• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN SEKOLAH PASCASARJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN SEKOLAH PASCASARJANA "

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

i

PADA IBU HAMIL DAN BERAT BADAN BAYI LAHIR

THE EFFECT OF MORINGA (MORINGA OLEIFERA) LEAF FLOUR DELIVERY ON MALONDIALDEHYDE (MDA) CONTENT OF PREGNANT WOMEN AND BORN BABIES’ BODY WEIGHTS

ANIEK SETYO RINI P4400216029

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

Latar Belakang : Antioksidan yang terdapat dalam daun kelor terbukti menghambat aktifitas radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun kelor terhadap kadar Malondialdehid pada ibu hamil dan berat badan bayi lahir di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo.

Metode : Penelitian ini merupakan desain Randomized double blind pretest- posttest controlled Double Blind dengan rancangan pretest-posttest. Sampel dalam penelitian ini ibu hamil sebanyak 22 orang dibagi menjadi 2 kelompok, ibu yang mendapatkan Fe (Kelompok Kontrol), ibu yang mendapatkan tepung daun kelor (Kelompok Intervensi). Implementasi dilakukan selama 60 hari dosis 2x1000, kemudian dilakukan pengambilan urine, pemeriksaan kadar MDA dan mengukur berat badan bayi. Analisis data menggunakan uji paired t-test dan Independent sampel test.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan nilai p= 0.001 < α = 0,005.

terdapat perbedaan kadar Malondialdehid ibu hamil yang significant pada kelompok perlakuan yang diberikan tepung daun kelor dengan penurunan kadar MDA pada Dengan demikian tepung daun kelor efektif menurunkan kadar Malondialdehid dibandingkan fe.

Kesimpulan Tepung daun kelor dapat menurunkan kadar malondialdehid, fe dan kelor efektif meningkatkan berat badan lahir bayi.

Kata Kunci : Tepung daun kelor, Ibu hamil, Malondialdehid, Berat badan bayi lahir.

(5)

v

Antioxidant contained in the moringa leaves proved to inhibit free radical.

The research aimed to investigate the effect of moringa (Moringa Oleifera leaf flour delivery on Malondialdehyde (MDA) content of pregnant women and born babies’ body weights in the Public Health Center (PHC), Limboto, Gorontalo Regency. The research used the randomized double blind with the pre test – post test design. The research samples were 22 pregnant women who were divided into two groups, the women who obtained Fe (control group), the women who obtained the moringa leaf flour (intervention group). The implementation was conducted for 60 day, the samples’ urine was taken, MDA content was examined, babies’ body weights were measured. The data analysis used the paired t-tes and independent sample test. The research result indicates the value of p=

0,001< α = 0,05. Thus there is a difference of pregnant womens’

malondialdehyde level in the treatment group given moringa leaves flour with decreasing MDA content and in control group given Fe showed the value of 0,006 (α = > 0,05). Thus moringa flour leaves effectively reduce Malondialdehyde levels compared with Fe for born babies’ body weights in both groups was no different meaning. After the intervenstion, the newly born babies’ body weights of the two groups given Fe and moringa leaft flour obtain the significant result p= 0,001

Key words = moringa leaft flour, pregnant women, Malondialdehyde, born babies body weight.

(6)

vi

semesta alam atas nikmat kesempatan dan kesehatan serta karuniaNYA sehingga proposal ini dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam kepada Rasulullah, Muhammad SAW beserta sahabatnya. Penulisan proposal ini merupakan bagian dari rangkaian persyaratan dalam rangka penyelesaian program Magister Kebidanan Pascasarjana Universitas Hasanudidin.

Dengan selesainya proposal ini perkenankan penulis dengan segenap ketulusan hati menyampaikan ungkapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat;

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Prof. Dr. Ir.Jamaluddin Jompa,M.Sc selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Prof. Dr. dr. Suryani As’Ad., M.Sc.,Sp.GK , selaku PLT Ketua Program Studi Magister Kebidanan Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc.,Ph.D. selaku pembimbing I dan Dr. Werna Nontji, S.Kep,M.Kep selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bantuannya sehingga siap untuk di ujikan di depan penguji.

5. Prof. dr. Nasrum Massi, M.Sc.,Ph.D Dr.dr.Samrichard Rambulangi, Sp.OG dan Dr.dr.Burhanuddin bahar, Ms selaku penguji yang telah memberi masukan, bimbingan, serta perbaikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

(7)

7. Responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini 8. Para Dosen dan Staff Program Studi Magister Kebidanan yang telah

dengan tulus memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan.

9. Teman-teman seperjuangan Magister Kebidanan angkatan V yang telah memberikan dukungan, bantuan, serta semangatnya dalam penyusunan proposal hingga tesis selesai.

Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua, ayahanda Hi. Sudjianto (Almarhum) dan Ibunda tercinta Hj. Riyatin yang telah mencurahkan kasih sayang, kesabaran mendidik serta dukungan dan doanya kepada penulis, serta saudaraku Tusan Jayus Bintoko. Kepada suami tercinta Gunawan Otuh, M.Pd dan Putriku tercinta Vina Fatimah Otuh terimakasih telah sabar menunggu selama mama belajar. Serta seluruh keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih semuanya.

Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis meminta kritik dan saran yang bersifat kontruktif sebagai langkah menuju kesempurnaan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar , Juli 2018 Penulis

(8)

viii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan ... 8

B. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir ... 19

C. Tinjauan Umum Tentang Malondialdehid ... 27

(9)

F. Kerangka Konsep ... 57

G. Hipotesis ... 57

H. Definisi Operasional ... 58

BAB III. MENTODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 60

B. Lokasi dan waktu ... 60

C. Populasi dan Sampel ... 61

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 61

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 64

F. Alur Penelitian ... 69

G. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 70

H. Izin & Kelayakan Etika Penelitian ... 71

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 72

1. Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik Responden 74 2. Perbedaan Kadar Malondialdehid ... 75

3. Perubahan Kadar Malondialdehid ... 76

4. Perbedaan rerata Berat Badan Lahir ... 78

B. Kesimpulan Dan saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

x

1. Tabel 1 Analisis kandungan nutrisi daun segar dan kering ...50 2. Tabel 2 Unsur Nutrisi ekstrak daun kelor dan tepung daun kelor ....52 3. Tabel 3 Definsi Operasional pengaruh pemberian tepung daun kelor

(Moringa Oleifera Leaves terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) pada Ibu Hamil Dan Berat Badan Bayi Lahir ...59 4. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Puskesmas

Limboto Kabupaten Gorontalo ... 75 5. Tabel 4.2 Perbedaan Kadar MDA ibu hamil sebelum dan sesudah

pemberian tepung daun kelor dan Fe Di Puskesmas

Limboto .. ... 78 6. Tabel 4.3 Perubahan Kadar MDA Pada kedua Kelompok ... 79

7. Tabel 4.4. Distribusi Berat Badan lahir berdasarkan kelompok

perlakuan ... 80 8. Tabel 4.5. Perbedaan rerata berat badan lahir bayi pada kelompok

Perlakuan dan kelompok kontrol ... 81

(11)

xi

1. Gambar 1 Sumber Eksogen Dan Endogen Radikal Bebas ... 28

2. Gambar 2 Spesies Oksigen reaktif Utama jalur detoksifikasi ... 30

3. Gambar 3 Reactive Oksigen Spesies ……… ... 31

4. Gambar 4 Oksidatif dan antioksidan “Stres”. ... 33

5. Gambar 5 Tiga Fase reaksi berantai peroksidasi lipid…… ... 35

6. Gambar 6 Bagian Tanaman Daun Kelor …… ... 45

7. Gambar 7 Kerangka Teori ...…… ... 57

8. Gambar 8 Kerangka Konsep …… ... 58

9. Gambar 9 Alur Penelitian ..…… ... 69

(12)

xii 1. Rekomendasi Persetujuan Etik 2. Permintaan Ijin Penelitian

3. Rekomendasi penelitian dari BKBP Gorontalo 4. Surat Peminjaman Laboratorium Penelitian UNHAS 5. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian 6. Lembar persetujuan menjadi responden

