• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN PUSTAKA Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LANDASAN PUSTAKA Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan atau badan yang memenuhi ketentuan yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil ataupun besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan yang diatur dalam undang-undang (www.bi.go.id). UMKM merupakan salah satu bagian dari Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK ETAP). Dewan Standar Akuntansi Keuangan membentuk SAK ETAP pada tahun 2009 yang bertujuan untuk mempermudah UMKM dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan yang lebih informatif dan untuk memberi kemudahan kepada investor atau kreditur dalam memberikan pinjaman dana. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah entitas dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK ETAP 2009:2).

Sejauh ini implementasi pencatatan laporan keuangan yang dilakukan UMKM masih jauh dari SAK ETAP hal ini ditunjukkan dengan sistem keuangan yang dilakukan secara manual dan masih sangat sederhana. Faktor yang menyebabkan gagalnya SAK ETAP karena adanya faktor internal berupa kurangnya pemahaman, kedisiplinan, dan sumber daya manusia sedangkan faktor eksternalnya karena tidak diwajibkan (Andriani 2014). Beberapa hasil penelitian (Pinasti, Haryanto, Idrus, Marbun) dalam Pinasti (2007) UMKM secara umum menganggap bahwa informasi akuntansi itu merupakan hal yang tidak penting dan sulit untuk diterapkan karena membuang waktu dan biaya. Hal penting bagi mereka adalah bagaimana menghasilkan laba dengan cara yang tanpa repot menerapkan akuntansi. Kenyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Musmini (2008) yang menunjukan bahwa kebanyakan usaha kecil tidak menyelenggarakan catatan akuntansi, beberapa yang mempunyai catatan keuangan modelnya sangat sederhana dan tidak sistematis. Dengan hal tersebut dinyatakan bahwa keberadaan dan pentingnya akuntansi belum dipahami oleh UMKM. Padahal dengan adanya informasi akuntansi dapat dilihat posisi dan kinerja keuangan suatu usaha, hal tersebut juga dapat dengan mudah menghitung pajak dan juga dapat mempermudah UMKM mendapatkan akses ke perbankan dan sumber pendanaan lainnya.

Dengan demikian karena SAK ETAP dalam penerapan dalam pencatatan akuntansi keuangan UMKM tidak mudah dilaksanakan maka Dewan Standar Akuntansi Keuangan

(2)

2

membuat standar keuangan yang baru yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) untuk mewujudkan UMKM yang maju, mandiri, modern, serta mampu mengakses sumber pendanaan industri keuangan. Standar ini ditujukan kepada entitas yang belum mampu atau tidak memenuhi persyaratan akuntansinya yang diatur dalam SAK ETAP dan dapat membantu UMKM dalam mencapai literasi keuangan sehingga pelaku UMKM mampu mengoptimalkan setiap peluang yang ada di industri keuangan untuk memaksimalkan kinerjanya. SAK EMKM dilengkapi juga dengan contoh ilustratif laporan keuangan, sehingga entitas dengan mudah dalam memahami dan menyusun laporan keuangan. Laporan entitas disusun berdasarkan pada asumsi dasar akrual, dan keberlangsungan usaha serta menggunakan konsep entitas bisnis. Namun dengan adanya SAK EMKM ini SAK ETAP masih tetap ada dan dipakai menjadi standar akuntansi keuangan entitas lainnya (www.iaiglobal.or.id). Sehingga tiga pilar utama merupakan dukungan infrastruktur dalam konteks standar akuntansi yang ada dalam dunia bisnis di Indonesia adalah SAK umum yang berbasis IFRS standar akuntansi untuk mengatur transaksi-transaksi entitas akuntabilitas publik signifikan, SAK ETAP untuk standar akuntansi entitas tanpa akuntabilitas publik signifikan namun menerbitkan laporan keuangan untuk kepentingan pengguna, dan SAK EMKM untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah.

Melihat dari berbagai kondisi tersebut dapat menjadi suatu permasalahan yaitu apa yang menjadi perbedaan antara SAK ETAP dan SAK EMKM. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan SAK ETAP dengan SAK EMKM dalam penyajian laporan keuangan di UMKM. Penelitian ini juga memberikan manfaat dalam sumbangan pemikiran kepada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang ikut serta dalam pengawasan pencatatan laporan keuangan sesuai dengan standar.

LANDASAN PUSTAKA

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Menurut undang-undang No.20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan atau badan yang memenuhi ketentuan yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil ataupun besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan yang diatur dalam undang-undang.

Tujuan dari UMKM adalah menumbuhkan dan mengembangkan usahanya untuk

(3)

3

membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha mikro kecil dan menengah berasaskan kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional.

Tujuan dari UMKM menurut undang-undang No. 20 tahun 2008 pasal tentang usaha mikro, kecil, dan menengah adalah mewujudkan struktur ekonomi nasional yang berkembang, seimbang, dan berkeadilan, menumbuhkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri, meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah berdasarkan undang-undang No.20 tahun 2008;

1. Usaha Mikro:

a. Memiliki kekayaan paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah.

2. Usaha Kecil:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) – Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

b. Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) – Rp 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) – Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

b. Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah) – Rp 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).

UMKM dalam pencatatan keuangannya memiliki standar keuangan tersendiri. Standar keuangan yag dipakai adalah SAK ETAP dan SAK EMKM:

(4)

4

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) ditujukan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:

1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan

2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general pupose financial statment) bagi pengguna ekternal.

SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan dapat kemudahan dalam akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan. Standar ini mengacu pada SAK umum, konsep yang digunakan adalah biaya historis, mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP dengan bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi (www.iaiglobal.or.id). Menurut IAI dalam SAK ETAP 2.1, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.

Namun pada kenyataannya SAK ETAP dalam penerapan pencatatan akuntansi pada UMKM tidak mudah dilaksanakan. Hal ini dapat ditujukan bahwa sistem keuangan yang dilakukan secara manual dan masih sangat sederhana. Faktor yang menyebabkan gagalnya SAK ETAP karena adanya faktor internal berupa kurangnya pemahaman, kedisiplinan, dan sumber daya manusia sedangkan faktor eksternalnya karena tidak diwajibkan hal ini merupakan hasil penelitian (Andriani 2014).

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah yang ditujukan untuk entitas yang belum mampu atau tidak memenuhi persyaratan akuntansinya yang diatur dalam SAK ETAP. Entitas mikro, kecil, dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama dua tahun berturut-turut. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah digunakan menjadi dasar dalam mendefinisikan dan memberikan rentang

(5)

5

kuantitatif tersebut. Konsep yang digunakan dalam standar ini berdasarkan pada dasar asumsi akrual dan keberlangsungan usaha serta menggunakan konsep entitas bisnis. Laporan keuangan entitas terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan. SAK EMKM dilengkapi juga dengan contoh ilustratif laporan keuangan, sehingga entitas dengan mudah dalam memahami dan menyusun laporan keuangan. Menurut IAI dalam SAK EMKM 2.1 tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut.

