TUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF : CHILDREN
APPERCEPTION TEST (CAT)
Mandana Bintang Rahasti
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang berasal dari keluarga bercerai. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis tematik. Dalam analisis data, peneliti berada di bawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitas hasil tes. CAT dipilih karena dapat mengungkap dinamika internal seseorang. Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang berusia 7 hingga 10 tahun dan orang tuanya bercerai. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian melakukan pengetesan CAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman, dan kebutuhan untuk mendapat perhatian dan pertolongan namun terhambat oleh keadaan orang tua yang berpisah, kondisi ibu yang bekerja, dan ancaman dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan konflik dalam diri subjek akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan perasaan ditinggalkan dan kurang dicintai oleh orang tua yang membuat upaya pemenuhan kebutuhan yang dilakukan cenderung tidak mengungkapkan keinginan secara langsung tetapi terwujud dalam perilaku tantrum, dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yaitu proyeksi, represi.
THE DINAMIC OF BROKEN HOME’S CHILD NEEDS WHICH IS VIEWED
BY PROJECTIVE TEST: CHILDREN APPERCEPTION TEST (CAT) Mandana Bintang Rahasti
ABSTRACT
The reaserch is conducted to find the dynamic of broken home’s child needs. This research is using kualitatif method with systematic analysis. In the data analysis the resercher is under the supervision of the experts to maintain the credibility of the test result. The CAT is being chosen for this research because it could reveal someone’s internal dynamic. This research took three broken home children, aged 7 to 10. The data collection is started with unstructured interview and then continued with the CAT. The result shows that broken home children needs are need the affection, the feeling of security, and the feeling of being attention and helped, however this is hampered by the condition of the parents who are divorced, the condition which the mother is working, and the threating from the society that rise the intern conflict of brokenhome children, as the effect of the barries to meet broken home children needs, which is causing the feeling of be abandoned and unloved by their parents that make the needs fulfillment tends not reveal their need directly, yet it shows in their tantrum’s attitude, and the using of self defense mekanism whis is known as projection, repression.
DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN
ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :
CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Mandana Bintang Rahasti
NIM : 119114079
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN
ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :
CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Mandana Bintang Rahasti
NIM : 119114079
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Happiness isn’t about getting what you want all of
the time
v
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Empunya kehidupan Tuhan Yesus Kristus yang penuh kasih dan senantiasa
mencurahkan segala cinta dan kasih dalam hidup ini. Jadilah padaku seperti yang
Kau ingini
Untuk keluargaku tercinta, Ayah, Ibu, Kak Bagas dan Adik bunga. Kalian adalah
rasa syukur terbesar dalam hidup ini
Untuk teman-teman seperjuangan, calon psikolog hebat tetaplah berjuang mencapai
apa yang kita inginkan. Perjuangan meraih gelar S.Psi yang penuh liku-liku dan kita
vii
DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :
CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)
Mandana Bintang Rahasti
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang berasal dari keluarga bercerai. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis tematik. Dalam analisis data, peneliti berada di bawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitas hasil tes. CAT dipilih karena dapat mengungkap dinamika internal seseorang. Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang berusia 7 hingga 10 tahun dan orangtuanya bercerai. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian melakukan pengetesan CAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman, dan kebutuhan untuk mendapat perhatian dan pertolongan namun terhambat oleh keadaan orangtua yang berpisah, kondisi ibu yang bekerja, dan ancaman dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan konflik dalam diri subjek akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan perasaan ditinggalkan dan kurang dicintai oleh orangtua yang membuat upaya pemenuhan kebutuhan yang dilakukan cenderung tidak mengungkapkan keinginan secara langsung tetapi terwujud dalam perilaku tantrum, dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yaitu proyeksi, represi.
viii
THE DINAMIC OF BROKEN HOME’S CHILD NEEDS WHICH IS VIEWED BY PROJECTIVE TEST:CHILDREN APPERCEPTION TEST (CAT)
Mandana Bintang Rahasti
ABSTRACT
.
The reaserch is conducted to find the dynamic of broken home’s child needs. This research is using kualitatif method with systematic analysis. In the data analysis the resercher is under the supervision of the experts to maintain the credibility of the test result. The CAT is being chosen for this research because it could reveal someone’s internal dynamic. This research took three broken home children, aged 7 to 10. The data collection is started with unstructured interview and then continued with the CAT. The result shows that broken home children needs are need the affection, the feeling of security, and the feeling of being attention and helped, however this is hampered by the condition of the parents who are divorced, the condition which the mother is working, and the threating from the society that rise the intern conflict of brokenhome children, as the effect of the barries to meet broken home children needs, which is causing the feeling of be abandoned and unloved by their parents that make the needs fulfillment tends not reveal their need directly, yet it shows in their tantrum’s attitude, and the using of self defense mekanism whis is known as projection, repression.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan curahan Roh Kudus sehingga memberi kemampuan pada penulis untuk
menyelesaikan tulisan ini baik secara fisik, psikologis, maupun akal budi. Melalui
tulisan ini penulis berharap kepada masyarakat, terutama pelaku dunia psikologi agar
dapat memahami dinamika pemenuhan kebutuhan anak yang orangtuanya bercerai,
sehingga nantinya dapat diperoleh langkah-langkah preventive untuk lebih
memperhatikan keadaan psikologis anak. Juga bagi masyarakat dan orangtua untuk
memahami berbagai kebutuhan anak, agar dapat mendukung kesejahteraan hidup
anak.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada
pribadi-pribadi yang luar biasa memberi dukungan, kritik, dan saran dan selalu sabar
mendampingi penulis dalam menyelesaikan karya ini :
1. Bapak Carolus Wijoyo Adhinugroho ,M.Psi selaku dosen pembimbing yang
senantiasa sabar dan setia membimbing penulis dari awal sampai selesainya
karya ini. Tanpa bimbingan dan pertanyaan-pertanyaan dari bapak, mungkin
tulisan ini tidak terarah.
2. Ibu Maria Herlina, M.Psi yang telah membimbing dan membantu saya dalam
menganalisis data.
3. Bapak T.Priyo Widiatmo,.M.Psi selaku dekan Fakultas Psikologi, Universitas
xi
4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik.
Terimakasih banyak atas bantuan dan kesetiaan ibu dalam membimbing saya
dari, dan setia mendengar cerita dan keluh kesah saya. Terimakasih bunda
5. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Psi, terimakasih banyak untuk waktu dan
bimbingan yang ibu berikan. Berbagi pengalaman dan memberikan masukkan
dalam proses menyelesaikan karya ini.
6. Bapak Heri Widodo, M.Psi dan Ibu Titik, M.Psi terimakasih untuk segala
bimbingan dan dukungan yang senantiasa Bapak Ibu berikan, terimakasih atas
kesempatan yang Bapak Ibu berikan dengan mempercayakan saya untuk
bergabung dan belajar memahami dan lebih mengenal dunia anak-anak di
Kerang Mutiara.
7. Anugerah terindah Tuhan Yesus dalam hidup saya dengan mengirimkan saya
ke keluarga Endi Haryono yang luar biasa nyaman. Terimakasih sudah
memberi saya orangtua yang seperti malaikat. Ayah dan Ibu , terimakasih atas
segala doa, dukungan dan bimbingan yang ayah dan ibu berikan untuk
anakmu yang selalu ngeyel setiap disuruh makan dan minum air putih ini.
Terimakasih untuk kesabaran dan segala pengertiannya, terlebih untuk
kekhawatiran dan pertanyaan “jadinya lulus kapan?” yang selalu membuat
anakmu ini merasa bersalah sekaligus termotivasi untuk berjuang lebih dan
lebih lagi. Untuk dua saudaraku tersayang, kakak Bagas dan adik Bunga
xii
terimakasih untuk segala dukungan, pertengkaran, kasih sayang yang tiada
habisnya. Sayang sekali sama kalian !
