bantu lain untuk saling berjalan atau berlalu.

 Memberikan ruang untuk mengantri bagi pedestrian pada sudut-sudut jalan maupun jalur penyeberangan.

 Memberikan ruang untuk 2 orang berjalan berdampingan maupun saling melewati.

 Memberiakn ruang bagi anak-anak dengan sepeda roda tiga, gerbong atau kereta dorong, Sketers, maupun permainan atau aktivitas lain, lebar bersih tersebut harus bebas dari semua pohon atau tanaman, tanda-tanda, tombol-tombol utilitas hydrat, parkir, dan perabotan jalan lainya.

Menurut Rubenstein (1992), dimensi ruang pejalan kaki yang dibutuhkan untuk jalur berkapasitas minimal 2 orang adalah 1,50 meter. Untuk jalur pejalan kaki berkapasiats 3

(6)

commit to user

13

orang minimal dibutuhkan dimensi 2 meter. Menurut Kostof (1992), ketinggian jalur pedestrian 18 inc (± 46cm) di atas permukaan jalan kendaraan, dengan pertimbangan :

 Secara simbolis pejalan kaki akan merasa lebih penting dan aman apabila kendaraan berada dibawah dunia pejalan kaki.

 Mobil dapat menanjak atau menerobos ketinggian 15 cm dengan mudah, maka tinggi jalur pedestrian harus lebih besar dari pada radius ban mobil 10 – 15 inc (± 26 - 38 cm).

Aktivitas pedestrian memiliki lingkup dan kompleksitas pergerakan yang lebih dari pada jenis transportasi lainya. Suatu ruang harus memiliki kualitas tinggi yang memberikan tempat luas dari aktivitas pejalan kaki, serta lingkungan yang bebas dari konflik dengan lalu lintas.

Keadaan tersebut akan menciptakan pergerakan yang lancar, kegiatan sosialisasi, serta kenyamanan bagi pejalan kaki.

2.2.4 Fasilitas Prasarana Pedestrian

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, penyeberangan bagi pejalan kaki yang efektif dilakukan melalui penataan berbagai elemen pejalan kaki antara lain, informasi yang dibutuhkan (rambu-rambu atau petunjuk bagi pejalan kaki) yang dapat dilihat dan diakses seperti tanda lalulintas, tanda tempat penyeberangan (termasuk tempat penyeberangan bagi pejalan kaki yang mempunyai keterbatasan fisik). Fasilitas penyeberangan yang benar harus dibuat dengan memperhatikan jarak pandang atau aksesibilitas yang tepat, durasi atau waktu yang dapat dipergunakan oleh pejalan kaki, dan ukuran aman lalulintas yang diperoleh pejalan kaki untuk melintasi. Fasilitas penyeberangan jalur pedestrian yang benar memiliki syarat sebagai berikut :

1. Penyeberangan Zebra

 Dipasang di kaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau di ruas jalan

 Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, pemberi waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas persimpangan.

 Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu-lintas, maka kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor adalah <40 km/jam.

2. Marka untuk penyeberangan

Marka jalan untuk penyeberangan pejalan kaki dinyatakan dalam bentuk:

 Zebra cross,yaitu marka berupa garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang jalur lintas.

 Marka, berupa 2 garis utuh melintang jalur lalu lintas.

(7)

commit to user

14

Ketentuan teknis yang mengatur tentang marka penyeberangan pejalan kaki adalah sebagai berikut :

 Garis membujur tempat penyeberangan orang harus memiliki lebar 0,30 meter dan panjang sekurang-kurangnya 2,50 meter

 Celah diantara garis-garis membujur mempunyai lebar sama atau maksimal 2 kali lebar garis membujur tersebut.

 Dua garis utuh melintang tempat penyeberangan pejalan kaki memiliki jarak antar garis melintang sekurang-kurangnya 2,5 meter dengan lebar garis melintang 0,30 meter.

 Tempat penyeberangan orang ditandai dengan Zebra Cross.

 Apabila arus lalulintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup tinggi, tempat penyeberangan orang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalulintas.

2.2.5 Elemen Jalur Pedestrian

Menurut Shirvani (1985), perencanaan kota pedestrian sebagai fasilitas pejalan kaki harus dipertimbangkan karena merupakan bagian dari ruang terbuka. Ruang terbuka adalah semua lansekap, hardscape, taman dan ruang rekreasi di area perkotaan. Karena ruang terbuka bersifat publik maka dapat berfungsi sebagai ruang pendukung kegiatan sehingga memicu pergerakan massa. Ruang publik diperuntukan untuk publik yang didukung adanya elemen- elemen ruang yang dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya, elemen-elemen jalur pedestrian tersebut menurut Rubenstein (1992), meliputi :

1. Paving adalah ubin atau bahan hamparan yang rata. material paving meliputi : beton, batu, bata, batu dan aspal. Pemilihan ukuran, pola, warna dan tekstur yang tepat akan mendukung suksesnya sebuah desain jalur pedestriaan di kawasan perdagangan maupun plasa.

