• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINERGITAS RPJM UNTUK PENCAPAIAN TARGET NASIONAL DI PROVINSI BANTEN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINERGITAS RPJM UNTUK PENCAPAIAN TARGET NASIONAL DI PROVINSI BANTEN TAHUN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Deputi Bidang Pengembangan Regional

Kementerian PPN/Bappenas

Disampaikan dalam Musrenbang RPJMD Provinsi Banten Tahun 2017-2022

Jakarta, 20 Juni 2017

SINERGITAS RPJM UNTUK PENCAPAIAN TARGET NASIONAL DI

PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022

(2)

2

Target Makro Provinsi Banten

(3)

4,27 5,25 4,85 2,20 6,10 5,16 5,57 5,02 4,92 5,21 5,37 5,82 5,43 4,70 5,43 5,60 5,41 3,78 5,19 3,77 8,59 5,27 -1,85 3,97 6,49 3,77 7,60 7,65 7,02 7,51 5,91 6,62 4,86 21,40

Sumatera (4,46) Jawa (5,50) Bali – NT

(4,85) Kalimantan (1,34) Sulawesi (6,80)

Maluku – Papua (14,66) Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Provinsi Trw IV 2016

Peranan Pulau Dalam Pembentukan PDB Nasional 2010 s/d Trw-IV 2016

Wilayah 2010 2014 2015 2016Tw-I Tw-II 2016 Tw-III 2016 Tw-IV 2016

Sumatera 22,39 23,01 22,21 22,12 22,01 21,98 22,03

Jawa 57,28 57,39 58,29 58,86 58,82 58,47 57,95

Kalimantan 9,41 8,76 8,15 7,73 7,64 7,73 8,20

Sulawesi 5,19 5,65 5,92 5,89 6,06 6,13 6,06

Bali dan Nusa Tenggara 3,03 2,87 3,06 3,09 3,12 3,17 3,11

Maluku dan Papua 2,70 2,32 2,37 2,30 2,35 2,52 2,65

Kontribusi Wilayah

 Peranan pulau dalam pembentukan PDB Nasional masih didominasi oleh Pulau Jawa dan Sumatera (> 80

persen).

 Kontribusi PDRB Wilayah Jawa dalam Pembentukan PDB nasional menurun menjadi 57,95 persen pada tahun 2016.

Laju Pertumbuhan

 Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten sekitar 5,60 persen pada Triwulan IV-2016.

Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Triwulan IV- 2016

(4)

Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Perkapita Banten

• Berdasarkan laju pertumbuhan PDRB ADHK (kumulatif), pertumbuhan ekonomi Banten cenderung mengalami perlambatan dari tahun 2014 hingga tahun 2016.

• Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Banten 2011-2016 berada di atas laju pertumbuhan nasional.

• PDRB Perkapita Provinsi Banten masih berada di bawah rata-rata PDB nasional.

• PDRB Perkapita Provinsi Banten mengalami peningkatan selama periode 2011 – 2015 seiring dengan peningkatan pendapatan nasional

Pertumbuhan Ekonomi (Persen)

PDRB Perkapita (Ribu Rp/Jiwa)

Sumber data : BPS, 2017 4 7,03 6,83 6,67 5,47 5,37 5,26 6,17 6,03 5,56 5,02 4,79 5,02 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Banten Indonesia 27.977 30.202 32.992 36.606 39.977 32.364 35.105 38.366 41.900 45.176 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 2011 2012 2013 2014* 2015** Banten PDB Nasional

(5)

Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran di Provinsi Banten

Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Tingkat Pengangguran Terbuka

5 690,87 648,25 682,71 649,19 690,67 657,74 6,26 5,71 5,89 5,51 5,75 5,36 5,30 5,40 5,50 5,60 5,70 5,80 5,90 6,00 6,10 6,20 6,30 6,40 620,00 630,00 640,00 650,00 660,00 670,00 680,00 690,00 700,00 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Penduduk miskin (Ribu Jiwa) Presentase Penduduk Miskin (%)

680.564 519.210 509.286 484.053 509.383 498.596 13,06 10,13 4,33 9,07 9,55 8,92 0 2 4 6 8 10 12 14 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Pengangguran Terbuka (Jiwa) Tingkat Pengangguran Terbuka (Persen)

Jumlah penduduk miskin Banten pada rentang tahun 2011-2016 mengalami perubahan yang fluktuatif dari segi jumlah maupun persentase, tetapi pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin Jawa Barat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015.