8. Untuk sahabat-sahabatku Lala, Lusi, Rani & Nedta terimakasih untuk
persahabatan yang tak lekang oleh waktu ini. Terimakasih untuk kesetiaannya
mendengar keluh kesah ku dalam berbagai hal
9. Untuk sahabat terkasih yang dipertemukan di Fakultas Psikologi tercinta ini.
Endah Febiana Gunawan, Raysa Bestari Siniwi, Albertus Hari Novianto,
Bayu Mahendra, Rhisang Sadewa, Nidia Gabriella, Adhimulya. Kehidupan
perkuliahan terasa lebih indah berkat adanya kalian yang senantiasa berbagi
keceriaan, cerita, dukungan, dan semua cerita yang membuat aku sangat
bersyukur memiliki makhluk Tuhan seperti kalian.
10. Untuk teman-teman psikologi 2011 kelas B yang selalu aku rindukan
walaupun kita dipisahkan saat semester 4. Kelas yang membuat aku nyaman
dan berkembang. Teman-teman psikologi kelas D yang dipertemukan sejak
semester 4 hingga semester akhir. Terimakasih
11. Adik-adik yang lucu dan baik hati, yang telah bersedia berbagi kepada kakak.
Tanpa kalian kakak tidak bisa mengetahui lebih dalam mengenai sesuatu yang
tidak seharusnya kalian alami di usia yang sangat dini ini. Juga kepada para
orangtua adik-adik yang telah bersedia berbagi cerita.
12. Teman-teman bimbingan, Kartika Perwara, Agnes Wijaya, Emilia Pudar,
xiii
sedang berjuang sendirian. Selalu nyaman kalau cerita sama kalian terlebih
tentang skripsi.
13. Untuk semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan bagi penulis, anpa
kalian penulis bukan siapa-siapa hihiterimakasih
Penulis menyadari bahwa peneliian ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran bagi penelitian ini.
Yogyakarta, 21 Maret 2016
Penulis,
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiv
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR BAGAN... xvii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 10
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan ... 10
D. Manfaat ... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12
A. Kebutuhan ... 12
1. Pengertian Kebutuhan ... 12
2. Teori Kebutuhan Murray... 14
B. Anak ... 19
1. Pengertian Anak ... 19
2. Pengaruh Keluarga pada Anak... 20
3. Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak ... 21
xv
C. Keluarga ... 23
1. Pengertian Keluarga ... 23
2. Keluarga Dalam Berbagai Setting... 24
a. KeluargaBroken Home... 24
b. Keluarga Bercerai... 24
D. Perceraian Orang Tua... 25
1. Pengertian Perceraian... 25
2. Situasi Keluarga Setelah Perceraian... 26
3. Dampak Perceraian Bagi Anak ... 27
E. Tes Proyektif ... 28
1. Pengertian Tes Proyektif ... 28
2. Children Apperception Test (CAT) ... 29
F. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Pada Anak Dengan Orangtua Bercerai Dilihat Dengan Tes ProyektifChildren Apperception Test(CAT) ... 35
BAB III. METODELOGI PENELITIAN... 39
A. Jenis Penelitian... 39
B. Fokus Penelitian ... 40
C. Subjek Penelitian... 40
D. Metode Pengumpulan Data ... 41
E. Analisis Data ... 44
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50
A. Pelaksanaan Penelitian ... 50
1. Proses Pengumpulan Data... 50
2. Proses Analisis Data... 52
B. Profil Subjek Penelitian ... 53
1. Subjek 1... 53
2. Subjek 2... 56
xvi
4. Kesimpulan Wawancara... 64
C. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan... 66
1. Subjek 1... 67
2. Subjek 2... 75
3. Subjek3... 80
D. Kesimpulan Dinamika Pemenuhan Kebutuhan ... 85
E. Pembahasan... 90
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran... 97
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 97
2. Bagi Orangtua ... 97
3. Bagi Psikolog dan Praktisi Anak... 97
DAFTAR PUSTAKA... 94
xvii
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Jenis Kebutuhan Murray ... 15
TABEL 2. Deskripsi Respon Kartu CAT ... 31
TABEL 3. Hasil Tryout Pemilihan Kartu ... 43
xviii
DAFTAR BAGAN
BAGAN 1. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Anak... 37
BAGAN 2. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 1 ... 74
BAGAN 3. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 2 ... 79
BAGAN 4. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 3 ... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah dua individu atau lebih yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain memiliki peran
masing-masing untuk menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan
(Salvicion & Celis, 1989). Keutuhan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam
sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk
mengembangkan diri (Schultz, Op.cit h.39).
Dalam sebuah keluarga, untuk mencapai perkembangan anak, mereka
membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman untuk berlindung pada
orang tuanya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki fungsi penting bagi
kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidup
(Mulyono, 1995), selain kebutuhan fisiologis, anak juga memiliki kebutuhan
psikologis yang harus dipenuhi, kebutuhan tersebut antara lain adalah
kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang (Hurlock, 1976). Dengan adanya
kasih sayang dari kedua orang tua akan menjadikan anak mempunyai rasa
Anak juga memiliki kebutuhan mendapat pengakuan atas
keberhasilan, apabila keberhasilan diberi pujian maka akan menambah
motivasi anak untuk berbuat lebih baik lagi (Stevenson & Black, 1995).
Kebutuhan akan rasa aman juga sangat penting untuk dipenuhi. Anak
yang mempunyai rasa aman akan melakukan berbagai aktivitas yang dapat
menambah lajunya perkembangan fisik dan psikisnya. Hurlock (1976)
mengatakan bahwa rasa aman yang utama adalah di rumah dan orang-orang di
sekelilingnya. Dengan adanya rasa aman dari lingkungannya, maka anak akan
melangkah keluar dengan rasa percaya diri. Studi terbaru mengatakan bahwa
mengalami perceraian di masa kanak-kanak terkait dengan keterikatan tidak
aman di masa dewasa awal (Brockmayer, Treboux, & Crowell, 2005). Di sisi
lain, anak juga memiliki kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan untuk mendapat
kesempatan, kebutuhan untuk bermain, dan kebutuhan untuk
bertanggungjawab (Hurlock, 1976).
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa keluarga memiliki
fungsi sebagai tempat penyediaan kebutuhan dasar anak (Riddell, 1987:
Andayani, 1998: Garbarino,1992; Zeitlin,1995) Seorang anak memiliki
kebutuhan – kebutuhan tersebut dan mereka menjadikan ayah dan ibu sebagai
figur untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, tidak semua anak memiliki
keluarga seperti harapannya yaitu keluarga yang utuh dan memberinya
kebutuhan-kebutuhan dasar anak. Banyak bersoalan keluarga yang muncul
anak yatim piatu, anak yang tinggal bersama orang tua tiri, anak yang tinggal
dengan keluarga dalam kondisi broken home, orang tua bercerai dan kondisi
keluarga lainnya. Masalah-masalah dalam keluarga tersebut dapat
menimbulkan masalah perilaku pada anak seperti masalah akademik, emosi,
dan perilaku. Pada penelitian ini berfokus pada anak dengan orang tua
bercerai, mereka dihadapkan pada situasi dimana keadaan orang tua terpisah
dengan ketidakhadiran salah satu orang tua baik ayah maupun ibu. Ketika
anak memiliki suatu kebutuhan namun tidak ada figur yang menjadi sumber
pemenuhan kebutuhannya maka dapat menimbulkan suatu konflik pada diri
anak, karena hidup dengan satu orang tua tentu membawa perubahan yang
cukup berat bagi anak, ketidakhadiran figur ayah dapat membuat anak
kehilangan sosok figur identifikasi dan otoritas, lain hal nya dengan
ketikdakhadiran ibu membuat anak kehilangan figure afeksi (Colleta, 1987;
Hetherington et al.,1978).
Murray mengatakan pemenuhan kebutuhan akan dihadapkan pada
situasi press, ketika press itu berat maka anak cenderung merepres kebutuhan
tersebut karena kapanpun ego merasa terancam oleh tekanan-tekanan yang
tidak diinginkan, ia akan melindungi diri dengan cara merepres keinginan
yang dimiliki oleh seorang anak untuk memenuhi kebutuhannya dan akan
tersubtitusi sehingga membuat anak mencari sesuatu untuk menggantikan
figur yang menjadi objek pemenuhan kebutuhan. Terdapat berbagai macam
menekan sesuatu yang menjadi keinginannya, namun bisa saja anak
melakukan agresi.
