Konsep Dualitas
• Setiap permasalahan LP mempunyai
hubungan dengan permasalahan LP lain • Masalah dual adalah sebuah masalah LP
yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal
1
Bentuk Standar
Masalah Primal Masalah Dual
n j x m i b x a ST x c Z j i n j j ij n j j j ,..., 2 , 1 , 0 ,..., 2 , 1 , : , max 1 1
dibatasi tak ,..., 2 , 1 , : , min 1 1 i j m i i ij m i i i y n j c y a ST y b W
1
Bentuk Standar
Masalah Primal Masalah Dual
n j x m i b x a ST x c Z j i n j j ij n j j j ,..., 2 , 1 , 0 ,..., 2 , 1 , : , min 1 1
dibatasi tak ,..., 2 , 1 , : , max 1 1 i j m i i ij m i i i y n j c y a ST y b W
Aturan-aturan (Hillier &
Lieberman)
• Koefisien fungsi tujuan dari permasalahan primal adalah ruas kanan kendala
fungsional pada permasalahan dualnya • Ruas kanan kendala fungsional pada
permasalahan primal merupakan koefisien fungsi tujuan pada permasalahan dualnya • Koefisien variabel kendala fungsional pada
permasalahan primal menjadi koefisien pada kendala fungsional pada
Aturan-aturan (Taha)
• Untuk setiap batasan primal terdapat sebuah variabel dual
• Untuk setiap variabel primal terdapat sebuah batasan dual
• Koefisien batasan dari sebuah variabel
primal membentuk koefisien sisi kiri dari batasan dual yang bersesuaian; dan
koefisien tujuan dari variabel yang sama menjadi sisi kanan dari batasan dual
Masalah dual diperoleh secara
simetris dari masalah primal
Variabel Primal
x1 x2 … xj … xn
Sisi kanan dari
batasan dual c1 c2 … cj … cn
Koefisien sisi kiri dari batasan dual
a11 a12 … a1j … a1n b1 y1
Variabel dual
a21 a22 … a2j … a2n b2 y2
: : : : : :
am1 am2 … amj … amn bm ym
↑
Batasan dual ke-j
↑
Hubungan Primal-Dual
Tujuan Primal Standar
Dual
Tujuan Batasan Variabel
Maksimisas i Minimisasi ≥ Tidak dibatasi Minimisasi Maksimisas i ≤ Tidak dibatasi
Contoh:
• Primal Max z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3 x1 + 2 x2 + x3 ≤ 10 2 x1 - x2 + 3 x3 = 8 x1, x2, x3 ≥ 0Contoh:
• Primal Standar Max z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3 x1 + 2 x2 + x3 + s1 = 10 2 x1 - x2 + 3 x3 = 8 x1, x2, x3, s1 ≥ 0Contoh:
• Dual Min W = 10 y1 + 8 y2 y1 + 2 y2 ≥ 5 2 y1 - y2 ≥ 12 y1 + 3 y2 ≥ 4 y1 + 0 y2 ≥ 0 (y1 ≥ 0) y1, y2 tak dibatasiPemecahan Masalah Dual
Nilai tujuan dalam satu pasangan masalah primal dan dual harus memenuhi hubungan berikut
1. Untuk setiap pasangan pemecahan primal dan dual yang layak
(nilai tujuan dalam masalah maksimisasi)
≤ (nilai tujuan dalam masalah minimisasi) 2. Di pemecahan optimum untuk kedua masalah
(nilai tujuan dalam masalah maksimisasi)
= (nilai tujuan dalam masalah minimisasi)
1
Contoh
Primal Dual Min z = 5 x1 + 2 x2 ST x1 – x2 ≥ 3 2 x1 + 3 x2 ≥ 5 x1, x2 ≥ 0 Max w = 3 y1 + 5 y2 ST y1 + 2 y2 ≤ 5 - y1 + 3 y2 ≤ 2 - y1 ≤ 0 (y1 ≥ 0) - y2 ≤ 0 (y2 ≥ 0)1
Contoh
Primal (min) Dual (max)
Pemecahan Layak x1 = 3 x2 = 0 Nilai tujuan z = 15 Pemecahan Layak y1 = 3 y2 = 1 Nilai tujuan w = 14
1
Contoh
Primal (min) Dual (max)
Pemecahan Tak Layak x1 = 3
x2 = 1
Nilai tujuan z = 17
Pemecahan Tak Layak y1 = 4
y2 = 1
Nilai tujuan w = 17
1
Contoh
Primal Dual Pemecahan Optimal x1 = 3 x2 = 0 Nilai tujuan z = 15 Pemecahan Optimal y1 = 5 y2 = 0 Nilai tujuan w = 15Programa Dual
Hubungan antara PRIMAL dan DUAL adalah sebagai berikut :
PRIMAL DUAL
RHS Fungsi Tujuan
MAX MIN
Programa Dual
x1 x2 xn RHS y1 a11 a12 a1n b1 y2 a21 a22 a2n b2 ym am1 am2 amn bm c1 c2 cn Koefisien Fungsi Objektif (Maksimisasi) Koefis ie n Fung s i Obj e k tif (M inimi s a s i) PRIMAL D U AL
Contoh Programa Dual
PRIMAL : Max 3x1 + 5x2 s.t. x1 4 2x2 12 3x1 + 2x2 18 x1, x2 0DUAL : Min 4y1 + 12y2 + 18y3 s.t.
