• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KELELAHAN KERJA SEBAGAI UPAYA DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. CIPTA KRIDATAMA SITE GEMA RAHMI PERSADA KALIMANTAN TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN KELELAHAN KERJA SEBAGAI UPAYA DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. CIPTA KRIDATAMA SITE GEMA RAHMI PERSADA KALIMANTAN TIMUR."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user LAPORAN KHUSUS

MANAJEMEN KELELAHAN KERJA SEBAGAI UPAYA DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. CIPTA

KRIDATAMA SITE GEMA RAHMI PERSADA KALIMANTAN TIMUR.

Ndeo Yulianto R.0008122

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011

(2)

commit to user

(3)

commit to user

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAIY

$Ing&ngffugls,Akhir denganjudul : Manaiemen Kelelahan Kerja Sebagai Upaya PcneegahanKecelaknan Keria di Temapat Kerja

PT. Cipta Kridatama sire Gema Rrhmi Persada, Kalimentan Timur

Ndeo Yulianto, NIM : R.0008122, Tatrun

: 70ll

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Penguii lfiaganeruugar Akhir

Program D.III Hiperkes danKeselamatan Kerja Fakultas Kedo*:teran UNS Surakarta Pada Hari . .€dtv. . ..ranggal .

.h

.tJ!g r... 20 t(. . . . ..

i;,

it

(4)

commit to user iv ABSTRAK

MANAJEMEN KELELAHAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PT. CIPTA KRIDATAMA SITE

GEMA RAHMI PERSADA, KALIMANTAN TIMUR

Ndeo Yulianto1, Hardjanto2, Seviana Rinawati3

Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan manajemen kelelahan kerja PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kota Bangun, Kalimantan Timur.

Metode : Kerangka pemikiran penelitian ini adalah penggunaan tenaga manusia dalam perusahaan, disamping tenaga mesin akan menimbulkan suatu daampak berupa kelelahan. Kelelahan muncul sebagai akibat dari pengaruh faktor-faktor dalam pekerjaan dan juga kebiasaan sehari-hari. Seiring dengan timbulnya kelelahan maka potensi untuk terjadinya suatu kecelakaan akan semakin tinggi.

Untuk mencegah terjadinya hal yang demikian maka diterapkanlah manajemen kelelahan kerja.

Hasil : Memberikan gambaran tentang pelaksanaan manajemen kelelahan kerja.

Pengambilan data mengenai manajemen kelelahan kerja dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan cara membandingkan dengan teori dan peraturan yang berlaku.

Simpulan: Perusahaan telah menerapkan manajemen kelelahan kerja walaupun progrm-program yang ada didalam lingkup manajemen kelelahan kerja belum dilakukan dan di evaluasi secara rutin.

Kata kunci: Manajemen Kelalahan Kerja, Pencegahan Kecelakaan

1, 2, 3

. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

(5)

commit to user v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur tak henti- hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat- Nya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan umum: “Manajemen kelelahan kerja sebagai upaya dalam pencegahan kecelakaan di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kalimantan Timur”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok, selaku Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Seviana Rinawati, S.KM, selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.

5. Ibu Ermy Winarjati, selaku HRD Manager Head Office PT. Cipta Kridatama terima kasih telah memperkenankan penuli melaksanakan magang di PT.

Cipta Kridatama site Gema Rahmi Perada.

6. Bapak Yohanes Simanjuntak, selaku Safety Manager PT. Cipta Kridatama terimakasih telah memperkenankan penulis melaksanakan magang di PT.

Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada

7. Bapak Arpis Arkam yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan laporan ini

8. Ibu Ermi Winarjati selaku HRD and GA Manager PT. Cipta Kridatama yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Cipta Kridatama ini.

9. Bapak Andriyanta Zudisantosa, selaku Deputy Project Manager PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada yang telah menerima dan memperkenankan penulis untuk magang selama 3 bulan di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kota Bangun, Kalimantan Timur.

10. Bapak Arpis Arkam selaku Safety Supervisor sekaligus pembimbing I di perusahaan, terimakasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.

11. Bapak Siswanto dan Sukamto selaku OSHE Officer PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada yang telah membantu dan memberikan pengetahuan kepada penulis.

12. Bapak Suhardiman, I Nyoman S dan Ardiyana selaku Saffety Controle PT.

Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada yang telah membantu dan memberikan pengetahuan kepada penulis.

(6)

commit to user vi

13. Seluruh keluarga besar PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kota Bangun, Kalimantan Timur yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, bimbingan dan sambutan hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.

14. Ayahanda serta Ibunda dan segenap keluarga besar terimakasih atas segala doa, dukungan dan curahan kasih sayangnya yang tiada hentinya mengalir untuk penulis.

15. Segenap keluarga besar angkatan 2008, selalu sukses kedepannya.

16. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan hingga laporan ini bisa terselesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, Juni 2011 Penulis,

Ndeo Yulianto

(7)

commit to user vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Magang ... 4

D. Manfaat Magang ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 36

D. Sumber Data ... 36

(8)

commit to user viii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Pelaksanaan ... 38

G. Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Simpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(9)

commit to user ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran ... 35

(10)

commit to user x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Menu planing bulan April 2011, dengan kandungan kalori pada masing-masing menu.

Lampiran 2 Form test kesiapan berkendara untuk operator alat berat

(11)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan pesatnya perkembangan jaman, manusia akan selalu dituntut untuk lebih kompetitif dari sebelumnya. Persaingan akan selalu terjadi dalam berbagai bidang terutama dalam masalah pemenuhan kebutuhan konsumen.

Demi tercapainya target pemenuhan, manusia akan selalu berusaha untuk membuat suatu teknologi yang dapat membuat suatu hal menjadi lebih efektif dan efisien dari pada sebelumnya. Teknologi akan semakin maju seiring bertambahnya populasi manusia yang berarti semakin tinggi pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, dengan semakin majunya teknologi yang ada (hampir semua kegiatan atau proses produksi dilakukan oleh mesin) tetap saja peran manusia tidak dapat terlepas begitu saja. Manusia tetap berperan penting dalam berlangsungnya proses produksi, baik sebagai operator mesin atau sebagai control atau pengawas dalam proses produksi.

Dengan diperlukanya tenaga manusia sebagai komponen yang penting di dalam suatu proses produksi, maka dalam suatu proses tidak dapat terlepas dari campur tangan manusia. Proses produksi sendiri berlangsung hampir setiap waktu tergantung dengan pencapaian target dari masing-masing perusahaan. Pada umumnya suatu perusahaan yang besar berjalan atau berproduksi dalam waktu dua puluh empat jam. Dengan demikian maka tenaga manusia dibutuhkan pula dalam kurun waktu dua puluh empat jam

(12)

commit to user

selama proses produksi berlangsung. Tetapi jam waktu yang diperbolehkan untuk bekerja menurut Undang-undang Republik Indonesia No.: 13 Tahun 2003, pasal 77, ayat 2 adalah tujuh jam sehari atau empat puluh jam bekerja dalam waktu satu minggu (enam hari kerja dalam satu minggu), atau delapan jam sehari atau empat puluh jam seminggu (lima hari kerja dalam satu minggu). Dengan demikian tenaga kerja tidak boleh bekerja dalam waktu yang melebihi ketetapan diatas dan apabila waktu kerja melebihi ketentuan diatas maka harus ada persetujuan atau perjanjian antara pengusaha dan tenaga kerja.

