• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Definisi Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.

2.2. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih

Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama.Persyarakat tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.

2.2.1. Persyaratan Kualitatif.

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes

(2)

No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:

1. Syarat-syarat fisik.

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.

2. Syarat-syaratKimia.

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

3. Syarat-syaratbakteriologis danmikrobiologis.

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.

4. Syarat-syarat Radiologis.

Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

(3)

2.2.2. Persyaratan Kuantitatif (Debit).

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.

2.2.3. Persyaratan Kontinuitas.

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.

Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisiideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00 WIB.

Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek.Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan.Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.

(4)

Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

2.3. Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih 2.3.1. Sistem Distribusi Air Bersih.

Menurut Damanhuri, E., (1989) sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan.Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan, dan reservoir distribusi.

Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menujupemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoirdistribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.

Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas

(5)

pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan.

Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu.

Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem menurut Kamala, K. R., (1999), adalah sebagai berikut:

a. Continuous system.

Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam.Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.

b. Intermitten system.

Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja.

(6)

Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.

2.3.2. Sistem Pengaliran Air Bersih.

Pendistribusian air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard, S.P., et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Cara Gravitasi.

Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

b. Cara Pemompaan.

Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.

(7)

c. Cara Gabungan.

Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat,misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai

cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.

2.3.3. Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih.

Martin,D., (2004) mengkategorikan kegiatan perencanaanuntuk sistem distribusi air bersih/minum pada dua kategori yaitu:

1. Perencanaan pada daerah yang belum ada sistem distribusi perpipaansama sekali atau biasa disebut sebagai Green Area.

2. Perencanaan pada daerah yang sudah ada sistem distribusi sebelumnyadan sifat perencanaan adalah mengembangkan sistem yang sudah ada.

Secara umum perbedaan langkah-langkah dalam perencanaan dari keduakategori tersebut adalah pada perencanaannya, dimana sistem sudah adaperencana harus mengevaluasi sistem yang sudah ada terutama dari kapasitas,kemudian beranjak dari kapasitas yang ada direncanakan pengembangannya.

(8)

Ada dua hal penting yang harus dikaji dalam merancang sistem air bersihyaitu:

1. Kajian dari sisi kebutuhan air.

2. Kajian dari sisi pasokan air.

Dengan mengkaji kedua hal ini dengan baik maka dapatlah dirancang sistemdistribusi yang optimal.

2.3.4. Perencanaan Jaringan Perpipaan Air Bersih di Green Area.

Pada kondisi ini pelayanan air minum dengan perpipaan diasumsikanbelum ada sehingga perencana mempunyai keleluasaan untuk membentuk jaringanpipa sesuai dengan kebutuhan air dilapangan.

1. Kajian dari Sisi Kebutuhan Air.

Tahapan mengkaji kebutuhan air meliputi:

a. Kajian terhadap peta.

b. Pembuatan zone pelayanan.

c. Perhitungan kebutuhan air zone pelayanan tersebut.

2. Kajian Terhadap Peta.

Kajian terhadap topografi lokasi perencanaan, kajian ini dilakukandengan menggunakan peta kurang lebih 1:10.000 sampai 1:25.000.Sumber peta dapat diperoleh di Bakosurtanal sementara sampai tahun2004 baru sebagian dari Indonesia yang sudah dipetakan dengan skala1:25.000.

Adapun yang harus diamati pada peta ini adalah:

(9)

1. Lokasi pemukiman dan daerah.

2. Jalur jalan.

3. Elevasi tanah.

2.4. Proyeksi Jumlah Penduduk

Menurut Anonimus, (1990), dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, proyeksi jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat diprediksikan berdasarkan laju pertumbuhan penduduk yang direncanakan relatif naik setiap tahunnya. Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih memberi rumusan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk dengan metode Geometrik yaitu:

Pn = Po ( 1 + r )n ... (2.1) Keterangan:

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n perencanaan (jiwa).

Po = Jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa).

r = Ratio angka pertumbuhan tiap tahun (%).

n = Periode tahun perencanaan.

