• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak dengan orangtua bercerai dilihat dengan tes proyektif Children Apperception Test (CAT).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak dengan orangtua bercerai dilihat dengan tes proyektif Children Apperception Test (CAT)."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

TUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF : CHILDREN

APPERCEPTION TEST (CAT)

Mandana Bintang Rahasti

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang berasal dari keluarga bercerai. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis tematik. Dalam analisis data, peneliti berada di bawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitas hasil tes. CAT dipilih karena dapat mengungkap dinamika internal seseorang. Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang berusia 7 hingga 10 tahun dan orang tuanya bercerai. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian melakukan pengetesan CAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman, dan kebutuhan untuk mendapat perhatian dan pertolongan namun terhambat oleh keadaan orang tua yang berpisah, kondisi ibu yang bekerja, dan ancaman dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan konflik dalam diri subjek akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan perasaan ditinggalkan dan kurang dicintai oleh orang tua yang membuat upaya pemenuhan kebutuhan yang dilakukan cenderung tidak mengungkapkan keinginan secara langsung tetapi terwujud dalam perilaku tantrum, dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yaitu proyeksi, represi.

(2)

THE DINAMIC OF BROKEN HOME’S CHILD NEEDS WHICH IS VIEWED

BY PROJECTIVE TEST: CHILDREN APPERCEPTION TEST (CAT) Mandana Bintang Rahasti

ABSTRACT

The reaserch is conducted to find the dynamic of broken home’s child needs. This research is using kualitatif method with systematic analysis. In the data analysis the resercher is under the supervision of the experts to maintain the credibility of the test result. The CAT is being chosen for this research because it could reveal someone’s internal dynamic. This research took three broken home children, aged 7 to 10. The data collection is started with unstructured interview and then continued with the CAT. The result shows that broken home children needs are need the affection, the feeling of security, and the feeling of being attention and helped, however this is hampered by the condition of the parents who are divorced, the condition which the mother is working, and the threating from the society that rise the intern conflict of brokenhome children, as the effect of the barries to meet broken home children needs, which is causing the feeling of be abandoned and unloved by their parents that make the needs fulfillment tends not reveal their need directly, yet it shows in their tantrum’s attitude, and the using of self defense mekanism whis is known as projection, repression.

(3)

DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN

ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :

CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Mandana Bintang Rahasti

NIM : 119114079

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN

ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :

CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Mandana Bintang Rahasti

NIM : 119114079

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO

Happiness isn’t about getting what you want all of

the time

(8)

v

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Empunya kehidupan Tuhan Yesus Kristus yang penuh kasih dan senantiasa

mencurahkan segala cinta dan kasih dalam hidup ini. Jadilah padaku seperti yang

Kau ingini

Untuk keluargaku tercinta, Ayah, Ibu, Kak Bagas dan Adik bunga. Kalian adalah

rasa syukur terbesar dalam hidup ini

Untuk teman-teman seperjuangan, calon psikolog hebat tetaplah berjuang mencapai

apa yang kita inginkan. Perjuangan meraih gelar S.Psi yang penuh liku-liku dan kita

(9)
(10)

vii

DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :

CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)

Mandana Bintang Rahasti

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang berasal dari keluarga bercerai. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis tematik. Dalam analisis data, peneliti berada di bawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitas hasil tes. CAT dipilih karena dapat mengungkap dinamika internal seseorang. Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang berusia 7 hingga 10 tahun dan orangtuanya bercerai. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian melakukan pengetesan CAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman, dan kebutuhan untuk mendapat perhatian dan pertolongan namun terhambat oleh keadaan orangtua yang berpisah, kondisi ibu yang bekerja, dan ancaman dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan konflik dalam diri subjek akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan perasaan ditinggalkan dan kurang dicintai oleh orangtua yang membuat upaya pemenuhan kebutuhan yang dilakukan cenderung tidak mengungkapkan keinginan secara langsung tetapi terwujud dalam perilaku tantrum, dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yaitu proyeksi, represi.

(11)

viii

THE DINAMIC OF BROKEN HOME’S CHILD NEEDS WHICH IS VIEWED BY PROJECTIVE TEST:CHILDREN APPERCEPTION TEST (CAT)

Mandana Bintang Rahasti

ABSTRACT

.

The reaserch is conducted to find the dynamic of broken home’s child needs. This research is using kualitatif method with systematic analysis. In the data analysis the resercher is under the supervision of the experts to maintain the credibility of the test result. The CAT is being chosen for this research because it could reveal someone’s internal dynamic. This research took three broken home children, aged 7 to 10. The data collection is started with unstructured interview and then continued with the CAT. The result shows that broken home children needs are need the affection, the feeling of security, and the feeling of being attention and helped, however this is hampered by the condition of the parents who are divorced, the condition which the mother is working, and the threating from the society that rise the intern conflict of brokenhome children, as the effect of the barries to meet broken home children needs, which is causing the feeling of be abandoned and unloved by their parents that make the needs fulfillment tends not reveal their need directly, yet it shows in their tantrum’s attitude, and the using of self defense mekanism whis is known as projection, repression.

(12)
(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

dan curahan Roh Kudus sehingga memberi kemampuan pada penulis untuk

menyelesaikan tulisan ini baik secara fisik, psikologis, maupun akal budi. Melalui

tulisan ini penulis berharap kepada masyarakat, terutama pelaku dunia psikologi agar

dapat memahami dinamika pemenuhan kebutuhan anak yang orangtuanya bercerai,

sehingga nantinya dapat diperoleh langkah-langkah preventive untuk lebih

memperhatikan keadaan psikologis anak. Juga bagi masyarakat dan orangtua untuk

memahami berbagai kebutuhan anak, agar dapat mendukung kesejahteraan hidup

anak.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada

pribadi-pribadi yang luar biasa memberi dukungan, kritik, dan saran dan selalu sabar

mendampingi penulis dalam menyelesaikan karya ini :

1. Bapak Carolus Wijoyo Adhinugroho ,M.Psi selaku dosen pembimbing yang

senantiasa sabar dan setia membimbing penulis dari awal sampai selesainya

karya ini. Tanpa bimbingan dan pertanyaan-pertanyaan dari bapak, mungkin

tulisan ini tidak terarah.

2. Ibu Maria Herlina, M.Psi yang telah membimbing dan membantu saya dalam

menganalisis data.

3. Bapak T.Priyo Widiatmo,.M.Psi selaku dekan Fakultas Psikologi, Universitas

(14)

xi

4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik.

Terimakasih banyak atas bantuan dan kesetiaan ibu dalam membimbing saya

dari, dan setia mendengar cerita dan keluh kesah saya. Terimakasih bunda

5. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Psi, terimakasih banyak untuk waktu dan

bimbingan yang ibu berikan. Berbagi pengalaman dan memberikan masukkan

dalam proses menyelesaikan karya ini.

6. Bapak Heri Widodo, M.Psi dan Ibu Titik, M.Psi terimakasih untuk segala

bimbingan dan dukungan yang senantiasa Bapak Ibu berikan, terimakasih atas

kesempatan yang Bapak Ibu berikan dengan mempercayakan saya untuk

bergabung dan belajar memahami dan lebih mengenal dunia anak-anak di

Kerang Mutiara.

7. Anugerah terindah Tuhan Yesus dalam hidup saya dengan mengirimkan saya

ke keluarga Endi Haryono yang luar biasa nyaman. Terimakasih sudah

memberi saya orangtua yang seperti malaikat. Ayah dan Ibu , terimakasih atas

segala doa, dukungan dan bimbingan yang ayah dan ibu berikan untuk

anakmu yang selalu ngeyel setiap disuruh makan dan minum air putih ini.

Terimakasih untuk kesabaran dan segala pengertiannya, terlebih untuk

kekhawatiran dan pertanyaan “jadinya lulus kapan?” yang selalu membuat

anakmu ini merasa bersalah sekaligus termotivasi untuk berjuang lebih dan

lebih lagi. Untuk dua saudaraku tersayang, kakak Bagas dan adik Bunga

(15)

xii

terimakasih untuk segala dukungan, pertengkaran, kasih sayang yang tiada

habisnya. Sayang sekali sama kalian !