Terkadang ada juga pengusaha tidak terlalu mau peduli dengan waktu kerja yang sesuai dengan peraturan yang telah ada, mereka hanya mementingkan target produksi yang ingin dicapai. Untuk mencapai target tersebut mereka membuat waktu kerja yang tidak sesuai dan juga melebihi kapasitas atau kemampuan tenaga kerja untuk bekerja. Dengan demikian tenaga kerja lama kelamaan akan menurun daya kerjanya dan akirnya akan Kelelahan kerja merupakan masalah yang konkrit dalam suatu proses produksi di suatu perusahaan. Setiap tenaga kerja pasti akan megalami kelelahan kerja terutama pada perusahaan yang mempunyai sistem waktu kerja yang lama dan juga dengan pekerjaan yang melebihi kapasitas kerja. Kelelahan kerja akan mempunyai dampak yang fatal apabila tidak dilakukan suatu tindakan yang tepat. Dampak tersebut dapat berupa property damage, injury atau lost time production, yang semuanya hanya akan menambah cost perusahaan. Tidak hanya itu saja hal tersebut sesuai dengan teori gunung es dimana dampak yang terlihat hanya permukaan saja tetapi dampak yang tidak terlihat misalnya

(13)

commit to user

adalah kerusakan unit operasi yang tentu saja tidak dapat dipakai sebagai sarana dalam produksi sehingga akan mengakibatkan suatu bentuk kerugian karena proses produksi sendiri akan terhambat karena berkurangnya sarana penunjang yang ada. Dan hal tersebut tentu saja akan mengakibatkan kerugian yang mungkin akan lebih besar dari pada kerugian yang terlihat.

Masalah kelelahan kerja sendiri dapat teratasi bila di suatu perusahaan menerapkan manajemen kelelahan kerja. Dengan tindakan atau dengan program-program yang ada di dalam manajemen kerja masalah kelelahan kerja dapat dicegah serta ditanggulangi dengan bak sehingga tidak terjadi suatu hal yang dapat mengakibatkan terjadinya kerugian bagi perusahaan.

Manajemen kelelahan kerja meliputi berbagai hal mulai dari pengaturan sistem jam kerja, pemenuhan gizi kerja, beban kerja, ergonomi dan pola hidup atau kebiasaan dari tenaga kerja, dimana semua hal tersebut diatur sedemikian rupa sehingga kelelahan kerja dapat diminimalisir.

PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kota Bangun, Kalimantan Timur merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor pertambangan, dengan melihat sistem waktu kerja six to six dengan waktu kerja selama dua belas jam dan juga jenis pekerjaanya, tenaga kerja yang ada di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada sangat besar kemungkinan untuk mengalami kelelahan kerja. Oleh karena itu penerapan manajemen kelelahan kerja sangat diperlukan untuk meminimalisir terjadinya kelelahan kerja.

(14)

commit to user

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan penaggulangan tentang masalah kelelahan kerja dengan menggunakan atau penerapan manajemen kelelahan kerja yang ada di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kota Bangun, Kalimantan Timur.

B. Rumusan Masalah

Mengingat pentingnya manajemen dalam pencegahan kecelakaan, maka di rumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana pelaksanaan manajemen kelelahan kerja dalam mencegah kecelakaan di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada?”.

C. Tujuan Magang

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kelelahan kerja di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya manajemen kelelahan kerja di PT.

Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada.

3. Untuk mengetahui dan mengkaji sejauh mana pelaksanaan manajemen kelelahan kerja di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada.

(15)

commit to user D. Manfaat Magang

1. Penulis

a. Memperoleh data untuk membuat tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan studi.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem manajemen kelelahan kerja dan pelaksanaan Manajemen kelelahan kerja di PT.

Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kalimantan Timur.

c. Dapat menggunakan keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah didapat dan dipelajari dibangku kuliah pada khususnya untuk merumuskan konsep, menganalisis permasalahan dan merumuskan kemungkinan solusi terhadap permasalahan tersebut.

2. Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan evaluasi mengenai gambaran penerapan dan pelaksanaan di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kalimantan Timur.

3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja a. Institusi

Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar mengenai manajemen kelelahan kerja.

(16)

commit to user b. Mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan tentang manajemen kelelahan kerja di perusahaan sehingga memiliki pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan dalam persaingan di bursa kerja.

4. Pembaca

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mengenai manajemen kelelahan kerja di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada.

(17)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwoko, 2004). Kelelahan mengandung pengertian aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja Kelelahan kerja menurut Suma’mur (1996), merupakan proses menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan/

ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.

Pengertian lainya adalah kelelahan (fatigue) merupakan hasil proses interpr dari orang (pelaku kerja) maupun yang menilai/orang lain, dalam melakukan suatu pekerjaan dengan merasakan dan melihat penurunan fungsi fisiologis tubuh seseorang seperti penurunan kesigapan dan respon.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak dengan adanya sistem aktivasi (simpatis) dan inhibisi (parasimpatik). Lelahan (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan ketahanan tubuh untuk bekerja.

Keadaan atau perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat keasadaran yaitu otak (cortex celebri), yang dipengaruhi oleh sistem antagonistis yaitu

7

(18)

commit to user

sistem penghambat (inhibisi) dan sisitem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadap talamus (thalamus) yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak berada terdapat dalam formasio retikularis (formatio reticularis)yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dan organ-organ dalam tubuh ke arah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.

Maka berdasarkan konsep tersebut, keadaan seseorang pada suatu saat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem antagonistis dimaksud.

Apabila sistem penghambat berada pada posisi lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang barada dalam kondisi segar untuk aktif dalam melakukan kegiatan termasuk bekerja.

Kelelahan yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya kelelahan yang kronis. Kelelahan tidak hanya terjadi selama atau setelah bekerja tetapi juga dapat terjadi sebelum kita melakukan pekerjaan. Pada kelelahan kronis gejala perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala yang penting. Kelelahan kronis seperti itu cenderung menyebabkan angka abstenteisme terutama mangkir kerja dan juga menyebabkan angka sakit menjadi tinggi.

(19)

commit to user 2. Jenis Kelelahan Kerja

Secara umum terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot dapat dirasakan dengan ditandai tremor pada otot, perasaan kaku pada bagian otot yang beraktivitas, dan nyeri pada otot tersebut. Secara ilmiah dapat dijelaskan dengan dua teori yaitu:

a. Teori kimia (teori penggunaan O2) menjelaskan bahwa akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.

b. Sedangkan teori saraf menjelaskan bahwa perubahan proses kimia hanya merupakan penunjang proses dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensorik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.

Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.