Menurut Murray (Hall&Lindzey, 2000) kebutuhan merupakan
dorongan untuk mewujudkan tindakan tertentu. Setiap kebutuhan pada
dasarnya menuntut suatu pemenuhan dan tingkah laku individu mengarah
pada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang muncul.
Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi akan membuat individu merasa kecewa
atau sakit hingga mengalami tekanan (Hall&Lindzey, 2000). Untuk itulah
mengapa sangat penting memenuhi kebutuhan dasar yang dimiliki setiap
individu pada setiap jenjangnya.
Maslow mengatakan (dalam Feist & Feist,2009), anak-anak lebih sering
termotivasi oleh kebutuhan akan rasa aman karena mereka hidup dengan
ketakutan akan gelap, binatang, orang asing dan hukuman dari orang tua.
Menurut Lindgren (1980) kebutuhan pokok anak yaitu kebutuhan jasmaniah
atau kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk
dimiliki dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan
kasih sayang dari orang tua mereka dalam bentuk belaian, hadiah, perhatian,
dan lain sebagainya. Seorang anak juga memiliki kebutuhan untuk
mendapatkan rasa aman dan kebutuhan psikologis yang lainnya dari kedua
orang tua mereka, tetapi karena ada hambatan yaitu perceraian orang tua maka
akan kasih sayang, rasa aman, dan kebutuhan lain seperti kebutuhan akan
pengakuan atas keberhasilan.
Anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berpaling pada teman,
penasehat, atau kerabat untuk mendapat dukungan atau saran, sedangkan anak
tidak mendapat dukungan dari siapapun (Colle, 2004). Anak-anak seringkali
terjebak dalam kesulitan, mereka tidak memiliki siapapun untuk menolong
dan mendukung mereka, sepertinya tak seorang pun memahami tekanan yang
mereka rasakan. Hal ini karena anak memerlukan dukungan dan kasih sayang
dari orang tua, selain itu karena anak lebih tergantung pada orang tua dalam
hal perasaan aman dan bahagia (Hurllock, 1999). Namun pada kenyataannya,
perceraian membuat anak berada dalam posisi orang tua yang berpisah, anak
mengalami perubahan dalam pola pemenuhan kebutuhan yang seharusnya ia
dapatkan dari kedua orang tuanya. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik
dalam diri anak. Horney (1939) berhipotesis bahwa masa kanak-kanak yang
sulit bertanggung jawab penuh bagi kebutuhan-kebutuhan akan menghasilkan
struktur karakter tertentu dalam perkembangannya. Dalam DSM IV (1994)
edisi revisi, diungkapkan bahwa perceraian dapat menjadi fokus klinis yang
perlu ditangani, yaitu sebagai masalah yang berkaitan dengan masalah
perkembangan atau masalah yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan
seseorang. Peristiwa perceraian menimbulkan anak-anak merasa tidak
Perceraian bukanlah suatu fenomena tunggal melainkan serangkaian
proses yang dimulai sebelum perpisahan fisik dan berpotensial menjadi
pengalaman stress dan menimbulkan efek psikologis yang buruk bagi anak
(Papila, dkk 2008). Perceraian menimbulkan kurangnya kehangatan dan
perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya sehingga menyebabkan
anak tidak memiliki rasa aman dalam dirinya, hal inilah yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik psikologis pada diri anak sehingga
menyebabkan mereka menjadi depresi, cemas, putus asa, rendah diri karena
harus kehilangan orang tua yang mereka cintai, anak dituntut untuk
menghadapi situasi sulit tersebut (Papila, dkk, 2008).
Di Indonesia angka perceraian mencapai 10% dari jumlah perkawinan
(Badan Pusat Statistik 2013) dan Media Online Indonesia tahun 2013
menyebutkan bahwa perceraian yang terjadi di Indonesia, yang paling banyak
adalah gugatan dari pihak istri. Kasus perceraian di Kota Yogyakarta dalam
kurun waktu 2 tahun terakhir mengalami peningkatan. Menurut data dari
Kantor Pengadilan Agama Kota Yogyakarta, pada tahun 2012 tercatat 593
kasus percerian dan 652 kasus perceraian ditahun 2013.
Perceraian akan membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi
psikologis, kesehatan, maupun akademis (Rice & Dolgin, 2002). Banyak anak
yang secara klinis dinyatakan mengalami depresi seiring dengan perceraian
orang tua mereka (Stevenson & Black, 1995). Menurut Leslie (1967), reaksi
sebelumnya terhadap perkawinan orang tua mereka serta rasa aman di dalam
keluarga.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis memiliki asumsi bahwa
masalah perkembangan psikologis yang dialami anak pada orang tua yang
bercerai dipicu karena adanya konflik dalam pemenuhan kebutuhan akan
kasih sayang, perhatian, dan rasa aman sehingga membuat anak memiliki
masalah dalam perilaku sosial. Asusmi tersebut berangkat dari penelitian
Hetherington (2003) yang menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian tentang
perceraian banyak yang mengungkapkan bahwa anak ada keluarga yang
bercerai beresiko tinggi mengalami masalah-masalah perkembangan
psikologis, tingkah laku, sosial dan akademik, dibandingkan dengan keluarga
dengan sepasang orang tua yang tidak bercerai.
Masalah dalam perilaku sosial, tingkah laku, akademik, dan masalah
perkembangan psikologis terjadi karena terdapat kebutuhan psikologis yang
tidak terpenuhi pada anak yang orang tuanya bercerai, umumnya anak
menjadikan orang tua sebagai figur pemenuhan kebutuhan mereka, ketika
figure tersebut hilang maka anak akan melakukan suatu tindakan sebagai
wujud pemenuhan kebutuhan,dengan demikian anak merasa akan
mendapatkan perhatian dari figure yang ia harapkan karena kebutuhan yang
tidak terpenuhi akan membuat seseorang merasa kecewa dan sakit sehingga
Berangkat dari hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap dinamika dalam memenuhi kebutuhan psikologis yang dihadapi
anak yang orang tuanya bercerai sehingga kita dapat mengetahui dinamika
pemenuhan kebutuhan anak yang mengalami perceraian orang tua.
Dengan adanya dinamika internal yang terjadi dalam diri anak pasca
perceraian orang tua maka untuk melihat dinamika reaksi anak dalam
memenuhi kebutuhannya diperlukan sebuah tes proyektif, untuk itu penulis
memilih tes proyektif Children Apperception Test (CAT). CAT dipahami
dapat mengungkap mengenai dorongan-dorongan, emosi-emosi, dan
konflik-konflik yang mendominasi kepribadian subyek standar (Abrams, 1993, 1995;
Bellak & Siegel, 1989; Boekholt, 1993) sehingga CAT dipilih sebagai sarana
untuk mengungkap dinamika konflik anak dalam usaha memenuhi kebutuhan
mereka pasca parceraian orang tua karena tidak mudah mengungkap dinamika
konflik dalam memenuhi kebutuhan anak hanya dengan wawancara.
Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa umumnya perceraian akan
membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi psikologis, kesehatan,
maupun akademis (Rice & Dolgin, 2002). Penelitian yang dilakukan Amato
dan Keith (dalam Stevenson & Black, 1995) yang mengungkapkan bahwa
individu yang mempunyai pengalaman perceraian orang tua di masa kecilnya,
memiliki kualitas hidup yang lebih rendah di masa dewasanya dibanding
Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian tentang perceraian yang
berdampak pada anak, lebih banyak meneliti pada area remaja dan penelitian
mengenai dampak kongkret perceraian pada anak belum cukup banyak
dilteliti khususnya penelitian tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak
dalam memenuhi kebutuhan pasca perceraian orang tua. Oleh sebab itu,
penulis ingin mengetahui bagaimana dinamika anak dalam memenuhi
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang permasalahan, maka dapat ditarik suatu
pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
Bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan anak dalam memenuhi kebutuhan
psikologis pasca perceraian orang tua?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika reaksi anak dalam
memenuhi kebutuhan psikologis pasca perceraian orang tua.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat bagi orang tua
- Dapat mengetahui kondisi psikologis anak bila terjadi perceraian.
