• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI Pengungkapan Kemarahan Pada Penderita Hipertensi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI Pengungkapan Kemarahan Pada Penderita Hipertensi."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA

HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagaian persyaratan memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi

Disusun Oleh :

ANGGAKARA ADE KURNIA F 100 080 091

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

i

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA

HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagaian persyaratan memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi

Disusun Oleh :

ANGGAKARA ADE KURNIA F 100 080 091

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

ii

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA

HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Oleh :

ANGGAKARA ADE KURNIA F 100 080 091

FAKULTAS PSIKOLOGI

(4)
(5)
(6)

v

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI

Anggakara Ade Kurnia Anindyaguna

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk pengungkapan kemarahan yang dialami oleh penderita hipertensi. Pengungkapan kemarahan diketahui dari bentuk ekspresi, perkataan dan perilaku selama penelitian, sedangkan hipertensi diketahui dari profil informan sebagai seorang penderita hipertensi yang sudah menderita selama lebih dari 1 tahun.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologis, yaitu meneliti fenomena yang ada dalam masyarakat terkait dengan hipertensi dan pengungkapan kemarahan. Instrument pengumpulan data yang digunakan adaah dengan menggunakan interview semi terstruktur dan observasi partisipan.Informan dari penelitian ini adalah 4 orang penderita hipertensi dan 4 orang significant person dari penderita hipertensi. Informan ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu dengan cara menentukan karakteristik dari informan yang akan dipergunakan. Metode analisis yang digunakan adalah dengan cara mengkategorisasikan hasil wawancara yang sudah dilakukan dan melakukan analisis berdasarkan kategori yang sudah dibentuk.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita hipertensi dalam pengungkapan kemarahannya adalah dengan menggunakan anger in. Penderita hipertensi ketika dalam kondisi kemarahannya akan diekspresikan dengan cara berdiam diri, tidak melakukan komunikasi, mendiamkan orang di sekitarnya dan mencoba berperilaku seperti biasanya. hal tersebut dilakukan oleh penderita hipertensi karena mereka tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Selain itu penderita berusaha untuk mengendalikan kondisi tekanan darahnya dengan cara memendam kemarahannya dan berusaha untuk tidak mengungkapkannya secara langsung. Kondisi memendam kemarahan yang dialami dalam jangka waktu yang lama, jika diakumulasi akan semakin memperburuk kondisi hipertensinya. Sehingga jika penderita tidak bisa mengungkapkan kemarahannya, gangguan hipertensi dan penyakit lainnya adalah merupakan refleksi dari kemarahan dan perasaan yang selama ini dipendamnya.

(7)

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita, terutama di beberapa Negara yang berkembang. Di Indonesia sendiri hipertensi pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau jawa mencapai 41,9% , dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Di Surakarta, penyakit hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat jalan yang ada di puskesmas kota Surakarta. Pada tahun 2007 dan 2008, tercatat penderita hipertensi sebanyak 50.806 (12,08%) dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 menjadi 54.540 (13,27%), namun di tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 35.186 kasus (9,75%).

Hipertensi merupakan faktor utama gangguan kardiovaskuler yang dianggap sebagai penyebab utama kematian. Peningkatan umur harapan hidup dan perubahan gaya hidup akan meningkatkan faktor hipertensi di berbagai negara. Hipertensi sering disebut sebagai the silent

killer karena hipertensi merupakan

pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, seperti gagal ginjal, sakit jantung, gagal jantung, dan stroke.

Journal of the American Heart Association menyatakan bahwa ada keterkaitan antara marah dengan kesehatan jantung. Disebutkan bahwa orang yang amarahnya meledak-ledak akan mengakibatkan jantungnya tidak teratur (atrial fibrillation/ AF). AF tersebut akan meningkatkan resiko penggumpalan darah menuju otak, sehingga berakhir dengan gejala stroke.

Kalat (2007) mendefinisikan Anger

adalah suatu respon spesifik seseorang terhadap suatu kejadian atau situasi yang dianggapnya sebagai hal yang tidak menyenangkan, tidak adil, dan kemungkinan mampu mengubah perilaku.

Menurut Safaria (2009), pengungkapan emosi marah merupakan upaya mengomunikasikan status perasaannya ketika dalam kondisi marah dan bagaimana merespons emosi marah yang dirasakan. Spielberger menjelaskan bahwa pengungkapan kemarahan adalah anger in, anger out, dan anger control. Menurut Udjianti (2010), Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode.

