Thevea Yurike Redianawati, 2015. Analisis Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika PISA di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kemampuan penalaran siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika PISA, 2) kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika PISA, 3) hubungan kemampuan penalaran dan berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika PISA.
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif. Subyek penelitian yaitu empat siswa kelas 8-1 SMP Negeri 5 Yogyakarta yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Terdiri dari siswa S3 yang mewakili kelompok kemampuan dasar matematika tinggi, siswa S4 dan siswa S12 yang mewakili kelompok kemampuan dasar matematika sedang, dan siswa S14 yang mewakili kelompok kemampuan dasar matematika rendah. Metode pengumpulan data yaitu tes tertulis dan wawancara. Soal tes sebanyak satu soal berbentuk uraian dan dipilih berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan sesuai kerangka PISA. Wawancara dilakukan untuk memverifikasi dan memperluas informasi dari siswa dalam menyelesaikan soal matematika PISA.
kemampuan berpikir kreatif.
Thevea Yurike Redianawati, 2015. Analysis of Reasoning and Creative Thinking Skills of VIII Graders in Solving PISA Mathematic Question in SMP Negeri 5 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Natural Science Education Department, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research aims to know: 1) the reasoning skill of VIII graders in solving PISA mathematic questions, 2) the creative thinking skill of VIII graders in solving PISA mathematic questions, 3) the relation of reasoning and creative thinking skill of VIII graders in solving PISA mathematic questions.
This research is a qualitative research. The subject of research are four students from 8-1 grade of SMP N 5 Yogyakarta that chosen based on criteria. The students consist of student S3 representing the group of high basic mathematic skill, students S4 and S12 representing the group of middle basic mathematic skill, and student S14 representing the group of low basic mathematics skill. The methods of data collection are written test and interview. The test has one essay question. It has been selected based on the probabilities which has been determined within PISA framework. Interviews were conducted to verify and expand the information of students while working on a written test about PISA.
This research showed that: 1) the reasoning skills of the eighth graders in solving PISA questions are as follows: a) S3 student could show five indicators of the reasoning skill, b) S4 student could show six indicators of the reasoning skill, c) S12 student could show two indicators of the reasoning skill, and d) S14 student could show six indicators of the reasoning skill, 2) the creative thinking skills of the eighth graders in solving PISA mathematic questions are as follows: a) S3 student could show three indicators of the creative thinking skill, b) s4 student could show two indicators of the creative thinking skill, c) S12 student could not show the indicators of the creative thinking skill, and d) S14 student could show two indicators of the creative thinking skills, 3) the relation of the reasoning and creative thinking skills of the eighth graders in solving PISA mathematic questions are as follows: a) S3, S4, and S14 students showed that the indicators of P2_a, P2_b or P3 reasoning skills emerged the indicator of B1, B2, and B3 creative thinking skills, and b) S12 student did not show the indicator of the reasoning skill which emerged the indicator of the creative thinking skill.
i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
Thevea Yurike Redianawati
NIM : 111414007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
ANALISIS KEMAMPUAN PENALARANAN DAN BERPIKIR
KREATIF SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL
iv
Sakehing prakara bisa daksangga ana ing
Panjenengane kang paring kekuwatan marang aku
(Filipi 4:13)
Dengan penuh syukur kepada Allah,
skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan penyertaan-Nya
sehingga saya dapat menempuh pendidikan hingga S1,
Bapak, Ibu, Simbah, dan dek Tita yang selalu mendukung dalam
doa dan memberikan motivasi,
Sahabat-sahabatku Monic, Yoyo, Selli, Sunny, Jevi, Lisa,
dan Mas Ardi yang telah mendengar keluh kesah,
memberikan saran dan semangat,.
v
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Juli 2015
Penulis
vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma :
Nama : Thevea Yurike Redianawati
NIM : 111414007
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN DAN BERPIKIR KREATIF
SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA
PISA DI SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA.”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perspustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal: 30 Juli 2015
Yang menyatakan,
vii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena
atas berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika PISA di SMP Negeri 5 Yogyakarta” dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
kritik dan saran, bantuan, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung demi
penyelesian skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan ketua program
studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetya, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik 2011/A program studi Pendidikan Matematika Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Yansen Marpaung selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
viii
yang telah memberikan saran dan kritik terhadap instrumen yang dibuat
peneliti.
6. Bapak Dr. Hongki Julie, S.Pd, M.Si. dan Bapak A. Yudhi Anggoro, M.Si.
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan bimbingan
dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam menyelesaikan segala
kebutuhan skripsi ini.
8. Kepala SMP Negeri 5 Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk
melakukan penelitian.
9. Ibu Rusindrayanti, M.Pd. selaku guru matematika kelas 8-1 SMP Negeri 5
Yogyakarta yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian.
10.Bapak/Ibu Guru SMP Negeri 5 Yogyakarta yang telah mengijinkan
siswa-siswanya mengikuti penelitian dan memberikan semangat kepada peneliti
dalam melaksanakan penelitian.
11.Siswa-siswa Kelas 8-1 tahun ajaran 2014/2015 SMP Negeri 5 Yogyakarta
yang bersedia mengikuti penelitian ini dengan penuh semangat, khususnya
Damar, Ignas, Arda, Fatharani, Aurel, Flavia, Arda dan David (Kelas 8-CI).
12.Bapak, Ibu, Simbah dan Dek Tita yang telah mendukung dalam doa dan
memberikan motivasi selama peneliti menyusun skripsi ini.
13.Erica, Jevi, Lisa, Monic, Yoyo, Selly, Sunny, Dika, Mas Ardi, Dilla, Agung
dan teman-teman yang lain yang telah memberikan saran, bantuan dan
ix
berperan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan serta
pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 30 Juli 2015
Penulis,
x
Thevea Yurike Redianawati, 2015. Analisis Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika PISA di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kemampuan penalaran siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika PISA, 2) kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika PISA, 3) hubungan kemampuan penalaran dan berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika PISA.
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif. Subyek penelitian yaitu empat siswa kelas 8-1 SMP Negeri 5 Yogyakarta yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Terdiri dari siswa S3 yang mewakili kelompok kemampuan dasar matematika tinggi, siswa S4 dan siswa S12 yang mewakili kelompok kemampuan dasar matematika sedang, dan siswa S14 yang mewakili kelompok kemampuan dasar matematika rendah. Metode pengumpulan data yaitu tes tertulis dan wawancara. Soal tes sebanyak satu soal berbentuk uraian dan dipilih berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan sesuai kerangka PISA. Wawancara dilakukan untuk memverifikasi dan memperluas informasi dari siswa dalam menyelesaikan soal matematika PISA.
xi
adanya indikator kemampuan penalaran yang mendorong munculnya indikator kemampuan berpikir kreatif.
xii
Thevea Yurike Redianawati, 2015. Analysis of Reasoning and Creative Thinking Skills of VIII Graders in Solving PISA Mathematic Question in SMP Negeri 5 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Natural Science Education Department, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research aims to know: 1) the reasoning skill of VIII graders in solving PISA mathematic questions, 2) the creative thinking skill of VIII graders in solving PISA mathematic questions, 3) the relation of reasoning and creative thinking skill of VIII graders in solving PISA mathematic questions.
This research is a qualitative research. The subject of research are four students from 8-1 grade of SMP N 5 Yogyakarta that chosen based on criteria. The students consist of student S3 representing the group of high basic mathematic skill, students S4 and S12 representing the group of middle basic mathematic skill, and student S14 representing the group of low basic mathematics skill. The methods of data collection are written test and interview. The test has one essay question. It has been selected based on the probabilities which has been determined within PISA framework. Interviews were conducted to verify and expand the information of students while working on a written test about PISA.
