PENGARUH POSISI TEMPAT DUDUK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP SANTO ALOYSIUS TURI TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DAN
BANGUN RUANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Grace Nindita Pranamya Hastri NIM : 121414092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGARUH POSISI TEMPAT DUDUK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP SANTO ALOYSIUS TURI TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DAN
BANGUN RUANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Grace Nindita Pranamya Hastri NIM : 121414092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yeremia 17:7
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”
Yakobus 2:26b
“...demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Skripisi ini kupersembahkan untuk
1. Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan kasih-Nya telah menutun saya pada setiap proses pembuatan skripsi ini.
2. Bapak, Ibu, Pakdhe, Budhe, Tante, Om, Kakak dan Adik saya yang terus menyemangati,mendoakan, mendengar keluh kesah saya dalam pembuatan skripsi ini.
vii
ABSTRAK
Grace Nindita Pranamya Hastri, 121414092. 2016. “Pengaruh Posisi Tempat Duduk Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Lingkaran dan Bangun Ruang”. Skirpsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah posisi tempat duduk memengaruhi motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi; (2) Apakah posisi tempat duduk memengaruhi hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan lingkaran dan bangun ruang.
Penelitian metode deskriptif kualitatif, yang dilengkapi dengan data kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C yang berjumlah 21 siswa. Pengumpulan data motivasi belajar adalah berupa observasi, instrumen kuesioner dan wawancara. Sedangkan pengumpulan data hasil belajar adalah instrumen soal. Uji validitas instrumen menggunakan uji validitas pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas VIII C masuk dalam kategori sedang pada skala 50-75 sebanyak 11 orang. (1) Penelitian ini juga menunjukkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh posisi tempat duduk. Hal tersebut terlihat pada hasil wawancara dan hasil pada tiap pernyataan angket yang menyatakan bahwa siswa nyaman dan mendorong siswa untuk belajar. (2) Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh posisi tempat duduk. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil wawancara dan hasil pada tiap pernyataan kuesioner yang menyatakan bahwa siswa nyaman dalam proses belajar dan berdampak pada hasil belajar. Posisi tempat duduk yang dilakukan adalah yang mempertimbangkan di depan, belakang, samping kiri atau samping kanan membuat siswa nyaman dan tidak nyaman. Namun ada siswa yang motivasi belajarnya dipengaruhi oleh posisi tempat yang mempertimbangkan personal. Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa posisi tempat duduk yang mempertimbangkan di depan, belakang, samping kiri atau kanan memengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa secara positif dan negatif.
viii
ABSTRACT
Grace Nindita Pranamya Hastri, 121414092. 2016. “The Effect of
Seating Position on motivation and learning result of Grade 8 Students in SMP Santo Aloysius Turi year 2015/2016 in Circle and Geometry Topic.
Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics Education and Science. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to investigate (1) Does seating position effect students of Grade 8 of SMP Santo Aloysius Turi learning motivation; (2) Does seating position effect learning result of Grade 8 students of SMP Aloysius Turi in circle and geometry topics?
This research descriptive qualitative method supported by quantitative and qualitative data. The object of this research is 8 C class which consisted of 21
students. The data on students’ motivation is collected using observation,
questionnaire and interview. Furthermore, the learning result date is taken from a set of comprehensive test. This research is also validated by expert from the lecturer and the teacher of mathematics.
The results of this study shows that the students' motivation in class VIII C can be categorized into fair level on scale 50-75 as many as 11 people. (1) This study shows that the learning motivation is affected by seating position This result is emphasized through the result of interviews and questionnaire. (2) The study also shows that the learning results are also influenced by seating position change. This can be proved by the interview and also questioners result. The changes in seating position is based on the students’ comfort and uncomfortable. However, there are some changes in seating position which formed from students’ personal perspective. Thus, it can be concluded that the changes in seating position affect
students’ learning motivation and learning result in a positive and negative.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Perubahan Posisi Tempat Duduk Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016
Pada Pokok Bahasan Lingkaran Dan Bangun Ruang”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung pada penulisan skripsi
ini. Ucapan terima kasih ini peneliti ucapkan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
3. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M. Si, selaku dosen pembimbing
peneliti yang telah sabar membimbing dan menuntun saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap Dosen Pendidikan Matematika yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya kepada peneliti selama kuliah di Universitas
Sanata Dharma.
5. Segenap staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam pembuatan surat untuk
penelitian dan selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
6. Kepala SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta yang telah memberikan
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Pembatasan Masalah ... 6
E. Penjelasan Istilah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar ... 9
B. Motivasi Belajar... 10
C. Hasil Belajar ... 14
D. Hubungan Secara Teoritis Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ... . 18
E. Penelitian yang Relevan ... 18
xii
G. Bangun Ruang ... 29
H. Kerangka Berpikir ... ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
C. Subyek dan Objek Penelitian ... 45
D. Bentuk Data ... 45
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45
1. Metode Pengumpulan Data ... 45
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 47
F. Metode/Teknis Analisis Data ... 54
1. Validitas Instrumen ... 54
2. Reliabilitas Instrumen ... 55
3. Uji Coba Instrumen ... 56
4. Analisis Instrumen Angket ... 58
5. Analisis Hasil Belajar ... 59
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 60
1. Persiapan dan Perencanaan ... 60
2. Pelaksanaan ... 61
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 62
B. Penyajian Data ... 66
1. Tes Hasil Belajar Siswa ... 66
2. Angket ... 67
3. Wawancara ... 70
C. Analisis Data ... 70
xiii
2. Analisis dan Pembahasan Pengaruh Posisi Tempat Duduk
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII C ... 86
D. Kelemahan Penelitian ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Observasi Siswa... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa... 49
Tabel 3.3 Pernyataan Angket... 50
Tabel 3.4 Skor Tiap Pernyataan... 50
Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara... 51
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Soal... 52