Sehingga diharapkan orang tua lebih memahami dan senantiasa
memenuhi kebutuhan anak baik secara fisik dan psikologis.
2. Manfaat bagi masyarakat umum
- Dapat mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan psikologis anak
yang mengalami perceraian orang tua sehingga diharapkan masyarakat
dapat menemukan langkah-langkah preventif untuk meminimalisir
terjadinya konflik pada anak kendati orang tua bercerai.
3. Manfaat bagi bidang keilmuan
- Dapat menambah informasi mengenai hambatan-hambatan anak dalam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan (Needs)
1. Pengertian
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan
kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui
suatu usaha atau tindakan (Murray, 1996).
Setiap individu selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu
untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tersebut menuntut adanya
suatu pemenuhan agar tidak terjadi ketengangan batin dan konflik,
sehubungan dengan hal tersebut setiap individu berusaha menyingkirkan
semua rintangan yang menghambat proses pemenuhan kebutuhan.
Seorang anak, memiliki macam-macam kebutuhan antara lain :
1. Cinta dan Kasih Sayang
Banyak cara untuk menyatakan cinta, dengan cara memberikan hadiah
berupa materi maupun dengan belaian, ciuman atau kata-kata yang
bersifat menghargai dan menyenangkan. Semua cara dapat ditempuh
asalkan terdapat keseimbangan antara yang diucapkan dan yang
tentunya disesuaikan dengan perkembangan anak. Bila cara pemberian
kasih sayang tidak diubah sesuai dengan perkembangan anak, maka
hubungan antara orang tua dengan anak dapat melemah. Kasih sayang
akan menjadikan anak mempunyai rasa aman yang kemudian akan
mendatangkan kebahagiaan. John Bowbly (1907-1990) menjelaskan
bahwa kekurangan kasih sayang ibu dapat menyebabkan kemarahan,
penyimpangan perilaku, dan depresi.
2. Rasa aman
Kebutuhan rasa aman sangat penting untuk dipenuhi. Rasa aman ada
bila terjadi hubungan yang menyenangkan dengan orang-orang di
sekitarnya terlebih dengan orang tua. Rasa aman akan membawa anak
kearah kebahagiaan dan menjadikan mereka memiliki penyesuaian diri
yang baik terhadap orang-orang sekitar dan lingkungannya.
3. Pengakuan atas keberhasilan
Seorang anak membutuhkan perhatian dan pengakuan atas suatu
keberhasilan yang telah ia raih untuk menambah motivasi anak dalam
berbuat sesuatu yang lebih baik lagi.
4. Dorongan
Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang disekelilinganya
apabila ia tak mampu mengahadapi situasi atau masalah yang sedang
Seorang anak seringkali merasa cemas dan takut jika ia kehilangan
kasih sayang, perhatian, dan dukungan dari orang tuanya. Untuk
mengatasi rasa takut pada anak, orang tua diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan kasih sayang sehingga hal tersebut dapat menguatkan unsur
kepercayaan pada anak. Kepercayaan akan menumbuhkan rasa aman dan
harga diri pada anak (Psikologi Anak h.140).
2. Teori Kebutuhan Murray
Henry Alexander Murray dapat dipandang sebagai salah satu tokoh
psikologi yang paling bertumpu pada dinamika kebutuhan untuk
menerangkan kepribadian. Menurut Murray, hakikat eksistensi manusia
adalah memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan. Murray yakin
bahwa setiap manusia didorong oleh upaya untuk mencapai equilibrium
atau keseimbangan keadaan tubuh (Bellak & Abrams). Adanya
kebutuhan-kebutuhan menimbulkan kekuatan yang ada di dalam wilayah
otak yang mengorganisasi tindakan, dan mengarahkan tindakan tersebut
ke suatu arah tertentu.
Murray mengemukakan 5 kriteria untuk mengidentifikasi kebutuhan,
yaitu :
1. Merupakan respons terhadap suatu objek atau sekelompok objek
yang berfungsi sebagai stimulus.
2. Menyebabkan munculnya suatu perilaku
4. Adanya suatu respons emosional tertentu dalam perilaku tersebut
5. Ada tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu setelah seluruh
respons dilakukan
Kebutuhan sebagian besar dirangsang oleh kekuatan-kekuatan dari
luar atau lingkungan (Thematic Apperception Test, 1993).
Murray mengatakan bahwa kebutuhan saling berhubungan satu
dengan lainnya dalam berbagai cara, ada kebutuhan tertentu yang
membutuhkan kepuasan sebelum kebutuhan lainnya. Ada kebutuhan yang
berlawanan atau konflik dengan kebutuhan lainnya, ada kebutuhan yang
menjadi bagian dari kebutuhan lainnya (Alwisol, 2007). Setiap kebutuhan
pada dasarnya menuntut suatu pemenuhan. Murray mengatakan bahwa
tingkah laku individu mengarah pada usaha-usaha untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang muncul. Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi
akan membuat individu merasa kecewa atau sakit hingga mengalami
tekanan (Hall&Lindzey, 2000)
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Murray (Hall & Lindzey)
menggolongkan kebutuhan psikologi menjadi 20 jenis, sebagai berikut:
Tabel 1.Jenis Kebutuhan Murray
No Jenis Kebutuhan Pengertian 1. Need of Abasement
(sikap merendah atau tunduk)
2. Need of Achievement
(prestasi)
Menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintangan-rintangan dan mencapai standar yang tinggi, mengunggulkan diri, meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil.
3. Need of Affiliation
(kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang lain)
Kebutuhan untuk mendekatkan diri, bekerja sama dengan orang lain, membentuk persahabatan, ikut dalam kelompok-kelompok, serta pada orang lain.
4. Need of Aggresion
(kebutuhan akan kekerasan atau menyerang)
Kebutuhan untuk mengatasi oposisi dengan kekerasan, berkelahi, membalas penghinaan, menghukum, melukai, membunuh, meremehkan, mengutuk, dan memfitnah. Menyerang pendapat orang lain, mempermainkan orang lain.
5. Need of Autonomy
(kebutuhan untuk mandiri)
Kebutuhan untuk menjadi bebas, melawan paksaan atau hambatan, menghindari kekuasaan orang lain, mandiri, tidak terikat, menolak kelaziman. Berdiri sendiri dalam membuat keputusan, menghindari urusan, dan campur tangan orang lain.
6. Need of counteraction
(kebutuhan untuk mengimbangi)
Kebutuhan untuk mempertahankan diri terhadap serangan, kritik, dan celaan. Menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan dan penghinaan.
7. Need of Defendance
(kebutuhan untuk membela diri)
Kebutuhan untuk mempertahankan diri terhadap serangan, kritik, dan celaan. Menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan dan penghinaan.
8. Need of Deference
(kebutuhan akan sikap hormat)
Kebutuhan untuk mengagumi dan menyongkong atasan. Memuji, menyanjung. Menyuruh orang lain memutuskan sesuatu mengenai dirinya, tunduk, menyesuaikan diri dengan harapan orang lain
9. Need of Dominance
(kebutuhan untuk menguasai)
disuruhnya 10. Need of Exhibition
(kebutuhan untuk menonjolkan diri)
Kebutuhan untuk mengesankan, dilihat, dan didengar. Menjadi pusat perhatian, menonjolkan prestasi, menyatakan keberhasilanya.
11. Need of Harm Avoidance (kebutuhan akan menghindari bahaya)
Kebutuhan untuk menghindari rasa sakit, luka, penyakit, dan kematian. Melarikan diri dari situasi bahaya dengan melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi diri.