2.5. Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air bersih adalah banyaknya air yang diperlukan untuk melayani penduduk yang dibagi dalam dua klasifikasi pemakaian air, yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan non domestik.Target pelayanan harus mengacu pada Millenium Development Goals (MDGs) Kabupaten Aceh Barat di mana daerah

(10)

perkotaan harus sudah terlayani 60% dari jumlah penduduk. Dalam melayani jumlah cakupan pelayanan penduduk akan air bersih sesuai target, maka direncanakan kapasitas sistem penyediaan air bersih yang dibagi dalam dua klasifikasi pemakaian air, yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan non domestik.

2.5.1. Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik (Rumah Tangga).

Menurut Anonimus, (1990) menyatakan bahwa kebutuhan domestik dimaksudkan adalah untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi keperluan rumah tangga yang dilakukan melalui Sambungan Rumah (SR) dan kebutuhan umum yang disediakan melalui fasilitas Hidran Umum (HU). Pada Tabel 2.1 dibawah ini menunjukkan besar debit domestik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan domestik diperhitungkan terhadap beberapa faktor:

a. Jumlah penduduk yang akan dilayani menurut target tahapan perencanaan sesuai dengan rencana cakupan pelayanan.

b. Tingkat pemakaian air bersih diasumsikan tergantung pada kategori daerah dan jumlah penduduknya.

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.

No Katagori Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pemakaian Air (ltr/hari/jiwa) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Metropolitan Kota Besar Kota Sedang

Kota Kecil Ibukota Kecamatan

Pedesaan

>1.000.000 500.000-1.000.000

100.000-500.000 25.000-100.000

10.000-25.000

<10.000

150 120 100 90 60 50 Sumber: Anonimus, 1990.

(11)

2.5.2. Kebutuhan Air Bersih Untuk Non Domestik.

Menurut Anonimus, (1990), kebutuhan air bersih non domestik dialokasikan pada pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air bersih berbagai fasilitas sosial dan komersial yaitu fasilitas pendidikan, peribadatan, pusat pelayanan kesehatan, instansi pemerintahan dan perniagaan. Besarnya pemakaian air untuk kebutuhan non domestik diperhitungkan 20% dari kebutuhan domestik.

2.5.3. Kebutuhan Air Rata-Rata.

Menurut Anonimus, (1990), dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih menyatakan bahwa kebutuhan rata-rata distribusi air bersih perharinya adalah jumlah kebutuhan air untuk keperluan domestik (rumah tangga) ditambahkan dengan kebutuhan air untuk keperluan non domestik.

Qr = Qd + Qnd ... (2.2) Keterangan:

Qr = Kebutuhan air rata-rata (ltr/dtk).

Qd = Kebutuhan air untuk keperluan domestik (ltr/dtk).

Qnd = Kebutuhan air untuk keperluan non domestik (ltr/dtk).

Berdasarkan Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kebutuhan air pada hari maksimum (Qm) adalah pemakaian air harian rata-rata tertinggi dalam satu tahun yang diasumsikan sebesar 110% dari kebutuhan rata-rata.

(12)

2.6. Kebutuhan Sistem dan Kapasitas Desain

Menurut Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kapasitas desain adalah kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh sistem penyediaan air yang direncanakan terhadap kebutuhan air di daerah perencanaan.

Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, memberikan rumusan untuk menghitung kapasitas produksi yaitu:

Qprod = Qm + Qh ... (2.3) Keterangan:

Qprod = Kapasitas produksi (ltr/dt).

Qm = Kapasitas air hari maksimum (ltr/dt).

Qh = Kehilangan air (ltr/dt).

2.7. Definisi Kehilangan Air

Menurut Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kehilangan air adalah tidak sampainya air yang diproduksi kepada pelanggan atau konsumen. Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih memberikan batasan faktor kehilangan air yang diperbolehkan tidak melebihi angka toleransi sebesar 20% dari kapasitas debit produksi.

Kehilangan air merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu sistem penyediaan air, baik terhadap PDAM maupun terhadap konsumen.dengan adanya kehilangan maka PDAM akan menderita kerugian secara

(13)

ekonomisdan finansial, sedangkan kerugian yang diderita pihak konsumen adalah terganggu kapasitas dan kontinuitas pelayanan.

