• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (Lansia) 1. Definisi

Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang mengalami proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan fisiologis dan fungsi tubuhnya (Kholifah, 2016). Lansia bisa juga diartikan sebagai proses yang berangsur-angsur yang mengakibatkan perubahan kumulatif sehingga terjadi penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh (Kholifah, 2016).

2. Proses Menua

Proses menua merupakan suatu proses alamiah, tidak dapat dicegah, merupakan hal wajar yang dialami oleh orang yang diberi umur panjang, dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tetap sehat, tenang, damai, penuh kasih sayang serta menikmati masa tuanya bersama keluarga tercinta (Khualifah, 2014). Proses menua juga bisa diartikan sebagai proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Kemenkes RI, 2013). Proses penuaan sering kali diikuti dengan penurunan kualitas hidup, sehingga lansia dapat mengalami permasalahan kesehatan. Pada umumnya tanda-tanda proses menua mulai nampak sejak usia 45 tahun dan akan timbul masalah sekitar usia 60 tahun

(2)

(Khualifah, 2014). Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehdupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016).

3. Teori-teori Proses Menua

Teori-teori proses menua menurut Dahlan (2018) adalah a. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spsies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai inti selnya suatu jam genetik yang telah berputar menurut satu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar.

Konsep “Genetic Clock” ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup. Secara teoritis jam ini dapat berputar lagi dalam beberapa waktu dengan pengaruh dari luar berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat ataupun tindakan tertentu.

b. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe)

Mutasi somatik dapat terjadi dari faktor lingkungan yang mempengaruhi proses menua. Dapat diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi dan zat kimia dapat memperpanjang umur seseorang.

Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

(3)

c. Teori Auto-imun

Mutasi yang berulang atau perubahan protein paska translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi somatik dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan sebagai sel asing dan menghanurkannya. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya proses autoimun.

Sistem imun pada proses menua akan mengalami penurunan, sehingga menyebabkan daya serang sel kanker menjadi menurun dan sel kanker menjadi leluasa membelah. Untuk mengantisipasi terjadinya peristiwa autoimun dapat dilakukan dengan cara restorasi imunologik dengan mun-globulin-serum (ISG), serum hyper-imun dan bisa dengan stimulasi atau potensiasi imunologik dengan menggunakan bahan biologi (hormon thymus, limfokin, interferon dsb.) dan bahan sintetik (levamisol, isoprnosin dsb.).

d. Teori Free Radical

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh apabila fagosit pecah dan akan menghasilkan produk sampingan pada rantai pernafasan di dalam mitokondria. Radikal bebas bersifat merusak karena sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel dalam bentuk gugus SH.

(4)

Radikal bebas dapat dinetralkan menggunakan senyama non enzimatik, seperti vitamin C (Asam Askorbat), provitamin A (Beta Karoten) dan vitamin E (Tocopherol). Walaupun sudah ada sistem penangkal namun sebagian radikal bebas dapat lolos, bahkan semakin bertambahnya umur banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga proses perusaka akan terus terjadi. Kerusakan sel yang semakin banyak maka akan menyebabkan sel menjadi mati.

e. Teori Kolagen

Usaha dan stress yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel tubuh.

f. Wear Teori Biologi

Jumlah kolagen yang meningkat dalam jaringan dapat menyebabkan kerusakan jaringan dengan cepat dan perbaikan sel jaringan yang melambat.

4. Batasan-batasan Usia Lansia

Batasan umur pada lanjut usia berbeda-beda sesuai dengan perkembangan tahun. Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2013, usia lansia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 – 59 tahun.

b. Lanjut usia (ederly) antara usia 60 – 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 – 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (2016) batasan pada lansia dibagi menjadi 4 yaitu :

(5)

a. Pertengahan umur usia lanjut atau virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara usia 45 – 54 tahun.

b. Usia lanjut dini atau prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara usia 55 – 64 tahun.

c. Usia lanjut yaitu pada umur 65 tahun ke atas.

d. Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun dengan masalah kesehatan.

5. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia

Menurut Kholifah (2016) permasalahan yang sering dialami lansia adalah sebagai berikut:

a. Masalah Fisik

Masalah yang dialami lansia pada fisiknya adalah mulai melemahnya atau seringnya terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat.

b. Masalah Kognitif (Intelektual)

Masalah kognitif yang dihadapi lansia antara lain adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

c. Masalah Emosional

Lansia akan merasa mudah marah terhadap sesuatu yang tidak sesuai yang dikehendaki dan lansia memilki rasa ingin selalu berkumpul dengan keluarga, sehingga tingat perhatiannya semakin tinggi.

(6)

d. Masalah Spiritual

Masalah spiritual yang dihadapi lansia adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat lansia sudah menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarga belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang serius.

B. Keseimbangan 1. Definisi

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statis maupun dinamis, serta menggunakan aktivitas yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemapuan relatif untuk mengontrol pusat masa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support) (Wijianto, 2019).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan pada tiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem musculoskeletal dan bidang tumpu (Mekayanti, 2015). Keseimbangan bisa dibagi menjadi dua golongan.

Menurut Wijianto (2019) macam-macam keseimbangan adalah:

a. Keseimbangan Statis

Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika posisi diam, keseimbangan statis diperlukan ketika duduk atau berdiri diam.

(7)

b. Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk mempertaankan keseimbangan tubuh ketika melakukan gerak atau dalam posisi bergerak, keseimbangan dinamis diperlukan ketika berjalan, berlari, atau gerakan berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya dalam satu ruang.

2. Fisiologi Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi tubuhnya. Keseimbangan merupakan tugas motorik kompleks yang melibatkan interaksi sistem saraf sensorik, musculoskeletal dan efek kontekstual dari lingkungan (Mekayanti, 2015). Sistem saraf ini melibatkan proses sensori yaitu visual, vestibular dan sistem somatosensorik, yang menghubungkan respon motorik untuk merencanakan, memprogram dan mengeksekusi respon keseimbangan (Fhonna, 2018).

Pada gangguan keseimbangan akan menurunkan fleksibilitas otot pada lansia sehingga menyebabkan otot memendek. Komponen dalam otot yaitu myofibril (aktin dan myosin), sarkomer serta fascia kehilangan fleksibilitasnya, dimana filamen dari aktin dan myosin yang saling tumpang tindih semakin bertambah dan jumlah ikatan silang menjadi bertambah dan akhirnya otot mengalami pemendekan. Pada penurunan ini akan mempengaruhi penurunan input sensoris, perlambatan respon motoris serta adanya keterbatasan kondisi musculoskeltal yang mempengaruhi kemampuan otot untuk menopang tubuh (Suparwati, 2017).

(8)

Dengan adanya perubahan ini akan menyebabkan kemampuan lansia dalam menjaga keseimbangan menjadi terganggu. Kemampuan visual, vestibular dan somatosensoris juga memperburuk keseimbangan.

Tubuh akan mengalami gangguan dalam penempatan tumpuan dalam base of support (BOS) atau landasan ketika berpijak. Kondisi musculoskeletal

akan mempengaruhi postur dan kemampuan otot. Gangguan pada postural ini akana mempengaruhi perubahan pada Center of Gravity (COG) tubuh terhadap bidang tumpu. Akibat dari keadaan tersebut lansia sering mengalami gangguan keseimbangan da rentan untuk terjatuh (Suparwati, 2016).

3. Komponen Keseimbangan

Terdapat beberapa komponen keseimbangan menurut Andayani (2009) antara lain:

a. Sistem Sensorik

Yang berperan dalam sistem sensorik adalah visual (penglihatan), vestibular (pendengaran), dan propioseptif yang sangat diperlukan untuk posisi tubuh dan gerakan.

