PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU
TERHADAP KEPUTUSAN PENENTUAN HARGA DALAM
RANGKA MENCAPAI TUJUAN KOPERASI PADA UNIT
PERTOKOAN KPRI DI KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Istiana
NIM. 3364981655
FAKULTAS EKONOMI
ii
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari
:
Tanggal :
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si.
Drs. Asrori, M.S.
NIP. 130515747
NIP. 131570078
Mengetahui :
Ketua Jurusan Akuntansi
iii
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Hari
:
Tanggal :
Penguji Skripsi
Muhammad Khafid, S.Pd. M.Si.
NIP. 132243641
Anggota I
Anggota II
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si.
Drs. Asrori, M.S.
NIP. 130515747
NIP. 131570078
Mengetahui :
Dekan FE,
iv
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Januari 2007
Istiana
v
“Life’s battles don’t always go to the stronger or faster man. But
sooner or later, the person who wins. Is the one who thinks and say :
Yes I can !.”
“Janganlah kamu bersikap lemah, janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajat)nya, jika
kamu orang-orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran : 139)
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Ayah dan ibu Rifai, serta ibu angkatku
Mak Is, dan Eyangku tersayang yang
selalu bersabar menyayangiku serta
senantiasa mendoakanku.
Kakak, adik, dan 2 keponakanku di rumah.
Semua sohib yang selalu mendukungku
Neni, Lina, Mas Iphonk, Gaharu dan
teman seperjuangan “Ekonomi B ‘98” yang
selama ini bersamaku.
vi
Istiana. 2007. “Pengaruh Persepsi Pengurus mengenai SHU terhadap Keputusan
Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi pada unit Pertokoan di
Kota Semarang”. Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang. 107h.
Kata Kunci : Persepsi, SHU, Strategi Penentuan Harga, Tujuan Koperasi
Laba dalam koperasi disebut dengan SHU. Diharapkan setiap koperasi dapat
meraih Sisa Hasil Usaha (SHU), disamping harus bersaing dalam hal kualitas dan
hidup berdampingan dengan badan usaha-badan usaha ekonomi lainnya. Hal ini
menjadi tugas dan tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan
pengelolaan usaha koperasi. Permasalahan yang dihadapi oleh KPRI adalah masalah
strategi penentuan harga yang paling optimal pada unit pertokoan KPRI untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh
koperasi, dimana penentuan harga tersebut membutuhkan pertimbangan dan
penafsiran terhadap laba yang hendak dicapai. Permasalahan yang peneliti ajukan
adalah (1) Bagaimanakah persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU
sebagai laba koperasi (2) Bagaimanakah penentuan harga oleh pengurus dan manajer
(pengelola) di koperasi (3) Adakah pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba
koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan
koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang. Penelitian ini bertujuan: (1)
Untuk mengetahui persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU
sebagai laba koperasi. (2) Untuk mengetahui strategi penentuan harga pada unit usaha
pertokoan oleh pengurus dan manajer (pengelola) KPRI dalam rangka mencapai
tujuan koperasi. (3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persepsi mengenai
SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam
rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengurus KPRI di kota
Semarang yang berada pada KPRI yang memiliki unit pertokoan dan termasuk dalam
golongan A dan B (data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang). Adapun ukuran
polulasinya sebesar 52 orang di 26 KPRI. Pengambilan sampel yang berjumlah 34
pengurus dan pengelola (manajer) dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel persepsi pengurus mengenai SHU
koperasi sebagai variabel bebas (X) dan Variabel strategi penentuan harga pada unit
pertokoan KPRI sebagai variabel terikat (Y). Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan
deskriptif persentase dan metode analisa regresi sederhana.
vii
F
tab4,15 pada taraf signifikansi 0,000 yang berarti dibawah 5% sehingga hipotesis
yang diajukan diterima. Hasil pembahasan dalam penelitian ini adalah terdapat
hubungan positif antara variabel persepsi mengenai SHU dengan variabel keputusan
strategi penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi.
Sehingga semakin tinggi kualitas persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi,
maka akan semakin meningkat kualitas strategi penentuan harga dalam rangka
mencapai tujuan koperasi. Besarnya pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba
koperasi terhadap keputusan strategi penetuan harga dalam rangka mencapai tujuan
koperasi sebesar 37,33%.
viii
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul : “PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU TERHADAP
KEPUTUSAN PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN
KOPERASI PADA UNIT PERTOKOAN KPRI DI KOTA SEMARANG
” dengan
baik dan lancar.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih
kepada yang terhormat :
1.
Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
2.
Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
3.
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si, Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
4.
Drs. Asrori, M.Si, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
5.
Ayah, Ibu dan Mamakku yang selalu mendoakan setiap saat serta memberikan
ix
penulis.
7.
Teman-temanku dan semua pihak yamg telah membantu dan memberi dukungan.
Mudah–mudahan apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat
menambah informasi dan bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Januari 2007
x
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
SARI ... vi
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Sistematika Skripsi. ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ... 9
2.1. Koperasi ... 9
2.1.1. Pengertian Koperasi... 9
xi
2.1.4. Asas Koperasi ... 20
2.1.5. Jenis-jenis Koperasi Berdasarkan Kegiatannya... 20
2.1.6. Koperasi Pegawai Republik Indonesian (KPRI) ... 21
2.2. Strategi Penentuan Harga Koperasi ... 22
2.2.1. Pengertian Strategi Penentuan Harga... 22
2.2.2. Strategi Penentuan Harga Koperasi ... 25
2.3. Tinjauan Tentang Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi ... 29
2.3.1. Pengertian SHU ... 29
2.3.2. Perolehan SHU ... 30
2.3.3. Penggunaan SHU ... 31
2.4. Persepsi ... 33
2.4.1. Pengertian Persepsi... 33
2.4.2. Persepsi Mengenai SHU Koperasi ... 34
2.4.3. Tautan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual ... 37
2.5. Kerangka Pemikiran ... 39
2.6. Hipotesis ... 41
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 42
3.1. Populasi dan Sampel ... 42
3.1.1. Populasi Penelitian ... 42
3.1.2. Sampel Penelitian ... 42
xii
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 46
3.5. Validitas dan Reliabilitas ... 47
3.5.1. Validitas... 47
3.5.2. Reliabilitas... 50
3.6. Metode Analisis Data ... 51
3.6.1. Analisis Deskriptif... 51
3.6.2. Uji Normalitas Data... 52
3.6.3. Metode Analisis Regresi ... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1. Hasil Penelitian ... 56
4.1.1 Gambaran Umum KPRI di Kota Semarang ... 56
4.1.2. Deskriptif Variabel Penelitian ... 62
4.1.2.1. Persepsi pengurus terhadap SHU sebagai laba koperasi... 62