2. Kriteria lampu penerangan di jalur pejalan kaki menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktur Jendral Bina Marga tahun 1999 mengenai Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, yaitu :

a. Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan.

b. Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.

c. Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan kaki melakukan penyeberangan bisa terlihat pengguna jalan baik di waktu gelap atau malan hari.

d. Cahaya lanpu tidak membuat silau pengguna jalan lalulintas kendaraan.

Menurut Rubenstein (1992), lampu digunakan sebagai penerangan di waktu malam hari ada beberapa tipe, yaitu :

(8)

commit to user

15

a. Lampu tingkat rendah, yaitu ketinggian dibawah pandangan mata dan berpola terbatas dengan daya kerja rendah.

b. Lampu mall dan jalur pejalan kaki yaitu ketinggian 1 – 1,5 m, serba guna berpola pencahayaan dan berkemampuan daya kerja cukup.

c. Lampu dengan maksud khusus, yaitu mempunyai ketinggian rata-rata 2-3 m, yang digunakan untuk daerah rekreasi, komersial, perumahan dan industri.

d. Lampu parkir dan jalan raya, yaitu mempunyai ketinggian 3-5 m, digunakan untuk daerah rekreasi, industri dan komersial jalan raya.

e. Lampu dengan tiang tinggi, yaitu mempunyai ketinggian atara 6-10 m,digunakan untuk penerangan bagi daerah yang luas, parkir, rekreasi dan jalan layang.

3. Sign, diperlukan untuk menunjukkan identitas toko/kantor, rambu lalu lintas, identitas daerah perdagangan, dan memberi lokasi atau aktifitas.

4. Bangku, untuk memberikan ruang istirahat bila lelah berjalan. Dan memberi waktu bagi pejalan kaki untuk menikmati suasana lingkungan sekitarnya. Bangku dapat terbuat dari logam, kayu, beton atau batu.

5. Tanaman peneduh, untuk pelindung dan penyejuk pedestriaan. Kriteria tanaman yang diperlukan untuk jalur pedestriaan adalah :

a. Memiliki ketahanan terhadap pengaruh udara maupun cuaca.

b. Bermassa daun padat

c. Jenis dan bentuk pohon berupa angsana, akasia besar, bougenville, dan teh-tehan pangkas.

6. Telepon, biasanya disediakan bagi pejalan kaki jika ingin berkomunikasi dan sedapat mungkin didesain untuk menarik perhatiaan pejalan kaki.

7. Kios, shelter dan kanopi, keberadaanya dapat menghidupkan suasana pada jalur pedestriaan sehingga tidak monoton. Khususnya kios untuk aktivitas jual beli, bila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pejalan kaki. Shelter dibangun dengan tujuan melindungi terhadap cuaca, angin dan sinar matahari. Kanopi digunakan untuk mempercantik wajah bangunan dan dapat memberikan perlindungan terhadap cuaca.

8. Tempat sampah diletakkan di jalur pedestrian agar jalur pedestrian tetap bersih. Sehingga kenyamanan pejalan kaki tetap terjaga.

2.2.6 Aktivitas di Jalur Pedestrian

Manurut Rapoport (1977), aktivitas yang termasuk berjalan kaki mengandung 4 (empat) komponen, yakni :

 Aktivitas yang sebenarnya, misalnya berjalan di jalur pedestriaan, makan di rumah

 Cara melakukan, misalnya berjalan di jalur pedestriaan, makan dirumah

(9)

commit to user

16

 Aktivitas tambahan, yakni terkait dan merupakan bagian dari satu kesatuaan dalam sistem aktivitas, misalnya berjalan sambil melihat-lihat etalase toko.

 Makna dari aktivitas tersebut, misalnya untuk menghayati lingkungan.

Klasifikasikan aktivitas di jalur pejalan kaki menurut Rapoport (1977), sebagai berikut : 1. Aktivitas pedestriaan

 Dinamis : melakukan aktivitas berjalan kaki

 Statis : yakni duduk, berdiri, bersandar, makan, bermain Aktivitas pedestrian lain yang diperbolehkan adalah :

 Interaksi Sosial

Aktivitas sosial antar pengguna kawasan, seperti : berbincang-bincang, mendengarkan, memperhatikan, duduk, makan minum.