7. Kuesioner Penyaringan

8. Naskah Penjelasan kepada subjek penelitian

9. Lembar Observasi pemberian kapsul tepung daun kelor.

10. Lembar hasil olah data SPSS 11. Curiculum vitae

(13)

xiii

AKG Angka Kecukupan Gizi

ANC ASI

Antenatal Care Air Susu Ibu

BBLR Berat Badan Lahir Rendah

CAT Katalase

DJJ Denyut Jantung Janin GPx Glutation peroksidase

H2O2 Hydrogen peroxide

HNE 4-hydroxynonenal

HOCl Hypochlorous acid

HPLC High Performance Liqiud Chromatography

IMT Indeks Masa Tubuh

IRT Ibu Rumah Tangga

IO2 Singlet oxygen

LOOH Lipid peroxyl radical

K4 Kunjungan Ke empat

Kemenkes Kementerian Kesehatan

Kkal Kilo Kalori

Mg Mili Gram

MDA Malondiealdehid

Ml Mili Liter

mmHg Mili Meter Air raksa NO- Nitric oxide radical

OGTT Oral Glucose Tolerance Test O2- Superoxide radical

OH- Hydroxyl radical

PUFA poly unsaturated fatty acids ROO- Peroxyl radical

ROS Reactive Oxygen Species

SD Sekolah Dasar

SOD Superoksida dismutase

SMA Sekolah Menengah Atas SMP Sekolah Menengah Pertama

SPSS Statistical Package for Social Science

TB Tinggi Badan

TBARS Tes thiobarbituric acid-reactive subtance

TT Tetanus Toksoid

WHO World Health Organization

Μg Mikro Gram

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu peristiwa alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Seorang wanita atau ibu dinyatakan hamil akan mengalami beberapa perubahan fisiologis maupun psikologis. Perubahan fisiologis meliputi perubahan sistem reproduksi, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem gastrointestinal, sistem skeletal, sistem urinaria, dan sistem respirasi yang dialami oleh ibu hamil yang dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim (Kartika , 2012).

Pada kehamilan salah satu perubahan sistem respirasi yang berfungsi mengatur pemenuhan kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan 02 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya. O2 digunakan untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi oleh oksidasi penuh nutrisi melalui siklus krebs dimana oksigen adalah akseptor elektron terakhir. Dengan respirasi aerob, glikolisis berlanjut dengan siklus krebs dan fosforilasi oksidatif (Manuaba, 2010).

(15)

Kehamilan juga disertai dengan peningkatan metabolisme dan kebutuhan 02 tinggi untuk oksigen jaringan yang dapat menghasilkan peningkatan stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi karena reactive oxygen species (ROS) melebihi kapasitas dari antioksidan yang tersedia. Gangguan dalam keseimbangan antioksidan prooksidan dapat menyebabkan kerusakan (Idonije, et al., 2011).

Stress oksidatif adalah gangguan keseimbangan antara prooksidan (free radical) dan antioksidan. Stress oksidatif sendiri akan menyebabkan proses plasentasi. Kelainan plasentasi berhubungan dengan penyakit tertentu misalnya : preeklampsi, molahidatidosa , abortus dan preterm.

Peningkatan insiden kegagalan plasentasi berhubungan dengan peningkatan radikal bebas yang berpengaruh pada perkembangan fungsi plasenta dan berefek pada fetus. Peningkatan stress oksidatif pada plasenta menjadi faktor dalam pathogenesis awal keguguran dan berat badan bayi (Nadimin, 2016).

Radikal bebas (terutama ROS) ini akan merusak membrane sel yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksidasi lipid.

Peroksidasi lipid menyebabkan kerusakan sel jaringan tubuh secara langsung dan tidak langsung. Dengan reaksi berantai radikal bebas yang menghasilkan pembentukan Malondialdehid (MDA). MDA adalah salah satu produk peroksidasi lipid yang merupakan penyebab degenerasi organ atau jaringan dan menggambarkan derajat stess oksidatif (Subandrate, 2017).

(16)

Penelitian yang dilakukan di Bagian Pediatri dan Biokimia University Collage of Medical Science, New Delhi, India (2004) membuktikan bahwa terajdi stress oksidatif pada bayi dengan IUGR (Intra Uterine Growth Reterdation) yang lahir dari ibu gizi yang kurang dibuktikan dengan peningkatan kadar MDA dua kali lipat. Penelitian lain oleh Souza (2016) didapatkan tingkat MDA yang lebih tinggi pada wanita dengan Preeklamsia dibandingkan dengan kontrol (D'Souza, et al., 2016), dan penelitian oleh Susanta 2013 didapatkan rerata kadar serum malondialdehid pada abortus iminens lebih tinggi dari pada yang normal. Dan kadar serum malondialdehid yang tinggi meningkatkan risiko terjadinya abortus iminens. Maka dari itu pada tubuh membutuhkan antioksidan untuk menetralisirnya (Susantha, 2013).

Antioksidan merupakan sistem pertahanan untuk melindungi diri dari ancaman radikal bebas. Mekanisme sistem pertahanan tersebut terdiri atas enzymatic dan non-enzyamatik, pada sistem pertahanan enzymatik, glutathione peroxidase (GSH-Px), catalase (CAT), dan superoxidase dismutase (SOD) memainkan peranan utama. Disisi lain, sel dan plasma memilki non-enzyamtik free radikal scavengers seperti asam askorbat, alpha- tokopherol (vitamin C dan E) dan status gizi lainnya (Ayala dkk, 2014).

Status gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, yaitu dengan mengkonsumsi banyak makronutrien dan mikronutrien yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan tambahan nutrisi selama

(17)

kehamilan. Status gizi ibu dipengaruhi oleh besaran asupan energi atau kalori, protein, karbohidrat, zat besi, asam folat, vitamin A, zink, yodium, kalsium serta zat gizi lainnya. Makronutrien seperti karbohidrat menghasilkan energi yang cukup besar untuk ibu hamil dam protein berfungsi membentuk dan membangun jaringan pada janin (Arisman, 2010). Selain makronutrien, tepung daun kelor juga salah satu mikronutrien yang mengandung vitamin C, E, β karoten, flavonoid, Fe, zink, calsium yang berubah menjadi antioksidan nonenzimatis yang dapat menyeimbangkan ROS dalam tubuh sehingga tidak terjadi stress oksidatif dan berat badan lahir (Ahmed dkk, 2011).

Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi (Kosim dkk, 2010). Secara global, lebih dari 20 juta anak yang terlahir dengan berat lahir rendah yaitu < 2500 gram (WHO, 2011). Sedangkan di Indonesia presentase berat badan lahir < 2500 tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (19,2%) dan terendah di Sumatera Barat (6,0%) (Dinas kesehatan, 2011). Diantara jenis berat badan lahir tersebut paling berisiko menimbulkan masalah pada bayi baru lahir adalah berat bayi yang < 2500 gram atau disebut berat badan lahir rendah (BBLR) (Kosim dkk, 2010).

Peningkatan stress oksidatif pada ibu hamil dapat mengganggu ibu dan pertumbuhan janin sehingga risiko terjadi kematian ibu dan kelahiran praterm. Penelitian Setiawan et al (2007) menunjukkan stress oksidatif terlibat pada berbagai proses patologis pada neonates, beberapa organ yang terkena antara lain organ paru, retina dan usus sehingga diperlukan

(18)

suplemen yang mengandung antioksidan seperti kelor. Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu dari 13 spesies yang termasuk dalam genus moringa, ekstrak tanaman ini telah terbukti secara signifikan menurunkan peroksidasi lipid, dengan peningkatan simultan pada enzim antioksidan endogen (Dubey, 2015).

