• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SOSIOLOGI PENDIDIKAN"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

1

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

(2)

2

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

1. Pemahaman Sosiologi Pendidikan

Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Lingkungan social adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama maupun lingkungannya. Antara pendidikan dan perkembang-an masyarakat dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Kemajuan masyarakat dan suatu bangsa sangat di tentukan pembangunan sector pendidikan dalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Perilaku manusia pada hakekatnya hampir seluruhnya bersifat social, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya, hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya.2 Bahan pelajaran atau isi pendidikan ditentukan oleh kelompok atau masyarakat seseorang. Demikian pula kelompok atau masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya melalui pendidikan agar masyarakat itu dapat melanjutkan

1 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Rahagrasindo Perkasa, 2011), hlm.60

2 S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara:2010), hlm.10

(3)

3

eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan memiliki setiap anggota.

Tiap masyarakat meneruskan kebudayaanya dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan, melalui interaksi social dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi. Dalam arti ini pendidikan dapat di artikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya, misalnya pada saat pertama kali bayi di biasakan minum menurut waktu tertentu.

Dalam definisi ini tidak diadakan perbedaan antara orang tua dengan anak, antara guru dengan murid. Yang diutamakan ialah adanya hubungan yang erat antara individu dengan masyarakat. Belajar adalah sosialisasi yang kontinyu artinya setiap individu dapat menjadi murid dan menjadi guru. Individu belajar dari lingkungan sosialnya dan juga mengajar dan mempengaruhi orang lain.

Dalam masyarakat primitive tidak ada pendidikan formal yang tersendiri, setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan daripadanya pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya.

Kemudian dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal.3

Bahasa, kebiasaan, makanan dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan Non formal. Orang yang berpendidikan ialah orang yang telah bersekolah, melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang boleh dikatakan seluruh kelakuan individu bertalian dengan atau dipengaruhi orang lain. Maka karena itu kepribadian pada hakikatnya gejala social. Aspek-aspek yang sama terdapat dalam kelakuan semua orang dalam masyarakat dapat disebut kebudayaan masyarakat, kepribadian individu selalu bertalian erat dengan kebudayaan lingkungan tempat iya tinggal.

3 Ibid, hlm.11

(4)

4

2. Faktor-Faktor Perkembangan Manusia

Seorang etnometodologis mempelajari bagaimana warga masyarakat membentuk kebiasaan atau menyimpang dari kebiasaan yang merupakan suatu realitas dan tertib social tertentu tujuan utamanya adalah untuk mnegungkapkan latar belakang dari perilaku yang dianggap biasa. Tokoh-tokoh etnometodologi adalah Harold Garfinkel, Harvey Sacks, Aaron V. Cicourel, David Sudnow, Hugh Mehan Serta Houston Wood.4

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai-bagai factor yaitu:

a. Faktor Biologis Lingkungan Alamiah

Adalah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memberikan tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan untuk produksi bahan makan, hujan, matahari, dan sebagainya, demikian pula adanya alat-alat, transportasi, perumahan, pakaian, dan sebagainya.

Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti laut untuk menangkap ikan, berlayar, berdagang, padang rumput untuk beternak, dan sebagainya. Walaupun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi orang dapat melepaskan diri dari pengaruh lingkungan dekat.

b. Faktor Biologis lingkungan Sosial Budaya

Perkembangan manusia lingkungan social. Semua orang hidup dalam kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya bahasa. Manusia mempelajari kelakuan dari orang lain dilingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dilakukannya, bahkan apa yang dipikirkannya dan dirasakannya bertalian dengan orang lain.

Aqidah atau ideologi memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hal-hal tersebut, karena manusia dikendalikan dan diarahkan oleh ideologi mereka sendiri5. Anak yang dididik diluar masyarakat manusia, seperti anak-anak yang dibesarkan ditengah-tengah serigala

4 Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi, (Jakarta timur : Yudistira, 1984), hlm.10

5 Syaikh Abdullah dan Syaikh Muhammad, Mukhtasar Aqidah Islam, (Surabaya : Pustaka Elba, 2016), hlm.295

(5)

5

dihutan tidak menunjukkan kelakuan manusia biasa bahkan tak dapat berjalan atau makan seperti manusia.

Bahasa, kebiasaan, makan, pakaian, kepercayaan peranan dalam kelompok, dan sebagainya. Dipelajari dari lingkungan social budaya, karena lingkungan ini berbeda-beda, maka terdapat pula perbedaan dalam pola kelakuan manusia. Selanjutnya lingkungan social budaya memberikan model atau contoh bentuk kelakuan yang diterima dan diharapkan oleh masyarakat. Anak-anak diharapkan berkelakuan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya. Seluruh pendidikan berlangsung melalui interaksi social. Inilah hakikat pendidikan.

(6)

6

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

(7)

7

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

1. Pendididkan

Setiap bangsa pada umumnya menginginkan pendidikan, dengan pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal artinya makin banyak dan makin tinggi pendidikan maka semakin baik pula individunya.

Fungsi sekolah ialah pendidikan intelektual yakni mengisi otak anak dengan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Sekolah dalam kenyataanya masih mengutamakan latihan mental formal, yaitu suatu tugas yang pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lainnya, oleh sebab itu memerlukan tenaga yang khusus di persiapkan untuk itu yaitu seorang guru. Dalam pendidikan formal yang biasanya memegang peran utama ialah guru dengan mengontrol reaksi dan merespon murid.

Anak-anak biasanya belajar dibawah tekanan dan bila perlu paksaan tertentu dan kelakuannya dikuasai diatur dengan berbagai aturan.

Kurikulum pada umumnya juga ditentukan oleh petugas pendidikan guru atau orang dewasa lainnya akan tetapi oleh murid sendiri.

Adapun Fungsi Sekolah yaitu :

a. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan;

b. Sekolah memberikan keterampilan dasar;

c. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib;

d. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan;

e. Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah social;

f. Sekolah mentransmisi kebudayaan;

g. Sekolah membentuk manusia yang social;

h. Sekolah merupakan alat mentrasnformasi kebudayaan.

Antara pendidikan sekolah, keluarga dan masyarakat terdapat saling keterkaitan, karena pendidikan adalah bagian dari kehidupan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan di dalamnya, misi diemban pendidikan tidak larut dalam penagruh lingkungan sekitarnya. Pendidikan dalam hal ini tidak diharapkan hanya menjadi buih karena gelombang perkembangan

(8)

8

zaman berdasarakan nilai-nilai di idealkan, pendidikan akan selalu berupaya menjalani kehidupan.