4.1.2.2. Keputusan strategi penentuan harga ... 68
4.1.3. Analisis Regresi Sederhana ... 78
4.2. Pembahasan ... 79
4.2.1. Analisis Hasil Penelitian Variabel Persepsi Mengenai SHU sebagai Laba Koperasi. ... 79
xiii
Koperasi terhadap Keputusan Strategi Penentuan Harga pada Unit Pertokoan dalam Rangka
Mencapai Tujuan Koperasi ... 82
BAB V. PENUTUP ... 84
5.1. Kesimpulan ... 84
5.2. Saran ... 85
xiv
Tabel 1.1 Contoh Harga Eceran Barang Kebutuhan Pokok... . 5
Tabel 3.1 Validitas Instrumen ... 49
Tabel 3.2 Skor jawaban angket ... 52
Tabel 3.3 Tabel Regresi dengan satu prediktor ( skor deviasi ) ... 55
Tabel 4.1 Kegiatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ... 57
Tabel 4.2 Daftar Sampel KPRI Kota Semarang ... 60
Tabel 4.3 Daftar Nama Responden Pengurus dan Manajer (Pengelola) KPRI Kota Semarang ... 61
Tabel 4.4 Tabulasi Deskriptif Persentase Persepsi mengenai SHU sebagai Laba Koperasi ... 63
Tabel 4.5 Kriteria Skor Persepsi Mengenai SHU ... 63
Tabel 4.6 Kriteria Skor Sikap Pengurus terhadap SHU ... 65
Tabel 4.7 Kriteria Skor Minat Pengurus terhadap SHU ... 66
Tabel 4.8 Kriteria Skor Tempat dimana Persepsi terhadap SHU dilakukan ... 68
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Mengenai SHU…... 68
Tabel 4.10 Tabulasi Deskriptif Persentase Keputusan Strategi Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi ... 70
xv
laba ... 71 Tabel 4.13. Kriteria skor strategi penentuan harga untuk peningkatan
volume penjualan ... 75 Tabel 4.14. Kriteria skor strategi penentuan harga untuk
mengembalian modal usaha ... 77 Rabel 4.15. Distribusi Frekuensi Keputusan Strategi Penentuan Harga
xvi
Gambar 2.1 Kebijakan Penentuan Harga dalam Koperasi ... 34 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 41 Gambar 4.1. Gambar Deskripsi Frekuensi persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi... 70 Gambar 4.2. Gambar Distribuai Frekuensi Keputusan
xvii Lampiran 1 Instrumen Penelitian
Lampiran 2 Tabel Perhitungan Validitas Butir Pada Angket Penelitian Lampiran 3 Contoh Perhitungan Validitas Butir Pada Analisis Target Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Pada Analisis Target
Lampiran 5 Tabulasi Skor Persiapan Deskriptif Persentase Persepsi Mengenai SHU (Variabel X)
Lampiran 6 Tabulasi Skor Persiapan Deskriptif Persentase Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi (Variabel Y)
Lampiran 7 Data Persepsi Mengenai SHU Sebagai Laba Koperasi (Variabel X) Lampiran 8 Data Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka
Pencapaian Tujuan Koperasi Lampiran 9 Tabel Persiapan Analisis Regresi Lampiran 10 Analisa Regresi
1
PENDAHULUAN
1.1.Alasan Pemilihan Judul
Secara umum Badan Usaha (BU) diartikan sebagai suatu organisasi
yang bergerak dibidang ekonomi, bertujuan untuk mencari keuntungan
dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber-sumber produksi yang
tersedia. Pengertian BU ini juga relevan dengan BU koperasi dalam
Undang-undang (UU) koperasi No. 25 tahun 1992, yang menyatakan bahwa koperasi
merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-perorangan atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan. Sebagai konsekuensi logis dari perannya sebagai BU, maka
usaha koperasi harus dikelola dan ditangani secara profesional dengan
menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana pengelolaan BU pada umumnya.
Dengan demikian diharapkan setiap koperasi dapat meraih Sisa Hasil Usaha
(SHU), disamping harus bersaing dalam hal kualitas dan hidup berdampingan
dengan badan usaha-badan usaha ekonomi lainnya. Hal ini menjadi tugas dan
tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan pengelolaan usaha
koperasi.
Sasaran menyeluruh suatu organisasi bisnis adalah keberhasilan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Keberhasilan suatu koperasi dalam
diperoleh, melainkan juga diukur dari banyaknya anggota dan masyarakat
memperoleh pelayanan dari koperasi. Karena tujuan koperasi pada dasarnya
adalah untuk memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan
ekonomi anggotanya.
Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena
ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan penafsiran orang pada satu objek yang sama sering ada
ketidaksepakatan antar individu, bahkan dapat cukup berbeda dari kenyataan
yang objektif. Proses pengorganisasian dan penafsiran terhadap suatu objek
merupakan proses persepsi. Perilaku orang seringkali didasarkan pada
persepsi mereka. Menurut Robbins (1996) persepsi dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dan kualitas pilihan terakhir individu dalam
organisasi.
SHU merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota, selain kemampuan pelayanan, keterampilan administrasi dan
penerapan prinsip-prinsip manajemen. Dimana besarnya SHU yang diraih
koperasi dapat memperlancar pemupukan modal, yang pada gilirannya
koperasi mampu memberikan layanan ekonomi yang bermakna baik kepada
anggotanya maupun masyarakat umum. Menghasilkan SHU adalah suatu
keharusan tetapi lebih jauh lagi harus menyadari kewajibannya terhadap para
anggota, lingkungan, karyawan, dan dirinya sendiri. Oleh karena itu penting
untuk mengetahui makna laba bagi koperasi, agar koperasi tidak mengejar
Tujuan koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 pasal 3 (tiga) adalah
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Tujuan ini dijabarkan dalam berbagai aspek
program oleh manajemen koperasi pada setiap Rapat Anggota Tahunan
(RAT)
Tujuan koperasi yang tersebut diatas masih bersifat umum jadi secara
khusus akan ditentukan oleh perusahaan ekonomi yang dihadapi oleh para
anggotanya dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi koperasi sebagai
badan usaha. Beraneka ragam tujuan yang berbeda-beda dikejar oleh
organisasi perusahaan, seperti kesinambungan keuntungan, efisiensi, mutu
produk, menjadi pemimpin pasar (market leader), dan lain-lain. Karena
anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) pada hakikatnya
adalah para “konsumen”, maka potensi tersebut digunakan untuk
menumbuhkan koperasi konsumen, yaitu koperasi yang kegiatan utamanya
mengelola warung serba ada atau supermarket (PSAK No. 27 butir 19),
bertujuan untuk menyediakan kebutuhan pokok para anggotanya agar mereka
dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan harga yang terjangkau.
Tujuan membantu mengkoordinasi keputusan dan pengambilan keputusan.
Uraian diatas memperlihatkan pentingnya perumusan strategi bisnis
guna pencapaian tujuan. Semua organisasi baik yang berusaha dengan tujuan
berhubungan dengan penetapan harga atas barang atau jasa yang mereka
tawarkan.
Setiap aturan maupun tujuan-tujuan yang relevan bagi manajemen
mungkin sesuai dengan beberapa kelompok kepentingan dalam koperasi dan
bertentangan bagi yang lainnya. Menurut Ropke (2000:86), dimana koperasi
menjual produk kepada anggotanya pada harga yang serendah mungkin tanpa
menderita kerugian, disebut strategi penentuan harga yang “optimal” bagi
suatu koperasi yang mengecerkan barang/jasa kepada anggotanya. Karena
dengan harga yang rendah, koperasi dapat memberikan harga pelayanan
kepada anggotanya, dengan maksud agar kesejahteraan anggota yang
merupakan tujuan badan usaha koperasi dapat tercapai.