Pada saat seseorang sedang mengalami emosi, di pembuluh darah mengalirkan tekanan darah yang tinggi, sedangkan pembuluh darah ada pembuluh darah yang tebal dan pembuluh darah yang tipis. Sehingga apabila terjadi di pembuluh darah yang tipis maka pembuluh darah tidak akan kuat dalam menerimanya dan akan menjadi pecah.

Tujuan dari penelitian ini adalah memahami bentuk pengungkapan kemarahan yang dilakukan oleh penderita hipertensi yang sudah mengalami hipertensi selama lebih dari 1 tahun. Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan bahwa penelitian ini akan bermanfaat bagi penderita hipertensi, pihak medis, dan khasanah keilmuwan psikologi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk pengungkapan kemarahan yang dilakukan oleh penderita hipertensi. pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif fenomenologis.

Identifikasi penelitian

(8)

Definisi operasional gejala penelitian

Pengungkapan kemarahan pada penelitian ini diwakili oleh bentuk ekspresi, ucapan, dan tindakan yang dilakukan oleh informan selama wawancara berlangsung. Sedangkan hipertensi adalah kondisi kesehatan yang dimiliki oleh penderita hipertensi yang menjadi informan penelitian.

Informan penelitian

Informan penelitian yang digunakan ditentukan dengan cara purposive sampling. Informan penelitian yang digunakan adalah penderita hipertensi dan significant person

dari penderita hipertensi.

Karakteristik informan penderita hipertensi adalah memiliki riwayat hipertensi selama kurang lebih 1 tahun. Sedangkan karakteristik siginificant person

penderita hipertensi adalah tinggal dalam rumah yang sama dengan penderita dan mengetahui perilaku dari penderita hipertensi.

Metode pengumpulan data

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara semi terstruktur, yaitu peneliti menanyakan pertanyaan yang tidak terpaku hanya pada guide. Guide wawancara yang dibentuk berdasarkan aspek pengungkapan kemarahan dari teori Spielberger (1994).

2. Observasi

Observasi yang digunakan dengan menggunakan metode observasi partisipan, yaitu dimana peneliti berada dalam setting yang sama dan ikut serta dalam kegiatan dengan informan yang diteliti.

Metode analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan kategorisasi. Langkah analisis yang dilakukan yaitu mengorganisasi data hasil penelitian, melakukan koding, menentukan tema,

menentukan ketegorisasi dan membuat pembahasan hasil penelitian.

Persiapan penelitian

Langkah dalam melakukan penelitian adalah antara lain yaitu, pertama, peneliti melakukan survey di puskesmas pajang untuk mencari calon informan penelitian yang memiliki criteria yang sesuai dengan informan penelitian yang akan diambil. Pemilihan informan penelitian dilakukan dengan mencari pasien yang melakukan

check up dan mengidap hipertensi selama lebih dari 1 tahun. Setelah mendapatkan informan yang memiliki criteria tersebut, peneliti memberikan beberapa pertanyaan awal dan informasi tempat tinggal informan. Hari berikutnya adalah melakukan penelitian di rumah informan berdasarkan informasi yang telah diberikan sebelumnya. Alat penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur dan observasi.

Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah: informan penelitian yang terdiri dari 8 orang, yaitu 4 orang penderita hipertensi dan 4 orang significant person.

(9)

Pada isyarat gerak yang ditunjukkan, informan 1, 3 dan 7 mengungkapkan kemarahan dengan diam saja dan tidak menunjukkan adanya bentuk kemarahan yang destruktif. Kemarahan hanya ditunjukkan dengan cara biasa, diam dan mencoba untuk menutupinya. Hal tersebut dilakukan agar orang lain tidak menjadi beban karena kemarahannya. selain itu mereka tidak mengungkapkan kemarahannya karena tidak ingin permasalahannya menjadi semakin memburuk jika kemarahannya diungkapkan. Pada informan 5, kemarahan diungkapkan dengan cara melakukan aktivitas yang bisa membuatnya merasa rileks dan tidak merasa marah lagi.

