LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak
Disusun Oleh :
ALFAN PRAMPUTRA (J230155037) SITI NOVITA SARI (J230155032)
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS
A. Pengertian
Sepsis adalah infeksi akibat beredarnya kuman penyakit dalam darah .Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki, lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam
waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). ( Saifudin, 2009 ).
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui (ditentukan dengan biakan positif terhadap organism dari tempat tersebut). SIRS (Systemic Inflamatory Respone Syndrome) adalah pasien yang memiliki krieteria sebagai berikut:
1. Suhu > 38 atau < 36
2. Denyut jantung > 90x/menit
3. Respiratori < 20/menit atau PaCO2 < 32 mmHg 4. Leukosit > 12.000 /mm3, atau > 10 % sel imatur
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan hipoperfusi, atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi meliputi (tetapi tidak terbatas) pada asidosis laktat, oliguria, atau perubahan akut pada status mental. (Sudoyo Aru, 2009)
Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. ( Mary E. Muscari. 2005).
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatal disefinisikan sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak,2005).
B. Macam-macam Sepsis 1. Sepsis dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
( Hasan, 2007) C. Etiologi
Menurut Guntur (2007) penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :
1. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
3. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
4. Selang infus yang jarang dibersihkan.
5. Infeksi pada umbilicus.
D. Patofisiologi
Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba- tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminatedintravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2005)
Penderita dengan gangguan imun mempunyai peningkatan resio untuk mendapatkan sepsis nosokomial yang serius. Manifestasi kardiopulmonal pada sepsis gram negative dapat ditiru dengan injeksi endotoksin atau factor nekrosis tumor (FNT). Hambatan kerja FNT oleh antibody monoclonal anti FNT untuk memperlemah manifestasi syok septic. Bila komponen dinding sel bakteri dilepaskan dalam aliran darah, sitokin teraktivasi, dan selanjutnya dapat menyebabkan kekacauan fisiologis lebih lanjut. Produk-produk bakteri dan sitokin pro radang memmicu respon fisiologis untuk menghentikan invasi mikroba. FNT dan mediator radang lain meningkatkan permeabilitas vascular dan terjadinya ketidakseimbangan tonus vascular, dan ketidakseimbangan antara perfusi dan kenaikan kebutuhan metabolic jaringan (Manuaba, 2007).
Syok didefinisikan dengan tekanan sistolik dibawah persentil ke-5 menurut umur atau didefinisikan dengan ekstremitas dingin. Pengisian kembali kapiler
>2detik dipandang sebagai indicator yang dapat dipercaya pada penurunan perfusi perifer. Tekanan vascular perifer pada syok septic (panas) tetapi menjadi
naik pada syok yang lebih tinggi ( dingin). Pada syok septic pemakaian oksigen jaringan melebihi pasokan oksigen. Ketidakseimbangan ini diakibatkan oleh vasodilatasi perifer pada awalnya, vasokontriksi pada masa lanjut, depresi miokardium, hipotensi, insufisiensi ventilator, anemia (Manuaba, 2007)
Sepsitemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh pengadaan mikroorganisme secara cepat atau zat-zat racunya, yangdidapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar. Zat- zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus, maupun riketsia. Penyebab yang paling umum dariseptisemia adalah organism gram negative. Jika perlindungan tubuh tidak efektif dalam mengontrol invasi mikroorganisme, mungkin dapat terjadi syok septic yang dikarakteristikkan dengan perubahan hemodinamik, ketidakseimbangan fungsi selular, dan kegagalan system multiple. (Marilyn E Dongoes, 1999)
E. Manifestasi Klinik
Infeksi pada bayi neonates dapat menstimulasi berbagai penyakit umum lainnya, dapat bersifat samar-samar atau nonspesifik dan dapat melibatkan sejumlah system organ. Di samping itu, infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat overlapping, sehingga biasanya kita tidak dapat menegakkan diagnosis pasti agen etiologic yang spesifik, hanya melihat gambaran klinik. Akhirnya, mayoritas infeksi congenital tidak memperlihatkan gejala-gejala pada saat lahir.