Kelelahan otot ini dapat disebabkan oleh aktivitas statis berbeda dengan aktivitas dinamis, yang mana jika pengerahan otot statis sebesar 15%-20% dengan pembebanan berlangsung sepanjang hari akan menyebabkan nyeri. Untuk mempertahankan kondisi tubuh tanpa lelah yang berat, jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot. Tiga pendapat lain mengatakan bahwa kebutuhan metabolis pada aktivitas dinamis dan statis melampaui kapasitas energi yang

(20)

commit to user

dihasilkan seseorang, maka kontraksi otot terpengaruh yang menimbulkan kelelahan seluruh badan terjadi. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang (Tarwaka dkk, 2004).

Kelelahan umum ditandai atau ditunjukan oleh hilangya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis. Penyebab utama kelelahan umum adalah pekerjaan yang monoton, itensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. Pengaruh dari keadaan seperti itu semakin lama akan menjadi sebuah beban, baik beban pikiran maupun beban fisik yang akirnya akan menyebabkan kelelahan terhadap tenaga kerja tersebut.

Perasaan lelah demikian yang berkadar tinggi dapat menyebabkan tenaga kerja tidak mampu lagi bekerja sehingga kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari tidak dapat terlaksana. Sebagaimana kelelahan fisiologis, tenaga kerja yang melakukan pekerjaan fisik akan menghentikan pekerjaanya bahkan tenaga kerja tersebut tertidur pada saat melakukan pekerjaan karena kelelahan. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk. Perasaan adanya kelelahan umum adalah ditandai dengan berbagai kondisi antara

(21)

commit to user

lain kelelahan visual (indera penglihatan) yang disebabkan oleh illuminasi, luminasi dan seringnya akomodasi mata; kelelahan seluruh tubuh, kelelahan mental; kelelahan urat saraf; stress (pikiran tegang) dan rasa malas bekerja (circadian fatigue).

Kelelahan untuk setiap orang akan berbeda-beda dalam pengungkapan dan gejalanya biasanya bersifat subyektif namun kelelahan dalam hal ini yakni berupa penurunan efisiensi dan ketahanan dalam melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan umum ini dapat berupa keadaan sakit, apabila kelelahan tersebut bersifat medis dan disertai dengan gejala yang ditemukan pada tenaga kerja berupa sakit kepala, berdebar-debar, sesak nafas, hilang nafsu makan, gangguan pencernaan, gangguan tidur dan sebagainya, yang biasanya dapat timbul pada tenaga kerja yang mengalami konflik kejiwaan atau kesulitan psikologis.

Dilihat dari segi fisiologis seorang tenaga kerja merasa tidak sanggup lagi dalam melakukan aktifitasnya, hal ini disebabkan karena kelelahan fisiologis yaitu fisik atau kimia, dan akibat kelelahan psikologis yaitu mental dan fungsional. Yang dimaksud kelelahan fisiologis adalah kekelahan yang timbul karena adanya perubahan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan diakibatkan karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah. Dimana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivitas sehingga berpengaruh pada serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat akibatnya orang akan mengalami kelambatan dalam bekerja. Dua sistem syaraf yang

(22)

commit to user

mempengaruhi kelelahan yaitu sistem penghambat atau inhibisi contohnya thalamus dan sistem penggerak atau aktivasi contohnya cortex cerebri, kelelahan terjadi apabila inhibisi meningkat dan aktivasi menurun.

Di samping kelelahan otot dan kelelahan umum, Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan kelelahan ke dalam 7 bagian yaitu:

a. Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata.

b. Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan.

c. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual.

d. Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.

e. Pekerjaan yang bersifat monoton.

f. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang.

g. Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai periode tidur yang baru.

3. Penyebab Kelelahan Kerja

Seperti telah dijelaskan diatas, kelelahan disebabkan karena beberapa hal sesuai dengan jenis kelelahanya. Tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang serius mengenai terjadinya kelelahan, hal-hal tersebut sangatlah dominan dalam terjadinya kelelahan, kelelahan dapat

(23)

commit to user

terjadi karena faktor internal (dari pekerja) dan juga faktor eksternal (dari pekerjaan). Faktor-faktor internal yang menyebabkan kelelahan adalah : a. Kesehatan pekerja

Tingkat kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja. Orang yang sedang sakit tentunya akan mudah untuk mengalami kelelahan dari pada orang yang sedang dalam keadaan sehat. Secara umum orang tersebut merasa lebih lemah atau lesu dikarenakan sistem organ tubuh tidak berjalan dengan lancar sehingga produksi energi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak akan optimal dan kebutuhan energi untuk aktivitas sehari-hari kurang sehingga tubuh akan lemah dan lesu. Tidak hanya itu saja energi yang diproduksi oleh tubuh lebih banyak dipergunakan pembangun sistem imun atau perlindungan diri dari virus atau bakteri penyakit, energi juga digunakan untuk memperbaiki atau membangun jaringan sel yang rusak dan untuk memulihkan kondisi tubuh agar kembali normal lagi.

b. Gizi Kerja

Gizi sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya seseorang mengalami kelalahan kerja. Dengan gizi yang baik pekerja tidak akan mudah dalam mengalami kelelahan kerja, sedangkan gizi kerja yang buruk akan menyebabkan:

1) Daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat absensi yang tinggi.

(24)

commit to user

2) Daya kerja fisik turun sehingga mudah mengalami kelelahan dan akhirnya akan menyebabkan prestasi kerja rendah.

Bila jumlah yang diperlukan tidak terpenuhi atau berlebihan, maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai. Salah satu untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja adalah mengatasi masalah gizinya, yaitu dengan penyelenggaraan makan ditempat kerja yang memenuhi nilai gizi makanan berimbang (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional,1994).

Ada beberapa jenis atau unsur zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Unsur-unsur tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan air. Enam unsur tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1) Unsur gizi pemberi energi, yaitu : karbohidrat, protein, dan lemak.

2) Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan tubuh, yaitu :lemak, protein, dan mineral.

3) Unsur gizi pengatur fungsi faal tubuh (protein, mineral, vitamin, dan air).

Untuk mencapai keadaan gizi yang sempurna, ketiga golongan unsur gizi tersebut harus terdapat dalam makanan kita sehari-hari dalam porsi yang sesuai menurut kebutuhan masing-masing orang (Sunita Almatsier, 2002).

Tiga unsur gizi pemberi energi yaitu karbohidrat, protein, dan lemak pada proses oksidasi dalam tubuh menghasilkan energi dalam

(25)

commit to user

bentuk panas, yang oleh tubuh diubah menjadi energi gerak atau mekanis. Energi yang dihasilkan ketiga zat gizi itu dinyatakan dalam satuan ukuran panas yaitu kalori. Kalori yang dihasilkan oleh oksidasi ketiga zat tersebut kemudian diubah oleh tubuh menjadi tenaga yang digunakan untuk aktivitas otot.

Aktivitas pekerjaan membutuhkan energi yang dihasilkan dari pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang dilakukan semakin besar juga energi yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kalori dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat ringannya beban kerja (Tarwaka, 2004).

Zat gizi pada proses oksidasi dalam tubuh menghasilkan energi dalam bentuk panas, yang oleh tubuh diubah menjadi energi gerak atau mekanis, Kebutuhan gizi seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Menurut Suma’mur (1996). Kebutuhan gizi seseorang tergantung beberapa faktor, yaitu:

1) Ukuran tubuh

Makin besar ukuran tubuh seseorang makin besar pula kebutuhan kalorinya, meskipun jenis kelamin, kegiatan, dan usianya sama.