Dalam survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
beberapa KPRI di Kota Semarang, diperoleh informasi bahwa kebanyakan
produk yang dijual di KPRI memiliki harga jual yang relatif sama dengan
harga yang ada dipasaran, bahkan ada yang diatas harga pasar (contoh pada
tabel 1.1.). Dengan melihat kondisi semacam ini maka menjadi sebuah
pertanyaan besar, bagaimana strategi penentuan harga yang dilakukan oleh
manajemen dalam rangka mencapai tujuan koperasi yaitu mensejahterakan
anggota dengan pelayanan yang optimal. Penetapan harga ini mengarah pada
harga yang dapat mencapai tujuan laba yang maksimum, bukan pada tujuan
yang hendak dicapai oleh badan usaha koperasi, yaitu penetapan harga yang
dapat memberikan pelayanan kepada anggota dengan sebaik-baiknya agar
Tabel 1.1.
Contoh Harga Eceran Barang Kebutuhan Pokok
Barang Harga Koperasi Harga Pasar
Sabun Cuci Bukrim 1 Kg Gula (Tanpa Merk) 1 Kg Susu Anlene Gold 300 gr Telor 1 Kg
Nestle Air mineral 330 ml Penyedap Rasa 250 gr Minyak Bimoli 250 ml Sabun Mandi Lifebuoy Mie Instan
Beras Mentik Wangi 1 Kg Pasta Gigi Pepsodent jumbo
Rp 5.000,00 Rp 5.700,00 Rp 21.000,00 Rp 7.750,00 Rp 1.000,00 Rp 5.575,00 Rp 2.600,00 Rp 1.500,00 Rp 800,00 Rp 4.500,00 Rp 5.250,00
Rp 4.750,00 Rp 5.700,00 Rp 19.700,00 Rp 7.500,00 Rp 950,00 Rp 5.300,00 Rp 2.600,00 Rp 1.350,00 Rp 800,00 Rp 4.500,00 Rp 5.200,00 (Sumber:Data Primer yang diolah, 2005)
Menetapkan harga bukanlah hal yang mudah. Bermaksud mencapai
tingkat laba yang memuaskan, bukan tingkat laba yang maksimum. Penetapan
ini sebagai tujuan untuk suatu target yang memungkinkan pemenuhan segala
kewajiban baik sosial maupun ekonomi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
data tentang persepsi yang dimiliki oleh para pengurus KPRI khususnya di
kota Semarang terhadap SHU koperasi dan sumbangan pemikiran bagi
manajemen koperasi untuk merumuskan strategi penentuan harga dalam
rangka mencapai tujuan koperasi.
Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi
Pengurus Mengenai SHU Terhadap Keputusan Strategi Penentuan
Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi Pada Unit Pertokoan
1.2.Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU
sebagai laba koperasi?
2. Bagaimanakah strategi penentuan harga oleh pengurus dan manajer
(pengelola) di koperasi?
3. Adakah pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap
keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan
koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang ?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai
SHU sebagai laba koperasi.
2. Untuk mengetahui strategi penentuan harga pada unit usaha pertokoan
oleh pengurus dan manajer (pengelola) KPRI dalam rangka mencapai
tujuan koperasi.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam
rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari :
1. Memberikan masukan informasi bagi manajemen koperasi sebagai bahan
pertimbangan untuk merumuskan kebijaksanaan strategi penentuan harga
pada unit usaha pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi.
2. Sebagai bahan referensi dan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.
1.5.Sistematika Skripsi
Sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagian Pendahuluan
Bagian ini meliputi : Judul Skripsi, Sari, Pengesahan, Motto dan
Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar
Tabel, dan Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
BAB I : PENDAHULUAN
Alasan Pemilihan Judul, Permasalahan, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan Teori, Kerangka Pemikiran, Hipotesis.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Metode
Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas, Uji Normalitas
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V : PENUTUP
9
LANDASAN TEORI
2.1. Koperasi
2.1.1. Pengertian Koperasi
Secara etimologi, koperasi berasal dari kata co dan operation. Co
berarti bersama, operation yang berarti bekerja. Jadi koperasi adalah suatu
perkumpulan yang beranggotakan orang seorang atau badan-badan, yang
bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggotanya (Sitio dan Tamba
2001:15). Berikut ini disajikan beberapa definisi koperasi:
a. Definisi ILO
Definisi koperasi yang lebih detil dan berdampak internasional
diberikan oleh ILO (Internasional Labour Organization). Dalam
definisi ILO tersebut, terdapat 6 elemen yang dikandung koperasi
sebagai berikut.
1) Koperasi adalah perkumpulan orang-orang.
2) Penggabungan orang-orang tersebut berdasar kesukarelaan.
3) Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai.
4) Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan
usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis.
5) Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan.
b. Definisi UU No. 25/1992
Definisi Koperasi Indonesia menurut UU No. 25/1992 tentang
Perkoperasian pada pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut.
Koperasi adalah BU yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan.
Berdasarkan batasan koperasi ini, Koperasi Indonesia mengandung
5 unsur sebagai berikut.
1) Koperasi adalah Badan Usaha
Sebagai Badan Usaha, maka koperasi harus memperoleh laba.
Laba merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, di
mana sistem itu akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba.
2) Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan
hukum koperasi
Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia bukan kumpulan modal.
Dalam hal ini, UU Nomor 25 Tahun 1992 memberikan jumlah
minimal orang-orang (anggota) yang ingin membentuk organisasi
koperasi (minimal 20 orang), untuk koperasi primer dan 3 Badan
hukum Koperasi untuk koperasi sekunder. Syarat lain yang harus
dipenuhi ialah bahwa angota-anggota tersebut mempunyai
3) Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan
“prinsip-prinsip koperasi”
Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992, ada 5 prinsip Koperasi
Indonesia dan ini akan diuraikan pada penjelasan berikutnya.
Secara singkat, prinsip koperasi ini pada dasarnya merupakan jati
diri koperasi.
4) Koperasi Indonesia adalah “Gerakan Ekonomi Rakyat”
Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia merupakan bagian dari
sistem perekonomian nasional. Dengan demikian, kegiatan usaha
koperasi tidak semata-mata hanya ditujukan kepada anggota, tetapi
juga kepada masyarakat umum.
5) Koperasi Indonesia “berazaskan kekeluargaan”
Dengan azas ini, keputusan yang berkaitan dengan usaha dan
organisasi dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan
yang diambil seyogyanya berdasarkan musyawarah dan mufakat.
Inti dari azas kekeluargaan yang dimaksud adalah adanya rasa
keadilan dan cinta kasih dalam setiap aktivitas yang berkaitan
dengan kehidupan berkoperasi.
Jadi Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan
dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan
taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya. Bagi
melandaskan pada azas-azas koperasi yang mengandung unsur-unsur
sosial di dalamnya.
2.1.2. Tujuan Koperasi
Dalam UU koperasi No.25 tahun 1992 pasal 3 tujuan koperasi
adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional,
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Dalam tujuan tersebut dikatakan bahwa, koperasi memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pernyataan ini mengandung arti bahwa, meningkatkan kesejahteraan
anggota menjadi program utama koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi,
pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan
masyarakat umum.
Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan
ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.
Menurut PSAK No 27 butir 3d memajukan kesejahteraan anggota adalah
peningkatan pelayanan koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat
ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi, misalnya dengan
memperoleh barang-barang konsumsi dengan harga yang lebih murah jika
dibandingkan dengan harga yang ada di pasar umum (toko-toko lain),
sehingga para anggota yang bersangkutan dapat menghemat
Jadi tujuan utama pendirian suatu koperasi adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya, dalam
memperjuangkannya koperasi berpegang pada asas dan prinsip-prinsip
koperasi.