Pengguna tersebut meliputi penyedia sumber daya bagi entitas seperti kreditor maupun investor. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Pengukuran (Measurement)

Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur (jumlah moneter) yang akan dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan yang merepresentasikan makna atau atribut objek tersebut (Suwardjono 2005:192). Atribut pengukuran (atribute measurement) suatu objek adalah dasar pengukuran (jumlah moneter) yang harus dilekatkan pada suatu objek untuk merepresentasikan secara tepat atribut yang ingin diungkapkan dari objek tersebut dalam pelaporan keuangan. FASB mengidentifikasikan bahwa atribut pengukuran yang diterapkan dan dapat dilanjutkan penggunaannya yaitu (SFAC No. 5, prg. 67):

1. Kos historis atau perolehan kas historis (historical cost atau proceeds) 2. Kos sekarang (current cost)

3. Nilai pasar sekarang (current market value)

4. Nilai terealisasi/pelunasan neto (net realizable/settlement value)

5. Nilai sekarang atau diskunan aliran kas masa datang (present or discounted value of future cash flows)

Pengakuan (Recognition)

Pengakuan adalah penyajian suatu informasi melalui pernyataan keuangan sebagai ciri sentral pelaporan keuangan (Suwardjono 2005: 195). Pengakuan berati pencatatan yang secara resmi (penjurnalan) suatu kuantitas (jumlah moneter) hasil pengukuran ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah moneter tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan. Kerangka konseptual harus menetapkan kriteria

(6)

6

pengakuan umum (fundamental) untuk dijadikan sebagai dasar bagi penyusunan standar untuk menentukan teknik atau prosedur pengakuan dalam bentuk standar akuntansi. FASB mnentapkan empat kriteria pengakuan fundamental (konseptual) sebagai berukut (SFAC No.

5, prg. 63):

1. Definisi (definitions)

2. Keterukuran (measurability) 3. Relevan (relevance)

4. Keandalan (reliability)

Pelaporan dan Laporan Keuangan

FASB menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan media utama atau ciri sentral pelaporan keuangan (a central feature of financial reporting). Pelaporan keuangan mencakup penyediaan informasi yang manajemen inginkan sampaikan selain laporan keuangan (Suwardjono 2005: 190). Hal tersebut bisa karena informasi tersebut wajib diungkapkan untuk memenuhi undang-undang, peraturan pemerintah, atau kebiasaan manjemen untuk mennyampaikannya secara sukarela karena dianggap bermanfaat bagi pihak luar.

Pengukuran dan pengakuan menentukan lingkup pelaporan keuangan yang wajib disajikan melalui seperangkat penuh laporan keuangan (wajib secara sempit atau spesifik).

Kewajiban spesifik tersebut timbul karena standar akuntansi. Penyusunan standar dapat mempengaruhi (mewajibkan) penyampaian informasi di luar laporan keuangan melalui standar akuntansi. Laporan keuangan merupakan ciri sentral pelaporan dan oleh karenanya menjadi batas lingkup pengukuran dan pengakuan.

METODA PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang akan digunakan adalah semua komponen yang terkait dengan komponen pengukuran, pengakuan, dan pelaporan yang ada pada SAK ETAP dan SAK EMKM yang diambil dari PSAK dan web resmi Ikatan Akuntan Indonesia, UU No. 20 tahun 2008 yang diambil dari web resmi Bank Indonesia. Data-data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi perbedaan dalam hal pengukuran, mengumpulkan data terkait dengan pengukuran yang diambil dari data Undang-Undang No. 20 tahun 2008,

(7)

7

pengukuran dalam SAK ETAP, dan pengukuran dalam SAK EMKM. Setelah diidentifikasi mendapat hasil apakah ada perbedaan pengukuran atau tidak.

2. Kemudian setelah mengidentifikasi perbedaan dalam hal pengukuran selanjutnya mengidentifikasi perbedaan dalam hal pengakuan dalam hal mencari perbedaan pengakuan langkah-langkah yang dilakukan sama dengan dalam mencari perbedaan dalam hal pengukuran.

3. Setelah itu mengidentifikasi perbedaan dalam hal penyajian, dalam mengidentifikasi perbedaan dalam hal penyajian langkah yang dilakukanpun sama dengan mengidentifikasi perbedaan dalam hal pengukuran dan pengakuan yaitu dengan mengidentifikasi dari data-data yang digunakan. Kemudian data tersebut diindentifikasi apakah ada perbedaan dalam hal penyajian. Setelah diindentifikasi mendapatkan hasil ada perbedaan atau tidak.

4. Setelah mengidentifikasi perbedaan dari pengukuran, pengakuan, dan penyajian laporan keuangan dan mendapatkan hasilnya maka hasil tersebut dianalisis.

5. Hasil analisis tersebut kemudain disimpulkan apakah terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara SAK ETAP dan SAK EMKM.

(8)

8 Perbedaan SAK ETAP dan SAK EMKM

Perbedaan Pengakuan

Perbedaan

Pelaporan Analisis

Perbedaan Pengkuran

UU tentang UMKM

UU tentang UMKM UU tentang

UMKM

SAK ETAP SAK ETAP SAK ETAP

SAK EMKM

SAK EMKM SAK EMKM

Mengidentifikasi perbedaan pengukuran

Mengidentifikasi perbedaan

pelaporan Mengidentifikasi

perbedaan pengakuan

Perbedaan pengukuran

Perbedaan pelaporan Perbedaan

pengakuan

Perbedaan pengukuran

Perbedaan pengakuan

Perbedaan pelaporan

Analisis

Perbedaan SAK ETAP dan SAK

EMKM

Gambar 1 Kerangka Berpikir

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis

Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada SAK ETAP dan SAK EMKM mengacu pada peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah yang memiliki ciri yaitu manajemen berdiri sendiri, modal yang disediakan sendiri, daerah pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah karyawan yang dipekerjakan terbatas. Pada tahun 2009 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK IAI) menerbitkan SAK ETAP yang ditujukan untuk digunakan oleh entitas kecil dan menengah. UMKM dalam hal akuntansinya baik itu pengukuran, pengakuan, dan pelaporan diatur oleh SAK ETAP. Namun, dalam berjalannya waktu tidak semua UMKM melaksanakan akuntansinya yang diatur oleh SAK ETAP.

(9)

9

UMKM dalam mejalankan sistem akuntansinya masih menggunakan manual (Andriani 2014). Hal tersebut membuat pihak Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengkaji apakah SAK ETAP ini relevan atau tidak untuk digunakan pada kalangan UMKM. Sehingga IAI meluncurkan SAK EMKM yang diharapkan akan mempermudah dalam menjalankan akuntansinya bagi kalangan UMKM.