2) Usia

Makin tua usia seseorang makin berkurang kebutuhan kalorinya, pada anak-anak, dan orang muda yang sedang dalam pertumbuhan membutuhkan kalori relatif lebih besar.

(26)

commit to user 3) Jenis kelamin

Laki-laki lebih banyak membutuhkan kalori dari pada wanita.

Karena laki-laki lebih banyak mempunyai otot dan lebih aktif melakukan pekerjaan sehingga mengeluarkan kalori lebih banyak.

4) Kondisi tubuh tertentu

Wanita hamil dan menyusui membutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih besar dari pada keadaan biasa. Demikian pula orang baru sembuh dari sakit memerlukan kalori dan zat gizi yang lebih besar guna rehabilitas sel tubuh atau bagian-bagian yang rusak selama sakit.

5) Pengaruh pekerjaan

Semakin berat pekerjaan atau bagian seseorang sehingga semakin besar pula kalori yang mereka butuhkan.

6) Iklim dan suhu lingkungan

Kalori yang dibutuhkan di tempat kerja yang dingin lebih tinggi dari pada di tempat panas, karena untuk mempertahankan suhu tubuh.

Menurut Suma’mur (1996), jumlah kalori yang dibutuhkan orang dewasa ditentukan oleh:

1) Metabolisme basal, yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirahat.

2) Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (aktivitas tubuh), kira-kira 10% dari metabolisme basal.

(27)

commit to user 3) Kerja otot.

Untuk menilai kebutuhan kalori seseorang berdasarkan tingkat kerja ringan, sedang, dan berat. Gizi kurang terjadi karena konsumsi yang tidak mencukupi kebutuhan atau tingkat konsumsi mencukupi namun tubuh mengalami gangguan pencernaan sehingga zat gizi yang dimakan terbuang percuma.

Menurut Sunita Almatsier, 2002 Gizi kurang akan mengakibatkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa cepat lelah dan prodiktivitas kerja menurun. Selain itu daya tahan terhadap tekanan dan stress menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang penyakit infeksi seperti pilek, batuk, dan diare.

c. Psikologis

Kelelahan tersebut timbul karena adanya suatu konflik mental (batin). Konflik mental (batin) mungkin dikarenakan oleh pekerjaan itu sendiri, mungkin bersumber pada konflik antar tenaga kerja atau dengan atasan, bisa juga bersumber pada rumah tangga atau pergaulan hidup dengan masyarakat sekitar. Tenaga kerja yang dipaksakan bekerja dengan kondisi tersebut tentu saja akan mudah untuk mengalami kelelahan.

Bekerja dengan perasaan terpaksa karena tidak menyukai pekerjaan tersebut, hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan, dorongan dari pihak-pihak tertentu dan alasan-alasan lain akan menimbulkan

(28)

commit to user

kelelahan terlebih dahulu sebelum bekerja, terlebih bila menghadapi pekerjaan yang menumpuk. Hal ini sama keadaanya dengan kelelahan yang timbul sebelum kita menempuh perjalanan yang jauh pada waktu terik-teriknya matahari. Berkecamuknya kekhawatiran dan juga konflik yang berkepanjangan antar tenaga kerja atau dengan pemimpin akan mudah menimbulkan kelelahan pada tenaga kerja.

d. Pola Hidup dan Kebiasaan

Pola hidup tenaga kerja sangat mempengaruhi tingkat produktivitas seorang pekerja. Beberapa hal mengenai pola hidup dan kebiasaan yang berkaitan dengan kelelahan adalah :

1) Waktu tidur

Waktu tidur sangat mempengaruhi terjadinya kelelahan, rata- rata seseorang membutuhkan waktu tidur yang baik selama enam jam sampai delapan jam, tetapi kualitas waktu tidur masing-masing orang berbeda antara satu dengan yang lainya. Terkadang waktu tidur seseorang kurang dari enam jam tetapi tidak merasakan rasa ngantuk, dan ada juga orang yang tidur lebih dari enam jam tetapi masih kurang dan pada saat bekerja selalu merasa ngantuk, hal tersebut dikarenakan kualitas tidur seseorang berbeda-beda. Waktu tidur pada waktu siang hari akan terganggu oleh banyaknya aktifitas keluarga atau masyarakat disekitar tempat tinggal, dengan demikian seseorang tidak akan tidur dengan nyaman dan kualitas tidur juga akan terganggu karena gangguan yang ada. Beberapa hal

(29)

commit to user

yang menyebabkan seseorang terganggu pada waktu tidur saat siang hari di tempat tinggal adalah :

a) Faktor suhu

Suhu tubuh yang menurun pada dini hari (sekitar jam 3 – 4 pagi) membuat kita dapat tertidur nyenyak pada dini hari. Untuk itu bila kita tidur pada siang hari, kita perlu menurunkan suhu lingkungan tempat tidur.

b) Faktor Kebisingan

Kebisingan adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki, oleh karena itu kebisingan dapat menyebabkan terganggunya orang yang berada di dalam lingkungan bersangkutan.

Kebisingan juga dapat menyebabkan berkurangnya kesempurnaan waktu istirahat, kepekaan seseorang terhadap kebisingan tergantung terhadap reaksi psikologi seseorang.

Gangguan suara seperti dering telepon, bel tamu, suara perkakas rumah tangga, pemotong rumput, bising, keramaian anak-anak bermain merupakan hal-hal yang membuat tidur Anda di siang hari menjadi sulit.

c) Faktor cahaya

Berusaha tidur di siang hari sama dengan menentang ritme di tubuh kita yang terbiasa tidur di malam hari. Bagi sebagian besar orang, mengurangi penerangan di siang hari adalah teknik

(30)

commit to user

yang sangat penting untuk mengakali tubuh agar dapat tidur di siang hari.

d) Faktor Pribadi

Kebiasaan yang berkaitan dengan faktor pribadi yang menyebabkan terjadinya kelelahan adalah waktu istirahat atau waktu tidur, dan juga konsumsi obat-obatan, atau NAPZA.

Dengan berkurangya waktu tidur akan mengakibatkan pekerja mengalami :

1) Tidur lebih lambat dan bangun lebih cepat.

2) Saat tidur selalu gelisah dan mata tidak dapat terpejam.

3) Saat bangun terkadang masih merasakan letih dan tidak segar.

4) Selalu terpikirkan banyak hal (diperburuk dengan rasa khawatir dan rasa tertekan).

5) Tetap merasa lelah dan bahkan tertidur saat berada di tempat kerja.

6) Mudah marah,tegang dan khawatiran.

2) konsumsi obat-obatan atau NAPZA.

Narkoba atau NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Dengan ketergantungan fisik dan psikologis, seseorang akan merasa cepat lemah/lemas dalam segi fisik dan

(31)

commit to user

psikologis bila tidak mengkonsumsi atau menggunakan NAPZA dalam keseharianya. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 22/199, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilakunya.

Termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi minuman Alkohol, tembakau, inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik.

Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya kelelahan kerja : 1) Waktu Kerja

Tingkat efektivitas, efisiensi, produktivitas dan kesehatan seorang tenaga kerja sangatlah bergantung pada sebarapa lama waktu kerjanya.

Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi :

(32)

commit to user

a) Lamanya seseorang dapat bekerja dengan baik b) Hubungan antara waktu kerja dan waktu istirahat

c) Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi,siang,sore) dan malam hari.

Pada umumnya tenaga kerja akan mampu bekerja dengan baik dalam selang waktu kerja enam sampai sepuluh jam, sedangkan empat belas sampai delapan belas jam digunakan untuk kehidupan di keluarga dan masyarakat, untuk istirahat, tidur dan kegiatan yang lain.

Untuk pekerjaan yang ringan produktivitas tenaga kerja akan menurun setelah bekerja selama empat jam secara terus menerus, oleh karena itu sebaiknya tenaga kerja diberikan kesempatan untuk beristirahat setidaknya lima belas menit dengan tujuan untuk pemulihan fisik dan mental serta juga pengembalian kadar gula darah sebagai bahan bakar energi dengan memberikan snack atau makanan ke tenaga kerja setelah empat jam bekerja.

Sedangkan pekerjaan yang berat yaitu pekerjaan yang pekerjaan yang mengerahan tenaga fisik dan kemampuan mental yang tinggi dan penggunaan energi yang besar dalam waktu yang relatif singkat. Otot, sisitem cardiovascular dan paru akan bekerja lebih berat dari pada pekerjaan yang normal sehingga hanya akan bertahan dalam waktu yang relatif pendek, dan juga bila pengerahan tenaga maksimal hanya dapat bertahan sekitar empat menit saja, oleh karena itu pengaturan ritme kerja antara pekerjaan yang berat dan istirahat pendek yang

(33)

commit to user

memadai diatur dan di program dengan program yang baik yang bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik dan mental setelah bekerja dengan beban yang berat.

Secara umum bekerja melebihi dari enam jam sampai sepuluh jam dalam sehari hanya akan menyebabkan kelelahan karena tenaga kerja tidak akan bekerja secara efisien dan efektive sehingga produktivitas tenaga kerja tidak optimal, dan hanya akan mengakibatkan penurunan kualitas dan hasil kerja. Tidak hanya itu, bahkan bekerja melebihi dari jam efektive hanya akan menimbulkan terjadinya kelelahan kerja, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasan tenaga kerja, dan akhirnya akan menyebabkan angka abstein yang tinggi di perusahaan.

Setiap perusahaan mempunyai sistem pembagian waktu kerja masing-masing, pembagian waktu kerja untuk suatu perusahaan biasanya dibagi antara waktu kerja siang dan waktu kerja malam. Hal tersebut diterapkan bila suatu perusahaan menjalankan usahanya selama dua puluh emat jam. Pembagian waktu kerja harus benar-benar memperhatikan kondisi dan keadaan dari tenaga kerja. Untuk waktu kerja siang biasanya tidak ditemui masalah-masalah yang berarti, tetapi pada waktu kerja malam maka akan muncul berbagai masalah.

Hal tersebut terjadi karena fungsi faal tubuh kita yang sebenarnya bekerja optimal pada waktu siang hari dan pada waktu malam tidak dapat bekerja sepenuhnya.

(34)

commit to user 2) Kondisi Tempat Kerja

Tempat kerja merupakan tempat dimana kita mencurahkan waktu dan tenaga untuk memberikan suatu sumbangan atau suatu usaha bagi perusahaan agar roda ekonomi perusahaan tetap dapat berkembang.

Kondisi tempat kerja sangat mempengaruhi terhadap terjadinya kelelahan di tempat kerja, seseorang akan bekerja dengan perasaan yang aman dan nyaman bila tempat kerja benar-benar dirancang sedemikian rupa agar tercapai suatu tingkat dimana tenaga kerja akan merasa aman dan nyaman bila bekerja. Dengan penataan yang demikian secara tidak langsung akan meningkatkan motivasi terhadap kinerja pekerja.

Aztanti Srie Ramandhani dalam Sugeng Budiono A.M dkk (2003) menjelaskan bahwa penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang tidak menggairahkan.

Kondisi tempat kerja meliputi seluruh hal yang ada ditempat kerja, dari segi ergonomi (tempat kerja, peralatan kerja, mesin produksi),

(35)

commit to user

suhu di tempat kerja, kebisingan, getaran, debu dan lainya yang berkaitan dengan kondisi tempat kerja.

a) Ergonomi

Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk pencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaanya, yang manfaat dari padanya diukur diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja.

Secara fisiologis, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer, panca indra (mata, telinga, perasa, peraba, dan lain-lain), serta otot dan rangka. Dalam faal kerja perhatian utama difokuskan kepada pekerjaan otak (mental) dan otot (fisik). Peralatan kerja dan mesin perlu diserasikan dengan ukuran tubuh tenaga kerja untuk tujuan meraih hasil kerja yang secara kualitatif dan kuantitatif memuaskan dan tenaga kerja merasakan kemudahan dalam melakukan pekerjaanya. Dengan demikian tenaga kerja akan bekerja lebih efektive. Bila dalam suatu perusahaan tidak begitu memberikan perhatiaan terhadap perancangan peralatan kerja, mesin dengan ukuran tubuh pekerja akan menimbulkan suatu masalah. Kebanyakan perusahaan menganggap sepele terhadap kesesuaian alat dan pekerja, tapi hal sepele tersebut akan mempengaruhi produktivitas dari tenaga kerja. Peralatan atau

(36)

commit to user

mesin yang tidak sesuai dengan akan membuat pekerja memaksakan sikap atau posisi tubunya agar dapat serasi dengan peralatan kerja atau mesin yang digunakan. Dengan kegiatan kerja yang memaksakan sikap kerja atau posisi kerja secara terus menerus akan menimbulkan terjadinya kelelahan kerja.

Ergonomi meliputi beberapa hal yaitu desain lay out tempat kerja, kesusaian peralatan dengan pekerja, kenyamanan saat bekerja, posisi atau sikap kerja dari tenaga kerja akan mempengaruhi daya kerja seorang. Dengan perencanaan desain yang baik akan membuat seorang tenaga kerja akan nyaman dan tentunya daya kerja akan meningkat hal tersebut juga akan berdampak terhadap produktivitas yang akan meningkat. Sikap atau posisi tubuh dalam bekerja memiliki hubungan yang positif dengan timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk, atau dalam sikap posisi kerja yang lain, dimana pertimbangan-pertimbangan ergonomik yang berkaitan dengan sikap/posisi kerja akan sangat penting (Suma’mur, 1999).

Perencanaan adalah faktor utama yang perlu medapatkan perhatian yang pertama sebab perencanaan desain lay out kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas seseorang. Desain lay out perancangan tempat kerja akan berpengaruh terhadap sikap kerja dan kenyamanan dari tenaga kerja tersebut. Dengan

(37)

commit to user

perancangan desain yang tepat, seorang tenaga kerja akan bekerja dengan posisi kerja yang ergonomis.