12. Need of Inavoidance
(kebutuhan akan menghindari rasa hina)
Kebutuhan untuk menghindari penghinaan, keluar dari situasi yang memalukan, kondisi yang bisa menimbulkan pelecehan.
13. Need of Nurturance
(kebutuhan untuk merawat atau memelihara)
Kebutuhan untuk memberi simpati, membantu, melindungi, menyenangkan orang lain yang tidak berdaya, membantu orang dalam bahaya, untuk mengampuni, dan berlaku dermawan untuk orang lain.
14. Need of Order
(kebutuhan keteraturan)
Kebutuhan untuk berbuat secara teratur dengan perencanaan yang cermat sebelumnya.
15. Need of Playmirth
(kebutuhan akan kesenangan)
Kebutuhan untuk bersenang-senang tanpa tujuan lain, tertawa.
16. Need of Rejection
(kebutuhan penolakan)
Kebutuhan untuk melepaskan diri dari orang yang tidak disenangi. Mengucilkan, melepaskan, mengusir, tidak mempedulikan, menghina, atau memutus hubungan dengan obyek yang tidak dikehendaki.
17. Need of Sentience
(kebutuhan akan rasa yang menyentuh)
Kebutuhan untuk mencari dan menikmati kesan yang menyentuh perasaan untuk memiliki dan menikmati keindahan, serta kesempurnaan abadi.
akan seks) melakukan hubungan seksual, memperoleh rangsangan fisik dan psikologis serta memuaskan libido.
19. Need of Succorance
(Kebutuhan akan pertolongan dalam kesusahan)
Kebutuhan untuk mendapat kepuasan dengan memperoleh simpati dari orang lain, mendekat kepada pelindungnya untuk dinasihati, dan dimaafkan, membuat orang lain mengerti dan membantu dirinya.
20. Need of Understanding
(Kebutuhan akan pemahaman)
Kebutuhan untuk
menanyakan atau menjawab pertanyaan umum, tertarik pada teori, memikirkan merumuskan, menganalisis, dan menggenalisir untuk memahami apa saja fenomena yang merangsang dirinya.
Selain kebutuhan (need) aspek lain dalam teori Murray adalah press.
Press adalah faktor-faktor eksternal dalam kehidupan seorang manusia
yang berupa situasi, objek dan/atau orang. Jika kebutuhan berasal dari
dalam diri individu, maka press berasal dari luar diri individu. Setiap
press mempuyai potensi tertentu. Potensi press adalah apa yang dapat
dilakukan/berpengaruh pada individu (Thematic Apperception Test, 1993).
Kebutuhan manusia berasal dari kesadarannya namun sebagian berasal
dari ketidaksadarannya. Upaya pemenuhan kebutuhan akan membentuk
suatu kepribadian karena adanya bantuan atau hambatan dari lingkungan.
Terdapat beberapa kebutuhan yang terpenuhi, namun terdapat pula
B. Anak
1. Pengertian Anak
Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara
seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria
(Hurllock, 1999).
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks
yang terjadi pada masa kanak-kanak seperti perkembangan emosi, bahasa,
dan sosial, anak juga memiliki pemahaman dan persepsi yang terbatas
mengenai dunia (Aziz, 2005).
Anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan, anak memiliki berbagai kebutuhan yang
berbeda satu dengan yang lain, sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis,
sosial dan spiritual ( Hurlock, 1999).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa masa
kanak-kanak adalah peralihan dari masa bayi ke masa remaja, dimana
didalamnya penuh ketergantungan pada orang lain terutama
ketergantungan dengan orang tua. Anak juga memiliki kebutuhan yang
Penelitian ini berfokus pada anak yang berada pada rentang usia 7-10
tahun, menurut perkembangan anak pada usia ini termasuk dalam masa
pertengahan dan akhir anak-anak (Hurlock, 1999).
2. Pengaruh Keluarga pada Anak
Betapa luasnya pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya
(Hurlock, 1978). Sumbangan keluarga terhadap perkembangan anak
antara lain :
a. Perasaan aman karena menjadi anggota kelompok yang stabil
b. Orang-orang yang dapat diandalkannya dalam memenuhi
kebutuhan fisik maupun psikologis
c. Sumber kasih sayang dan penerimaan, yang tidak terpengaruh oleh
apa yang mereka lakukan
d. Bimbingan dalam pengembangan pola perilaku yang disetujui
secara sosial
e. Orang-orang yang dapat diharapkan bantuannya dalam
memecahkan masalah yang anak hadapi
f. Perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah
dan kehidupan sosial
Tidak setiap jenis keluarga memberi semua sumbangan tersebut,
anak yang kedua orang tuanya bercerai tentu ia tidak mendapatkan
sembangan itu sepenuhnya dari kedua orang tua.
3. Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak
Keutuhan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam satu keluarga sangat
dibutuhkan agar pengaruh arahan, bimbingan, dan system nilai yang
direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati dan mewarnai pola
perilaku anak (Shochib, 1998).
Orang tua mempunyai fungsi dan peranan besar dalam
perkembangan seorang anak. Melalui keluarga anak memperoleh
bimbingan, pendidikan, dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya
sendiri (Gunarsa, 1993).
Hurlock (1999) mengatakan bahwa anak lebih tergantung pada
orang tua dalam hal perasaan aman dan bahagia, maka hubungan buruk
dengan orang tua akan berakibat sangat buruk. Hubungan buruk dengan
orangtua merupakan hal yang serius karena dapat mengurangi perasaan
aman, tetapi akan lebih parah apabila hubungan itu putus karena
4. Kebutuhan dasar anak
Menurut Lindgren (1980) kebutuhan anak dibedakan menjadi 4 aspek,
yaitu :
a. Kebutuhan jasmaniah
Kebutuhan yang berkaitan dengan perkembangan fisik yang
bersifat individual, seperti, kebutuhan makan dan minum. Maslow
menyebut kebutuhan ini sebagai kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan untuk mendapat perhatian dan kasih sayang.
Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memiliki.
Pada umumnya kasih sayang didapatkan dari orang tua melalui
pujian, belaian, dan ekspresi lain yang menunjukkan rasa cinta,
bila anak mendapatkan kasih sayang yang cukup maka anak dapat
merasa aman dan mudah beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
c. Kebutuhan untuk memiliki
kebutuhan untuk memiliki seperti mencari teman, atau memiliki
pengangan pada orang lain.
d. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
C. Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah dua individu atau lebih yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain memiliki
peran masing-masing untuk menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Salvicion & Celis, 1989).
Menurut Koener dan Filtzpatrick (2004), definisi tetang keluarga
setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang yaitu :
a. Definisi Struktural
Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari
keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang
keluarga sebagai asal usul, keluarga sebagai wahana melahirkan
keturunan.
b. Definisi Fungsional
Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya
tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial yaitu mencakup
perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan
pemenuhan peran-peran tertentu
c. Definisi Transaksional
Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan
identitas sebagai keluarga berupa ikatan emosi, pengalaman
historis, maupun cita-cita masa depan. Berfokus pada bagaimana
keluarga melaksanakan fungsinya.
Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terjadi karena hubungan
perkawinan, dan hidup bersama menjalani peran masing-masing. Dalam
sebuah keluarga, interaksi antar anggota keluarga terutama ayah dan ibu
sangat mempengaruhi perkembangan anak.
2. Keluarga Dalam Berbagai Setting
a. KeluargaBroken Home
Ulwan (2000) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
keluarga broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonis
antara ayah dan ibu.
Atriel (2008) mengatakan bahwa keluarga broken home
merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua
tidak lagi dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-analnya. Terjadi
keributan yang terus menerus dalam keluarga. Kondisi keluarga yang
tidak harmonis ini akan memberikan dampak terhadap perilaku anak.
b. Keluarga Bercerai
Menurut Hurllock (1993) perceraian merupakan kulminasi dari
sudah tidak mampu lagi mencari penyelesaian masalah yang dapat
memuaskan kedua belah pihak.
