1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lautan yang luas. Dengan kondisi geografis yang dikelilingi laut maka Indonesia mempunyai sumber daya alam melimpah yang berada di laut, mulai dari yang sumber daya alam hayati, yaitu berbagai jenis ikan terdapat di laut Indonesia serta sumber daya non hayati, seperti minyak bumi, gas, dan lain sebagainya.
Fakta nyata laut Indonesia memiliki luas perairan luar biasa yaitu 3,25 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 80.791 km (Dihidros, 2012). Serta potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun diversitas. Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun (Rompas, 2014: 28).
Sumber daya ikan yang melimpah salah satunya terletak di sisi selatan Indonesia, tepatnya di Samudera Hindia, disini dapat ditemui berbagai jenis ikan laut yang bisa ditangkap untuk dijadikan komoditi perdagangan, karena hasil laut seperti ikan, udang, lobster, cumi-cumi, kepiting dan lain sebagainya memiliki nilai gizi yang tinggi, serta tidak banyak bahan kimia yang tercampur dalam tubuh ikan, menjadikan ikan dan olahan hasil laut lainnya menjadi salah satu makanan yang banyak dicari oleh penggemar kuliner, karena banyak sekali manfaat yang didapat apabila mengonsumsi berbagai masakan laut tersebut. Harga masakan laut ini pun memiliki harga jual yang cukup tinggi. Adanya peluang dalam hasil laut ini menjadi salah satu alasan bagi masyarakat Indonesia untuk menekuni profesi sebagai nelayan guna memenuhi kebutuhan akan hasil laut.
Salah satu tempat yang menjadi lokasi bermukimnya para nelayan, berada di Pantai Sadeng, Desa Song Banyu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Pantai Sadeng sendiri terletak di sisi selatan Yogyakarta, merupakan pantai paling timur dan menghadap langsung ke Samudera Hindia. Dulunya Pantai Sadeng
2
adalah muara dari sungai Bengawan Solo purba, dimana dari hasil penelitian para pakar Geologi menunjukkan adanya jejak-jejak dari sungai Bengawan Solo purba tersebut, dan diperkirakan sungai Bengawan Solo purba itu sudah ada dari jutaan tahun yang lalu. Namun, sekitar lima juta tahun aliran sungai berpindah karena adanya pergerakan lempeng Australia menghujam ke bawah Pulau Jawa, menyebabkan daratan Pulau Jawa terdesak dan perlahan terangkat, sehingga mengakibatkan aliran sungai Bengawan Solo sekarang bermuara di sebelah utara pulau Jawa, dan airnya mengalir ke laut Jawa.
Disini terdapat desa nelayan yang sudah berdiri sejak tahun 1986 dimana lokasi ini pada awalnya di pakai sebagai tempat singgah nelayan dari Gombong Jawa Tengah, karena saat singgah disini dirasa potensi sumber daya ikan melimpah, mulailah tempat ini berkembang yang awalnya hanya kapal-kapal jenis Jugung yang bisa berlabuh, hingga sekarang kapal jenis Sekoci dan Inka Mina bisa berlabuh di Pantai Sadeng sudah berkembang dan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), beberapa fasilitas yang sudah ada sekarang adalah, antara lain, memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI), bengkel perbaikan kapal, dan desa nelayan yang menjadi tempat bermukim nelayan baik yang berasal dari sekitar Sadeng maupun nelayan yang datang dari luar daerah.
Dengan demikian pantai Sadeng adalah tempat strategis bagi para nelayan untuk bermukim, Karena pelabuhannya yang sudah mampu menampung kapal berukuran besar, sudah bertaraf pelabuhan nasional dan sudah lengkapnya fasilitas- fasilitas pendukung untuk para nelayan untuk melaut.
Tidak hanya faktor kelengkapan fasilitas pendukung, faktor lain menjadi strategisnya pantai Sadeng ini adalah hasil tangkapan ikan yang melimpah, misalnya saja kapal penangkap ikan kelas Sekoci yang masuk golongan kapal ikan perairan lepas yang melaut selama satu minggu itu bisa membawa pulang ikan dengan berat mencapai satuan ton, dan ikan yang menjadi tangkapan utama adalah Tuna dan Cakalang, sedangkan untuk kapal penangkap ikan kelas Jugung yang masuk
3
golongan kapal ikan perairan pantai, menjalankan aktivitas melaut selama sehari, dapat menghasilkan beberapa kilo ikan dengan jenis yang beragam, tidak hanya ikan tetapi juga ada kepiting, cumi-cumi, lobster dan lain sebagainya.
Ukuran dan bentuk kapal ikan yang beroperasi di laut bermacam-macam, dari yang berukuran kecil yang beroperasi di perairan pantai sampai pada kapal ikan yang sangat besar yang beroperasi di samudera bahkan ke kutub, misalnya kapal induk yang sekaligus merupakan pabrik terapung. Golongan kapal ikan laut ini dibedakan antara kapal ikan untuk perairan pantai, kapal ikan untuk perairan lepas pantai dan kapal ikan untuk perairan bebas. Kapal ikan perairan pantai, misalnya kapal ikan dogol dan lain-lain. Kapal ikan perairan lepas misalnya kapal ikan panjang, kapal ikan gillnet, kapal lampora dan lain-lain. Kapal ikan untuk perairan bebas misalnya kapal ikan penangkap tuna atau tuna longliner, kapal trawl, kapal purse seine berukuran besar, kapal penangkap ikan paus dan sebagainya (Syahrodin,1982: 31).