8. Untuk sahabat-sahabatku Lala, Lusi, Rani & Nedta terimakasih untuk

persahabatan yang tak lekang oleh waktu ini. Terimakasih untuk kesetiaannya

mendengar keluh kesah ku dalam berbagai hal

9. Untuk sahabat terkasih yang dipertemukan di Fakultas Psikologi tercinta ini.

Endah Febiana Gunawan, Raysa Bestari Siniwi, Albertus Hari Novianto,

Bayu Mahendra, Rhisang Sadewa, Nidia Gabriella, Adhimulya. Kehidupan

perkuliahan terasa lebih indah berkat adanya kalian yang senantiasa berbagi

keceriaan, cerita, dukungan, dan semua cerita yang membuat aku sangat

bersyukur memiliki makhluk Tuhan seperti kalian.

10. Untuk teman-teman psikologi 2011 kelas B yang selalu aku rindukan

walaupun kita dipisahkan saat semester 4. Kelas yang membuat aku nyaman

dan berkembang. Teman-teman psikologi kelas D yang dipertemukan sejak

semester 4 hingga semester akhir. Terimakasih

11. Adik-adik yang lucu dan baik hati, yang telah bersedia berbagi kepada kakak.

Tanpa kalian kakak tidak bisa mengetahui lebih dalam mengenai sesuatu yang

tidak seharusnya kalian alami di usia yang sangat dini ini. Juga kepada para

orangtua adik-adik yang telah bersedia berbagi cerita.

12. Teman-teman bimbingan, Kartika Perwara, Agnes Wijaya, Emilia Pudar,

(16)

xiii

sedang berjuang sendirian. Selalu nyaman kalau cerita sama kalian terlebih

tentang skripsi.

13. Untuk semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan bagi penulis, anpa

kalian penulis bukan siapa-siapa hihiterimakasih

Penulis menyadari bahwa peneliian ini masih jauh dari sempurna, maka dari

itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran bagi penelitian ini.

Yogyakarta, 21 Maret 2016

Penulis,

(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR BAGAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 10

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan ... 10

D. Manfaat ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Kebutuhan ... 12

1. Pengertian Kebutuhan ... 12

2. Teori Kebutuhan Murray... 14

B. Anak ... 19

1. Pengertian Anak ... 19

2. Pengaruh Keluarga pada Anak... 20

3. Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak ... 21

(18)

xv

C. Keluarga ... 23

1. Pengertian Keluarga ... 23

2. Keluarga Dalam Berbagai Setting... 24

a. KeluargaBroken Home... 24

b. Keluarga Bercerai... 24

D. Perceraian Orang Tua... 25

1. Pengertian Perceraian... 25

2. Situasi Keluarga Setelah Perceraian... 26

3. Dampak Perceraian Bagi Anak ... 27

E. Tes Proyektif ... 28

1. Pengertian Tes Proyektif ... 28

2. Children Apperception Test (CAT) ... 29

F. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Pada Anak Dengan Orangtua Bercerai Dilihat Dengan Tes ProyektifChildren Apperception Test(CAT) ... 35

BAB III. METODELOGI PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian... 39

B. Fokus Penelitian ... 40

C. Subjek Penelitian... 40

D. Metode Pengumpulan Data ... 41

E. Analisis Data ... 44

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Pelaksanaan Penelitian ... 50

1. Proses Pengumpulan Data... 50

2. Proses Analisis Data... 52

B. Profil Subjek Penelitian ... 53

1. Subjek 1... 53

2. Subjek 2... 56

(19)

xvi

4. Kesimpulan Wawancara... 64

C. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan... 66

1. Subjek 1... 67

2. Subjek 2... 75

3. Subjek3... 80

D. Kesimpulan Dinamika Pemenuhan Kebutuhan ... 85

E. Pembahasan... 90

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran... 97

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 97

2. Bagi Orangtua ... 97

3. Bagi Psikolog dan Praktisi Anak... 97

DAFTAR PUSTAKA... 94

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Jenis Kebutuhan Murray ... 15

TABEL 2. Deskripsi Respon Kartu CAT ... 31

TABEL 3. Hasil Tryout Pemilihan Kartu ... 43

(21)

xviii

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Anak... 37

BAGAN 2. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 1 ... 74

BAGAN 3. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 2 ... 79

BAGAN 4. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 3 ... 84

(22)
(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah dua individu atau lebih yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam

suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain memiliki peran

masing-masing untuk menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan

(Salvicion & Celis, 1989). Keutuhan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam

sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk

mengembangkan diri (Schultz, Op.cit h.39).

Dalam sebuah keluarga, untuk mencapai perkembangan anak, mereka

membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman untuk berlindung pada

orang tuanya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki fungsi penting bagi

kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidup

(Mulyono, 1995), selain kebutuhan fisiologis, anak juga memiliki kebutuhan

psikologis yang harus dipenuhi, kebutuhan tersebut antara lain adalah

kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang (Hurlock, 1976). Dengan adanya

kasih sayang dari kedua orang tua akan menjadikan anak mempunyai rasa

(24)

Anak juga memiliki kebutuhan mendapat pengakuan atas

keberhasilan, apabila keberhasilan diberi pujian maka akan menambah

motivasi anak untuk berbuat lebih baik lagi (Stevenson & Black, 1995).

Kebutuhan akan rasa aman juga sangat penting untuk dipenuhi. Anak

yang mempunyai rasa aman akan melakukan berbagai aktivitas yang dapat

menambah lajunya perkembangan fisik dan psikisnya. Hurlock (1976)

mengatakan bahwa rasa aman yang utama adalah di rumah dan orang-orang di

sekelilingnya. Dengan adanya rasa aman dari lingkungannya, maka anak akan

melangkah keluar dengan rasa percaya diri. Studi terbaru mengatakan bahwa

mengalami perceraian di masa kanak-kanak terkait dengan keterikatan tidak

aman di masa dewasa awal (Brockmayer, Treboux, & Crowell, 2005). Di sisi

lain, anak juga memiliki kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan untuk mendapat

kesempatan, kebutuhan untuk bermain, dan kebutuhan untuk

bertanggungjawab (Hurlock, 1976).

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa keluarga memiliki

fungsi sebagai tempat penyediaan kebutuhan dasar anak (Riddell, 1987:

Andayani, 1998: Garbarino,1992; Zeitlin,1995) Seorang anak memiliki

kebutuhan – kebutuhan tersebut dan mereka menjadikan ayah dan ibu sebagai

figur untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, tidak semua anak memiliki

keluarga seperti harapannya yaitu keluarga yang utuh dan memberinya

kebutuhan-kebutuhan dasar anak. Banyak bersoalan keluarga yang muncul

(25)

anak yatim piatu, anak yang tinggal bersama orang tua tiri, anak yang tinggal

dengan keluarga dalam kondisi broken home, orang tua bercerai dan kondisi

keluarga lainnya. Masalah-masalah dalam keluarga tersebut dapat

menimbulkan masalah perilaku pada anak seperti masalah akademik, emosi,

dan perilaku. Pada penelitian ini berfokus pada anak dengan orang tua

bercerai, mereka dihadapkan pada situasi dimana keadaan orang tua terpisah

dengan ketidakhadiran salah satu orang tua baik ayah maupun ibu. Ketika

anak memiliki suatu kebutuhan namun tidak ada figur yang menjadi sumber

pemenuhan kebutuhannya maka dapat menimbulkan suatu konflik pada diri

anak, karena hidup dengan satu orang tua tentu membawa perubahan yang

cukup berat bagi anak, ketidakhadiran figur ayah dapat membuat anak

kehilangan sosok figur identifikasi dan otoritas, lain hal nya dengan

ketikdakhadiran ibu membuat anak kehilangan figure afeksi (Colleta, 1987;

Hetherington et al.,1978).

Murray mengatakan pemenuhan kebutuhan akan dihadapkan pada

situasi press, ketika press itu berat maka anak cenderung merepres kebutuhan

tersebut karena kapanpun ego merasa terancam oleh tekanan-tekanan yang

tidak diinginkan, ia akan melindungi diri dengan cara merepres keinginan

yang dimiliki oleh seorang anak untuk memenuhi kebutuhannya dan akan

tersubtitusi sehingga membuat anak mencari sesuatu untuk menggantikan

figur yang menjadi objek pemenuhan kebutuhan. Terdapat berbagai macam

(26)

menekan sesuatu yang menjadi keinginannya, namun bisa saja anak

melakukan agresi.