Lebih lanjut William (1985) berpendapat bahwa perceraian
merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua
pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan, dengan demikian
berhenti melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.
D. Perceraian Orang Tua
1. Pengertian
Perceraian merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara
pasangan suami istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan
tugas dan kewajiban sebagai suami istri. Mereka tidak lagi hidup dan
tinggal bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Mereka yang telah
bercerai tetapi belum memiliki anak, maka perpisahan tidak menimbulkan
dampak traumatis psikologis bagi anak-anak. Namun, mereka yang telah
memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah
psiko-emosional bagi anak-anak karena pada umunya perceraian merupakan hal
yang menyakitkan bagi anak (Amato, 2000; Olson & DeFrain,2003).
Menurut Dariyo (2003:160), perceraian merupakan titik puncak dari
pengumpulan berbagai permasalahan yang menumpuk beberapa waktu
sebelumnya dan jalan terakhir yang harus ditempuh ketika hubungan
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perceraian merupakan perpisahan antara suami dan istri yang telah resmi
secara hukum, terjadi karena adanya suatu masalah yang membuat sebuah
pernikahan tidak dapat dipertahankan lagi. Perceraian membawa dampak
tersendiri bagi anak dalam keluarga yang bercerai, pada umunya anak
menilai bahwa perceraian kedua orang tua mereka adalah hal yang
menyakitkan. Perceraian juga dapat menimbulkan masalah psiko-sosial
pada anak.
2. Situasi Keluarga Setelah Perceraian
Pengaruh rumah tangga yang pecah pada hubungan keluarga
bergantung pada banyak faktor, faktor penting diantaranya adalah
penyebab perpecahan tersebut. Rumah tangga yang pecah karena
perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan keluarga. Terdapat dua
alasan. Pertama, periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan
sulit bagi anak. Hozman dan Froiland menemukan bahwa kebanyakan
anak melalui lima tahap penyesuaian, yaitu : penolakan terhadap
perceraian, kemarahan yang ditunjukkan pada mereka yang terlibat dalam
situasi tersebut, tawar menawar dalam usaha mempersatukan orang tua,
depresi, dan akhirnya penerimaan perceraian. Kedua, perpisahan yang
disebabkan perceraian merupakan hal yang serius, sebab hal tersebut
cenderung membuat anak “berbeda” dalam mata kelompok teman sebaya
bersatu kembali maka mereka akan bersedih hati dan mengalihkan kasih
sayang mereka pada orang tua yang masih ada atau tinggal bersama
mereka. Selain itu, peran ganda yang harus dijalankan salah satu orang tua
pasca terjadinya perceraian juga merupakan hal berat bagi salah satu orang
tua. Apabila yang terjadi adalah ketiadaan ayah, peran ibu menjadi
bertambah yaitu sebagai pencari nafkah dan mengasuh anak, padahal
keluarga memiliki banyak fungsi yang harus diemban (Hendi, dkk.
2001:45)
3. Dampak perceraian bagi anak
Pada umumnya, respon seorang anak pada perceraian adalah rasa
marah, takut, depresi, dan merasa bersalah (Hetherington, 1978).
Tanggapan anak kecil atas perceraian ditengahi oleh keterbatasan
kompetensi kognitif dan sosial mereka, ketergantungan mereka terhadap
orang tuanya (Hetherington,dkk, 1989). Proses perceraian bagi anak
merupakan masa dimana anak mengalami pengalaman disakiti atau
mendapat perlakuan tidak adil dari diri sendiri ataupun orang lain. Dalam
DSM IV (1994) edisi revisi, jelas diungkapkan bahwa perceraian dapat
menjadi fokus klinis yang perlu ditangani, yaitu sebagai masalah yang
berkaitan dengan tahap perkembangan atau masalah yang berkaitan
dengan fokus hidup seseorang.
Hetherington (2003) menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian
keluarga yang bercerai beresiko tinggi mengalami masalah-masalah
perkembangan psikologis, tingkah laku, sosial, dan akademik,
dibandingkan dengan keluarga dengan sepasang orang tua yang tidak
bercerai.
Perceraian membawa dampak tersendiri bagi anak, anak merasa
takut, depresi, marah, dan merasa bersalah. Disisi lain perceraian dapat
juga melepaskan anak-anak dari konflik perkawinan. Banyak anak yang
berasal dari keluarga bercerai menjadi individu-individu yang
berkompeten. Pada umunya reaksi anak terhadap perceraian tergantung
pada kondisi keluarga sebelum bercerai.
E. Tes Proyektif
1. Pengertian Tes Proyektif
Metode proyektif dikemukakan oleh Kurt Lawrence Frank pada
tahun 1948, yang terdiri atas 5 kategori sebagai berikut :
a. Teknik Konstitutif (menyusun) : materi belum terstruktur,
subyek diminta untuk memberi struktur. Contoh : tes
wartegg, tes ro, tes finger print.
b. Teknik Konstruktif (membentuk) : materi belum
berbentuk, subyek diminta untuk membentuk. Contoh :
c. Teknik Interpretative (menginterpretasi) : subyek diminta
menginterpretasikan materi. Contoh : TAT, CAT, SAT
d. Teknik Katartik : fungsinya saat subyek merespon terjadi
pengurangan-penerangan hambatan-hambatan psikis.
Contoh : tes mozaik.
e. Teknik Refraktif/ekspresif : subyek diminta
mengekspresikan kebutuhan, sentiment, dan hal lain yang
ada pada dirinya. Contoh : tes grafif, tes bender gestalt,
grafologi.
Pengkategorian ini di dasarkan pada jenis respons yang
ditimbulkan oleh metode masing-masing.
Tes proyektif adalah alat untuk mengungkap motif, nilai, keadaan
emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara
individu memproyeksikan pribadinya melalui objek diluar individu.
2. Children Apperception Test (CAT)
Children Apperception Test dikembangkan oleh Bellak pada awal
tahun 1950 (Bellak & Bellak, 1949; Bellak, 1954). Children
Apperception Test (CAT) adalah metode proyektif atau yang sering kita
sebut metode apersepsi tentang investigasi kepribadian melalui
pembelajaran dinamika kebutuhan individu didalam persepsi melalui
Boekholt, 1993). Apersepsi adalah interpretasi yang bermakna atau
mempunyai nilai individual yang khas, sehingga apa yang ditangkap
sudah merupakan sesuatu yang bermakna individual (meaningfulness)
(Prihanto, 1993). CAT secara khusus dirancang untuk digunakan pada
anak-anak usia 3 sampai 10 tahun (Bellak, 2003). CAT dirancang untuk
memahami dinamika anak-anak dalam menghadapi masalah-masalah
dalam perkembangannya, memfasilitasi pemahaman tentang hubungan
anak dengan tokoh-tokoh penting bagi anak. Gambar CAT digunakan
untuk membangkitkan fantasi yang berkaitan dengan masalah aktivitas
oral, persaingan saudara, hubungan anak dan orang tua, aggresi, toilet
training, dan berbagai pengalaman masa kecil lainnya yang berdasarkan
pada teori psikoanalisis, namun, terdapat modifikasi manusia atas tes ini
(CAT-H) untuk digunakan pada anak yang lebih tua, terutama
anak-anak yang berada di atas usia 3 tahun. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara CAT dan CAT-H. Pada
penelitian ini, subjek penelitian adalah anak yang berusia 7 sampai 10
tahun, maka kartu yang digunakan adalah CAT-H. CAT dianggap mampu
mengungkap aspek-aspek kepribadian pada anak, terutama mengungkap
kebutuhan anak.
Tidak mudah untuk mengungkap kebutuhan psikologis anak dengan
cara wawancara, oleh sebab itu peneliti menggunakan alat tes psikologi
tuanya bercerai. Mengingat banyaknya hasil-hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa anak yang orang tuanya bercerai memiliki masalah
psikologis di tahapan perkembangannya (Astone & McLanahan, 1991).
Deskripsi dan respon khas pada setiap gambar :
Tabel 2 Deskripsi Kartu CAT
Kartu 1 Beberapa anak duduk disekitar meja dimana terdapat banyak
makanan pada meja tersebut.