Daun kelor mengandung berbagai unsur hara makro dan mikro.

(Zakaria, et al, 2015). Berbagai penelitian yang menggunakan sediaan kelor baik ekstrak daun kelor dan tepung daun kelor dalam menurunkan MDA, Penelitian yang dilakukan oleh (Nadimin 2016) mengenai pengaruh ekstrak daun kelor terhadap MDA ibu hamil dan hasil yang diperoleh bahwa pemberian ekstrak daun kelor dapat menghambat peningkatan kadar MDA pada wanita hamil (Nadimin, 2016).

Penelitian lain yang menggunakan zat besi terhadap kadar MDA seperti penelitian oleh Zaka, et al 2016 pada anak anemia defisiensi besi dengan terapi zat besi oral hasilnya Setelah delapan minggu terapi zat besi setiap hari, kenaikan yang sangat signifikan dari Hb, MCV, MCH, MCHC, besi serum, kejenuhan transferrin, dan kadar feritin serum. Kenaikan pada SOD, CAT, dan tingkat GPx Di sisi lain, tingkat MDA diamati menurun pasca terapi.

Namun, bahkan setelah pemberian zat besi SOD, CAT, dan tingkat GPx lebih rendah pada pasien dari non-anemia kontrol serta tingkat MDA pada kelompok anemia secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kontrol (Zaka,et al , 2016)

(19)

Beberapa penelitian menggunakan ekstrak daun kelor, tepung daun kelor atau zat besi dalam menurunkan stress oksidatif, namun peneliti tertarik dengan judul penelitian pemberian tepung daun kelor pada ibu hamil terhadap kadar MDA dan berat badan lahir bayi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada Pengaruh pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera leaves) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada ibu hamil dan Berat Badan lahir ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Mengetahui Pengaruh pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera leaves) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada ibu hamil dan Berat Badan lahir.

2. Tujuan Khusus

a. Menilai besar perbedaan pengaruh kadar Malondialdehid (MDA) ibu hamil sebelum dan setelah di intervensi pada kelompok yang

mengkonsumsi tepung daun kelor.

b. Menilai besar perbedaan berat badan bayi lahir pada kelompok yang mengkonsumsi tepung daun kelor dan kelompok kontrol.

(20)

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang cara pemberian tepung daun kelor pada ibu hamil dapat mempengaruhi kadar MDA yang merupakan marker untuk menilai kerusakan sel serta melihat berat badan bayi lahir.

b. Manfaat Ilmiah

Sebagai kajian ilmiah tentang pengaruh pemberian tepung daun kelor yang dapat membantu pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB, sehingga dengan hasil penelitian ini dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan pemberian tepung daun kelor yang dapat mengurangi dampak tidak baik terhadap ibu dan janin.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan awal dari suatu masa kehidupan manusia.

pada masa ini ibu hamil harus mempersiapkan diri menyambut kelahiran bayinya. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Gizi ibu selama kehamilan merupakan salah satu faktor penentu yang berpengaruh pada kelahiran bayi secara normal dan bayi sehat. Salama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral untuk memenuhi kebutuhan yang terkait dengan perubahan dalam tubuh ibu dan perkembangan janin (Kemenkes RI, 2015).

2. Perubahan Fisiologi pada Ibu Hamil

Perubahan fisiologis pada kehamilan menginduksi perubahan yang mendalam. Wanita hamil mengalami beberapa adaptasi di banyak sistem organ. Beberapa adaptasi sekunder perubahan hormon kehamilan, sementara yang lain terjadi untuk mendukung wanita gravid dan janinnya berkembang (Costantine, 2014).

(22)

a. Perubahan Metabolik

Sebagai akibat dari peningkatan sekresi dari berbagai macam hormon selama masa kehamilan, termasuk tiroksin, adrenokortikal dan hormon seks, maka laju metabolisme basal pada wanita hamil meningkat sekitar 15 % selama mendekati masa akhir dari kehamilan. Sebagai hasil dari peningkatan laju metabolisme basal tersebut, maka wanita hamil sering mengalami sensasi rasa panas yang berlebihan. Selain itu, karena adanya beban tambahan, maka pengeluaran energi untuk aktivitas otot lebih besar dari pada normal.

(Guyton & John E Hall, 2006) b. Perubahan Kardiovaskuler

Perubahan kardiovaskular terjadi pada awal masa kehamilan.

Pertumbuhan uterus dan plasenta membuat kebutuhan akan aliran darah dan O2 naik. Keadaan itu membuat jantung bekerja lebih keras (Suharjana, 2010).

Pada kehamilan trimester pertama, curah jantung mengalami kenaikan sekitar 20% di atas normal, sedangkan selama trimester ke dua dan ke tiga kenaikannya lebih kecil. Kenaikan curah jantung tersebut disebabkan oleh naiknya heart rate (HR) dan volume sekuncup (SV). Heart rate naik sekitar 15 denyut per menit.

Sedangkan volume sekuncup naik sekitar 10-]

(23)

Jumlah sel darah merah semakin meningkat, untuk bisa mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi, yang disertai anemia fisiologi. Sel darah putih meningkat hingga mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia fisiologis, laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal (Asrinah, et al., 2010). c. Perubahan Sistem Respirasi

Kebutuhan oksigen meningkat 15-20%, diafragma terdorong ke atas, hiperventilasi pernapasan dangkal (20-24x/menit) mengakibatkan penurunan kompliansi dada, volume residu, dan kapasitas paru serta terjadinya peningkatan volume tidal. Oleh karena itu system respirasi selama kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan inspirasi dan ekspirasi dalam pernapasan yang secara langsung juga mempengaruhi suplai oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) ke janin (Hutahaean, 2013).

Ibu hamil bernapas lebih dalam (peningkatan volume tidal) tetapi frekuensi napasnya kira-kira dua kali lebih cepat bernapas dalam 1 menit. Peningkatan volume tidal menyebabkan peningkatan volume napas selama 1 menit sekitar 26%. Peningkatan volume napas selama 1 menit disebut hyperventilasi kehamilan. Yang

(24)

menyebabkan konsentrasi CO2 di alveoli menurun. Peningkatan kadar progesterone menyebabkan hyperventilasi kehamilan (Hutahaean, 2013). Berbagai jenis keracunan kimia mengakibatkan terbentuknya radikal bebas, begitu pula pasokan oksigen yang berlebihan dari penghirupan oksigen murni (Youngson, 2005).

d. Perubahan Sistem Renal

Terdapat perubahan fungsi ginjal yang diakibatkan oleh Adrenocorticotropic hormon (ACTH), Anti diuretic hormon (ADH), koerisol dan aldosterone. Piala ginjal melebar sampai 60 cm.

Sedangkan bila tidak hamil 10 cm. Panjang dan berat ginjal bertambah 1-1,5 cm. Glomerular filtration rate (GFR) meningkat sampai 50%. Aliran plasma ginjal meningkat 25-50%. Peningkatan GFR terkadang tidak dibarengi dengan kemampuan tubulus menyerap glukosa yang tersaring sehingga mengakibatkan glukosuria. Hal ini harus dipantau untuk mendeteksi adanya tanda awal dari diabetes kehamilan (Iskandar,et al., 2015).

e. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan, pengeluaran air liur berlebihan, daerah lambung merasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari, muntah, dan progesterone

(25)

menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan konstipasi.

f. Perubahan Sistem Persarafan

Pada ibu hamil akan ditemukan rasa sering kesemutan atau acroestresia pada ekstremitas disebabkan posutur tubuh ibu yang membungkuk. Oedema pada trimester III, edema menekan saraf perifer bawah ligament carpal pergelangan tangan menimbulkan carpal turner sindrom, yang ditandai dengan parestisia dan nyeri pada tangan yang menyebar kesiku (Asrinah, dkk, 2010)

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan hormone progesterone dan relaxing menyebabkan pengenduran jaringan ikat dan otot. Sehingga symphisis pubis dan articulasio sacro cocsigeal melunak dan bergeser sehingga menimbulkan nyeri pinggang dan persendian.