This research showed that: 1) the reasoning skills of the eighth graders in solving PISA questions are as follows: a) S3 student could show five indicators of the reasoning skill, b) S4 student could show six indicators of the reasoning skill, c) S12 student could show two indicators of the reasoning skill, and d) S14 student could show six indicators of the reasoning skill, 2) the creative thinking skills of the eighth graders in solving PISA mathematic questions are as follows: a) S3 student could show three indicators of the creative thinking skill, b) s4 student could show two indicators of the creative thinking skill, c) S12 student could not show the indicators of the creative thinking skill, and d) S14 student could show two indicators of the creative thinking skills, 3) the relation of the reasoning and creative thinking skills of the eighth graders in solving PISA mathematic questions are as follows: a) S3, S4, and S14 students showed that the indicators of P2_a, P2_b or P3 reasoning skills emerged the indicator of B1, B2, and B3 creative thinking skills, and b) S12 student did not show the indicator of the reasoning skill which emerged the indicator of the creative thinking skill.
xiii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBIKASI KARYA ILMIAH vi KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR DIAGRAM ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Batasan Istilah ... 5
E. Tujuan ... 6
F. Manfaat ... 7
G. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Masalah ... 10
B. Pemecahan Masalah ... 11
1. Pengertian Pemecahan Masalah ... 11
xiv
1. Pengertian Penalaran ... 17
2. Penalaran dalam Pemecahan Masalah ... 18
D. Kreativitas ... 20
1. Pengertian Kreativitas ... 20
2. Kreativitas dalam Pemecahan Masalah ... 22
E. PISA (Programme for International Students Assessment) ... 23
1. PISA ... 23
2. Soal PISA ... 24
F. Kerangka Berpikir ... 32
G. Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47
A. Metode Penelitian ... 47
B. Sumber Data Penelitian ... 47
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
D. Bentuk Data Penelitian ... 48
E. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian ... 49
F. Teknik Pengumpulan Data ... 50
1. Teknik Pengumpulan Data ... 50
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 52
G. Analisis Validasi Instrumen ... 54
H. Metode Analisis Data ... 55
BAB IV PELAKSANAAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 57
1. Persiapan Penelitian ... 57
2. Pelaksanaan Uji Coba ... 59
3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 61
B. Penyajian Data ... 66
C. Analisis Hasil Penelitian ... 67
D. Penyelesaian Siswa S3 ... 67
1. Kemampuan Penalaran Siswa S3 ... 67
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa S3 ... 70
xv
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa S4 ... 73
3. Hubungan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kreatif Siswa S4 . 75 F. Penyelesain Siswa S12 ... 76
1. Kemampuan Penalaran Siswa S12 ... 76
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa S12 ... 77
3. Hubungan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kreatif Siswa S12 ... 78
G. Penyelesaian Siswa S14 ... 79
1. Kemampuan Penalaran Siswa S14 ... 79
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa S14 ... 80
3. Hubungan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kreatif Siswa S14 ... 81
H. Keterbatasan Penelitian ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
xvi
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 16
Tabel 2.2 Deskripsi Tingkatan Penalaran ... 19
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Pisa ... 52
Tabel 3.2 Daftar Pedoman Wawancara... 53
Tabel 3.3 Kode Indikator ... 56
Tabel 4.1 Daftar Nilai Siswa Kelas 8-1 ... 62
Tabel 4.2 Daftar Kemampuan Dasar Matematika Kelas 8-1 ... 63
Tabel 4.3 Kemampuan Penalaran S3 ... 67
Tabel 4.4 Kemampuan Berpikir Kreatif S3 ... 70
Tabel 4.5 Kemampuan Penalaran S4 ... 72
Tabel 4.6 Kemampuan Berpikir Kreatif S4 ... 73
Tabel 4.7 Kemampuan Penalaran S12 ... 76
Tabel 4.8 Kemampuan Berpikir Kreatif S12 ... 77
Tabel 4.9 Kemampuan Penalaran S14 ... 79
xvii
Diagram 4.1 Proses Penyelesaian S3 ... 71
Diagram 4.2 Proses Penyelesaian S4 ... 75
Diagram 4.3 Proses Penyelesaian S12 ... 78
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tingkatan Penalaran ... 18
Gambar 2.2 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta ... 26
Gambar 2.3 Luas Daerah Bangun Tidak Beraturan ... 28
Gambar 2.4 Menentukan Luas Provinsi DIY pada Peta ... 29
Gambar 2.5 Menyusun Rencana ... 37
Gambar 2.6 Melaksanakan Rencana ... 38
Gambar 2.7 Cara Penyelesaian 1a... 39
Gambar 2.8 Jawaban 1a ... 40
Gambar 2.9 Cara Penyelesaian 1b ... 40
Gambar 2.10 Jawaban 1b ... 41
Gambar 2.11 Cara Penyelesaian 2a... 42
Gambar 2.12 Jawaban 2a ... 42
Gambar 2.13 Cara Penyelesaian 2b ... 43
Gambar 2.14 Jawaban 2b ... 43
Gambar 2.15 Cara Penyelesaian 3_1 ... 45
Gambar 2.16 Cara Penyelesaian 3_2 ... 45
xix
Lampiran ... 89
Lampiran A.1 Surat Ijin Penilitian ... 90
Lampiran A.2 Surat Keterangan Penelitian ... 91
Lampiran A.3 Soal Tes ... 92
Lampiran B.1 Hasil Pekerjaan Siswa S3_1 ... 93
Lampiran B.2 Hasil Pekerjaan Siswa S3_2 ... 94
Lampiran B.3 Hasil Pekerjaan Siswa S3_3 ... 95
Lampiran B.4 Hasil Pekerjaan Siswa S4_1 ... 96
Lampiran B.5 Hasil Pekerjaan Siswa S4_2 ... 97
Lampiran B.6 Hasil Pekerjaan Siswa S12_1 ... 97
Lampiran B.7 Hasil Pekerjaan Siswa S12_2 ... 98
Lampiran B.8 Hasil Pekerjaan Siswa S14_1 ... 99
Lampiran B.9 Hasil Pekerjaan Siswa S14_2 ... 99
Lampiran C.1 Tabel Analisis Proses Penyelesaian Siswa S3 ... 100
Lampiran C.2 Tabel Analisis Proses Penyelesaian Siswa S4 ... 119
Lampiran C.3 Tabel Analisis Proses Penyelesaian Siswa S12 ... 136
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin cepat. Keadaan tersebut memunculkan berbagai
tantangan dan masalah bagi manusia secara individu maupun berkelompok.
Masalah yang dihadapi manusia pun dapat ditemukan dalam berbagai
konteks kehidupan di mana pun dan kapan pun. Dalam menghadapi
berbagai masalah, manusia dituntut untuk dapat menyelesaikannya secara
tepat dan bijaksana. Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah
dapat menunjukkan bagaimana kualitas orang tersebut dalam belajar dan
bekerja di mana pun ia berada. Kemampuan menyelesaikan masalah
membutuhkan penalaran dan kreativitas yang tidak dapat diperoleh begitu
saja namun membutuhkan proses yang lama.
Pendidikan dalam hal ini berperan penting dalam menyiapkan
anak-anak menjadi pribadi dewasa yang mampu menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan dengan tepat dan bijaksana. Salah satunya dengan
belajar matematika. Belajar matematika merupakan cara membantu anak
untuk melatih dan meningkatkan pemecahan masalah yang menekankan
pada penalaran dan kreativitas siswa dalam memandang suatu masalah dan
mencari solusi penyelesaian secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.