Tabel 3.7 Interpretasi TingkatValiditas... 55
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Reliabilitas... 56
Tabel 3.9 Uji Validitas Angket Motivasi Belajar... 57
Tabel 3.10 Skala Pendekatan Sturges (Zainal Mustafa, 2009)... 59
Tabel 3.11 Kriteria Hasil Belajar... 59
Tabel 4.1 Skor Setiap Siswa Pada Instrumen Soal... 67
Tabel 4.2 Skor Setiap Siswa Pada Instrumen Angket ... 69
Tabel 4.3 Kriteria Motivasi Siswa (Zainal Mustafa, 2009)... 70
Tabel 4.4 Kategori Hasil Belajar Pada Sub Bab Lingkaran ... 87
Tabel 4.5 Kategori Hasil Belajar Pada Sub Bab Bangun Ruang... 87
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lingkaran dan bagian-bagiannya... 20
Gambar 2.2 Sudut Pusat... 22
Gambar 2.3 Hubungan Antara Sudut Pusat dengan Panjang Busur dan Luas Juring ... 22
Gambar 2.4 Panjang Busur... 23
Gambar 2.5 Luas Juring... 23
Gambar 2.6 Luas Tembereng... 24
Gambar 2.7 Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring... 24
Gambar 2.8 Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling ... 24
Gambar 2.9 Sudut Keliling yang Menghadap Diameter Lingkaran... 25
Gambar 2.10 Sudut-sudut Keliling yang Menghadap Busur yang Sama... 25
Gambar 2.11 Menghitung Panjang Garis Singgung dari Sebuah Titik di Luar Lingkaran... 26
Gambar 2.12 Garis Singgung Persekutuan Luar... 27
Gambar 2.13 Garis Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran... 27
Gambar 2.14 Panjang Sabuk Lilitan... 28
Gambar 2.15 Unsur-unsur Kubus... 29
Gambar 2.16 Diagonal Sisi Kubus... 30
Gambar 2.17 Bidang Diagonal Kubus... 30
Gambar 2.18 Luas Bidang Diagonal Kubus... 31
Gambar 2.19 Diagonal Ruang Kubus... 31
xvi
Gambar 2.21 Diagonal Sisi Balok... 32
Gambar 2.22 Bidang Diagonal Balok... 33
Gambar 2.23 Luas Bidang Diagonal Balok... 33
Gambar 2.24 Diagonal Ruang Balok ... 34
Gambar 2.25 Jaring-jaring Kubus... 34
Gambar 2.26 Jaring-jaring Balok... 35
Gambar 2.27 Limas... 37
Gambar 2.28 Prisma Tegak... 38
Gambar 2.29 Jaring-Jaring Limas... 38
Gambar 2.30 Jaring-Jaring Prisma Tegak Alas Segitiga... 38
Gambar 2.31 Volume Prisma Tegak... 40
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Soal ... 105
Lampiran 2 Soal Pretest dan Kunci Jawaban ... 107
Lampiran 3 Soal Postest dan Kunci Jawaban ... 114
Lampiran 4 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 121
Lampiran 5 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 123
Lampiran 6 Transkip Wawancara ... 126
Lampiran 7 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 141
Lampiran 8 Hasil Pretest Siswa ... 149
Lampiran 9 Hasil Postest Siswa ... 153
Lampiran 10 Validitas Instrumen Soal ... 157
Lampiran 11 Foto ... 159
Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 161
Lampiran 13 Uji Validitas Kuesioner Kelas Uji Coba Kelas VIII B ... 163
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika ingin melakukan sesuatu pasti ada suatu dorongan dari
dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu itu. Dorongan yang dimaksud
tersebut adalah motivasi diri. Menurut Sugeng Paranto (1987:3) motivasi
merupakan daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Jadi
ketika seseorang melakukan suatu perilaku atau tindakan, maka seseorang
tersebut ada motivasi tertentu mengapa ia melakukan tindakan itu seperti
untuk memenuhi suatu kebutuhan.
Menurut Sugeng Paranto (1981:7) kaum behavioris berpandangan
bahwa motivasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (ekstrinsik). Dalam
hal ini lingkungan belajar yang terstruktur dengan baik dapat memotivasi
siswa sehingga mereka dapat dan mau belajar. Mereka mau belajar karena
adanya dorongan dari luar dirinya yaitu dari lingkungannya yang berupa
iklim dan struktur kelas yang memberikan peluang terjadinya belajar.
Kaum kognitif psikologis berpandangan lain, sumber dorongan
motivasi bukan terletak di luar tetapi sudah berada di dalam diri siswa
secara natural (instrinsik), dalam hal ini guru tinggal menggugah dan
menggalakannya.
Motivasi memegang peranan dalam belajar seperti dikemukakan
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua,
motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat
dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi
tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan
belajar. Seperti yang dikatakan oleh W.S. Winkel (2014) kadar motivasi
yang lebih tinggi dapat menghasilkan taraf prestasi yang lebih tinggi pula,
lebih-lebih pada siswa yang berkemampuan terbatas.
Beberapa penelitian tentang hasil belajar menunjukkan bahwa
motivasi merupakan faktor yang memengaruhi hasil belajar. Hasil belajar
siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana,1990:3).
Meskipun motivasi memengaruhi proses dan hasil belajar, hal tersebut
sering kali kurang diperhatikan guru dalam KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar). Guru hanya menyampaikan materi saja, kurang memerhatikan
bagaimana motivasi siswanya dalam mengikuti mata pelajaran, khususnya
matematika. Hal yang menyebabkan guru tidak memerhatikan motivasi
belajar siswa adalah kurangnya pengetahuan guru tentang kebutuhan siswa
di sekolah yang menyangkut motivasi dalam belajar seperti fisiologis, rasa
aman, rasa terima, rasa dilindungi, rasa diakui, rasa dicintai dari guru dan
sesamanya belum terpenuhi (Sugeng Paranto,1981:4). Sehingga dalam
proses KBM guru tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa di kelas atau
Menurut Winkel (2014:57), belajar merupakan kegiatan mental
yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri
seorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya
dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak
langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang
menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka,
berdasarkan perilaku yang disaksikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
seseorang telah belajar.
Berdasarkan pengalaman peneliti yang pernah melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada kelas VII dan VIII di SMP
Santo Aloysius Turi, peneliti melihat pembelajaran yang berlangsung
sudah baik seperti kondisi kelas yang mendukung, sikap guru yang tegas,
perlengkapan dalam pembelajaran seperti buku-buku paket dan LKS
(Lembar Kerja Siswa) membantu proses belajar mengajar di kelas.
Namun, dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah,
dan terdapat beberapa siswa yang tidak konsentrasi dalam mengikuti
proses KBM seperti beberapa siswa yang sedang sibuk dengan dirinya
sendiri, atau melakukan aktivitas lain yang membuat siswa tidak antusias
dalam proses KBM. Sikap siswa seperti ini berdampak terhadap hasil
belajar siswa.
Ketika peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL), peneliti mengajar di kelas VII. Sebelum dan ketika peneliti
sebagian besar siswa mengerjakan dengan teman sebangkunya. Namun
ada beberapa siswa yang mengerjakannya tidak dengan teman
sebangkunya. Hal tersebut dapat disebabkan karena siswa kelas VII masih
masa peralihan dari SD ke SMP. Ketika siswa masuk kelas VII, mereka
belum saling mengenal, sehingga mendorong siswa mencari teman
sebanyak-banyaknya. Hal berbeda terjadi ketika peneliti melakukan
observasi di kelas VIII. Ketika guru memberikan tugas untuk berdiskusi
atau bekerja sama dengan teman sebangkunya, sebagian besar siswa
mengerjakan bukan dengan teman sebangkunya. Tetapi mengerjakan
dengan teman yang dianggapnya cocok. Selain itu, ada beberapa siswa
yang mengerjakan dengan teman sebangkunya. Hal demikian disebabkan
karena siswa kelas VIII sudah mengenal beberapa temannya yang
dianggap cocok.