Postur tubuh berubah menyesuaikan perubahan pusat gaya berat, pada masa hamil rahim mendorong tubuh kedepan sehingga tubuh condong ke belakang agar seimbang dengan lekuk pinggang yang berlebihan. Lekukan lumbal lebih dari normal dapat menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian balakang sehingga menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama di bagian punggung (Miratu, dkk., 2015).

(26)

h. Sirkulasi Uteroplasental

Aliran darah uterin meningkat secara progresif selama kehamilan dan mencapai nilai rata rata antara 500ml sampai 700ml di masa aterm. Aliran darah melalui pembuluh darah uterus sangat tinggi dan memiliki resistensi rendah. Perubahan dalam resistensi terjadi setelah 20 minggu masa gestasi. Aliran darah uterus kurang memiliki mekanisme autoregulasi (pembuluh darah dilatasi maksimal selama masa kehamilan) dan aliran arteri uterin sangat bergantung pada tekanan darah maternal dan curah jantung. Hasilnya, faktor yang mempengaruhi perubahan aliran darah melalui uterus dapat memberikan efek berbahaya pada suplai darah fetus. Aliran darah uterin menurun selama periode hipotensi maternal, dimana hal tersebut terjadi dikarenakan hipovolemia, perdarahan, dan kompresi aortocaval, dan blokade simpatis.

i. Perubahan Hormonal

Selama masa kehamilan, hormone steroid dihasilkan oleh

“maternal-fetal-placenta complex”. Plasenta membuat beberapa macam estrogen dan juga dapat mengubah endrogen dalam sirkulasi menjadi estrogen. Sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan kadar progesterone darah juga meningkat, (Suharjana, 2010).

(27)

Metabolisme yang meningkat pada masa kehamilan, memerlukan oksigen lebih banyak, maka semakin meningkat pula radikal bebas yang ditimbulkan. Stres oksidatif yang terjadi dapat mengganggu kehamilan jika antioksidan tidak dapat mengimbanginya (Anantasika, 2013).

3. Kebutuhan Gizi Masa Kehamilan

Kebutuhan gizi ibu selama hamil meningkat karena selain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu, juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada ibu hamil setiap trimester berbeda, hal ini disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatan ibu. Pemenuhan pada trimester pertama dimana pada trimester ini terjadi pembentukan system saraf, otapppk, jantung dan organ reproduksi janin sehingga lebih diutamakan pada kualitas dibanding kuantitas, terlebih pada trimester satu tidak sedikit ibu yang mengalami mual muntah sehingga tidak memungkingkan untuk dilakukan pemenuhan kebutuhan gizi secara kuantitas. Dan selanjutnya pemenuhan kebutuhan gizi pada trimester II dan III selain memperhatikan kualitas juga harus terpenuhi kuantitas (Iskandar,I at al., 2015).

Beberapa zat gizi yang diketahui meningkat kebutuhannya selama kehamilan adalah zat besi, vitamin C, vitamin A, dan protein.

(28)

Salah satu pangan yang memiliki kandungan zat besi yang baik untuk ibu hamil adalah daun kelor (Moringa oleifera) (Hermansyah, et al.,)

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal antara lain :

c. Kalori

Jumlah kalori yang diperlukan ibu hamil setiap harinya adalah 2500 kalori yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, dan ini merupakan faktor predisposisi atas terjadinya preeklamsia. Total pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama kehamilan. tergantung dari berat badan sebelum hamil (Asrinah, et al., 2010).

Menurut angka kecakupan Gizi (AKG) tahun 2013, penambahan kebutuhan energy per hari bagi ibu hamil pada trimester I adalah 180 kkal, trimester II dan III masing-masing 300 kkal. (Kementrian, 2014)

Asupan energi pada trimester I diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan pada plasenta yang digunakan untuk menyalurkan makanan dan pembentukan hormone. Pada janin diperlukan untuk pembentukan organ organogenesis dan pertumbuhan kepala janin dan badan. Asupan gizi pada trimester II diperlukan untuk pertumbuhan kepala, badan dan tulang janin serta diikuti pertambahan berat badan ibu, sementara pada trimester III

(29)

pertumbuhan akan berlangsung cepat pada pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amnion (Iskandar,I et al., 2015)

d. Protein

pJumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber protein tersebut bisa diperoleh dari tumbuh- tumbuhan, hewani. Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia dan edema (Asrinah,et al 2010).

Pangan protein nabati mempunyai keunggulan mengandung proporsi lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibanding pangan hewani.Juga mengandung isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang turut berfungsi mirip hormon estrogen (hormon kewanitaan) dan antioksidan serta anti kolesterol (Kementrian, 2014).

Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan sebesar sel sampai tubuh janin mencapai kurang dari 3.5 kg, protein juga digunakan untuk pembentukan plasenta. Protein juga diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak dan myelin pada janin yang berkaitan erat dengan kecerdasan, protein juga diperlukan untuk persiapan persalinan sebab sebanyak 300-500 ml darah akan hilang melalui proses persalinan, sehingga cadangan darah diperlukan dan tidak terlepas pula dari peran protein (Iskandar,I,et al., 2015)

(30)

e. Kalsium

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 mg per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yoguhrt, dan kalsium karbonat (Asrinah, et al., 2010)

Kalsium juga dibutuhkan untuk mencegah preeklamsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kejang pada ibu, prematuritas bahkan kematian. (Iskandar,I, et al., 2015) f. Zat besi

Diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 300 mg per hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemukan anemia pemberian besi per minggu telah cukup. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.

(Asrinah,et al., 2010).

Anemia karena kekurangan zat besi masih banyak terjadi di Negara berkembang. Kebutuhan akan zat besi pada perempuan hamil meningkat 200-300% .oleh karena itu pemberian suplemen zat besi sangat diperlukan. Pemberian dilakukan selama trimester II dan III (Iskandar,I, et al., 2015).

g. Asam folat

Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil sebesar 400 mikro

(31)

gram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil. (Asrinah, et al., 2010), dan juga BBLR, ablasio plasenta serta defect neural tube.

4. Stress Oksidatif pada Masa Kehamilan

Stress oksidatif diketahui meningkat pada kehamilan normal.

Peningkatan berkembang dari peningkatan metabolism, peningkatan oksigen basal dan peningkatan konsumsi energi. Organ utama yang memproduksi radikal bebas adalah plasenta dengan vaskularisasi yang tinggi dan kaya mitokondria dan makrofag. Organel sel-sel memproduksi oksidan dalam jumlah yang besar yang dapat merusak plasenta. Namun untuk mencegah kerusakan ini, maka produksi antioksidan juga meningkat (Tiwari,et al., 2016)

Ulasan lain menunjukkan bahwa penanda peroksidasi lipid, rata- rata lebih tinggi dalam kasus preeklamsia, dengan vitamin C dan E, secara signifikan lebih rendah (Cohen et al, 2015). Ibu hamil harus menyediakan sumber makanan dan pertukaran gas untuk memungkinkan embrio maksimal dan pertumbuhan janin terjadi, sementara pada saat yang sama mempersiapkan tubuhnya untuk tenaga, partus dan tuntutan nanti laktasi. Selain keseimbangan harus dipertahankan antara memberikan kekebalan untuk melindungi ibu dari infeksi dan sementara pada saat yang sama memungkinkan implantasi dan kelangsungan hidup hasil konsepsi, Pengembangan dan

(32)

pembentukan plasenta dan sistem sirkulasi yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan ibu dan juga memungkinkan perkembangan embrio dan pertumbuhan janin. Patogenesis hasil kehamilan yang merugikan termasuk preeklamsia dan pertumbuhan janin pembatasan dan jumlah hasil neonatal telah terbukti dikaitkan dengan stres oksidatif (Mistry & Williams, 2011)

.