Hal tersebut didukung dengan apa yang disampaikan NCTM (Walle,
matematika dan dapat mengerjakan matematika akan memiliki
kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa
depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu
untuk masa depan yang produktif. Lemah dalam matematika
membiarkan pintu tersebut tertutup.
Masalah yang dimaksud dalam belajar matematika yaitu masalah
yang membutuhkan cara berpikir, konsep, prinsip, dan alat bantu
matematika untuk melakukan penyelesaian. Masalah-masalah tersebut
sering disajikan dalam bentuk soal. Saat ini, soal-soal matematika yang
dikembangkan di sekolah sudah menggunakan masalah-masalah yang
disesuaikan dengan konteks di kehidupan nyata. Soal-soal matematika yang
diujikan pun lebih fleksibel dan bervariasi sehingga siswa dapat
menggunakan berbagai cara untuk memperoleh jawaban. Namun pada
kenyataannya siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal matematika kontekstual yang ada di luar kelas. Laporan hasil TIMSS
2011 dan PISA 2012 menunjukkan hasil belajar matematika siswa di
Indonesia.
Menurut laporan hasil TIMSS (Trend in Student Achievement in
Mathematics and Science) 2011, Indonesia menempati posisi 36 dari 40
negara yang mengikuti. Skor domain kognitif matematika yang diperoleh
Indonesia pada masing-masing domain knowing 31 poin, applying 23 poin
2012. PISA (Programme for International Student Assessment) merupakan
salah satu program yang diselenggarakan oleh OECD untuk mengukur
pengetahuan dan kemampuan literasi (membaca, matematika, dan sains)
siswa umur 15 tahun dalam kehidupan nyata. Menurut hasil PISA 2012,
Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam
program tersebut. Perolehan skor rata-rata siswa Indonesia dalam bidang
matematika yaitu 375 poin dari 675 poin rata-rata yang ditetapkan OECD.
(dalam beritasatu.com Rabu, 18 Februari 2015).
Kedua laporan tersebut menunjukkan bahwa siswa sekolah
menengah pertama masih lemah dalam menggunakan penalaran maupun
berpikir kreatif mereka dalam menyelesaikan masalah matematika yang ada
di luar kelas dibandingkan dengan negara-negara lain.
Seperti yang telah diberitakan pada beberapa media, soal-soal PISA
digunakan sebagai salah satu soal Ujian Nasional (UN) matematika SMP
pada tahun 2014. Berita tersebut menuliskan bahwa peserta UN merasa
kesulitan menyelesaikan soal-soal yang dianggap sebagai salah satu soal
dalam tes PISA tahun 2012 (Sumber
http://www.iberita.com/28980/info-un-2014-soal-un-matematika-smp-standar-pisa-penyebab-siswa-kesulitan
diakses tanggal 21 Maret 2015).
Keadaan yang telah dipaparkan tersebut bertolak belakang dengan
hasil olimpiade matematika internasional tingkat SMP yang diperoleh
Indonesia tahun 2014, yaitu dalam ajang IMO (International Mathematics
1 Mei 2015). Bahkan dalam ajang WICMIC (the Wizards at Mathematics
International Competition) di India, Indonesia menjadi juara umum dengan
perolehan medali delapan emas, lima perak dan tiga perunggu (Sumber
www.metronews.com diakses pada 1 Mei 2015).
Beberapa fakta menunjukkan bahwa dalam belajar matematika: 1)
siswa cenderung mengandalkan kemampuan menghafal rumus dan
melakukan aktivitas prosedural dari pada mencoba memikirkan
kemungkinan penyelesaian lainnya dan memaknai proses penyelesaiannya,
2) siswa kurang mampu menggunakan nalarnya untuk menyelesaikan
masalah matematika dalam konteks baru yang ada di luar kelas, dan 3) siswa
juga kurang mampu memunculkan pandangan dengan perspektif yang
berbeda dalam menemukan solusi dari soal matematika kontekstual.
Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada pendidik, guru,
dan siswa khususnya bahwa aktivitas bernalar dn berpikir kreatif penting
untuk dilatih dan dikembangkan melalui berbagai soal matematika yang ada
di luar kelas.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui secara mendalam
kemampuan penalaran dan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa
serta hubungan keduanya dalam menyelesaikan masalah matematika yang
ada di kehidupan sehari-hari. Peneliti menuliskannya dalam sebuah laporan
penelitian berjudul “Analisis Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika
B. Fokus Masalah
Fokus masalah pada penelitian ini yaitu hanya mendiskripsikan
sejauh mana siswa kelas VIII menggunakan kemampuan penalaran dan
berpikir kreatif serta hubungan keduanya dalam menyelesaikan soal
matematika yang disesuaikan dengan kerangka PISA, khususnya pada
materi bangun datar tidak beraturan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan penalaran siswa kelas VIII dalam
menyelesaikan soal matematika PISA?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam
menyelesaikan soal matematika PISA?
3. Bagaimana hubungan antara kemampuan penalaran dan berpikir kreatif
siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika PISA?
D. Batasan Istilah
1. Masalah : soal tidak rutin yang membutuhkan cara
berpikir matematika, penalaran dan kreativitas dalam menentukan
jawaban sebagai penyelesaian masalah tersebut.
2. Penalaran : proses berpikir dalam menyelesaikan
telah diketahui nilai kebenarannya sebelumnya.
3. Berpikir kreatif : proses berpikir yang menekankan
kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dalam menyusun penyelesaian
masalah sehingga menghasilkan jawaban yang efektif dan berkualitas.
4. Pemecahan masalah : usaha seseorang dalam menemukan solusi
dari pertanyaan atau situasi sulit yang memerlukan proses berpikir dan
kreativitas karena solusinya tidak dapat secara langsung ditemukan.
5. Soal PISA : Soal matematika yang dibuat berdasarkan
kerangka PISA untuk mengetahui kemampuan matematika siswa umur
15 tahun dalam menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan
sehari-hari di berbagai konteks dan situasi.
E. Tujuan
1. Untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa kelas VIII dalam
menyelesaikan soal matematika PISA.
2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam
menyelesaikan soal matematika PISA.
3. Untuk mengetahui hubungan kemampuan penalaran dan berpikir kreatif
1. Bagi siswa
a. Dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang peranan
belajar matematika di sekolah untuk kehidupan sehari-hari.
b. Dapat memotivasi siswa dalam belajar sebagai upaya meningkatkan
kemampuan matematika siswa.
2. Bagi guru
a. Dapat memberikan inspirasi dalam membangun pembelajaran
matematika yang konteksual dan meningkatkan aktivitas
pemecahan masalah melalui pengembangan bahan ajar, alat evaluasi
pembelajaran, model, strategi maupun metode pembelajaran.
b. Dapat memberikan gambaran kemampuan kognitif matematika
siswa khususnya penalaran dan berpikir kreatif siswa dalam
menyelesaikan masalah terkait matematika dalam kehidupan
sehari-hari melalui soal PISA.