Selain itu, terlihat pula ketika siswa sedang mengerjakan tugas dari
guru. Dalam mengerjakan latihan soal, guru memerintahkan bahwa
dikerjakan dengan teman sebangkunya. Hal ini bertujuan agar kelas tetap
kondusif dan menghemat waktu dalam mengerjakan latihan soal. Karena
jika tidak demikian, maka akan banyak siswa yang mengerjakan dengan
teman yang tidak sebangku dan berakibat kelas tidak kondusif. Namun,
perintah guru tersebut tidak dilaksanakan dengan baik oleh siswa. Masih
banyak siswa yang mengerjakan bukan dengan teman sebangkunya.
Meskipun masih ada beberapa siswa yang mengerjakan dengan teman
nyaman dengan teman sebangkunya. Sikap siswa seperti ini bisa
disebabkan karena motivasi siswa terhadap pelajaran matematika kurang
dan kenyamanan antara sesama teman. Karena itu motivasi siswa perlu
ditingkatkan agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik
untuk mencapai hasil belajar yang baik pula.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Santo Aloysius Turi, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh posisi
tempat duduk terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII
SMP Santo Aloysius Turi pada pokok bahasan lingkaran dan bangun
ruang sisi datar Tahun Ajaran 2015/2016.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah posisi tempat duduk memengaruhi motivasi belajar siswa
kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi?
2. Apakah posisi tempat duduk memengaruhi hasil belajar siswa kelas
VIII C SMP Santo Aloysius Turi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat
diketahui tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah kondisi lingkungan fisik siswa seperti
posisi tempat duduk siswa dapat memengaruhi motivasi belajar siswa
kelas kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016
2. Untuk mengetahui apakah kondisi lingkungan fisik siswa seperti
posisi tempat duduk siswa dapat memengaruhi hasil belajar siswa
kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 pada
mata pelajaran matematika.
D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan,
maka peneliti membatasi masalah tersebut sebagai berikut:
1. Penelitian difokuskan pada motivasi belajar siswa dan hasil belajar
siswa terhadap mata pelajaran matematika pada pokok bahasan
Lingkaran dan Bangun Ruang.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas VIII C SMP Santo
Aloysius Turi dan dilakukan pada semester genap tahun ajaran
2015/2016.
E. Penjelasan Istilah
Istilah-istilah yang berkaitan tentang penelitian diatas perlu
ditegaskan. Berikut istilah-istilahnya :
1. Motivasi
Menurut Sugeng Paranto (1981:3) motivasi adalah daya atau usaha
yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak melakukan
sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Pembahasan motivasi dan
motivasi belajar meliputi sejumlah unsur yang relevan bagi lahirnya
dan bertahannya motivasi itu. Di antara unsur itu ada yang bersifat
internal dan mental; ada pula yang bersifat eksternal.
Aneka unsur internal dan mental yang akan diuraikan meliputi
enam topik, yaitu kebutuhan dan motivasi; harapan akan sukses dan
motivasi; keadaan terangsang dan motivasi; pencarian sebab dan
motivasi; kaitan antara keberhasilan dan keyakinan tentang
kemampuan; serta kesimpulan bagi tenaga pengajar.
Terdapat pula unsur eksternal yang memengaruhi kadar motivasi
belajar siswa yang diatur sedemikian rupa sehingga berdampak positif
seperti : risiko yang melekat pada tugas belajar tertentu; suasana di
dalam kelas; harapan tenaga pengajar terhadap siswa; berbagai
tindakan instruksional untuk membangkitkan motivasi belajar.
3. Belajar
Menurut Heri Rahyubi (2014:3) belajar memilki pengertian
memeroleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui
pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan
informasi atau menemukan.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana,1990:3).
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan peneliti.
1. Bagi siswa
Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar dalam
mata pelajaran matematika khususnya pada bab Lingkaran dan bab
Bangun Ruang terhadap posisi tempat duduk siswa.
2. Bagi guru
a. Guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung.
b. Guru dapat memberikan solusi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
c. Dapat membantu guru dalam meningkatkan motivasi belajar
dan hasil belajar dengan melihat motivasi eksternal salah
satunya posisi tempat duduk.
3. Bagi peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dalam
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
Menurut Heri Rahyubi (2014:3) belajar memiliki pengertian
memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui
pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan
informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar
adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar
adalah proses transformasi ilmu guna memeroleh kompetensi,
keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik.
Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Menurut Hergenhahn dan Olson (dalam Heri Rahyubi,2014:3)
belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak
dicirikan oleh kondisi diri yang sifatnya sementara seperti yang
disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat-obatan.
Hampir sama dengan Hergenhahn dan Olson, menurut Mayer (dalam
Heri Rahyubi,2014:3), belajar adalah perubahan yang relatif permanen
dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang disebabkan oleh
Menurut Winkel, belajar merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang
yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan
mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung
kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan
kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan
perilaku yang disaksikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang
telah belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, menurut peneliti definisi
belajar adalah perubahan perilaku dan pengetahuan seseorang
berdasarkan pengalaman yang didapatnya.
B. Motivasi Belajar
Menurut W.S. Winkel (2014:172) motivasi belajar ialah daya
penggerak yang terdapat pada diri seseorang yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan belajar dan mengarah pada kegiatan
belajar tersebut untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar sangat
berpengaruh dalam memberikan semangat belajar siswa, karena jika
siswa memiliki motivasi yang tinggi maka siswa tersebut juga akan
memiliki energi yang tinggi untuk melakukan kegiatan belajar.
Menurut Sugeng Paranto (1981:3) motivasi merupakan daya atau
usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Menurut
Siregar,2011) motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin
dicapai melalui perilaku tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang
melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia
akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.Menurut Crupley
dalam buku Eveline Siregar (2011:49), motivasi juga dapat dijelaskan
sebagai perilaku untuk mencapai suatu tujuan.
Ames dalam buku Eveline Siregar (2011:49) menjelaskan motivasi
dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini, motivasi merupakan
sebagai cara pandang seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Sebagai contoh, seorang siswa yang berpikir bahwa ia
mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan akan
termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Peneliti lebih
menyoroti definisi motivasi belajar menurut Sugeng Paranto (1981:3)
adalah suatu upaya atau usaha yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhannya.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima
kebutuhan tersebut adalah : kebutuhan fisiologis (physiological needs),
kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs),
kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan ego (esteem needs) dan
kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).
Menurut Ali Imron dalam buku Eveline Siregar (2011:53) pada buku
memengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Cita-cita
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
motivasi belajar. Dilihat dari kenyataannya bahwa seseorang yang
memiliki cita-cita pasti akan memiliki motivasi yang tinggi pula. Hal
ini dapat terjadi ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung.