Pada tubuh ibu hamil terjadi peningkatan produksi species oksigen reaktif. Hal ini menyebabkan stres oksidatif meningkat. Untuk memerangi stres oksidatif, dapat dilakukan dengan meningkatkan antioksidan sebab antioksidan menghambat atau menunda aktivitas oksidan. Stres oksidatif terjadi karena ketidakseimbangan antara spesies oksigen reaktif dan antioksidan (Saikumar, et al., 2013).

B. Tinjauan Umum tentang Bayi Baru Lahir 1. Pengertian Berat Bayi Lahir

Berat bayi lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir. Pengukuran dilakukan di tempat fasilitas (Rumah sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedang bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam (Aisyah,S, et al., 2010).

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Pantiawati, 2010).

(33)

2. Klasifikasi berat bayi lahir

Klasifikasi berat bayi lahir menurut Proverawati (2010) dapat dikelompokkan menjadi :

a. Klasifikasi menurut berat lahir 1) Bayi berat lahir rendah

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

2) Bayi berat lahir cukup atau normal

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >2500 – 4000 gram.

3) Bayi berat lahir lebih

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram.

b. Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan 1) Bayi kurang bulan

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari).

2) Bayi cukup bulan

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 – 42 minggu ( 259- 293 hari).

3) Bayi lebih bulan

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam

(34)

kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :

a. Faktor lingkungan internal 1) Usia Ibu Hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Proverawati,A, 2010).

Hal ini terjadi karena sistem reproduksi mereka belum matur dan mereka belum memiliki plasenta seperti wanita dewasa Selain itu kehamilan pada usia dibawah umur sangat berpengaruh terhadap emosi dan kejiwaannya Meskipun kehamilan dibawah umur berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan mengingat pada usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul dalam proses persalinan sendiri, kehamilan diusia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim.

2) Jarak Kehamilan

Menurut badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN), jarak kehamilan yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kehamilan yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum

(35)

cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan (Proverawati A, 2010).

3) Paritas

Paritas dalam arti luas mencakup gravida (jumlah kehamilan), partus (jumlah kelahiran), dan abortus (jumlah keguguran), sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sadar mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi, keadaan kesehatannya akan mulai menurun, mengalami kurang darah dan terjadi perdarahan lewat jalan lahir (Pantiawati, 2010).

4) Kadar Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan untuk menetapkan pravalensi anemia. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar Hb dibawah 11gr/dl. Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena terjadi penambahan plasma darah yang tidak sebanding dengan sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 10 minggu dan mencapai puncak pada usia 42 minggu ( I Dewa Nyoman, S, 2014).

(36)

Kadar Hb ibu hamil sangat berpengaruh terhadap berat bayi yang dilahirkan, ibu hamil yang anemia karena Hb nya rendah bukan hanya membahayakan ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta dapat membahayakan jiwa janin. Anemia ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan BBLR, risiko perdarahan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut mengalami anemia berat (Depkes RI, 2010).

5) Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhipertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masasebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil, ( Sibagariang, E., 2010).

a. Lingkar Lengan Atas (LILA)

Ukuran lingkar lengan atas (LILA) selama kehamilan

Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa dilihat dari kenaikan berat badannya (Setianingrum, 2005). Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan

(37)

berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai risiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR.

b. Mengukur Berat Badan Ibu

Ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-15 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil, sedang Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR. Pengukuran LILA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah di bawa ke mana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim, (Manuaba, 2010).

6) Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama masa kehamilan sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara hal penting lainya ibu dan bayi dalam kandungan dalam kondisi baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan (kelainan)

(38)

pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan, (Manuaba, 2010).

Menurut Wiknjosastro (2010) pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara berkala yaitu :

a) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu b) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu

Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu sampai masa melahirkan. Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang ditemukan.

7) Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes Melitus (DM), cacar, dan penyakit infeksi TORCH (Toxsoplasma, Rubella, Cytomegalovims dan Herpes (Manuaba, 2010).

Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.

Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal

(39)

keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Manuaba, 2010).

8) Faktor lingkungan eksternal

Meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi, dan keadaan ekonomi ibu hamil. Berat badan bayi baru lahir yang sehat berbeda antara satu golongan masyarakat dengan yang lain. Pada ibu yang berasal dari lapisan sosial ekonomi yang lebih tinggi, dan mendapatkan perawatan kehamilan secara wajar dengan asupan gizi yang baik,akan melahirkan bayi yang cenderung berada dalam keadaan yang lebih baik dari pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang tingkat sosial ekonominya lebih rendah dan ibu yang selama kehamilannya dalam kondisi status gizi kurang(Proverawati. 2010).

C. Tinjauan Umum tentang Malondialdehida (MDA) 1. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom/gugusan atom yang kulit luarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan, sedangkan oksidan adalah suatu senyawa yang dapat menerima elektron (Winarsi, 2007).

Pada keadaan normal reduksi O2 menjadi H2O dalam rantai pernafasan yang dikatalisasi oleh sitokrom oksidase membutuhkan empat buah elektron namun Produksi radikal bebas terjadi terus menerus di semua sel sebagai bagian dari fungsi sel normal. Kelebihan produksi radikal bebas yang berasal dari sumber endogen atau eksogen

(40)

mungkin memainkan peran dalam banyak penyakit. (IS & Woodside JV, 2001) pada konsumsi oksigen tersebut juga bisa terjadi proses lain, yaitu hanya sebuah eletron yang diambil sehingga terbentuk spesies oksigen reaktif (ROS) yang toksis dimana penerimaan elektron pertama akan terbentuk redikal superoksida (O2), selanjutnya dengan penerimaan electron kedua terbentuk hidroksi peroksida (H2O2), dan selanjutnya pada penerimaan elektron yang ketiga terbentuk radikal hidroksil (OH) (Winarsi, 2007).

Radikal bebas dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber endogen dan eksogen. Radikal bebas yang bersifat eksogen antara lain radikal bebas yang berasal dari asap rokok, polusi, radiasi, obat, pestisida, limbah industri, dan ozon. Sebagai sumber endogen yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri antara lain radikal bebas yang berasal dari mitokondria (proses fosforilasi oksidatif rantai pernapasan), proses fagositosis, inflamasi, iskemia, jalur arakhidonat, peroksisom, dan xantin oksidase (Adnyana, 2013). Dan radikal bebas pun dapat dipicu oleh stress atau aktifitas berlebihan (Wikana, 2011).

(41)

Gambar 1: Sumber eksogen dan endogen radikal bebas (IS & Woodside JV, 2001)

2. Antioksidan

Tubuh memiliki sistem pertahanan untuk melindungi diri dari ancaman radikal bebas. Mekanisme sistem pertahanan tersebut terdiri atas enzymatik dan nonenzymatik. Pada sistem pertahanan enzymatik, glutathione peroxidase (GSH-Px), catalase (CAT), dan superoxide dismutase (SOD) memainkan peranan yang utama.Superoksida akan didetoksifikasi oleh mangan (dalam mitokondria) atau oleh cooper/zinc (dalam sitosol) enzim superoxide dismutase (MnSOD atau Cu/ZnSOD).