Dengan perancangan tempat kerja yang ergonomi seseorang akan bekerja tanpa memaksakan tubuh untuk menyesuaikan dengan peralatan atau mesin kerja, dan juga pekerja dapat bekerja dengan posisi yang nyaman sehingga tidak menimbulkan efek yang dapat menyebabkan suatu penyakit akibat posisi kerja yang salah. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, melakukan banyak kesalahan, dan menderita cacat tubuh. (Wignjosoebroto, 2003).

b) Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja lebih mudah untuk melihat obyek yang sedang dikerjakanya secara jelas, cepat dan tanpa ada upaya yang tidak perlu. Penerangan yang baik juga memberikan kesan yang pemandangan yang lebih baik dan lingkungan kerja yang menyegarkan. Penerangan yang baik ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1) Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan 2) Pencegahan terhadap kesilauan

(38)

commit to user

3) Penggunaan warna yang dipakai untuk penerangan

4) Pemakain sumber cahaya yang tidak atau minim menimbukan panas terhadap lingkungan

Upaya mata yang berlebihan menjadi sebab kelelahan psikis/mental. Gejala-gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, berkurangnya daya konsentrasi dan melambatnya kecepatan berpikir. Lebih dari itu bila tenaga kerja yang mencoba mendekatkan matanya terhadap obyek untuk memperbesar ukuran benda (visibilitas), terjadinya upaya akomodasi mata yang dipaksakan sehingga mungkin terjadi penglihatan rangkap (dobel) atau kabur, gejala demikian biasanya disertai dengan perasaan sakit kepala di daerah atas mata. Oleh karena itu maka penerangan perlu mendapatkan perhatian yang serius agar pencegahan kelelahan kerja dapat dihindari.

c) Iklim kerja dan ventilasi

Suhu atau temperatur tempat kerja mempengaruhi daya kerja, produktivitas, efisiensi, dan efektivitas kerja. Mikroklimat yang tidak dikendalikan dengan baik akan berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pekerja dan gangguan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan beban kerja, mempercepat munculnya kelelahan dan keluhan subjektif serta menurunkan produktivitas kerja (Tarwaka dkk, 2004). Suhu tempat kerja yang termonetral, tidak dingin sehingga tidak menyebabkan tenaga kerja kedinginan dan tidak

(39)

commit to user

panas sehingga tenaga kerja tidak kepanasan sangat kondusif untuk bekerja dan juga untuk mendapatkan hasil karya yang terbaik.

Pada kisaran suhu termonetral terdapat suhu yang nyaman untuk bekerja. Suhu nyaman untuk bagi orang Indonesia untuk bekerja adalah antara 24-260C, suhu yang dingin akan mengurangi efisiensi bekerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi saraf perasa dan motoris serta memudahkan emosi untuk dirangsang (Suma’mur, 2009).

d) Getaran Mekanis

Getaran mekanis menyebabkan resonasi organ dan jaringan tubuh. Sehingga pengaruhnya terhadap tenaga kerja bersifat mekanis. Pada efek mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak atau metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui saraf sentral atau langsung pada sistem saraf otonom. Kedua mekanisme terjadi bersama-sama. Tiga efek getaran mekanis kepada tenaga kerja adalah :

1) Gangguan kenyamanan kerja : dalam hal ini pengaruh getaran mekanis terhadap tenaga kerja adalah perasaan yang kurang nyaman pada waktu bekerja.

(40)

commit to user

2) Terganggunya tugas yang terjadi bersamaan dengan cepat terjadinya kelelahan pada tenaga kerja.

3) Gangguan terhadap kesehatan tenaga kerja.

e) Kebisingan

Bila gelombang suara datang dari luar akan ditangkap oleh daun telinga kemudian gelombang suara ini melewati liang telinga, dimana liang telinga ini akan memperkeras suara dengan frekuensi sekitar 3000 Hz dengan cara resonansi. Suara ini kemudian diterima oleh gendang telinga, sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan ke tulang-tulang pendengaran dan akhirnya menggerakkan stapes yang mengakibatkan terjadinya gelombang pada perlympha.

Telinga tengah merupakan suatu kesatuan sistem penguat bunyi yang diteruskan oleh gendang telinga. Penguat oleh gendang telinga adalah sebesar 30 dB yang diperoleh akibat perbedaan penampang gendang telinga dengan jendela lonjong. Gelombang pada perlympha pada skala media selanjutnya terus ke helicotremia scala tympani dan menggerakkan foramen rotundum untuk membuang getaran ke telinga tengah akibat gelombang pada perlympha dan endollympha ini terjadi gelombang pada basalis yang mengakibatkan sel rambut pada organ corti mengenai M.

Tectoria sampai membengkak dan terjadi potensial listrik diteruskan sebagai rangsangan syaraf ke daerah penerimaan

(41)

commit to user

rangsangan pendengaran primer (auditorius primer) yang terletak pada gyrus temporalis transversus.

Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran primer yang akan menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging, dengan timbulnya sensasi suara ini akan menyebabkan pula stimulasi nucleus ventralateralis thalamus yang akan menimbulkan inhibisi impuls dari kumparan otot dengan kata lain hal ini akan menggerakkan atau menguatkan sistem inhibisi atau penghambat yang berada pada thalamus (Ganong W.F, 1999).

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri) yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadap thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formatio reticularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh ke arah kegiatan bekerja. Maka keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja antara dua sistem antagonistis tersebut. Apabila sistem penghambat berada pada posisi lebih kuat dari pada sistem penggerak, seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya,

(42)

commit to user

manakala sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja (Suma’mur, 2009).

4. Tanda-Tanda Kelelahan

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta pemulihan. Tindakan mengatasi kelelahan yaitu dengan istirahat seperti menghentikan aktivitas ataupun tidur serta merangsang sistem penggerak atau aktivasi. Gejala atau perasaan yang menandakan bahwa tenaga kerja mengalami kelelahan adalah :

a. Perasaan berat di kepala b. Menjadi lelah diseluruh badan c. Kaki merasa berat

d. Menguap

e. Merasa kacau pikiran f. Mengantuk

g. Merasa berat pada mata

h. Kaku dan canggung dalam gerakan i. Tidak seimbang dalam berdiri j. Mau berbaring

k. Merasa susah berfikirLelah bicara l. Gugup

m. Tidak dapat berkonsentrasi

(43)

commit to user

n. Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu o. Cenderung untuk lupa

p. Kurang kepercayaan diri q. Cemas terhadap sesuatu r. Tidak dapat mengontrol sifat s. Tidak dapat tekun dalam pekerjaan t. Sakit kepala

u. Kekakuan di bahu

v. Merasa nyeri dipunggung w. Merasa pernafasan tertekan x. Merasa haus

y. Merasa pening z. Suara serak

aa. Spasme kelopak mata bb. Tremor pada anggota badan cc. Merasa kurang sehat

Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukan melemahnya kegiatan, 11-10 menunjukan melemahnya motivasi dan 20-30 gambar kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan (Suma’mur, 2010).