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Barat

mengalami perubahan yang fluktuatif pada tahun 2014 – 2016, tingkat pengangguran terbuka mulai mengalami penurunan pada tahun 2016.

(6)

6

Target Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2015-2019

Wilayah Pertumbuhan Ekonomi (Persen)

2015 2016 2017 2018 2019 DKI Jakarta 5,4 6,5 7,2 7,3 7,9 Jawa Barat 5,5 6,6 7,1 7,8 7,7 Banten 4,9 5,6 6,4 6,8 7,7 Jawa Tengah 5,7 6,7 7,1 7,5 7,7 DI Yogyakarta 5,3 5,9 6,1 6,4 6,5 Jawa Timur 6,2 6,6 7,1 7,3 7,9 Bali 7,5 7,3 7,8 8,3 8,6

Wilayah Tingkat Kemiskinan (Persen)

2015 2016 2017 2018 2019 DKI Jakarta 3,4 3,2 3 2,7 2,5 Jawa Barat 8,9 8,2 7,6 6,9 6,3 Banten 5,3 4,9 4,5 4,1 3,7 Jawa Tengah 13,1 12,2 11,3 10,4 9,5 DI Yogyakarta 13,8 12,8 11,8 10,9 9,9 Jawa Timur 12 11,2 10,4 9,6 8,7 Bali 4 3,7 3,5 3,2 2,9

Wilayah Tingkat Pengangguran (Persen)

2015 2016 2017 2018 2019 DKI Jakarta 9,3 9,1 8,8 8,5 8,3 Jawa Barat 8,6 8,3 8 7,7 7,4 Banten 9,6 9,2 8,8 8,4 8 Jawa Tengah 5,4 5,2 5,1 4,9 4,7 DI Yogyakarta 3,8 3,7 3,6 3,4 3,3 Jawa Timur 4 3,9 3,7 3,6 3,5 Bali 1,9 1,8 1,8 1,7 1,6 Sumber data : RPJMN 2015-2019 Sumber data : RPJMN 2015-2019 Sumber data : RPJMN 2015-2019 Sumber data : RPJMN 2015-2019

(7)

7

Target Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2015-2019

Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah

1

Pengembangan Kawasan Strategis

a. Penyiapan kawasan industri jasa pariwisata berorientasi internasional di KEK Tanjung Lesung, Provinsi Banten

b. Pengembangan pusat-pusat industri jasa pariwisata berdaya saing internasional

c. Pengembangan industri kreatif penopang kawasan wisata Tanjung Lesung

2

Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK

a. Peningkatan kualitas SDM Badan Pengelola kawasan dalam bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan

kawasan

b. Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja,

khususnya di bidang pariwisata dan jasa penunjang pariwisata

c. Peningkatan koordinasi antara Badan Pengelola kawasan, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah

d. Pembangunan Science Park berteknologi tinggi bidang jasa pariwisata dan logistik sebagai sarana peningkatan

kualitas SDM kawasan

e. Pembangunan Techno Park bidang pariwisata dan logistik untuk meningkatkan inovasi teknologi.

(8)

8

Target Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2015-2019

Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah

3

Percepatan Penguatan Konektivitas

a. Pembangunan jalan penghubung kawasan strategis

b. Pembangunan jaringan transmisi air baku suplai kawasan strategis

4

Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha

a. Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain

fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang

akan diolah dan digunakan di Kawasan Ekonomi Khusus

b. Membuat regulasi terkait dengan pelimpahan kewenangan antara pusat, daerah, dan instansi terkait

kepada administrator kawasan-kawasan pertumbuhan

c. Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan

Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal

Sumber data : RPJMN 2015-2019 Sumber data : RPJMN 2015-2019

(9)

Analisis Sektor Prioritas Provinsi Banten

PDRB Lapangan Usaha

9

Provinsi Banten Share ADHB

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,17 5,90 5,81 6,00 5,82 5,98

2Pertambangan dan Penggalian 0,96 1,07 1,08 0,90 0,87 0,81

3Industri Pengolahan 39,71 38,49 37,50 37,30 34,64 33,48

4Pengadaan Listrik dan Gas 1,49 1,65 1,71 1,44 2,55 2,74

5Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,11 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08

