MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI
TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGGAL T.A 2013/2014
Oleh:
Intan Pertiwi Harahap NIM 409311020
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas
VIII SMP Negeri 1 Sunggal T.A 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. S. Saragih, M.Pd, Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd dan Bapak
Drs. W.L. Sihombing, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan
skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd selaku
dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam
perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak
Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA
UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan
Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf
Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan
memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sunggal, Ibu
Dra. Hj. Asmawati Sembiring, S.Pd, yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian, guru bidang studi Matematika Ibu Maisaro Siregar,
S.Pd dan para guru SMP Negeri 1 Sunggal beserta siswa – siswi kelas VIII-4 yang
v
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
tersayang Batas Harahap, S.Pd, dan Ibunda tercinta Erisna Rambe, S.Pd yang
telah begitu banyak memberikan kasih sayang, do’a, motivasi dan semangat, serta
dukungan moral dan material yang tak ternilai harganya. Serta kepada adik –
adikku tersayang Hana Meyliani Harahap, Rezki Cahyani Harahap dan
Aminuddin Harahap yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi,
semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
UNIMED.
Ucapan terima kasih juga kepada sahabat seperjuangan yang selalu
memberi semangat dan dukungan yaitu my bestfriend Asmaul Husna dan Yuli
Astrinitha Lubis dan teman–teman sekelas Matematika Eks’09 khususnya Keong
Girls, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung
dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Terima kasih juga kepada
saudara-saudariku PPLT Unimed 2012 di SMP Negeri 2 Teluk Mengkudu yang
selalu memberi dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis. Penulis juga
ucapkan terima kasih kepada teman - teman 1 kontrakan di Jln. Bhayangkara yaitu
Sri Sukandi Wiratama, Fitria Selly, dan Indah Dewi Mentari yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan, Februari 2014 Penulis,
iii
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI
TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGGAL T.A 2013/2014
Intan Pertiwi Harahap (NIM 409311020) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Sunggal T.A 2013/2014. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Sunggal yang berjumlah 37 orang siswa dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Inkuiri pada materi Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Sunggal T.A 2013/2014. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Hasil dari PTK ini merupakan tindakan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostik dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari tes diagnostik yaitu 5 dari 37 orang siswa (13,5%) dengan rata-rata kelas 46,5. Hasil analisis data pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri menunjukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 26 orang siswa (70,3%) dengan rata-rata kelas 71,3. Hasil analisis data akhir siklus II dengan model pembelajaran yang sama diperoleh jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu 33 orang siswa (89,2%) dengan rata-rata 77. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar.
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri 16
Tabel 3.1 Rubrik Penskoran 38
Tabel 3.2 Norma Absolut Skala Lima 41
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 42
Tabel 4.1 Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada TKPM I 45
Tabel 4.2 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah pada
TKPM I 45
Tabel 4.3 Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah pada
TKPM I 46
Tabel 4.4 Kemampuan Siswa Memeriksa Pemecahan Masalah pada
TKPM I 47
Tabel 4.5 Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada LAS siklus I 49
Tabel 4.6 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah pada
LAS Siklus I 50
Tabel 4.7 Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah pada
LAS Siklus I 51
Tabel 4.8 Kemampuan Siswa Memeriksa Pemecahan Masalah pada LAS
Siklus I 51
Tabel 4.9 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
oleh 2 observer 58
Tabel 4.10 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 58
Tabel 4.11 Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM I 60
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Refleksi Siklus I 61
Tabel 4.13 Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada TKPM II 64
Tabel 4.14 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah
pada TKPM II 65
Tabel 4.15 Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah
pada TKPM II 65
xi
TKPM II 66
Tabel 4.17 Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada LAS siklus II 69
Tabel 4.18 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah pada
LAS Siklus II 69
Tabel 4.19 Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah pada
LAS Siklus II 70
Tabel 4.20 Kemampuan Siswa Memeriksa Pemecahan Masalah pada LAS
Siklus II 71
Tabel 4.21 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II
oleh 2 observer 78
Tabel 4.22 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 78
Tabel 4.23 Perbandingan Hasil Penelitian 79
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Persegi 18
Gambar 2.2 Segitiga Siku-siku 1 19
Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku 2 20
Gambar 2.4 Segitiga 1 20
Gambar 2.5 Segitiga 2 20
Gambar 2.6 Segitiga Siku-siku 3 21
Gambar 2.7 Segitiga Siku-siku 4 22
Gambar 2.8 Segitiga Siku-siku 5 22
Gambar 2.9 Segitiga Siku-siku 6 22