SAK ETAP tidak hanya mengatur semua usaha kecil tetapi juga entitas yang tidak harus memberikan pertanggungjawabannya kepada publik dan tidak mendaftar pada bursa efek seperti entitas perorangan, persekutuan perdata, firma, Commanditaire Vennootschap (CV), Perseroan Terbatas (PT), Koperasi. Sedangkan SAK EMKM berfokus hanya untuk UMKM saja. Namun, SAK ETAP oleh pengamat dirasakan terlalu umum dan tidak tepat untuk UMKM. Hal tersebut disebabkan karena pelaku UMKM dalam faktor internal kurangnya kedisiplinan, pemahaman, dan sumber daya manusia sedangkan faktor eksternalnya adalah dalam pelaporan tidak diwajibkan (Andriani 2014). Seiring dengan perkembangannya terdapat kebutuhan mengenai ketersediaan standar akuntansi yang lebih sederhana dari SAK berbasis IFRS dan SAK ETAP karena adanya keterbatasan sumber daya manusia dalam menghasilkan laporan keuangan dengan menggunakan kedua pilar SAK tersebut (www.iaiglobal.or.id). SAK EMKM merupakan standar akuntansi yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum dilakukun oleh UMKM. SAK EMKM disajikan dengan adanya contoh ilustratif laporan keuangan dan dasar kesimpulan (DK), sehingga entitas dapat dengan mudah untuk memahami dan menyusun laporan keuangan. Sehingga apa saja yang menjadi pembeda dalam SAK ETAP dengan SAK EMKM dalam hal pengukuran, pencatatan, dan pelaporan.

Pengukuran

Pengukuran merupakan pengkomunikasian aktivitas yang dilakukan perusahaan yang dapat diukur dengan unit moneter (Riahi dan Belkaoui, 2006). Pada prinsip pengukurannya SAK ETAP dan SAK EMKM menggunakan biaya historis sehingga cukup mencatat aset dan liabilitas sebesar biaya perolehan. Aktivitas moneter pada SAK ETAP dan SAK EMKM diungkapkan dalam unit moneter. Sedangkan dalam aktivitas nonmoneter kedua SAK hanya diungkapkan tetapi tidak dalam unit moneter.

Pengukuran yang dilakukan dalam SAK ETAP maupun SAK EMKM membagi dalam kategori aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban.

(10)

10 1. Aset

Pengukuran pada aset adalah penentuan jumlah moneter yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut (Suwardjono 2005). Secara prinsip bahwa SAK ETAP dan SAK EMKM untuk mengukur aset itu sama yaitu dengan mengelompokan aset berwujud dan aset tidak berwujud. Pengukuran yang digunakan biaya historis. Biaya historis digunakan pada UMKM bukan fair value karena fair value nilainya masih belum pasti dan belum ada penentu standarnya. Hal tersebut disebabkan semua transaksi pada UMKM bersifat pasti dan umum.

Pengukuran dalam bentuk aset pada kedua SAK ini tidak ada yang berbeda dan tidak ada yang berubah. Keduanya dalam pengukuran aset sama yaitu menggunakan biaya historis yang nantinya dicatat sebesar biaya perolehan. Aset dicatat sebesar biaya perolehan yaitu dengan adanya pengeluaran sumber ekonomik yang terjadi atau yang diperlukan akibat kegiatan pemerolehan aset sampai ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi sesuai dengan tujuan pemerolehannya. Perbedaan metode penyusutan aset tetap pada SAK EMKM tidak menggunakan metode penyusutan jumlah unit produksi. Hal tersebut karena pada prinsipnya semua hal yang berlaku di UMKM itu bersifat pasti. Sedangkan pada aset tidak berwujud SAK ETAP memberi kebebasan dalam menggunakan metode sesuai dengan pola pemanfaatan aset di masa mendatang. tetapi jika entitas tidak menentukan pola yang andal maka menggunakan metode garis lurus (straight line method).

1.1 Tabel pengukuran aset

KELOMPOK ASET SAK ETAP SAK EMKM

ASET TETAP

Pengukuran Biaya perolehan Biaya perolehan

Metode Penyusutan Metode garis lurus (straight line method), Metode saldo menurun (diminishing balance), jumlah unit produksi (sum of the unit of production)

Metode garis lurus (straight line method), Metode saldo menurun (diminishing balance) dan tanpa memperhitungkan nilai residu (nilai sisa)

ASET TIDAK BERWUJUD

Pengukuran Biaya perolehan Biaya perolehan

Metode Amortisasi Entitas memilih metode amortisasi yang mencerminkan pola pemanfaatan aset dimasa mendatang. Metode garis lurus (straight line method) digunakan jika entitas tidak menetapkan pola yang andal.

Metode garis lurus (straight line method), Metode saldo menurun (diminishing balance) dan tanpa memperhitungkan nilai residu (nilai sisa)

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

(11)

11 2. Liabilitas

Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan adanya pemerolehan aset atau timbulnya biaya. Pemerolehan dapat berupa penguasaan barang dagangan atau aset nonmoneter lainnya yang tejadi dari transaksi pembelian. Pemerolehan aset juga dapat berupa kas yang terjadi dari transaksi pinjaman atau penerimaan uang muka untuk barang dan jasa.

Kewajiban jangka panjang pengukuran yang objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya penghargaan kesepakatan (measured considerations) dalam transaksi- transaksi dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa yang datang. Kewajiban jangka pendek kewajiban yang diakui sebesar jumlah rupiah pengorbanan sumber ekomomik masa datang. Pada prinsip SAK ETAP dan SAK EMKM mengelompokkan kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dengan pengukuran yang digunakan adalah mencatat sebesar jumlah yang harus dibayar. Secara prinsip pengukurannya kedua SAK ini sama tidak ada yang berbeda. Namun yang menjadi sedikit pembeda adalah penggunaan istilah yang digunakan pada kedua SAK tersebut. Pada SAK ETAP istilah yang dipakai adalah kewajiban, sedangkan SAK EMKM menggunakan liabilitas tetapi hal tersebut tidak berpangaruh signifikan. UMKM dalam praktik transaksinya lebih pada melakukan kewajiban jangka pendek daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada UMKM dalam melakukan transaksi pinjamannya tidak dengan menerbitkan obligasi.

1.2 Tabel pengukuran liabilitas

SAK ETAP SAK EMKM

Pengelompokan Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang

Liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang

Pengukuran Dicatat sebesar jumlah yang harus dibayar

Dicatat sebesar jumlah yang harus dibayar

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

3. Ekuitas

Entitas yang diatur pada kedua SAK ini sama yaitu semua entitas yang berbentuk perseroan terbatas (PT) dan juga semua entitas yang berbadan hukum namun tidak dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Pengukuran yang digunakan berdasarkan undang- undang yang berlaku dan sebesar nilai nominal tergantung dari bentuk entitas yang berlaku.