(44)

commit to user 5. Risiko Terjadinya Kelelahan

Kelelahan kerja akan menimbulkan suatu dampak yang dapat merugikan kepada perusahaan, secara langsung kelelahan kerja dapat mengakibatkan :

a. Motivasi kerja turun b. Performansi rendah c. Kualitas kerja rendah d. Banyak terjadi kesalahan e. Stress akibat kerja f. Penyakit akibat kerja g. Cedera

h. Terjadi kecelakaan akibat kerja 6. Manajemen Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah salah satu masalah yang ada di perusahaan.

Dengan berjalanya suatu proses di perusahaan yang berjalan selama dua puluh empat jam secara terus menerus, pemenuhan gizi yang tidak memenuhi kebutuhan dari tubuh, ergonomi tempat atau peralatan kerja serta beban kerja yang ada dilapangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, hal tersebut tentu akan menimbulkan suatu masalah yang konkrit, terutama permasalahan yang berkaitan dengan tenaga kerja.

Tenaga kerja akan mudah mengalami kelelahan kerja bila suatu perusahaan tidak menerapkan suatu sistem yang mengatur akan waktu

(45)

commit to user

kerja, pemenuhan gizi, kondisi tempat kerja atau unit operasi serta faktor- faktor umum yang menyebabkan terjadinya kelelahan.

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang ditujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja di tempat kerja. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolaan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.

Manajemen kelelahan kerja adalah suatu sistem dalam suatu perusahaan yang bertujuan untuk melakuakan suatu program pengaturan untuk melakukan penanggulangan terhadap kelelahan sehingga dampak dari kelelahan tersebut dapat dicegah dan diminimalkan dan pada akirnya akan menciptakan suatu hasil yang berupa peningkatan produktivitas individu tiap tenaga kerja.

Sistem manajemen kelelahan kerja malakukan suatu tahapan rencana pencegahan terhadap timbulnya kelelahan berupa identifikasi penyebab terjadinya kelelahan kerja, penilaian resiko yang mungkin timbul, dan pengendalian resiko berupa upaya atau suatu implementasi program yang kemudian dilanjutkan dengan upaya monitoring dan evaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan selama program berjalan apakah sudah berjalan efektive dan sesuai dengan tujuan awal, serta pembahasan upaya-

(46)

commit to user

upaya perbaikan dan penambahan program yang dirasa perlu terhadap peningkatan dari manajemen kelelahan kerja.

(47)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Tempat Kerja

Kelelahan kerja Faktor Internal : 1. Tingkat Kesehatan 2. Gizi

3. Psikologis 4. Pola Hidup dan

Kebiasaan Faktor Eksternal :

1. Ergonomi 2. Kebisingan 3. Penerangan 4. Getaran

Mekanis

5. Iklim Kerja Manajemen Kelelahan

Terlaksana Tidak terlaksana

Zero accident Kecelakaan kerja

(48)

commit to user 38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengerjakan laporan ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu dengan cara memberikan gambaran yang jelas dan tepat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya terhadap objek penelitian serta data yang diperoleh digunakan sebagai bahan dalam penyusunan laporan ini.

B. Lokasi Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, yang berlokasi di Desa Kota Bangun II, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini penulis mengambil data mengenai program-program penerapan manajemen kelelahan kerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada ruang lingkup proses produksi di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kalimantan Timur yang dilaksanakan pada bulan Februari 2011.

(49)

commit to user D. Sumber Data

1. Data Primer

a. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan menangani pelaksanaan program-program manajemen kelelahan kerja.

b. Hasil Observasi Lapangan

Observasi dilakukan dengan mengamati langsung dan ikut serta dalam pelaksanaan program manajemen kelelahan kerja.

2. Data Sekunder

Dilakukan dengan membaca buku-buku referensi di ruang OSHE dan klinik yang ada kaitannya dengan topik penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Dalam teknik ini penulis mencoba melakukan pengamatan langsung terhadap lokasi yang telah ditentukan untuk pengambilan data objek penelitian.

2. Wawancara

Sebagai pelengkap dalam pengambilan data untuk objek penelitian, penulis juga mengadakan wawancara kepada sejumlah orang yang dianggap dapat melengkapi data yang dibutuhkan oleh penulis melalui

(50)

commit to user

keterangan yang diberikan atas beberapa pertanyaan yang diajukan yang berhubungan dengan masalah yang diambil oleh penulis.

3. Buku-buku Referensi

Data sekunder diperoleh dari data yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya masalah penerapan manajemen kelelahan kerja dan juga dengan membaca dokumen dan literature yang ada di ruang OSHE dan juga klinik.

F. Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan :

a. Permohonan surat pengantar untuk melaksanakan magang dari program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.

b. Pengajuan permohonan ijin magang di Head Office PT. Cipta Kridatama.

2. Tahap Pelaksanaan

Program magang ini dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2011 sampai dengan tanggal 15 Mei 2011, adapun kegiatan penulis selama melakukan magang adalah sebagai berikut:

a. Melakukan diskusi dan pembahasan bersama tentang program Manajemen Kelelahan Kerja di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, Kota Bangun, Kalimantan Timur.

(51)

commit to user

b. Identifikasi dan melakukan monitoring penilaian secara umum terhadap program manajemen kelelahan kerja, melalui tinjauan terhadap upaya-upaya yang dilakukan perusahaan dalam usaha menanggulangi kelelahan kerja.

c. Melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui kondisi dan karakteristik tempat kerja yang memungkinkan terjadinya kelelahan kerja.

d. Identifikasi terhadap penerapan manajemen kelelahan kerja, sejauh mana upaya perusahaan dalam mensosialisasikan dan mengkomunikasikan dengan tenaga kerja secara khusus dan pihak luar yang berkepentingan secara umum.

e. Melakukan monitoring, pengujian dan pemeriksaan terhadap sarana prasarana (instrument) penunjang dalam pelaksanaan menejemen kelelahan kerja.

f. Mengumpulkan data-data sekunder dari OHSE Departement, HR&GA Departement, Plant Departement, Operation Departement, PpnC Departement dan Logistic Departement, Drill & Blast Departement berkaitan dengan program manajemen kelelahan kerja.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai penulisan laporan.

(52)

commit to user G. Analisa data

Data yang sudah diperoleh akan dianalisa dengan cara membandingkannya dengan peraturan perundangan dan teori-teori mengenai manajemen kelelahan kerja di perusahaan.

(53)

commit to user

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Kesehatan Pekerja

Dari data yang diperoleh dari dokumen yang ada di klinik PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada, yaitu berupa data hasil dari pemeriksaan awal atau medical check up sebelum bekerja dan pada medical check up rutin setiap satu tahun sekali untuk pekerja yang telah bekerja selama lebih dari satu tahun serta dari daftar kunjungan ke klinik diketahui tingkat kesehatan dari pekerja dan berbagai macam gangguan kesehatan yang dialami oleh pekerja.

Untuk menjamin kesehatan pekerja PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada melakukan pelayanan kesehatan kepada pekerja yaitu berupa :

a. Pemeriksaan kesehatan pekerja 1) Pemeriksaan kesehatan awal

Merupakan suatu pemeriksaan kesehatan yang ditujukan kepada tenaga kerja baru sebelum mereka bekerja. Sehingga perusahaan mempunyai data mengenai riwayat kesehatan tenaga kerja terkait yang nantinya akan dilakukan pemantauan kesehatan secara berkala agar apabila ditemukan penyakit dapat diketahui penyebabnya, pemeriksaan ini yang meliputi: pemeriksaan Thoraxphoto, urine

(54)

commit to user

lengkap, kimia darah, audiometric, spirometric, visus dan rekam jantung.