Menurut Djamal, Z., dkk (2009)kehilangan air bersih perpipaan atau air PAM sering disebut sebagaiNon-Revenue-Water (NRW), atau ada juga yang menggunakan istilahUnacounted For Water (UFW) terutama jika komponen air yang sah dipakaiatau digunakan oleh pemakai tetapi tidak tertagih (unbilled authorized consumption) dapat diabaikan karena tidak terlalu signifikan besarnya.Sederhananya

adalah air bersih hasil olahan yang tidak menjadipendapatan (revenue) pengelola karena kesalahan pengelolaan dansebab-sebab lain disebut secara umum sebagai

“kebocoran”.

Selanjutnya Djamal, Z., dkk (2009)kehilangan Air (Water Losses) adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringanperpipaan air dan jumlah air yang dikonsumsi.

Kehilangan Air = Jumlah Air yang dipasok - Jumlah Air yang dikonsumsi ... (2.4) Sedangkan Tingkat Kehilangan Air adalah persentase perbandingan antarakehilangan air dan jumlah air yang dipasok ke dalam jaringanperpipaan air.

Tingkat Kehilangan Air   

    !" x 100% ... (2.5) Menurut Richard G., et al (2000) Secara umum, air yang tidak terhitungUnaccounted-For Water (UFW) adalah perbedaan antara air yang dipasok ke sistemdistribusi danairyang meninggalkansistem melaluipenggunaandimaksud.

(14)

Selanjutnya MWAC, (1999) UFW dapat didefinisikan sebagai persentase air yang dihasilkan dari sumber air baku yang tidak diperhitungkan.

Sedangkan Yepes, (1995) UFW didefinisikan perbedaan antara air yang diantar ke sistem distribusi dan air yang dijual.

Battermann, A., (2001) Unaccounted-For Water didefinisikan sebagai hilangnya air dihitung sebagai perbedaan antara kuantitas air diumpankan kedalam sistem distribusi (produksi air minum) dan kuantitas air dimanfaatkan dengan sah, yang telah dimeterkan atau dapat diperkirakan. Kuantitas air dimasukkan yang sah belum termasuk pemakaian masyarakat yang tidak dimeterkan.

Menurut Djamal, Z., dkk (2009)kehilangan air atau NRW berbeda dengan Kebocoran Air (Water Leakage). Pengertian kebocoran air dapat dikatakan lebih sempit darikehilangan air.Water leakage, yang diartikan kebocoran air dan biasanyaistilah water leakage sering diilustrasikan dengan gambar “pipabocor”.Oleh sebab itu water leakage atau kebocoran air lebih tepatdigunakan untuk kehilangan air secara fisik/teknis saja.

Berdasarkan hasil seminar Perpamsi 2005 menyatakan bahwa Air yang Tak Bisa Direkeningkan (ATBD) adalah input sistem dikurangi konsumsi rekening sehingga dapat ditulis persamaan sebagai berikut:

ATBD = Input Sistem – Konsumsi Berekening ... (2.6) Sehingga kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisihantara volume yang masuk ke dalam sistem dan konsumsi resmi denganvolume air yang ditagihkan kepada pelanggan. Kehilangan air harusbenar-benar dipertimbangkan sebagai bagian

(15)

dari volume total untuksemua sistem, atau untuk sebagian sistem seperti pipa induk air baku,transmisi dan distribusi.

2.8. Fluktuasi Kebutuhan Air

Jumlah pemakaian air oleh masyarakat untuk setiap waktu tidak berada dalam nilai yang sama. Aktivitas manusia yang berubah-ubah untuk setiap waktu menyebabkan pemakaian air selama satu hari mengalami perubahan naik dan turun atau dapat disebut berfluktuasi. Fluktuasi Pemakaian air terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Faktor hari maksimum.

Pemakaian hari maksimum merupakan jumlah pemakaian air terbanyak dalam satu hari selama satu tahun. Debit pemakaian hari maksimum digunakan sebagai acuan dalam membuat sistem transmisi air bahan baku air minum. Perbandingan antara debit pemakaian hari maksimum dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor maksimum, fm. Besarnya faktor hari maksimum untuk kota Meulaboh adalah sebesar 1,1.