Isyarat kata- kata kemarahan yang ada pada informan 1, 3, dan 7 adalah dengan memendam kemarahannya dan tidak mengkomunikasikannya dengan orang lain, sehingga orang di sekitarnya tidak tahu bahwa sebenarnya mereka sedang marah. Sedangkan pada informan 5 kemarahan akan langsung disampaikan kepada orang yang bersangkutan dengan mengatakan bahwa ia tidak menyukainya, namun karena dengan cara tersebut dirasa kurang berpengaruh sehingga informan kmudian hanya mencoba untuk bersabar dan menahan kemarahnnya dengan cara melakukan aktivitas lain yang bisa meringankan beban pikiran dan melupakan kemarahannya.

Kontrol emosi pada informan 1, 3, 5 dan 7, antara lain: pada informan 1, 3 dan 7 adalah dengan cara bersabar dan tidak mengungkapkan kemarahannya. mereka mencoba mennahan kemarahannya dan tidak mencoba untuk melakukan kontrol dengan bantuan dari orang lain. Hal tersebut disebabkan karena mereka tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Sedangkan pada informan 5, kontrol emosi yang dilakukan adalah dengan cara melakukan

aktivitas lain yang bisa menghilangkan kemarahannya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengungkapan kemarahan pada penderita hipertensi yang telah dilakukan, maka diambil kesimpulan, antara lain:

1. Kemarahan pada penderita hipertensi diekspresikan dengan anger in. Ketika dalam kondisi marah, penderita hipertensi kurang bisa mengungkapkan kemarahannya dan cenderung memendamnya. Pengungkapan dilakukan dengan cara berdiam diri, tidak melakukan komunikasi dengan sekitarnya dan berusaha untuk berperilaku seperti biasanya untuk menyembunyikan perasaan dan kemarahannya. Hal tersebut karena penderita ingin mengendalikan tekanan darahnya dan tidak ingin permasalahannya diketahui oleh orang lain. Pengungkapan dengan cara memendam jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan direfleksikan dalam bentuk penyakit yang dideritanya. Penyakitnya akan semakin memburuk seiring dengan banyaknya perasaan yang dipendamnya.

2. Isyarat gerak yang diungkapkan oleh penderita hipertensi saat marah adalah

anger in. pengungkapan kemarahan

(10)

menjadi beban bagi orang lain. Pengungkapan dengan cara memendam jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan direfleksikan dalam bentuk penyakit yang dideritanya. Penyakitnya akan semakin memburuk seiring dengan banyaknya perasaan yang dipendamnya. 3. Isyarat kata-kata pada penderita hipertensi

ketika marah termasuk anger in. isyarat perkataan anger in yaitu berupa berdiam dan tiadk melakukan komunikasi dengan sekitarnya hingga penderita merasa suasana hatinya telah mereda. Hal tersebut dilakukan oleh penderita karena penderita tidak bisa menceritakan permasalahannya kepada orang lain agar tidak menjadi beban bagi orang lain. Pengungkapan dengan cara memendam jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan direfleksikan dalam bentuk penyakit yang dideritanya. Penyakitnya akan semakin memburuk seiring dengan banyaknya perasaan yang dipendamnya. 4. Kontrol emosi yang dilakukan oleh

penderita hipertensi termasuk dalam anger in. kontrol emosi dengan anger in adalh penderita tidak melakukan kontrol yang tepat dalam mengatasi kemarahannya. Ketika marah, penderita hanya akan diam dan berusaha untuk menyembunyikannya dan menutupinya. Berusaha untuk diam dan bersabar adalah upaya yang dilakukan oleh penderita dalam menangani permasalahannya. Penderita tidak berusaha untuk menceritakan dan membutuhkan bantuan dari orang lain karena merasa bahwa bantuan yang diberikan kurang berpengaruh terhadap kemarahannya yang muncul.

Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan, maka saran yang akan diberikan antara lain adalah:

1. Bagi penderita hipertensi, adalah agar bisa lebih mengungkapkan kemarahan yang dirasakan dan tidak berusaha untuk memendamnya. Cara pengungkapan yang bisa dilakukan tidak harus dengan cara yang destruktif dan bisa merugikan orang lain, namun juga bisa dengan cara yang lebih positif, seperti berusaha untuk mengkomunikasikan dengan orang yang bersangkutan atau mencari saran orang lain untuk menyelesaikan masalah, ataupun mengalihkan objek pada saat sedang merasakan marah, melakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat dan bisa untuk meredakan kemarahannya. 2. Bagi pihak keluarga, agar menjadi

seorang pendengar yang baik dan tidak melakukan suatu pengekangan terhadap penderita hipertensi. Kondisi penderita baik psikis maupun fisik akan semakin memburuk apabila selalu dikekang dan tidak diberikan kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya, sehingga akan lebih baik jika pihak keluarga mau untuk sekedar mendengarkan atau bahkan memeberikan solusi dari permasalahan yang dialami oleh penderita hipertensi.