SOD mengubah superoksida menjadi hidrogen peroksida (H202), yang Endogenous sources

 Mitochondrial leak

 Respiratory burst

 Enzyme reactions

 Autooxidation reactions

Environmental Sources

 Cigarette smoke

 Pollutants

 UV light

 Ionising radiation

 Xenobiotics Free Radical production

O2, H2O2

Transition Metals Fe2+,Cu+ OH

Modified DNA bases

Lipid Peroxidation Protein damage

Tissue damage

(42)

kemudian dikonversi menjadi air oleh enzim catalase atau glutation peroksidase (Adnyana, 2013).Antioksidan enzimatik bekerja dengan cara melindungi jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen seperti anion superoksida (O2.-), radikal hidroksil (.OH) dan hydrogen peroksida(H2O2) (Winarsi, 2007).

Antioksidan non-enzimatik banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan. Komponen yang bersifat antioksidan dalam sayur dan buah meliputi vitamin C, E, β-karoten, flavonoid, isoflavon, flavon, antosianin, katekin, dan isokatekin, serta asam lipoat. Senyawa fitokimia ini membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas, (Winarsi, 2007) Sebagai tambahan, senyawa tiol, thioredoxin, mampu detoksifikasi hidrogen peroksida . ( Burton & Eri Jauniaux, 2011)

(43)

Gambar 2: Spesies oksigen reaktif utama, asal potensi mereka dan jalur detoksifikasi. NADPH, nicotinamide adenin dinukleotida fosfat. (Burton &

Eric Jauniaux, 2011).

3. Reactive Oxygen Species (ROS)

Pada proses reduksi oksigen, diperlukan 4 elektron untuk dipindahkan. Pemindahan 4 elektron tersebut tidak dapat terjadi sekaligus, melainkan melalui 4 tahap pemindahan. Proses seperti ini berdampak pada molekul oksigen yang kurang reaktif. Di sisi lain, tahapan reaksi pemindahan electron tersebut juga dapat menimbulkan senyawa oksigen reaktif dalam bentuk ion superoksida (O2.-), hydrogen peroksida (H2O2),radikal peroksil (.OOH), dan radikal hidroksil (.OH) (Winarsi, 2007).

(44)

Keberdaan senyawa H2O2 dapat berbahaya bila bersama-sama ion superoksida karena akan membentuk radikal hidroksil (.OH) melalui reaksi Haber-Weiss dimana reaksi ini memerlukan Fe+++ atau Cu++. Dari berbagai bentuk senyawa oksigen reaktif tersebut, radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling reaktif dan berbahaya. Radikal hidroksil bukan merupakan produk primer proses biologis, melainkan berasal dari H2O2 dan O2.- (Winarsi, 2007)

Gambar 3: Reactive oxygen species (Castelo, 2010)

Secara fisiologis tubuh memang menghasilkan ROS (radikal bebas atau oksidan), adapun sumber penghasil ROS antara lain mitokondria, fagosit, Xantin oxidase, peroksisome, iskemi/reper fusi, jalur pada pembetukan asam arakhidonat, dan sebagainya. Bahan tersebut dihasilkan oleh tubuh untuk membunuh bakteri yang masuk

(45)

dalam tubuh. tubuh mempunyai kemampuan untuk menjaga kadar ROS ( Keman 2014).

Peningkatan produksi ROS yang dikenal dengan kondisi stres oksidatif memiliki implikasi pada berbagai macam penyakit seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes, gagal jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya. Peningkatan ROS tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari metabolisme oksigen, reperfusi oksigen saat kondisi hipoksia, oksidasi hemoglobin dan mioglobin, dan lain-lain. Peroksida lipid tidak saja bertanggungjawab atas perusakan makanan, tetapi yang lebih penting adalah perusakan jaringan tubuh in vivo. Peroksidasi terhadap lipid dalam membran sel akan sangat menganggu fungsi membran, menimbulkan kerusakan yang irreversible terhadap fluiditas dan elastisitas membran yang dapat menyebabkan ruptus membrane sel.

Salah satu produk akhir dari peroksidasi lipid adalah molondyaldehyde (MDA) ( Puspitasari et al., 2016)

Namun demikian, reaktivitas radikal bebas dapat dihambat melalui 3 cara berikut:1) mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas baru, 2) menginaktivasi atau menangkap radikal dan memotong propagasi (pemutus rantai), 3) memperbaiki kerusakan oleh radikal (Winarsi, 2007)

(46)

4. Stress Oksidatif

Stres oksidatif merupakan suatu keadaan dimana terjadi pembentukan radikal bebas yang berlebihan sehingga melebihi kapasitas pertahanan antioksidan. Stress oksidatif disebabkan adanya beberapa ROS di dalam sel yang tidak dapat distabilkan. Hasilnya terjadi beberapa kerusakan satu atau beberapa biomolekuler termasuk DNA, protein dan lipid. Pada lipid akan terjadi lipid peroksidasi. Lipid peroksidasi merupakan penanda stres oksidatif yang tidak stabil yang mengubah suatu bentuk yang kompleks menjadi reaktif, (Keman, 2014).

Gambar 4: Oksidatif dan "antioksidan" stres: penyebab, konsekuensi dan metode untuk kontrol.(Polsjak, 2013)

(47)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas bereaksi dengan PUFA (poly unsaturated fatty acids). Bila radikal hidroksil beraksi dengan asam lemak tak jenuh, maka akan terjadi reaksi berantai yang dikenal sebagai lipid peroxidase (Sari 2012).

Molekul reaktif seperti radikal hidroksil menarik atom hydrogen dari ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal peroksidasi lipid. Radikal ini kemudian beraksi dengan asam lemak tak jenuh lainnya membentuk hidroperoksida lipid dan radikal peroksidasi lipid yang baru, yang kemudian meneruskan reaksi oksidasi terhadap lipid lainnya, biasanya disebut dengan auto-oksidasi lipid atau peroksidasi lipid (Sari, 2012). . Proses tersebut juga akan membentuk endoperoksida siklik yang akan terurai ke berbagai aldehida, seperti Malondialdehid (MDA), 4-hydroxynonenal (HNE) dan dienals ( Gadoth &

Gobel H, 2012).

5. Peroksidasi Lipid

Komponen penting pada membran lipid adalah fosfolipid dan glikolipid. Kedua asam lemak ini mengandung asam lemak tak jenuh yang sangat rawan terhadap terjadinya seragan radikal bebas, terutama radikal hidroksil

(48)

Gambar 5. Tiga fase reaksi berantai peroksidasi lipid (Burcham et al. 1998) Menurut (Halliwell, 1999) Peroksidasi lipid terbentuk melalui 3 proses, yaitu :

a. Insiasi

Inisiasi merupakan langkah pertama dari serangkaian peroksidasi yang terjadi pada sam lemak tak jenuh (Poly Unsaturated Faatty Acid/PUFA). Reaksi ini dihasilkan akibat serangan beberapa spesies yang menyerang hidrogen pada atom karbon diantara ikatan rangkap dua. Akibat serangan ini, akan terjadi pemisahan grup H dari grup metilen. Oleh karena itu hidrogen hanya memiliki 1 elektron, pemisahan ini akan mengahasilkan elektron tidak berpasangan pada

(49)

karbon sehingga terbentuk fatty acid radikal. Karbon radikal yang terbentuk dapat mengalami berbagai reaksi seperti saling bertabrakan dalam membran sehingga dapat menjadi insiatot pada proses lainnya (Keman 2014).

b. Propagasi

Apabila radikal karbon bereaksi dengan oksigen, akan terbentuk radikal peroksil. Radikal peroksil dapat mengasbtraksi atom hidrogen pada lipid yang lain. Apabila terjadi abstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikal peroksil, akan terbentuk lipid hidroperoksida.