3. Bagi peneliti
a. Memberikan pengetahuan tentang kondisi kemampuan kognitif
matematika siswa khususnya kemampuan penalaran dan berpikir
kreatif dalam menyelesaikan soal matematika PISA.
b. Mengetahui keterkaitan antara kemampuan penalaran dan berpikir
kreatif siswa dalam menyelesaikan soal matematika sehingga dapat
menjadi pedoman bagi peneliti dalam meningkatkan keterampilan
mengajar dan menyiapkan pembelajaran matematika yang sesuai
1. Bagian Awal Skripsi
Pada bagian awal penulisan skripsi memuat beberapa halaman yang
terdiri halaman judu, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman
persembahan, pernyataan keaslian karya, lembar pernyataan, persetujuan
publikasi karya, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
diagram, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian isi ini terdiri dari 5 bab,yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus
penelitian, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang masalah, pemecahan masalah,
penalaran, kreativitas, PISA (Programme for International
Student Assessment), kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian, sumber data
penelitian, tempat dan waktu penelitian, bentuk data
penelitian, teknik dan instrumen, analisis validasi
Bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan penelitian,
penyajian data, analisis hasil penelitian, penyelesian siswa
S3, penyelesaian siswa S4, penyelesaian siswa S12,
penyelesaian siswa S14, keterbatasan peneliti.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian yang telah
disesuaikan dengan tujuan penelitian dan saran-saran yang
terkait dengan skipsi.
3. Bagian Akhir Skripsi
Pada bagian akhir penulisan memuat daftar pustaka dan
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Masalah
Masalah dalam pendidikan matematika menurut Krulik dan Rudnick
(1996) adalah sebuah situasi kuantitatif atau kualitatif pada seseorang atau
kelompok yang membutuhkan penyelesaian di mana orang tersebut tidak melihat
atau menemukan jalan yang jelas untuk mendapatkan cara penyelesaiannya.
Charles dan Lester (Walle, 1990:20) mendefinisikan masalah sebagai
sebuah pertanyaan dimana: (1) seseorang yang menghadapinya ingin dan butuh
untuk menemukan solusinya, (2) seseorang tidak segera mempunyai prosedur
yang cukup untuk menemukan solusinya, (3) seseorang harus membuat usaha
untuk menemukan solusinya. Definisi tersebut menunjuk pada tiga hal penting
dalam sebuah masalah yaitu keinginan, halangan, dan usaha.
Sedangkan masalah yang dimaksud Polya (2004) adalah suatu keadaan
yang menantang keingintahuan dan kreativitas seseorang untuk mencapai hal
yang diinginkan.
Charles, Lester dan Polya sependapat bahwa masalah yang sering
diselesaikan siswa dengan computation-drill bukanlah salah satu masalah yang
dimaksud di atas karena siswa telah mengetahui metode penyelesaian
masalah-masalah tersebut. Akibatnya, siswa menganggap masalah-masalah tersebut sudah tidak
Masalah yang membutuhkan penyelesaian secara matematis, seperti
menggunakan cara berpikir matematika yang menerapkan berbagai aturan,
prinsip, dan alat bantu matematika sebagai metode untuk menjawab masalah
sering disebut masalah matematika. Masalah matematika dapat berupa soal,
pertanyaan atau fenomena meliputi bidang geometri, aljabar, analisis, logika,
permasalahan sosial atau gabungannya yang membutuhan pemecahan.
Siswono (2008) berpendapat bahwa masalah dalam belajar matematika
adalah soal matematika tidak rutin yang mencakup aplikasi prosedur matematika
yang sama atau mirip dengan hal yang sudah (baru saja) dipelajari di kelas.
Berdasarkan penjelasan di atas, masalah adalah soal tidak rutin yang
membutuhkan cara berpikir matematika, penalaran dan kreativitas dalam
menentukan jawaban sebagai penyelesaian masalah tersebut. Masalah pada
penelitian ini dibatasi pada masalah dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pemecahan Masalah
1. Pengertian Pemecahan Masalah
Pengertian pemecahan masalah dalam psikologi pendidikan disampikan
oleh beberapa ahli. Redd (Sternberg, 2008) berpendapat bahwa pemecahan
masalah merupakan sebuah upaya untuk mengatasi rintangan yang menghambat
jalan menuju solusi. Santrock (2007) berpendapat bahwa pemecahan masalah
adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Leighton dan
Sternberg (Matlin, 2009) berpendapat bahwa seseorang menggunakan pemecahan
muncul karena ada informasi penting yang hilang dan menghambat langkah
penyelesaian.
Sedangkan pemecahan masalah dalam pendidikan matematika menurut
Krulik dan Rudnick (1996:3) dipandang sebagai sebuah proses. Mereka
memahami pemecahan masalah sebagai cara seseorang untuk menjawab
persoalan-persoalan dari situasi yang tidak biasa dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian dan pemahaman yang didapatkan sebelumnya. Sehingga
menurut mereka pemecahan masalah adalah usaha seseorang untuk mencapai
tujuan karena mereka tidak memiliki solusi otomatis.
Menurut NCTM (Cangelosi, 2003:156) pemecahan masalah adalah
aktivitas menjawab suatu pertanyaan yang metode penyelesaiannya belum
diketahui sebelumnya dan menurut Walle (1990:20) pemecahan masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam mengkonstruksi ide-ide.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Charles dan Lester (Walle, 1990:26-27) menyebutkan tiga
faktor, yaitu: (1) Faktor afektif, meliputi kemampuan, kepercayaan diri, tekanan
dan kegelisahan, pertimbangan pada makna berganda, ketekunan, ketertarikan
dalam menyelesaikan masalah, motivasi yang beragam seperti keinginan untuk
sukses atau kebutuhan untuk menyenangkan guru, dan lain sebagainya. (2) Faktor
pengalaman, meliputi umur dan pandangan awal terhadap sebuah konteks
masalah tertentu termasuk pemilihan strategi penyelesaian masalah. (3) Faktor
spasial, kemampuan menghafal, kemampuan menghitung (termasuk memberikan
estimasi), dan kemampuan analogi.
Berdasarkan penjelasan di atas, pemecahan masalah adalah usaha
seseorang dalam menemukan solusi dari pertanyaan atau situasi sulit yang
memerlukan proses berpikir dan kreativitas karena solusinya tidak dapat secara
langsung ditemukan.
2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika
Dalam melakukan upaya pemecahan masalah diperlukan langkah-langkah
yang betul agar dapat memberikan penyelesaian masalah yang tepat. Polya, G
(2004: 5-19) menuliskan empat tahap sebagai langkah-langkah pemecahan
masalah. Tahapan pemecahan masalah Polya sebagai berikut:
a. Memahami masalah
Memahami masalah berarti dapat menyatakan kembali masalah
dengan lancar, dapat menyebutkan apa yang ditanyakan, dapat
menyebutkan yang diketahui, dapat menyebutkan yang tidak diketahui,
dan dapat menjelaskan bagaimana kondisi masalah tersebut dalam bentuk
tulisan/catatan, gambar, tabel atau grafik.
b. Menyusun rencana penyelesaian masalah
Menyusun rencana penyelesaian yaitu menentukan ide dari
rencana penyelesaian. Ide-ide penyelesaian mungkin muncul secara
perlahan-lahan setelah melakukan percobaan-percobaan atau secara
tiba-tiba. Hal yang paling sulit adalah mencari hubungan-hubungan yang
hal-hal yang diketahui dengan teori, teknik penyelesaian, ataupun
masalah-masalah yang sebelumnya pernah diselesaikan yang hampir sama
dengan masalah yang sedang dihadapi sekarang.
c. Melaksanakan rencana penyelesaian masalah
Melaksanakan rencana penyelesaian yaitu menjalankan rencana
penyelesaian yang telah disusun menggunakan prinsip dan aturan
matematika di setiap langkah penyelesaian. Pada tahap ini dibutuhkan
kesabaran untuk sampai pada solusi/jawaban yang diingikan dan
diharapkan untuk tidak melakukan kesalahan dalam menguji
langkah-langkah penyelesaian.
d. Memeriksa kembali
Memeriksa kembali yaitu melihat kembali apakah proses
penyelesaian masalah yang disusun dan dilaksanakan tersebut sudah betul.