Tanda dan Gejala sepsis yang mungkin bisa timbul pada anak adalah :
1. Demam, letargi, scleroderma.
2. Distensi abdomen anoreksia, muntah, diare, hepatomegali.
3. Apnea, dipspnea, takipnea, retraksi cuping hidung melebar, suara pernafasan membelasut (grunting)
4. Pucat, sianosis, pembentukan bercak-bercak, dingin, kulit berkeringat dingin
5. Iritabilitas, tremor, serangan kejang, hiporefleksia, reflek moro abnormal, pernapasan tidak teratur, fontanela kelihatan penuh.
6. Ikterus, splenomegali, pucat, petekia, purpura,perdarahan (Arief, 2008)
F. PATHWAYS
Penyakit yang diderita oleh Ibu
Merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen o
Hipertermi Aktivasi prostaglandin
Prostaglandin memengaruhi pusat termoregulasi d
Hipotalamus meningkatkan set poin s Pelepasan endotoksik
Bakteri dan Virus Masuk ke Neonatus
Masa Pascanatal Masa Intranatal
Masa antenatal
Kuman dan virus dari ibu
Infeksi nosokomial dari luar rahim Kuman di vagina
dan servik
Naik mencapai kiroin dan amnion Melewati plasenta
dan umlicus
Melalui alat-alat
penghisap lendir, selang endotrakeal, infuse, selang naso gastrik, botol minuman atau dot
Amnionitis dan kiroinitis Masuk kedalam
tubuh bayi
Kuman melalui umbikus masuk ke tubuh janin Melalui sirkulasi
darah janin
Leukosit meningkat
Resiko infeksi SEPSIS
Penurunan ekstraksi o2 ke jaringan
System pencernaan, anoreksia, muntah, diare, menyusui buruk, hepatomegali,
peningkatan residu setelah menyusui
Hipoksia sel Terjadi mekanisme
kompensasi tubuh untuk meningkatkan intake O2 dengan
peningkatan Gangguan
gastrointestinal
Peningkatan respiratory rate
Gangguan pola nafas Ketidakefektifan pola
makan
Kegagalan respon terhadap peningkatan
kebutuhanO2 Disfungsi
mikrosirkulasi Sistem
kardiovaskuler
(Donna L wong 2009, Bobak, 2005, Manuaba, 2007)
G. Pemeriksaan Penunjang 1. Hitung darah lengkap 2. Kultur darah
3. Pungsi lumbal dan sensitivitas cairan serebrospinal (CSS ) 4. Kultur urin
5. Rontgen dada bila ada gejala respirasi 6. AGD ( hipoksemia, asidosis laktat ) 7. Trombosit
8. Bilirubin H. Komplikasi
Menurut Manuaba (2007) komplikasi dari sepsis adalah:
1. ARDS (acute respiratory distress syndrome) 2. Koagulasi intravaskuler diseminata
3. Acute Renal Failure 4. Perdarahan Usus 5. Gagal hati
6. Disfungsi system saraf pusat 7. Gagal jantung
8. kematian
I. Penatalaksanaan
Dalam melakukan evaluasi pasien sepsis, diperlukan ketelitian dan pengalaman dalam mencari dan menentukan sumber infeksi, menduga patogen yang menjadi penyebab (berdasarkan pengalaman klinis dan pola kuman di RS setempat), sebagai panduan dalam memberikan terapi antimikroba empiric (Manuaba 2007)
Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencakup eliminasi patogen penyebab infeksi, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila terjadi kegagalan organ atau renjatan.
Vasopresor dan inotropik, terapi suportif terhadap kegagalan organ, gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi respons imun maladaptif host terhadap infeksi (Manuaba 2007).
1. Resusitasi
Mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation (C) dengan oksigenasi, terapi cairan (kristaloid dan/atau koloid), vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Tujuan resusitasi pasien dengan sepsis berat atau yang mengalami hipoperfusi dalam 6 jam pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP
>65 mmHg, urine >0.5 ml/kg/jam dan saturasi oksigen >70%.
Bila dalam 6 jam resusitasi, saturasi oksigen tidak mencapai 70% dengan resusitasi cairan dengan CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk mencapai hematokrit >30%
dan/atau pemberian dobutamin (sampai maksimal 20 μg/kg/menit).