2.1.3. Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang
berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi,
serta merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya
sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Pada dasarnya,
prinsip-prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas koperasi
tersebut. Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai
badan usaha berbeda dengan badan usaha lain (Sitio dan Tamba 2001:20).
Berikut ini disajkan beberapa pendapat mengenai prinsip-prinsip
koperasi:
a. Prinsip Rochdale
Prinsip Rochdale ini menjadi acuan atau tujuan dasar bagi berbagai
koperasi di seluruh dunia. Penyesuaian dilakukan oleh berbagai
negara sesuai dengan keadaan koperasi, sosial-budaya, dan
perekonomian masyarakat setempat. Adapun unsur-unsur prinsip
Rochdale ini menurut bentuk aslinya adalah sebagai berikut.
1) Pengawasan secara demokratis
2) Keanggotaan yang terbuka
4) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada anggota sebanding
dengan jasa masing-masing anggota
5) Penjualan sepenuhnya dengan tunai
6) Barang-barang yang dijual harus asli dan tidak yang dipalsukan
7) Menyelenggarakan pendidikan kepada anggota dengan
prinsip-prinsip koperasi
8) Netral terhadap politik dan agama
b. Prinsip ICA
ICA (International Cooperative Alliance) merumuskan
prinsip-prinsip koperasi dirinci sebagai berikut.
1) Keanggotan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan
yang dibuat-buat
2) Kepemimpinan yang demokrasi atas dasar satu orang satu suara
3) Modal menerima bunga yang terbatas, itupun bila ada
4) SHU dibagi 3:
a) Sebagian untuk cadangan
b) Sebagian untuk masyarakat
c) Sebagian untuk dibagikan kembali kepada anggota sesuai
dengan jasa masing-masing anggota.
5) Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara
terus-menerus
6) Gerakan koperasi harus melaksanakan kerja sama yang erat, baik
c. Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia
Sama halnya seperti di negara lain, koperasi Indonesia juga
mengadopsi sebagian prinsip Rochdale dan atau prinsip ICA.
1) UU No. 12 tahun 1967
Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi juga disebut sendi-sendi
dasar koperasi. Dalam UU No. 12 tahun 1967, istilah yang
digunakan adalah “sendi-sendi dasar” koperasi. Di Indonesia,
prinsip-prinsip koperasi ini mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan kondisi sosial, politik, dan ekonomi Indonesia.
Prinsip-prinsip atau sendi-sendi dasar Koperasi menurut UU No.
12 tahun 1967, adalah sebagai berikut.
a) Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga
negara Indonesia
b) Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai
pencerminan demokasi dalam koperasi
c) Pembagian SHU diatur menurut jasa masing-masing anggota
d) Adanya pembatasan bunga atas modal
e) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya
f) Usaha dan ketatalaksanaanya bersifat terbuka
g) Swadaya, swakarta, dan swasembada sebagai pencerminan
2) UU No. 25 tahun 1992
Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No.25 tahun 1992 yaitu
pasal 5 ayat (1) dan (2) dan yang berlaku saat ini di Indonesia
adalah sebagai berikut.
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
(1) Keanggotaan koperasi tidak boleh dipaksakan oleh
siapapun, dan
(2) Seorang anggota dapat mengundurkan diri dari
koperasi-nya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam
AD/ART koperasi.
b) Pengelolaan dilakukan secara demokatis
(1)Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan
keputusan para anggota, dan
(2)Anggota adalah pemegang dan pelaksana kekuasaan
tertinggi dalam koperasi
c) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota
(1)koperasi bukanlah badan usaha yang berwatak kapitalis
sehingga SHU yang dibagi kepada anggota (di badan
usaha swasta disebut dividen) tidak berdasarkan modal
yang dimiliki anggota dalam koperasinya, tetapi
berdasarkan kontribusi jasa usaha yang diberikan anggota
seorang anggota melakukan transaksi bisnis (jual beli)
dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang
diterima. Prinsip ini tentunya berlaku apabila koperasinya
tidak mengalami kerugian.
(2)Koperasi Indonesia tetap konsisten untuk mewujudkan
nilai-nilai keadilan dalam kehidupan masyarakat.
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
(1)fungsi modal dalam koperasi bukan sekedar untuk
mencari keuntungan (profit motive), akan tetapi
dipergunakan untuk “kemanfaatan” anggota (benefit
motive), dan
(2)jasa yang terbatas berarti bahwa suku bunga atas modal
dalam koperasi tidak melebihi suku bunga atas modal
yang berlaku di pasar.
e) Kemandirian
Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus
mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha
dan organisasi. Mandiri berarti dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung pada pihak lain. Prinsip ini pada hakekatnya
merupakan faktor pendorong (motivator) bagi koperasi untuk
meningkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri dalam
Dalam UU no. 12 tahun 1967, prinsip ini dikemas dalam
“Swadaya, Swakerta, dan Swasembada” dan menggambarkan
adanya percaya pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan
atau usaha sendiri, swakerta mengandung arti mengerjakan atau
membuat sendiri, dan swasembada bermakna mencukupi
dengan kemampuan sendiri.
f) Pendidikan perkoperasian
Agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi,
dan berwawasan luas, maka pendidikan adalah mutlak.
Pendidikan perkoperasian merupakan bagian yang tidak
terpisahkan (menjadi sangat penting) dalam mewujudkan
kehidupan berkoperasi, agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui
pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi
anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan
prinsip-prinsip serta praktik-praktik koperasi.
Inti dari prinsip ini ialah bahwa peningkatan kualitas sumber
daya koperasi (SDMK) adalah sangat vital dalam memajukan
koperasinya. Disadari, dengan hanya kualitas SDMK yang
baiklah maka cita-cita atau tujuan koperasi dapat diwujudkan.
Nampaknya UU No. 25 tahun 1992 mengantisipasi dampak
dari globalisasi ekonomi di mana SDMK menjadi penentu
utama berhasil tidaknya koperasi melaksanakan fungsi dan
g) Kerja sama antarkoperasi
Koperasi-koperasi ada yang mempunyai bidang usaha yang
sama, dan ada pula usaha yang berbeda serta tingkatan yang
berbeda. Pada masing-masing usaha tersebut disadari bahwa
kemampuan koperasi masih bervariasi, namun disadari bahwa
koperasi-koperasi tersebut pada dasarnya mengemban misi
yang sama, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumya.
Kerjasama antar koperasi dapat dilakukan ditingkat lokal,
nasional, dan internasional. Prinsip ini sebenarnya lebih
bersifat “strategi” dalam bisnis.
Dari kedua prinsip koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa
essensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha tidaklah secara nyata.
Hanya saja dalam UU No.25 tahun 1992 ada penambahan mengenai
prinsip kerja sama antara koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk
mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, koperasi perlu meningkatkan
kekuatan tawar-menawarnya dengan menjalin kerjasama antarkoperasi.