 Sirkulasi bagi Difabel

Aktivitas sirkulasi para penyandang cacat dari satu tempat ke tempat lainnya.

Hal ini berarti bahwa, jalur pedestriaan bukan hanya sekedar sebagai salah satu ruang sirkulasi dan transportsi, tetapi lebih dari itu juga berfungsi sebagai ruang interaksi masyarakat dengan sistem trasnportasi jalan raya dan transportasi di jalur pejalan kaki, yang dapat berhubungan dengan moda dan alat tranportasi lainya.

2. Aktivitas lain di jalur pedestriaan : Segala bentuk aktivitas yang terdapat di jalur pedestrian.

 Parkir

Menurut Warpani (1990), parkir adalah menghentikan kendaraan di suatu tempat yang bersifat sementara atau cukup lama.

 Pedagang Kaki Lima.

Menurut McGee dan Yeung (1977), PKL mempunyai pengertian sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar.

2.3. Karakteristik Koridor Perdagangan dan Jasa 2.3.1 Pengertian Koridor Perdagangan dan jasa

Koridor perdagangan dan jasa dapat diartikan sebagai koridor dengan fungsi utama berupa kegiatan perdagangan dan jasa baik itu eceran maupun grosiran yang umumnya berupa toko-toko yang berderet di sepanjang satu atau dua sisi jalan atau sederet toko yang membentuk ruang ditengahnya. Rata-rata perdagangan tersebut berbentuk linear sesuai dengan konsep sirkulasi yang linear, yaitu deretan pertokoan yang disatukan dengan jalur pedestrian. Beberapa pengertian mengenai koridor perdagangan dan jasa menurut para ahli :

(10)

commit to user

17 1. Bentuk pertokoan

Menurut (Bendington Naadine, 1982 dalam Rahadi, 2003), bentuk pertokoan pinggir jalan memiliki pola linear dengan membentuk “shopping street”, yaitu pusat perbelanjaan yang terdiri dari kegiatan perdagangan yang berupa pertokoan yang berderet disepanjang satu dan dua sisi jalan.

2. Kawasan Komersial adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk kegiatan komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan atau usaha kota, letaknya tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi kota (Kamus Tata Ruang, s.v.”kawasan komersial).

3. Menurut Bishop (1989), koridor jalan komersial merupakan koridor jalan yang pemanfaatan ruang di sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial, perkantoran yang kompleks dan pusat pekerjaan di dalam kota.

4. Menurut Permen PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, jalur pedestrian di koridor perdagangan dan jasa dalam pusat kota adalah area yang harus dirancang untuk mengakomodir volume yang lebih besar dibanding di area-area di koridor lainnya. Batas jalanan (jalur transportasi) pada area ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yang beragam dan secara umum terdiri dari berbagai zona, antara lain: zona bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki, zona bagi tanaman atau perabot dan zona untuk pinggiran jalan. Pembagian zona ini dimaksudkan agar ruang pejalan kaki yang ada dapat tetap melayani para pejalan kaki yang melintasi area ini dengan nyaman.

5. Menurut Rubenstein (1987), jalur pedestrian memiliki arti pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan moda berjalan kaki, Sehingga jalur pejalan kaki dapat menyatu dengan lingkungannya. Jalur pedestrian di kawasan perdagangan dan jasa memiliki arti dimana di sebelah kanan dan kiri jalur pejalan kaki terdapat deretan toko dan diujung jalur tersebut terdapat penguatan berupa plaza terbuka dan merupakan lintasan untuk umum

2.4 Efektifitas Jalur Pedestrian Koridor Perdagangan dan Jasa 2.4.1 Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Efektivitas menurut Hidayat (1986), yaitu :

(11)

commit to user

18

“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai”.

Efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984), yaitu :

“Efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input“.

Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely.

Sumber: Mahmudi (2005).

Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu target dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi- aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986), yang menjelaskan bahwa : “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai.

2.4.2 Efektivitas Jalur Pedestrian Koridor Perdagangan dan Jasa

Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak, efektivitas merupakan suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.