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, bukanlah taken for granted tetapi jauh sebelumnya telah mengalami suatu proses yang panjang yakni “belajar”, pendidikan dan pengalaman tersendiri berdasarkan zamannya. Mereka mungkin tidak sekolah secara formal di sekolah, tetapi mereka belajar dari pengalaman. Proses belajar dan pendidikan yang dialami mereka dalam zaman yang berbeda tersebut telah menjadikan manusia mampu memenuhi kebutuhan, menjalani kehidupan hingga memasuki zaman peradaban seperti sekarang ini.6

2. Kebudayaan

Kebudayaan yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kebudayaaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat di pengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih konpleks.

Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup manusian (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain.

Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.

Dalam rangka memenuhi hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan antar persekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaan

6 Abdullah, Op.Cit, hlm.59

(9)

9

yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.

Bahwa dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan sesama, masyarakat dengan masyarakat lain yang terjadi antar persekutuan hidup manusia sepanjang hidup manusia. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya tentang kebudayaan yaitu :

a. Pewaris kebudayaan yaitu proses pemindahan, penerusan, pemilikan dan pemakaian dari generasi ke generasi;

b. Perubahan kebudayaan yaitu perubahan yang terjadi karena ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya;

c. Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaa dari suatu kelompok ke kelompok yang lain atau dari masyarakat ke masyarakat yang lain.

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun kecil yang merupakan bagiann dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan, misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsure besar seperti umpamanya majelis permusyawaratan rakyat, disamping adanya unsur-unsur kecil seperti sisir, kancing, baju, peniti, baju, dan lain-lainnya yang dijual pinggir jalan.

Menurut Melville J, Herskovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan yaitu :

a. Alat-alat teknologi, b. Sistem ekonomi, c. Keluarga, dan d. Kekuasaan politik.7

Keaneka ragaman masyarakat yang ada dan perubahan perubahan kebudayaan menimbulkan fenomena baru didalam masyarakat. Keaneka ragaman merupakan suatu keadaan yang dapat mendatangkan fenomena

7 Soejarno Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2012), hlm.153

(10)

10

baru baik itu fenomena positif maupun fenomena negatif. Namun jika kedua-duanya kita telusuri dan kita kaji lebih jauh, maka hal tersebut merupakan suatu gejala-gejala wajar yang terjadi dimasyrakat. Keaneka ragaman dan perubahan kebudayaan dapat mendorong terjadinya konflik, inergasi, disinteragasi dan reintentegrasi.8

3. Pendidikan Sebagai Pengubah

Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan mentransmisi kebudayaan, diantara nilai-nilai nenek moyang kepada generasi muda. Dalam fungsi ini sekolah itu Konservatif dan berusaha mempertahankan status quo demi kestabilan politik, kesatuan dan persatuan bangsa. Disamping itu sekolah juga turut mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengentahuan dan teknologi.

Dalam hal ini sekolah mempunyai fungusi “agent of change” lembaga pengubah. Sekolah mempunyai fungsi transformative artinya sekolah harus dapat mengikuti perkembangan agar bangsa jangan ketinggalan dalam kemampuan dan pengetahuan di banding dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itulah kurikulum harus senantiasa mengalami perubahan atau pembaharuan.

Dalam kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sekolah memegang peranan penting sebagai “agent of change” untuk membawa perubahan-perubahan social.9

Akan tetapi masih dalam norma-norma social seperti struktur keluarga, agama, filsafat bangsa. Sekolah cenderung untuk mempertahankan sistem lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Perubahan social adalah proses diamana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem social. Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses social.

Dengan perubahan social juga merupakan gejala yang melekat pada masyarakat yang dapat diketahui dengan membandingkan keadaan

8 Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta : Kalimedia, 2016), hlm.112

9 S.Nasution, Op.Cit, hlm.22

(11)

11

masyarakat pada waktu dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Laju kecepatan perubahan social tidak selalu sama antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Misalnya antara masyarakat desa dengan masyarakat kota. Demikian juga antara masyarakat yang terisolasi dengan masyarakat terbuka mempunyai hubungan social dengan masyarakat lain.

Masyarakakt terisolasi mempunyai laju perubahan yang sangat lambat, sehingga sering disebut masyarakat statis. Disebut masyarakat statis tentu saja bukan berarti tidak mengalami perubahan sama sekali, tetapi perubahan yang terjadi berlangsung dengan lambatnya sehingga hamper tidak menunjukkan gejala perubahan. Sedangkan masyarakat yang terbuka hubungannya dengan masyarakat luas mengalami perubahan yang berlangsung cepat, sering kali disebut masyarakat dinamis, perubahan social yang terjadi dalam masyarakat menimbulkan ketidak sesuaian anatara unsure social yang ada dalam masyarakat.10

Dengan kata lain perubsahan social mengubah struktur dan fungsi dari unsur-unsur social dalam masyarakat. Dengan demikian perubahan social dalam masyarakat mengandung pengertian ketidak sesuain diaatara unsure- unsur social yang saling berbeda dalam masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.

Struktur social merupakan bentuk jalinan diantara unsur-unsur social yang pokok dalam masyarakat yang menunjukan pada bentuk seluruh jaringan hubungan antar individu dalam masyarakat diamana terjalin interaksi dan komunikasi social. Seddangkan sistim social menunjukan pada bagaimana hubungan antara unsur-unsur social dalam masyarakat sehingga membentuk suatu kebulatan yang berfungsi.

Perubahan social dapat dikatan bahwa perubahan pada segi structural masyarakat seperti pola-pola perilaku dan pola interaksi antar anggota masyarakat, perubahan pada segi cultural masyarakat seperti nilai-nilai, sikap- sikap, serta norma-norma social masyarakat, perubahan di berbagai tingkat

10 Abdullah, Op.Cit. hlm.208

(12)

12

masyarakat dunia perubahan yang dapat menimbulkan ketidak seimbangan dalam suatu sistim masyarakat11.

Dilihat dari bentuknya perubahan social dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, baik perubahan lambat dan perubahan cepat.

a. Perubahan memerlukan waktu yang lama dan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat yang dianamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhann masyarakat. Rentetan berbagai perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan kejadian didalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.

b. Perubahan kecil dan perubahan besar. Sedikit sulit untuk merumuskan masing-masing. Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur social yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan metode pakaian. Misalnya tak akan pengaruhh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhannya.

c. Perubahan yang dikehendak atau perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak dkehendaki. Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang diperkirakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan yang dianamakan agent of change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga masyarakat.