Misalnya, ketika seseorang yang memiliki cita-cita ingin menjadi
dokter, maka ia akan mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran
dengan sunguh-sungguh yang berhubungan dengan cita-citanya yaitu
dokter, hal ini juga dapat terjadi dengan cita-cita lainnya.
b. Kemampuan pembelajar
Kemampuan pembelajar juga menjadi faktor lain yang
memengaruhi motivasi belajar. Karena jika seseorang memiliki
kemampuan di bidang tertentu, maka belum tentu ia memiliki
kemampuan pada bidang lainnya. Hubungan antara kemampuan
pembelajar dan motivasi belajar akan terlihat ketika seseorang
memiliki kemampuan pada bidang tertentu. Ketika seseorang
menyadari bahwa ia memiliki kemampuan pada bidang tertentu
maka akan memengaruhi motivasi belajarnya, yaitu ia akan lebih
mengasah kemampuannya pada bidang tersebut.
Kondisi pembelajar juga menjadi faktor yang memengaruhi
motivasi belajar. Kondisi tersebut dapat diamati dari keadaan fisik
dan psikis seseorang. Jika keadaan fisik seseorang sedang tidak sehat
atau sedang kelelahan maka motivasi belajar akan mengalami
penurunan dalam melakukan aktivitas belajar atau aktivitas lainnya.
Begitupun ketika keadan fisik seseorang sedang sehat maka motivasi
belajar juga akan meningkat dengan baik. Selain dapat dilihat dari
keadaan fisik seseorang, dapat diamati pula dari keadaan psikis
seseorang. Ketika psikis seseorang sedang tidak bagus atau sedang
stress maka motivasi belajar akan mengalami penurunan dalam
aktivitas belajar. Sedangkan, ketika psikis seseorang sedang bagus
atau menyenangkan maka motivasi belajar juga akan meningkat.
d. Kondisi lingkungan pembelajar
Kondisi lingkungan pembelajar juga menjadi faktor yang
memengaruhi motivasi belajar dapat diamati dari segi lingkungan
sosial dan lingkungan fisik. Jika lingkungan sosial sekitar pembelajar
seperti teman sepermainannya, keluarga, teman sebangku membuat
tidak nyaman atau tidak mendukung pembelajar, maka motivasi
belajar pembelajar juga akan mengalami penurunan. Begitupun
sebaliknya, jika kondisi lingkungan sosial pembelajar mendukung
dalam pembelajaran, maka motivasi belajar pembelajar akan
meningkat. Selain itu, dapat diamati dari segi lingkungan fisik
yang digunakan guru. Jika hal tersebut tidak mendukung atau tidak
membuat nyaman maka motivasi belajar pembelajar akan menurun,
begitupun sebaliknya.
e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran
Faktor dinamisasi juga juga menjadi faktor yang memengaruhi
motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari sejauh mana upaya untuk
mendinamisasikan proses pembelajaran. Upaya tersebut seperti
media pembelajaran yang mendukung, bahan pelajaran, susasana
belajar dan sebagainya yang dapat mendukung proses pembelajaran
di kelas. Jika upaya-upaya tersebut dinamis maka motivasi belajar
seseorang meningkat. Sehingga semakin dinamis upaya-upaya
tersebut maka semakin meningkat motivasi belajar siswa, begitupun
sebaliknya.
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.
C. Hasil Belajar
Menurut W.S Winkel (2014) hasil belajar adalah kemampuan
seseorang yang telah diperoleh melalui belajar.Hasil belajar siswa pada
dasarnya mencakup perubahan tingkah laku dalam bidang kogintif,
afektif dan psikomotoris(Nana Sudjana,1990:3). Menurut ahli yang sama,
hasil belajar kognitif dibagi menjadi beberapa tipe hasil belajar:
a) Tipe hasil belajar: Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi
prasyarat dasar untuk tipe hasil belajar berikutnya.
b) Tipe hasil belajar: Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan adalah
pemahaman. Pemahaman adalah menerapkan sesuatu yang sudah
didapat untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Misalnya
menjelaskan sesuatu dengan kalimatnya sendiri dari yang dibaca
atau didengarnya, memberi contoh lain dari contoh yang sudah
disebutkan sebelumnya.
c) Tipe hasil belajar: Aplikasi
Tipe hasil belajar aplikasi adalah penggunaan ide, teori atau
penunjuk teknis yang sudah didapat lalu dipraktekkan atau
diterapkan pada situasi nyata yang baru.
d) Tipe hasil belajar: Analisis
Tipe hasil belajar analisis adalah tipe hasil belajar yang lebih
tinggi dari tipe hasil belajar sebelumnya dan berhubungan dengan
hasil belajar sebelumnya. Pada tipe hasil belajar ini seseorang
diharapkan mempunyai kemampuan menangkap pemahaman dengan
baik dan dapat memahami proses, cara kerja dan memahami
sistematikanya.
e) Tipe hasil belajar: Sintesis
Tipe hasil belajar sintesis adalah menyatukan unsur-unsur atau
memiliki pikiran sintesis adalah seseorang yang berpikir secara
divergen atau bercabang. Seseorang yang memiliki pemikiran
tersebut biasanya pemecahan masalah atau jawabannya belum dapat
dipastikan.
Berpikir sintesis merpakan salah satu jalan untuk membuat orang
menjadi kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang
ingin dicapai dalam pendidikan karena seseorang dengan berpikir
tersebut dapat menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas
juga dilakukan dengan berpikir secara divergen.
f) Tipe hasil belajar : Evaluasi
Tipe hasil belajar evaluasi adalah penilaian terhadap sesuatu yang
dapat diamati dari segi tujuan, cara kerja dan lain-lain. Pada tipe
hasil belajar ini diperlukan kriteria atau standar tertentu agar dalam
penilaian terdapat suatu patokan untuk memberi evaluasi.
Dapat disimpulkan bahwa dalam hasil belajar kognitif dibagi
menjadi beberapa tipe hasil belajar. Tipe-tipe hasil belajar tersebut
merupakan tahap-tahapan dari seseorang ketika menerima pengetahuan
dari dasar hingga tahapan yang paling tinggi. Tahapan-tahapan tersebut
saling memengaruhi satu dengan yang lain.
Hasil belajar dalam ranah afektif berhubungan dengan sikap dan
nilai. Tipe hasil belajar ini dapat diamati dari segi tingkah laku siswa
seperti disiplin, motivasi belajar, menghargai sesama dan guru dan
keinginan dan lain-lain. Jadi guru dalam proses pembelajaran tidak hanya
melihat nilai siswa saja namun sikap siswa juga.
Hasil belajar psikomotoris dapat diamati dari segi keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini berhubungan dengan
keterampilan seseorang setelah ia mendapat pengalaman belajarnya.
Misalnya, siswa dapat memberi contoh lain selain yang sudah disebutkan
oleh guru. Jadi guru dapat melihat hasil belajar dengan mengamati
keterampilan siswa setelah mendapat pengalaman belajar tertentu.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan mengamati hasil belajar
siswa dalam bidang kognitif yaitu tentang pengetahuan yang mencakup
beberapa tipe hasil belajar.
