• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PECUT KUDA JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PECUT KUDA JURNAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID

DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PECUT KUDA

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan

Oleh

ARDIANTI SYAHRIL NIM: 441 409 010

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Jurnal yang berjudul:

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Ekstrak Metanol

Daun Pecut Kuda

Oleh Ardianti Syharil NIM. 441409010

Telah diperiksa dan disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Nurhayati Bialangi, M.Si Hendri Iyabu, S.Pd, M.Si NIP. 19620529 198602 2 002 NIP. 19800109 200501 1 002

Mengetahui :

Ketua jurusan pendidikan kimia

(3)

1 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK

METANOL DAUN PECUT KUDA

Ardianti Syahril1, Nurhayati Bialangi2, Hendri Iyabu3 Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA

Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid dalam daun pecut kuda. Senyawa diisolasi dengan cara ekstraksi maserasi, uji fitokimia, pemisahan dan pemurnian, serta diidentifikasi dengan spektroskopi UV-Vis dan IR. Sampel yang dimaserasi sebanyak 190 gr dan menghasilkan 20,17 gr ekstrak kental. Uji fitokimia dari ekstrak metanol menunjukkan bahwa daun pecut kuda positif mengadung senyawa flavonoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa yang diperoleh dari daun pecut kuda berupa kristal jarum berwarna kekuningan. Uji KLT dua dimensi dengan dua perbandingan campuran eluen yaitu n-heksan : etil asetat (8:2) isolat E1dan n-heksan : aseton

(9:1) isolat E2 menghasilkan noda tunggal dengan harga Rf 0,3 untuk elusi pertama (E1) dan

0,25 untuk elusi kedua (E2). Identifikasi spektroskopi UV-Vis memberikan 2 pita serapan

pada panjang gelombang 348 nm dan 219 nm, yang didukung dengan hasil IR yaitu adanya gugus OH, C─H alifatik, C=O, C=C aromatik, tekuk O-H, C-O, C-H aromatik yang menyerupai gugus fungsi senyawa flavonoid.

Kata kunci: Daun pecut kuda,. Flavonoid, Isolasi, Identifikasi, Spektrofotometer UV-Vis dan IR.

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena bermanfaat dan kegunaannya besar bagi manusia dalam hal pengobatan. Dalam tanaman ada banyak komponen kimia yang dapat digunakan sebagai obat. Pada saat ini, banyak orang yang kembali menggunakan bahan-bahan alam yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan alami. Ada banyak pengobatan dengan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi penyakit yang salah satunya ialah penggunaan ramuan obat berbahan herbal (Koirewoa, 2012).

Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam yang penting. Tumbuhan merupakan tempat terjadinya sintesis senyawa organik yang kompleks sehingga menghasilkan sederet golongan senyawa dengan berbagai macam struktur. Usaha pencarian senyawa baru terhadap tumbuhan yang belum banyak diteliti akan lebih menarik karena kemungkinan lebih besar menemukan senyawa baru (Copriady dkk, 2001).1

Tumbuhan obat mengandung bahan aktif penting terutama dari senyawa metabolit sekunder dengan struktur-struktur yang unik dan bervariasi, yang dikembangkan lebih jauh dengan meninjau hubungan gugus aktif senyawa dengan reseptor penyakit dalam tubuh.

1

Ardianti Syahril, NIM 441409010, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

2Pembimbing I Dra. Nurhayati Biaalangi, M.Si

(4)

2

Secara umum metabolit sekunder dalam bahan alam hayati berdasarkan sifat dan reaksi, khasnya dengan pereaksi tertentu yaitu alkaloid, terpenoid atau steroid, flavonoid, fenolik, saponin dan kumarin (Copriady dkk, 2001).

Senyawa metabolit sekunder yang menjadi objek utama dalam penelitian ini adalah flavonoid. Flavonoid adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang tersebar dalam dunia tumbuhan dan merupakan salah satu golongan senyawa fenol yang terbesar. Flavonoid terdapat dalam semua jenis tumbuhan hijau sehingga ditemukan juga dalam ekstrak tanaman. Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid (Markham, 1988).