Kemudian perubahan yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki berlangsung dliuar jangkaun pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat social yang tidak diharapkan masyarakat.12

11 Ibid, hlm.209

12Ibid, hlm.210

(13)

13

4. Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat

Para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah daripada yang sudah-sudah. Sekolah dapat merekonstruksi atau mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru.

Pihak yang berkuasa disuatu Negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang ada, perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat. Tak dapat diharapkan bahwa guru-guru lah yang akan mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi, oleh sebab guru sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa dan telah menerima norma-norma yang di persyaratkan oleh atasannya.

Perubahan yang dapat diadakan hanya kecil-kecilan saja dibawah pimpinan yang berwenang. Sekolah tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari control pihak berkuasa. Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin memelopori atau mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses perubahan social yang berlangsung dalam masyarakat tersebut.

Dalam dunia yang dinamis ini tak dapat setiap masyarakat akan mengalami perubahan. Tidak turut berubah dan mengikuti pertukaran zaman akan membahayakan eksistensi masyarakat itu. Tiap pemerintahan akan mengadakan perubahan yang diinginkan demi kesejahteraan rakyatnya dan keselamatan bangsa dan negaranya. Dalam pada itu diusahakan adanya keseimbangan anatara dinamika dengan stabilitas. Perubahan-perubahan itu antara lain tercermin dalam perubahan dan pembaruan kurikulum dan system pendidikan. Peralihan dari zaman colonial ke zaman kemerdekaan memerlukan berbagai perubahan kurikulum sampai sesuai dengan filsafat bangsa.

(14)

14

5. Pengertian Pendidikan dan Stratifikasi Sosial

a. Pengertian pendidikan

Menurut Langeveld pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Sedangkan menurut UU No.

2 Tahun 1989, pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan pula bahwa pendidikan mempunyai fungsi atau kegunaan. Menurut Horton dan Hunt pendidikan mempunyai dua fungsi yakni fungsi manifest dan fungsi laten.

Sebagai fungsi manifest, pendidikan dapat membantu seseorang untuk dapat mencari nafkah. Melalui pendidikan seseorang akan mempunyai keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan dari keterampilan itulah, ia akan mampu untuk mencari nafkah. Sebagai fungsi laten, pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk memperpanjang masa ketidak dewasaan, mengurangi pengendalian orangtua,dan sebagainya.

Pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap peserta didiknya, sehingga bisa dikatakan bahwa melalui pendidikan lah seseorang bisa memperlihatkan dan mengembangkan kemampuannya yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.13

13Abu Ahmadi dan Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan, (Jakrta : PT. Bhineka Cipta, 2007), hlm.68

(15)

15

b. Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial merupakan sebuah pengelompokan masyarakat untuk membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya. Didalam masyarakat dasar-dasar pembentukan stratifikasi sosial dilihat dari empat hal.

1) Dilihat dari ukuran kekayaan. Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda- benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.

2) Dilihat dari ukuran kekuasaan dan wewenang. Dalam hal ini jika seseorang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar maka, ia akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

3) Dilihat dari ukuran kehormatan. Disini ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau di hormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua atau pun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

(16)

16

4) Dilihat dari ukuran ilmu pengetahuan.Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.14

c. Pengolongan Sosial

Dalam tiap masyarakat orang menggolongkan masing-masing dalam berbagai kategori, dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah.

Dengan demikian terjadilah stratifikasi sosial. Ada masyarakat yang mempunyai stratifikasi sosialyang sangat ketat. Seorang lahir dalam golngan tertentu dan ia tidak mungkin meningkatkan kegolongan yang lebih tinggi. Keanggotaanya dalam suatu kategori merupakan faktor utama yang menentukan tinggi pendidikan yang dapat ditempuhnya, jabatan yang dapat didukinya, orang yang dapat dikawininya, dan sebagainya. Golongan yang ketat serupa ini biasanya diebut kasta.

Biasanya pebggolongan sosial tidak seketat itu akan tetapi fleksibel dengan batas-batas yang agak kabur dan senantiasa dapat mengalami perubahan. Dalam masyarakat yang demikian anak seorang jenderal dapat bekerja sebagai penyanyi di night club dan kawin dengan putri keturunan bangsawan zaman dulu.15

14Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengatar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm.195

15 Ibid, hlm.197

(17)

17

d. Cara-cara Menentukan Golongan Sosial

Konsep tentang penggolongan sosial bergantung pada cara seorang menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena adanya perbedaan status dikalangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti tiga metode, yaitu :

1) Metode obyektif, yaitu stratifikasi yang ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain : jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan. Menurut suatu penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1954, bahwa dokter menempati kedudukan yang sangat tinggi sama dengan gubernur Negara bagian. Juga professor tinggi kedudukannya sama dengan ilmuwan, anggota kongres, Dewan Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang lebih rendah dari kapten tentara, pemain orkes atau kontraktor, akan tetapi lebih tinggi dari penyiar radio, masinis, polisi. Yang paling rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu.

2) Metode Subyektif, yaitu dimana dengan menggunakan metode ini kelompok/golongan social dirumuskan berdasarkan pandangan menurut anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat itu. Kepada mereka diajukan pertanyaan : “menurut pendapat saudara termasuk golongan manakah saudara dinegara ini, golongan atas, golongan menengah, atau golongan rendah?.

3) Metode reputasi, metode ini dikembangkan oleh W. Lloyd Warner cs.

Dalam metode ini golongan social dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing stratifikasi masyarakat itu. Kesulitan penggolongan objektif dan subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang dalam lingkungan sehari-hari yang nyata tentang golongan social masing-masing. Oleh sebab itu W.L Warner mengikuti suatu cara yang realistis yakni memberi kesempatan kepada orang dalam masyarakat itu sendiri untuk menentukan golongan-golongan mana yang terdapat

(18)

18

pada masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota masing-masing golongan itu.16

e. Jenis-Jenis Strattifikasi Sosial

Didalam bukunya, Saripudin menyebutkan bahwa macam-macam stratifikasi sosial terdiri dari beberapa kelompok, antara lain:

1) Stratifikasi pada masyarakat pertanian, dalam masyarakat ini sistem stratifikasi dilihat dari kepemilikan tanah.

2) Stratifikasi sosial pada masyarakat feodal, seperti yang kita ketahui feodalisme merupakan sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan yang besar pada golongan bangsawan. Hampir sama dengan stratifikasi pada masyarakat pertanian, pada masyarakat feodal stratifikasi sosial dilihat dari kepemilikan tanah yang terdiri dari dua kelas utama yakni para bangsawan (tuan tanah) dan buruh.