Pada dasanya penciptaan dan penyediaan jalur pedestrian adalah dengan menyediakan fasilitas jalur khusus pejalan kaki guna mencapai tujuan yang diinginkan secara nyaman, aman dari lalu lintas yang lain dan lancar serta terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki,

(12)

commit to user

19

yang menghubungkan daerah yang satu dengan yang lain. Namun pada kenyataanya fungsi jalur pedestrian saat ini banyak beralih fungsi untuk aktivitas selain pejalan kaki sehingga jalur pedestrian menjadi kurang nyaman dan pejalan kaki menjadi kurang bebas untuk beraktivitas pejalan kaki. Selain itu minimnya pemeliharaan dan pengawasan terhadap jalur pedestrian membuat kondisi pedestrian banyak yang rusak karena dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak seharusnya. Sehingga banyak jalur pedestrian yang kurang maksimal memberikan kenyamanan kepada pejalan kaki. Apalagi pada koridor perdagangan dan jasa dimana kenyamanan, keamanan, rasa menyenangkan, keselamatan, keleluasan berjalan kaki dengan membawa barang dan keleluasaan berjalan kaki dengan teman seperjalanan menjadi sangat prioritas karena pejalan kaki tidak hanya sekedar lewat untuk menuju ke tempat yang diinginkan, namun bisa juga sekedar jalan sambil menikmati pertokoan atau rekreasi atau kebutuhan yang lainnya.

Sehingga, yang dimaksud dengan efektivitas jalur pedestrian di koridor perdagangan dan jasa yaitu “Tercapainya maksud dan tujuan pejalan kaki untuk menuju ketempat yang diinginkan dengan berjalan kaki atau beraktivitas pedestrian lainnya dengan memanfaatkan fasilitas jalur pedestrian di koridor perdagangan dan jasa secara nyaman, aman, menyenangkan, selamat, leluasan berjalan kaki dengan membawa barang dan leluasa berjalan kaki dengan teman seperjalanan.

2.4.3 Variabel Penelitian A. Fasilitas Jalur Pedestrian

Semua bangunan atau perlengkapan yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat memberikan pelayanan kepada pejalan kaki dalam berjalan kaki.

1. Kondisi Jalur Pedestrian

Kondisi Jalur pejalan kaki yang terletak pada Daerah Milik Jalan yang sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan (Rubenstein,1992).

a) Kondisi permukaan bidang : kondisi permukaan bidang jalur pedestrian b) Dimensi : ukuran panjang, lebar dan tinggi jalur pedestrian

2. Fasilitas Penyeberangan : fasilitas yang disediakan agar jalur pedestrian yang ada tidak terputus dan untuk memudahkan dalam pergantian jalur yang berbeda. Penyeberangan Zebra Cross : fasilitas yang disediakan dikaki persimpangan (Permen PU No.

30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)

3. Kondisi ketersediaan fasilitas pendukung : Kondisi ketersediaan fasilitas pendukung kegiatan berjalan kaki di jalur pedestrian (Rubenstein,1992).

(13)

commit to user

20

a) Paving : bahan hamparan yang rata

b) Lampu : fasilitas yang digunakan sebagai penerangan di waktu gelap atau malam hari.

c) Sign : rambu-rambu yang sifatnya untuk memberikan suatu identitas, informasi maupun larangan.

d) Tanaman peneduh : tanaman untuk pelindung dan penyejuk jalur pejalan kaki

e) Tempat sampah : fasilitas yang disediakan untuk membuang sampah.

B. Aktivitas di Jalur Pedestrian

Segala macam bentuk aktivitas yang terdapat di atas jalur pedestrian baik itu aktivitas pedestrian berupa aktivitas dinamis (aktivitas berjalan kaki sendiri, bersamaan baik tanpa membawa barang belanjaan maupun dengan membawa barang belanjaan) atau aktivitas statis (duduk, berdiri, bersandar, makan dan bermain) dan aktivitas diperbolehkan (interaksi sosial dan sirkulasi bagi Difabel) serta aktivitas lain di jalur pedestrian berupa perparkiran, aktivitas gerobak dorong dan Pedagang Kaki Lima (Rapoport,1977), Warpani, (1990) dan (McGee dan Yeung,1997).

1. Aktivitas pedestrian : berbagai macam aktivitas pedestrian atau aktivitas yang diperbolehkan berada di atas jalur pedestrian.

a) Dinamis : melakukan aktivitas berjalan kaki sendiri, bersamaan dengan membawa barang belanjaan maupun tanpa membawa barang belanjaan

b) Statis : duduk, berekreasi atau sekedar melihat-lihat, berdiri, bersandar, makan dan bermain

c) Interaksi sosial dan sirkulasi bagi Difabel

d) Memanfaatkan jalur pejalan kaki untuk sampai ke fasilitas lain (Parkir ke bangunan dan bangunan satu ke bangunan lainya).

2. Aktivitas lain di jalur pedestrian : berbagai macam aktivitas yang cenderung mengganggu pejalan kaki namun juga dapat mendukung aktivitas pejalan kaki.

a) Perparkiran : tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sebentar.

b) Aktivitas gerobak dorong : segala macam bentuk aktivitas gerobak roda dua atau lebih yang dioprasikan oleh manusia baik muatan atau tidak muatan yang berada di atas jalur pedestrian

c) Pedagangan Kaki Lima : orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar.