Tanaman pecut kuda memiliki nama ilmiah Stachytarpheta jamaicensis [L.] Vahl dan merupakan famili Verbenaceae. Tanaman pecut kuda berasal dari Amerika derah tropis yang sekarang sudah banyak ditemukan dan di budidayakan di Indonesia sebagai tanaman herbal, selain itu tanaman ini juga bisa menyembuhkan kanker karena kandungan senyawa fitokimia yang terdapat didalamnya. Kandungan fitokimia dari tanaman pecut kuda tersebut adalah karbohidrat, glikosida, flavonoid, tannin, saponin, terpenoid, triterpenoid, dan alkaloid. Sedangkan Ekstrak etanol daun kering pecut kuda, menunjukkan anti infflamasi dan analgesik, pada tikus percobaan (Iptek, 2005).

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo selama 3 bulan.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet tetes, seperangkat alat evaporator, gelas ukur 250 mL, corong, penyangga, klem, timbangan analitik, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, seperangkat alat kromatografi kolom, botol-botol vial, botol semprot, labu dasar bulat, spatula,oven, toples, gelas kimia dan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer infrared, lampu ultra violet.

Bahan tumbuhan (sampel) yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pecut kuda yang diperoleh dari Desa Lintidu, Kecamatan Paleleh, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 1 kilogram dan Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah n-heksana, metanol, kloroform, aseton, aquades, silika gel, silika gel 60 (E. merk

70-230 mesh), dan silika gel GF254 ( E. Merck), pereaksi fitokimia Mg-HCl, NaOH, dan H2SO4

pekat.

Metode Penelitian

(5)

3 Preparasi Sampel

Sampel yang digunakan adalah daun pecut kuda. Daun pecut kuda dicuci sampai bersih, diranjang kecil-kecil kemudian diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung selama satu malam, kemudian dihaluskan dengan cara diblender dengan menggunakan sedikit larutan metanol.

Ekstraksi

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi. Sampel yang sudah halus dimaserasi dengan menggunakan metanol teknis, maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, dimana setiap 24 jam ekstrak disaring. Selain itu, dimaserasi kembali dengan metanol teknis yang baru kemudian ekstrak disatukan sehingga diperoleh filtrat dan residu. Filtrat metanol di evaporasi, dan diperoleh ekstrak kental metanol.

Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak metanol meliputi uji flavanoid, uji alkaloid dan uji steroid.

Uji Flavonoid

Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 gr dilarutkan menggunakan 10 mL metanol. Setelah itu dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Tabung reaksi yang pertama sebagai control, tabung reaksi kedua, ketiga dan keempat berturut-turut ditambahkan serbuk Mg-HCl, H2SO4 pekat,

dan NaOH pekat. Warna yang terbentuk dari masing-masing tabung tersebut dibandingkan dengan kontrol. Jika terjadi perubahan warna menunjukkan adanya positif flavanoid.

Uji Alkaloid

Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 gr dilarutkan denga 10 mL kloroform amoniakal dan hasilnya dibagi kedalam dua tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambahkan dengan larutan asam sulfat pekat (H2SO4) 2 N, dengan perbandingan volume yang sama. Lapisan atas

dibagi menjadi 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung dilakukan pengujian dengan menggunakan pereaksi Mayer, Dragendorf, dan Wagner. Bagian kedua dilakukan pengujiaan dengan pereaksi hager, jika terbentuk endapan menunjukkan adanya positif alkaloid.

Uji Steroid

Ekstrak kental metanol 0,1 gr dilarutkan dalam 10 mL etil eter. Bagian yang larut diteteskan pada plat tetes, ditambahkan 2 tetes asam asetat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna hijau kebiruan menunjukkan adanya positif steroid.

Pemisahan dan Pemurnian

Ekstrak metanol dipisahkan dengan cara kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen yang berbeda. Isolat murni di identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis dengan berbagai eluen serta kromatografi lapis tipis dua dimensi.