3) Stratifikasi sosial pada masyarakat industri, pada masyarakat ini sistem pelapisan sosial lebih bersifat terbuka dimana seseorang memiliki kesempatan untuk melakukan mobilitas.17

Selain itu, didalam bukunya Saripudin juga menjelaskan bahwa stratifikasi sosial mempunyi beberapa tipe antara lain:

1) Stratifikasi Sosial Tertutup

Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat/ bangsawan darah biru.

16S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung ; 1983), hlm.26

17 Soerjono, Op.Cit, hlm.200

(19)

19

2) Stratifikasi Sosial Terbuka

Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata/tingkatan yang satu ketingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan.

3) Stratifikasi Sosial Campuran

Stratifikasi sosial campuran adalah gabungan dari stratifikasi sistem terbuka dan stratifikasi sistem tertutup dimana masyarakat tersebut dapat untuk pindah kelapisan lebih atas, namun di sisi lain dapat melakukan mobilitas vertical dengan status sama. Contohnya dapat kita temukan pada masyarakat Bali. Misalnya seseorang yang berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, maka ia akan memperoleh kedudukan rendah, maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.18

f. Penyebab Terjadinya Stratifikasi Sosial

Kehidupan manusia tidak lepas dari adanya lapisan dalam masyarakat atau yang sering disebut dengan stratifikasi sosial. Keadaan masyarakat yang majemuk memungkinkan terjadinya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat karena faktor-faktor tertentu. Sistem lapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya atau sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama.

Menurut Soekanto alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta

18 Ibid, hlm.203

(20)

20

dalam batas-batas tertentu. Pelapisan sosial ini terjadi karena adanya perkembangan dan perubahan dalam masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Batak dimana marga tanah, yaitu marga pertama- tama membuka tanah dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.

Demikian pula dengan golongan pembuka tanah kalangan orang Jawa di Desa dianggap sebagai pembuka tanah dan pendiri desa yang bersangkutan.19

Soekanto mengatakan untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat dapat berpedoman pada hal-hal berikut, yaitu:

1) Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem bertentangan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penelitian.

2) Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur antara lain :

a) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti penghasilan, b) Kekayaan,

c) Keselamatan, dan d) Wewenang;

Sistem pertentangan yang diciptakan para warga masyarakat; kriteria sistem pertentangan, yaitu :

a) Apakah di dapat berdasarkan kualitas pribadi, b) Keanggotaan kelompok kerabat tertentu, c) Milik, wewenang atau kekuasaan;

d) Lambang-lambang kedudukan seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, dan keanggotaan pada suatu organisasi;

mudah atau sukar bertukar kedudukan; solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat.”

19Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Susatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan), (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm.32

(21)

21

Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Walaupun secara teoritis seluruh manusia dapat dianggap sederajat. Namun tidak demikian, sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial manusia dalam masyarakat terbentuk lapisan-lapisan dengan manusia lainnya sebagai suatu makhluk sosial.

Beberapa hal yang menyebabkan munculnya stratifikasi sosial menurut Saripudin antara lain:

1) Munculnya lapisan sosial dalam masyarakat didasarkan pada adanya pertentangan dan pembedaan.

2) Tidak adanya keseimbangan dalam pembagian atau distribusi hak dan kewajiban, hak-hak istimewa (penghasilan, kekayaan, ilmu) dimiliki oleh hanya segelintir orang atau kelompok tertentu.

3) Kelompok-kelompok yang memiliki hak-hak istimewa tersebut biasanya menggunakan lambang-lambang yang menjadi symbol kedudukan, lambang tersebut baik berupa pakaian, tingkah laku, rumah, dan keanggotaan pada suatu organisasi.20

g. Pengaruh Stratifikasi Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, stratifikasi sosial sangatlah berpengaruh. Stratifikasi sosial (Pelapisan sosial) sudah mulai dikenal sejak manusia menjalin kehidupan bersama. Terbentuknya pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun, baik secara perorangan maupun kelompok.

Pada masyarakat yang taraf kebudayaannya masih sederhana, maka pelapisan yang terbentuk masih sedikit dan terbatas, sedangkan masyarakat modern memiliki pelapisan sosial yang kompleks dan tajam perbedaannya. Stratifikasi sosial akan selalu di temukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai.

Mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, atau tanah,

20 Ibid, hal.33

(22)

22

kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan agama, atau keturunan keluarga terhormat. Seseorang yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai akan dianggap sebagai orang yang menduduki pelapisan atas.

Sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, mereka akan dianggap oleh masyarakat sebagai orang-orang yang menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah. Stratifikasi sosial akan membedakan warga masyarakat menurut kekuasaan dan pemilikan materi.

Kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan, kepemilikan kekayaan, atau kedua-duanya. Dengan begitu, pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan akan membagi anggota masyarakat ke dalam beberapa stratifikasi atau kelas ekonomi.21

Dalam stratifikasi sosial terdapat tiga kelas sosial, yaitu: Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), Masyarakat yang terdiri kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak dari pada di kelas menengah apalagi pada kelas atas. Semakin keatas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kehidupan masyarakat terdapat kriteria yang dipakai untuk menggolongkan orang dalam pelapisan sosial dilihat dari ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan yang dimiliki.dilihat dari ukuran itu, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti adanya perbedaan gaya hidup dan perlakuan dari masyarakat terhadap orang-orang yang menduduki pelapisan tertentu.

Stratifikasi sosial juga menyebabkan adanya perbedaan sikap dari orang-orang yang berada dalam strata sosial tertentu berdasarkan kekuasaan, privilese dan prestise. Dalam lingkungan masyarakat dapat terlihat perbedaan antara individu, atau satu keluarga lain, yang dapatdidasarkan pada ukuran kekayaan yang dimiliki. Yang kaya

21 Ibid, hlm.35

(23)

23

ditempatkan pada lapisan atas dan miskin pada lapisan bawah. Atau mereka yang berpendidikan tinggi berada dilapisan atas sedangkan yang tidak sekolah pada lapisan bawah. Dari perbedaan lapisan sosial ini terlihat adanya kesenjangan sosial. Hal ini tentu merupakan masalah sosial dalam masyarakat.22

h. Golongan Sosial Sebagai Lingkungan Sosial

Golongan sosial menentukan lingkungan seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, kultural dan sosial yang mencegah pergaulan dengan golongan-golongan lain. Golongan sosial membatasi dan menentukan lingkungan belajar anak. Orang yang termasuk golongan sosial yang sama cenderung bertempat tinggal di daerah tertentu. Misalkan orang golongan atas akan tinggal di daerah elite karena anggota golongan rendah tidak mampu tinggal di sana. Orang akan mencari pergaulan dikalangan yang dianggap sama golongan sosialnya.Namun demikian ada kemungkinan terjadi perpindahan sosial.23

i. Tingkat Pendidikan

Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya.

Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang dengan tingkat pendidikanyang telah ditempuhnya,meski demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi.

Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lainterjadi karena anak dari golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Sementara orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan sampai

22Ibid, hal.37

23S.Nasution, Op.Cit, hlm.30

(24)

24

perguruan tinggi.Orang yang berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar tinggal dirumah elite dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan anknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak yang orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok, tinggal digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati perguruan tinggi. Ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seorang anak, Yaitu: Pendapatan orangtua, Kurangnya perhatian akan pendidikan dikalangan orangtua dan Kurangnya minat si anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.24

24 Ibid, hlm.31

(25)

25

GOLONGAN SOSIAL DAN

JENIS PENDIDIKAN

(26)

26

GOLONGAN SOSIAL DAN JENIS PENDIDIKAN

1. Pemahaman Golongan Sosial

Golongan sosial tidak hanya berpengaruh terhadap tingginya jenjang pendidikan anak tetapi juga berpengaruh terhadap jenis pendidikan yang dipilih. Tidak semua orangtua mampu membiayai studi anaknya diperguruan tinggi. Pada umumnya anak-anak yang orangtuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk belajar di perguruan tinggi.Sementara orangtua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, dengan pertimbangan setelah lulus dari kejuruan bisa langsung bekerja sesuai dengan keahliannya.

Dapat diduga sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari glongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas.

Karena itu sekolah menengah dipandang lebih tinggi statusnya daripada sekolah kejuruan.Demikian pula dengan mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan perguruan tinggi dipandang mempunyai status yang lebih tinggi , misal matematika, fisika dipandang lebih tinggi dari pada tata buku.

Sikap demikian bukan hanya terdapat dikalangan siswa tetapi juga dikalangan orangtua dan guru yang dengan sengaja atau tidak sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anaknya.25

2. Bakat dan Golongan Sosial

Berdasarkan penelitian tentang angka-angka murid menunjukkan bahwa angka-angka yang tinggi lebih banyak ditemukan pada murid dari golongan sosial yang tinggi. Kegagalan dalam pelajaran lebih banyak terdapat dikalangan murid dari golongan rendah. Walaupun dalam tes intelegensi ternyata kelebihan IQ anak-anak golongan atas, namun tak semua kegagalan dan angka - angka rendah yang kebanyakan dari anak golongan rendah dapat dijelaskan dengan IQ. Ini menandakan bahwa Iq mengandung unsur pengaruh lingkungan.Atas pengaruh lingkungan IQ dapat berubah. Lingkungan yang baik dapat meningkatkan IQ.

25 Ibid, hlm.31

(27)

27

Pada umumnya ada perbedaan bakat atau pembawaan diantara ank-anak dari berbagai golongan sosial. Disamping itu terdapat pula perbedaan pula perbedaan minat mereka terhadap kurikulum yang berlaku dan motivasi untuk mencapai angka yang tertinggi. Guru-guru dapat memperhatikan bahwa banyak anak dari golongan rendah mempunyai perhatian yang kurang terhadap pelajaran akademis meskipun mempunyai IQ yang tinggi.

Anak-anak dari golongan rendah biasanya turut mencari nafkah keluarga sehingga mengurangi minat belajar. Selain itu ada kemungkinan perbedan partisipasi anak-anak dari berbagai golongan sosial dalam berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang memerlukan waktu dan biaya, seperti kegiatan olahraga, kemping, musik, seni lukis, kepramukaan dan sebagainya, kecuali bila diharuskan bagi semua siswa.26

3. Sosiomentri

Dalam KBBI, Sosiometri adalah : teknik penelitian yang umumnya bertujuan untuk meneliti hubungan sosial psikologis antara individu di dalam suatu kelompok. Biasanya metode ini dilakukan sbb. Kepada anak-anak diminta menulis nama satu orang dengan siapa dia duduk sebangku, dapat juga kita minta nama dua orang menurut prioritas anak itu bahkan ditambah dengan nama ank yang tidak disukai.

Selain teman sebangku, juga bisa diganti dengan teman menonton, teman belajar, teman bermain dll. Dari nama-nama yang ditulis dapat diolah menjadi sosiogram yang menunjukkan gambar diagram hubungan sosial dalam kelas. Anak yang paling dipilih diberi julukan "bintang", anak yang tidak dipilih oleh siapa pun disebut "isolate". Selain itu bakal muncul dua orang yang saling memilih disebut "pair/pasangan",kemudian tiga orang yang saling memilih disebut "triangle/segitiga" dan di temukan juga satu kelompok yang erat hubungan anggotanya disebut " klik/ clique ".27

26Veithzal Rivai dan Sylvyana Murni, Education Management (Analisis Teori dan Praktik), (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hlm.168

27 S.Nasution, Op.Cit, hlm.34

(28)

28

4. Mobilitas Sosial

Dalam tiap masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang cukup banyak. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain, yang lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilitas sosial vertical. Mobilitas sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial yang berbeda dengan sebelumnya.

Ada faktor penghambat mobilitas seperti agama,kesukuan, jenis kelamin dan sebagainya. Kenaikan golongan sosial dapat diselidiki dengan: Meneliti riwayat pekerjaan seseorang dan Membandingkan kedudukan sosial indifidu dengan kedudukan orang tuanya, jadi tidak ada negara yang sepenuhnya “terbuka” atau “tertutup bagi mobilitas sosial, kerena dalam masyarakat terbuka orang lebih mudah naik kegolongan sosial yang lebih tinggi. boleh dikatakan bahwa, status sosial seseorang bergantung pada usaha dan kemauannya untuk meningkatkan golongan sosialnya.

Sedangkan dalam masyarakat tertutup kenaikan sosial mengalami banyak kesulitan, diantaranya ada yang tidak dapat diatasi oleh individu itu sendiri, karena ditentukan oleh keturunan. Walaupun dalam masyarakat terbuka setiap orang mencapai tingkat sosial yang paling tinggi yaitu, terdapat banyak mobilitas, yang naik lebih banyak dari pada yang turun, namun kenaikan itu terbatas dinegara maju. Faktor lain yang memperluas.