2. Pemakaian jam puncak.

Jam puncak merupakan jam dimana terjadi pemakaian air terbesar dalam 24 jam. Faktor jam puncak (fp) mempunyai nilai yang berbalik dengan jumlah penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk maka besarnya faktor jam puncak akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena dengan

(16)

bertambahnya jumlah penduduk maka aktivitas penduduk tersebut juga akan semakin beragam sehingga fluktuasi pemakaian akan semakin kecil.

Nilai faktor hari maksimum dan faktor jam puncak telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya. Nilai-nilai tersebut seperti terdapat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2Nilai Faktor Hari Maksimum dan Faktor Jam Puncak.

No Katagori Jumlah Penduduk (Jiwa)

Faktor Hari Maksimum

Faktor Jam Puncak 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Metropolitan Kota Besar Kota Sedang

Kota Kecil Ibukota Kecamatan

Pedesaan

>1.000.000 500.000-1.000.000

100.000-500.000 25.000-100.000

10.000-25.000

<10.000

1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1

1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya, 1998.

2.9. Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk dan merencanakan jumlah produk yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode yang akan datang. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional di dalam perusahaan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah untuk pelaksanaan proses produksi tersebut.

(17)

Menurut Sinulingga, S., (2007) Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi dan apa sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Menurut Sinulingga, S., (2007) perencanaanproduksi memiliki fungsi:

a. Mempersiapkan rencana produksi tingkat agregat untuk seluruh pabrik.

b. Membuat jadwal penyelesaian setiap produk.

c. Merencanakan produksi dan pengadaan komponen yang dibutuhkan dari luar (boughout items) dan bahan baku.

d. Menjadwalkan proses operasi setiap order pada stasiun kerja terkait.

e. Menyampaikan jadwal penyelesaian setiap order kepada para pemesan.

2.10. Kapasitas

Kapasitas adalah kemampuan berproduksi dari suatu stasiun kerja, departemen atau fasilitas yang berhubungan dengan pekerja dan peralatan dan dinyatakan dalam satuan unit pengukuran (unit, ton, meter, waktu standar dan lain- lain) per satuan waktu. Beberapa definisi kapasitas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kapasitas Teoritis (theoritical capacity), merupakan kapasitas maksimum yang mungkin digunakan dari suatu sistem manufaktur dengan mengasumsikan kondisi ideal.

(18)

b. Kapasitas Aktual (actual capacity), merupakan tingkat output yang dapat diharapkan berdasarkan pada pengalaman, pengukuran produksi secara aktual dari pusat kerja di saat waktu yang lalu, yang biasanya diukur menggunakan angka rata-rata berdasarkan beban kerja normal.

c. Kapasitas Normal (normal capacity), merupakan kapasitas yang ditetapkan sebagai sasaran bagi manajemen, supervisor dan para operator mesin yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan anggaran.

Utilisasi merupakan pecahan yang menggambarkan persentase jam kerja yang

tersedia dalam pusat kerja yang secara aktual digunakan untuk produksi berdasarkan pengalaman masa lalu. Utilisasi dapat ditentukan untuk mesin, tenaga kerja ataupun keduanya tergantung situasi dan kondisi aktual perusahaan dan angka utilisasi tidaklebih dari 1,0 (100%). Efisiensi merupakan faktor yang mengukur performansi aktual dari pusat kerja relatif terhadap standar yang ditetapkan.

Pengukuran kapasitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Pengukuran laju output per unit waktu, merupakan keadaan dimana pengukuran dilakukan berdasarkan jumlah output yang dihasilkan dan hanya untuk satu jenis produk dan dinyatakan dalam jumlah produk per unit waktu.

b. Pengukuran laju input per unit waktu, merupakan suatu keadaan dimana pengukuran dilakukan berdasarkan jumlah bahan baku yang masuk ke dalam proses produksi per unit waktu.