(14)

commit to user

21

C. Tujuan Pejalan Kaki Berjalan Kaki di Jalur Pedestrian Koridor Perdagangan dan Jasa (Unterrman,1984) dan (Rubenstein,1996).

1. Keselamatan : terlindung dari konflik kendaraan, bahaya terperosok atau menabrak tiang atau pohon.

2. Menyenangkan : jalur pedestrian jelas dan bebas dari penundaan.

3. Nyaman : adanya perlindungan dari cuaca dan tersedianya tempat beristirahat 4. Aman : terlindung dari tindakan kriminalitas

5. Berjalan kaki dengan membawa barang : berjalan kaki dengan leluasa dan bebas bergerak dengan membawa barang

6. Berjalan kaki dengan teman seperjalanan : berjalan kaki dengan bebas dalam berjalan kaki dengan teman seperjalanan di ruang pedestrian.

(15)

commit to user

22 Gambar 2.1

Kerangka Pikir Penelitian

Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2013

Efektivitas jalur pedestrian koridor perdagangan dan jasa dapat ditentukan dengan mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhinya, variabel-variabel tersebut berupa :

Tujuan pejalan kaki ketika beraktivitas di jalur pedestrian yaitu : selamat, menyenangkan, nyaman, aman, berjalan kaki dengan membawa barang dan berjalan kaki dengan teman seperjalanan.Variabel ini mempengaruhi variabel lain yaitu variabel aktivitas

Jalur Pedestrian

Jalur Pedestrian : - Kondisi permukaan - Dimensi

Fasilitas penyeberangan pejalan kaki : - Zebra cross

Fasilitas pendukung jalur pejalan kaki - Paving

- Lampu - Sign

- Tanaman peneduh - Tempat sampah

Aktivitas lain di jalur pedestrian - Perparkiran

- Aktivitas Gerobak dorong - Pedagangan Kaki Lima (PKL)

Aktivitas pedestrian -Dinamis -Statis

-Interaksi Sosial - Memanfaatkan jalur untuk menuju ke fasilitas lain.

Tujuan pejalan kaki di jalur pedestrian:

1. Selamat 2. Menyenangkan 3. Nyaman 4. Aman 5. Berjalan kaki

dengan membawa barang 6. Berjalan kaki dengan teman

seperjalanan

Efektifvitas

(16)

commit to user

23

yang terdapat di atas jalur pedestrian. Aktivitas tersebut berupa aktivitas yang seharusnya berada di jalur pedestrian yang keadaanya tidak mengganggu mobilitas dan aksesibilitas pejalan kaki yaitu aktivitas dinamis, statis, interaksi sosial, dan memanfaatkan jalur pedestrian untuk akses menuju ke koridor atau kawasan lain. Variabel lain yang mempengaruhi efektivitas yaitu jalur pedestrian, fasilitas penyeberangan, fasilitas pendukung dan variabel aktivitas lainnya di jalur pedestrian berupa aktivitas pedagang kaki lima, perparkiran dan aktivitas gerobak barang. Apabila variabel-variabel ini bermasalah maka akan mempengaruhi variabel lainnya dan akan mempengaruhi efektifitas jalur pedestrian koridor perdagangan dan jasa tersebut.

Gambar

Tabel 2.1  Jenis Pedestrian Ways

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi media televisi yang berkaitan dengan motif motif pemirsa dalam menonton sebuah program acara, khususnya acara

Pada menu Laporan terdapat submenu laporan absensi karyawan, penjualan, transaksi masuk, transaksi keluar, buku besar, grafik penjualan menu dan grafik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen Restoran Waroeng Hotplate Odon sehingga dapat dirumuskan rekomendasi

Strategi branding yang dilakukan pada kegiatan PKMS ini berupa penambahan variasi produk berupa permen karamel Gulo Puan (Puan Candy), pembuatan logo, pembuatan label

Berdasarkan hasil analisis dan pengolah- an data yang telah dilakukan, maka diambil kesimpulan bahwa percepatan durasi proyek optimum pada proyek pembangunan Dermaga

Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian (research question) adalah sebagai berikut:1) Berapa besar dampak konsumsi wisatawan baik wisnus maupun wisman

Namun demikian, pada tabel di atas nampak bahwa masih terdapat 5% responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju penegakkan syariat Islam di Indonesia meskipun melalui

Dalam proses penyimpanan surat Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur menggunakan sistem subjek yaitu permasalahan sedangkan azas penyimpanan yang