Menurut Murray (Hall&Lindzey, 2000) kebutuhan merupakan

dorongan untuk mewujudkan tindakan tertentu. Setiap kebutuhan pada

dasarnya menuntut suatu pemenuhan dan tingkah laku individu mengarah

pada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang muncul.

Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi akan membuat individu merasa kecewa

atau sakit hingga mengalami tekanan (Hall&Lindzey, 2000). Untuk itulah

mengapa sangat penting memenuhi kebutuhan dasar yang dimiliki setiap

individu pada setiap jenjangnya.

Maslow mengatakan (dalam Feist & Feist,2009), anak-anak lebih sering

termotivasi oleh kebutuhan akan rasa aman karena mereka hidup dengan

ketakutan akan gelap, binatang, orang asing dan hukuman dari orang tua.

Menurut Lindgren (1980) kebutuhan pokok anak yaitu kebutuhan jasmaniah

atau kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk

dimiliki dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Seperti yang telah diuraikan

sebelumnya bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan

kasih sayang dari orang tua mereka dalam bentuk belaian, hadiah, perhatian,

dan lain sebagainya. Seorang anak juga memiliki kebutuhan untuk

mendapatkan rasa aman dan kebutuhan psikologis yang lainnya dari kedua

orang tua mereka, tetapi karena ada hambatan yaitu perceraian orang tua maka

(27)

akan kasih sayang, rasa aman, dan kebutuhan lain seperti kebutuhan akan

pengakuan atas keberhasilan.

Anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berpaling pada teman,

penasehat, atau kerabat untuk mendapat dukungan atau saran, sedangkan anak

tidak mendapat dukungan dari siapapun (Colle, 2004). Anak-anak seringkali

terjebak dalam kesulitan, mereka tidak memiliki siapapun untuk menolong

dan mendukung mereka, sepertinya tak seorang pun memahami tekanan yang

mereka rasakan. Hal ini karena anak memerlukan dukungan dan kasih sayang

dari orang tua, selain itu karena anak lebih tergantung pada orang tua dalam

hal perasaan aman dan bahagia (Hurllock, 1999). Namun pada kenyataannya,

perceraian membuat anak berada dalam posisi orang tua yang berpisah, anak

mengalami perubahan dalam pola pemenuhan kebutuhan yang seharusnya ia

dapatkan dari kedua orang tuanya. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik

dalam diri anak. Horney (1939) berhipotesis bahwa masa kanak-kanak yang

sulit bertanggung jawab penuh bagi kebutuhan-kebutuhan akan menghasilkan

struktur karakter tertentu dalam perkembangannya. Dalam DSM IV (1994)

edisi revisi, diungkapkan bahwa perceraian dapat menjadi fokus klinis yang

perlu ditangani, yaitu sebagai masalah yang berkaitan dengan masalah

perkembangan atau masalah yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan

seseorang. Peristiwa perceraian menimbulkan anak-anak merasa tidak

(28)

Perceraian bukanlah suatu fenomena tunggal melainkan serangkaian

proses yang dimulai sebelum perpisahan fisik dan berpotensial menjadi

pengalaman stress dan menimbulkan efek psikologis yang buruk bagi anak

(Papila, dkk 2008). Perceraian menimbulkan kurangnya kehangatan dan

perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya sehingga menyebabkan

anak tidak memiliki rasa aman dalam dirinya, hal inilah yang dapat

menyebabkan terjadinya konflik psikologis pada diri anak sehingga

menyebabkan mereka menjadi depresi, cemas, putus asa, rendah diri karena

harus kehilangan orang tua yang mereka cintai, anak dituntut untuk

menghadapi situasi sulit tersebut (Papila, dkk, 2008).

Di Indonesia angka perceraian mencapai 10% dari jumlah perkawinan

(Badan Pusat Statistik 2013) dan Media Online Indonesia tahun 2013

menyebutkan bahwa perceraian yang terjadi di Indonesia, yang paling banyak

adalah gugatan dari pihak istri. Kasus perceraian di Kota Yogyakarta dalam

kurun waktu 2 tahun terakhir mengalami peningkatan. Menurut data dari

Kantor Pengadilan Agama Kota Yogyakarta, pada tahun 2012 tercatat 593

kasus percerian dan 652 kasus perceraian ditahun 2013.

Perceraian akan membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi

psikologis, kesehatan, maupun akademis (Rice & Dolgin, 2002). Banyak anak

yang secara klinis dinyatakan mengalami depresi seiring dengan perceraian

orang tua mereka (Stevenson & Black, 1995). Menurut Leslie (1967), reaksi

(29)

sebelumnya terhadap perkawinan orang tua mereka serta rasa aman di dalam

keluarga.

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis memiliki asumsi bahwa

masalah perkembangan psikologis yang dialami anak pada orang tua yang

bercerai dipicu karena adanya konflik dalam pemenuhan kebutuhan akan

kasih sayang, perhatian, dan rasa aman sehingga membuat anak memiliki

masalah dalam perilaku sosial. Asusmi tersebut berangkat dari penelitian

Hetherington (2003) yang menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian tentang

perceraian banyak yang mengungkapkan bahwa anak ada keluarga yang

bercerai beresiko tinggi mengalami masalah-masalah perkembangan

psikologis, tingkah laku, sosial dan akademik, dibandingkan dengan keluarga

dengan sepasang orang tua yang tidak bercerai.

Masalah dalam perilaku sosial, tingkah laku, akademik, dan masalah

perkembangan psikologis terjadi karena terdapat kebutuhan psikologis yang

tidak terpenuhi pada anak yang orang tuanya bercerai, umumnya anak

menjadikan orang tua sebagai figur pemenuhan kebutuhan mereka, ketika

figure tersebut hilang maka anak akan melakukan suatu tindakan sebagai

wujud pemenuhan kebutuhan,dengan demikian anak merasa akan

mendapatkan perhatian dari figure yang ia harapkan karena kebutuhan yang

tidak terpenuhi akan membuat seseorang merasa kecewa dan sakit sehingga

(30)

Berangkat dari hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk

mengungkap dinamika dalam memenuhi kebutuhan psikologis yang dihadapi

anak yang orang tuanya bercerai sehingga kita dapat mengetahui dinamika

pemenuhan kebutuhan anak yang mengalami perceraian orang tua.

Dengan adanya dinamika internal yang terjadi dalam diri anak pasca

perceraian orang tua maka untuk melihat dinamika reaksi anak dalam

memenuhi kebutuhannya diperlukan sebuah tes proyektif, untuk itu penulis

memilih tes proyektif Children Apperception Test (CAT). CAT dipahami

dapat mengungkap mengenai dorongan-dorongan, emosi-emosi, dan

konflik-konflik yang mendominasi kepribadian subyek standar (Abrams, 1993, 1995;

Bellak & Siegel, 1989; Boekholt, 1993) sehingga CAT dipilih sebagai sarana

untuk mengungkap dinamika konflik anak dalam usaha memenuhi kebutuhan

mereka pasca parceraian orang tua karena tidak mudah mengungkap dinamika

konflik dalam memenuhi kebutuhan anak hanya dengan wawancara.

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa umumnya perceraian akan

membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi psikologis, kesehatan,

maupun akademis (Rice & Dolgin, 2002). Penelitian yang dilakukan Amato

dan Keith (dalam Stevenson & Black, 1995) yang mengungkapkan bahwa

individu yang mempunyai pengalaman perceraian orang tua di masa kecilnya,

memiliki kualitas hidup yang lebih rendah di masa dewasanya dibanding

(31)

Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian tentang perceraian yang

berdampak pada anak, lebih banyak meneliti pada area remaja dan penelitian

mengenai dampak kongkret perceraian pada anak belum cukup banyak

dilteliti khususnya penelitian tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak

dalam memenuhi kebutuhan pasca perceraian orang tua. Oleh sebab itu,

penulis ingin mengetahui bagaimana dinamika anak dalam memenuhi

(32)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan latar belakang permasalahan, maka dapat ditarik suatu

pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

Bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan anak dalam memenuhi kebutuhan

psikologis pasca perceraian orang tua?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika reaksi anak dalam

memenuhi kebutuhan psikologis pasca perceraian orang tua.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat bagi orang tua

- Dapat mengetahui kondisi psikologis anak bila terjadi perceraian.