Lipid hidroperoksida adalah produk primer peroksidasi yang bersifat sitotoksik. Melalui pemanasan atau reaksi yang melibatkan logam, lipid hidroperoksida akan dipecah menjadi produk peroksidasi lipid sekunder, yakni radikal lipid alkoksil dan peroksi lipid. Radikal lipid alkoksil dan lipid peroksil juga dapat menginisiasi reaksi rantai lipid selanjutnya. Selain itu, radikal lipid alkoksil akan melangsungkan reaksi beta cleavage membentuk aldehid sitotoksik dan genotoksik (Setiawan & Suhartono,E, 2007)..

Aldehid pada produk tersebut terlibat pada sebagian besar patofisiologi terkait stres oksidatif pada sel maupun jaringan dan merupakan produk akhir peroksidasi lipid. Meskipun sebagai produk akhir, secara kimiawi aldehid tersebut tetap aktif dan mempunyai

(50)

kereaktifan terhadap berbagai biomolekul, termasuk protein dan fosfolipid (Setiawan & Suhartono,E 2007).

c. Terminasi

Dalam reaksi terminasi, antioksidan seperti vitamin E menyumbangkan atom hidrogen pada LOO spesies dan membentuk vitamin sesuai E radikal yang bereaksi dengan LOO yang lain membentuk produk nonradical. Setelah peroksidasi lipid dimulai, propagasi dari reaksi berantai akan berlangsung hingga produk penghentian diproduksi, (Ayala, et al. 2014).

Produk primer dari peroksida lipid yang sangat reaktif yaitu lipid hidroksiperoksida, terbentuk saat radikal bebas menyerang asam lemak tak jenuh ganda atau kolestrol dalam membran atau lipoprotein. Selain itu, juga dapat dibentuk oleh siklooksigenase atau lipoksigenese. Hidroperoksida Lipid berfungsi pada fisiologis normal yaitu mengatur enzim dan gen sensitive redoks. Namun demikian, peroksidasi lipid yang tidak terkontrol dapat berdampak pada disfungsi dan kerusakan sel,(Ayala, et.al 2014)..

6. Malondialdehida

a. Pengertian Malondialdehida (MDA)

Malondialdehid (MDA) adalah senyawa organik dengan rumus CH2(CHO)2. Struktur senyawa ini lebih kompleks dan sangat reaktif,

(51)

terjadi secara alami dan merupakan penanda stres oksidatif (Iskandar,I,et 2015) al.

Malondialdehid (MDA) adalah produk dari lipid peroksidasi dan telah ditemukan meningkat pada kondisi stres oksidatif. PUFA akan teroksidasi menjadi peroksida bentuk lipid yang tidak stabil dan menjalani dekomposisi membentuk senyawa karbonil yang reaktif.

Malondialdehid adalah produk pemecahan utama lipid peroksidasi (Dhananjay,et al., 2013)

MDA dibentuk sebagai bahan dikarbonil (C3H4O2) dengan berat molekul rendah (berat formula = 72,07), rantai pendek, dan bersifat volatil asam lemah (pKa =4,46), dihasilkan sebagai produk sampingan pembentukan eikosanoid enzimatik dan produk akhir degradasi oksidatif asam lemak bebas non enzimatik. Hingga saat ini, MDA telah ditemukan hampir di seluruh cairan biologis, termasuk pada plasma, urin, cairan persendian, cairan bronkoalveolar, cairan empedu, cairan getah bening, cairan mikrodialisis dari pelbagai organ, cairan amnion, cairan perikardial dan cairan seminal.

Namun plasma dan urin merupakan sampel yang paling umum digunakan karena paling mudah didapatkan dan paling tidak invasive. Data yang tersedia hingga saat ini juga menunjukkan pengukuran kadar MDA baik dari plasma maupun urin memberikan

(52)

hasil yang sama akurat dan presis dari indeks stres oksidatif (Keman, 2014)..

MDA sangat cocok sebagai biomarker untuk stres oksidatif karena beberapa alasan, yaitu : (1) Pembentukan MDA meningkat sesuai dengan stres oksidatif, (2) kadarnya dapat diukur secara akurat dengan berbagai metode yang telah tersedia, (3) bersifat stabil dalam sampel cairan tubuh yang diisolasi, (4) pengukurannya tidak dipengaruhi oleh variasi diurnal dan tidak dipengaruhi oleh kandungan lemak dalam diet, (5) merupakan produk spesifik dari peroksidasi lemak, (6) terdapat dalam jumlah yang dapat dideteksi pada semua jaringan tubuh dan cairan biologis, sehingga memungkinkan untuk menentukan referensi interval, (Susantha, 2013)

b. Pembentukan dan Metabolisme MDA

Terdapat dua pathway dalam pembentukan MDA, yaitu proses enzimatik dan proses non-enzimatik. Proses enzimatik dalam pembentukan MDA terjadi dalam biosintesis tromboksan A2 yang dalam prosesnya secara in vivo produk sampingan berupa MDA.

Proses non-enzimatik dalam pembentukan MDA terjadi dalam peroksidasi lemak yang menghasilkan hidroperoksida lemak. Radikal peroksil hidroperoksida akan membentuk radikal baru melalui proses

(53)

pembentukan ikatan cis ganda siklisasi. Proses ini akan membentuk bicycle endoperxide endoperxide yang akan membentuk MDA melalui proses cleavage.

Setelah terbentuk, MDA akan dimetabolisme secara enzimatik ataupun berikatan dengan protein sel, jaringan, maupun DNA untuk membentuk aduksi yang bermanifestasi terhadap kerusakan biomolekuler. MDA dapat dimetabolisme melalui oksidasi dengan enzim aldehid dehydrogenase mitokondrial yang dilanjutkan dengan dekarboksilasi untuk memproduksi metaldeheid oleh aldeheid dehidrogenasi menjadi asetat dan dipecah lagi menjadi CO2 dan H2O c. Malondialdehida sebagai Penanda Stress Oksidatif

Menurut NIH biomarker working group (1998). Definisi penanda biologis adalah suatu karakteristik yang bisa diukur, dan dievaluasi sebagai indikator proses biologis normal, proses patologis dan respon farmakologis terhadap intervensi terapi WHO internation programme on chemical safety (ICPS) memberikan definisi sebagai suatu substansi, struktur atau proses yang dapat diukur pada tubuh, dan produk tersebut dapat berpengaruh atau memprediksi insiden penyakit. Sebagai perediktor suatu penyakit harus mempunyai validitas berupa sensitifitas, sepesifisitas dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor tambahan lain seperti tidak invasitif dan dapat diperiksa ulang (Donne, et al.,2006).

(54)

BOSS (biomarker oxidative stress study) tahun 2002, penelitian yang secara lengkap, yang disponsori dan diorganisir oleh National Institute of environmental Health Sciences (NIEHS) di Amerika serikat, yang merupakan penelitian komprehensif pertama untuk menentukan penanda biologis yang tidak invasive, mempunyai spesifikasitas, sensitifitas dan selektifitas terbaik. Dengan model pada tikus yang diberikan CCI4 yang dapat menginduksi terbentuknya kerusakan jaringan akibat radikal bebas. Efek kerusakan yang dilihat dari produk hasil peroksidasi lipid, protein dan DNA diukur dari sampel plasma darah dan urin, dan dinilai hubungannya dengan dosis dan waktu. Berbagai substansi yang diteliti meliputi lipid hidroperoksida. TBARS, MDA, isoprostan, protein karbonil, 8- hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OhdG), leukosit DNA-MDA adduct dan DNA Strand break. Disimpulkan kadar plasma MDA, kadar isoprostan dalam plasma dan urin, sebagai penanda biologis stres oksidatif yang dapat dipercaya MDA dan 4 hidroksinonenal (HNE) merupakan produk utama hasil oksidasi PUFA ( Nasrullah, 2003)..