Identifikasi Senyawa

(6)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap penelitian diawali dengan pengambilan sampel Daun pecut kuda dari desa Lintidu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Daun pecut kuda dibersihkan dengan cara dicuci sampai bersih, selanjutnya daun yang telah dicuci dipotong kecil-kecil agar dapat memudahkan proses ekstraksi, kemudian dikeringakan dengan cara diangin-anginkan pada ruangan terbuka yang tidak terkena sinar matahari. Pengeringan dilakukan di ruang yang bebas dari sinar matahari untuk mencegah rusaknya senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun. Tujuan pengeringan untuk menghilangkan/mengurangi kadar air.

Sebanyak 190 gr daun pecut kuda yang sudah kering dimaserasi dengan pelarut metanol selama 3 x 24 jam. Setiap 1 x 24 jam hasil maserasi disaring dan ditampung dalam toples dan ekstrak kembali dimaserasi dengan metanol yang baru. Filtrat hasil maserasi yang diperoleh disatukan kemudian di evaporasi menggunakan pompa vakum pada suhu30-40o C. Diperoleh ekstrak kental sebanyak 20,17 gr yang berwarna hijau kehitaman.

Terhadap ekstrak metanol dilakukan dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa yang ada dalam ekstrak metanol tersebut . Setelah diperoleh ekstrak kental metanol tumbuhan pecut kuda, selanjutnya diuji fitokimia untuk melihat senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Uji fitokimia terhadap ekstrak kental metanol antara lain uji flavonoid, alkaloid dan steroid.

Berdasarkan hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kental metanol daun pecut mengandung senyawa-senyawa flavonoid dan steroid. Selanjutnya untuk mendapatkan senyawa yang positif terhadap uji fitokimia dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap pemisahan dan pemurnian.

Pemisahan komponen-komponen kimia terhadap ekstrak metanol dapat dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom. Pada tahap pemisahan ini dilakukan kromatografi lapis tipis yang bertujuan untuk mendapatkan perbandingan eluen yang sesuai dengan fasa gerak dalam kromatografi kolom. KLT dilakukan menggunakan fase gerak berupa eluen secara bergradien berturut-turut dengan perbandingan eluen n-heksan : etil asetat (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), dan (1:9). Hasil dari KLT secara bergradien dipilih eluen yang mempunyai jumlah spot/noda terbanyak dan jarak pemisahan antar noda terpisah secara teratur, maka eluen tersebut dapat digunakan untuk pemisahan kromatografi kolom selanjutnya.

(7)

5

cara basah lebih mudah dan sering digunakan pada silika gel. Silika gel sifatnya polar, pada saat campuran non polar dimasukkan maka senyawa-senyawa yang semakin polar akan semakin tertahan di fasa stasioner, dan senyawa-senyawa yang tidak kurang polar akan terbawa keluar kolom lebih cepat. Fasa diam berupa silika gel sebanyak 24 gr diaktifkan terlebih dahulu agar pada proses elusi lempengan silika gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan silika gel dilakukan dalam oven pada suhu 110O C selama 30 menit kemudian dilarutkan dengan n-heksan hingga terbentuk seperti bubur (slurry). Pelarut n-heksan dimasukkan ke dalam kolom dan slurry mulai dialirkan melalui dinding kolom secara perlahan dengan kran terbuka. Pelarut n-heksan dialirkan secara terus menerus minimal selama 3 jam hingga silika gel menjadi padat dan diatur sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya patahan atau rongga udara.

Perlakuan yang dilakukan selanjutnya adalah terhadap 2 gr ekstrak kental metanol dilarutkan dengan metanol hingga larut, kemudian ditambahkan silika gel sedikit demi sedikit hingga terbentuk seperti bubur, lalu campuran tadi diaduk hingga kering dan dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam kolom. Setelah semua sampel campuran tadi telah masuk kedalam kolom lalu kemudian dialirkan n-heksan secara perlahan-lahan hingga tidak terbentuk patahan atau rongga udara.