Pada umumnya kenaikan status sosial dianggap bai, karena membuktikan keberhasilan usaha seseorang. Namun, ada mensyinyalir aspek negatif, yakni bagi individu timbulnya rasa ketegangan, keangkuhan dengan memamerkan kekayaan, keguncangan kehidupan, keluarga dengan bertambahnya perceraian atau eretakan keluarga.

selain itu, moblitas sosial dapat memeperlemah solidaritas kelompok karena, mereka yang beralih golongan sosial akan menerima norma- norma baru dari golongan yang dimasukinya dengan meninggalkan norma-norma golongan sosial semula.28

28 Ibid, hlm.35

(29)

29

5. Jenis-Jenis Mobilitas Sosial

a. Mobilitas Sosial Horizontal.

Diartikan sebagai suatu peralihan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Contoh: Pak Jarwo seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.

b. Mobilitas Sosial Vertikal.

Diartikan sebagai suatu peralihan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Terbagi menjadi dua yaitu mobilitas vertical ke atas (Sosial Climbing) dan mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking).

c. Saluran Mobilitas Sosial Vertikal

Menurut Pitirim A. Sorokin, mobilitas sosial vertikal memiliki saluran- saluran dalam masyarakat. Proses mobilitas sosial vertikal ini disebut social circulation.

Berikut ini saluran-saluran terpenting dari mobilitas sosial.

1) Angkatan Bersenjata

2) Lembaga-Lembaga Keagamaan, 3) Lembaga-Lembaga Pendidikan, 4) Organisasi Politik,

5) Organisasi Ekonomi, 6) Organisasi Keahlian

(30)

30

d. Mobilitas Sosial Antargenerasi

Mobilitas sosial antargenerasi ditandai oleh perkembangan atau peningkatan taraf hidup dalam suatu garis keturunan. Mobilitas seperti ini bukan menunjuk pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan kenaikan kedudukan (status sosial) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, mobilitas sosial antargenerasi yaitu perpindahan kedudukan seseorang/anggota masyarakat yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Contoh: generasi orang tua (ayah ibu) dengan generasi anak.29

29 Ibid, hlm.36

(31)

31

PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

(32)

32

Pendidikan dan Mobilitas Sosial

1. Pengertian Mobilitas Sosial

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan diperoleh, makin besar untuk mencapai tujuan itu. dengan demkian, terbuka kesempatan untuk meningkat kegolongan sosial yang lebih tinggi. oleh karena itu dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. dengan memperluas dan merata pendidikan, diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. dengan demikian, perbedaan golongan sosial akan di kurangi jika tidak dapt dihapus seluruhnya. Mengenai mobilitas sosial terdapat dua pengertian :

a. Suatu sektor dalam masyarakat secara keseluruhan berubah kedudukannya terhadap sektor lain. Misalnya buruh industri yang dahulu mempunyai kedudukan yang rendah mendapat posisi yang baik setelah mendapat gaji yang lebih tinggi, kekuasaan politik yang lebih besar dan sebagainya.

b. Tentang mobilitas sosial ialah kemungkinan bagi individu untuk pindah dari lapisan satu untuk pindah kelapisan yang satu lagi.

Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial.

Pendidikan secara merata memberikan persamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah. walaupun terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula golongan randah yang tetap dianggap rendah.

Namun, kedudukan golongan rendah tidak statis, akan tetapi dapat terus bergerak maju bila diberi pendidikan yang lebih banyak.30

2. Mobilitas sosial melalui pendidikan

Banyak contoh-contoh yang dapat kita liat disekitar kita, tentang orang yang meningkat dalam status sosialnya berkat pendidikan yang diperolehnya. salah satu contohnya yaitu pada jaman dahulu orang yang

30 Ibid, hlm.38

(33)

33

menyelesaikan pelajarannya pada HIS yaitu SD pada jaman belanda, mempunyai harapan menjadi pegawai dan mendapatkan kedudukan sosial yang terhormat. Apa lagi kalau ia lulus MULO, AMS, atau Perguruan tinggi, maka makin besarlah kesempatannya untuk mendapatkan kedudukan yang baik. dengan demikian, masuk golongan sosial menengah atas. kini pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas sosial.

Karena, kini pendidikan tinggi dianggap suatu syarat bagi mobilitas sosal.di samping ijazah perguruan tinggi, ada lagi faktor-faktor lain membawa seseorang kepada kedudukan tinggi dalam pemerintahan atau dunia usaha. Dapat kita pahami bahwa, anak-anak golongan rendah lebih suka mendapat kedudukan sebagai pimpinan perusahaan dibanding anak pemimpin perusahaan itu sendiri. hubungan pribadi, rekomendasi dari orang yang berkuasa disamping ijazah dan prestasi turut berperan, untuk mendapatkan posisi yang tinggi. Mobilitas sosial bagi individu agak kompleks karena adanya macam-macam faktor yang membantu sesorang meningkat dalam jenjang sosial. Misalnya, sekolah sebagai jalan bagi mobilitas sosial.31

3. Tingkat sekolah dan mobilitas sosial

Diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan. Makin besarnya kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah.

ternyata ini tidak selalu benar, bila pendidikan itu hanya terbatas pada pendidikan tingkat menengah. jadi, walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMA , masih menjadi pertanyaan, apakah mobilitas sosial akan meningkat. Mungkin sekali tidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial. Akan tetapi, pendidikan tinggi masih dapat mamberikan mobilitas itu. walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi, makin berkurang ijazah untuk meningkat dalam status sosial.32

31 Ibid, hlm.39

32 Ibid, hlm.40

(34)

34

PENDIDIKAN MENURUT

PERBEDAAN SOSIAL

(35)

35

Pendidikan menurut perbedaan sosial

1. Pendidikan menurut perbedaan sosial

Pada umumnya dinegara demokrasi, orang sukar menerima, adanya golongan-golongan sosial dalam masyarakat. Menurut Undang-Undang semua warga negara sama, dalam kenyataannya tak dapat disangkal adanya perbedaan sosial itu, yang tampak dari sikap rakyat biasa terhadap pembesar, orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, dan lain-lain.

Perbedaan itu nyata dalam symbol-simbol status seperti mobil mewah, rumah mentereng, perabot luks, dll. suka atau tidak suka perbedaan sosial terdapat disepanjang masa, walaupun sering perbedaan tidak selalu mencolok.Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing- masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan, batas-batas tingkat sosial itu.