Penilaian hasil belajar menurut Nana Sudjana (1990) dapat
dibedakan menjadi penilain tes dan penilaian non tes. Penilaian tes
tersebut dapat dibagi menjadi penilaian tes secara lisan, penilaian tes
secara tertulis (tes dilakukan dengan tertulis) dan penilaian tes tindakan
(dapat diamati dari bentuk tindakan siswa). Sedangkan penilain bukan
non tes meliputi observasi, kuesioner, wawancara dan lain-lain. Jadi
dalam penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi penilain tes dan
penilaian non tes. Kedua penilaian tersebut saling berpengaruh dan saling
D. Hubungan Secara Teoritis Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar.
Menurut Sardiman (2012:85) pada buku Interaksi dan Motivasi
belajar Mengajar bahwa hasil belajar akan menjadi baik ketika ada
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan berhasil juga
pelajaran tersebut. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan keadaan
tingkatan usaha belajar bagi para siswa. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu
usaha karena didorong oleh motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Jadi dengan
adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. .
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan permasalahan yang peneliti ambil
yaitu beberapa jurnal seperti: Pertama,Jurnal yang berjudul Penga ruh
Kecerda san Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo ditulis oleh Firdaus
Daud. Pada jurnal tersebut penulis jurnal ingin melihat faktor internal
yaitu berupa kecerdasan emosional dan motivasi belajar siswa biologi
apakah memengaruhi hasil belajar Biologi siswa. Jurnal tersebut
menyimpulkan salah satunya bahwa semakin tinggi motivasi belajar
maka akan semakin baik pula hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di
mengalami pengaruh positif dan signifikan. Kesimpulan ini dilihat dari
nilai yang telah dianalisis.
Kedua, jurnal yang berjudul Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas VIII SMP
PGRI 16 Brangsing Kabupaten Kendal. Pada jurnal tersebut penulis
jurnal ingin melihat metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
apakah sudah baik atau belum. Selain itu, juga melihat apakah metode
pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada
jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dan metode
pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas
VIII. Dari kedua jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
siswa dapat memengaruhi hasil belajar siswa.
Ketiga, skripsi yang berjudul Kenyamanan Belajar Siswa Di Kela s
IV SD Negeri Se-Kecamatan Pakualaman Tahun Ajaran 2014/2015 oleh
Luthfiana Ambarsari. Pada skripsi tersebut peneliti ingin melihat
kenyamanan belajar siswa SD tersebut dengan kondisi di lingkungan
dalam dan luar bagaimana. Pada skripsi tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat beberapa siswa yang nyaman dan tidak nyaman belajar di
kelas. Sebagian kondisi lingkungan yang di dalam maupun yang di luar
kelas masih ada yang kurang baik. Faktor yang membuat siswa tidak
F. Lingkaran
1. Lingkaran dan Bagian-bagiannya.
Menurut Tasari J. Dris (2011,124) lingkaran
adalah kedudukan titik-titk sebidang yang
berjarak sama terhadap satu titik tertentu. Titik
tertentu tersebut disebut titik pusat lingkaran.Pada
gambar 2.1 lingkaran mempunyai beberapa
bagian, seperti :
a. ̅̅̅̅ adalah diameter lingkaran,
b. ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ adalah jari-jari,
c. ̅̅̅̅ adalah tali busur, d. Bidang a adalah juring,dan
e. Bidang b adalah tembereng.
Kurva lengkung ̂, ̂, dan ̂merupakan busur lingkaran.
̅̅̅̅ yang tegak lurus tali busur BC adalah apotema. Apotema
merupakan garis tegak lurus yang menghubungkan titik pusat
lingkaran dengan tali busur lingkaran.
Panjang diameter dilambangkan dengan d, sedangkan panjang
jari-jari dilambangkan dengan r. Hubungan antara diameter dan
jari-jari adalah sebagai berikut.
atau
Jadi dapat didefiniskan diameter sebagai ruas garis yang
menghubungkan 2 titik pada lingkaran yang melalui titik pusat.
a P A O C B b Gambar 2.1 Lingkaran dan
[image:38.595.141.532.169.582.2]Sedangkan, jari-jarimenurut ST. Negoro dan B. Harahap (1982:202)
adalah semua ruas garis antara pusat dan sembarang titik pada
lingkaran.
2. Besaran-Besaran pada Lingkaran
a. Keliling Lingkaran
Keliling lingkaran adalah panjang lintasan yang melintasi
garis lengkung lingkaran dan panjangnya bergantung pada
jari-jari lingkaran. Keliling lingkaran . Karena jadi : Keliling lingkaran
Jadi keliling lingkaran
b. Luas Daerah Lingkaran
Karena , maka luas daerah lingkaran menjadi:
( )
Jadi, luas daerah lingkaran dengan r = jari-jari, d =
c. Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur, dan Luas Juring
1) Pengertian Sudut Pusat
Sudut yang terbentuk oleh dua buah ruas garis jari-jari
lingkaran yang menghadap busur yang kecil
dan terletak pada pusat lingkaran disebut
sudut pusat lingkaran.
Perhatikan Gambar 2.2 di samping
yang menghadap busur ̂ yang kecil adalah sudut pusat lingkaran.
2) Hubungan Antara Sudut Pusat dengan Panjang Busur dan Luas
Juring
Perhatikan Gambar 2.3 di
samping ini. Setiap lingkaran
berlaku semakin besar sudut pusat
maka semakin besar panjang busur
dan semakin besar juga luas
juringnya. Sebaliknya, semakin
kecil sudut pusat maka semakin
kecil panjang busur dan semakin kecil juga luas juringnya.
3) Perhitungan Panjang Busur
Pada Gambar 2.4 adalah sudut pusat lingkaan. Besar sudut pusat AOB adalah (sudut siku-siku). Panjang busur
dihadapan sudut pusat keliling. Karena satu putaran
A B
[image:40.595.142.532.199.621.2]O
Gambar 2.2 Sudut Pusat
O
A B
C D
Gambar 2.3 Hubungan Antara Sudut Pusat dengan
besar sudutnya , maka panjang
busur
keliling
lingkaran.
Panjang busur
4) Perhitungan Luas Juring
Menurut ST. Negoro dan B.
Harahap (1982:204) juring
adalah daerah yang dibatasi oleh
dua jari-jari dan satu busur pada
suatu lingkaran. Pada Gambar
2.5 luas juring AOB = luas
daerah lingkaran.
Luas juring AOB = luas lingkaran
Jika besar sudut pusat AOE = maka luas juring AOE
sama dengan
luas lingkaran. Secara umum dapat ditulis
sebagai berikut.
Luas juring AOE =
O
B D
C
E
A
Gambar 2.4 Panjang Busur
B D
C
E
A O
[image:41.595.139.516.110.573.2]
5) Perhitungan Luas Tembereng.
Menurut ST. Negoro dan B.