Jadi prinsip-prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok
yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja
koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan
2.1.4. Asas Koperasi
Asas koperasi tercantum dalam UU koperasi No.25 tahun 1992
pasal 2, menetapkan kekeluargaan sebagai asas koperasi. Dengan
semangat kekeluargaan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran pada
masing-masing orang yang terlibat dalam organisasi koperasi, untuk
senantiasa bekerjasama dengan anggota-anggota koperasi lainnya, dengan
rasa setiakawan yang tinggi. Kunci penting dalam asas kekeluargaan itu
ialah kebersamaan dan gotong royong dalam menjalankan kegiatan
koperasi agar para anggota dan pengurus dapat menciptakan kesejahteraan
bersama sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
2.1.5. Jenis-jenis Koperasi Berdasarkan Kegiatannya
a. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dibidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang
dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang
anggota koperasi.
b. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan
sehari-hari. Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggotanya dapat
membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan
c. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan untuk
memberikan kemampuan kepada anggota-anggotanya memperoleh
pinjaman dengan mudah, ongkos (bunga) yang ringan.
Ketiga jenis koperasi tersebut, kesemuanya memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk mensejahterakan anggotanya dengan berdasarkan pada
prinsip kekeluargaan, begitu juga dengan KPRI di kota Semarang
bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya di lingkup kerjanya.
2.1.6. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
KPRI adalah koperasi yang merupakan suatu wadah yang berusaha
di bidang konsumsi yang anggotanya di lingkungan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan anggotanya (Widiyanti 1989:110). Menurut Arifinal
Chaniago (1992:30), KPRI adalah suatu jenis kegiatan fungsional yang
merupakan wadah untuk menampung kegiatan-kegiatan karyawan dalam
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi fungsional
mempunyai sifat tertutup dalam arti hanya berkisar pada dirinya sendiri
dan anggotanya, disusun berdasarkan lingkungan tertentu, seperti kantor
dan kesatuan. Anggota-anggotanya para pegawai negeri dan warga
angkatan bersenjata yang lebih bersifat “pegawai” daripada “pengusaha”.
Jadi sekalipun berkembang maju, tetapi sifatnya tertutup. Situasi seperti
ini menyebabkan peranan koperasi fungsional dalam kehidupan akan tidak
Anggota-anggota koperasi fungsional pada hakikatnya adalah
“konsumen” maka potensi tersebut harus digunakan untuk menumbuhkan
koperasi konsumen (Widiyanti 1996:13). Menurut PSAK No. 27 butir 19,
koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir
atau pemakai barang atau jasa. Contoh koperasi konsumen adalah koperasi
yang kegiatan utamanya mengelola warung serba ada atau supermarket.
KPRI dalam penelitian ini adalah koperasi yang anggotanya
adalah para pegawai RI di lingkup kantor di kota Semarang yang memiliki
tujuan yang sama untuk bersama-sama mensejahterakan anggotanya
melalui unit kegiatan yang dimilikinya, dan turut serta berusaha untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar melalui unit usaha pertokoan.
2.2.Strategi Penentuan Harga Koperasi
2.2.1.Pengertian Strategi Penentuan Harga
Strategi dapat diartikan dengan rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus atau tertentu. Basuswastha dan
Irawan (1994) mendefinisikan harga sebagai jumlah uang (ditambah
barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dalam strategi penentuan
harga, tujuan penetapannya ditentukan terlebih dahulu. Tujuan ini berasal
dari perusahaan itu sendiri. Banyak perusahaan yang mengadakan
pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak
Berikut ini akan dibahas secara ringkas strategi penentuan harga
yang akan dipakai oleh suatu koperasi berdasarkan tujuan usaha yang
hendak dicapainya (Ropke 2000:84):
a. Maksimimasi profit
Perusahaan dalam ekuilibrium, ketika memaksimimasi profitnya yang
didefinisikan sebagai perbedaan antara Total Cost (TC) dan Total
Revenue (TR). Dengan aturan persamaan Marginal Revenue=Marginal
Cost (MR=MC). Dalam gambar profit dimaksimisasi dengan tingkat
output di Q1 dan harga di P1.
b. Kompetitif Ekuilibrium
Koperasi berperilaku seperti halnya berada didalam struktur pasar yang
kompetitif. Kondisi efisiensi terpenting yaitu harga sama dengan
Marginal Cost (P=MC), pembeli dikenakan harga yang sama persis
dengan biaya yang dikeluarkan untuk sumber daya dalam produksi pada
unit produksi tambahan tersebut. Dalam gambar, situasi yang ekuivalen
akan tercapai pada Q4 dan P4.
c. Maksimimasi output
Dalam kondisi bahwa tidak akan ada kerugian yang diderita oleh
koperasi. Kondisi akan terwujud jika Average Cost (AC)=Average
Revenue (AR). Harganya menjadi P=AC=AR. Dalam gambar harga
yang diberikan terbentuk melalui harga di P5 dan Output di Q5.
Merupakan tujuan koperasi untuk memberikan pelayanan kepada
anggota dengan tingkat harga yang serendah-rendahnya. Koperasi
memproduksi output (Q2) pada Average Cost yang minimum. Harga
yang sesuai adalah P2.
Perbedaan:
demand
P3
P2 MC
P1 AC
H P4
A P5
R P=AR
G
A PM4
PM3
PM2
Q3 Q2 Q1 Q4 Q5
B A R A N G MR
Gambar 2.1. Kebijakan Penentuan Harga dalam Koperasi
(Jochen Ropke 2000)
anggota dibagi
dapat yang Keuntungan P
e. Maksimimasi SHU/Demand (patronage refund)
Jika koperasi bertujuan memaksimumkan SHU yang dapat
didistribusikan kepada anggotanya, koperasi tersebut harus
memproduksi output yang merupakan hasil terbesar dari perbedaan
antara harga yang akan dibebankan, dengan rata-rata biaya produksinya
(AC), yaitu pada P3 Q3.
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk merumuskan strategi
penentuan harga salah satunya dengan pendekatan tujuan yang hendak
dicapai koperasi.
2.2.2.Strategi Penentuan Harga pada Unit Pertokoan dalam Rangka
Mencapai Tujuan Koperasi
Masalah utama penetapan harga adalah masalah penentuan tingkat
harga yang paling optimal. Yaitu tingkat harga yang memperhitungkan
seluruh ongkos produksi, kondisi persaingan dan daya saing produk, serta
sumbangannya terhadap SHU koperasi dalam jangka panjang. untuk
mendapatkan tingkat harga yang optimal ini, maka penetapan harga harus
dilakukan secara terencana dengan memperhatikan berbagai faktor
(Baswir 2000:194).
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai
tujuan yang sama dengan perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak
penguasaan pasar, kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu
tertentu (Swastha dan Irawan 1994).
Dilihat dari tujuan utama pendirian suatu koperasi , tujuan koperasi
secara khusus akan ditentukan oleh permasalahan ekonomi yang dihadapi
oleh para anggotanya dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi
koperasi sebagai badan usaha. Orang mendirikan koperasi agar secara
bersama-bersama dapat memenuhi kepentingan bersama atau atas dasar
kesamaan kepentingan pada koperasi yaitu secara bersama-sama dapat
memenuhi kebutuhan secara bersama, dimana mereka memerlukan
pembelian kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga yang lebih murah.