1) Sistem Visual

Sistem visual akan memberikan informasi seperti (1) posisi kepala, (2) penyesuaian kepala untuk mempertahankan posisi kepala, (3) mengatur arah dan kecepatan pergerakan kepala, karena ketika kepala bergerak maka objek juga akan berpindah. Informasi dari sistem visual sangat penting untuk mengontrol keseimbangan seseorang dan melihat gangguan-gangguan yang berasal dari luar

(9)

tubuh. Sistem visual dapat meningkatkan stabilititas saat propioseptif dan vestibular terganggu.

2) Sistem Vestibular

Komponen vestibular berfungsi dalam kontrol kepala, keseimbangan dan gerak bola mata. Sistem ini akan memberikan informasi suatu posisi dan gerakan kepala yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada sistem ini ada beberapa reseptor yang dapat mendeteksi percepatan angular di kepala, uticulus, dan saculus.

Vestibulo-occular yag akan mengontrol gerakan bola mata dan

meneruskan informasi ke nucleus vestibular di batang otak yang nantinya akan menghasilkan output yang disalurkan untuk mengontrol otot postural untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Gambar 2.1 Komponen Keseimbangan (Sumber: Purnamasari, 2011) 3) Sistem Propioseptif

Sistem Propioseptif akan memberikan informasi tentang posisi tubuh, gerakan tubuh dan permukaan tumpuan. Informasi ini akan disalurkan menuju otak kemudian menjadi output kesadaran posisi tubuh manusia.

(10)

b. Kognitif

Lansia dengan keadaan kognitifnya terganggu akan meningkatkan gangguan keseimbangan dan resiko jatuh menjadi meningkat.

c. Musculoskeletal

Kekuatan otot merupakan hal yang paling sering mengalami gangguan ketika sudah memasuki usia lanjut. Otot memiliki kemampuan untuk menahan berat dari luar maupun dari dalam.

Semakin kuat otot maka kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh atau keseimbangan tubuh juga semakin meningkat.

4. Alat Ukur Keseimbangan (Time Up and Go Test)

Alat ukur atau instrumen yang bisa diberikan pada kasus gangguan keseimbangan adalah dengan Time Up and Go Test (TUG). Time Up and Go Test merupakan salah satu metode yang sesitif dan objektif dalam

menilai keseimbangan dan gangguan ketika berjalan. Pada tes Time Up and Go Test (TUG) yang dinilai adalah waktu untuk menyelesaikan

seluruh rangkaian tes (Farabi, 2007). Saat dilakukan pengujian validitas sebagai alat ukur keseimbangan didapatkan nilai sensifitas >11,1 detik adalah 80%. Penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2009) didapatkan hasil Time Up and Go Test (TUG) adalah alat ukur yang valid untuk keseimbangan (Utomo, 2009). Time Up and Go Test (TUG) bertujuan untuk menilai status fungsional seperti mobilitas, keseimbangan, kemampuan berjalan dan resiko jatuh pada lanjut usia (Nurmalasari, 2018).

(11)

Prosedur pemeriksaan Time Up and Go Test (TUG) adalah, lansia duduk pada kursi degan bersandar dan ketinggian kursi disesuaikan dengan tinggi lansia, lutut fleksi 90ο dengan lengan bersandar, kemudian lansia berdiri, berjalan sejauh 3 meter, berputar, berjalan kembali ke kursi dan kemudian duduk kembali bersandar. Waktu diukur menggunakan stopwatch mulai dari posisi duduk kemudian kembali ke posisi duduk lagi.

Saat berjalan lansia boleh menggunakan alas kaki maupun tidak menggunakan alas kaki, bisa menggunakan alat bantu atau tidak, namun tidak boleh dibantu oleh orang lain. Ketika melakukan pengukuran lansia tetap didampingi atau ditemani (Utomo, 2009).