2. Eliminasi sumber infeksi
Berujuan untuk menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik pada umumnya tidak mencapai sumber infeksi seperti abses, viskus yang mengalami obstruksi dan implan prostesis yang terinfeksi.1 Tindakan ini dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi yang adekuat.
3. Terapi antimikroba
Merupakan modalitas yang sangat penting dalam pengobatan sepsis. Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur diambil. Terapi inisial berupa satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas melawan patogen bakteri atau jamur dan dapat penetrasi ke tempat yang diduga sumber sepsis. Oleh karena pada sepsis umumnya disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik yang dapat mencegah pelepasan endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan, terutama pada keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan endotoksin, misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ.
Pemberian antimikrobial dinilai kembali setelah 48-72 jam berdasarkan data mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab teridentifikasi, tidak ada bukti bahwa terapi kombinasi lebih baik daripada monoterapi.
4. Modifikasi respons inflamasi
Anti endotoksin (imunoglobulin poliklonal dan monoklonal, analog lipopolisakarida); antimediator spesifik (anti-TNF, antikoagulan-antitrombin, APC, TFPI; antagonis PAF; metabolit asam arakidonat (PGE1), antagonis bradikinin, antioksidan (N- asetilsistein, selenium), inhibitor sintesis NO (L-NMMA);
imunostimulator (imunoglobulin, IFN-γ, G-CSF, imunonutrisi);
nonspesifik (kortikosteroid, pentoksifilin, dan hemofiltrasi).
Endogenous activated protein C memainkan peranan penting dalam sepsis: inflamasi, koagulasi dan fibrinolisis. Drotrecogin alfa (activated) adalah nama generik dari bentuk rekombinan dari human activated protein C yang diindikasikan untuk menurunkan mortalitas pada pasien dengan sepsis berat dengan risiko kematian yang tinggi.
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat Gejala malaise b. Sirkulasi
Tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal denyut perifer kuat,cepat, takikardia (syok)
c. Eliminasi Gejala diare d. Gastrointestinal
Gejala : anoreksia, mual muntah e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, pusing, pingsan f. Keamanan
Gejala : abdominal g. Pernafasan
Gejala takipneu, infeksi paru, penyakit vital h. Seksualitas
Gejala : puripus perineal 2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x… jam pola nafas kembali efektif
Kriteria hasil
- Pola nafas efektif
- Suara nafas normal, tidak ada suara tambahan - Respiratory rate dalam batas normal
Intervensi
Airway management dan oxygen therapy - Kaji pola nafas
- Kaji tanda-tanda vital
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi - Auskultasi adanya suara tambahan
- Beri alat bantu pernafasan - Monitor respirasi dan status O2
- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi b. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d Reflek hisap lemah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x… jam pola makan bayi efektit dan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Klien dapat menyusu dengan baik - Bayi menandakan kepuasan menyusu
- Ibu menunjukkan harga diri yang positif dengan menyusui Intervensi :
- Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
- Monitor kemampuan bayi untuk menggapai putting - Monitor pengikatan pengisian ASI
- Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika diperlukan - Instruksikan ibu untuk makan makanan yang bergizi
c. Hipotermi b.d Kerusakan hipotalamus, Penurunan kemampuan menggigil, Penurunan laju metabolisme, Penguapan/evaporasi dari kulit di lingkungan yang dngin
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hipotermi teratasi
Kriteria Hasil :
- Suhu dalam batas normal
- Nadi dan RR dalam batas normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing Intervensi :
- Ukur suhu
- Hitung IWL dan balance cairan - Monitor warna kulit
- Monitor penurunan kesadaran - Monitor WBC, Hb, Hct
- Monitor intake dan output
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Obstruksi jalan nafas : banyaknya mukus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x… jam bersihan jalan nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Suara bersih, tidak ada sianosis dan dyspnue - Mampu bernafas dengan mudah
- Irama, frekuensi pernafasan dalam batas normal Intervensi :
Airway Suction
- Auskultasi bunyi nafas sebelum dan sesudah suction - Berikan O2
- Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan - Monitor status oksigen
Airway management - Buka jalan nafas
- Posisikan untuk memaksimalkan ventilasi - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Auskultasi suara nafas
- Monitor respirasi dan status O2
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Guntur H. 2007. Sepsis. In : Sudoyo, Aru (et all). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Hasan, 2007. Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.