Tujuan koperasi secara khusus disini adalah tujuan koperasi konsumsi
yaitu koperasi yang mempunyai tujuan agar anggota-anggotanya dapat
memenuhi kebutuhan konsumsinya dengan kualitas barang yang baik dan
harga yang murah. Konsumsi adalah membeli kebutuhan pokok sehari-hari
dengan mudah, kualitas baik dan harga yang lebih ringan. Kebutuhan
pokok sehari-hari dapat berupa barang-barang pangan dan sandang. Untuk
mempermudah anggota-anggotanya dan masyarakat mendapatkan
barang-barang tersebut, maka koperasi mendirikan toko koperasi.
Hadirnya unit usaha pertokoan pada dasarnya tidak terlepas dari
kebutuhan para anggotanya yang ingin kebutuhan sehari-harinya
(konsumsi) dapat terpenuhi dengan baik, sehingga membuka unit usaha
pertokoan. Menurut Chaniago (1992:51) koperasi konsumsi adalah
kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. Koperasi konsumsi
biasanya didirikan oleh anggota-anggota yang terdiri dari para konsumen
yang mengadakan pembelian bersama barang-barang keperluan atau
kebutuhan sehari-hari mereka seperti beras, bahan pakaian, kopi, gula,
minyak, garam, dan sebagainya untuk kemudian dijual kepada anggotanya
dengan harga yang seekonomis mungkin (Anoraga 1999:21).
Harga dapat mempengaruhi pelanggan atau anggota dalam
mengambil keputusan untuk membeli. Segi harga sangat mempengaruhi
tindakan-tindakan anggota koperasi. Ini dipengaruhi oleh penghasilan dan
selain itu oleh sikap, yang pertama menentukan kemampuan untuk
membeli dan yang kedua menentukan kemauan (rasional) untuk membeli.
Koperasi harus berusaha menyediakan produk dengan harga yang pantas,
dan jika perlu denagn harga yang semurah-murahnya, sehingga dapat
terjangkau oleh anggota. Akan tetapi harga yang ditetapkan itu harus dapat
menutup harga pokoknya atau harga belinya, dimana telah diperhitungkan
keuntungan walaupun hanya sedikit. Disini koperasi harus mempunyai
senjata yang ampuh berupa potongan harga dari kuantita (Ign
Sukamdiyo,1996:110). Pada toko harga barang-barang yang ada
hendaknya disesuaikan dengan harga pasar, bahkan kalau mungkin lebih
murah dengan kualitas yang sama. Dengan demikian, para anggota
koperasi yang bersangkutan dapat menghemat pengeluarannya.
Dari sudut pandang ekonomi, penetapan harga yang optimal dari
setiap aturan maupun tujuan-tujuan penetapan harga yang relevan,
mungkin sesuai bagi beberapa kelompok kepentingan dalam koperasi (atau
bagi sebagian individu dalam beberapa kelompok) dan bertentangan bagi
yang lainnya. Namun dalam aturan harga, dimana koperasi menjual jasa
atau produknya kepada anggota pada harga yang serendah mungkin tanpa
menderita kerugian disebut strategi penetapan harga yang “optimal“ bagi
suatu koperasi yang mengecerkan barang atau jasa kepada anggotanya
(Ropke 2000:86).
Dengan harga serendah mungkin tanpa menderita kerugian,
koperasi bertujuan memaksimumkan jumlah anggota untuk memasuki
koperasi, disamping menjual sebanyak-banyaknya output. Hal ini sesuai
dengan tujuan utama pendirian suatu koperasi, agar secara bersama-sama
dapat memenuhi kebutuhan secara bersama, disamping dapat dipandang
sebagai indikator dari keberhasilan koperasi juga sebagai implikasi dari
keberhasilan para pengurus itu sendiri.
Koperasi harus memilih apakah akan bersaing dengan menonjolkan
aspek keunikan produk, harga murah, atau fokus pada sasaran pasar
tertentu.
Seperti telah diuraikan sebelumnya tujuan yang hendak dicapai
koperasi, maka pengelolaan usaha koperasi ditujukan untuk peningkatan
kesejahteraan ekonomi para anggota. Hal ini berbeda dengan perusahaan
non koperasi yang bertujuan untuk mencari laba, sehingga mereka
dalam usaha koperasi, dorongan untuk memperoleh laba
setinggi-tingginya tidak berlaku pada koperasi, karena laba tidak diraih koperasi
sebagai tujuan badan usahanya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan strategi penentuan
harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi adalah penentuan harga
pada unit pertokoan yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota
sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.
2.3.Tinjauan Tentang Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
2.3.1. Pengertian SHU
Laba dalam koperasi disebut sebagai sisa hasil usaha (SHU) (Sitio
dan Tamba 2001:77). Berdasarkan konsep laba akuntansi (accounting
income), laba adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang
timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan pada periode tersebut (Belkaoui 1997:233). Konsep laba
ekonomik menurut Smith, mengungkapkan bahwa laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan, dan dikaitkan dengan praktik bisnis. Konsep
laba akuntansi lebih ditekankan pada proses menghasilkan laba, dikaitkan
dengan penandingan (matching) antara pendapatan dan beban. Sedangkan
konsep laba ekonomik lebih menekankan laba berdasarkan kenaikan
kapital (Triyuwono 2001:9).
Ditinjau dari aspek ekonomi manajerial, SHU koperasi adalah
dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost [TC]) dalam satu tahun
buku. Sedangkan dari aspek legalistik, pengertian SHU menurut UU No.
25 tahun 1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah pendapatan
koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 27
butir 33, SHU merupakan gabungan dari hasil partisipasi neto dengan
anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, ditambah atau
dikurangi dengan pendapatan dan beban lain-lain serta beban
perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi
2.3.2. Perolehan SHU
SHU diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota
dan bukan anggota.
Pendapatan koperasi timbul dari transaksi dengan anggota yang
diakui sebesar partisipasi bruto yaitu penjualan barang atau jasa kepada
anggota. Selisih antara partisipasi bruto dengan beban pokok adalah
partisipasi neto.
Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non
anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan). Selisih antara pendapatan
dan harga pokok transaksi dengan non anggota diakui sebagai laba atau
2.3.3. Penggunaan SHU
Penggunaan SHU yang dibagikan diantaranya adalah untuk
anggota, dana pendidikan, dan untuk koperasi sendiri. Jumlah yang
merupakan hak koperasi diakui sebagai cadangan (PSAK No.27 butir 59).
Dalam PSAK No. 27 butir 55, pembentukan cadangan dapat ditujukan
antara lain untuk pemupukan modal, pengembangan usaha koperasi,
menutup resiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari
keanggotaan koperasi.
SHU merupakan salah satu alat untuk melihat perkembangan
koperasi sebagai Badan Usaha. Menurut Sitio dan Tamba (2001:137).
Variabel kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau
pertumbuhan koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah
koperasi perpropinsi, jumlah koperasi perjenis/kelompok koperasi, jumlah
koperasi aktif dan nonaktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, aset
dan SHU.
Koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat dari
jumlah SHU, tetapi juga dilihat dari pelaksanaan program kerja yang telah
ditentukan oleh Rapat anggota Tahunan (RAT). Lebih penting lagi
menyangkut palayanan kepada anggota. Koperasi yang dapat melayani
anggota dengan sebaik-baiknya berarti koperasi tersebut dapat dikatakan
berhasil. Namun sebagai suatu badan usaha, koperasi juga dituntut untuk
bekerja keras dan memiliki manajemen yang baik sehingga menghasilkan
pelayanan yang memuaskan dan SHU yang wajar.