Respon yang biasa muncul adalah permasalahan tentang makan,
menjadi cukup atau tidak cukup diberi makan oleh salah satu
orang tua. Tema persaingan antar saudara juga kerap muncul
jika salah satu mendapat makanan yang lebih. Makanan dilihat
sebagai hadiah, pengurangan dilihat sebagai hukuman. Pada
kartu ini mengungkap masalah umum yang berkaitan dengan
oralitas.
Kebutuhan yang muncul pada kartu ini adalah kebutuhan oral,
kebutuhan untuk mendapatkan makanan (kebutuhan fisiologis).
Kartu 2 Terdapat seorang menarik tali dari satu sisi, di sisi yang lain
terdapat sosok dewasa dan seorang anak kecil manarik tali
tersebut.
Kartu ini mengungkap tentang identifikasi anak terhadap figure
yang dapat diajak bekerja sama di antara ayah atau ibu, masalah
yang berkaitan dengan ketakutan akan agresi, sikap agresi anak
Kartu 3 Terdapat sosok lelaki duduk di kursi dengan tongkat dan pipa.
Pada sebelah kanan terdapat seorang anak kecil duduk dilantai.
Sosok lelaki yang duduk di kursi pada umumnya dipandang
sebagai figure ayah yang dilengkapi symbol pipa dan tongkat.
Anak yang duduk dilantai dipandang sebagai anak-anak. Kartu
ini mengungkap mengenai konflik antara pemenuhan kebutuhan
dan otonomi. Selain itu, pada kartu ini dapat mengungkap
pandangan seseorang terhadap figure ayah. Kebutuhan yang
sering muncul pada kartu ini adalah kebutuhan agresi,
kebutuhan untuk merasa bebas.
Kartu 4 Seorang wanita dewasa menggendong bayi dengan membawa
keranjang berisi botol susu. Dibelakang wanita yang sedang
menggendong bayi tersebut, terdapat seorang anak sedang naik
sepeda.
Kartu ini mengungkap tentang “sibling rivalry”, hubungan
antara ibu-anak, dan keinginan untuk mandiri dan berkuasa.
Kebutuhan yang terungkap adalah kebutuhan untuk merasa
bebas (autonomy), kebutuhan untuk agresi.
Kartu 5 Ruangan gelap dengan tempat tidur besar di latar belakang,
sedangkan di latar depan terdapat dua bayi didalam tempat tidur
box.
Kartu ini mengungkap tentang pengalaman dirumah, hal yang
keterlibatan emosi pada anak.
Kartu 6 Gua gelap dengan dua orang dewasa diuraikan di latar belakang,
sedangkan terdapat seorang anak berbaring di latar depan.
Kartu ini mengungkap tentang perasaan cemburu dengan orang
tua
Kartu 7 Terdapat seorang bertubuh besar dan kekar hendak menangkap
seorang anak kecil.
Kartu ini mengungkap hal yang berkaitan dengan tingkat
kecemasan anak yang berkaitan dengan adanya agresi.
Kartu 8 Dua orang wanita dewasa duduk di sofa sambil memegang
secangkir teh. Wanita dewasa satunya duduk di kaki bantal
sambil berbicara dengan seorang anak.
Kartu ini mengungkap hal yang berkaitan dengan tingkat
kecemasan anak yang berkaitan dengan adanya agresi.
Kartu 9 Ruangan gelap yang terlihat melalui pintu yang terbuka ruang
menyala. Di ruangan gelap tersebut terdapat seorang anak yang
berada ditempat tidur sedang duduk sambil melihat kearah
pintu.
Kartu ini mengungkap ketakutan akan kegelapan, ketakutan
akan kesendirian, dipisahkan oleh orang tua, rasa ingin tahu
yang besar mengenai sesuatu hal yang terjadi.
Kartu 10 Seorang anak kecil berada di atas kaki seorang wanita dewasa.
Kartu ini mengungkap tentang kedisiplinan dan hukuman.
Mengutamakan mengenai konsep moral pada anak.
Administrasi CAT pada umumnya harus memperhitungkan masalah
umum dari pengujian anak. Hubungan baik (rapport) perlu dibentuk sebelum
dilaksanakannya tes. Bila memungkinkan, CAT harus disajikan sebagai
permainan, bukan sebagai sebuah tes atau ujian. Untuk instruksi yang
sebenarnya adalah memberitahu anak bahwa mereka dan administrator tes
akan terlibat dalam sebuah permainan dimana anak harus memberitahu apa
yang terjadi pada gambar yang diperlihatkan. Pada titik yang sesuai, anak
akan diminta memberitahukan apa yang terjadi dalam cerita sebelumnya, dan
apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah membuat cerita pada semua gambar
yang disajikan, administrator tes menanyakan tetang poin spesifik mengenai
nama tokoh pada cerita, tempat kejadian, umur, jenis kelamin dan sebagainya.
Tujuan awal dari tes CAT adalah untuk melihat need dan press seseorang.
Bellak memasukkan 10 kategori analisis untuk skoring alat tes ini, yaitu :
tema utama, deskripsi tokoh utama, kebutuhan tokoh utama, konsepsi akan
lingkungan, konsepsi akan orang sekitar, konflik utama, kecemasan,
mekanisme pertahanan diri, manifestasi super ego, dan integrasi ego. Melalui
10 kategori ini, tester atau administrator tes dapat mengetahui pola pikir
subjek, konflik yang dialami subjek, cara penyelesaian masalah, kecemasan,
F. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Pada Anak Dengan Orang tua
Bercerai Dilihat Dengan Tes ProyektifChildren Apperception Test(CAT)
Keluarga merupakan faktor utama yang dibutuhkan dalam membantu
anak untuk mengembangkan diri. Untuk mencapai perkembangan dalam
keluarga, anak membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman untuk
berlindung pada orang tuanya. Selain memiliki kebutuhan fisiologis, anak
juga memiliki kebutuhan psikologis untuk dipenuhi dan anak menjadikan
orang tua sebagai sumber pemenuhan kebutuhan mereka. Seorang anak yang
tinggal bersama keluarga lengkap akan lebih mudah mengungkapkan
keinginan mereka ketika mereka ingin dicintai dan diberi perlindungan oleh
orang tua. Ketika anak memiliki kebutuhan unuk mendapatkan dukungan,
maka orang tua akan memberikan motivasi pada anak untuk berbuat lebih
baik lagi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga
memiliki fungsi sebagai tempat penyediaan kebutuhan dasar anak. Namun
akhir-akhir ini kasus perceraian semakin banyak terjadi dalam kehidupan
masyarakat, tidak jarang anak menjadi sosok yang tersakiti dari kasus
perceraian orang tua.
Perceraian yang terjadi pada sebuah keluarga akan membawa dampak
pada seluruh anggota keluarga, terlebih bagi anak dalam keluarga tersebut.