Selanjutnya fase gerak yang digunakan yaitu variasi eluen bergradien secara berturut-turut perbandingan n-heksan:etil asetat (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), dan (1:9) kemudian dilanjutkan dengan menggunakan fase gerak bergradien kembali secara ber-turut – ber-turut dengan eluen etil asetat: metanol (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), (1:9). Hasil pemisahan secara bergradien menghasilkan 157 fraksi. Fraksi-fraksi tersebut dianalisis dengan kromatografi lapis tipis dengan memilih perwakilan warna dari masing-masing fraksi Bercak noda dari hasil KLT dilihat dengan menggunakan lampu UV. Adapun pola noda dari fraksi-fraksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Hasil kromatografi kolom di-KLT dengan menggunakan campuran eluen n-heksan: etil asetat dengan perbandingan 8:2

Berdasarkan Gambar 1 fraksi F1-F7 merupakan gambaran senyawa yang dipisahkan pada plat KLT, dimana semakin besar fraksinya, jarak pemisahannya semakin kecil. Jarak pemisahan senyawa pada plat silika gel tergantung pada polaritasnya. Senyawa yang tidak polar dan sedikit polar bergerak paling jauh dari titik awal penotolan, sedangkan senyawa yang paling polar bergerak naik dengan jarak paling dekat dari titik awal penotolan tersebut. Hal ini dikarenakan senyawa polar akan lebih teradsorbsi pada plat silika gel dibandingkan senyawa non polar. Kekuatan adsorbsi pada plat silika gel tergantung pada kuat lemahnya

(8)

6

interaksi antara senyawa, pelarut, dan adsorben (Padmawinata, 1991 dalam Septianingsi, 2010). Hasil KLT di atas, fraksi yang memiliki harga Rf yang sama digabung (disatukan) dan didapatkan beberapa fraksi seperti pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Penggabungan fraksi hasil kromatografi kolom

Fraksi Nomor botol vial Harga Rf

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 1-34 35-74 75-78 79-88 89-93 94-135 136-157 0,975 ; 0,925 0,900 ; 0,875 ; 0,870 0.,850; 0,700 0,575; 0,425; 0,350; 0,325 0,300; 0,175; 0,150 0,050 -

Berdasarkan hasil KLT pada Gambar 1, dipilih fraksi F2 (vial 36 dan 38) terdapat kristal jarum berwarna hijau yang masih kotor. Untuk memurnikan kristal tersebut direklistalisasi menggunakan pelarut n-heksan hingga diperoleh kristal jarum berwarna kekuningan. Fraksi 2 (vial 36 dan 38) digabungkan selanjutnya di KLT kembali dengan eluen yang berbeda yaitu n-heksan : etil asetat (8:2), n-heksan : aseton (9:1) dan etil asetat : metanol (9:1). Pola noda dari hasil KLT tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini

(a) (b) (c)

Gambar 2. Hasil KLT kristal isolat perbandingan eluen (a) n-heksan : etil asetat (8:2), (b) n-heksan : aseton (9:1) (c) etil asetat : metanol (9:1).

Adapun bercak noda yang dihasilkan adalah noda tunggal yang diduga sebagai isolat murni seperti terlihat pada Gambar 2. Setelah didapatkan bercak noda, selanjutnya dihitung faktor retensinya. Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh eluen. Berdasarkan hasil KLT dengan menggunakan eluen berbeda-beda dihasilkan nilai Rf yang berbeda. Perbedaan itu didasarkan oleh perbedaan kepolaran eluen. Eluen yang mendekati polar akan memiliki nilai Rf yang lebih besar disebabkan oleh sifat dari plat KLT yang bersifat polar, sebaliknya eluen yang mendekati non polar maka Rf-nya kecil. Adapun nilai Rf yang diperoleh dari bercak noda isolat yaitu eluen (a) n-heksan : etil asetat (8:2), (b) n-heksan : aseton (9:1) dan (c) etil asetat : metanol (9:1) masing-masing adalah (a) 0,20, (b) 0,325, dan (c) 0,560.

Analisis kemurnian terhadap isolat dilakukan dengan cara KLT dua dimensin dengan menggunakan silika gel GF254 dengan variasi perbandingan fasa gerak n-heksan : etil asetat

(8:2) sebagai E1 dengan n-heksan : aseton (9:1) sebagai E2 . Gambar kromatogram hasil

(9)

7

E2

Gambar 3. Hasil KLT 2 dimensi menggunakan campuran eluen

n-heksan : etil asetat (8:2) E1 dan n-heksan : aseton (9:1) E2.