Harahap (1982:514) tembereng
adalah daerah yang dibatasi oleh
sebuah tali busur dan busur pada
sebuah lingkaran. Pada Gambar 2.6
di samping, daerah yang diarsir merupakan tembereng.
Luas tembereng = Luas juring AOB– Luas 6) Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring
Perhatikan Gambar 2.7 , maka di
dapat
7) Hubungan Sudut Pusat dan Sudut
Keliling
Pada Gambar 2.8 di samping
adalah sudut pusat lingkaran
dan adalah sudut keliling lingkaran.
Sudut pusat = 2 sudut keliling
atau sudut keliling = sudut pusat.
B A
[image:42.595.137.518.97.757.2]O
Gambar 2.6 Luas Tembereng A C D B O Gambar 2.7 Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas
C
A B
O
Gambar 2.8 Hubungan Sudut Pusat dan Sudut
8) Sifat-Sifat Sudut Keliling
a) Sudut Keliling yang Menghadap
Diameter Lingkaran.
Pada Gambar 2.9, AC adalah
diameter lingkaran dengan titik O
pusat lingkaran. Besar sudut AOC =
(sudut lurus). adalah
sudut keliling yang menghadap
diameter AC.
Besar sudut keliling yang menghadap diameter adalah
siku-siku (
b) Sudut-Sudut Keliling yang Menghadap Busur yang Sama
Pada Gambar 2.10, adalah sudut keliling dan adalah sudut pusat yang menghadap busur sama
yaitu busur ̂. Sehingga berlaku
. Selain itu, pada
gambar tersebut terlihat pula merupakan sudut keliling dimana
dan adalah sudut keliling yang menghadap
busur yang sama yaitu busur ̂. Sudut keliling yang menghadap busur yang sama adalah sama besar.
A
B
[image:43.595.140.537.115.657.2]C O
Gambar 2.9 Sudut Keliling Yang Menghadap Diameter Lingkaran A B C O
Gambar 2.10 Sudut-sudut Keliling yang Menghadap Busur
3. Panjang Garis Singgung.
1) Cara menghitung Panjang Garis
Singgung dari Sebuah Titik di
Luar Lingkaran.
Terbentuk segitiga siku-siku
OBA yang siku-siku di B
berdasarkan sifat garis singgung.
Dengan menggunakan dalil
Pythagoras, panjang AB dapat
ditentukan.
atau
√
Dengan j : panjang garis singgung
: jarak pusat lingkaran O ke titik A
: jari-jari lingkaran.
2) Cara Menghitung Garis Singgung Persekutuan Dua
Lingkaran.
a) Garis Singgung Persekutuan Luar
Jarak antara dua titik singgung diperoleh dengan
menggunakan dalil Pythagoras sebagai berikut.
Perhatikan pada gambar di atas.
, dan , maka A j A r d B O Gambar 2.11 Menghitung Panjang
Garis Singgung dari Sebuah Titik di Luar
[image:44.595.140.511.131.600.2]
√
Jika jarak antara kedua pusat lingkaran d, jari-jari
lingkaran M adalah R dan jari-jari lingkaran N adalah r,
maka:
√ ,
dengan R >r
Dengan j = panjang
garis singgung persekutuan
luar.
b) Garis Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran
Pada Gambar 2.13, garis
k menyinggung lingkaran P
di titik A dan lingkaran Q di
titik B. Sehingga AB adalah
garis singgung lingkaran P
dan Q. Lalu ̅̅̅̅ adalah jarak pusat kedua lingkaran
tersebut.
Pada berlaku dalil Pythagoras.
Karena , maka
[image:45.595.138.516.231.613.2]Gambar 2.13 Garis Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran d B O R j A P C k r Q B k A C R M A N B r jA d N
Jika jarak kedua pusat lingkaran j, jari-jari
lingkaran P adalah R dan jari-jari lingkaran Q adalah
r, maka
√ , dengan R >r.
Dengan l = panjang garis singgung persekutuan
dalam.
3) Panjang Sabuk Lilitan
Jika kedua lingkaran
yang mempunyai jari-jari
sama secara berturut-turt
adalah R dan r, dan
lingkaran tersebut terdapat
dua garis singgung
persekutuan luar seperti pada Gambar 2.14. Maka panjang
garis singgung persekutuan luar lingkaran minimal adalah
AB+ CD+2 keliling lingkaran atau sama dengan 2 kali
panjang garis singgung persekutuan luar+keliling lingkaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa panjang sabuk yang dibutuhkan
untuk mengikat dua lingkaran yang berjari-jari sama adalah 2
kali panjang garis singgung persekutuan luar + keliling
lingkaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk r = a maka
D
A M
C
B N
Gambar 2.14 Panjang Sabuk
[image:46.595.141.511.192.586.2]Panjang sabuk lilitan minimal =
Dengan a = jari-jari lingkaran 1 (R) atau jari-jari
lingkaran 2 (r), dengan R = r.
G. Bangun Ruang
1. Kubus dan Balok
a.Bagian-Bagian Kubus
1) Sisi, Rusuk, dan Titik Sudut
Menururt Tasari J. Dris (2011:166) Hampir sama dengan
pengertian sisi pada bangun datar. Perbedaanya adalah pada
bangun datar sisi berupa garis, sedangkan pada bangun ruang
sisi yang dimaksudkan berupa bidang/bangun datar.
Perhatikan daerah yang diarsir pada gambar 2.15, yaitu
BCGF. Bidang BCGF merupakan salah satu sisi dari kubus
ABCD.EFGH.
Perhatikan bagian kubus
yang lain (Gambar 2.15) yaitu
garis AB. Garis AB merupakan
tempat pertemuan/perpotongan
sisi ABFE dan ABCD. Garis yang
demikian disebut rusuk.
rusuk
Titik sudut
A B
C D
E F
[image:47.595.136.537.245.694.2]H G
Gambar 2.15 Unsur-unsur Kubus
Perhatikan salah satu bagian kubus yang lain lagi (gambar
13), misalnya titik B merupakan tempat pertemuan rusuk AB,
BC, dan BF. Titik B disebut titik sudut kubus ABCD.EFGH.
2) Diagonal Sisi Kubus
Telah diketahui bahwa
sebelumnya bahwa sisi kubus
berbentuk pesergi. Jadi, ABFE
berbentuk persegi. Kita misalkan
panjang AB = a cm. Dengan
menggunakan dalil Pythagoras akan kita peroleh
√
3) Bidang Diagonal Kubus
Dari Gambar 2.17 di
samping, kita peroleh bahwa:
AB = rusuk kubus
BG = diagonal sisi kubus
Jadi, ABGH berbentuk
persegi panjang.
A B
C D
Gambar 2.16 Diagonal Sisi Kubus
A B
C D
E F
H G
[image:48.595.136.505.216.720.2]Kita misalkan AB = a cm, maka
BG = cm sehingga kita peroleh Luas persegi panjang ABGH=
Jadi, luas ABGH adalah . 4) Diagonal Ruang Kubus
Perhatikan Gambar 2.19 di atas.