Besarnya laba seringkali dipakai sebagai ukuran untuk menilai
berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan (Mulyadi 1997:223).
Namun ukuran bagi keberhasilan suatu koperasi bukan ditentukan
berdasarkan besarnya SHU atau laba yang besar, melainkan diukur dari
banyaknya anggota dan masyarakat memperoleh pelayanan dari koperasi
(Widiyanti 1996:18).
Menurut Hans H. Munker, koperasi dengan tegas menolak motif
mengejar laba (profit motive) dalam kegiatan usahanya, kemudian
mengganti dengan memberi pelayanan (service motive). Hal ini tidak
berarti laba tidak penting. Laba (profit) bukan menjadi tujuan, tetapi
merupakan akibat kerjasama (Sudarsono dan Edilius 2002:114). Laba
(profit) bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh manajemen koperasi,
melainkan juga aspek pelayanan (benefit oriented) (Sitio dan tamba
2001:78). Dalam badan usaha koperasi, orientasi usahanya lebih
menekankan pada pelayanan usaha yang dapat memberikan manfaat dan
kepuasan bersama para anggotanya.
Meskipun laba penting dihasilkan untuk mencapai tujuan
koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan anggotanya, namun bukan
berarti laba menjadi tujuan utama badan usaha koperasi. Kesejahteraan
semata-mata tidak hanya dari laba, melainkan juga dari kemampuan
manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi, misalnya yang
berupa terpenuhinya kebutuhan bersama, yaitu mendapatkan bahan
mentah lebih murah, memperoleh kepastian pasaran dengan harga yang
pantas, memperoleh barang konsumsi lebih baik dan murah, memperoleh
akses lebih mudah dan murah dalam kegiatan simpan pinjam. Sehingga
laba tidak menjadi dasar pertimbangan utama dari kegiatan usaha koperasi.
Jadi bagi suatu koperasi, laba tidak menjadi tujuan utama dalam
pengelolaan usahanya. Hal ini dikarenakan manajemen koperasi yang harus
bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada asas-asas
koperasi yang mengandung unsur sosial. Sehingga dalam menjalankan
kegiatan organisasinya, pandangan terhadap laba sebagai pertimbangan
utama dalam penentuan tujuan dari koperasi, tentunya tidak bisa dibenarkan.
Bagi pengurus dan pengelola koperasi yang bertanggung jawab atas
terlaksananya prinsip-prinsip koperasi dalam menjalankan kegiatan
organisasi, akan memberikan persepsi tertentu dalam
pertimbangan-pertimbangan pengelolaan usaha koperasi.
2.4.Persepsi
2.4.1. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang
dialami. Persepsi adalah suatu proses dengan mana individu-individu
makna kepada lingkungan mereka (Robbins 1996:124). Persepsi
merupakan proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu,
sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada sesuatu
ingatan tertentu baik secara indera penglihatan, indera perabaan, dan
sebagainya yang mana pada akhirnya bayangan itu dapat disadarinya.
Persepsi dapat berupa tanggapan (penerimaan) langsung dari seseorang,
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalu pancaindera. Persepsi
dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang
semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.
Menurut Sondang P. Siagian (1989:103) sasaran persepsi dapat
berupa orang, benda atau peristiwa orang yang melihatnya.
Persepsi disini adalah tanggapan para pengurus dan manajer
(pengelola) KPRI kota Semarang.
2.4.2. Persepsi Mengenai SHU Koperasi
Sejumlah faktor bekerja untuk membentuk dan kadang
memutarbalikkan persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak
pelaku persepsi (perceiver), dalam objeknya atau target yang
dipersepsikan, atau dalam konteks dari situasi dalam mana persepsi itu
dilakukan (Robbins 1996:126). Menurut Abdul Rahman Shaleh (2004:94)
bahwa kebutuhan, minat dan nilai telah terbukti merupakan pengaruh yang
adalah sikap, minat, dan tempat. Berikut ini dibahas faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi secara ringkas :
1. Sikap
Seorang individu yang memandang pada suatu target dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh
karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual itu,
diantaranya adalah sikap. Sikap adalah keadaan pikiran yang
dipengaruhi oleh kecenderungan, perasaan, gagasan dan tindakan
(William B. Martin,1991:14). Menurut Bimo Walgito (1980:51) sikap
sebagai suatu tingkatan afek (penilaian) yang bersifat positif maupun
negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologik. Perasaan
yang positif yaitu perasaan ditandai adanya sikap menerima atau setuju,
sebaliknya perasaan yang positif yaitu adanya sikap menolak atau tidak
senang. Syaifuddin Azwar (1988:3) menyatakan bahwa aspek perilaku
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk respon positif ataupun respon
negatif. Louse Thurstone dan Charles Osgorel mengatakan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi (penilaian) atau reaksi perasaan. Menurut
Soehardi Sigit (2003:86) sikap adalah tanggapan (response) seseorang
terhadap sesuatu stimulus yang menimbulkan tangkapan kognitif
(pikiran), afektif (penilaian), dan konaktif (kecenderungan perilaku).
Sikap merupakan keyakinan atau pandangan yang dapat menyebabkan
sama. Sikap disini adalah pandangan atau penilaian terhadap SHU
koperasi.
2. Minat
Karakteristik pribadi selain sikap yang mempengaruhi persepsi adalah
minat. Akan selalu terjadi komunikasi atau hubungan dengan orang
lain, benda, situasi dan aktivitas-aktivitas yang terdapat di lingkungan
sekitar. Dalam hubungan tersebut mungkin mereka menerima,
membiarkan atau menolaknya. Apabila seseorang menaruh minat, itu
berarti dirinya menyambut atau bersikap positif dalam berhubungan
dengan objek atau lingkungan tersebut dengan demikian maka akan
cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan tindakan lebih
lanjut. Minat adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Menurut Abdul (2004:262) minat dapat diartikan
sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian atau
bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari
minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut
terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan
perhatian subjek, ada usaha (untuk : mendekati / mengetahui / memiliki
/ menguasai / berhubungan) dari subjek yang dilakukan dengan
perasaan senang, ada daya penarik dari objek. Minat disini adalah
keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap SHU koperasi.
Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi-persepsi
seseorang. Keadaan tempat kerja, dan keadaan sosial dapat
mempengaruhi perhatian. Tempat disini adalah dimana persepsi
terhadap SHU koperasi dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi disini adalah sikap,
minat, tempat dari pengurus dan manajer (pengelola) KPRI terhadap SHU.
Jadi persepsi mengenai SHU koperasi disini adalah tanggapan yang
berupa pandangan atau penilaian, keinginan atau ketertarikan pengurus
dan manajer (pengelola) KPRI kota Semarang terhadap laba dalam
koperasi.
2.4.3. Tautan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Menurut Robbins (1996) bahwa persepsi individu dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dan kualitas pilihan terakhir
seseorang. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap
suatu masalah (problem). Terdapat suatu penyimpangan antara sesuatu
keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan.
Individu-individu berpikir dan menalar sebelum mereka bertindak.
Karena inilah suatu pemahaman bagaimana orang-orang mengambil
keputusan dapat membantu menjelaskan dan meramalkan perilaku mereka.