y1 + 3y3 3 2y2 + 2y3 5 y1, y2 , y3 0
PRIMAL – DUAL
Secara umum hubungan antara DUAL dan PRIMAL dapat digambarkan seperti pada tabel di bawah ini
MINIMASI MAKSIMASI Unrestricted = = Unrestricted V ari ab le V ari ab le Co nstrai nt Co nstrai nt
Contoh
PRIMAL : Max 8x1 + 3x2 s.t. x1 – 6x2 4 5x1 + 7x2 = – 4 x1 0 x2 0 DUAL : Min 4w1 – 4w2 s.t. w1 + 5w2 8 – 6w1 + 7w2 3 w1 0 w2 unrestrictedContoh 2
Primal: Max. z = 3x1 + 2x2 (Obj. Func.)
subject to 2x1 + x2 100 (Finishing constraint) x1 + x2 80 (Carpentry constraint) x1 40 (Bound on soldiers) x1, x2 0 Optimal Solution: z = 180, x1 = 20, x2 = 60
Dual : Min. w = 100y1 + 80y2 + 40y3 (Obj. Func.)
subject to
2y1 + y2 + y3 3 y1 + y2 2
Hubungan PRIMAL – DUAL
Bila x adalah feasible terhadap PRIMAL dan y
feasible terhadap DUAL, maka cx yb
Nilai objektif problem Max Nilai objektif
problem Min
DUAL Constraint y A c
x 0 y Ax cx
Teorema Dualitas
● Bila x* adalah penyelesaian dari PRIMAL dan y*
adalah penyelesaian dari DUAL, maka cx* = y*b
● Bila x0 feasible terhadap PRIMAL dan y0 feasible
terhadap DUAL sedemikian hingga cx0 = y0b, maka
x0 dan y0 adalah penyelesaian optimal
Menyelesaikan PRIMAL Menyelesaikan DUAL z DUAL FR PRIMAL FR Optimal
Teorema Dualitas
1. P optimal D optimal 2. P tak terbatas D tak terbatas D tidak feasible P tidak feasible 3. P tidak feasible D tidak feasible D tak terbatas/tidak feasible P tak terbatas/tidak feasible
Dual Simplex
• Sekelompok masalah LP yang tidak memiliki pemecahan dasar awal yang layak dan
semuanya adalah variabel slack, tetapi dapat dipecahkan tanpa menggunakan variabel
buatan yaitu dengan menggunakan metode dual simplex
• Dalam prosedur dual simplex, pemecahan
dimulai tidak layak dan optimal (sebagaimana diperbandingkan dengan metode primal
simplex yang memulai layak tetapi nonoptimal)
Dual Simplex
• Gagasan umum dari prosedur dual simplex adalah bahwa sementara iterasi dimulai tidak layak dan (lebih baik daripada) optimal, iterasi berikutnya bergerak ke arah ruang layak tanpa kehilangan sifat optimalitas (simpleks biasa
mempertahankan kelayakan sementara bergerak ke arah optimalitas)
• Pada iterasi dimana pemecahan menjadi layak untuk pertama kalinya, proses tersebut
Dual Simplex
• Kondisi Kelayakan:
– Variabel keluar adalah variabel dasar yang memiliki nilai paling negatif (jika sama, tentukan secara sembarang).
– Jika semua variabel dasar adalah nonnegatif, proses berakhir.
• Kondisi Optimalitas:
– Variabel masuk adalah variabel nondasar yang berkaitan
dengan rasio terkecil jika meminimumkan atau nilai absolut terkecil dari rasio jika memaksimumkan (jika sama,
tentukan sembarang).
– Rasio ditentukan dengan membagi koefisien sisi kiri persamaan z dengan koefisien negatif yang bersesuaian dalam persamaan dengan koefisien negatif yang
bersangkutan dengan variabel keluar.
– Jika semua penyebut adalah nol atau positif, tidak terdapat pemecahan yang layak
Contoh 1
Min z = 3 x1 + 2 x2 3 x1 + x2 ≥ 3 4 x1 + 3 x2 ≥ 6 x1 + x2 ≤ 3 x1, x2 ≥ 0Contoh 1
Min z - 3 x1 - 2 x2 = 0 -3 x1 - x2 + s1 = -3 -4 x1 - 3 x2 + s2 = -6 x1 + x2 + s3 = 3 x1, x2, s1, s2, s3 ≥ 0Contoh 1
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 RHS z 1 -3 -2 0 0 0 0 s1 0 -3 -1 1 0 0 -3 s2 0 -4 -3 0 1 0 -6 s3 0 -1 1 0 0 1 3 3/4 2/3 ~ ~ ~ Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 RHS z 1 -1/3 0 0 -2/3 0 4 s1 0 -5/3 0 1 -1/3 0 -1 x2 0 4/3 1 0 -1/3 0 2 s3 0 -1/3 0 0 1/3 1 1 1/5 ~ ~ 2 ~ Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 RHS z 1 0 0 -1/5 -3/5 0 21/5 x1 0 1 0 -3/5 1/5 0 3/5 x2 0 0 1 4/5 -3/5 0 6/5 s3 0 0 0 -1/5 2/5 1 6/5 rasio rasio1
Contoh 1
• X1 = 3/5 • X2 = 6/5 • Z = 21/5
Contoh 2
Max z = 2 x1 - x2 x1 + x2 = 1
2 x2 ≥ 1 x1, x2 ≥ 0
Contoh 2
Max z - 2 x1 + x2 = 0 x1 + x2 = 1 - 2 x2 + s1 = -1 x1, x2 , s1 ≥ 0 =================================== ===== x1 = 1 – x2, sehingga: z – 2 (1 – x2) + x2 = 0 z + 3 x2 = 21