6Konstruksi 7,99 8,17 8,64 9,16 9,77 10,01

7Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

12,68 13,34 13,40 12,91 12,48 12,08

8 Transportasi dan Pergudangan 5,99 6,45 6,99 7,60 9,25 10,22

9Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,28 2,25 2,28 2,27 2,40 2,45

10Informasi dan Komunikasi 4,14 4,07 3,85 3,59 3,64 3,54

11Jasa Keuangan dan Asuransi 2,45 2,58 2,81 2,88 2,78 2,80

12Real Estat 7,56 7,37 7,23 7,15 6,99 7,03

13Jasa Perusahaan 0,91 0,92 0,93 0,97 0,99 1,02

14Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,84 1,95 1,97 1,91 1,89 1,94

15Jasa Pendidikan 3,03 3,02 3,13 3,16 3,14 3,11

16Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,25 1,22 1,21 1,16 1,15 1,13

17Jasa lainnya 1,45 1,46 1,39 1,50 1,54 1,55

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Pertumbuhan ekonomi

Provinsi Banten didukung

oleh sektor industri

pengolahan; sektor

perdagangan besar dan

eceran; sektor

transportasi dan

pergudangan; sektor

konstruksi; sektor real

estat dan sektor

pertanian, kehutanan dan

perikanan. Pemerintah

daerah perlu menjaga

pertumbuhan keenam

sektor tersebut agar dapat

mendukung pertumbuhan

ekonomi Banten.

(10)

Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

Aktivitas Sektor Ekonomi Provinsi Banten

*) Nilai Differential Shift (DS), nilai positif memiliki potensi dan berpeluang untuk dikembangkan

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.44 0.44 0.45 0.44 0.45

Pertambangan dan Penggalian 0.09 0.09 0.08 0.09 0.10

Industri Pengolahan 1.61 1.59 1.59 1.47 1.41

Pengadaan Listrik dan Gas 4.98 5.01 4.68 7.07 7.55

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

1.08 1.03 1.00 0.97 0.96

Konstruksi 0.86 0.88 0.91 0.95 0.95

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0.99 1.00 0.96 0.92 0.88

Transportasi dan Pergudangan 1.82 1.94 1.99 2.26 2.32

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.77 0.76 0.74 0.74 0.73

Informasi dan Komunikasi 1.07 1.01 0.95 0.98 0.94

Jasa Keuangan dan Asuransi 0.75 0.76 0.75 0.73 0.71

Real Estat 2.55 2.55 2.51 2.43 2.39

Jasa Perusahaan 0.63 0.63 0.61 0.63 0.62

Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0.51 0.50 0.49 0.49 0.49

Jasa Pendidikan 1.02 1.01 0.99 0.96 0.91

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.25 1.21 1.15 1.10 1.04

Jasa lainnya 0.97 0.94 0.98 0.98 0.94

Lapangan Usaha Differential Shift 2010-2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.028

Pertambangan dan Penggalian -0.038

Industri Pengolahan -0.036

Pengadaan Listrik dan Gas -0.072

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah -0.015

Konstruksi 0.195

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 0.073

Transportasi dan Pergudangan -0.002

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.043

Informasi dan Komunikasi 0.115

Jasa Keuangan dan Asuransi 0.083

Real Estat 0.058

Jasa Perusahaan 0.016

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 0.018

Jasa Pendidikan -0.155

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -0.233

Jasa lainnya -0.099

(11)

Industri Pengolahan dengan Nilai Output dan

Tenaga Kerja Terbesar di Provinsi Banten

10 Industri dengan output

terbesar di Provinsi Banten

Sumber: Data Industri Menengah Besar, BPS 2013

10 Industri dengan jumlah

tenaga kerja terbesar di

Provinsi Banten

Jenis Industri Nilai (Rp.000)