2) Pemeriksaan kesehatan berkala

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh PT. Cipta Kridatama jobsite Gema Rahmi Persada pemeriksaan ini dilakukan 1 tahun sekali bagi pekerja yang telah bekerja lebih dari satu tahun.

Selain pemeriksaan setiap satu tahun sekali, pihak medic juga melakukan pemeriksaan berkala setiap dua minggu sekali untuk tiap-tiap departement.

3) Pemeriksaan kesehatan khusus

Merupakan suatu pemerikasaan yang dilakukan terhadap tenaga kerja yang mengalami sakit tertentu dan pemeriksaaan ini dilakukan pada saat khusus atau tertentu. Sebagai contoh apabila terdapat tenaga kerja yang sakit maka dilakukan pemeriksaan khusus agar kondisi kesehatan tenaga tetap terjaga secara optimal sehingga dapat meminimalisir terjadinya jam kerja hilang.

4) Pemeriksaan kesehatan setelah cuti

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada setiap pekerja yang baru saja masuk setelah cuti.

5) Pemeriksaan rutin oleh paramedik

Setiap dua minggu sekali paramedik PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada melakukan pemeriksaan kesehatan, dengan mengunjungi tempat kerja masing-masing departement.

(55)

commit to user

Semua data hasil pemeriksaan baik awal, berkala maupun khusus serta dari kunjungan pekerja di klinik, oleh pihak medik dilakukan dokumentasi riwayat penyakit atau keluhan dan juga jumlah kunjungan pekerja ke klinik sehingga dapat diketahui gangguan atau keluhan apa saja yang sering dialami oleh masing-masing pekerja.

b. Penyediaan Sarana dan Fasilitas Kesehatan Kerja

1) Klinik PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) dengan tenaga medis yang bekerja selama 24 jam secara bergantian, beserta obat- obatan medis dan peralatan medis.

2) Perawatan kesehatan bagi karyawan yang mengalami sakit di tempat kerja bila diperlukan perawatan lebih lanjut maka pihak perusahaan akan mengirim pasien ke Rumah Sakit yang telah ditunjuk PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada.

3) Penyediaan kotak P3K beserta obat-obatan pertolongan pertama dan peralatan seperti pembalut luka, pinset dan yang lainya pada masing-masing lokasi tempat kerja..

4) Penyediaan mobil ambulance selama 24 jam.

c. Sosialisasi kesehatan (Healt Talk)

Sosialisasi masalah kesehatan yang dilakukan oleh pihak medic PT.

Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada pada pekerja.

2. Gizi kerja

PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada telah bekerjasama dengan perusahaan catering yaitu perusahaan catering Surya Biru

(56)

commit to user

Bogatama (Subita). Catering ini menyediakan menu makan untuk makan pagi hari khusus untuk staff dan siang serta malam hari (supper) untuk staff dan non staff. Begitu juga untuk yang di mess bekerja sama dengan perusahaan catering Subita untuk menu makan pagi, siang dan malam, contoh daftar menu dan nilai kalori yang terkandung dapat dilihat pada lampiran 1.

Dalam pemenuhan gizi kerja untuk pekerja PT.Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada melakukan upaya sebagai berikut :

a. Perusahaan catering Subita telah bekerjasama dengan ahli gizi dari Samarinda untuk pengukuran kadar gizi, tidak hanya itu saja pihak medic juga melakukan perhitungan kadar gizi pada makanan yang akan disajikan. Menu makanan dengan hitungan kandungan kalori tiap makanan untuk rencana satu bulan dibahas dalam kantin komite yang dihadiri oleh perwakilan setiap masing-masing departemen, dan kantin komite diadakan rutin setiap satu bulan sekali.

b. Untuk higiene dan sanitasi lingkungan dapur, pihak medic melakukan inspeksi setiap hari sabtu bersamaan dengan healt talk untuk pekerja cattering.

c. Sosialisasi gizi keluarga pada pekerja dan keluarga pekerja.

3. Ergonomi a. Waktu Kerja

Sistem kerja yang diterapkan di PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada dibagi menjadi dua shift dengan jam kerja selama

(57)

commit to user

sebelas jam dengan waktu istirahat satu jam per hari dan mendapatkan hari libur satu hari dalam seminggu untuk level non staff dan dua minggu kerja dan satu hari libur untuk level staff.

1) Shift 1: 06.00 - 18.00 WITA dan 07.00-19.00 WITA (OSHE, PPnC, Operation, HR&GA, Drill and Blast, serta Finance)

2) Shift 2: 18.00 – 06.00 WITA dan 19.00-07.00 WITA (Plant, Logistic)

Sedangkan istirahat pada pukul 12.00 dan 13.00 WITA. Selain hari libur, PT. Cipta Kridatama site Gema Rahmi Persada juga memberikan waktu cuti untuk semua karyawannya. Untuk karyawan staff (supervisor level) mendapatkan cuti selama dua minggu setiap enam minggu kerja. Sedangkan untuk karyawan non staff mendapatkan cuti selama dua minggu setiap empat bulan kerja. Perubahan waktu kerja terus dilakukan penyesuaian dengan harapan untuk mengurangi kelelahan kerja dan stres pada pekerja.

b. Sikap dan Cara Kerja

Berbagai sikap kerja dapat ditemukan dalam pekerjaannya di PT.

Cipta Kridatama, secara umum dapat dibagi menjadi : 1) Sikap kerja dominan duduk

Sikap ini banyak ditemukan di pekerjaan administrasi, akuntansi dan berbagai pekerjaan kantor lainnya. Selain itu juga ditemukan pada operator alat berat. Akan tetapi dalam hal ini perusahaan telah

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran ..................................................................
Tabel 1 . Hasil pengukuran kebisingan
Tabel 3. Hasil Pengukuran Getaran Mekanis
Tabel  4: Ketentuan Nilai Ambang Batas Kebisingan
+3

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR NEGARA BPS PBOVINSI REVITALISASI G EDU NG KANTOR BPS KABU PATEN KOTAWARINGIN TIMU

Bagaimana keterkaitan antara financial attitude dengan financial behavior, topik keuangan yang diketahui di dalam lingkungan keluarga, dan sumber peningkatan pengetahuan

Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding

Rakyat yang berkaitan dengan program perekonomian antara lain sebagai berikut : “Menggiatkan pembangunan organisasi -organisasi rakyat , istimewa koperasi dengan cara

Dari hasil penelitian disimpulkan teknik HS-SDME- GC-FID dapat digunakan untuk menganalisis senyawa karsinogenik N- nitrosodipropilamin (NDPA) yang terdapat pada daging

Pada kelompok tanpa preload penggunaan efedrin diberikan setelah terjadi penurunan tekanan darah pada saat menit – menit awal setelah anestesi spinal di lakukan,

[r]

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya adalah fenomen ENSO (El Nino Southern Oscilation) dan MJO (Maden