Siswa seringkali melewatkan bagian ini sehingga jawaban yang dihasilkan
menjadi kurang baik. Memeriksa kembali jawaban dan langkah
penyelesaian dapat menambah pengetahuan dan semakin membangun
pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah.
Seharusnya pada tahapan ini siswa S4apat memberikan alasan atas
setiap langkah dan jawaban yang dia peroleh. Selain itu dapat memberikan
kesempatan baginya untuk memikirkan kembali apakah ada penyelesaian
Krulik dan Rudnick (1996:4-5) lebih menekankan heusristic sebagai
langkah yang efektif dalam membantu siswa memecahkan masalah. Terdapat lima
tahap dalam proses heuristic, yaitu:
a. Membaca dan berpikir
Siswa menganalisis masalah dengan berpikir kritis yaitu dengan
mengevaluasi dan memeriksa fakta-fakta, menentukan
pertanyaan-pertanyaan, menggambarkan, mendiskripsi, dan memahami masalah.
Selanjutnya siswa mengemukakan kembali masalah tersebut
menggunakan bahasanya sendiri. Cara tersebut menunjukkan tingkat
pemahaman siswa tentang masalah yang dihadapi.
b. Mengeksplorasi dan merencakan
Siswa menganalisis data dan menentukan apakah data atau
informasi yang disediakan sudah cukup atau belum. Siswa perlu
mengeliminasi informasi-informasi yang sekiranya tidak dibutuhkan.
Selanjutnya data atau informasi-informasi tersebut disajikan dalam bentuk
grafik, gambar, atau tabel agar siswa lebih mudah membaca data atau
informasi-informasi yang diperlukan untuk menemukan jawaban.
c. Menentukan strategi
Siswa menentukan strategi untuk sampai pada solusi yang
diinginkan. Strategi merupakan bagian dari proses pemecahan masalah
yang memberikan arah pada pemecah masalah untuk menemukan
melakukan analisis masalah dan menentukan strategi berbeda-beda, dan
kemampuan tersebut tidak berkorelasi dengan kamampuan berhitung.
d. Menemukan jawaban
Siswa tepat dalam menggunakan keterampilan matematika yang
sangat dibutuhkan dalam menemukan jawaban.
e. Memikirkan kembali dan memperkirakan
Siswa memperluas kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif
dengan mengembangkan alternatif penyelesaian yang lain. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan siswa setelah menemukan jawaban dari
masalah, yaitu: (1) memeriksa jawaban dan memberikan alasan terhadap
jawaban yang diperoleh (2) menemukan alternatif penyelesaian, (3)
menguji jawaban dengan mengubah beberapa kondisi tertentu, dan (4)
membuat formula pada penyelesain masalah.
Secara ringkas langkah-langkah pemecahan masalah yang dijelaskan di
atas dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah dalam tabel tersebut sebenarnya hampir sama, hanya
saja pada pemecahan masalah Krulik & Rudnick lebih detail daripada Polya,
seperti menyusun rencana penyelesaian yang disampaikan Polya dibagi oleh
Krulik & Rudnick menjadi mengeksplorasi dan merencanakan, dan menentukan
strategi. Langkah pemecahan masalah yang paling sulit adalah merencanakan
penyelesaian dari masalah tersebut dan yang paling penting dan sering dilupakan
siswa S3dalah memeriksa dan memikirkan kembali penyelesaian yang telah
dibuat apakah sudah betul atau belum.
C. Penalaran
1. Pengertian Penalaran
Santrock (2009) medefinisikan penalaran berdasarkan proses tercapainya
kesimpulan. Penalaran yang dimaksud Santrock adalah pemikiran logis yang
menggunakan induksi dan deduksi untuk mencapai kesimpulan.
Shadiq (2004) mendefinisikan penalaran sebagai suatu kegiatan, suatu
proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu
pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, penalaran adalah proses berpikir dalam
menyelesaikan masalah yang menghasilkan suatu keputusan/tndakan/kesimpulan
berdasarkan kondisi-kondisi dan pertimbangan-pertimbangan yang telah
2. Penalaran dalam Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah melibatkan kegiatan penalaran untuk menjelaskan
mengapa sesuatu terjadi dan apa yang akan terjadi. Bagaimana seseorang
menggunakan penalarannya dapat mempengaruhi setiap proses pemecahan
masalah yang dilakukan. Penalaran berdasarkan proses pengambilan kesimpulan
dibagi menjadi dua yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran
induktif (Cangelosi, 2003:177) adalah menggeneralisasi dari hal-hal spesifik.
Penalaran induktif merupakan proses kognitif yang dilakukan seseorang dalam
merumuskan konsep (hubungan abstrak) berdasarkan kesamaan-kesamaan yang
ditemukan pada contoh-contoh yang spesifik. Sedangkan penalaran deduktif
(Cangelosi, 2013: 255) adalah pengambilan kesimpulan dalam suatu masalah
tertentu berdasarkan bentuk umumnya. Dengan kata lain, penalaran deduktif
merupakan proses kognitif seseorang dalam mengambil keputusan berdasarkan
konsep (hubungan abstrak) yang diterapkan dalam situasi yang lebih spesifik.
Penalaran sebagai bagian dari aktivitas berpikir yang tingkatannya lebih
jauh dari mengingat. Penalaran meliputi berpikir dasar, berpikir kritis dan berpikir
kreatif.
(Sumber: Krulik dan Rudnick, 1996)
Gambar 2.1 Tingkatan Penalaran
Berpikir Kreatif
Berpikir Kritis
Gambar di atas menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan tingkatan
tertinggi dalam aktivitas penalaran. Berpikir kreatif dan berpikir kritis merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam pemecahan masalah.
Seseorang yang dapat berpikir kreatif telah melakukan proses berpikir kritis tetapi
belum tentu sebaliknya. Berpikir kritis mendorong munculnya berpikir kreatif
atau dengan kata lain berpikir kritis merupakan batu loncatan bagi seseorang
memunculkan berpikir kreatif. Berpikir kritis akan menguji aktivitas berpikir
kreatif dalam proses menemukan dan menerapkan ide-ide penyelesaian masalah.
Berikut beberapa diskripsi tentang aktivitas penalaran dalam memecahkan
masalah yang dituliskan oleh Krulik dan Rudnick (1996:2-3).
Tabel 2.2 Deskripsi Tingkatan Penalaran
No Aktivitas Deskripsi
1 Berpikir dasar
Pemahaman konsep.
Pengenalan konsep pada situasi/masalah tertentu.
2 Berpikir kritis
Memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi/masalah.
Fokus pada bagian dari situasi atau masalah.
Mengumpulkan dan menyusun informasi.
Mengesahkan dan menganalisis informasi.
Mengingat dan menghubungkan informasi yang dipelajari sebelumnya.
Menentukan jawaban yang layak.
Menarik kesimpulan yang valid.
3 Berpikir kreatif
Menghasilkan produk baru, efektif, dan kompleks.
Berdayacipta.
Mengumpulkan dan menyatukan ide-ide.
Menghasilkan ide-ide.
Mengaplikasikan ide.
D. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas berdasarkan penekanannya, kreativitas dapat
dipandang dari segi pribadi (person), proses (process), produk (product), dan
lingkungan yang mendorong (press).