(19)

2.11. Perencanaan Kapasitas

Strategi operasi jangka panjang suatu organisasi sampai tingkat tertentu dinyatakan dalam rencana kapasitas.Dalam hubungannya dengan rencana kapasitas hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan.Bagaimana kecenderungan pasarnya, baik dalam ukuran, lokasi pasar maupun inovasi teknologi.Sejauh mana faktor ini dapat diperkirakan. Apakah terlihat adanya inovasi dalam proses di masa depan yang akan memberikan dampak pada rancangan produk dan jasa. Bagaimana pengaruh produk baru pada kebutuhan kapasitas. Apakah terlihat adanya inovasi dalam proses dimasa depan yang akan mempengaruhi metode produksi. Apakah sistem produksi yang kontinyu cocok di masa depan.

Bagaimana kebutuhan kapasitas dipengaruhi oleh inovasi dalam proses produksi. Apakah akan menguntungkan untuk melakukan integrasi secara vertikal selama jangka waktu perencanaan. Dalam merencanakan kapasitas baru, apakah kita mengembangkan fasilitas yang sudah ada atau akan membangun pabrik baru.

Berapakah ukuran pabrik yang optimal.Apakah serangkaian unit kecil ditambahkan apabila dibutuhkan, atau unit yang lebih besar ditambahkan secara periodik.Apakah kebijakannya adalah menyediakan kapasitas sedemikian hingga dimungkinkan adanya kehilangan penjualan dalam jumlah tertentu, ataukah seluruh permintaan harus dipenuhi.

Masalah-masalah strategis itu harus dipecahkan sebagai bagian perencanaan kapasitas.Dalam menilai alternatif-alternatif, maka pendapatan, biaya modal, dan biaya operasi dapat diperbandingkan, tetapi manager mungkin harus menimbang

(20)

akibat yang mungkin dari masalah strategis itu terhadap keuntungan dan kerugian ekonomis.

Perencanaan kapasitas produksi adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk dapat berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk output per satuan waktu. Yang dimaksud dengan unit produksi adalah tenaga kerja, mesin, unit stasiun kerja, proses produksi, perencanaan dan organisasi produksi. Tujuan perencanaan kapasitas adalah melihat apakah pabrik mampu memenuhi permintaan pasar yang diramalkan atau tidak. Manfaat dari perhitungan kapasitas produksi ini adalah:

a. Dapat meminimalkan keterlambatan pengiriman produk karena kesalahan perhitungan.

b. Menjembatani ketidakharmonisan antara kapasitas yang ada dengan kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

c. Sebagai pertimbangan pihak perusahaan dalam penempatan operator, mesin ataupun perubahan jam kerja (shift).

d. Dapat meminimalkan biaya produksi dan harga pokok penjualan unit produk.

2.12. Faktor-Faktor yang MempengaruhiPerencanaan Kapasitas Produksi Menurut Krajewzki, et al dalam Yamit, (2003), ada 5 cara yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi jangka pendek:

1. Meningkatkan jumlah sumber daya:

(21)

a. Penggunaan kerja lembur.

b. Penambahan regu kerja.

c. Memberikan kesempatan kerja secara part-time.

d. Sub-kontrak.

e. Kontrak kerja.

2. Memperbaiki penggunaan sumber daya:

a. Mengatur regu kerja.

b. Menetapkan jadwal.

3. Memodifikasi produk:

a. Menentukan standar produk.

b. Melakukan pengawasan kualitas.

4. Memperbaiki permintaan:

a. Melakukan perubahan harga.

b. Melakukan perubahan promosi.

5. Tidak memenuhi permintaan: tidak mensuplai semua permintaan.

Kapasitas produksi ditentukan oleh kapasitas sumberdaya yang dimiliki seperti:

1. Kapasitas mesin.

Jam kerja normal mesin yang mampu disediakan untuk melaksanakan kegiatan produksi.

2. Kapasitas tenaga kerja.

Jumlah jam tenaga kerja normal yang mampu disediakan yang dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan jam kerja yang berlaku.

(22)

3. Kapasitas bahan baku.

Jumlah bahan baku yang mampu disediakan dalam waktu tertentu.

4. Kapasitas modal.

Kemampuan penyediaan dana untuk melaksanakan proses produksi.