Sehingga diharapkan orang tua lebih memahami dan senantiasa

memenuhi kebutuhan anak baik secara fisik dan psikologis.

2. Manfaat bagi masyarakat umum

- Dapat mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan psikologis anak

yang mengalami perceraian orang tua sehingga diharapkan masyarakat

dapat menemukan langkah-langkah preventif untuk meminimalisir

terjadinya konflik pada anak kendati orang tua bercerai.

3. Manfaat bagi bidang keilmuan

(33)

- Dapat menambah informasi mengenai hambatan-hambatan anak dalam

(34)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan (Needs)

1. Pengertian

Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan

kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui

suatu usaha atau tindakan (Murray, 1996).

Setiap individu selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu

untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tersebut menuntut adanya

suatu pemenuhan agar tidak terjadi ketengangan batin dan konflik,

sehubungan dengan hal tersebut setiap individu berusaha menyingkirkan

semua rintangan yang menghambat proses pemenuhan kebutuhan.

Seorang anak, memiliki macam-macam kebutuhan antara lain :

1. Cinta dan Kasih Sayang

Banyak cara untuk menyatakan cinta, dengan cara memberikan hadiah

berupa materi maupun dengan belaian, ciuman atau kata-kata yang

bersifat menghargai dan menyenangkan. Semua cara dapat ditempuh

asalkan terdapat keseimbangan antara yang diucapkan dan yang

(35)

tentunya disesuaikan dengan perkembangan anak. Bila cara pemberian

kasih sayang tidak diubah sesuai dengan perkembangan anak, maka

hubungan antara orang tua dengan anak dapat melemah. Kasih sayang

akan menjadikan anak mempunyai rasa aman yang kemudian akan

mendatangkan kebahagiaan. John Bowbly (1907-1990) menjelaskan

bahwa kekurangan kasih sayang ibu dapat menyebabkan kemarahan,

penyimpangan perilaku, dan depresi.

2. Rasa aman

Kebutuhan rasa aman sangat penting untuk dipenuhi. Rasa aman ada

bila terjadi hubungan yang menyenangkan dengan orang-orang di

sekitarnya terlebih dengan orang tua. Rasa aman akan membawa anak

kearah kebahagiaan dan menjadikan mereka memiliki penyesuaian diri

yang baik terhadap orang-orang sekitar dan lingkungannya.

3. Pengakuan atas keberhasilan

Seorang anak membutuhkan perhatian dan pengakuan atas suatu

keberhasilan yang telah ia raih untuk menambah motivasi anak dalam

berbuat sesuatu yang lebih baik lagi.

4. Dorongan

Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang disekelilinganya

apabila ia tak mampu mengahadapi situasi atau masalah yang sedang

(36)

Seorang anak seringkali merasa cemas dan takut jika ia kehilangan

kasih sayang, perhatian, dan dukungan dari orang tuanya. Untuk

mengatasi rasa takut pada anak, orang tua diharapkan mampu memenuhi

kebutuhan kasih sayang sehingga hal tersebut dapat menguatkan unsur

kepercayaan pada anak. Kepercayaan akan menumbuhkan rasa aman dan

harga diri pada anak (Psikologi Anak h.140).

2. Teori Kebutuhan Murray

Henry Alexander Murray dapat dipandang sebagai salah satu tokoh

psikologi yang paling bertumpu pada dinamika kebutuhan untuk

menerangkan kepribadian. Menurut Murray, hakikat eksistensi manusia

adalah memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan. Murray yakin

bahwa setiap manusia didorong oleh upaya untuk mencapai equilibrium

atau keseimbangan keadaan tubuh (Bellak & Abrams). Adanya

kebutuhan-kebutuhan menimbulkan kekuatan yang ada di dalam wilayah

otak yang mengorganisasi tindakan, dan mengarahkan tindakan tersebut

ke suatu arah tertentu.

Murray mengemukakan 5 kriteria untuk mengidentifikasi kebutuhan,

yaitu :

1. Merupakan respons terhadap suatu objek atau sekelompok objek

yang berfungsi sebagai stimulus.

2. Menyebabkan munculnya suatu perilaku

(37)

4. Adanya suatu respons emosional tertentu dalam perilaku tersebut

5. Ada tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu setelah seluruh

respons dilakukan

Kebutuhan sebagian besar dirangsang oleh kekuatan-kekuatan dari

luar atau lingkungan (Thematic Apperception Test, 1993).

Murray mengatakan bahwa kebutuhan saling berhubungan satu

dengan lainnya dalam berbagai cara, ada kebutuhan tertentu yang

membutuhkan kepuasan sebelum kebutuhan lainnya. Ada kebutuhan yang

berlawanan atau konflik dengan kebutuhan lainnya, ada kebutuhan yang

menjadi bagian dari kebutuhan lainnya (Alwisol, 2007). Setiap kebutuhan

pada dasarnya menuntut suatu pemenuhan. Murray mengatakan bahwa

tingkah laku individu mengarah pada usaha-usaha untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang muncul. Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi

akan membuat individu merasa kecewa atau sakit hingga mengalami

tekanan (Hall&Lindzey, 2000)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Murray (Hall & Lindzey)

menggolongkan kebutuhan psikologi menjadi 20 jenis, sebagai berikut:

Tabel 1.Jenis Kebutuhan Murray

No Jenis Kebutuhan Pengertian 1. Need of Abasement

(sikap merendah atau tunduk)

(38)

2. Need of Achievement

(prestasi)

Menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintangan-rintangan dan mencapai standar yang tinggi, mengunggulkan diri, meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil.

3. Need of Affiliation

(kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang lain)

Kebutuhan untuk mendekatkan diri, bekerja sama dengan orang lain, membentuk persahabatan, ikut dalam kelompok-kelompok, serta pada orang lain.

4. Need of Aggresion

(kebutuhan akan kekerasan atau menyerang)

Kebutuhan untuk mengatasi oposisi dengan kekerasan, berkelahi, membalas penghinaan, menghukum, melukai, membunuh, meremehkan, mengutuk, dan memfitnah. Menyerang pendapat orang lain, mempermainkan orang lain.

5. Need of Autonomy

(kebutuhan untuk mandiri)

Kebutuhan untuk menjadi bebas, melawan paksaan atau hambatan, menghindari kekuasaan orang lain, mandiri, tidak terikat, menolak kelaziman. Berdiri sendiri dalam membuat keputusan, menghindari urusan, dan campur tangan orang lain.

6. Need of counteraction

(kebutuhan untuk mengimbangi)

Kebutuhan untuk mempertahankan diri terhadap serangan, kritik, dan celaan. Menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan dan penghinaan.

7. Need of Defendance

(kebutuhan untuk membela diri)

Kebutuhan untuk mempertahankan diri terhadap serangan, kritik, dan celaan. Menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan dan penghinaan.

8. Need of Deference

(kebutuhan akan sikap hormat)

Kebutuhan untuk mengagumi dan menyongkong atasan. Memuji, menyanjung. Menyuruh orang lain memutuskan sesuatu mengenai dirinya, tunduk, menyesuaikan diri dengan harapan orang lain

9. Need of Dominance

(kebutuhan untuk menguasai)

(39)

disuruhnya 10. Need of Exhibition

(kebutuhan untuk menonjolkan diri)

Kebutuhan untuk mengesankan, dilihat, dan didengar. Menjadi pusat perhatian, menonjolkan prestasi, menyatakan keberhasilanya.

11. Need of Harm Avoidance (kebutuhan akan menghindari bahaya)

Kebutuhan untuk menghindari rasa sakit, luka, penyakit, dan kematian. Melarikan diri dari situasi bahaya dengan melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi diri.

12. Need of Inavoidance

(kebutuhan akan menghindari rasa hina)

Kebutuhan untuk menghindari penghinaan, keluar dari situasi yang memalukan, kondisi yang bisa menimbulkan pelecehan.

13. Need of Nurturance

(kebutuhan untuk merawat atau memelihara)

Kebutuhan untuk memberi simpati, membantu, melindungi, menyenangkan orang lain yang tidak berdaya, membantu orang dalam bahaya, untuk mengampuni, dan berlaku dermawan untuk orang lain.

14. Need of Order

(kebutuhan keteraturan)

Kebutuhan untuk berbuat secara teratur dengan perencanaan yang cermat sebelumnya.

