• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KELOMPOK TUTORIAL BLOK PSIKIATRI SKENARIO 2 Depresi. Kelompok A2 : Aisah Kusumaning A. (G ) Aulia Muhammad Fikri (G )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KELOMPOK TUTORIAL BLOK PSIKIATRI SKENARIO 2 Depresi. Kelompok A2 : Aisah Kusumaning A. (G ) Aulia Muhammad Fikri (G )"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KELOMPOK TUTORIAL BLOK PSIKIATRI

SKENARIO 2

“Depresi”

Kelompok A2 :

Aisah Kusumaning A. (G0011009) Aulia Muhammad Fikri (G0011045) Egtheastraqita C. (G0011081) Fitri Febrianti R. (G0011 095) Nisa’u Luhtfi Nur A. (G0011151) Sausan Hana Maharani (G0011193) Arga Scorpianus (G0011035) Chendy Endriansa (G0011059) Itqan Ghozali (G0011119) Septian Sugiarto (G0011195)

Tutor :Dwi Rahayu, dr.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skenario Depresi

Ny. S, usia 28 tahun, ibu rumah tangga, datang ke puskesmas bersama suaminya dengan keluhan kurang lebih 1 bulan tidak bisa tidur, tidak ada nafsu makan, sering menyendiri di kamar. Bila diajak bicara, pasien menjawab dengan suara pelan. Dari alloanamnesis diketahui bahwa pasien pernah mengalami gangguan serupa kurang lebih 1 tahun yang lalu dan sembuh sendiri setelah 9 bulan.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan hipoaktif, remming, mood depresi, afek menyempit, dan insight (tilikan diri) derajat 5.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mengetahui macam-macam gangguan arus pikiran.

2. Mahasiswa mengetahui macam-macam gangguan mood, afek dan mekanisme gangguan mood dari segi neurokimiawi.

3. Mahasiswa mengetahui hubungan keluhan satu tahun yang lalu dengan keluhan yang dialami sekarangoleh pasien pada skenario.

4. Mahasiswa mengetahui fisiologi, faktor pencetus gangguan tidur yang terkait gangguan psikiatri, dan patofisiologi gangguan tidur.

5. Mahasiswa mengetahui tentang overview manik dan bipolar.

6. Mahasiswa mengetahui etiologi depresi.

7. Mahasiswa mengetahui epidemiologi depresi.

8. Mahasiswa mengetahui patofisiologi depresi yang terkait dengan skenario.

9. Mahasiswa mengetahui gejala, episode, dan tipe depresi.

(3)

10. Mahasiswa mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan status mental pada skenario.

11. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan mental dan pemeriksaan penunjang yang terkait dengan skenario.

12. Mahasiswa mengetahuipenatalaksanaan depresi.

13. Mahasiswa mengetahui pencegahan depresi.

14. Mahasiswa mengetahui apakah kepribadian dapat diubah dan cara yang dilakukan bila dapat diubah pada kasus depresi.

(4)

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Seven Jump

1. Langkah I:Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario Dalam skenario ini istilah yang kami klarifikasi antara lain :

a. Hipoaktif: suatu keadaan menurunnya aktivitas motorik dan kognitif seperti pada retardasi psikomotorik; proses pikir yang jelas lambat, pembicaraan dan gerakan.

b. Remming: suatu keadaan di mana arus hubungan yang terjadi menjadi lambat sebagai akibat dari adanya kesedihan seperti yang terjadi dalam keadaan depresi. Terjadi hambatan dalam pengucapan kata-kata dalam kalimat.

c. Mood depresi: perasaan sedih yang bersifat psikopatologis. Keadaan mood yang berkisar antara susah atau tidak gembira tahap rendah sampai ke kemurungan yang nyata dan keputusasaan; pada tingkat yang ekstrim biasanya disertai pesimisme yang mencolok dan kurangnya harapan masa depan.

d. Afek menyempit: : menggambarkannuansaekspresiemosi yang terbatas. Intensitas dan keluasandariekspresiemosinyaberkurang, yang dapatdilihatdariekspresiwajah dan bahasatubuh yang kurangbervariasi (Nuhriawangsa, 2011).

e. Insight (tilikan diri) derajat 5: menerima bahwa pasien sakit dan disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu pada diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan (Susilohati dkk., 2013).

2. Langkah II: Menetapkan/mendefinisikan permasalahan

Permasalahan yang kami tetapkan di skenario ini adalah sebagai berikut : a. Apa saja macam-macam gangguan arus pikiran?

b. Apa saja macam-macam gangguan mood, afek, dan mekanisme gangguan mood dari segi neurokimiawi?

c. Bagaimanahubungan keluhan satu tahun yang lalu dengan keluhan yang dialami sekarangoleh pasien pada skenario?

d. Bagaimana fisiologi, faktor pencetus gangguan tidur yang terkait gangguan psikiatri, dan patofisiologi gangguan tidur?