Input Output Nilai Tambah

Industri Kimia Dasar Organik Yang Bersumber dari Minyak Bumi,

Gas Alam dan Batu Bara 10.782.019.343 41.496.116.807 30.714.097.464 Industri Gula Pasir 18.598.675.612 29.360.514.372 10.761.838.760 Industri Kimia Dasar Anorganik Khlor dan Alkali 16.916.796.972 19.954.890.064 3.038.093.092 Industri Besidan Baja Dasar 7.648.430.517 19.198.036.269 11.549.605.752 Industri Sepatu Olah raga 9.150.150.309 17.104.393.816 7.954.243.507 Industri Ransum Makanan Hewan 10.077.424.318 14.225.034.557 4.147.610.239 Industri Sabun dan Bahan Pembersih Keperluan Rumah Tangga 8.497.041.587 11.581.384.544 3.084.342.957 Industri Damar Buatan (Resin Sintetis) dan Bahan Baku Plastik 9.195.235.150 11.514.871.651 2.319.636.501 Industri Sepeda Motor Roda Dua dan Tiga 5.327.102.353 9.446.036.211 4.118.933.858 Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-Hari 4.166.887.977 8.238.273.159 4.071.385.182

Jenis Industri Tenaga Kerja (Jiwa)

Laki-laki Wanita Jumlah

Industri Sepatu Olah raga 15.254 56.606 71.860

Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-Hari 12.362 28.598 40.960 Industri Pakaian Jadi (Konveksi) dari Tekstil 8.509 27.334 35.843 Industri Sepeda Motor Roda Dua dan Tiga 10.474 2.140 12.614 Industri Barang dari Plastik Untuk Pengemasan 7.735 4.236 11.971

Industri Pemintalan Benang 5.507 4.259 9.766

Industri Sabun dan Bahan Pembersih Keperluan Rumah Tangga 4.773 4.087 8.860 Industri Kemasan dan Kotak dari Kertasdan Karton 6.856 1.614 8.470

Industri Ban Luar dan Ban Dalam 7.745 681 8.426

Industri Furniturdari Kayu 6.697 1.639 8.336

(12)

 Secara nasional Provinsi Banten merupakan

pusat produkjsi agroprimer untuk: Pangan : Padi dan

kacang tanah

Perkebunan: Kelapa, karet, kopi dan kakao Perikanan dan

Kelautan: Perikanan Tangkap Laut dan perikanan budidaya (tambak dan kolam)

Sebaran Potensi Aktivitas Agroprimer Provinsi Banten

Aktivitas Primer: kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar,

perikanan laut, kolam, sapi

Aktivitas Primer: jagung, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kelapa, perikanan laut, kolam, sawah, domba, kambing, kerbau

Aktivitas Primer: padi, ubi kayu, karet, kelapa sawit, kakao, perikanan laut, kolam, keramba, jaring apung, kerbau, kambing, domba

Aktivitas Primer: padi, kelapa, budidaya laut, tambak, kolam, jaring apung, sapi, kambing, domba

Aktivitas Primer: padi, kacang tanah, kacang hijau, kopi, lada, kakao, perairan umum,

budidaya laut, tambak, kerbau, kambing,

domba Aktivitas Primer: padi, ubi jalar, kolam, jaring

apung, sapi, babi

Aktivitas Primer: jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kolam, sapi Aktivitas Primer:

jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kelapa, perikanan laut, budidaya laut, jaring apung, sapi, domba

(13)

Isu Kesenjangan di Provinsi Banten

Kesenjangan Antarindividu

Ratio Gini Provinsi 2015

< 0,35

Kep. Bangka Belitung 0,28 Maluku Utara 0,28 Kalimantan Utara 0,29 Kalimantan Timur 0,32 Aceh 0,33 Kalimantan Barat 0,33 Kalimantan Tengah 0,33 Sumatera Utara 0,34 Sumatera Barat 0,34 Nusa Tenggara Timur 0,34 Maluku 0,34 0,35 - 0,40 Kalimantan Selatan 0,35 Riau 0,36 Jambi 0,36 Sumatera Selatan 0,36 Kep. Riau 0,36 Sulawesi Barat 0,36 Nusa Tenggara Barat 0,37 Sulawesi Utara 0,37 Sulawesi Tengah 0,37 Bengkulu 0,38 Lampung 0,38 Jawa Tengah 0,38 Bali 0,38 > 0,40 Banten 0,40 Sulawesi Tenggara 0,40 Jawa Barat 0,41 Jawa Timur 0,42 Sulawesi Selatan 0,42 Gorontalo 0,42 Papua 0,42 DKI Jakarta 0,43 DI Yogyakarta 0,43 Papua Barat 0,44