Dalam pelaksanaannya ada pembagian kerja yang dilakukan oleh para nelayan, untuk kapal kelas Jugung ada dua nelayan yang mengoperasikan kapal dan salah satu dari meraka menjadi juru mudi atau nakhoda kapal dan satunya menjadi anak buah kapal, kemudian saat tiba di titik penangkapan ikan kedua nelayan akan bekerjasama menangkap ikan dengan cara menjaring atau memancingnya.
Untuk kapal kelas Sekoci dimana kapal ini memiliki ukuran lebih besar serta daya tampung ikan dan daya tahan melaut yeng lebih juga, maka dalam satu kapal sekoci diisi oleh delapan sampai sepuluh anak buah kapal dengan salah satu dari mereka menjadi nakhoda, sama dengan pola kerja kapal Jugung di kapal Sekoci semua awak kapal akan bekerja dalam hal pemancingan dan penjaringan ikan, tak terkecuali nakhoda kapal, selain menjadi juru mudi kapal, nakhoda juga berperan dalam urusan administrasi, dalam hal ini adalah adminitrasi surat izin berlayar yang diurus melalui syahbandar pelabuhan.
Surat persetujuan berlayar ini wajib dimiliki oleh setiap kapal, karena kalau tidak mempunyai surat izin berlayar maka kapal tidak diperbolehkan untuk melaut.
4
Surat izin berlayar ini penting untuk pendataan setiap kapal yang akan melaut, dengan mengurus surat izin maka petugas pelabuhan akan memiliki data daftar anak buah kapal beserta nakhodanya dan data tanggal keberangkatan serta perkiraan kepulangan kapal. Dengan data yang dimiliki ini akan menjadi data acuan jika nanti terjadi kecelakaan, pihak yang berwajib segera bisa melakukan pertolongan serta selain untuk data acuan bila terjadi kecelakaan, pengurusan surat izin juga bisa sebagai antisipasi kecelakaan itu sendiri, karena saat mengurus izin petugas pelabuhan akan memberitahu kondisi prakiraan cuaca yang didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang tinggi gelombang, kecepatan angin dan lain sebagainya. Jika cuaca bagus maka petugas akan memberikan izin berlayar, tetapi jika cuaca tidak bagus, izin berlayar pun juga tidak akan diberikan.
Aktivitas melaut nelayan sendiri membutuhkan banyak perbekalan mulai dari persediaan bahan makanan, air bersih, bahan bakar kapal serta es untuk pembekuan ikan agar tetap segar sampai kembali ke daratan, dengan banyaknya perbekalan yang harus dibawa melaut maka semakin banyak juga modal yang harus disediakan oleh para nelayan. Maka disini peran nelayan majikan yang mempunyai modal berupa kapal, alat penangkap ikan, serta modal materi untuk memenuhi persediaan pebekalan melaut menjadikannya menjadi patron dan nelayan pekerja yang tidak mempunyai modal dan bekerja untuk nelayan majikan menjadi klien.
Di kalangan masyarakat nelayan, patron-klien merupakan tata hubungan yang memungkinkan terwujudnya institusi jaminan sosial ekonomi. Secara ekonomi, hubungan patron-klien menampakkan kecenderungan yang bersifat eksploitatif karena patron lebih banyak menguasai sumber daya sehingga mampu memaksimalkan keuntungan. Meskipun demikian, di kalangan masyarakat nelayan eksploitasi yang terjadi cenderung dianggap lebih baik karena mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi permasalahan ekonomi. Akses nelayan terhadap institusi pembiayaan formal cenderung sangat terbatas. Mata pencaharian nelayan
5
yang spekulatif dan hasil tidak pasti menyebabkan sektor perbankan kurang berminat menyalurkan kredit untuk masyarakat nelayan (Nadjib, 2013: 17).
Ketertarikan penulis disini adalah adalah bagaimana pola hubungan yang terbentuk dalam usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh para nelayan. Karena dalam pelaksanaannya tanpa ada kerja sama antara satu dengan yang lain maka pekerjaan akan menjadi susah, mulai dari persiapan melaut, saat penangkapan dan penyimpanan ikan tangkapan di tengah laut, lalu saat pembongkaran hasil tangkapan saat sudah kembali ke daratan dan akhirnya sampai pada penjualan ikan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam menyusun skripsi berjudul Hubungan Patron Klien dalam Komunitas Nelayan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Kabupaten Gunung Kidul).
6 B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang yang telah penulis paparkan diatas dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
Bagaimana hubungan patron klien dalam komunitas nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Pantai Sadeng Kabupaten Gunung Kidul ?
C. Tujuan Penelitian
Setelah melihat latar belakang dan permasalahan yang sudah dikemukakan penulis diatas, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui hubungan patron klien antara majikan pemilik kapal dengan anak buah kapal pada kapal berjenis sekoci dalam komunitas nelayan mulai dari awal mula usaha majikan kapal yang memulai usahanya dari anak buah kapal sampai menjadi majikan pemilik kapal, perekrutan anak buah kapal yang dilakukan dengan cara lisan tanpa ada kontrak kerja secara tertulis, aktivitas nelayan menangkap ikan dan penjualan hasil tangkapan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Pantai Sadeng Kabupaten Gunung Kidul.
7 D. Manfaat Penelitian
Dalam hal ini penulis akan memaparkan manfaat dari penelitian, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai keadaan sosial, budaya, dan ekonomi nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Pantai Sadeng Desa Songbanyu Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul.
2. Penelitian ini diharapkan sebagai informasi pendukung dalam rangka pengembangan masyarakat pesisir di Kabupaten Gunung Kidul.