Pendidikan selalu merupakan bagian dari sistem sosial. namun, segera timbul keberatan terhadap pendirian yang demikian. karena dianggap bertentangan dengan prinsip demokrasi dengan mengadakan driskriminasi dalam pendidikan. Cara demikian akan memperkuat penggolongn sosial dan menghambat mobilitas sosial yang diharapkan dari pendidikan. Darapan ini tidak mudah diwujudkan karena banyak daya-daya lain diluar sekolah yang menibulkan, stratifikasi sosial yang jauh lebih kuat daripada pendidikan formal.

Pada saat ini sekolah-sekolah meneruskan cita-cita untuk menebarluaskan ideal dan norma-norma kesamaan dan mobilitas secara verbal. Disamping adanya daya-daya stratifikasi yang berlangsung terus dalam masyarakat. ini berarti bahwa usaha untuk mengajarkan kesamaan dan mobilitas akan menghadapi kesulitan dalam dunia nyata. mobilitas sosial adalah perluasan dan peningkatan pendidikan untuk memenuhi tenaga kerja bagi pembangunan yang kian meningkat, khususnya pendidikan tinggi.33

33Ibid, hlm.41

(36)

36

2. Pendidikan dan Hubungan Antar Kelompok

a. Prasangka dalam Hubungan Antar Kelompok

Bermacam-macam teori yang telah dikemukakan bahwa prasangka adalah sebagai sesuatu yang wajar yang sendirinya timbul bila terjadi hubungan antara dua kelompok yang berlainan. Sikap bermusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompol tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan . sikap ini dinamakan prasangka, sebab dugaan yang dianut orang yang tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman ataupun bukti yang cukup memadai. Manusia sadar akan kesamaan dalam kalangannya sendiri dan merasa solider dengan kelompok itu.34

1) Prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari.

Teori ini memandang prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya dengan sikap-sikap lain yang terdapat pada manusia. Sikap senang atau tidak senang terhadap golongan lain adalah hasil pengalaman pribadi yang berlangsung lama atau berdasarkan pengalaman yang traumatis.35

2) Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis.

3) Golongan yang dominan ingin menyingkirkan golongan minoritas dari dunia persaingan. Sikap itu terdapat dikalangan penjajah terhadap bangsa yang dijajah agar dapat dieksploitasinya. Untuk membenarkan diri mereka mencari alasan penindasan itu dengan jalan rasionalisasi.

4) Prasangka sebagai aspek pribadi.

Menurut penelitian Murphy dan Likert ada dua orang yang mempunyai pribadi yang berprasangka. Orang yang pribadinya berprasangka menaruh prasangka terhadap berbagai hal. Maka kepribadian merupakan suatu faktor penting bila kita ingin memahami hakikat dan perkembangan prasangka.36

34 S. Nasution, SosiologiPendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm.47

35 Ibid, hlm.49

36 Ibid, hlm.142

(37)

37

Dalam berbagai faktor yang dapat menimbulkan prasangka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memahami prasangka harus kita gunakan pendekatan yang multi dimensional. Prasangka dalam hubungan antar- kelompok perlu kita ketahui bahwa prasangka bukanlah suatu instink yang dibawa lahir, melainkan sesuatu yang dipelajari. Karena prasangka itu dipelajari, maka prasangka itu dapat diubah atau dikurangi bahkan dapat dicegah timbulnya.37

Melalui dimensi sikap kita dapat mengamati sikap suatu kelompok terhadap anggota lain,dan sebaliknya.

b. Dimensi Hubungan Antar Kelompok

Hubungan antar kelompok mempunyai berbagai dimensi. Dimensi yang dijabarkan adalah dimensi sejarah, dimensi sikap, dimensi institusi, dimensi gerakan sosial,dan dimensi tipe utama hubungan antar kelompok.penjabaran tentang dimensi diatas sebagai berikut:

1) Dimensi Sejarah

Dimensi ini mengarahkan kajian kepada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antarkelompok. Kapan dan bagaimana terjadinya kontak pertama antara kelompok satu dengan kelompok yang lain yang kemudian berkembang menjadi hubungan dominasi kelompok terseut terhadap kelompok lainnya. Menurut Noel (1968), stratifikasi etnik dapat terjadi dengan tiga prasyarat: etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan kekuasaan.

Tiga prasyarat ini tidak bisa dipisahkan karena apabila satu prasyarat saja tidak terpenuhi, stratifikasi tidak akan terjadi. Kemudian stratifikasi jenis kelamin juga memilik sejarahnya. Stratifikasi ini pada awalnya terjadi karena perbedaan kekuatan fisik yang akhirnya memunculkan dominasi dan eksploitasi kau laki-laki terhadap perempuan. (Kamanto Sunarto, 2004: 147-148).

37 Ibid, hlm.148

(38)

38

2) Dimensi institusi

Institusi berfungsi sebagai pengendalian sosial, sikap dan hubungan antarkelompok. Namun begitu, institusi juga bisa menghilangkan pola hubungan tersebut. Contohnya adalah kebijakan apartheid yang dicanangkan di Afrika Selatan pada masa lampau, merupakan kebijakan yang ditegakkan oleh institusi politik dan ekonomi.

3) Dimensi gerakan sosial

Kajian dalam sudut pandang ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering terjadi karena dilakukan oleh suatu kelompok tertentu karena pengaruh dominasi dan kekuasaan. Kelompok-kelompok tertentu yang di dominasi oleh kelompok lain akan berusaha melakukan gerakan pembebasan. Sebagai contoh adalah gerakan Black Panthers di Amerika Serikat dan gerakan pembebasan perempuan (Woman’s Liberation Movement).

4) Dimensi sikap

Hubungan antarkelompok akan menimbulkan perwujudan sikap berupa prasangka (prejudice). Sikap ini merupakan istilah yang mengacu kepada sikap bermusuhan karena kelompok lain memiliki suatu ciri yang tidak menyenangkan, namun dugaan ini tidak di dasarkan pada pengetahuan, pengalaman, atau bukti yang cukup konkret.

c. Konsep Pembagian Kelompok

Setiap kelompok dapat dibagi-bagi berdasarkan perbedaan dan persamaan ciri. Dalam membagi kelompok-kelompok tersebut, terdapat beberapa konsep mengenai kelompok-kelompok yang mempunyai definisi berbeda.

(39)

39

1. Konsep yang pertama adalah konsep ras. Konsep ras diartikan sebagai suatu tanda peran (role sign) yang di dasarkan pada ciri fisik.38

2. Konsep yang kedua adalah konsep yang didasari oleh persamaan kebudayaan, yaitu kelompok etnik. Dalam konsep ini, kelompok etnik merupakan suatu bentuk Gemeinschaft dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin di antara anggotanya.