2.13. Perencanaan Strategi

Managemen strategis menurut Suwarsono, (1994) dapat diartikan sebagaiusaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untukmengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yangtelah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan. Komponen pokok darimanajemen strategis adalah:

1. Analisis lingkungan yang diperlukan untuk mendeteksi peluang dan ancaman.

2. Analisis profil perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.

3. Strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan misi.

Menurut Salusu,J., (1996) menawarkan rumusan yangkomprehensif tentang strategi sebagai berikut:

1. Strategi adalah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral.

2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangkapanjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya.

(23)

3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi.

4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, denganmemberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkunganeksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya.

5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Manajemen strategis di lingkungan pemerintahan akan banyak berkaitandengan pengalokasian kekuasaan dan sumber daya, pendelegasian wewenangmengambil keputusan, penggalian sumber-sumber keuangan pemanfaatan dana yangdiperoleh dari rakyat berupa pajak dengan cara yang paling efisien dan paling efektif.

Menurut Bryson, J., (1988) manajemen strategis tidak terlepas dari strategi itu sendiri. Strategi secara luas dapatdipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan atau alokasisumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakanorganisasi, dan mengapa organisasi itu melakukannya.

Menurut Salusu,J., (1996) strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dansumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yangefektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Oleh karenaitu strategi dapat dikatakan sebagai perluasan misi guna menjembatani organisasi danlingkungannya dalam pencapaian tujuan.Strategi dikembangkan untuk mengatasi isustrategis, strategi menjelaskan tentang respon organisasi terhadap pilihan kebijakanpokok.

(24)

Menurut Salusu,J., (1996) manfaat dari penggunaan manajemen strategi:

1. Manajemen strategi mampu memberikan petunjuk bagaimana mengantisipasimasalah-masalah dan peluang di masa yang akan datang.

2. Memungkinkan para karyawan memahami tujuan dan sasaran organisasi.

3. Meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan.

4. Menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan tepat pada waktunya.

5. Mempercepat pengambilan keputusan yang bermutu dan bisa menghemat biaya.

2.14. Strategi Perencanaan Kapasitas Produksi

Perencanaan kapasitas yang tepat ini penting untuk menghindari kehilangan keuntungan karena kekurangan kapasitas atau utilitas yang rendah karena kelebihan kapasitas. Didalam perencanaan kapasitas terdapat tiga strategi yaitu:

a. Capacity lead strategy yaitu kapasitas berada didepan permintaan. Strategi ini cocok untuk untuk pasar yang ada berkembang saat ini.

b. Capacity lag strategy yaitu kapasitas berada dibawah permintaan. Strategi ini berpeluang untuk mengalami kerugian.

c. Average lead strategy yaitu kapasitas berada sejajar dengan permintaan dimana kapasitas yang ada jumlahnya yang tersedia hanya sebanyak permintaan yang ada.

Gambar

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.
Tabel 2.2Nilai Faktor Hari Maksimum dan Faktor Jam Puncak.

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh penelitian Novita Yuliani dengan judul hubungan ketepatan terminologi medis dengan keakuratan kode diagnosis rawat jalan

Mengapa akomodatif?, sebab lembaga pendidikan pesantren ini berusaha mengintegrasikan sistem pendidikan nasional dengan sistem pendidikan pesantren, ilmu umum

Hasil dari penelitian ini ditemukan nilai-nilai pendidikan Islam sebagai berikut: pertama, nilai pendidikan keimanan yaitu: nilai tauhîd dan nilai pengawasan,

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengertian kepemimpinan profetik adalah kemampuan mengendalikan diri dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan

Ide orbit geostasioner pertama !ali disebar!an pada s!ala luas dalam sebuah ma!alah tahun +&gt;12 berudul BECtra-Terrestrial Relay ; 'an Ro%!et Stations ive orld(ide

1).Sistem penyediaan air bersih individual (Individual Water Supply System)... Sistem penyediaan air bersih individual adalah sistem penyediaan air bersih

Salah satu cara untuk mempertahankan karyawan yang berprestasi agar mau bekerja sama sampai pensiun adalah dengan memberikan kesejahteraan atau kopensasi pelengkap