Gambar 2.2 Time Up and Go Test (Sumber: Kampel, 2018 )

Penilaian Time Up and Go Test (TUG) menurut Nurmalasari (2018) dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

Tabel 2.1 Penilaian TUG (Nurmalasari, 2018)

No. Waktu Keterangan

1 <10 detik Kemandirian penuh (normal) 2 10 - <20 detik Resiko jatuh ringan

3 20 – 29 detik Resiko jatuh sedang 4 >30 deik Resiko jatuh tinggi

(12)

C. Tai Chi 1. Definisi

Tai chi terbentuk dari dua suku kata yaitu Tai dan Chi. Tai

memiliki arti makna agung sedangkan Chi memiliki arti air murni atau tenaga yang sangat halus yang ada dalam diri manusia. Jadi Tai chi adalah kekuatan jiwa yang muncul dari hasil olah nafas dalam diri manusia sehingga keluar dalam bentuk tenaga yang sangat dahsyat secara fisik (Syaefullah, 2015). Tai chi merupakan salah satu jenis bela diri yang berasal dai negeri China yang memiliki gerakan dengan unsur kelembutan, gerakannya mengalir seperti air, luwes dan lunak seperti kapas. Senam Tai chi memadukan antara gerakan fisik, pernafasan, perasaan, dan pikiran

dalam satu kesatuan sehingga bisa disebut dengan moving meditation atau meditasi dalam gerakan (Syaefullah, 2015).

Gerakan Tai chi adalah “senam” mediatif yang memberikan manfaat bagi raga sekaligus jiwa. Latihan fisik dari gerakan tai chi dapat memberikan efek terapeutik sehingga dapat membantu kesembuhan suatu penyakit atau gangguan tubuh. Senam ini dapat menurunkan stress, meringankan rasa sakit pada persendian, meningkatkan keseimbangan dan kelenturan tubuh (Priana, 2012).

Gerakan Tai Chi lamban, lembut dan low impact , tidak sampai menyebabkan kehabisan nafas namun masih mempunyai komponen dari kebugaran tubuh itu sendri (Sutanto, 2015). Jadi senam Tai chi sangat cocok untuk dilakukan lansia karena dapat mengurangi cidera karena

(13)

memiliki gerakan yang aman dan dipadu dengan pernafasan dan peregangan yang bebas.

2. Komponen Utama Senam Tai Chi

Menurut Arifin (2012) komponen pada senam tai chi ada tiga yaitu:

a. Gerakan

Seluruh otot besar dan sendi pada tubuh diperlukan untuk gerakan tai chi yang lembut dan lambat. Senam ini dapat memperbaiki

keseimbangan, meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, meningkatkan stamina, tonus otot dan koordinasi. Tai Chi yang bersifat low-impact dan weight bearing dapat memperkuat tulang dan memperlambat pengurangan massa tulang yang bagus untuk mencegah penyakit Osteoporosis.

b. Meditasi

Meditasi bertujuan untuk menenagkan pikiran, meningkatkan konsentras, dan mengurangi kecemasan sehingga baik untuk menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.

c. Pernafasan Dalam atau Pernafasan Perut

Pernafasan dapat meningkatkan kapasitas paru, meregangkan otot pernafasan dan mengurangi ketegangan otot. Hal ini juga dapat meningkatkan pengikatan oksigen dalam darah.

3. Efek Fisiologis Senam Tai Chi

Inti dari senam tai chi terdiri dari dua jenis, yang pertama bentuk sendiri atau solo yaitu dengan melakukan urutan gerakan dengan tulang

(14)

punggung tegak, pernafasan perut dan gerakan pada tiap sendi yang alamiah. Yang kedua adalah bentuk berpasangan yaitu melakukan gerakan tangan mendorong atau pushing hands. Gerakan mempraktekkan gerakan senam secara berulang baik sendiri maupun berpasangan dapat memperbaiki postur tubuh, sirkulasi darah dan fleksibilitas pada tubuh.