Berdasarkan hasil kromatografi lapis tipis 2 dimensi di atas, diperoleh nilai Rf perbandingan n-heksan : etil asetat (8:2) dan n-heksan: aseton (9:1) masing-masing yaitu 0,3 dan 0,25.

Uji Fitokimia Isolat Murni

Isolat murni hasil kromatografi kolom gravitasi selanjutnya dilakukan uji fitokimia. Hasil uji fitokimia isolat murni menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid ditandai dengan adanya perubahan warna, sedangkan untuk uji alkaloid menunjukkan hasil negatif.

Identifikasi Senyawa

Isolat yang telah diuji kemurnian dengan kromatografi 2 dimensi dan telah diuji fitokimia selanjutnya diidentifikasi. Identifikasi senyawa dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer Inframerah. Isolat hasil kromatografi kolom gravitasi selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Gambar hasil spektrum UV-Vis pada isolat murni dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Analisis Data Spektrum

Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa pada isolat murni dalam pelarut metanol memberikan serapan pada panjang gelombang pita I pada panjang gelombang 348.00 nm dan pita II mempunyai panjang gelombang 219,00 nm. Isolat diduga adalah senyawa flavonoid yaitu ditandai dengan munculnya dua pita yang berdasarkan literatur mendekati serapan maksimum dari senyawa flavanoid, dimana spektrum senyawa flavanoid golongan flavon memberikan serapan panjang gelombang maksimum utama 330-350 nm (Markham, 1988). Adanya serapan kuat pada daerah UV diakibatkan adanya kromoform C=C dari gugus

(10)

8

aromatik yang terkonjugasi sehingga kromoform (zat pembawa warna) tersebut menyebabkan transisi n→π*. Transisi ini menyerap cahaya pada panjang gelombang 200-400 nm (Chreswell, dkk, 2005).

Spektrum UV-Vis untuk golongan flavon mengandung inti aromatik benzena yang dapat mengalami transisi dalam suatu elektron π yaitu eksitasi elektron ke orbital π* (π→π*) yang berasal dari adanya ikatan rangkap dua dari inti aromatik benzena. Gugus karbonil akan menyebabkan ekitasi n→π*

yaitu eksitasi elektron berasal dari elektron sunyi oksigen karbonil ke orbital inti anti ikatan rangkap gugus karbonil sendiri (Daniel, 2010).

Spektrum inframerah dalam penelitian digunakan untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam isolat. Spektrum inframerah dari isolat murni ditunjukan pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Spektrum Inframerah Isolat Murni

(11)

9 Tabel 2. Interpretasi Spektrum inframerah (Bilangan gelombang, bentuk pita, intensitas dan

penempatan gugus fungsi) dari isolat.

Isolat Than, dkk (2005) Pustaka Silverstein (1984) Fesenden, (1986) Daniel (2010) Bentuk Pita Intensitas Kemungkinan Gugus Fungsi

3423.41 3414 3550-3200 3000-3700 3387,00 Lebar Lemah Ulur O-H

2927.74 2928 - 2800-3000 2924,09 Tajam Lemah Ulur C-H Alifatik

2852.52 2853 2830-2695 2800-3000 2854,65 Tajam Lemah Ulur C-H Alifatik

1741.6 1717 1870-1540 1735-1750 1728,22 Tajam Kuat Ulur C=O karbonil

1666.38 1649 1667-1640 1600-1700 1604,77 Lebar Lemah Ulur C=C Aromatik

1463.87 1465 1420 1400-1650 1458,18 Tajam Kuat Ulur C=C

1170.71 1181 - - 1118.71 Tajam Lemah Tekuk OH

1045. 35 1260-1000 1050-1260 Tajam Kuat Ulur C-O Alkohol

628.75 - 650-1000 - - Tajam Lemah C-H Aromatik

Berdasarkan data interprestasi yang peroleh menunjukkan bahwa gugus-gugus fungsi yang ditentukan dari hasil panjang gelombang IR hasil penelitian isolat murni merupakan gugus-gugus fungsi yang terdapat ada senyawa flavonoid. Dengan daerah spektra yang terbaca berkisar antara 3000-500 cm-1 dan termasuk dalam IR tengah. Sehingga isolat murni yang didapatkan pada hasil penelitian dapat diduga merupakan senyawa metabolit sekunder jenis flavonoid, yang ditandai dengan adanya gugus fungsi OH, CH, C=O, C=C aromatik, tekuk O -H, C-O alcohol dan CH aromatik.