Ratio Gini Provinsi 2016

< 0,35

Kep. Bangka Belitung 0,28 Maluku Utara 0,29 Kalimantan Utara 0,30 Sumatera Utara 0,32 Kalimantan Timur 0,32 Aceh 0,33 Sumatera Barat 0,33 Kalimantan Tengah 0,33 Kalimantan Selatan 0,33 Nusa Tenggara Timur 0,34 Kalimantan Barat 0,34 0,35 - 0,40 Riau 0,35 Jambi 0,35 Sumatera Selatan 0,35 Kep. Riau 0,35 Maluku 0,35 Bengkulu 0,36 Lampung 0,36 Nusa Tenggara Barat 0,36 Sulawesi Tengah 0,36 Sulawesi Barat 0,36 Jawa Tengah 0,37 Bali 0,37 Papua Barat 0,37 > 0,40 Banten 0,39 Sulawesi Utara 0,39 Papua 0,39 Jawa Timur 0,40 Sulawesi Tenggara 0,40 DKI Jakarta 0,41 Jawa Barat 0,41 DI Yogyakarta 0,42 Gorontalo 0,42 Sulawesi Selatan 0,43

• Kesenjangan antar individu di Provinsi Banten yaitu

berada pada klasifikasi > 0,40. Dalam perkembangannya, nilai ratio provinsi Banten mengalami perbaikan dari tahun 2015 yang sebesar 0,40 menjadi 0,39 di tahun 2016.

• Peran Wilayah Sumatera dan Jawa mendominasi PDB nasional. Kontribusi Provinsi Banten terhadap nasional mengalami peningkatan sebesar 0,13 persen pada tahun 2016, jika dibandingkan dengan kontribusi pada tahun 2010. Provinsi Distribusi PDRB 2010 Distribusi PDRB 2016 Perubahan (%) DKI Jakarta 15,66 17,21 1,55 Jawa Barat 13,21 13,09 -0,12 Jawa Tengah 9,08 8,63 -0,45 DI Yogyakarta 0,94 0,87 -0,07 Jawa Timur 14,43 14,64 0,21 Banten 3,95 4,08 0,13 JAWA 11,45 11,70 0,25 13

(14)

14

Arah Pembangunan Provinsi Banten dalam

RPJMN 2015-2019

(15)

Arah Pengembangan Provinsi Banten Dalam RPJMN 2015-2019

 PKW /PKN

• Revitalisasi Jaringan KA rangkasbitung-saketi-labuhanPembangunan jalur ganda KA antara Solo – Paron

• Revitalisasi Jaringan KA Saketi-Malimping-Bayah • Pembangunan jalur ganda KA dan elektrifikasi antara

Maja - Rangkasbitung – Merak

• Pembangunan jalur KA antara Tonjong - Pelabuhan Bojonegara

• Reaktivasi jalur KA antara Cilegon - Anyer Kidul • Pembangunan Pelabuhan Petikemas Bojonegara • Pembangunan Terminal 3 dan Pengembangan Bandara

Soekarno-Hatta

• Pembangunan Jalan Cikande – Rangkasbitung • Peningkatan Kapasitas Jalan Cikande – Serang –

Cilegon

• Pembangunan Jalan Tol Serpong- Balaraja

• Pengembangan Dermaga Penyeberangan Merak Dermaga 7

• Pengembangan Dermaga Penyeberangan Merak Dermaga 4

• Pengembangan Sistem Transit dan Semi BRT Kota Tangerang

• Pengembangan Sistem Transit dan Semi BRT Kota Tangerang Selatan

• Pengembangan Sistem Transit dan Semi BRT Kota Serang

• Pembangunan Jalan Lintas Selatan Banten

 KEK / Kawasan Industri

• Pembangunan Jalan Tanjung Lesung - Sumur (24 Km)

INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

(16)

Slide - 16

Evaluasi Paruh Waktu RPJMN sebagai Feedback

RPJMN

2015 - 2019

2015

2017

2019

2020

2024

Mid Term Evaluation

RPJMD

Provinsi Banten

2017

2022

Mid Term Evaluation

2012

Feedback

Feedback

(17)

Slide - 17

Sinergitas

1 + 1 = 2

1 + 2 = 20

AKUMULATIF

SINERGI

• KEGIATAN K/L DI

PROVINSI BANTEN

• APBD PROVINSI

BANTEN

STRATEGI

PEMBANGUNAN

PROVINSI

BANTEN

HASIL OPTIMAL

SINERGI

1+1 = 20

(18)

• Agar Pemerintah Daerah mampu MEMAHAMI dan

MELAKSANAKAN kebijakan Pemerintah Pusat dengan

EFEKTIF dan EFISIEN, dilakukan melalui proses

MUSRENBANG berbagai tingkatan pemerintahan.