Senam tai chi dapat meningkatkan keseimbang karena latihan ini dapat meningkatkan kontraksi otot. Menurut teori tai chi, postur kaki dan gerakan merupakan dasar dari postur tubuh, dengan konsep posisi yang tepat dan terarah. Hal ini dapat dikaitkan dengan hubungan antara Base of Support (BOS) dan Center of Gravity (COG), yaitu semakin kuat tubuh

untuk mempertahakan gravitasi maka ia tidak akan jatuh atau keseimbangana tidak terganggu (Putri, 2014).

Senam Tai Chi bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan dikarenakan dapat meningkatkan kekuatan otot lower extremity dan meningkatkan stabilitas postural (Fuzhong Li, 2005). Senam Tai chi merupakan salah satu jenis senam yang dalam gerakannya pada posisi semi flexi akan terjadi kontraksi isometrik maupun isotonik pada otot-otot ekstremitas bawah sehingga merangsang propioseptor untuk membentuk stimulus sensory-feedback yang kuat, yang berfungsi untuk memperkuat proses sensori-moto secara umum (Suparwati, 2016).

4. Dosis Senam Tai Chi

Hasil penelitian dari Tsang dan Hui-Chan dalam penelitiannya menunjukkan bahwa latihan senam tai chi dalam kurun waktu 4 minggu, cukup untuk memperbaiki sensorimotor yang mengontrol keseimbangan

(15)

pada lansia dan dapat diukur dari pengurangan gerakan ketika posisi berdiri tegak (Nguyen, 2013).

Dalam hasil penelitian Nguyen (2013), kelompok yang diberikan senam tai chi tiga kali dalam seminggu dalam 2-4 bulan program tai chi efektif dalam mengurangi jumlah jatuh, dan meningkatkan keseimbangan fungsional dan kinerja fisik pada orang yang tidak aktif secara fisik berusia lebih dari 70 tahun atau lebih (Nguyen, 2013).

5. Teknik Senam Tai Chi

Teknik senam tai chi menurut (Sutanto, 2015) adalah sebagai berikut:

a. Persiapan lansia dengan memeriksa tanda-tanda vital terlebih dahulu.

b. Latihan dimulai dari gerakan pembukaan, kemudian gerakan-gerakan selanjutnya yang dilakukan selama 30 – 60 menit.

c. Latihan dilakukan 3 – 5 kali per minggu dengan berselang satu hari dalam latihan.

d. Pemanasan dan pendinginan dilakukan selama 5 – 10 menit.

e. Untuk urutan gerakan senam tai chi adalah sebagai berikut.

Teknik senam Tai Chi menurut (Robinson, 2010) : a. Lift Hands

1) Posisi berdiri tegak.

2) Ayunkan kedua tangan dari bawah ke atas secara perlahan.

3) Selama melakukan gerakan diikuti dengan menarik dan menghembuskan nafas mengikuti gerakan.

4) Gerakan dilakukan selama 10 kali hitungan, 10 repetisi.

(16)

Gambar 2.3 Lift Hands (Sumber: Robinson, 2010) b. Rainbow Dance

1) Posisi berdiri tegak.

2) Ayunkan kedua tangan secara perlahan ke kanan dan ke kiri.

3) Selama melakukan gerakan diikuti dengan menarik dan menghembuskan nafas mengikuti gerakan.

4) Gerakan dilakukan selama 10 kali hitungan, dan 5 repetisi setiap sisi.

Gambar 2.4 Rainbow Dance (Sumber: Robinson, 2010)

c. Rolling Arms

1) Posisi berdiri tegak.

2) Rentangkan tangan kearah depan dan belakang.

(17)

3) Ayunkan salah satu tangan ke depan dan tangan lain ke belakang, lakukan secara bergantian.

4) Selama melakukan gerakan diikuti dengan menarik dn menghembuskan nafas mengikuti gerakan.