Gambar 2.10 Segitiga Siku-siku 7 23
Gambar 2.11 Persegi Panjang 23
Gambar 2.12 Kubus 23
Gambar 2.13 Diagonal Sisi Kubus 23
Gambar 2.14 Diagonal Ruang Kubus 23
Gambar 2.15 Segitiga Siku-siku 8 24
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 28
Gambar 4.1 Pola Jawaban Soal LAS I Nomor 1 Jenis I 54
Gambar 4.2 Pola Jawaban Soal LAS I Nomor 1 Jenis II 55
Gambar 4.3 Pola Jawaban Soal LAS II Nomor 2 Jenis I 56
Gambar 4.4 Pola Jawaban Soal LAS II Nomor 2 Jenis II 57
Gambar 4.5 Pola Jawaban Soal LAS III Nomor 2 Jenis I 74
Gambar 4.6 Pola Jawaban Soal LAS III Nomor 2 Jenis II 75
Gambar 4.7 Pola Jawaban Soal LAS IV Nomor 3 Jenis II 76
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Siklus I dan II 80
Grafik 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada LAS
xii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I 47
Diagram 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan
Masalah I 48
Diagram 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I 48
Diagram 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah
pada LAS Siklus I 52
Diagram 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan
Masalah pada LAS Siklus I 52
Diagram 4.6 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pemecahan Masalah LAS
Siklus I 53
Diagram 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah II 67
Diagram 4.8 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan
Masalah II 67
Diagram 4.9 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM II 68
Diagram 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah
pada LAS Siklus II 71
Diagram 4.11 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan
Masalah pada LAS Siklus II 72
Diagram 4.12 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pemecahan Masalah LAS
Siklus II 72
Diagram 4.13 Tingkat Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada
Siklus I dan II 81
Diagram 4.14 Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Belajar pada Siklus I dan II 82
Diagram 4.15 Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Belajar pada LAS
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 93
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 103
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 110
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 118
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 124
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 128
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 130
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV 134
Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Diagnostik 137
Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 138
Lampiran 11 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 139
Lampiran 12 Lembar Validator 140
Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Diagnostik 141
Lampiran 14 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 144
Lampiran 15 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 147
Lampiran 16 Tes Diagnostik 150
Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 151
Lampiran 18 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 152
Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Diagnostik 153
Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 156
Lampiran 21 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 159
Lampiran 22 Rubrik Penskoran Tes Diagnostik 162
Lampiran 23 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 163
Lampiran 24 Daftar Nilai Siswa 164
Lampiran 25 Daftar Nama Siswa Kelas VIII-4 178
Lampiran 26 Lembar Observer 179
Lampiran 27 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran (Siklus I) 180
Lampiran 28 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran (Siklus II) 188
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber
daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan
mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui
pendidikan yang berkualitas. Sekolah adalah salah satu lembaga untuk
mendapatkan pendidikan. Sekolah mengemban tugas yang sangat berat, yaitu
membentuk individu-individu agar mempunyai wawasan dan pengetahuan luas
serta keahlian sesuai dengan kebutuhan zaman. Sehingga harapan masyarakat
untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan berkuantitas dapat
terpenuhi.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dinilai cukup memegang
peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika
merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan
sistematik. Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu
menguasai pelajaran matematika. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2). Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3). Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5). Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6). Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Begitu juga Indonesia memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang telah mengatur standar proses dan standar isi mengenai pengajaran
matematika. Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP
oleh Depdiknas (dalam http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/
2
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu
menguasai pelajaran matematika. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai
matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa.
Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi
matematika kurang menggembirakan.
Tinggi rendahnya kemampuan dan hasil belajar matematika siswa dalam
suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya, karena
banyaknya siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari. Seperti yang
dikemukakan oleh Abdurrahman (2009:252) bahwa “Dari berbagai bidang studi
yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap
paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi
siswa yang berkesulitan belajar”.
Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita
matematika serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Abdurrahman (2003: 257)
mengemukakan bahwa: “Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang
mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran
yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu
memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”. Kesulitan
3
rendah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
Demikian halnya juga ditemukan di SMP Negeri 1 Sunggal. Dari hasil
observasi yang diawali dengan wawancara kepada salah seorang guru matematika
di kelas VIII SMP Negeri 1 Sunggal yaitu Ibu Maisaro Siregar pada tanggal 15
Maret 2013 mengatakan bahwa: “Banyak siswa mengalami kesulitan
menyelesaikan soal-soal pada materi Teorema Pythagoras. Ini disebabkan
rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Ketika mengerjakan
soal, siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan pertama kali dan siswa juga sulit
membedakan antara sisi miring dan sisi siku-siku terutama dalam menjawab soal
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga berakibat pada
rendahnya hasil belajar siswa pada materi Teorema Pythagoras”.
Observasi selanjutnya adalah pemberian tes yang berhubungan dengan
kemampuan pemecahan masalah yang dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2013.
Siswa kesulitan memecahkan soal seperti berikut:
Dari 2 buah soal yang peneliti berikan kepada siswa, hanya 1 orang siswa
(2,7%) yang menjawab soal nomor 1 dengan benar dan 7 orang siswa (18,9%)
yang menjawab soal nomor 2 dengan benar dan tidak ada seorang siswa pun (0%)
yang mampu menjawab dengan benar kedua soal tersebut sekaligus. Nilai rata-1. Pak Dani akan mengecat tembok bagian samping
rumahnya seperti tampak pada gambar berikut. Biaya
setiap m2 adalah Rp 40.000. Hitunglah biaya seluruhnya
untuk mengecat tembok tersebut!
2. Seorang anak berada pada jarak 32 m dari kaki
sebuah gedung. Ia melihat puncak gedung dan
pesawat yang sedang terbang di atas gedung itu
dengan sudut elevasi masing-masing 30° dan 45°.
rata siswa adalah 46,5.
masalah masih rendah.
Berikut adala
soal.
Hasil P
46,5. Diambil kesimpulan, kemampuan siswa da
ah.
dalah analisis beberapa kesalahan siswa dalam
il Pekerjaan Siswa Analisis
- Salah da
apa yang
ditanyak
- Tidak l
menuliska matemat masalah. - Kesalaha pengerja - Tidak kesimpul jawaban.
- Tidak l
menuliska matemat masalah. - Pengope kurang le - Tidak kesimpul jawaban. 4 dalam pemecahan
am menyelesaikan
isis Kesalahan
h dalam menuliskan
ang diketahui dan
akan dari soal.
k lengkap dalam
nuliskan model
atika dari
ah.
ahan dalam
rjaan.
k membuat
pulan dari
ban.
k lengkap dalam
nuliskan model
atika dari
ah.
operasian yang
g lengkap.
k membuat
pulan dari
5
Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Sebagaimana diungkapkan oleh
Slameto (2010:65) bahwa ”Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula”.
Berkaitan dengan hal diatas tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini
sangat sulit mempelajari matematika. Guru masih banyak yang tidak
memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, metode apa yang cocok dipilih
untuk suatu materi tertentu. Banyak guru yang masih mengajarkan suatu pelajaran
khususnya matematika dengan cara konvensional. Tidak ada variasi dalam model
atau metode yang dibawakan sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang
termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika.
Meskipun telah lama kita menyadari bahwa belajar memerlukan
keterlibatan secara aktif orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan
kecenderungan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya
kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Proses pembelajaran
masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah dan kegiatan lebih berpusat
pada guru. Efektifitas peserta didik dapat dikatakan mendengarkan penjelasan guru
dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Seperti yang dikemukakan oleh
Slameto (2010: 65) bahwa:
Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode – metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
Oleh karena itu, hendaknya dilakukan perubahan paradigma atau
reorientasi terhadap proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh
Komaruddin (dalam Trianto, 2011:8) yaitu:
6
Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.
Salah satu alternatif yang ditempuh oleh guru dalam upaya meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan menerapkan model
pembelajaran yang melibatkan langsung siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar. Guru sebagai fasilitator mempunyai peran yang sangat strategis dalam
proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam proses belajar
mengajar untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami Teorema Pythagoras
adalah dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri yaitu model penemuan
yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran Inkuiri merupakan suatu proses
belajar yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep-konsep
matematika melalui serentetan pengalaman belajar yang lampau. Sehingga,
dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, siswa diharapkan mampu
mengembangkan kepemimpinan siswa didalam mengemukakan pendapat.
Sehubungan dengan itu menurut Gulo (2008:84-85) menyatakan bahwa:
Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian
Schlenker (dalam Trianto, 2011:167) menunjukkan bahwa: “ Latihan inkuiri dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa
menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi”.