(12)

12

1.3 Tabel pengukuran ekuitas

SAK ETAP SAK EMKM

Pemilik modal Entitas perseorangan, persekutuan perdata, firma, Commanditaire Vennootschap (CV), Perseroan Terbatas (PT), koperasi

Berbentuk PT dan entitas yang berbadan hukum tidak dalam bentuk PT.

Pengukuran Berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam akuntansi yang relevan

Perundang-undangan yang berlaku dan sesuai nilai nominal.

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

4. Pendapatan

Pengukuran pendapatan yang biasa dilakukan pada UMKM adalah dengan metode akrual.

Pengukuran pada kedua SAK ini sama dengan menggunakan metode akrual dengan berdasarkan nilai wajar yang diterima dan masih harus diterima.

1.4 Tabel pengukuran pendapatan

SAK ETAP SAK EMKM

Pengukuran Nilai wajar atas penerimaan atau yang masih harus diterima

Nilai wajar atas penerimaan atau yang masih harus diterima secara bruto

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

5. Beban

Pengakuan beban kedua SAK ini sama yaitu adanya penurunan manfaat ekonomi dengan berkaitan penurunan aset atau kenaikan liabilitas dalam bentuk arus kas keluar.

1.5 Tabel pengukuran beban

SAK ETAP SAK EMKM

Pengukuran Penurunan manfaat ekonomi selama periode dalam bentuk arus kas keluar, atau penurunan aset, atau kenaikan liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang disebabkan oleh distribusi kepada pananam modal.

Penurunan manfaat ekonomi selama periode dalam bentuk arus kas keluar, atau penurunan aset, atau kenaikan liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang disebabkan oleh distribusi kepada pananam modal.

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

Pengukuran pada SAK ETAP dan SAK EMKM ternyata sama dan tidak ada yang berbeda dalam hal pengukuran. Persamaannya tersebut seperti dalam pengukuran aset dengan biaya historis, liabititas atau kewajiban menggunakan jumlah yang harus dibayarkan, dan

(13)

13

pendapatan yang menggunakan nilai wajar yang diterima atau masih harus diterima. Beban diukur sebesar penurunan aset atau kenaikan liabilitas dalam bentuk arus kas keluar.

Walaupun ada perbedaan dalam penggunaan istilah yang dipakai namun hal tersebut tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut dikarenakan hanya dapat mengukur aktivitas-aktivitas yang dapat dikuantifikasikan dalam bentuk moneter. Tetapi aktivitas non akuntansi hanya diungkapkan saja dan tidak dalam betuk moneter. Aktivitas akuntansi yang dilakukan pada UMKM seperti penjualan dan pembelian, sedangkan aktivitas non akuntansi seperti bahasa atau istilah yang digunakan.

Pengakuan

Pengakuan adalah proses penentapan kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi dengan memiliki kriteria yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan dapat diukur dengan handal (Suwardjono 2005). Prinsip pengakuan SAK ETAP dan SAK EMKM adalah akrual. Pengakuan atau pencatatan pada SAK ETAP dan SAK EMKM dengan membagi kategori aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban.

1. Aset

Aset diakui sebesar jumlah rupiah atau biaya yang diakui akibat adanya transaksi, kejadian, atau keberadaan yang mempengaruhi aset. FASB mendefinisikan aset (SAFC No.6, prg 25) adalah manfaat ekonomik yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat kejadian masa lalu. Aset diakui oleh UMKM ketika aset tersebut dapat memberikan manfaat ekonomik di masa mendatang dan biayanya dapat diukur secara handal. Manfaat ekonomik dikaitkan dengan kemampuan untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa mendatang. Keterukuran aset pada UMKM berdasarkan biaya dapat diukur secara handal. Biaya yang diukur secara handal yang dimaksud adalah biaya yang didapat berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan didapat kerena adanya pengeluaran sumber ekonomik yang terjadi atau sebagai akibat kegiatan pemerolehan aset sampai pada siap dipakai dengan tujuan pemerolehannya. Biaya perolehan dapat ditelusuri dengan adanya bukti dan peristiwa di masa lampau. Aset dapat dikatakan relevan dan handal ketika definisi dan keterukuran aset masih dapat dipenuhi. Aset diakui oleh UMKM ketika aset tersebut dimiliki atau diperoleh. Jika aset sudah tidak relevan maka akan terjadi penghentian pengakuan aset. Penghentian aset terjadi ketika sudah tidak dapat mendatangkan lagi pendapatan atau aliran kas masuk. Aset tersebut sudah tidak dikendalikan

(14)

14

atau dikuasai oleh suatu entitas dan aset dijual kepada pihak lain maka pengakuan aset dihentikan. Pada kedua SAK tersebut dalam pengakuan aset sama.

2.1 Tabel pengakuan aset

KELOMPOK ASET SAK ETAP SAK EMKM

ASET TETAP

Pengakuan - Memberikan manfaat ekonomi yang pasti.

- Biaya dapat diukur dengan handal.

- Memberikan manfaat ekonomi yang pasti.

- Biaya dapat diukur dengan handal.

Penghentian Pengakuan

- Aset dilepaskan

- Tidak memberikan manfaat ekonomi.

- Aset dilepaskan

- Tidak memberikan manfaat ekonomi

ASET TIDAK BERWUJUD

Pengakuan - Memberikan manfaat ekonomi yang pasti

- Biaya atau nilai diukur secara handal

- Memberikan manfaat ekonomi yang pasti - Biaya atau nilai diukur

secara handal Penghentian

Pengakuan

- Aset dilepaskan

- Tidak memberikan manfaat ekonomi.

- Aset dilepaskan

- Tidak memberikan manfaat ekonomi

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

2. Liabilitas

Liabilitas diakui ketika saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya terjadi. Liabilitas adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa mendatang yang timbul karena adanya kewajiban sekarang suatu kesatuan usaha yang ke depannya akan mengeluarkan sumber daya baik itu berupa aset atau menyediakan atau menyerahkan jasa sebagai akibat kejadian masa lalu (SAFC No.6, prg 35). Pengukuran liabilitas didasarkan pada biaya perolehan. Pengorbanan manfaat ekonomik adalah dengan suatu kewajiban yang memuat tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain dengan mengharuskan untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik di masa datang. Pengakuan liabilitas ketika memenuhi karakteristik kualitatif informasi definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukurannya dapat terpenuhi. Keterandalan liabilitas ketika berdasarkan biaya perolehan.