5) Gerakan dilakukan selama 10 kali hitungan, dan 5 repetisi setiap sisi.

Gambar 2.5 Rolling Arms (Sumber: Robinson, 2010) d. Lift the Ball

1) Posisi berdiri tegak.

2) Mengayunkan salah satu tangan kesamping ke sisi kanan lalu ke sisi kiri.

3) Selama melakukan gerakan diikuti dengan menarik dn menghembuskan nafas mengikuti gerakan.

4) Gerakan dilakukan selama 10 kali hitungan, dan 5 repetisi tiap sisi.

(18)

Gambar 2.6 Lift the Ball (Sumber: Robinson, 2010)

e. Pushing Palms

1) Posisi berdiri tegak tengan kedua tangan disamping pinggang.

2) Ayunkan salah satu tangan ke sisi kanan dengan diikuti lutut menekuk, lalu lakukan ke sisi kiri.

3) Selama melakukan gerakan diikuti dengan menarik dn menghembuskan nafas mengikuti gerakan.

4) Gerakan dilakukan selama 10 kali hitungan, dan 5 repetisi tiap sisi.

Gambar 2.7 Pushing Palms (Sumber: Robinson, 2010)

f. Cloud Hands

1) Posisi berdiri tegak

2) Mengayunkan kedua tangan ke sisi kanan diikuti dengan lutut sedikit menekuk, kemudian ke sisi kiri.

3) Selama melakukan gerakan diikuti dengan maenarik dan menghembuskan nafas mengikuti gerakan.

4) Gerakan dilakukan selama 10 kali hitungan, dan dilakukan 5 repetisi pada tiap sisi.

(19)

Gambar 2.8 Cloud Hands (Sumber: Robinson, 2010) g. Rotating the Wheel

1) Posisi berdiri tegak.

2) Menganyunkan kedua tangan memutar dari sisi kanan ke sisi kiri.

3) Selama melakukan gerakan dikuti dengan menarik dan meghembuskan nafas mengikuti gerakan.

4) Geraka dilakukan selama 10 kali hitungan, dan dilakkan 5 repetisi pada tiap sisi.

Gambar 2.9 Rotating the Wheel (Sumber: Robinson, 2010)

(20)

h. Marching Whilst Bouncing the Ball 1) Posisi berdiri tegak.

2) Angkat salah satu kaki dengan diikuti mengangkat sisi tangan yang lain, lakukan sisi yang sebaliknya.

3) Selama melakukan gerakan dikuti dengan menarik dan meghembuskan nafas mengikuti gerakan.

4) Geraka dilakukan selama 10 kali hitungan, dan dilakkan 5 repetisi pada tiap sisi.

Gambar 2.10 Marching Whilst Bouncing the Ball (Sumber: Robinson, 2010)

D. Metode Feldenkrais

Metode feldenkrais merupakan karya Moshe Feldenkrais pada tahun 1970-an ketika ia pertama kali mengajar aktor dan penari di Amerika Serikat dan Israel. Metode feldenkrais dikenal sebagai disiplin somatik dan praktik sehingga cocok digunakan dalam pelatihan seni pertunjukan. Namun semakin berkembangnya waktu metode feldenkrais bisa digunkan untuk memperbaiki gerak tubuh manusia melalui verbal dan dari diri sendiri (Igweonu, 2010).

1. Definisi

Metode feldenkrais merupakan metode pendidikan somatik yang memanfaatkan pengetahuan dan keahlian untuk membantu individu dalam

(21)

menemukan pilihan baru dalam gerakan. Metode feldenkrais didasarkan pada prinsip-prinsip mekanis dan neurologis yang mudah melalui gerakan fisik tanpa paksaan dan dengan penyelarasan gerakan. Pada dasarnya metode feldenkrais menekankan pembelajaran dari pengalaman dengan membuat individu mendapatan kesadaran psikofisik sehingga memungkinkan individu membuat pilihan gerakan yang sesuai dengan gerakan sehari-hari. Metode feldenkrais ini akan mengubah kebiasaan lama untuk mengarah pada kemudahan dalam gerakan maupun tindakan (Igweonu, 2010). Inti pada metode feldenkrais adalah meningkatkan gerakan dan kesadaran diri (propioseptif) melalui beberapa gerakan yang dapat mengubah kebiasaan atau postur gerakan agar tetap seimbang dan memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Plastaras, 2013).