3. Bagi khasanah keilmuwan psikologi, agar melakukan perbaikan dan pengembangan dalam pengambilan data yang merupakan kekurangan dari penelitian ini dengan menggunakan informan atau responden dengan criteria yang lebih memenuhi persyaratan sehingga memberikan hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Al- firdaus, I. (2011). Dampak Hebat Emosi Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Flashbooks.

(11)

http://health.kompas.com/read/2011/02/24/0 6485365/Hati-hati.dengan.Hipertensi

(diakses 24 Oktober 2013 pukul 12.42 WIB) Choo. (2000). Positive Emotion and Health: Going Beyond the Negative. Journal of American Psychology Association.

Davidson. (2000). Constructive Anger Verbal Behavior Predicts Blood Pressure in a Population Based Sample. Journal of American Psychology Association

Elga, Y, A. (2012). Jangan Suka Marah! Memahami Dampak-Dampak Buruk Marah Bagi Kesehatan. Cetakan Pertama. Jogjakarta: Penerbit BUKUBIRU.

Hartono,Bambang.(2011, 12 Mei). Hipertensi pembunuh diam-diam. Diperoleh dari

http://nasional.kompas.com/read/2011/05/16 /02522321/Hipertensi.Pembunuh.Diam-diam. (diakses pada tanggal 24 Oktober 2013 pukul 12. 46 WIB)

Shadri, Robby. (2011). Darah tinggi atau hipertensi. Diperoleh dari http://semilirhati.blogspot.com/2012/02/dara h-tinggi-atau-hipertensi.html. (Diakses pada tanggal 24 Oktober 2013 pukul 12.50 WIB)

Hude, M. (2006). Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Al-Quran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kalat, J, W. dan Shiota, M, N. (2007). Emotion. Canada: Thomson Higher Education.

Kowalski, R, E. (2010). Terapi Hipertensi. Bandung: Qanita.

Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Martin, A.(2003). Emotional Quality Management. Jakarta: Penerbit Arga.

Moelong, L, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Muhadjir, N. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.

Nasution. (1991). Metode Research. Bandung: Penerbit Jemmars.

Poerwandari, E, K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. LPSP3, Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Rosenthal. (1986). Home Relaxation Practice in Hypertension Treatment: Objective Assesment and Compliance Induction. Journal of American Psychology Association.

Safaria, T dan Saputra, N. (2009). Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Cetakan Pertama. Hal: 72-93. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Smith, T. (1992) . Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Penerbit ARCAN.

Strauss, A. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Subagyo, J. (1997). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

(12)

Sutanto. (2009). Awas 7 Penyakit Degenerative. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

Syukur, Abdul. (2011). Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi. Jogjakarta: Penerbit DIVA Press.

Udjianti, W. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Seminar Nasional Indeppemda Sumatera Selatan. RRI-Sumsel, 22

Kondisi itu juga membawa para penguasa Palembang pada konflik yang berkepanjangan, baik yang disebabkan oleh faktor dari luar yaitu keinginan bangsa asing

of soil arthropods analysis conducted by comparing between plots sampling at each different land use. Similarity Composition between two locations analyzed by

Dari tingkat relevansi kurikulum program studi PTMO FKIP UNSRI dengan kompetensi profesional guru SMK kompetensi keahlian TKR di kota Palembang pada masing-masing bidang kompetensi

The objective of research was to compare the morphological variation of root, stem, leaf, panicle, floret and the colour of milk mature grain and mature grain by observing the

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA REMAJA HIPERTENSI DI WILAYAH. KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU

a. Dengan beban lalu lintas dan daya dukung tanah dasar yang sama, maka ketebalan konstruksi perkerasan kaku lebih tipis dibandingkan perkerasan lentur.

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bahan organik kotoran kambing dan suhu pemanasan secara individu memberikan pengaruh sangat nyata