Menurut Munandar, S.C.U dkk (1984), kreativitas yang dipandang sebagai
proses lebih memikirkan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan
atau masalah dan penuh tantangan bagi siswa. Munandar menjelaskan bahwa
kreativitas dalam hal ini merupakan proses berpikir di mana siswa berusaha untuk
menemukan hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, metoda atau cara
baru dalam memecahkan suatu masalah.
Pengertian di atas menekankan pada sesuatu yang bersifat baru. Bersifat
baru dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dihasilkan, diciptakan atau dibuat
berbeda namun bernilai benar dan kebenarannya dapat dijelaskan secara logis oleh
individu tersebut. Sesuatu yang bersifat baru tidak perlu seluruhnya baru sehingga
dapat dimungkinkan bahwa sesuatu tersebut merupakan gabungan atau kombinasi
yang belum pernah dihasilkan, dilakukan, atau diciptakan sebelumnya oleh
individu tersebut.
Munandar, S.C.U (1977:42) menuliskan terdapat tiga aspek dalam
kreativitas yaitu kefasihan (kelancaran), fleksibilitas (keluwesan), dan orisinalitas
(kebaruan) dalam pemikiran. Kefasihan (kelancaran) diartikan sebagai
kemampuan menghasilkan gagasan-gagasan secara cepat, di mana penekanannya
pada kuantitas, bukan kualitas. Fleksibilitas (keluwesan) adalah kemampuan
menghasilkan bermacam-macam gagasan dalam jumlah yang cukup besar, tanpa
harus bersusah payah. Orisinalitas (kebaruan) mengacu pada kemampuan
menghasilkan gagasan-gagasan yang secara statistik adalah unik atau tidak biasa
untuk populasi yang beranggotakan individu tersebut.
Krulik dan Rudnick (1996) berpendapat bahwa berpikir kreatif diperlukan
dalam melakukan penyelesaian masalah karena dapat mempertimbangkan
berbagai alternatif penyelesaian yang efektif.
Beetlestone (2011) memberikan pendapatnya tentang berpikir kreatif.
Menurutnya berpikir kreatif memungkinkan siswa yang sedang menyelesaikan
masalah untuk dapat memunculkan solusi-solusi yang berbeda dan yang tadinya
tidak jelas. Ia menambahkan bahwa berpikir kreatif dapat membantu dalam
menjelaskan dan mengintrepretasikan konsep-konsep abstrak sehingga
memungkinkan siswa untuk mencapai penguasaan yang lebih besar, khususnya
Berdasarkan penjelasan di atas, berpikir kreatif adalah proses berpikir
dimana menekankan kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dalam menyusun
penyelesaian masalah sehingga menghasilkan jawaban yang efektif dan
berkualitas.
2. Kreativitas dalam Pemecahan Masalah
Kreativitas atau berpikir kreatif dalam memecahkan masalah cenderung
menggunakan cara berpikir divergen. Rawlinson (1986) menuliskan bahwa cara
berpikir divergen memungkinkan terbentuknya berbagai jawaban mengenai suatu
masalah tertentu dan cara pandang pemikiran ini menyebar dan lebih luas.
Sedangkan sebaliknya, cara berpikir yang sempit dan menuju ke arah jawaban
tertentu disebut berpikir konvergen.
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, menurut Krulik dan Rudnick
(1996) deskripsi aktivitas berpikir kreatif yaitu mengumpulkan dan menyatukan
ide-ide, menghasilkan ide, dan mengaplikasikan ide. Selain itu juga ditunjukkan
dengan adanya sesuatu hal yang bersifat baru, efektif dan kompleks.
Menurut kajian yang dilakukan Siswono (2008) proses berpikir kreatif
dalam memecahkan masalah terdiri dari mensintesis ide-ide, membangun ide-ide,
merencanakan penerapan ide dan menerapkan ide-ide. Ia menjelaskan mensintesis
ide adalah menjalin atau memadukan ide-ide (gagasan) yang dimiliki yang dapat
bersumber dari pembelajaran di kelas maupun pengalaman sehari-hari. Dalam
mensintesis ide, sebenarnya siswa sudah memahami masalah dan mempunyai
perangkat pengetahuan (pengetahuan prasyarat) untuk menyelesaikannya yang
Membangun ide-ide adalah memunculkan ide-ide yang berkaitan dengan masalah
yang diberikan sebagai hasil sintesis sebelumnya. Aspek kefasihan, keluwesan
dan kebaruan akan terlihat ketika siswa membangun ide-ide. Merencanakan
penerapan ide adalah memilih suatu ide tertentu untuk digunakan dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan atau yang ingin diselesaikan. Menerapkan
ide-ide artinya mengimplementasikan atau menggunakan ide yang direncanakan
untuk menyelesaikan masalah.
E. PISA (Programme for International Student Assessment)
1. PISA (Programme for International Student Assessment)
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah sebuah
program evaluasi hasil belajar secara internasional yang dilakukan oleh OECD
(Organization for Economic Co-operation and Development), yang diikuti oleh
negara-negara anggota OECD dan beberapa negara partner. PISA mengukur
pengetahuan dan kemampuan siswa umur 15 tahun dalam bidang matematika,
sains dan membaca dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Program evaluasi ini dilaksanakan setiap 3 tahun sekali.
PISA pertama kali dilakukan pada tahun 2000 yang diikuti oleh 32 negara. Pada
PISA tahun 2012, negara-negara yang mengikuti PISA semakin meningkat
menjadi 65 negara (34 negara anggota OECD dan 31 negara partner).
Tujuan PISA adalah untuk mengetahui kesiapan siswa mengahadapi
tantangan dunia sebagai salah satu anggota masyarakat. PISA menilai
konteks di kehidupan nyata. Pada matematika, PISA menilai sejauh mana siswa
memahami, menggunakan, dan merefleksikan matematika dalam berbagai
masalah di kehidupan sehari-hari di dalam maupun di luar kelas.
Penilaian PISA difokuskan pada kemampuan literasi matematika yang
menurut OECD (2013:25) didefinisikan sebagai kemampuan individu
memformulasikan, menggunakan, dan mengintrepretasikan matematika dalam
berbagai konteks termasuk penalaran matematika dan penggunaan konsep
matematika, prosedur, fakta-fakta dan alat untuk mendeskripsikan, menjelaskan,
dan memprediksi suatu fenomena tertentu. Hal-hal tersebut membantu individu
mengenali perannya dalam menggunakan matematika di kehidupan sehari-hari.
2. Soal PISA
Dalam PISA 2012 Assesment and Analytical Framework (OECD, 2013:
41) soal yang dibuat PISA dibagi menjadi 6 level yang dapat menunjukkan
tingkatan penguasaan pengetahuan, penalaran, berpikir tingkat tinggi, dan
performance siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari. Semakin tinggi
level soal maka semakin kompleks permasalahan yang diberikan.
Masalah-masalah tersebut meliputi 3 domain, yaitu process, context, dan
content.
a. Content
1) Change and relationship, meliputi mengubah dan
menghubungkan fungsi dan persamaan secara tepat.
2) Space and shape, meliputi memahami, membuat, membaca dan
3) Quantity, meliputi merepresentasikan bilangan, menghitung,
memperkirakan, dan menilai ketepatan hasil.