15. Need of Playmirth

(kebutuhan akan kesenangan)

Kebutuhan untuk bersenang-senang tanpa tujuan lain, tertawa.

16. Need of Rejection

(kebutuhan penolakan)

Kebutuhan untuk melepaskan diri dari orang yang tidak disenangi. Mengucilkan, melepaskan, mengusir, tidak mempedulikan, menghina, atau memutus hubungan dengan obyek yang tidak dikehendaki.

17. Need of Sentience

(kebutuhan akan rasa yang menyentuh)

Kebutuhan untuk mencari dan menikmati kesan yang menyentuh perasaan untuk memiliki dan menikmati keindahan, serta kesempurnaan abadi.

(40)

akan seks) melakukan hubungan seksual, memperoleh rangsangan fisik dan psikologis serta memuaskan libido.

19. Need of Succorance

(Kebutuhan akan pertolongan dalam kesusahan)

Kebutuhan untuk mendapat kepuasan dengan memperoleh simpati dari orang lain, mendekat kepada pelindungnya untuk dinasihati, dan dimaafkan, membuat orang lain mengerti dan membantu dirinya.

20. Need of Understanding

(Kebutuhan akan pemahaman)

Kebutuhan untuk

menanyakan atau menjawab pertanyaan umum, tertarik pada teori, memikirkan merumuskan, menganalisis, dan menggenalisir untuk memahami apa saja fenomena yang merangsang dirinya.

Selain kebutuhan (need) aspek lain dalam teori Murray adalah press.

Press adalah faktor-faktor eksternal dalam kehidupan seorang manusia

yang berupa situasi, objek dan/atau orang. Jika kebutuhan berasal dari

dalam diri individu, maka press berasal dari luar diri individu. Setiap

press mempuyai potensi tertentu. Potensi press adalah apa yang dapat

dilakukan/berpengaruh pada individu (Thematic Apperception Test, 1993).

Kebutuhan manusia berasal dari kesadarannya namun sebagian berasal

dari ketidaksadarannya. Upaya pemenuhan kebutuhan akan membentuk

suatu kepribadian karena adanya bantuan atau hambatan dari lingkungan.

Terdapat beberapa kebutuhan yang terpenuhi, namun terdapat pula

(41)

B. Anak

1. Pengertian Anak

Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh

ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara

seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria

(Hurllock, 1999).

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks

yang terjadi pada masa kanak-kanak seperti perkembangan emosi, bahasa,

dan sosial, anak juga memiliki pemahaman dan persepsi yang terbatas

mengenai dunia (Aziz, 2005).

Anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

dengan tahap perkembangan, anak memiliki berbagai kebutuhan yang

berbeda satu dengan yang lain, sesuai dengan usia tumbuh kembang.

Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis,

sosial dan spiritual ( Hurlock, 1999).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa masa

kanak-kanak adalah peralihan dari masa bayi ke masa remaja, dimana

didalamnya penuh ketergantungan pada orang lain terutama

ketergantungan dengan orang tua. Anak juga memiliki kebutuhan yang

(42)

Penelitian ini berfokus pada anak yang berada pada rentang usia 7-10

tahun, menurut perkembangan anak pada usia ini termasuk dalam masa

pertengahan dan akhir anak-anak (Hurlock, 1999).

2. Pengaruh Keluarga pada Anak

Betapa luasnya pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya

(Hurlock, 1978). Sumbangan keluarga terhadap perkembangan anak

antara lain :

a. Perasaan aman karena menjadi anggota kelompok yang stabil

b. Orang-orang yang dapat diandalkannya dalam memenuhi

kebutuhan fisik maupun psikologis

c. Sumber kasih sayang dan penerimaan, yang tidak terpengaruh oleh

apa yang mereka lakukan

d. Bimbingan dalam pengembangan pola perilaku yang disetujui

secara sosial

e. Orang-orang yang dapat diharapkan bantuannya dalam

memecahkan masalah yang anak hadapi

f. Perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah

dan kehidupan sosial

Tidak setiap jenis keluarga memberi semua sumbangan tersebut,

(43)

anak yang kedua orang tuanya bercerai tentu ia tidak mendapatkan

sembangan itu sepenuhnya dari kedua orang tua.

3. Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak

Keutuhan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam satu keluarga sangat

dibutuhkan agar pengaruh arahan, bimbingan, dan system nilai yang

direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati dan mewarnai pola

perilaku anak (Shochib, 1998).

Orang tua mempunyai fungsi dan peranan besar dalam

perkembangan seorang anak. Melalui keluarga anak memperoleh

bimbingan, pendidikan, dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya

sendiri (Gunarsa, 1993).

Hurlock (1999) mengatakan bahwa anak lebih tergantung pada

orang tua dalam hal perasaan aman dan bahagia, maka hubungan buruk

dengan orang tua akan berakibat sangat buruk. Hubungan buruk dengan

orangtua merupakan hal yang serius karena dapat mengurangi perasaan

aman, tetapi akan lebih parah apabila hubungan itu putus karena

(44)

4. Kebutuhan dasar anak

Menurut Lindgren (1980) kebutuhan anak dibedakan menjadi 4 aspek,

yaitu :

a. Kebutuhan jasmaniah

Kebutuhan yang berkaitan dengan perkembangan fisik yang

bersifat individual, seperti, kebutuhan makan dan minum. Maslow

menyebut kebutuhan ini sebagai kebutuhan fisiologis.

b. Kebutuhan untuk mendapat perhatian dan kasih sayang.

Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memiliki.

Pada umumnya kasih sayang didapatkan dari orang tua melalui

pujian, belaian, dan ekspresi lain yang menunjukkan rasa cinta,

bila anak mendapatkan kasih sayang yang cukup maka anak dapat

merasa aman dan mudah beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya.

c. Kebutuhan untuk memiliki

kebutuhan untuk memiliki seperti mencari teman, atau memiliki

pengangan pada orang lain.

d. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

(45)

C. Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah dua individu atau lebih yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain memiliki

peran masing-masing untuk menciptakan serta mempertahankan suatu

kebudayaan (Salvicion & Celis, 1989).

Menurut Koener dan Filtzpatrick (2004), definisi tetang keluarga

setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang yaitu :

a. Definisi Struktural

Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari

keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang

keluarga sebagai asal usul, keluarga sebagai wahana melahirkan

keturunan.

b. Definisi Fungsional

Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya

tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial yaitu mencakup

perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan

pemenuhan peran-peran tertentu

c. Definisi Transaksional

Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan

(46)

identitas sebagai keluarga berupa ikatan emosi, pengalaman

historis, maupun cita-cita masa depan. Berfokus pada bagaimana

keluarga melaksanakan fungsinya.

Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terjadi karena hubungan

perkawinan, dan hidup bersama menjalani peran masing-masing. Dalam

sebuah keluarga, interaksi antar anggota keluarga terutama ayah dan ibu

sangat mempengaruhi perkembangan anak.

2. Keluarga Dalam Berbagai Setting

a. KeluargaBroken Home

Ulwan (2000) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

keluarga broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonis

antara ayah dan ibu.

Atriel (2008) mengatakan bahwa keluarga broken home

merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua

tidak lagi dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-analnya. Terjadi

keributan yang terus menerus dalam keluarga. Kondisi keluarga yang

tidak harmonis ini akan memberikan dampak terhadap perilaku anak.

b. Keluarga Bercerai

Menurut Hurllock (1993) perceraian merupakan kulminasi dari

(47)

sudah tidak mampu lagi mencari penyelesaian masalah yang dapat

memuaskan kedua belah pihak.

Lebih lanjut William (1985) berpendapat bahwa perceraian

merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua

pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan, dengan demikian

berhenti melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.

D. Perceraian Orang Tua

1. Pengertian

Perceraian merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara

pasangan suami istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan

tugas dan kewajiban sebagai suami istri. Mereka tidak lagi hidup dan

tinggal bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Mereka yang telah

bercerai tetapi belum memiliki anak, maka perpisahan tidak menimbulkan

dampak traumatis psikologis bagi anak-anak. Namun, mereka yang telah

memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah

psiko-emosional bagi anak-anak karena pada umunya perceraian merupakan hal

yang menyakitkan bagi anak (Amato, 2000; Olson & DeFrain,2003).