Tetapi dalam pengakuan liabilitas pada kedua SAK tersebut berbeda. Hal tersebut karena pada SAK ETAP mengakui adanya kewajiban estimasi sedangkan pada SAK EMKM tidak mengakuainya. PSAK 57 mendefinisikan kewajiban estimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti. SAK EMKM tidak mengakui adanya provisi, liabilitas kontijensi, dan aset kontijensi karena pada UMKM mengakui segala transaksinya semuanya

(15)

15

bersifat pasti. Provisi dan liabilitas kontijensi merupakan kewajiban yang timbul karena waktu dan jumlahnya belum pasti. Seperti contoh liabilitas kontijensi adalah garansi. Garansi pada usaha besar garansi dimasukkan ke dalam kewajiban tetapi UMKM tidak menerapakan garansi karena jika adanya kerugian langsung dibebankan pada biaya. Sedangkan aset kontijensi adalah aset yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaanya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa mendatang yang tidak sepenuhnya tidak dalam kendali entitas. Sedangkan pada UMKM semuanya berada pada entitas atau pemilik.

2.2 Tabel pengakuan liabiltas

KOMPONEN SAK ETAP SAK EMKM

Pengakuan - Diakui dalam laporan posisi keuangan

- Kewajiban estimasi diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi

- Diakui sebagai laporan posisi keuangan

- Tidak mengakui provisi dan liabilitas kontijensi

- Tidak mengakui aset kontijensi Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

3. Ekuitas

Secara prinsip pengakuan ekuitas SAK ETAP dan SAK EMKM sama tidak ada perbedaan. Bentuk usaha bukan PT sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan akuntansi yang relevan, sedangkan dalam usaha berbentuk PT sebesar nilai nominal.

2.3 Tabel pengakuan ekuitas

SAK ETAP SAK EMKM

Pengakuan - Berbentuk usaha bukan PT: sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan akuntansi yang relevan.

- Berbentuk PT: nilai nominal.

- Modal dari pemilik: sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku.

- Berbentuk PT: nilai niminal.

- Bentuk usaha bukan PT:

sesuai dengan undang- undang yang berlaku dan akuntansi yang relevan.

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

(16)

16 4. Pendapatan

Pendapatan dapat diakui ketika terealisasi atau cukup terealisasi dan terbentuk atau terhak. Terealisasi jika produk (barang atau jasa), barang dagangan, atau aset lain telah terjual atau ditukarkan dengan kas (Suwardjono 2005). Cukup terealisasi jika aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau diklaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya. Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aset yang disebabkan karena adanya kegiatan produksi yang merepresentasikan operasi utama dan secara terus menerus.

FASB menyebutkan bahwa kenaikan aset berasal dari pengiriman barang atau pelaksanaan jasa. Sehingga kenaikan aset berasal dari pelanggan atau pembeli. Namun IAI membatasi kenaikan aset yaitu yang menaikan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi pemilik.

Pendapatan dapat diakui jika memenuhi kriteria keterukuran dan keterhandalannya.

Keterukurannya berkaitan dengan berapa jumlah rupiah yang harus diterima dan keteradalannya berkaitan apakah jumlah tersebut wajar atau objektif dan dapat diuji kebenarannya. Pada kedua SAK ini dalam pengakuan pendapatannya sama yaitu berdasarkan karena kenaikan aset dengan adanya produksi atau penyediaan jasa atau karena adanya transaksi menaikkan ekuitas kecuali transaksi dari pemilik. UMKM dalam pengakuan pendapatannya berdasarkan akrual. Pengakuan pendapatan pada kontrak konstruksi UMKM mengakuinya dengan menggunakan metode presentase penyelesaian (percentage of completion method). Perusahan kontraktor mengakui pendapatan sebesar presentase tingkat perkembangan penyelesaian kontrak, dengan pengakuan beban dan biaya (di sisi lainnya) yang dilakukan secara proposional.

2.4 Tabel pengakuan pendapatan

SAK ETAP SAK EMKM

Pengakuan - Barang dijual atau jasa yang telah diberikan

- Penyediaan jasa

- Kontrak konstruksi : pendapatan dan beban

- Bunga, royalti, dan dividen - Penjualan barang

- Hak atas pembayaran diterima atau masih harus diterima - Penyediaan jasa

- Kontrak konstruksi : pendapatan dan beban

- Bunga, royalti, dan dividen - Penjualan barang

- Pendapatan hibah

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

(17)

17 5. Beban

IAI (IASC) mendefinisikan biaya dalam Sandar Akuntansi Keuangan (2002) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut kepada penanam modal. Penurunan aset yaitu manfaat ekonomik aset telah habis digunakan karena melekat pada barang atau jasa yang telah diserahkan (keluar) dari kesatuan usaha sehingga entitas tidak menguasai lagi manfaat tersebut. Beban atau kerugian dapat diakui ketika memenuhi salah satu kriteria yang dipenuhi (SFAC No.5, prg. 85) yaitu konsumsi manfaat atau berkurangnya manfaat masa datang. Pengakuan beban atau kerugian pada kedua SAK ini sama dengan kriteria yang ditetapkan yaitu karena adanya konsumsi manfaat atau berkurangnya manfaat manfaat masa mendatang disebabkan adanya pelaksanaan aktivitas entitas normal.

2.5 Tabel pengakuan beban

SAK ETAP SAK EMKM

Pengakuan - Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas normal, seperti beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan - Kerugian mencerminkan pos lain

yang memenuhi definisi beban namun tidak termasuk kategori beban yang timbul dari aktivitas entitas normal, seperti kerugian dan pelepasan aset

- Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas normal, seperti beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan - Kerugian mencerminkan pos lain

yang memenuhi definisi beban namun tidak termasuk kategori beban yang timbul dari aktivitas entitas normal, seperti kerugian dan pelepasan aset

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

Pada SAK ETAP dan SAK EMKM secara prinsip dalam hal pengakuan sama.

Persamaan pengakuan dalam kategori aset yaitu jika aset tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi dan biayanya dapat diukur secara handal. Manfaat ekonomi yaitu yang dapat mendatangkan pendapatan atau aliran masuk. Biaya diukur secara handal jika biaya tersebut diukur berdasarkan biaya perolehan. Pendapatan diakui jika memenuhi keterukuran dan keterandalannya. Beban diakui sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus kas keluar, atau penurunan aset, atau peningkatan liabilitas. Perbedaan yang terjadi adalah pada pengakuan liabilitas. SAK ETAP mengakui adanya kewajiban estimasi yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Sedangkan pada SAK EMKM tidak mengakuinya karena pada umumnya transaksi yang tejadi pada UMKM semuanya bersifat pasti dan dikendalikan sendiri oleh entitas atau pemilik.

(18)

18 Pelaporan

Menurut PSAK No. 1 tujuan pelaporan adalah untuk menentapkan dasar penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum (general purpose financial statments ) supaya dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya ataupun dengan laporan keuangan entitas lain.