2. Klasifikasi Metode Feldenkrais

Klasifikasi metode feldenkrais dibagi menjadi dua bagian menurut Williams (2014) yaitu:

a. Awareness Through Movement (ATM)

ATM disebut juga kesadaran melalui gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dari pasien dalam melakukan gerakan.

b. Functional Integration

Hampir sama dengan ATM namun Functional Integration lebih ke memperbaiki fungsi pada gerakan tubuh ketika melakukan metode feldenkrais.

3. Efek Fisiologis Metode Feldenkrais untuk Keseimbangan

(22)

Pergerakan pada metode feldenkrais ini mampu meningkatkan keseimbangan dikarenakan mengembangkan kesadaran tentang kebiasaan untuk memperbaki gerakan sesuai dengan diri kita sendiri (Vrantsidis, 2009). Metode feldenkrais adalah pembelajaran pada sendi atau otot sebagai sistem dinamis. Interaksi pada gerakan ini diatur oleh sistem motor sensorik yang memiliki fungsi menyimpan dan memproses suatu informasi untuk mengarahkan gerakkan motorik atau gerakan yang diinginkan seperti berjalan, berlari, berjongkok, dll. Pada sistem motor sensori ini akan mepertahankan posisi ketika bergerak. Sistem motor sensori akan berinteraksi melalui propioseptif untuk menghasilkan gerakan yang mempertahankan posisi tubuh ketika berdiri ataupun ketika mengangkat salah satu kaki (Igweonu, 2010).

Metode feldenkrais berfungsi untuk mengaktivasi otot dan memperkuat jaringan yang ada di bawahnya. Selain itu metode feldenkrais dapat membuat gerakan lebih baik dan aktivitas sehari-hari lebih nyaman.

Feldenkrais efektif untuk meningkatkan keseimbangan dan fleksibilitas

tubuh (Vrantsidis, 2009).

4. Dosis Metode Feldenkrais

Pada sebuah penelitian didapatkan hasil untuk pemberian metode feldenkrais bisa diberikan selam satu jam yang dilakukan 3 kali seminggu

dalam 5 minggu. Gerakan yang dapat diberikan adalah duduk, berjalan, berpindah tempat, transfer (posisi tidur ke duduk, duduk ke berdiri, dan sebaliknya) dan relaksasi (Ullman, 2010).

5. Teknik Metode Feldenkrais

(23)

Teknik metode feldenkrais bertujuan meningkatkan kesadaran melalui beberapa gerakan untuk meningkatkan keseimbangan sehingga lansia dapat mempertahankan tubuhnya. Setiap gerakan harus disertai instruksi yang jelas sehingga gerakan dapat cepat dipahami dan dilakukan.

Beberapa teknik metode feldenkrais menurut Connors (2010) yang dapat diberikan antara lain:

a. Lifting Leg with Sit

1) Memposisikan responden duduk tegak pada ujung kursi dengan lutut ditekuk 90ο.

2) Mengangkat pergelangan kaki ke arah atas lalu kembali ke posisi semula.

3) Gerakan dilakukan selama 20 kali hitungan, dan dilakukan 10 repetisi.

Gambar 2.11 Lifting leg with Sit (Sumber: Hitchcook, 2018) b. Activate the Flexor

1) Posisi berdiri senyaman mungkin.

2) Miringkan kepala ke arah kanan dengan kaki disilangkan.

3) Kemudian kembali ke posisi semula.