• SINKRONISASI :

A. Kebijakan

B. Program dan Kegiatan :

Antar sektor;

Antar waktu;

Antar wilayah;

Antara Pusat - Daerah

(19)

• Harmonisasi peraturan perundang-undangan, mulai

dari :

• Undang-undang;

• Peraturan Pemerintah;

• Peraturan Presiden;

• Peraturan Menteri;

• Peraturan Daerah.

Harmonis substansi secara horisontal dan juga vertikal.

SINERGI – 2. Kerangka Regulasi

(20)

• Restrukturisasi dan penataan instrumen pendanaan

melalui transfer ke daerah.

1. Dana Perimbangan :

Dana Alokasi Umum (DAU);

Dana Alokasi Khusus (DAK);

Dana Bagi Hasil (DBH)

2. Dana Otonomi Khusus (Otsus)

Reformasi bidang anggaran (keuangan negara) :

Mid Term Expenditure Framework (MTEF);

Performance Based Bidgeting (Berbasis Kinerja)  harus

sesuai tupoksi  tidak lagi “titip anggaran”.

SINERGI – 3. Kerangka Anggaran

(21)

• Perbaikan tata kelola kelembagaan dan kapasitas aparatur

untuk percepatan reformasi organisasi pemda agar

mampu:

• Penyelenggaraan pemerintah yg efektif dan efisien;

• Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan publik sesuai

standar pelayanan minimum (SPM);

• Good governance;

• Daya saing daerah

Kesenjangan

Melalui :

- Renstra

- Tata Ruang

SINERGI – 3. Kerangka Pengembangan Wilayah

(Pemerintahan)

Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian

1. Keserasian

kepentingan

Nasional dan

Daerah;

2. Keserasian

antar daerah

(22)

Contoh Kasus Ideal

DENAH SITUASI

Usulan Jembatan Kec Aekmel

Jembatan Usulan PISEW

Jln Kab.

Perbaikan atas biaya APBD Sebagai Activity Sharing

Jln

Kab.

Gorong-gorong (usulan PISEW) Perkerasan Jln Desa (Usulan PISEW)

ILUSTRASI SINERGI

(23)

Contoh Kasus Ideal :

Kecamatan Aekmel,

Kabupaten Lombok Timur.

Pembangunan Jembatan

kolaborasi antara :

- Swadaya Masyarakat;

- Pemda Kecamatan; dan

- PNPM PISEW

Jembatan ini menyambungkan

dua desa penghasil tomat

untuk meningkatkan akses

pemasaran dan produksi.

(24)
(25)

25

(26)

26

(27)

Ringkasan Kegiatan Prioritas (1/4)

• Peningkatan Jalan Tg. Lesung – Sumur

• Peningkatan Kapasitas Jalan Binangeun - Malimping - Bayah – Cibarenok

• Preservasi Jalan Pasuruan - Sp Labuhan - Cibaliung dan Citeureup - Tanjung Lesung • Preservasi Jalan Sumur - Cibaliung - Cikeusik - Ma Binangeun

• Pembangunan Jalan Parung Panjang - Kota Baru Maja (mendukung Pengembangan Kota Baru Maja)

Konektivitas Jalur Utama Logistik

• Pembangunan Fly Over Martadinata (Pamulang)

• Pembangunan Jalur Ganda KA antara Maja - Rangkas Bitung (SBSN) • Reaktivasi Jalur KA Rngkasbitung – Pandeglang – Saketi – Labuhan

Infrastruktur Perkotaan

• Pembangunan Jaringan Air Baku Karian (MYC)

Pelayanan Dasar

• Rehabilitasi Jaringan Irigasi Pamarayan Barat D.I. Ciujung;Kab. Serang

• Rehabilitasi Sal. Induk dan Sekunder Cisadane Barat, D.I. Cisadane, Kab. Tangerang • Rehabilitasi bendung Pasar baru DI.Cisadane (MYC);Kab.Tangerang

• Pembangunan Bendungan Karian

• Pembangunan Bendungan Sindang Heula

Jaringan Irigasi dan Bendungan

(28)

Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan 35 GW

Ringkasan Kegiatan Prioritas (2/4)

(29)

Ringkasan Kegiatan Prioritas (3/4)

(30)

Ringkasan Kegiatan Prioritas (4/4)

(31)

Perkembangan PSN Provinsi Banten (1/2)

NO PROYEK STRATEGIS PERMASALAHAN/PERKEMBANGAN SOLUSI

1 Jalan Tol Serang - Panimbang (83,6km) Investasi Total Rp 11,3 Triliun; Skema Pendanaan KPBU; Penanggung Jawab Proyek BPJT; Rencana Mulai Konstruksi 2017; Rencana Mulai Operasi 2018

2 Jalan Tol Kunciran - Serpong (11,19km)

• Investasi Total Rp 2,623 Triliun

• Rencana Mulai Konstruksi 2017; Rencana Mulai Operasi 2019 • Progres Tanah

• Seksi 1 (Kota Tangerang Selatan), 9,90 Km : 26,46% • Seksi 2 (Kota Tangerang), 4,30 Km : 63,23%

• Total : 32,63% Progres Konstruksi

Belum ada progres Konstruksi.

3 Jalan Tol Serpong - Cinere (10,14km)

• Investasi Total Rp 2,219 Triliun

• Rencana Mulai Konstruksi 2017; Rencana Mulai Operasi 2019 • Progres Tanah

• Seksi 1 (Serpong IC – Pamulang IC), 6,675 Km : 28,95% • Seksi 2 (Pamulang IC – Cinere IC), 3,647 Km : 1,66% • Total : 21,64%

Progres Konstruksi

Belum ada progres Konstruksi.

4 Jalan Tol Serpong - Balaraja (30km)

• Investasi Total Rp 6,040 Triliun

• Rencana Mulai Konstruksi akhir 2016; Rencana Mulai Operasi 2019 • Progres Tanah

• Seksi 1 (Serpong – Legok) : 100% • Seksi 2 (Legok – Tigaraksa Selatan) : 0% • Seksi 3 (Tigaraksa Selatan – Balaraja) : 0% • Progres Konstruksi

Belum ada progres Konstruksi.

5 Kereta api ekspres SHIA (Soekarno Hatta - Sudirman) • Di harapkan operasional Juni 2017

6 Bandara Banten Selatan, Panimbang

• Menindaklanjuti izin lokasi yang telah habis masa berlakunya telah disampaikan Surat Gubernur Banten No 550/5936 –DHKI/2015 tanggal 21 Desember 2015 tentang Perpanjangan masa berlaku keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 433 Tahun 2010 dan permohonan kepada Pemerintah Pusat untuk dapat memasukKan rencana Bandar Udara Banten Selatan Panimbang ke dalam Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Strategis Nasional. Pada tanggal 8 Januari 2016 ditetapkan Perpres Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

(32)

NO PROYEK STRATEGIS PERMASALAHAN/PERKEMBANGAN SOLUSI

7 Pengembangan Bandar Udara Soekarno Hatta,

Jakarta (Termasuk Terminal 3)

• Terminal 3 sudah operasional

• Penyusunan Detail Engineering Design untuk konstruksi pembangunan runway 3 BSH

8 Pembangunan terminal LPG Banten kapasitas

1.000.000 ton/tahun

9 Energi asal sampah kota-kota besar (Semarang,

Makassar, Tangerang)

10 Bendungan Sindang Heula

1. Terjadi perbedaan kondisi geologi dan topografi antara desain dengan pelaksanaan. 2. Terjadi ketidaksesuaian lokasi Quarry & Borrow Material untuk Pekerjaan Timbunan

Zona 1, 2, dan 3 antara desain dengan pelaksanaan. 3. Revisi desain saddle dam

1. Mendorong & memonitor proses percepatan pembebasan lahan di Provinsi Banten & BPN

2. Melakukan kajian desain Area Saddle Dam dengan hasil data Bor Log yang baru

3. Mencari Lokasi Quarry dan Borrow Alternatif dan berkoordinasi dengan DPRD Provinsi Banten untuk revisi RTRW

11 Bendungan Karian

1. Diperlukan tambahan anggaran pengadaan tanah sebesar Rp. 11,4M

2. Terdapat 9 (sembilan) menara SUTT 70 KVA milik PT. PLN yang berada pada daerah genangan Bendungan Karian dan harus dipindahkan, serta diusulkan menjadi 18 (delapan belas) yang berada di luar daerah genangan.