1. Aset

Penyajian aset mengikuti prinsip akuntansi berterimakan umum terutama standar akuntansi dengan menetapkan penyajian dan pengungkapan tiap pos-pos aset. Pengungkapan aset: aset disajikan di sisi debit, aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, aset diurutkan berdasarkan likuiditasnya yang paling lancar diurutkan pertama, kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan (seperti metode penyusutan yang dipakai). Prinsip pelaporan pada aset untuk SAK ETAP dan SAK EMKM yaitu dilaporkan dan disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca). Pelaporan dalam kategori aset pada kedua SAK tersebut sama. Pada SAK ETAP dalam pelaporan aset diatur apa saja yang harus diungkapkan dalam laporan. SAK EMKM secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku pada pelaporan. Pada UMKM dalam pengungkapan aset sudah mengikuti prinsip akuntansi yang berterimakan umum. Dengan mengklasifikasikan aset berdasarkan aset lancar dan aset tidak lancar, menyajikan aset di sisi debit, dan mengurutkan aset berdasarkan likuiditas atau kelancarannya. Pada SAK EMKM yang diungkapkan adalah mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan seperti metode penyusutan dan amortisasi.

3.1 Tabel pelaporan aset

KELOMPOK ASET SAK ETAP SAK EMKM

ASET TETAP

Pengungkapan dan penyajian - Dasar pengungkapan yang digunakan

- Metode penyusutan

- Umur manfaat atau tarif penyusutan - Akumulasi penyusutan pada awal

dan akhir periode

- Rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode

- Keberadaan dan pembatasan hak milik, aset yang dijaminkan sebagai hutang

- Komitmen untuk memperoleh aset tetap

Secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku secara pelaporan.

(19)

19

ASET TIDAK BERWUJUD

Pengungkapan dan penyajian - Umur ekonimis dan dan tarif amortisasi

- Metode amortisasi

- Jumlah tercatat amortisasi awal dan akhir periode

- Unsur laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat amortisasi - Rekonsiliasi yang tercatat awal dan

akhir periode

- Penjelasan jumlah sisa periode amortisasi yang material

- Keberadaan dan hak

penggunaannya dibatasi

- Aset tidak berwujud yang dijadikan jaminan hutang

- Jumlah akumulasi pengeluaran riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban

Secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku secara pelaporan.

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

2. Liabilitas

Kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar kelancarannya dengan menurut urutan jatuh tempo. Hal ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Tujuannya untuk memudahkan pembaca dalam mengevaluasi likuiditas perusahaan. Klasifikasi kewajiban jangka pendek: diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan atau jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Klasifikasi jangka panjang: kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan, perusahaan bermaksud untuk membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang dan didukung dengan penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.

Liabilitas atau kewajiban pada SAK ETAP dan SAK EMKM disajikan dan diungkapkan dalam laporan posisi keuangan (neraca). Pelaporan dalam kategori liabilitas pada kedua SAK tersebut sama. Pada SAK ETAP dalam pelaporan liabilitas diatur apa saja yang harus diungkapkan dalam laporan. SAK EMKM secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku pada pelaporan. Pada praktiknya UMKM dalam pelaporan liabilitas lebih banyak menggunakan kewajiban jangka panjang dalam transaksi peminjaman.

Pelaporan liabilitas UMKM untuk kewajiban jangka panjang sudah sesuai dengan pengklasifikasian liabilitas. UMKM dalam pelaporan liabilitas lebih sering menggunakan akun utang usaha dan utang bank.

(20)

20

3.2 Tabel pelaporan liabilitas

SAK ETAP SAK EMKM

Pengungkapan dan penyajian - Jumlah awal dan akhir periode

- Kewajiban estimasi tambahan pada periode berjalan

- Jumlah yang digunakan - Jumlah yang belum

digunakan selama periode berjalan

- Peningkatan dalam nilai kini - Penjelasan singkat tentang

sifat kewajiban

- Indikasi ketidakpastian atas jumlah dan arus pengeluaran kas

- Ekpektasi jumlah penggantian

Secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku secara pelaporan.

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

3. Ekuitas

Ekuitas pada kedua SAK ini disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca).

Pengungkapan ekuitas pada sisi kredit. Pada SAK ETAP dalam pengungkapan ekuitas diatur seperti pengungkapan pada saldo laba, pengungkapan setelah peristiwa tanggal pelaporan, pengungkapan per jenis saham, pengungkapan dividen, pengungkapan saham yang beredar dan diperoleh kembali, dan pengungkapan bagian ekuitas lain. SAK EMKM secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku pada pelaporan.

3.3 Tabel pelaporan ekuitas

SAK ETAP SAK EMKM

Pengungkapan dan penyajian Pengungkapan saldo laba:

- Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba.

- Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di saldo laba, diungkapkan.

- Koreksi masa lalu baik bruto maupun neto setelah pajak.

- Pengungkapan jumlah dividen dan dividen

perlembar saham,

pengungkapan keterbatasan saldo laba bagi dividen.

- Tunggakan dividen, baik jumlah maupun jumlah per saham.

- Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum tanggal

Secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku secara pelaporan.

(21)

21

penyelesaian laporan keuangan.

Pengungkapan kejadian setelah tanggal pelaporan:

- Kewajiban pengungkapan peristiwa penting setelah tanggal laporan keuangan dalam catatan atas laporan keuangan. seperti penjualan besar besaran, deklarasi dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal penyelesaian

laporan keuangan,

rekapitulasi, dan transaksi modal yang lain.

Pengungkapan per jenis saham:

- Modal dasar

- Modal ditempatkan atau dipesan sebelum disetor - Modal disetor

- Harga nominal per lembar - Perubahan lembar saham tiap

jenis saham dan saldo nilai rupiah per jenis saham selama periode akuntansi

- Hak istimewa - Batasan khusus

- Penjelasan apabila dapat dikonversi, tarif konversi.

Pengungkapan dividen:

- Jumlah dividen, dividen per lembar saham, batasan saldo laba minimum dalam kaitan dengan ketersediaan dividen, utang dividen, utang dividen per lembar saham, pengumuman pembagian dividen setelah tanggal pelaporan dan sebelum tanggal penyelesain laporan keuangan, jumlah kapitalisasi dividen saham dan pemecahan saham per lembar dan jumlah keseluruhan.

Pengungkapan saham beredar dan diperoleh kembali:

- Saham yang diperoleh kembali, metode biaya, disajikan sebagai pengurang jumlah modal. Lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan

- Saham beredar, metode nilai nominal, disajikan sebagai pengurang saham yang beredar (modal yang disetor).

Selisisih nilai perolehan kembali dan nilai nominal

dijumlahkan atau

(22)

22

dikurangkan pada agio saham sejenis. Lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan

Pengungkapan bagian ekuitas lain:

Perubahan selama periode pelaporan dan batasan distribusi.