(5)

e. Bagaimana overview manik dan bipolar?

f. Apa saja etiologi depresi?

g. Bagaimana epidemiologi depresi?

h. Bagaimanapatofisiologi depresi yang terkait dengan skenario?

i. Apa saja gejala, episode, dan tipe depresi?

j. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan status mental pada skenario?

k. Apa saja pemeriksaan mental dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan terkait dengan skenario?

l. Bagaimana penatalaksanaan depresi?

m. Bagaimana pencegahan depresi?

n. Apakah kepribadian dapat diubah dan cara yang dilakukan bila dapat diubah pada kasus depresi?

3. Langkah III : Analisis Masalah

Pada langkah ini kami membuat pernyataan sementara pada beberapa permasalahan yang kami temukan pada langkah sebelumnya.

1. Macam-macam Gangguan Proses Berpikir

Gangguan proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (judgement), pemahaman (comprehension), dan ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal mengandung arus idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.

Berbagai macam faktor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya faktor somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosis),dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si individu.

Kita dapat membedakan tiga aspek proses berpikir, yaitu: bentuk pikiran, arus pikiran, dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan.

Gangguan bentuk pikiran, dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logis, dan terarah kepada tujuan.

(6)

1. Dereisme atau pikiran dereistik titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah mengatakan:

“Seorang pegawai negeri dan warga negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan, silahkan keluar…” atau seorang lain lagi : “ Kita harus memberantas perjudian dan pelacuran, karena hal-hal itu merupakan “exploitation de I’homme par I’homme” adalah “homo homini lupus” adalah “machiavellisme”, karena itu kita harus mengikis habis segala bentuknya, tanpa kecuali….”

2. Pikiran otistik : menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam pikirannya sendiri. Kadang- kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.

3. Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler/ revaolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal. (Merupakan gejala yang menonjol pada skizofermia hebefrenik di samping tingkah-laku kekanak- kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik, tetapi kadang-kadang ketiga gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.

Gangguan arus pikiran, yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran, yang timbul dalam berbagai jenis:

1. Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara berlebihan. Penulis pernah mendengar seorang pasien berkata: “Nanti besok saya pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah berada di rumah sudah makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi saya nanti sudah bisa tidur di rumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang…..”

2. Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain umpamanya “Saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila extrim, maka akan terjadi inkoherensi.

(7)

Asosiasi yang sangat longgar dapat dilihat dari ucapan seorang penderita seperti berikut ini: “…. Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga nuklir dan harus minum es krim…”

3. Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah sukar ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin diterangkan secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan asosiasi yang longgar secara extrim. Penulis pernah menerima surat yang isinya antara lain sebagai berikut: “saya minta di janji, tidur, lahir dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang menyinggung segala percobaan…”

4. Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat.

5. Benturan (blocking): jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.

6. Logorea: banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin coherent ataupun incoherent.

7. Pikiran melayang (flight of ideas): perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaraan sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul lagi oleh ide yang lain. Umpamanya seorang pasien pernah bercerita sebagai berikut: “Waktu saya datang ke rumah sakit Kakak saya baru mendapat rebewes, lalu untuk saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah makan… “

8. Asosiasi bunyi (clang association): mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar: “Saya mau makan di Tarakan, seakan-akan berantakan”.

9. Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum, misalnya: “saya radiltu, semua partimun”.

10. Irelevansi: isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.

(8)

11. Pikiran berputar-putar (circumstantiality): menuju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang menjemukan dan yang tidak relevan.

12. Main-main dengan kata-kata: menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar.

Umpamanya pernah penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi:

Wahai jagoku yang tersembunyi Meskipun kau jago

Tanpa kau hatiku sunyi Tanpa kau hatiku mewangi.

13. Afasia: mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi karena kerusakan otak.

Gangguan isi pikiran dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi pikiran yang diceriterakan, misalnya:

1. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi (ecstasy) dapat timbul secara mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan narkosa (anestesia umum). Boleh juga disebabkan oleh Narkotika (feeling high atau fligh sebagai logat para narkotik) atau kadang-kadang timbul sepintas lalu pada skizofrenia.

Semua mengatakan bahwa isi pikiran mereka itu tidak dapat diceriterakan.

2. Fantasi : ialah isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata. Fantasi yang kreatif menyiapkan si individu untuk bertindak sesudahnya; fantasi dalam lamunan merupakan pelarian bagi keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Pada psedologia fantastika (pseudologia fantastica) orang itu percaya akan kebenaran fantasinya secara intermittent dan selama jangka waktu yang cukup lama untuk bertindak sesuai dengan itu.