Berpikir dilakukan orang dengan tujuan untuk memahami realita dalam
rangka mengambil keputusan (making decision) memecahkan persoalan
Menurut Abdul (2004:238), keputusan yang diambil beraneka ragam,
tetapi ada tanda-tanda umumnya:
1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual
2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dan berbagai alternatif
3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Disamping tanda-tanda umum mengambil keputusan, dalam
mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor personal yang
sangat mempengaruhi dalam mengambil keputusan adalah:
1) Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki
2) Motif, alasan seseorang melakukan sesuatu
3) Sikap, perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian
(pendapat/keyakinan).
Seperti diketahui bahwa semua keputusan menuntut penafsiran dan
evaluasi terhadap informasi. Data yang diterima dari bebagai sumber perlu
diproses dan ditafsirkan, data manakah yang relevan dengan keputusan
dan mana yang tidak. Persepsi-persepsi dari pengambil keputusan akan
menjawab pertanyaan ini. Akan dikembangkan alternatif-alternatif serta
kekuatan dan kelemahan dari tiap alternatif perlu dievaluasi. Karena
alternatif-alternatif tidak muncul dengan mengidentifikasi mereka sebagai
alternatif, atau dengan kekuatan dan kelemahanya ditandai dengan jelas,
proses perseptual dari pengambil keputusan individual akan mempunyai
Pengurus dan manajer (pengelola) dalam hal ini subjek yang
memiliki tugas untuk mengelola usaha koperasi, oleh karena itu mereka
tentunya memiliki persepsi atau tanggapan mengenai SHU, yang pada
akhirnya mempengaruhi perilaku mereka dalam merumuskan keputusan
atau kebijakan menentukan rencana atau strategi terhadap besarnya SHU
yang hendak dicapai oleh koperasi.
2.5.Kerangka Pemikiran
Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena
ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan penafsiran orang pada satu objek yang sama sering ada
ketidaksepakatan antar individu bahkan dapat cukup berbeda dari kenyataan
yang objektif. SHU merupakan salah satu alat untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota, selain kemampuan pelayanan, keterampilan
administrasi dan penerapan prinsip-prinsip manajemen. Menghasilkan SHU
adalah suatu keharusan tetapi lebih jauh lagi harus menyadari kewajibannya
terhadap para anggota, lingkungan, karyawan, dan dirinya sendiri. Hal ini
untuk memenuhi kewajiban baik sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu
koperasi tidak mengejar laba sebagai tujuan badan usaha.
Pengelolaan usaha koperasi ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan
ekonomi para anggota maka hal ini berbeda dengan perusahaan non koperasi
yang bertujuan untuk mencari laba, sehingga mereka memiliki profit oriented
peningkatan kesejahteraan anggota yang menjadi tujuan dari badan usahanya.
Strategi penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota
adalah harga yang tidak mengarah pada harga yang mencapai tujuan laba yang
maksimum. Karena dengan profit oriented yang maksimum, tujuan koperasi
adalah untuk mencari laba semata bukannya untuk peningkatan kesejahteraan
anggotanya. Menurut Ropke (2000:86), dimana koperasi menjual produk
kepada anggotanya pada harga yang serendah mungkin tanpa menderita
kerugian, disebut strategi penentuan harga yang “optimal” bagi suatu koperasi
yang mengecerkan barang/jasa kepada anggotanya. Jadi penentuan harga
pelayanan yang dapat mensejahterakan anggota adalah dengan harga yang
serendah mungkin (menutup harga beli dan memperhitungkan laba) atau
murah sehingga para anggota koperasi yang bersangkutan dapat menghemat
pengeluarannya.
Strategi penentuan harga membutuhkan pertimbangan atau penafsiran
dan evaluasi terhadap besarnya laba yang hendak dicapai. Kebijakan
manajemen koperasi terhadap laba yang hendak dicapai didasarkan pada
penafsiran mereka mengenai laba dalam koperasi. Menurut Robbins (1996),
persepsi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kualitas pilihan
terakhir individu dalam organisasi.
Dengan menggunakan kerangka pemikiran tersebut menunjukkan arah
dari penyusunan penelitian, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang
persoalan yang dihadapi. Dengan demikian kerangka pemikiran yang akan
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
Sumber : Stephen P. Robbins. 1996. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta.
Gambar : Pengaruh Persepsi Mengenai SHU terhadap Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi Pada Unit Pertokoan KPRI di Kota Semarang.
2.6.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus diuji
kebenarannya. Berdasarkan teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
“Ada pengaruh persepsi pengurus mengenai SHU sebagai laba koperasi
terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai
tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di Kota Semarang.” Persepsi mengenai
SHU sebagai laba koperasi
(X)
Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan
Koperasi
42
METODE PENELITIAN
3.1.Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi
Arikunto,1998:115). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan
pengurus dalam KPRI yang memiliki unit pertokoan dan termasuk KPRI
dalam golongan A dan B (berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM
Kota Semarang) di kota Semarang. Aspek yang akan diteliti adalah
pengurus. Adapun ukuran polulasinya sebesar 26 KPRI.
3.1.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang akan diteliti
(Arikunto,1998:117). Sampel harus mencerminkan populasi sehingga
generalisasi terhadap sampel akan digunakan dalam penelitian, dengan
kata lain sampel harus representatif. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu pengambilan sample
yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah
34 orang pengurus dari 17 KPRI (memiliki unit pertokoan dan termasuk
Semarang) se-Kota Semarang. Adapun kriteria sampel yang termasuk
dalam kategori penelitian ini adalah :
1. Kebijakan dari PKPRI serta Dinas Koperasi dan UKM Kota
Semarang,
2. KPRI tersebut memiliki unit usaha pertokoan,
3. KPRI tersebut termasuk dalam kategori golongan A dan B
berdasarkan data Dinas Usaha Kecil dan Menengah Kota
Semarang.
Alasan peneliti mengambil sampel sebesar 34 pengurus dan
(pengelola) KPRI karena keterbatasan waktu, dana, biaya dan risiko yang
ditanggung oleh peneliti. Menurut Gay (1976) sampel ukuran minimal
dalam penelitian regresi adalah 30 subjek.
3.2.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang mejadi titik
perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1998:99).
Variabel-variabel penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Variabel persepsi pengurus mengenai SHU koperasi sebagai variabel
bebas (X)
b. Variabel strategi penentuan harga pada unit pertokoan KPRI sebagai
3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah proses melekatkan arti pada suatu
konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan
yang perlu untuk mengukur konstruk atau variable tersebut (Kerlinger,
1986). Operasionalisasi variabel penelitian digunakan untuk instrumen
pada penelitian.
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai
SHU yaitu mengungkap tanggapan pengurus dan manajer (pengelola)
mengenai SHU sebagai laba dalam koperasi.
Dengan indikator:
1) Sikap yaitu pandangan atau penilaian terhadap SHU sebagai laba
koperasi, dengan skala pengukuran interval.
a) Sikap pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
untuk kesejahteraan anggota.
b) Sikap pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
untuk meningkatkan dana cadangan.
c) Sikap pengurus dan manajer terhadap SHU untuk balas
jasa atas modal koperasi.
2) Minat yaitu keinginan atau ketertarikan terhadap SHU sebagai laba
koperasi, dengan skala pengukuran interval.
a) Minat pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
b) Mi