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

4. Pendapatan

Pendapatan pada SAK ETAP dan SAK EMKM disajikan dan diungkapakan dalam kelompok pendapatan dalam laporan laba rugi. Pelaporan dalam kategori pendapatan pada kedua SAK tersebut sama. Pada SAK ETAP dalam pelaporan pendapatan diatur apa saja yang harus diungkapkan dalam laporan. SAK EMKM secara pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan yang berlaku pada pelaporan.

3.3 Tabel pelaporan pendapatan

SAK ETAP SAK EMKM

Pengungkapan dan penyajian - Kebijakan akuntansi (pengakuan dan metode) yang digunakan

- Jumlah kategori pendapatan diakui selama periode pelaporan

Kontrak konstruksi:

- Jumlah yang diakui sebagai pendapatan dalam periode pelaporan

- Metode yang digunakan (mengakui pendapatan dan menentukan tingkat penyelesaian kontrak)

- Pendapatan hibah disajikan terpisah dalam pos “pendapatan lain-lain”

atau sebagai pengurang beban terkait.

Sumber: SAK ETAP dan SAK EMKM

(23)

23 5. Beban

Pelaporan untuk kategori beban disajikan dan diungkapkan dalam kelompok beban di laporan laba rugi. Beban yang disajikan dalam laporan laba rugi sifatnya sebagai pengurang pendapatan.

Pelaporan yang harus diungkapkan pada kedua SAK sama. SAK ETAP dalam mengungkapkan ada aturan apa saja yang harus diungkapkan sedangkan dalam SAK EMKM dalam hal pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan secara pelaporan. Tetapi dalam penyajiannya setiap akun disajikan sama yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas disajikan dalam laporan posisi keuangan (neraca). Pendapatan dan beban masuk dalam laporan laporan laba rugi

Pembahasan 1. Aset

Pengertian aset untuk SAK EMKM dan SAK ETAP adalah sumber daya yang tidak harus dimiliki namun dapat dikuasai oleh entitas sebagai akibat masa lalu dimana dapat memberikan manfaat ekonomik yang diharapkan oleh entitas di masa depan. Manfaat ekonomik yang dimaksud yaitu aset tersebut berpotensi untuk memberikan kontribusi baik itu langsung maupun tidak langsung terhadap arus kas entitas. Arus kas timbul dari penggunaan maupun pelepasan aset. Pada SAK ETAP dan SAK EMKM aset dapat dikelompokkan sebagai aset tetap dan aset tidak berwujud. Pada prinsip pengukurannya terhadap aset kedua SAK ini sama dan tidak berubah yaitu dengan menggunakan biaya historis. Aset tetap dan aset tak berwujud pengukurannya cukup mencatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan dapat ditelusuri dengan adanya bukti dan peristiwa masa lalu. Menurut PSAK 16 yang diterapkan di Indonesia, aset tetap dapat disusutkan dengan beberapa metode yaitu metode penyusutan garis lurus (straight line method), saldo menurun ganda (double declining balance method), dan metode unit produksi (units of production method). Serta tambahan metode penyusutan lainnya yaitu penyusutan berdasarkan jumlah angka tahun (sum of the years digits method). Metode penyusutan yang diterapkan pada SAK ETAP ada tiga metode yaitu dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance), dan jumlah unit prooduksi (sum of the unit of production). Sedangkan pada SAK EMKM metode penyusutan yang diterapkan ada dua

(24)

24

metode saja yaitu metode penyusutan garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance) tanpa memperhitungkan nilai residu (nilai sisa). Pada SAK EMKM terjadi pembatasan yaitu tidak menggunakan metode penyusutan jumlah unit produksi (sum of unit of production). Itu disebabkan karena semua yang terjadi atau transaksi pada UMKM bersifat pasti dan umum. Metode amortisasi untuk aset tidak berwujud pada SAK EMKM menggunakan dua metode yaitu metode penyusutan garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance) tanpa memperhitungkan nilai residu (nilai sisa). Aset tetap dan aset tidak berwujud dapat diakui jika aset tersebut dapat memberikan manfaat ekonomik di masa depan dan biaya atau nilainya dapat diukur secara handal.

Aset disajikan dalam laporan posisi keuangan (neraca). Laporan posisi keuangan (neraca) mengklasifikasikan aset menjadi dua yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. Aset dapat dilaporkan dengan ketentuan yaitu aset dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi, berupa kas atau setara kas kecuali dibatasi penggunaannya untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode. Pada SAK ETAP dalam pengungkapan setiap akun dalam laporan keuangan itu diatur sedangkan pada SAK EMKM dalam pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan secara pelaporan. Untuk kategori aset tetap SAK ETAP dalam laporan keuangan harus mengungkapkan yaitu :

a. dasar pengakuan yang digunakan b. metode penyusutan yang digunakan

c. umur manfaat atau tarif penyusutan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode

d. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode

e. keberadaan dan pembatasan hak milik aset yang dijaminkan sebagai hutang f. komitmen untuk memperoleh aset.

Untuk aset tidak berwujud yang harus diungkapkan adalah:

a. umur ekonomis dan tarif amortisasi b. metode amortisasi yang digunakan

c. jumlah tercatat dan akumulasi amortisasi awal dan akhir periode d. unsur laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat amortisasi e. rekonsonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode

(25)

25

f. penjelasan jumlah sisa periode amortisasi yang material

g. keberadaan dan hak penggunaannya dibatasi, aset tidak berwujud yang dijaminkan sebagai hutang

h. dan jumlah akumulasi pengeluaran riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban.

Kategori aset dalam hal pengukuran, pengakuan, dan pelaporannya tidak terjadi perubahan antara SAK EMKM dengan SAK ETAP. Hal ini berarti bahwa dalam kategori aset yang diatur dalam SAK EMKM sama seperti yang diatur dalam SAK ETAP. Perbedaannya hanya dalam hal pembatasan metode penyusutan dan metode amortisasi namun hal tersebut tidak signifikan.

2. Liabilitas

Liabilitas merupakan kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu dan untuk penyelesaian ke depannya akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomik. Dalam hal ini artian liabilitas untuk SAK ETAP dan SAK EMKM sama. Penyelesaian kewajiban kini dapat berupa pembayaran kas, penyerahan aset selain kas, pemberian jasa, dan atau penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lainnya. Pengukuran mengenai liabilitas untuk SAK ETAP dan SAK EMKM menggunakan biaya historis yang nantinya dicatat sebesar jumlah yang harus dibayarkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengukuran liabilitas di SAK EMKM tidak berubah dari SAK ETAP. Selain pengukuran, liabilitas juga dibandingkan dalam hal pencatatan atau pengakuan.

Pencatatan atau pengakuan yang berlaku pada SAK EMKM adalah liabilitas diakui pada laporan laba rugi. SAK EMKM tidak mengakui adanya liabilitas kontijensi dan provisi.