3. Terdapat sengketa kepemilikan lahan seluas ± 65 Ha di Desa Pasir Tanjung, Kec. Rangkasbitung, Kab. Lebak, antara masyarakat setempat dengan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang sebagian lahan tersebut berada di dalam tapak Bendungan Karian.

4. Terdapat 39 Situs Makam yang perlu direlokasi,

5. Terdapat tanah milik PT. Candipura yang sertifikatnya masih menjadi jaminan hutang di Kementerian Keuangan (KPKNL II Jakarta).

1. Tambahan anggaran melalui SAL tahap 2 TA. 2016 telah direalisasikan. 2. Dalam proses SID untuk pemindahan Jalur SUTT ke luar daerah genangan. 3. Proses sidang perdata di Pengadilan Negeri Rangkasbitung untuk dua

bidang tanah seluas ± 3 Ha sudah ada keputusan, sedangkan sisanya seluas ± 62 Ha belum ada sidang perdata lanjutan. Status saat ini yaitu Tahapan Identifikasi dan Inventarisasi oleh Tim Pelaksana Pengadaan Tanah.

4. Telah dilakukan relokasi untuk 1 (satu) situs makam keramat. Sisanya menunggu kebijakan atau regulasi yang mengatur dengan detail mengenai relokasi tersebut.

12

Pembangunan Kawasan Industri

Prioritas/Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

13

Percepatan infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih untuk 10 kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Prioritas Danau Toba, Pulau Seribu, Tanjung Lesung dan 7 kawasan lainnya

Perkembangan PSN Provinsi Banten (2/2)

(33)

Jalan Bebas Hambatan 1. Tangerang - Merak 2. Cilegon - Bojonegara 3. Serang - Panimbang 33

Arahan dalam RTRWN

(PP No. 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN)

Pelabuhan Utama

Banten/ Ciwandan

Bandar Udara Primer

Soekarno-Hatta

Pembangkit Listrik

1. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kota Tangerang

2. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten/Kota Serang 3. Pembangkitan Tenaga Listrik Kota Cilegon

4. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Pandeglang 5. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Lebak

Kawasan Strategis Nasional

1. Kawasan Selat Sunda: Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dengan Sudut Kepentingan Ekonomi

2. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon: Rehabilitasi dan Revitalisasi

Kawasan Strategis Nasional dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup 3. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan:

Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan Strategis Nasional dengan Sudut Kepentingan Ekonomi

Bandar Udara Pengumpul Sekunder

Panimbang

Pelabuhan Pengumpul

1. Cigading 2. Bojonegara 3. Karangantu

Pelabuhan Angkutan Penyeberangan

1. Merak 2. Margagiri

Gambar

ILUSTRASI SINERGI
ILUSTRASI SINERGI – CONTOH KEGAGALAN SINERGI ANTAR WILAYAH

Referensi

Dokumen terkait

Dari Renja Dinas Komunikasi dan Informatika tahun sebelumnya dapat dilihat bahwa Program dan Kegiatan yang dilakukan pada tahun lalu telah mengacu pada Program dan

Penelitian ini dilatar belakangi hasilpengamatan peneliti, bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di MI masih didominasi guru yang belum menggunakan atau memanfaatkan model

1) Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau ligamentum, misalnya: tarikan tendo

“ Berdasarkan dari tabel 3 diperoleh hasil bahwasannya Pada laporan keuangan KPRS An-Nahl berdasarkan PSAK 101, 102 dan 105 masih belum sesuai dengan standar dikarenakan

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script menggunakan Mind Mapping pada materi Ekosistem

menafsirkan grafik gerak kecepatan tetap untuk mendapatkan kecepatan/ kelajuan, posisi awal, dan jarak/perpind ahan suatu benda melalui kegiatan diskusi kelompok

Difraktogram hidrotalsit Zn/Al setelah pertukaran ion dengan heksasianoferrat(II) menunjukkan pergeseran basal spasing menjadi lebih besar, dimana hal tersebut

Seiring bertambahnya usia kehamilan informan memiliki harapan untuk melahirkan secara normal dan lancar namun karena kondisi kehamilannya dengan plasenta letak