Malondialdehid merupakan satu dari beberapa substansi dengan berat molekul ringan yang dihasilkan pada proses peroksidasi lipid., MDA juga sangat mudah disekresi melalui urin, (Favier, et al.,1995)

(55)

D. Tinjauan Umum tentang Daun Kelor 1. Deskripsi Tanaman Kelor

Kelor (Moringa oleifera) adalah jenis tanaman pengobatan herbal India yang telah akrab di negara-negara tropis dan subtropis. Nama lain atau istilah yang digunakan untuk kelor adalah pohon lobak, Mulangay,Mlonge, benzolive, pohon Paha, Sajna, Kelor, Saijihan dan Marango. Moringa oleifera divisi dari Kingdom: Plantae, Divisi:

Magnoliphyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: brassicales, Keluarga:

Moringaceae, Genus: Moringa, Spesies: M.Oleifera.,(Raziz & Ibrahim M,S 2014).. Dan kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu dari 13 spesies yang termasuk dalam genus moringa. (Dubey, 2015) dan Kelor dapat tumbuh pada lokasi tropis dan subtropicalregions dunia dengan suhu sekitar 25-35◦ (Gopalakrishnan, et al,20016)..

Beberapa bagian dari tumbuhan kelor telah digunakan sebagai obat tradisional pada masyarakat di Asia dan Afrika. Tanaman Obat tersebut telah digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. (Iskandar, et al, 2015).

Moringa oleifera merupakan komoditas makanan yang mendapat perhatian khusus sebagai nutrisi alami dari daerah tropis bagian kelor dari daun, buah, bunga dan polong dari pohon ini digunakan sebagai sayuran bernutrisi di banyak negara (Prasanna.V & Sreelatha, 2014)

(56)

Beberapa bagian pohon Moringa oleifera : a. Daun

Daun kelor memiliki lebar 1-2 cm halus dan berwarna hijau dengan ranting daun yang halus berwarna hijau agak kecoklatan.(Ganatra, et.al 2012). dianggap sumber yang kaya akan vitamin, mineral dan merupakan aktivitas antioksidan yang kuat, sering dikaitkan dengan vitamin tanaman dan senyawa fenolik asquercetin dan kaempferol,(Silva,et al,2014).. Daun Kelor sebagai sumber vitamin C yang tinggi, kalsium, β karoten, potassium serta protein yang bekerja sebagai sumber yang efektif dari antioksidan alami. karena kehadiran beberapa macam senyawa antioksidan seperti flavonoid, asam askorbat, cerotenoids dan fenolat (Raziz.&

Ibrahim S, 2014).

Daun kelor memiliki potensi antioksidan yang signifikan. Oleh karena itu penelitian pada hewan suplemen diet dengan konsumsi daun kelor bisa menjadi sumber yang berguna untuk melindungi hewan dari penyakit yang disebabkan oleh stres oksidatif bahkan, ekstrak daun kelor memiliki antioksidan yang kuat pada percobaan di kedua in vitro dan ex vivo (Silva et al., 2014)

(57)

b. Bunga

Bunga tumbuhan daun kelor berwarna putih kekuning- kuningan, dan memiliki pelepah bunga yang berwara hijau, bunga ini tumbuh di ketiak daun yang biasanya ditandai dengan aroma atau bau semerba (Ganatra et al., 2012).

c. Kulit polong (Pod Husks)

Buah tumbuhan daun kelor berbentuk segita memanjang berkisar 30-120 cm, buah ini berwarna hijau muda hingga kecokelatan. . Kulit polong kelor mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, tritepenoids, diterpenoid dan glikosida.

d. Biji

Biji tumbuhan daun ini berbentuk bulat dengan diameter 1 cm berwarna cokelat kehitaman,dengan 3 sayap tipis mengelilingi biji.

Setiap pohon dapat menghasilkan sekitar 15000 sampai 25000 biji per tahun,(Ganatra et al., 2012). Polong kelor pada berbagai penelitian melaporkan penggunaan polong kelor dengan potensi yang berbeda terhadap masalah kesehatan. Polong kelor mengandung berbagai phytochemical, termasuk antioksidan seperti vitamin C, β- karoten, α- dan γ-tokoferol, β-sitosterol, vitamin A, senyawa fenolik quercetin dan kaempferol, flavonoid, dan antosianin, bersama dengan beberapa kelas langka senyawa, termasuk alkaloid, glucosinolates, dan isothiocyanates (Silva et al., 2014)..

(58)

e. Akar

Akar tumbuhan daun kelor ini tunggang, berwarna putih kotor, biasanya bercabang atau serabut dan juga dapat mencapai kedalaman 5-10 meter.(Ganatra, et al., 2012). Ekstrak akar kulit kelor memiliki potensi untuk menyembuhkan ulkus lambung dan lesi mukosa lambung. Hal ini juga mengurangi keasaman dan meningkatkan pH lambung. Temuan ini menunjukkan bahwa kelor memiliki antiulcer dan aktivitas antisecretory karenanya, dapat digunakan sebagai sumber untuk obat antiulcer di masa depan.

Potensi antimutagenik dan antioksidan dari ekstrak akar kelor natrium azida di strain TA100 percobaan pada Salmonella typhimurium terjadi penghambatan microsomal peroksidasi lipid, menunjukkan bahwa akar kelor memiliki antimutagenik serta aktivitas antioksidan.(Silva et al., 2014).

Gambar 6: bagian dari tanaman Kelor ( Ganatra, et al, 2012).

(59)

2. Kandungan Nutrisi Kelor

Setiap bagian dari M. oleifera adalah gudang penting nutrient dan antinutrient. Daun M. oleifera yang inminerals kaya seperti kalsium, kalium, seng, magnesium, besi andcopper. Vitamin seperti beta-karoten vitamin A, vitaminB seperti asam folat, piridoksin dan asam nikotinat, vitaminC, D dan E juga hadir dalam M. oleifera. Phytochemi-cals seperti tanin, sterol, terpenoid, flavonoid, saponin, antrakuinon, alkaloid dan mengurangi gula hadir bersama agen withanti-kanker seperti glucosinolates, isothiocyanates, senyawa gly-coside dan gliserol-1-9- octadecanoate. Moringa leaves juga memiliki nilai kalori rendah dan dapat digunakan dalam diet tersebut yang obesitas (Gopalakrishnan,et al., 2016)

a. Antioksidan

Antioksidan adalah zat kimia yang membantu melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel oleh radikal bebas. Kelor mengandung 46 antioksidan kuat senyawa yang melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel oleh radikal bebas. Kelor mengandung 46 antioksidan kuat.

Senyawa yang melindungi tubuh terhadap efek merusak dari radikal bebas dengan menetralkannya sebelum dapat menyebabkan kerusakan sel dan menjadi penyakit (Utami et al., 2013)..

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan sistem pengendalian intern dalam sistem akuntansi pembelian barang dagang di KPRI UB diharapkan ada pemisahan tugas antara bagian gudang dan bagian

Faktor lain yang menjadi daya tarik dari para pemilik kapal dan buruh nelayan melakukan praktik kerjasama semacam itu, adalah karena mereka akan mendapatkan fasilitas

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka diperoleh model yang sesuai untuk data kepekatan particulate matter (PM10) di daerah Kajang Malaysia adalah model AR(1). Model

kerjasama lintas sektor di bidang bencana Pembuatan aplikasi GO Ambulance Seluruh ambulan di Lamongan Meningkatkan layanan kesehatan pra rumah sakit khususnya kasus

Dari hasil pengumpulan data yang kemudian dilakukan analisis penelitian ditemukan BUMDes Mekar Sari Mandiri Desa Mekar Sari Kabupaten Kepahiang, dinilai dari kelayakan

Pada dasarnya fungsi pencatatan nikah adalah sebagai bukti legalitas seseorang, dimana dirinya benar-benar telah menikah dengan orang lain. Sebab salah satu bukti yang

Berdasarkan hasil penelitian hubungan kadar profil darah dengan status gizi petugas operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Semarang Timur,