3. Fobi : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Fobi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya fobi kotor atau fobi kuman menimbulkan kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan

(9)

dari kecemasan yang mengambang (free-floating anxiety) atau kecemasan terhadap keadaan umum, misalnya takut akan jatuh sakit, takut gagal dalam usahanya. Adapun fobi itu bermacam-macam, diantaranya

1) Agorafobi : terhadap ruang yang luas 2) Ailurofobi : terhadap kucing

3) Akrofobi : terhadap tempat yang tinggi 4) Algofobi : terhadap perasaan nyeri 5) Astrafobi : terhadap badai, Guntur, kilat 6) Bakteriofobi : terhadap kuman

7) Eritrofobi : terhadap mukanya akan menjadi merah 8) Hematofobi : terhadap darah

9) Kankerofobi : terhadap penyakit kanker (cancerophobia) 10) Klaustrofobi : terhadap ruangan yang tertutup

11) Misofobi : terhadap kotoran dan kuman 12) Monofobi : terhadap keadaan sendirian 13) Niktofobi : terhadap kegelapan

14) Okholofobi : terhadap keadaan ramai dengan banyak orang 15) Panfobi : terhadap segala sesuatu

16) Patofobi : terhadap penyakit 17) Pirofobi : terhadap api

18) Sifilofobi : terhadap penyakit sifilis 19) Xenofobi : terhadap o rang asing 20) Zoofobi : terhadap binatang

4. Obsesi : isi pikiran yang kukuh (persistent) timbul, biarpun tidak dikehendakinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin, umpamanya:

bahwa anaknya sedang sakit keras atau bahwa seorang wanita menjadi hamil karena perbuatannya. Obsesi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya obsesi barangnya hilang menyebabkan kompulsi membuka-buka lemari untuk melihat kalau berangnya masih ada di dalamnya.

5. Preokupasi: pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat. Ini belum

(10)

merupakan, tetapi dapat menjadi obsesi. Umpamanya preokupasi dengan ujian, anak yang sakit, atau perjalanan yang akan dilakukan.

6. Pikiran yang tak memadai (inadequate) : pikiran yang eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.

7. Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts/ideation): mulai dari kadang-kadang memikirkan hal bunuh diri sampai terus menerus memikir akan cara bagaimana ia dapat membunuh dirinya.

8. Pikiran bubungan (ideas of reference): pembicaraan orang lain, benda-benda atau sesuatu kejadian dihubungkannya dengan dirinya, umpamanya burung bersiul dianggapnya sebagai sebuah berita baginya, atau temannya memakai kemeja yang berwarna merah diartikannya bahwa teman itu sedang marah kepadanya. (pasien mungkin sadar, bahwa pikirannya itu tidak masuk akal).

9. Rasa terasing (alienasi): perasaanbahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing, umpamanya heran siapakah dia itu sebenarnya; rasanya ia berbeda sekali dari orang lain; heran kenapa orang lain sudah berbeda, menjadi asing, aneh. Ini dibedakan dari pikiran isolasi sosial dan dari amnesia.

10. Pikiran isolasi sosial (social isolation): rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat; rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain; rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain; lebih suka menyendiri. Ini dibedakan dari “menarik diri” yang menunjukkan tingkah laku dan dari “isolasi” sebagai mekanisme pembelaan psikologik.

11. Pikiran rendah diri: merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya

12. Merasa dirugikan oleh orang lain: mengira ataumenyangka ada orang lain yang telah merugikannya, sedang mengambil keuntungan dari dirinya atau sedang mencelakakannya

13. Merasa dingin dalam bidang sexual: acuh-tak-acuh tentang hal sexual; kegairahan sexual berkurang secara umum (hiposexualitas). Ini dibedakan dari gangguan potensi sexual dan dari impotensia dan frigiditas

14. Rasa salah: sering mengatakan bahwa ia telah bersalah. Ini bukanlah waham dosa.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Iuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat serta rahmatNya yang begitu besar sehingga penulis rnarnpu rnenyelesaikan

Kemudian laporan tersebut dikelola oleh PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang berfungsi sebagai pengelola dan penyampaian dokumen yang dimiliki oleh

Water Sampler berfungsi untuk pengambilan sampel air pada kedalaman tertentu dengan sistem pengambilan air Vertical dengan kapasitas botol 2.2 lt, 3.2 lt atau 4.2 lt. Grab

Tabel 4.17 Banyaknya Rumah Tangga Pelanggan PLN Menurut Gampong di Kecamatan Bandar Baru, 2014. Nama Gampong Jumlah Pelanggan PLN Jumlah Pelanggan Jumlah Rumah Tangga (1) (2)

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa metode isolasi seperti ini dapat berhasil dengan baik bila setiap pool mengandung paling sedikit 30 ekor serangga per spesies..

!epentingan smoke point dalam praktek ialah untuk menentukan kualitas kerosin yang penggunaan utamanya adalah sebagai bahan bakar lampu penerangan. !erosin yang

Cara pembuatan pestisida cair adalah dengan cara merendam limbah batang tembakau. Limbah batang tembakau yang telah direndam dihiling dengan alat untuk diambil

Menurut Dirjen Bina Produksi Hortikultura (2004) standar mutu yang berlaku sacara nasional adalah menurut Standar Nasional Indonesia, SNI 01-3164-1992 (Tabel 5), dimana syarat