Garis EC berada di dalam ruang kubus
ABCD.EFGH. Garis yang demikian
dinamakan diagonal ruang kubus. Jadi,
garis DF merupakan diagonal ruang
kubus ABCD.EFGH.
b. Bagian-bagian Balok
1) Sisi, Rusuk, dan Titik Sudut
Perhatikan
daerah yang diarsir dari
balok ABCD.EFGH
pada gambar di atas,
yaitu bidang BCGF.
Bidang ini merupakan
salah satu sisi balok.
A B
H G
a cm
[image:49.595.139.522.83.734.2]cm
Gambar 2.18 Luas Bidang Diagonal
Kubus
Sisi Balok
A B
C D
E F
H G
Titik sudut rusuk Gambar 2.20 Bagian-bagian Balok
A B
C D
E F
H G
Gambar 2.19 Diagonal Ruang
Perhatikan garis EF pada gambar di atas. Garis GH
merupakan salah satu rusuk balok ABCD.EFGH. Pada balok
tersebut terdapat tiga pasang rusuk yang sejajar, yaitu:
a. ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
b. ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
c. 2) Diagonal Sisi Balok
Sama seperti
kubus, balok juga
mempunyai diagonal
sisi. Namun panjang
diagonal sisi pada balok
tidak semuanya sama
panjang. Perhatikan
Gambar 2.21. Garis BE, BG, dan EG merupakan diagonal sisi
balok ABCD.EFGH.
Kita misalkan panjang balok (AB) = p, lebar balok
(BC) = l, dan tinggi (CG) = t. Dari Gambar 2.21 di atas, kita
peroleh
A B
F E
p
t
A B
C D
E F
H G Diagonal sisi Diagonal sisi Diagonal sisi
p l
t
Gambar 2.21 Diagonal Sisi Balok
3) Bidang diagonal Balok
Pada Gambar 2.22
terlihat daerah yang diarsir,
yaitu ACGE dibatasi oleh dua
diagonal sisi ( ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅) dan dua rusuk ( ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅). Bidang
ACGE merupakan bidang
diagonal balok ABCD.EFGH.
Bidang ACGE berbentuk
persegi panjang seperti pada
Gambar 2.23, sehingga kita
peroleh:
Luas persegi panjang ACGE =
√
√
B C
G F
l
t
E F
G H p l √ √
A B
C D
E F
H G
Gambar 2.22 Bidang Diagonal
Balok
A C
G E
√
4) Diagonal Ruang Balok
̅̅̅̅ berada di dalam balok
ABCD.EFGH. ̅̅̅̅ dinamakan
diagonal ruang balok.
̅̅̅̅ merupakan diagonal
bidang diagonal ACGE. Dengan
menggunakan dalil Pythagoras,
dapat diperoleh
̅̅̅̅ merupakan diagonal sisi balok dengan panjang
√ , maka
√
√
c. Jaring-jaring Kubus dan Balok
i. Jaring-Jaring Kubus
A B
C D
E F
H G
Gambar 2.24 Diagonal Ruang Balok
A B
C D
E F
H G
A E
H D
H G
C
B F E
H G
E F
ii. Jaring-jaring Balok
d. Luas Permukaan Kubus dan Balok
Luas permukaan kubus merupakan jumlah luas keenam persegi
tersebut. Jika kita misalkan panjang rusuk kubus adalah s cm, maka
Luas permukaan kubus
Sedangkan jaring-jaring balok juga terdiri atas 6 persegi
panjang. Jadi, luas permukaan balok dapat dicari dengan
menjumlahkan luas keenam persegi panjang tersebut.
Jika kita misalkan p = panjang balok, l = lebar balok, dan t =
tinggi balok, maka
Luas permukaan balok =
A B
C D
E F
H G
A E
H D
H G
C
B F E
H G
E F
Luas permukaan balok = e. Volume Kubus dan Balok
i. Volume Kubus
Untuk mencari volume kubus kita dapat menggunakan kubus
satuan, yaitu dengan panjang rusuk 1 cm. Sehingga volume kubus
satuan sebesar 1 .
Dengan V = volume kubus;
s = panjang rusuk kubus.
ii. Volume Balok
Untuk mencari volume balok dapat digunakan kubus satuan
yang dipakai untuk mencari volume kubus. Tedapat balok yang
tersusun atas 12 kubus satuan sehingga volume balok tersebut
adalah . Balok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut,
panjang balok terdiri dari 6 kubus satuan, panjang balok 6 cm. Lalu
lebar balok terdiri atas 2 kubus satuan, sehingga lebar balok 2 cm.
Tinggi balok terdiri atas 1 kubus satuan, sehingga tingga balok 1
cm. Diperoleh hubungan sebagai berikut :
Sehingga volume balok:
Dengan p = panjang, l = lebar, t = tinggi, dan V = volume
2. Limas dan Prisma Tegak
1. Bagian-Bagian Limas dan
Prisma Tegak.
i. Bagian-Bagian Limas
Perhatikan limas segi
empat T.ABCD di
samping ini. T adalah titik puncak limas. Bidang ABCD adalah
bidang alas. Jarak T ke titik perpotongan diagonal bidang alas
ABCD disebut tinggi limas. Segitiga-segitiga TAB, TBC, TCD,
dan TDA disebut sisi-sisi tegak, sedangkan ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan
̅̅̅̅ adalah rusuk-rusuk tegak limas. TAC dan TBD adalah
bidang-bidang diagonal. Diagonal sisi atau diagonal
bidangnya hanya terdapat pada sisi alas, yaitu AC dan BD.
Dengan demikian, limas adalah bangun ruang yang dibatasi
oleh sebuah sisi alas dan sisi-sisi tegak yang berupa segitita
yang satu titik sudutnya dari sisi-sisi tegak tersebut saling
bertemu.
Nama limas diberikan sesuai dengan alasnya. Jika alasnya
berupa segi-n maka limas tersbut merupakan limas segi-n. Jika
panjang rusuk alas segi-n sama panjang, maka limas tersebut
merupakan limas segi-n beraturan.
A
B D
O T
C
ii. Bagian-Bagian Prisma Tegak
Gambar prisma di samping ini
merupakan prisma segitiga ABC.DEF.
sisi ABC dan DEF kongruen dan
sejajar. Dari kedua sisi tersebut
kemudian ditarik garis lurus yang
menghubungkan titik sudut yang
bersesuaian.
Permberian nama suatu prima berdasarkan bentuk sisi alas
atau sisi atas. Pada prisma di atas, sisi alas dan sisi atas prisma
bebentuk segitiga sehingga prisma merupakan prisma segitiga.
iii.Jaring-Jaring Limas dan Prisma Tegak
2. Besaran-Besaran pada Limas dan Prisma Tegak
i. Luas Permukaan Limas
Luas permukaan limas = luas alas + luas semua sisi
tegak.