Menurut Dariyo (2003:160), perceraian merupakan titik puncak dari

pengumpulan berbagai permasalahan yang menumpuk beberapa waktu

sebelumnya dan jalan terakhir yang harus ditempuh ketika hubungan

(48)

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

perceraian merupakan perpisahan antara suami dan istri yang telah resmi

secara hukum, terjadi karena adanya suatu masalah yang membuat sebuah

pernikahan tidak dapat dipertahankan lagi. Perceraian membawa dampak

tersendiri bagi anak dalam keluarga yang bercerai, pada umunya anak

menilai bahwa perceraian kedua orang tua mereka adalah hal yang

menyakitkan. Perceraian juga dapat menimbulkan masalah psiko-sosial

pada anak.

2. Situasi Keluarga Setelah Perceraian

Pengaruh rumah tangga yang pecah pada hubungan keluarga

bergantung pada banyak faktor, faktor penting diantaranya adalah

penyebab perpecahan tersebut. Rumah tangga yang pecah karena

perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan keluarga. Terdapat dua

alasan. Pertama, periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan

sulit bagi anak. Hozman dan Froiland menemukan bahwa kebanyakan

anak melalui lima tahap penyesuaian, yaitu : penolakan terhadap

perceraian, kemarahan yang ditunjukkan pada mereka yang terlibat dalam

situasi tersebut, tawar menawar dalam usaha mempersatukan orang tua,

depresi, dan akhirnya penerimaan perceraian. Kedua, perpisahan yang

disebabkan perceraian merupakan hal yang serius, sebab hal tersebut

cenderung membuat anak “berbeda” dalam mata kelompok teman sebaya

(49)

bersatu kembali maka mereka akan bersedih hati dan mengalihkan kasih

sayang mereka pada orang tua yang masih ada atau tinggal bersama

mereka. Selain itu, peran ganda yang harus dijalankan salah satu orang tua

pasca terjadinya perceraian juga merupakan hal berat bagi salah satu orang

tua. Apabila yang terjadi adalah ketiadaan ayah, peran ibu menjadi

bertambah yaitu sebagai pencari nafkah dan mengasuh anak, padahal

keluarga memiliki banyak fungsi yang harus diemban (Hendi, dkk.

2001:45)

3. Dampak perceraian bagi anak

Pada umumnya, respon seorang anak pada perceraian adalah rasa

marah, takut, depresi, dan merasa bersalah (Hetherington, 1978).

Tanggapan anak kecil atas perceraian ditengahi oleh keterbatasan

kompetensi kognitif dan sosial mereka, ketergantungan mereka terhadap

orang tuanya (Hetherington,dkk, 1989). Proses perceraian bagi anak

merupakan masa dimana anak mengalami pengalaman disakiti atau

mendapat perlakuan tidak adil dari diri sendiri ataupun orang lain. Dalam

DSM IV (1994) edisi revisi, jelas diungkapkan bahwa perceraian dapat

menjadi fokus klinis yang perlu ditangani, yaitu sebagai masalah yang

berkaitan dengan tahap perkembangan atau masalah yang berkaitan

dengan fokus hidup seseorang.

Hetherington (2003) menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian

(50)

keluarga yang bercerai beresiko tinggi mengalami masalah-masalah

perkembangan psikologis, tingkah laku, sosial, dan akademik,

dibandingkan dengan keluarga dengan sepasang orang tua yang tidak

bercerai.

Perceraian membawa dampak tersendiri bagi anak, anak merasa

takut, depresi, marah, dan merasa bersalah. Disisi lain perceraian dapat

juga melepaskan anak-anak dari konflik perkawinan. Banyak anak yang

berasal dari keluarga bercerai menjadi individu-individu yang

berkompeten. Pada umunya reaksi anak terhadap perceraian tergantung

pada kondisi keluarga sebelum bercerai.

E. Tes Proyektif

1. Pengertian Tes Proyektif

Metode proyektif dikemukakan oleh Kurt Lawrence Frank pada

tahun 1948, yang terdiri atas 5 kategori sebagai berikut :

a. Teknik Konstitutif (menyusun) : materi belum terstruktur,

subyek diminta untuk memberi struktur. Contoh : tes

wartegg, tes ro, tes finger print.

b. Teknik Konstruktif (membentuk) : materi belum

berbentuk, subyek diminta untuk membentuk. Contoh :

(51)

c. Teknik Interpretative (menginterpretasi) : subyek diminta

menginterpretasikan materi. Contoh : TAT, CAT, SAT

d. Teknik Katartik : fungsinya saat subyek merespon terjadi

pengurangan-penerangan hambatan-hambatan psikis.

Contoh : tes mozaik.

e. Teknik Refraktif/ekspresif : subyek diminta

mengekspresikan kebutuhan, sentiment, dan hal lain yang

ada pada dirinya. Contoh : tes grafif, tes bender gestalt,

grafologi.

Pengkategorian ini di dasarkan pada jenis respons yang

ditimbulkan oleh metode masing-masing.

Tes proyektif adalah alat untuk mengungkap motif, nilai, keadaan

emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara

individu memproyeksikan pribadinya melalui objek diluar individu.

2. Children Apperception Test (CAT)

Children Apperception Test dikembangkan oleh Bellak pada awal

tahun 1950 (Bellak & Bellak, 1949; Bellak, 1954). Children

Apperception Test (CAT) adalah metode proyektif atau yang sering kita

sebut metode apersepsi tentang investigasi kepribadian melalui

pembelajaran dinamika kebutuhan individu didalam persepsi melalui

(52)

Boekholt, 1993). Apersepsi adalah interpretasi yang bermakna atau

mempunyai nilai individual yang khas, sehingga apa yang ditangkap

sudah merupakan sesuatu yang bermakna individual (meaningfulness)

(Prihanto, 1993). CAT secara khusus dirancang untuk digunakan pada

anak-anak usia 3 sampai 10 tahun (Bellak, 2003). CAT dirancang untuk

memahami dinamika anak-anak dalam menghadapi masalah-masalah

dalam perkembangannya, memfasilitasi pemahaman tentang hubungan

anak dengan tokoh-tokoh penting bagi anak. Gambar CAT digunakan

untuk membangkitkan fantasi yang berkaitan dengan masalah aktivitas

oral, persaingan saudara, hubungan anak dan orang tua, aggresi, toilet

training, dan berbagai pengalaman masa kecil lainnya yang berdasarkan

pada teori psikoanalisis, namun, terdapat modifikasi manusia atas tes ini

(CAT-H) untuk digunakan pada anak yang lebih tua, terutama

anak-anak yang berada di atas usia 3 tahun. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara CAT dan CAT-H. Pada

penelitian ini, subjek penelitian adalah anak yang berusia 7 sampai 10

tahun, maka kartu yang digunakan adalah CAT-H. CAT dianggap mampu

mengungkap aspek-aspek kepribadian pada anak, terutama mengungkap

kebutuhan anak.

Tidak mudah untuk mengungkap kebutuhan psikologis anak dengan

cara wawancara, oleh sebab itu peneliti menggunakan alat tes psikologi

(53)

tuanya bercerai. Mengingat banyaknya hasil-hasil penelitian yang

menyebutkan bahwa anak yang orang tuanya bercerai memiliki masalah

psikologis di tahapan perkembangannya (Astone & McLanahan, 1991).

Deskripsi dan respon khas pada setiap gambar :

Tabel 2 Deskripsi Kartu CAT

Kartu 1 Beberapa anak duduk disekitar meja dimana terdapat banyak

makanan pada meja tersebut.

Respon yang biasa muncul adalah permasalahan tentang makan,

menjadi cukup atau tidak cukup diberi makan oleh salah satu

orang tua. Tema persaingan antar saudara juga kerap muncul

jika salah satu mendapat makanan yang lebih. Makanan dilihat

sebagai hadiah, pengurangan dilihat sebagai hukuman. Pada

kartu ini mengungkap masalah umum yang berkaitan dengan

oralitas.

Kebutuhan yang muncul pada kartu ini adalah kebutuhan oral,

kebutuhan untuk mendapatkan makanan (kebutuhan fisiologis).

Kartu 2 Terdapat seorang menarik tali dari satu sisi, di sisi yang lain

terdapat sosok dewasa dan seorang anak kecil manarik tali

tersebut.