4) Uncertainty and data, meliputi menggunakan peluang dan
statistik atau teknik representasi data yang lain dan
menyatakannya untuk mendeskripsikan, memodelkan dan
mengiterpretasikan ketidakpastian.
b. Context
1) Personal, meliputi masalah-masalah yang terkait dengan
aktivitas seseorang, keluarga atau teman yang hanya melibatkan
seorang individu dalam menyelesaikannya. Contohnya seperti
mempersiapkan makanan, belanja, bermain, kesehatan,
transportasi, olahraga, perjalanan, jadwal pribadi, keuangan
pribadi.
2) Occupational, meliputi masalah-masalah yang terdapat di dunia
kerja. Contohnya seperti mengukur, membayar, memesan
material bangunan, mendaftar gaji/akutansi, desain/arsitektur,
penjadwalan, pengambilan keputusan dalam sebuah pekerjaan.
Konteks ini berkaitan dengan keadaan di tempat kerja dengan
berbagai tingkat kesulitan dari pekerjaan level rendah sampai
c. Process
1) Formulate, mampu mengenali dan mengidentikasi
peluang-peluang untuk menggunakan matematika dan kemudian
menyajikan struktur matematikanya.
2) Employ, mampu bekerja dalam menggunakan konsep
matematika, fakta-fakta, prosedur, dan penalaran
3) Interpret, mampu menginterpretasi, mengaplikasi, dan
mengevaluasi hasil untuk menentukan hasil yang logis dan
bermakna sesuai konteks.
Salah satu contoh soal PISA yang diadaptasi oleh peneliti dan digunakan
dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 2.2 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta
Skala 1: 760.000
U Jawa Tengah
Jawa Tengah
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman
Yogyakarta
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang terletak di tengah-selatan pulau Jawa. Menurut informasi wikipedia.com,
provinsi ini memiliki luas daerah 3.185,80 km2 yang terbagi dalam 5 wilayah
yaitu 4 kabupaten dan 1 kotamadya.
Masalah yang diangkat pada penelitian ini terkait dengan luas daerah pada
bangun datar tidak beraturan dalam bentuk peta dengan skala yang telah
ditentukan. Peneliti memilih peta wilayah Provinsi Daerah Yogyakarta disertai
dengan pembagian kabupaten dan kotamadya, skala dan arah mata angina dengan
alasan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta lebih dikenal oleh siswa,
khususnya siswa yang dijadikan subyek penelitian.
Selanjutnya peneliti menentukan skala yang digunakan dalam peta. Skala
adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya atau dapat ditulis
= � � � � . Umumnya satuan yang digunakan dalam skala yaitu
sentimeter (cm). Misalkan dalam sebuah peta terdapat tulisan 1 : 80.000, artinya
setiap 1 cm jarak pada peta mewakili 80.000 cm jarak sebenarnya. Skala
digunakan pada peta sebagai pedoman penghitungan untuk menentukan jarak
maupun luas wilayah. Untuk menentukan skala maka perlu mengetahui luas
daerah pada peta terlebih dahulu.
Luas daerah adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk
menutupi seluruh daerah tersebut. Cara menentukan luas daerah bangun datar
mrnghitung banyak petak (persegi 1 cm x 1 cm) yang menutupi daerah tersebut.
Jika petak yang menutupi bangun lebih dari setengah maka dihitung satu petak.
Misalkan:
Sumber Buku Paket Matematika Kelas VII Kurikulum 2013
Gambar 2.3 Luas Daerah Bangun Datar Tidak Beraturan
Dari gambar di atas banyaknya a menunjukkan banyaknya petak yang
memenuhi bangun datar tersebut sehingga diperoleh luas daerah bangun A = 12
satuan persegi, luas daerah bangun B = 6 satuan persegi, dan luas daerah bangun
C = 7 satuan persegi.
Cara menentukan besarnya skala pada gambar sebagai berikut:
a. Mencari beberapa informasi dalam internet terkait luas sebenarnya
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Menentukan besarnya gambar provinsi Daerah Istimewa yang
digunakan.
c. Menentukan luas daerah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada
peta, yaitu dengan membuat persegi-persegi ukuran 1 cm x 1 cm pada
Gambar 2.4 Menentukan Luas Provinsi DIY pada Peta
d. Banyaknya persegi yang utuh atau hampir penuh 45 persegi,
banyaknya persegi yang tidak utuh 20 persegi. Peneliti memperkirakan
banyaknya persegi yang tidak utuh jika digabungkan maka sama
dengan = persegi utuh.
e. Menentukan besarnya skala menggunakan rumus :
= √�� � � � � = √ . . . . =
. , ≈ .
f. Menguji skala yang diperoleh. Peneliti menggunakan skala yang telah
diperoleh untuk menyelesaikan soal tersebut. Penyelesaian yang
dilakukan menggunakan penyelesaian selain menggambar petak-petak
yaitu dengan menggambar berbagai bangun datar beraturan yang dapat
memenuhi gambar tersebut. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah
sebenarnya. Hasil yang diperoleh peneliti pada uji coba luasnya
mendekati luas sebenarnya. (lihat pada hipotesis).
Berdasarkan langkah-langkah di atas, peneliti menentukan skala gambar peta
tersebut adalah 1: 760.000.
Hubungan luas sebenarnya dengan skala dapat dituliskan sebagai berikut.
Misalkan pada peta terdapat sebuah daerah berbentuk persegi panjang yang
diketahui ukuran panjang = p, ukuran lebar = l, dan skala 1:760.000
= � �
: . =� � �
: . = � �
Sehingga,
� � = � .
= .
ℎ = � . .
= � . .
= � .
Menurut kerangka soal PISA, konten masalah tersebut termasuk space and
shape karena berkaitan dengan bangun datar. Pengetahuan siswa terkait
pengertian luas bangun datar dan skala telah diperoleh ketika siswa belajar di SD
aktivitas dalam dunia kerja yang berhubungan dengan sains. Proses yang
ditekankan yaitu kemampuan siswa bekerja pada konsep skala dan luas bangun
datar tidak beraturan dengan menggunakan informasi/fakta-fakta dalam soal,
menerapkan prosedur matematika, dan menggunakan penalaran dalam
menentukan strategi penyelesaian.
Dalam Take the Test SUBYEK QUESTION FROM OECD’S PISA
ASSESSMENTS 2009, soal ini merupakan salah satu tipe soal level 6 (OECD,
2009:158). Tipe soal level 6 dalam Pisa 2012 Assesment and Analytical
Framework (OECD, 2013:41) lebih menekankan pemahaman masalah pada
situasi dan kondisi yang kompleks, menuntut keterampilan dalam mengubah
masalah matematika secara fleksibel, menekankan berpikir dan bernalar yang
lebih maju dari pada yang lain, menuntut kreativitas dalam menyusun strategi
dan menemukan jawaban pada situasi baru, dan menuntut keterampilan dalam
merumuskan, menyimpulkan serta memikirkan kembali jawaban yang diperoleh
dengan memberikan argumen-argumen yang logis pada situasi sebenarnya.
Analisis hasil tes oleh OECD menunjukkan bahwa hanya 19% siswa yang dapat
menjawab soal tersebut dari seluruh peserta yang mengikutinya.
Alasan peneliti memilih soal tes PISA luas bangun datar tidak beraturan
karena:
1. Konsep yang dibutuhkan dalam menyelesaikan soal ini lebih dari satu,
yaitu konsep luas dan skala.
2. Materi bangun datar dan skala sudah dipelajari ketika SD dan
3. Soal tersebut membutuhkan ide-ide/gagasan-gagasan dalam
menyelesaikan soal, yaitu:
a. bagaimana mencari panjang/jarak pada peta,
b. bagaimana strategi menghitung luas daerah peta,
c. bagaimana menghubungkan skala dengan luas.