3. Konsep ketiga adalah rasisme, yaitu suatu ideologi yang didasarkan kepada keyakinan bahwa ciri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan bahwa pemilik ciri tersebut lebih rendah sehingga didiskriminasi.

4. Konsep keempat yang juga merupakan ideologi adalah seksisme.

Dalam seksisme, hal yang menjadi dasar klasifikasi adalah kecerdasan dan kekuatan fisik. Contohnya laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan karena fisiknya kuat.

5. Konsep berikutnya adalah ageisme, yang menjadikan faktor usia sebagai dasar klasifikasi.

6. Konsep yang terakhir adalah rasialisme. Rasialisme merupakan bentuk praktik disktriminasi terhadap kelompok lain, seperti tidak menjual atau menyewakan rumah kepada ras atau etnik tertentu.

d. Pendidikan Umum dan Hubungan Antar Kelompok

Menurut penelitian, makin tinggi pendidikan seseorang makin kurang prasangkanya terhadap golongan lain, makin toleran sikapnya terhadap golongan minoritas. Mereka yang berpendidikan universitas ternyata menunjukkan sikap yang paling toleran. Namun ada tidaknya prasangka tidak semata-mata ditentukan oleh pendidikan saja. Pendidikan dapat merupakan faktor yang menentukan kedudukan, rasa harga diri dan rasa ketentraman hidup.

38 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm.50

(40)

40

STRUKTUR HUBUNGAN ANTAR

KELOMPOK DI SEKOLAH

(41)

41

Struktur Hubungan Antar Kelompok di Sekolah

1. Struktur Hubungan Antar Kelompok di Sekolah

Salah satu aspek yang biasa terlupakan oleh sekolah adalah memupuk hubungan sosial di kalangan murid-murid. Biasanya sekolah terlalu fokus pada peningkatan kualitas akademik saja. Program pendidkan antar murid, antar golongan ini bergantung pada sruktur sosial murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas di kalangan mereka mempengaruhi hubungan kelompok- kelompok itu. Kebanyakan negara mempunyai penduduk yang multi rasial, menganut agama yang berbedabeda, dan mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan golongan dapat juga disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan ekonomi.

Murid-murid di sekolah sering menunjukkan perbedaan asal kesukuan, agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan perbedaan- perbedaan itu mungkin timbul golongan minoritas di kalangan murid-murid, yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata.

Menurut penulis, kelompok dalam sekolah dapat dikategorikan berdasarkan.

1) Status sosial orang tua murid

Status sosial orang tua sangat mempengaruhi pergaulan siswa tersebut. Tidak dapat dipungkiri, seorang siswa yang merupakan anak pejabat akan cenderung bergaul dengan teman yang se-level. Hal ini dapat terjadi di dalam maupun di hingga pergaulan di luar sekolah. Anak pejabat enggan bergaul dengan anak buruh. Jikalau ada jumahnyapun sangat sedikit.39 Kesamaan hobi mendorong timbulnya rasa kebersamaan diantara mereka. Anakanak yang suka olahraga sepak bola cenderung intensif bergaul dengan teman se klub mereka. Biasanya di sekolah terdapat beberapa jenis kegiatan ekstra kurikuler seperti KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), Rohis, kelompok seni, pramuka, PMR, dan keolahragaan.

Masing-masing membentuk ikatan emosianal diantara anggotanya.

39S.Nasution, Op.Cit, hlm.146

(42)

42

2) Intelektualitas

Ada juga peluang terjadi kelompok-kelompok berdasarkan tingkatan intelektualitas mereka, meskipun in tidak dominan. Orang pintar karena biasanya suka membaca lebih sering berada di pepustakaan daripada di kantin. Kehidupan mereka di sekolah benar-benar padat dengan kegiatan akademis.

3) Jenjang kelas

Perbedaan jenjang kelas ini merupakan faktor dominan yang sering terjadi di sekolah. Biasanya anak kelas tiga yang merasa lebih tua sering berbuat sesuka hati kepada adik kelasnya. Anak-anak kelas satu karena takut dengan seniornya lebih nyaman bergaul dengan teman-teman satu tingkatnya. Hal ini menyebabkan pergaulan mereka menjadi terkotak-kotak dan kurang harmonis.

4) Agama

Ada peluang terbentuknya kelompok karena persamaan agama.

Kegiatan perayaan dan peribadatan agama yang mereka anut sering mempertemukan mereka dalam kebersamaan dan kepemilikan. Namun demikian ini bukanlah faktor dominan di kalangan anak sekolahan.40

Kesamaan asal daerah juga memberikan peluang bagi terbentuknya kelompok di sekolah, namun bukan juga merupakan faktor dominan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa di skolah tersebut berasal dari daerah yang sama. Berbeda dengan kehidupan kampus yang nuansa kedaerahannya sangat kental, di sekolah biasanya murid cenderung lebih menaruh minat pada mood dan hobi ketimbang regionalitas.

2. Pendidikan dalam Mengatasi Masalah

Dalam sebuah sekolah, tentunya sering atau pernah terjadi kesalahpahaman antara orang-orang di dalamnya. Hal itu bisa saja terjadi antara murid kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Siswa dari daerah

40 Ibid, hlm.149

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu peneliti ingin mencari tahu apa saja bakteri yang terdapat pada kran air dan tombol flush kloset duduk di toilet umum di lingkungan Fakultas Kedokteran

Seorang manager yang professional, juga dituntut untuk dapat mencari cikal bakal pimpinan kerja melalui orang – orang yang terbaik yang ada dibagiannya dengan

Keempat-empat informan secara umum menyatakan dalam menangani child trafficking antara kegiatan yang dilakukan ialah advokasi dan menekankan undang-undang secara

Jika tubuh berada dalam kondisi kekurangan kalori ataupun zat pemasok kalori yakni protein maka secara otomatis tenaga yang mampu kita gunakan pun akan menurun drastis, akibat dari

Dewi Sinta memiliki watak setia kepada sang suami, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan suci trilaksita (ucapan, pikiran, dan hatinya). Ia dapat menjaga

Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan yang paling mematikan didunia. Hipertensi pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung tidak stabil

Tingkat pengetahuan caring angkatan 2011 dan 2012 memiliki tingkat pengetahuan yang baik dibandingkan angkatan 2013. Hal ini dikarenakan mahasiswa angkatan 2011 dan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa prosedur dalam memperoleh kembali mobil sebagai barang bukti dalam kasus tindak