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun pecut kuda dapat diisolasi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol dan kromatografi kolom gravitasi. Hasil uji fitokimia terhadap isolat menunjukkan bahwa daun pecut kuda positif mengandung senyawa flavonoid. Identifikasi senyawa isolat hasil kromatografi kolom gravitasi menggunakan: (a) Spektroskopi UV-Vis menunjukkan bahwa isolat adalah senyawa flavonoid yang ditandai dengan munculnya dua pita pada serapan panjang gelombang pita 1 348.00 nm dan pita 2 219.00 nm; (b) Spektroskopi Inframerah menujukkan adanya gugus fungsi O-H, C-H alifatik, C=O, C=C aromatik, tekuk O-H, C-O alkohol dan C-H aromatik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa isolat daun pecut kuda menunjukkan positif terhadap senyawa flavanoid, maka disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan struktur dari isolat menggunakan metode GC-MS dan NMR.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, C.J., Runquist, O. A., Campbell, M. M. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. ITB. Bandung

Copriady, J. Miharty dan Herdini. 2001. Gallokatekin : Senyawa Flavonoid Lainnya Dari

(12)

10

Daniel. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Fraksi Etil Asetat dari Daun

Tumbuhan Sirih Merah. Mulawarman Scientifie. Universitas Mulawarman.

Samarinda

Harborne, J., B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. ITB. Bandung

Iptek, 2005. Tanaman Obat Indonesia (Stachytarpheta jamaicensis) http://ipteknet.com. Diakses 20 November 2013.

Koirewoa, Yohanes Adithya, Fatimawali, Weny Indayany Wiyono. 2012. Isolasi dan

Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Daun Beluntas (Pluchea indica L.).

Manado: Universitas Samratulangi

Markham, K.R. 1988. Techniques of flavanoid identification. London: Academic

Septianingsih, U., Susanti, H., dan Widyaningsih, W. 2012. Penghambatan Aktivitas

Xanthine Oxidase Oleh Ekstrak Etanol Akar Sambiloto (Andrographis

Gambar

Tabel 1.  Penggabungan fraksi hasil kromatografi kolom  Fraksi  Nomor botol vial  Harga Rf
Gambar  3.  Hasil  KLT 2 dimensi menggunakan campuran eluen
Gambar 5. Spektrum Inframerah Isolat Murni

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah sudah berusaha meminimalisasi siswa untuk membuang sampah pada tempatnya. Sekolah sudah berusaha meminimalisasi siswa untuk membuang sampah pada

Kelompok siswa di kelas XI IPS SMA N 1 Sungai Ambawang mendekati sikap etnosentrisme yang dilihat berdasarkan kelebihan dari identitas etnis, kebersamaan etnis dan segi

Bahan literatur yang tersedia meliputi cakupan yang lebih luas untuk karya utama dalam berbagai format, sejumlah bahan retrospektif yang bernilai klasik, koleksi yang lengkap

Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Kota Samarinda berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anak yang tidak mempunyai ayah (yatim), tidak mempunyai ibu (piatu),

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggantian pasir dengan limbah marmer dan pengantian PC dengan serbuk zeolit terhadap kuat tekan, penyerapan air

Hasil uji koefisien determinasi jangka pendek pada Tabel 12 menunjukan bahwa nilai R 2 pada estimasi jangka pendek sebesar 88%, yang berarti variabel volume Impor

Hipertrofi jantung menyebabkan jantung lebih rentan untuk terjadinya aritmia dan menurut penelitian Sari DN, et al (2012) dengan protokol yang sama dengan penelitian

Sistem menampilkan form pilihan rentang waktu dan nama pegawai dan menampilkan data pegawai pada tabel beserta pilihan rentang waktu dan tombol-tombol input gaji dan tombol