4) Gerakan dilakukan selama 20 kali hitungan, dan dilakukan 10 repetisi.

(24)

Gambar 2.12 Activate the Flexor (Sumber: Vanissa, 2018) c. Leg Left and Right

1) Posisi duduk tegak pada ujung kursi dengan kaki diteku 90ο. 2) Kemudian poisi berdiri tegak dengan membuka salah satu kaki ke

sisi kanan, lalu dilanjutkan ke sisi yang kiri secara bergantian.

3) Gerakan dilakuka selam 20 kali hitungan, dan dilakukan 5 repetisi pada tiap sisi.

Gambar 2.13 Leg Left and Right (Sumber: Hitchcook, 2018) d. Front Weight Bearing

1) Posisi berdiri tegak dengan nyaman.

2) Mendorong salah satu kaki ke belakang secara bergantian.

3) Kembali ke posisi semula.

4) Gerakan dilakukan selam 20 kali hitungan, dan dilakukan 5 repetisi pada tiap sisi.

(25)

Gambar 2.14 Front Weight Bearing (Sumber: Vanissa, 2018) e. Single Leg Stand with Chair

1) Posisi berdiri tegak di samping kursi.

2) Pegang sandaran kursi dengan salah satu sisi tangan.

3) Mengangkat salah satu kaki, kemudian dilanjutkan dengan sisi yang lain.

4) Gerakan dilakukan selama 13 kali hitungan, dan dilakukan selama 5 repetisi pada tiap sisi.

Gambar 2.15 Single Leg Stand with Chair (Sumber: Hitchcook, 2018)

f. Side Weight Bearing

1) Posisi berdiri tegak dengan nyaman.

2) Silangkan kaki dan tangan ke belakang, kemudian miringkan kepala ke salah satu sisi.

3) Kembali ke posisi semula dan ulangi ke sisi satunya.

(26)

4) Gerakan dilakukanselama 13 kali hitungan, an dilakukan 5 repetesi pada tiap sisi.

Gambar 2.16 Side Weight Bearing (Sumber: Vanissa, 2018)

g. Tendem

1) Posisi berdiri tegak.

2) Berjalan dengan salah kaki saling menempel, antara tumit dan ibu jari saling menempel.

3) Gerakan dilakukan selama 13 kali hitungan, dan dilakukan 5 repetisi pada setiap sisi.

Gambar 2.17 Tendem (Sumber: Hitchcook, 2018)

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Keseimbangan   (Sumber: Purnamasari, 2011)  3)  Sistem Propioseptif
Gambar 2.2 Time Up and Go Test   (Sumber: Kampel, 2018 )
Gambar 2.3 Lift Hands  (Sumber: Robinson, 2010)  b.  Rainbow Dance
Gambar 2.5 Rolling Arms  (Sumber: Robinson, 2010)  d.  Lift the Ball
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk

daripada usus, lemak yang digunakan sebagai bahan tambah, DNA khinzir dalam produk.. berasaskan surimi, gelatin dalam ubatan dan derivatifnya yang lain dalam

Implemenatasi program generasi berencana pada remaja sekolah melalui wadah PIK-R masih kurang berhasil dikarenakan kurangnya komunikasi, pengetahuan sumber daya manusia

PEMBINAAN SIKAP PATRIOTISME PADA GENERASI MUDA MELALUI SENI MUSIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Jadi, salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa-siswa khususnya siswa-siswa MA Negeri Kampar dapat dilakukan dengan

Veeam Backup &amp; Replication v7 for VMware supports VMware vSphere and VMware Infrastructure 3 ( VI3 ), including the latest version VMware vSphere 5.5 and Microsoft

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN TIPE INDUSTRI TERHADAP PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : HIGH DAN LOW PROFILE YANG.. TERDAFTAR DI BURSA EFEK

Pertama : Para dosen yang namanya tersebut dalam lampiran surat keputusan ini, ditetapkan sebagai Pembimbing Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa Fakultas