Pythagoras (dalam Adinawan, 2007:144) menyatakan bahwa: “Untuk
setiap segitiga siku-siku selalu berlaku: luas persegi pada hipotenusa sama dengan
jumlah luas persegi pada sisi yang lain (sisi siku-sikunya)”. Teori di atas disebut
7
yaitu seorang ahli matematika bangsa Yunani yang hidup pada abad keenam
Masehi dan berkesempatan memperdalam ilmunya di Mesir Kuno. Teorema
tersebut membantu manusia dalam banyak bidang. Pada bidang arsitektur,
teorema ini digunakan untuk merencanakan konstruksi bangunan. Teorema ini
juga erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Seperti sebuah tangga yang
disandarkan ke pohon. Kita dapat menghitung panjang sisi miring tangga terhadap
pohon jika kita mengetahui tinggi pohon dan jarak tangga ke pohon.
Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, Guru dapat
memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk menuangkan ide, gagasan dan ilmu
pengetahuan awal yang mereka miliki untuk menemukan Teorema Pythagoras
tersebut.
Oleh karena itu, melalui model pembelajaran ini diharapkan kemampuan
pemecahan masalah siswa akan meningkat apabila mereka ikut serta dalam
kegiatan matematika, sehingga masalah benar-benar dipahami dan diselesaikan
oleh siswa melalui pengembangan berfikir secara deduktif.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
dengan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Negeri 1 Sunggal T.A 2013/2014”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada
materi Teorema Pythagoras.
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat.
3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
8
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian ini sehingga terfokus dan spesifik
maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Inkuiri pada materi
Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Sunggal T.A 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian
tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
“Apakah model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa pada materi Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP
Negeri 1 Sunggal T.A 2013/2014”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi Teorema Pythagoras di kelas
VIII SMP Negeri 1 Sunggal T.A 2013/2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
besar sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi Teorema Pythagoras.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat mempertimbangkan
model pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang ingin
90 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa pada materi Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1
Sunggal dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata siswa pada tes kemampuan
pemecahan masalah I adalah 71,3 sedangkan pada tes kemampuan pemecahan
masalah II nilai rata-rata diperoleh sebesar 77. Jadi, diperoleh peningkatan
rata-rata kelas sebesar 5,7. Pada tes kemampuan pemecahan masalah I, jumlah
siswa yang tuntas memecahkan masalah yaitu sebanyak 26 orang siswa
(70,3%) sedangkan pada tes kemampuan pemecahan masalah II, jumlah siswa
yang tuntas memecahkan masalah yaitu sebanyak 33 orang siswa (89,2%).
Sehingga diperoleh peningkatan siswa dalam kemampuan pemecahan masalah
dengan nilai tuntas sebanyak 7 orang atau 18,9%.
5.2 Saran
Adapun saran yang didapat dari hasil penelitian yaitu:
1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam
pembelajaran dan menerapkan model pembelajaran inkuiri sebagai salah satu
alternatif.
2. Kepada siswa disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau
ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat
mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam belajar.
3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menggunakan model pembelajaran inkuiri pada
materi Teorema Pythagoras ataupun materi lain yang dapat dikembangkan
91
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Adinawan, M.C. dan Sugijono, (2007), Matematika SMP Jilid 2A Kelas VIII, Erlangga, Jakarta.
A. M., Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Arikunto, S., dkk., (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Cahyono, A., (2010), http://risecahyono.blogspot.com./2010/03/model-pembelajaran-berbasis-inkuiri.htm (diakses 20 Januari 2014)
Dimyati dan Mudjiono. (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S.B., dan Aswan Zain, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
FMIPA Unimed, (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, Unimed, Medan.
Firdaus, A., (2009), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/ kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/ (diakses April 2013).
Gulo, W., (2008), Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang (UM PRESS), Malang.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Nasution, S., (1995), Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, (http://repository.upi.edu/ operator/upload/s_pgsd_0610799_chapter2.pdf) (diakses Mei 2013)
92
Revolita, R., (2012), Peningkatan kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Kota Pematangsiantar Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Tesis, Program Pasca Sarjana Unimed, Medan.
Roestiyah, (2008), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Rukoiyah, S., (2007), http://matematika.upi.edu (diakses 20 Januari 2014)
Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.
Soegito, E. dan Yuliani Nurani, (2003), Kemampuan Dasar Mengajar, Universitas Terbuka, Jakarta.
Syarifuddin, (2009), Pembelajaran Matematika Sekolah, http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html (diakses April 2013).