Dengan tidak mengakuinya hal tersebut menunjukkan bahwa pada SAK EMKM tingkat kepastiannya lebih tinggi. SAK ETAP mengakui adanya kewajiban diestimasi, kewajiban kontijensi dan aset kontijensi. Hal tersebut menunjukan bahwa kewajiban yang bersifat tidak pasti boleh diakui. Namun, kewajiban diestimasi diakui sebagai beban yang masuk ke dalam laporan laba rugi.

Liabilitas dalam pelaporannya disajikan dalam laporan laba rugi dengan mengklasifikasikan liabilitas lancar dan liabilitas tidak lancar. Pelaporan tersebut berlaku untuk kedua SAK. Dengan demikian, hal yang harus diungkapkan pada SAK ETAP yaitu:

(26)

26 a. jumlah tercatat awal dan akhir periode

b. kewajiban estimasi tambahan pada periode berjalan c. jumlah yang belum digunakan selama periode berjalan d. jumlah yang sudah digunakan

e. peningkatan dalam nilai kini

f. penjelasan singkat tentang sifat kewajiban

g. indikasi ketidakpastian atas jumlah dan pengeluaran arus kas h. ekspektasi jumlah penggantiannya.

SAK EMKM dalam pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan secara pelaporan.

Liabilitas dalam pengaturan untuk kedua SAK tersebut tidak jauh berbeda. Perbedaan yang terjadi hanya dalam pengakuan. Perbedaan yang terjadi juga dalam penggunaan istilah pada SAK ETAP istilah yang dipakai adalah kewajiban sedangkan SAK EMKM yaitu liabilitas. Hal ini berarti dalam istilahnya liabilitas sudah diserap dalam penggunaan untuk SAK EMKM namun hal tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam pelaporannya.

pengakuan yang berbeda antara SAK ETAP dan SAK EMKM mengindikasi bahwa setiap peristiwa atas transaksi yang terjadi di UMKM bersifat pasti.

3. Ekuitas

Ekuitas adalah nilai residu (nilai sisa) atas aset entitas dikurangi seluruh liabilitasnya, pengertian tersebut berlaku pada SAK ETAP dan SAK EMKM. Pemilik modal dari segi SAK ETAP adalah perorangan, perusahaan perdata, firma, Commanditaire Vennootschap (CV), Perseroan Terbatas (PT), Koperasi. Sedangkan pada SAK EMKM pemilik modal dari Perseroan Terbatas (PT) yang diatur oleh UU No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas (PT) yang diperbaharui pada PP No. 7 tahun 2016 dengan ketentuan modal dasar PT paling sedikit Rp 50.000.000 dalam hal salah satu atau seluruh pihak pendiri PT memiliki kekayaan bersih sesuai kriteria UMKM, modal dasar ditentukan berdasar kesepakatan para pendiri PT yang dituangkan dalam akta pendirian PT, modal dari pemilik, dan modal dari usaha yang berbadan hukum tidak berbentuk PT. Modal dari pemilik yang disetor dapat berupa kas atau setara kas atau aset non kas dicatat berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku. Untuk entitas yang berbentuk PT, pos tambahan modal disetor disajikan untuk setiap kelebihan setoran modal atas nilai nominal saham. Sedangkan untuk usaha berbadan hukum yang tidak berbentuk PT ekuitas diakui dan diukur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi yang relevan.

(27)

27 4. Pendapatan

SAK ETAP dan SAK EMKM mengungkapkan bahwa penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain). Pendapatan (revenue) adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas entitas yang normal seperti penjualan, imbalan, bunga, dividen, royalti, dan sewa. Pengukuran yang digunakan pada kedua SAK adalah dengan menggunakan nilai wajar atas penerimaan atau yang masih harus diterima. Menurut (Suwardjono 2005) nilai wajar adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkendak bebas tanpa tekanan dan keterpaksaan. SAK EMKM mengakui pendapatan pada laporan laba rugi. Dengan ketentuan jika kenaikan manfaat ekonomik di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan liabilitas yang terjadi dan dapat diukur secara handal. Pengakuan tersebut tidak berubah atau sama dari SAK ETAP.

Pelaporan untuk pendapatan pada SAK EMKM dalam pengungkapan pelaporan mengikuti pengakuan secara pelaporan. Sedangkan pada SAK ETAP mengatur yang harus diungkapkan untuk pendapatan adalah:

a. kebijakan akuntansi (pengakuan dan metode) yang digunakan b. jumlah kategori pendapatan yang dapat dakui selama periode.

Untuk kontrak konstruksi yang harus diungkapkan adalah:

a. jumlah yang diakui sebagai pendapatan selama periode pelaporan

b. metode yang digunakan untuk pengakuan pendapatan dan tingkat penyelesaian kontrak.

SAK EMKM dalam pengaturan akun pendapatan tidak ada yang berubah atau sama dengan SAK ETAP.

5. Beban

Beban mencakup kerugian beban yang timbul dari aktivitas entitas yng biasa. Beban yang tibul dari aktivitas entitas seperti beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan. Beban tersebut berupa arus kas keluar atau berkurangnya aset sepert kas atau setara kas, persediaan, dan aset tetap. Dalam pengakuannya beban diakui pada laporan laba rugi pada kelompok beban jika terjadi penurunan manfaat ekonomik masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur secara handal.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memperjelas pemilihan segmentasi pasar, narasumber mengatakan bahwa sistemBisnis Paket Pos Kilat Khususnya memilih lebih fokus dalam memilih pelanggan yang ingin di

perlindungan anak di Provsu dengan Capaian Kinerja Penyusunan Peraturan Gubernur 100% untuk Penetapan (satu) MoU dapat tercapai dengan realisasi Anggaran sebesar

Aspek lafal nilai rata- ratanya 77,44 dengan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 85%, untuk aspek intonasi nilai rata-ratanya 79,85 dengan prosentase siswa

Hasil yang menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata jenis starter bakteri terhadap aktivitas antioksidan yang ditunjukkan pada Tabel 2 dikarenakan peningkatan aktivitas

Misalnya Anda akan melakukan konversi data bilangan desimal yang ada pada sel A1 menjadi bilangan biner, heksa-desimal, dan oktal dengan jumlah karakter hasil 4..

Hasil percobaan menunjukkan bahwa ransum perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap; persentase bobot karkas jantan dan betina, punggung jantan dan betina, sayap

Penelitian dilakukan pada 70 orang responden di tempat pembuangan akhir (TPA) Alak Kota Kupang, meliputi penggunaan alat pelindung diri,. personal higyene

Sekalipun Dinasti Shafawiyah tidak setaraf dengan kemajuan yang pernah dicapai Islam pada masa klasik, tetapi kerajaan ini telah memberikan sumbangan dan kontribusi besar dalam