B A
B
C B
E F D E E A B C
D E
F Gambar 2.28 Prisma Tegak T C T A B T
Gambar 2.29 Jaring-jaring Limas alas Segitiga
[image:56.595.142.507.93.588.2]ii. Luas Permukaan Prisma Tegak.
Luas permukaan prisma = luas sisi alas + luas sisi atas +
luas selubung (sis-sisi tegak)
= (luas sisi atas) + luas
selubung
Luas selubung = ABt + BCt + ACt
=(AB + BC + AC) t
= (keliling alas) t
Luas permukaan prisma = 2 (luas bidang alas) + luas
selubung
= (2 luas alas)+(keliling alas
tinggi)
iii.Volume Limas
Volume Limas = volume kubus
Karena = dan , maka
Dengan V = volume limas;
= luas alas limas; = sisi;
iv. Volume Prisma Tegak
Untuk menghitung volume prisma tegak
menggunakan sebuah balok
ABCD.EFGH yang
dipotong sepanjang diagonal
sisi ̅̅̅̅ secara tegak lururs ke bawah. Sehingga didapat
dua buah bangun ruang yang
kongruen dengan alas segitiga yaitu prisma segitiga
BAD.FEH dan BCD.FGH.
Volume prisma =
Dengan demikian, volume prisma ditulis
Dengan V : volume prsima;
: luas alas prsima;
t = tinggi prisma.
H. Kerangka Berpikir
Melihat dari latar belakang penelitian bahwa masih banyak
ditemukan permasalahan yang menyangkut motivasi belajar siswa.
Beberapa permasalahan yang muncul pada saat proses pembelajaran
A B
C D
E F
[image:58.595.137.514.113.594.2]H G
adalah ketidakseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu
dengan berbicara dengan teman sebangkunya, tidak mendengarkan guru,
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Namun ada beberapa
siswa yang memerhatikan guru pada saat proses pembelajaran. Hal-hal
tersebut dipengaruhi oleh beberapa motivasi yang ada didalam diri siswa
tersebut ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas. Motivasi yang
kurang dalam mengikuti proses pembelajaran akan berdampak pada hasil
belajar mereka nanti. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
diperlukan beberapa faktor yang memengaruhi motivasi, seperti yang
dikemukakakan oleh Ali Imron.
Peranan motivasi belajar sangat penting dalam memengaruhi
hasil belajar. Namun hal ini sering kali kurang diperhatikan guru dalam
KBM. Terkadang guru kurang memerhatikan motivasi siswa dalam
KBM. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan guru tentang
kebutuhan siswa di sekolah yang menyangkut motivasi dalam belajar
seperti fisiologis, rasa aman, rasa terima, rasa dilindungi, rasa diakui, rasa
dicintai dari guru dan sesamanya belum terpenuhi (Sugeng
Paranto;1981). Sehingga dalam proses KBM guru belum bisa memenuhi
beberapa kebutuhan siswa di kelas.
Berdasarkan pengalaman peneliti di SMP Santo Aloysius Turi
dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada kelas VII dan VIII,
peneliti melihat bagaimana proses KBM berlangsung. Dalam proses
aktivitas masing-masing yang tidak berhubungan dengan mata pelajaran
yang sedang berlangsung di kelas. Sikap siswa seperti ini dapat
berdampak pada hasil belajar siswa. Selain itu, terlihat pula ketika siswa
sedang mengerjakan tugas dari guru. Dalam mengerjakan tugasnya, guru
memerintahkan bahwa dikerjakan dengan teman sebangkunya. Hal ini
bertujuan agar kelas tetap kondusif dan menghemat waktu dalam
mengerjakan tugas. Karena jika tidak demikian, maka akan banyak siswa
yang mengerjakan dengan teman yang tidak sebangku dan berakibat
kelas tidak kondusif. Namun, perintah guru tersebut tidak dilaksanakan
dengan baik oleh siswa. Masih banyak siswa yang mengerjakan bukan
dengan teman sebangkunya. Meskipun masih ada beberapa siswa yang
mengerjakan dengan teman sebangkunya. Hal tersebut terjadi entah
karena siswa bosan atau tidak nyaman dengan teman sebangkunya. Sikap
siswa seperti ini bisa disebabkan karena motivasi siswa terhadap
pelajaran matematika kurang dan kenyamanan antara sesama teman.
Karena itu motivasi siswa perlu ditingkatkan agar siswa dapat mengikuti
kegiatan belajar dengan baik untuk mencapai hasil belajar yang baik
pula.Melihat hal ini, peneliti ingin meningkatkan motivasi belajar siswa
yang dipengaruhi oleh salah satu faktor, yaitu faktor kondisi lingkungan
pembelajar berupa merubah posisi tempat duduk siswa seperti yang
dikemukakan oleh Ali Imron. Jika kondisi lingkungan belajar
mendukung dalam pembelajaran maka motivasi belajar siswa juga akan
belajar siswa pun meningkat. Peneliti berharap dengan adanya pemberian
faktor tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan akan
44
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2010) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang
menguraikan teori secara sistematis (bukan hanya sekedar pendapat para
pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan
variabel yang diteliti. Bogdan dan Taylor dalam buku Basrowi dan
Suwandi (2008:1) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Peneliti akan mendeksripsikan pengaruh posisi tempat duduk siswa
terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Data kualitatif dapat
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan mengedarkan instrumen
angket. Data kuantitatif dapat diperoleh melalui hasil belajar dan hasil
angket.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Santo Aloysius Turi.
2. Waktu Penelitian
C. Subyek dan Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah 21 siswa kelas VIII semester genap Tahun
Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan.
2. Obyek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah hubungan posisi tempat duduk
dengan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.
D. Bentuk Data
1. Data Motivasi Belajar Siswa
Data motivasi belajar diperoleh melalui observasi yang berupa
catatan peneliti dan dokumentasi ketika proses pembelajaran. Selain
itu, data motivasi belajar juga berupa wawancara dan angket tentang
motivasi belajar untuk mendukung data dari hasil observasi.
2. Data Hasil Belajar
Data hasil belajar diperoleh dengan melihat hasil belajar siswa
melalui hasil ulangan harian bab tertentu.
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan data : 1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi, pemberian
a. Observasi
Menurut Nasution (1998) dalam buku Metode Penelitian
Pendidikan (Sugiyono,2010:310) observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Marshall (1995) dalam
buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono,2010:310) melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut. Observasi dilakukan terhadap pembelajaran
matematika di kelas yang akan diteliti dan pengamatan ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dengan menggunakan
alat indera dan akan didokumentasikan. Observasi dilakukan
untuk mengetahui kondisi kelas sebelum di ubah posisi tempat
duduknya.
b. Pemberian Angket
Menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertutlis kepada
responden untuk dijawabnya. Angket berisi beberapa pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari subyek
yang akan diteliti. Angket yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah angket yang digunakan untuk mencari pengaruh posisi
tempat duduk siswa terhadap motivasi belajar dan hasil belajar
c. Pemberian Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150) tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Tes dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap suatu materi seja