Pada umumnya perceraian akan membawa resiko yang besar pada anak, baik
klinis dinyatakan mengalami depresi seiring dengan perceraian orang tua
mereka (Stevenson & Black, 1995). Seorang anak yang mengalami perceraian
orang tua akan mengalami masalah perkembangan bila dibandingkan dengan
anak yang memiliki orang tua lengkap (Angel & Worobey, 1988; Strohschei,
2005; Tucker et al.,1997) sama dengan itu, seorang anak yang mengalami
perceraian orang tua juga mengalami penurunan prestasi akademik (Astone &
McLanahan, 1991; Wolfinger, Kowaleski-Jones, & Smith, 2003). Anak-anak
belum dapat memahami secara pasti kondisi keluarga yang berubah setelah
terjadinya proses perceraian, dibutuhkan suatu penyesuaian terhadap kondisi
keluarga pasca terjadinya perceraian. Hidup dengan satu orang tua tentu
membuat kondisi keluarga tidak seimbang. Anak merasa kehilangan rasa
aman dalam keluarga. Anak tidak dapat mengungkapkan perasaan yang ia
rasakan kepada orang disekitarnya, tidak seperti orang dewasa yang mampu
mencurahkan perasaan pada orang yang berada di dekatnya. Dalam
perceraian, anak menjadi korban, sehingga kebutuhan-kebutuhan anak
menjadi kurang atau bahkan tidak terpenuhi. Contohnya kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan-kebutuhan lain. Kebutuhan
dasar yang tidak terpenuhi akan membuat individu mengalami kecemasan
terlebih ketika individu tersebut mengalami suatu fase yang membuat ia
tertekan. Berbagai reaksi anak untuk memenuhi kebutuhan pasca perceraian
orang tua dapat di ungkap melalui tes proyektif yaitu tes Children
Kebutuhan dasar anak : Kasih Sayang
Rasa Aman Dorongan
Orang tua
Ayah dan Ibu
Kasih sayang
Belaian, pujian, materi, non
materi
Rasa aman
Dilindungi, percaya diri
Motivasi, bantuan
Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan dasar anak
Perceraian orang tua
Ayah dan Ibu hidup terpisah
Kebutuhan kasih sayang tidak optimal
Rasa tidak aman
Dukungan minim
Bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan anak?
Children Apperception Test
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Kualitatif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Bodgan dan Taylor (Moelog, 2000) mendefinisikan metode penelitian
kualitatif sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diminati.
Penelitian kualitatif berawal dari asumsi dan pandangan umum,
kemudian dikembangkan kepada rasa ingin tahu terhadap pengertian individu
atau sekelompok orang yang menggambarkan masalah kemanusiaan atau
sosial (Creswell, 2007). Metode kualtitatif yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode naratif karena berfokus pada cerita yang dituturkan oleh
individu (Creswell, 2007).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes proyektif CAT sebagai
alat pengumpulan data. CAT merupakan salah satu jenis tes proyektif yang
dapat mengungkap aspek-aspek kepribadian pada anak, terutama untuk
mengungkap kebutuhan dan dinamika internal. Diharapkan dengan
menggunakan alat tes ini, peneliti dapat mengetahui dinamika pemenuhan
menganalisis data sehingga mampu menemukan dan menjelaskan fenomena
tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak setelah orang tua bercerai.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tentang bagaimana dinamika
pemenuhan kebutuhan pada anak yang orang tuanya bercerai. Data yang akan
diolah berdasarkan analisis tematik dari tes proyektif CAT. Sehingga nantinya
dapat mengetahui tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak yang orang
tuanya bercerai.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan faktor utama dari sebuah penelitian,
penentuan subjek penelitian ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam
pengambilan data yang dapat berakibat kesalahan dalam pengambilan
kesimpulan dan generalisasi hasil penelitian (Hadi, 1997, hal.72). Subjek
dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Adapun karakteristik subjek dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Anak yang orangtunya telah bercerai, dan hidup terpisah dengan
salah satu orang tua baik ayah atau ibu.
2. Anak yang berusia 7 sampai 10 tahun, baik laki-laki maupun
awal, anak masih sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua
orang tuanya untuk menghadapi tahap perkembangan selanjutnya.
Peneliti membatas jumlah subjek menjadi 3 orang dikarenakan
terbatasnya subjek yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan tes proyektif yaitu CAT (Children Apperception Test).
Wawancara dan observasi digunakan sebagai pendukung data utama yaitu
data dari tes proyektif CAT.
Metode ini dipilih oleh penulis karena tes proyektif mampu
mengungkap hal-hal yang dipendam oleh subjek melalui stimulus ambigu.
Mengingat bahwa tidak mudah memperoleh gambaran pemenuhan kebutuhan
psikologis pada anak hanya dengan wawancara. Dalam penelitian ini, respon
CAT merupakan data utama. CAT terdiri dari 10 kartu bergambar yang
bersifat ambigu, melalui gambar yang disajikan, anak dapat memproyeksikan,
lebih mudah mengekspresikan kebutuhan, konflik, kecemasan, mekanisme
pertahanan diri, dan dinamika hubungan interpersonal. Selain itu, melalui
CAT anak akan mudah dalam mengeskpresikan ide-ide yang sulit dibicarakan
proyektif CAT diharapkan mampu mengungkap tentang dinamika pemenuhan
kebutuhan pada anak yang orang tuanya bercerai.
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan beberapa kartu dari
10 kartu. Peneliti menggunakan studi pendahuluan untuk memilih kartu-kartu
pada tes proyektif CAT. Studi pendahuluan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan teknik dokumen. Metode dokumentasi dapat
diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan dalam
kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy) (Sarosa, 2012). Dokumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data CAT yang tersimpan di
Laboratorium Fakultas Psikologi Sanata Dharma.
Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menggumpulkan
data tes proyektif CAT dan memilih data anak yang orang tua nya berstatus
cerai, peneliti mendapatkan 9 data laporan CAT. Setelah itu peneliti
merangkum cerita-cerita yang dihasilkan dari 9 laporan tersebut. Setelah
merangkum seluruh cerita, peneliti memilih kartu-kartu yang menghasilkan
cerita tentang hubungan anak dengan orang tuanya, adanya cerita yang
menunjukkan kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman. kemudian peneliti
membuat kesimpulan. Selain itu, sebagai pendukung pemilihan kartu juga di
sertai denganexpert judgement.
Berdasarkan hasil tryout, peneliti menemukan kartu yang akan
Tabel 3 Hasil Tryout Pemilihan Kartu
Kartu 2 Hasil expert judgement menyatakan bahwa kartu ini
sesuai dengan situasi perceraian dan berkaitan
dengan rasa aman dan kasih sayang.
Kartu 9 Berdasarkan hasil tryout, semua subjek
menceritakan gambar pada kartu 9 tentang anak
yang ditinggalkan oleh orang tua dan merasa
ketakutan. Hal ini berkaitan dengan rasa aman dan
kasih sayang
Kartu 3 Pemilihan kartu ini didasarkan pada hasil tryout
pada kartu ini cerita yang muncul mengungkap
tentang seorang anak yang diabaikan oleh figure
otoritas. Hal ini sesuai dengan keadaan subjek
penelitian ini, dimana subjek tinggal bersama ibu
nya.
Dalam administrasi CAT, tester harus membangun rapport yang
baik dengan anak (subjek), CAT harus dikemas menjadi sebuah
permainan, bukan sebuah tes (Bellak, 2007). Saat tes berlangsung, anak
akan diberi kartu bergambar, yaitu telah dipilih, kartu tersebut diberikan
satu per satu dan anak diminta untuk menceritakan apa saja dengan objek
yang ada dalam kartu tersebut. Cerita tersebut mengungkap apa yang
sedang terjadi, apa yang sedang dilakukan oleh tokoh dalam kartu
terjadi, apa yang terjadi sebelumnya, dan bagaimana akhirnya. Ketika
anak telah selesai bercerita, selanjutnya tester akan menggali informasi
lebih dalam lagi seperti tempat dan usia tokoh dalam kartu, jenis kelamin.
Ketika melakukan penggalian informasi, tester juga memperhatikan
aktivitas fisik yang menyertai subjek dalam bercerita, gerak tubuh,
ekspresi wajah yang disebut dengan elaborasi respon (Blatt, dalam
Bellak, 1997).
Penelitian ini dilengkapi dengan latar belakang subjek untuk
mendapatkan informasi yang menyeluruh. Data latar belakang diperoleh
melalui wawancara dan observasi yang dilakukan dengan subjek, dan
orang tua subjek. Dalam latar belakang, hal-hal yang dibahas meliputi
pandangan subjek terhadap diri sendiri dan kehidupan interpersonal
subjek yang meliputi keluarga, pandangan subjek terhadap orang tua,
relasi dengan keluarga dan teman sebaya.
E. Analisis Data
Bellak mengemukakan 10 variabel yang perlu diperhatikan dalam
melakukan interpretasi, yaitu :
1. Tema Utama
a. Tema Deskriptif
Peneliti mencoba mengklasifikasikan cerita subjek berdasarkan urutan