Kartu ini mengungkap tentang identifikasi anak terhadap figure

yang dapat diajak bekerja sama di antara ayah atau ibu, masalah

yang berkaitan dengan ketakutan akan agresi, sikap agresi anak

(54)

Kartu 3 Terdapat sosok lelaki duduk di kursi dengan tongkat dan pipa.

Pada sebelah kanan terdapat seorang anak kecil duduk dilantai.

Sosok lelaki yang duduk di kursi pada umumnya dipandang

sebagai figure ayah yang dilengkapi symbol pipa dan tongkat.

Anak yang duduk dilantai dipandang sebagai anak-anak. Kartu

ini mengungkap mengenai konflik antara pemenuhan kebutuhan

dan otonomi. Selain itu, pada kartu ini dapat mengungkap

pandangan seseorang terhadap figure ayah. Kebutuhan yang

sering muncul pada kartu ini adalah kebutuhan agresi,

kebutuhan untuk merasa bebas.

Kartu 4 Seorang wanita dewasa menggendong bayi dengan membawa

keranjang berisi botol susu. Dibelakang wanita yang sedang

menggendong bayi tersebut, terdapat seorang anak sedang naik

sepeda.

Kartu ini mengungkap tentang “sibling rivalry”, hubungan

antara ibu-anak, dan keinginan untuk mandiri dan berkuasa.

Kebutuhan yang terungkap adalah kebutuhan untuk merasa

bebas (autonomy), kebutuhan untuk agresi.

Kartu 5 Ruangan gelap dengan tempat tidur besar di latar belakang,

sedangkan di latar depan terdapat dua bayi didalam tempat tidur

box.

Kartu ini mengungkap tentang pengalaman dirumah, hal yang

(55)

keterlibatan emosi pada anak.

Kartu 6 Gua gelap dengan dua orang dewasa diuraikan di latar belakang,

sedangkan terdapat seorang anak berbaring di latar depan.

Kartu ini mengungkap tentang perasaan cemburu dengan orang

tua

Kartu 7 Terdapat seorang bertubuh besar dan kekar hendak menangkap

seorang anak kecil.

Kartu ini mengungkap hal yang berkaitan dengan tingkat

kecemasan anak yang berkaitan dengan adanya agresi.

Kartu 8 Dua orang wanita dewasa duduk di sofa sambil memegang

secangkir teh. Wanita dewasa satunya duduk di kaki bantal

sambil berbicara dengan seorang anak.

Kartu ini mengungkap hal yang berkaitan dengan tingkat

kecemasan anak yang berkaitan dengan adanya agresi.

Kartu 9 Ruangan gelap yang terlihat melalui pintu yang terbuka ruang

menyala. Di ruangan gelap tersebut terdapat seorang anak yang

berada ditempat tidur sedang duduk sambil melihat kearah

pintu.

Kartu ini mengungkap ketakutan akan kegelapan, ketakutan

akan kesendirian, dipisahkan oleh orang tua, rasa ingin tahu

yang besar mengenai sesuatu hal yang terjadi.

Kartu 10 Seorang anak kecil berada di atas kaki seorang wanita dewasa.

(56)

Kartu ini mengungkap tentang kedisiplinan dan hukuman.

Mengutamakan mengenai konsep moral pada anak.

Administrasi CAT pada umumnya harus memperhitungkan masalah

umum dari pengujian anak. Hubungan baik (rapport) perlu dibentuk sebelum

dilaksanakannya tes. Bila memungkinkan, CAT harus disajikan sebagai

permainan, bukan sebagai sebuah tes atau ujian. Untuk instruksi yang

sebenarnya adalah memberitahu anak bahwa mereka dan administrator tes

akan terlibat dalam sebuah permainan dimana anak harus memberitahu apa

yang terjadi pada gambar yang diperlihatkan. Pada titik yang sesuai, anak

akan diminta memberitahukan apa yang terjadi dalam cerita sebelumnya, dan

apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah membuat cerita pada semua gambar

yang disajikan, administrator tes menanyakan tetang poin spesifik mengenai

nama tokoh pada cerita, tempat kejadian, umur, jenis kelamin dan sebagainya.

Tujuan awal dari tes CAT adalah untuk melihat need dan press seseorang.

Bellak memasukkan 10 kategori analisis untuk skoring alat tes ini, yaitu :

tema utama, deskripsi tokoh utama, kebutuhan tokoh utama, konsepsi akan

lingkungan, konsepsi akan orang sekitar, konflik utama, kecemasan,

mekanisme pertahanan diri, manifestasi super ego, dan integrasi ego. Melalui

10 kategori ini, tester atau administrator tes dapat mengetahui pola pikir

subjek, konflik yang dialami subjek, cara penyelesaian masalah, kecemasan,

(57)

F. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Pada Anak Dengan Orang tua

Bercerai Dilihat Dengan Tes ProyektifChildren Apperception Test(CAT)

Keluarga merupakan faktor utama yang dibutuhkan dalam membantu

anak untuk mengembangkan diri. Untuk mencapai perkembangan dalam

keluarga, anak membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman untuk

berlindung pada orang tuanya. Selain memiliki kebutuhan fisiologis, anak

juga memiliki kebutuhan psikologis untuk dipenuhi dan anak menjadikan

orang tua sebagai sumber pemenuhan kebutuhan mereka. Seorang anak yang

tinggal bersama keluarga lengkap akan lebih mudah mengungkapkan

keinginan mereka ketika mereka ingin dicintai dan diberi perlindungan oleh

orang tua. Ketika anak memiliki kebutuhan unuk mendapatkan dukungan,

maka orang tua akan memberikan motivasi pada anak untuk berbuat lebih

baik lagi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga

memiliki fungsi sebagai tempat penyediaan kebutuhan dasar anak. Namun

akhir-akhir ini kasus perceraian semakin banyak terjadi dalam kehidupan

masyarakat, tidak jarang anak menjadi sosok yang tersakiti dari kasus

perceraian orang tua.

Perceraian yang terjadi pada sebuah keluarga akan membawa dampak

pada seluruh anggota keluarga, terlebih bagi anak dalam keluarga tersebut.

Pada umumnya perceraian akan membawa resiko yang besar pada anak, baik

(58)

klinis dinyatakan mengalami depresi seiring dengan perceraian orang tua

mereka (Stevenson & Black, 1995). Seorang anak yang mengalami perceraian

orang tua akan mengalami masalah perkembangan bila dibandingkan dengan

anak yang memiliki orang tua lengkap (Angel & Worobey, 1988; Strohschei,

2005; Tucker et al.,1997) sama dengan itu, seorang anak yang mengalami

perceraian orang tua juga mengalami penurunan prestasi akademik (Astone &

McLanahan, 1991; Wolfinger, Kowaleski-Jones, & Smith, 2003). Anak-anak

belum dapat memahami secara pasti kondisi keluarga yang berubah setelah

terjadinya proses perceraian, dibutuhkan suatu penyesuaian terhadap kondisi

keluarga pasca terjadinya perceraian. Hidup dengan satu orang tua tentu

membuat kondisi keluarga tidak seimbang. Anak merasa kehilangan rasa

aman dalam keluarga. Anak tidak dapat mengungkapkan perasaan yang ia

rasakan kepada orang disekitarnya, tidak seperti orang dewasa yang mampu

mencurahkan perasaan pada orang yang berada di dekatnya. Dalam

perceraian, anak menjadi korban, sehingga kebutuhan-kebutuhan anak

menjadi kurang atau bahkan tidak terpenuhi. Contohnya kebutuhan akan rasa

aman, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan-kebutuhan lain. Kebutuhan

dasar yang tidak terpenuhi akan membuat individu mengalami kecemasan

terlebih ketika individu tersebut mengalami suatu fase yang membuat ia

tertekan. Berbagai reaksi anak untuk memenuhi kebutuhan pasca perceraian

orang tua dapat di ungkap melalui tes proyektif yaitu tes Children

(59)

Kebutuhan dasar anak : Kasih Sayang

Rasa Aman Dorongan

Orang tua

Ayah dan Ibu

Kasih sayang

Belaian, pujian, materi, non

materi

Rasa aman

Dilindungi, percaya diri

Motivasi, bantuan

Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan dasar anak

Perceraian orang tua

Ayah dan Ibu hidup terpisah

Kebutuhan kasih sayang tidak optimal

Rasa tidak aman

Dukungan minim

Bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan anak?