4. Strategi untuk menyelesaikan soal dapat bermacam-macam sehingga
mendorong munculnya kreativitas (penyelesaiaan divergen)
F. Kerangka Berpikir
Seseorang dapat menemukan masalah dalam berbagai konteks kehidupan
di mana pun dan kapan pun. Masalah merupakan suatu situasi, kondisi, atau
pernyataan yang menantang keingintahuan dan kreativitas seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu namun karena ada informasi yang belum diketahui atau
adanya penghalang menyebabkan langkah-langkah untuk sampai ke tujuan
menjadi terhambat.
Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai upaya untuk menemukan
solusi pemecahan masalah. Pemecahan masalah membutuhkan kemampuan
berpikir dalam menemukan solusi atau jawaban dari masalah yang sedang
dihadapi. Kemampuan berpikir yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah yaitu
penalaran dan kreativitas. Penalaran dan kreativitas dalam memecahkan masalah
Belajar matematika menekankan pada proses pemecahan masalah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemecahan masalah yaitu: 1)
memahami masalah, 2) menyusun rencanana penyelesaian, 3) melaksanakan
rencana penyelesain, 4) memeriksa kembali penyelesaian. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya bahwa penalaran dibutuhkan dalam proses pemecahan
masalah yang akan mempengaruhi setiap langkah pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan/tindakan/kesimpulan pada langkah pemecahan masalah
memerlukan pertimbangan terhadap
kondisi-kondisi/pernyataan-pernyataan/hal-hal yang telah diketahui kebenarannya sebelumnya. Pada tahap penalaran terdapat
tingkatan berpikir yang meliputi berpikir dasar, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Kreativitas juga diperlukan dalam proses pemecahan masalah. Adanya
kreativitas dalam pemecahan masalah menunjukkan bahwa siswa menggunakan
berpikir kreatifnya untuk menemukan solusi dan menunjukkan pemahaman siswa
terhadap suatu masalah. Berpikir kreatif dapat mendukung siswa dalam
memandang suatu masalah untuk mencari hubungan-hubungan, cara atau metode
penyelesaian, dan berbagai kemungkinan jawaban sehingga dapat memperoleh
penyelesaian yang efektif dan efisien. Kreativitas dalam pemecahan masalah
meliputi tiga aspek, yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Kefasihan
menunjukkan kemampuan siswa menghasilkan penyelesaian dengan lancar.
Fleksibilitas menunjukkan pada kemampuan siswa memberikan penyelesaian
lebih dari satu dan sederhana. Kebaruan menunjukkan adanya cara penyelesaian
Dalam belajar matematika, masalah pada soal matematika dapat diambil
dan disesuaikan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Salah satu soal
kontekstual yang mengukur kemampuan penalaran, kreativitas, dan pemecahan
masalah adalah soal-soal PISA.
Soal-soal PISA merupakan salah satu jenis soal kontekstual yang disusun
untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan matematika siswa umur 15 tahun
dalam melakukan pemecahan masalah yang ada di dalam atau pun di luar kelas.
Hasil pengerjaan soal-soal PISA dapat menunjukkan sejauh mana siswa
menggunakan kemampuan penalaran dan berpikir kreatifnya dalam konteks dan
situasi tertentu.
Oleh karena itu, pemilihan judul penelitian “Analisis kemampuan penalaran dan berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam menyelesaikan masalah
matematika PISA” diharapkan mampu memberikan gambaran bagaimana siswa menggunakan kemampuan penalaran dan berpikir kreatif dalam menyelesaikan
masalah matematika yang ada di luar kelas seperti dalam soal PISA.
G. Hipotesis
Penelitian kualitatif ini menggunakan hipotesis dengan alasan hipotesis
pada penelitian ini digunakan sebagai tindak lanjut dari kerangka berpikir.
Hipotesis pada penelitian ini adalah indikator penalaran, indikator berpikir kreatif
dalam menyelesaikan soal matematika PISA dan penyelesaian soal yang
Indikator kemampuan penalaran sebagai berikut:
1. Menganalisis semua aspek dalam sebuah masalah; siswa mengetahui yang
diketahui dan ditanyakan, dan siswa mengetahui konsep dari situasi/masalah,
2. Memperkirakan proses penyelesaian dengan tepat; siswa menghubungkan apa
yang diketahui dan yang ditanyakan dengan konsep matematika yang
digunakan, siswa menyusun langkah-langkah penyelesaian soal,
3. Menggunakan argumen-argumen yang valid dalam melaksanakan langkah
penyelesaian; siswa melaksanakan penyelesaian menggunakan argumen
matematis yang valid.
4. Menarik kesimpulan yang tepat dari penyelesaian yang dilakukan; siswa
meyimpulkan dengan memberikan jawaban yang tepat berdasarkan
alasan-alasan yang logis pada langkah penyelesaian.
Indikator kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
1. Lancar dalam menghasilkan penyelesain (kefasihan); siswa dapat
mengahasilkan ide dalam waktu yang singkat.
2. Menyusun penyelesaian lebih dari satu dan penyelesaiannya sederhana/lebih
singkat (fleksibilitas); siswa menyusun rencana penyelesaian lebih dari satu
dan langkah penyelesaian yang dilakukan sederhana/lebih mudah
3. Melakukan penyelesaian dengan cara/metode yang berbeda (kebaruan); siswa
menyusun penyelesaian dengan cara/metode yang berbeda dengan dilakukan
Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti mengerjakan soal tes
tersebut dan memperkirakan berbagai penyelesaian dan jawaban yang mungkin
diperoleh siswa. Berikut langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan peneliti:
Pertama, memahami masalah. Peneliti menganalisis masalah yang
terdapat dalam soal. Peneliti mencari tahu informasi apa saja yang diketahui
dalam soal, mencari tahu hal apa yang ditanyakan dalam soal, dan berpikir tentang
konsep apa yang dibutuhkan untuk menjawab soal tersebut. Lalu peneliti melihat
gambar daerah Provinsi DIY yang diketahui merupakan bangun datar tidak
beraturan. Padahal luas daerah dapat dicari dari bangun datar beraturan seperti
segitiga, segi empat (persegi, persegi panjang, trapesium dan lain-lain) dan
lingkaran. Selain itu, informasi yang diketahui adalah skala 1 : 760.000 dan
gambar Provinsi DIY dengan bentuk bangun datar tidak beraturan. Skala dapat
digunakan untuk menghitung jarak sebenarnya dari sebuah peta. Hubungan antara
skala, jarak sebenarnya dan jarak pada peta ditunjukkan pada rumus � =
� �
� � . Permasalahan dalam soal tersebut adalah bagaimana
menghubungkan luas dengan skala, bagaimana menghitung luas dari bangun datar
Gambar 2.5 Menyusun Rencana
Kedua, menyusun rencana penyelesaian. Peneliti berpikir bagaimana cara
untuk menyelesaikan soal tersebut dengan informasi yang ada. Untuk dapat
menghitung luasnya maka peneliti harus menentukan dan menggambarkan
bangun datar beraturan yang sesuai dengan gambar tersebut sehingga dapat dicari
luasnya (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium dan lain-lain). Dalam
menentukan bangun datar beraturan peneliti harus mempertimbangkan dan
memperkirakan banyaknya daerah Provinsi DIY yang tidak terhitung dan
banyaknya daerah Provinsi DIY yang seharusnya tidak terhitung menjadi
terhitung agar diperkirakan besarnya hampir sama. Selain itu, untuk menemukan
luas suatu daerah tertentu maka perlu diketahui panjang/jarak pada peta. Oleh