Children Apperception Test

(60)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Bodgan dan Taylor (Moelog, 2000) mendefinisikan metode penelitian

kualitatif sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diminati.

Penelitian kualitatif berawal dari asumsi dan pandangan umum,

kemudian dikembangkan kepada rasa ingin tahu terhadap pengertian individu

atau sekelompok orang yang menggambarkan masalah kemanusiaan atau

sosial (Creswell, 2007). Metode kualtitatif yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode naratif karena berfokus pada cerita yang dituturkan oleh

individu (Creswell, 2007).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes proyektif CAT sebagai

alat pengumpulan data. CAT merupakan salah satu jenis tes proyektif yang

dapat mengungkap aspek-aspek kepribadian pada anak, terutama untuk

mengungkap kebutuhan dan dinamika internal. Diharapkan dengan

menggunakan alat tes ini, peneliti dapat mengetahui dinamika pemenuhan

(61)

menganalisis data sehingga mampu menemukan dan menjelaskan fenomena

tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak setelah orang tua bercerai.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tentang bagaimana dinamika

pemenuhan kebutuhan pada anak yang orang tuanya bercerai. Data yang akan

diolah berdasarkan analisis tematik dari tes proyektif CAT. Sehingga nantinya

dapat mengetahui tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak yang orang

tuanya bercerai.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan faktor utama dari sebuah penelitian,

penentuan subjek penelitian ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam

pengambilan data yang dapat berakibat kesalahan dalam pengambilan

kesimpulan dan generalisasi hasil penelitian (Hadi, 1997, hal.72). Subjek

dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Adapun karakteristik subjek dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Anak yang orangtunya telah bercerai, dan hidup terpisah dengan

salah satu orang tua baik ayah atau ibu.

2. Anak yang berusia 7 sampai 10 tahun, baik laki-laki maupun

(62)

awal, anak masih sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua

orang tuanya untuk menghadapi tahap perkembangan selanjutnya.

Peneliti membatas jumlah subjek menjadi 3 orang dikarenakan

terbatasnya subjek yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan tes proyektif yaitu CAT (Children Apperception Test).

Wawancara dan observasi digunakan sebagai pendukung data utama yaitu

data dari tes proyektif CAT.

Metode ini dipilih oleh penulis karena tes proyektif mampu

mengungkap hal-hal yang dipendam oleh subjek melalui stimulus ambigu.

Mengingat bahwa tidak mudah memperoleh gambaran pemenuhan kebutuhan

psikologis pada anak hanya dengan wawancara. Dalam penelitian ini, respon

CAT merupakan data utama. CAT terdiri dari 10 kartu bergambar yang

bersifat ambigu, melalui gambar yang disajikan, anak dapat memproyeksikan,

lebih mudah mengekspresikan kebutuhan, konflik, kecemasan, mekanisme

pertahanan diri, dan dinamika hubungan interpersonal. Selain itu, melalui

CAT anak akan mudah dalam mengeskpresikan ide-ide yang sulit dibicarakan

(63)

proyektif CAT diharapkan mampu mengungkap tentang dinamika pemenuhan

kebutuhan pada anak yang orang tuanya bercerai.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan beberapa kartu dari

10 kartu. Peneliti menggunakan studi pendahuluan untuk memilih kartu-kartu

pada tes proyektif CAT. Studi pendahuluan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan teknik dokumen. Metode dokumentasi dapat

diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen yang ada. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan dalam

kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy) (Sarosa, 2012). Dokumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data CAT yang tersimpan di

Laboratorium Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menggumpulkan

data tes proyektif CAT dan memilih data anak yang orang tua nya berstatus

cerai, peneliti mendapatkan 9 data laporan CAT. Setelah itu peneliti

merangkum cerita-cerita yang dihasilkan dari 9 laporan tersebut. Setelah

merangkum seluruh cerita, peneliti memilih kartu-kartu yang menghasilkan

cerita tentang hubungan anak dengan orang tuanya, adanya cerita yang

menunjukkan kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman. kemudian peneliti

membuat kesimpulan. Selain itu, sebagai pendukung pemilihan kartu juga di

sertai denganexpert judgement.

Berdasarkan hasil tryout, peneliti menemukan kartu yang akan

(64)

Tabel 3 Hasil Tryout Pemilihan Kartu

Kartu 2 Hasil expert judgement menyatakan bahwa kartu ini

sesuai dengan situasi perceraian dan berkaitan

dengan rasa aman dan kasih sayang.

Kartu 9 Berdasarkan hasil tryout, semua subjek

menceritakan gambar pada kartu 9 tentang anak

yang ditinggalkan oleh orang tua dan merasa

ketakutan. Hal ini berkaitan dengan rasa aman dan

kasih sayang

Kartu 3 Pemilihan kartu ini didasarkan pada hasil tryout

pada kartu ini cerita yang muncul mengungkap

tentang seorang anak yang diabaikan oleh figure

otoritas. Hal ini sesuai dengan keadaan subjek

penelitian ini, dimana subjek tinggal bersama ibu

nya.

Dalam administrasi CAT, tester harus membangun rapport yang

baik dengan anak (subjek), CAT harus dikemas menjadi sebuah

permainan, bukan sebuah tes (Bellak, 2007). Saat tes berlangsung, anak

akan diberi kartu bergambar, yaitu telah dipilih, kartu tersebut diberikan

satu per satu dan anak diminta untuk menceritakan apa saja dengan objek

yang ada dalam kartu tersebut. Cerita tersebut mengungkap apa yang

sedang terjadi, apa yang sedang dilakukan oleh tokoh dalam kartu

(65)

terjadi, apa yang terjadi sebelumnya, dan bagaimana akhirnya. Ketika

anak telah selesai bercerita, selanjutnya tester akan menggali informasi

lebih dalam lagi seperti tempat dan usia tokoh dalam kartu, jenis kelamin.

Ketika melakukan penggalian informasi, tester juga memperhatikan

aktivitas fisik yang menyertai subjek dalam bercerita, gerak tubuh,

ekspresi wajah yang disebut dengan elaborasi respon (Blatt, dalam

Bellak, 1997).

Penelitian ini dilengkapi dengan latar belakang subjek untuk

mendapatkan informasi yang menyeluruh. Data latar belakang diperoleh

melalui wawancara dan observasi yang dilakukan dengan subjek, dan

orang tua subjek. Dalam latar belakang, hal-hal yang dibahas meliputi

pandangan subjek terhadap diri sendiri dan kehidupan interpersonal

subjek yang meliputi keluarga, pandangan subjek terhadap orang tua,

relasi dengan keluarga dan teman sebaya.

E. Analisis Data

Bellak mengemukakan 10 variabel yang perlu diperhatikan dalam

melakukan interpretasi, yaitu :

1. Tema Utama

a. Tema Deskriptif

Peneliti mencoba mengklasifikasikan cerita subjek berdasarkan urutan

Gambar

TABEL 1. Jenis Kebutuhan Murray ......................................................................
figure tersebut hilang maka anak akan melakukan suatu tindakan sebagai
Tabel 1.Jenis Kebutuhan Murray
Tabel 2 Deskripsi Kartu CAT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya tujuan perkawinan adalah untuk membina keluarga yang dilandasi dengan rasa cinta kasih dan sayang, sehingga pasangan suami isteri itu akan

nurturance yang tinggi maka seorang pengasuh anak akan terdorong untuk. mencurahkan kasih sayang dan perhatian pada anak, sehingga anak

Berdasakan hasil uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul” Penerapan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman

untuk itu, penulis melakukan asuhan keperawatan kebutuhan rasa aman dan nyaman ( nyeri ) pada pasien luka bakar untuk lebih men dalami dan mengupas masalah kebutuhan

Kebutuhan dasar anak: Anak membutuhkan kualitas primer dan kesunder, kasih sayang, rasa aman, cinta kasih, disiplin (untuk menahan diri), kebebasan yang wajar,

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang dilakukan tindakan keperawatan

KESIMPULAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien CKD dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: kecemasan dengan masalah keperawatan ansietas tindakan yang dilakukan adalah

KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien dengue hemorrhagic fever DHF dalam pemenuhan rasa aman nyaman dengan pemberian terapi meniup