• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Tenaga kerja merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam mengembangkan industrinya. Dalam sistem perindustrian nasional, terdapat regulasi yang mengatur tentang minimum upah yang harus diterima oleh pekerja atau disebut Upah Minimun Regional (UMR). Tiap tahunnya UMR mengalami peningkatan yang dapat menyebabkan beban perusahaan semakin tinggi bagi perusahaan yang tidak kompetitif. Dampak dari adanya kenaikan UMR salah satunya dialami oleh industri padat karya karena industri ini menyerap tenaga kerja yang besar.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun skenario kebijakan penentuan UMR di Kota Surabaya dengan menganalisis dan memodelkan sistem nyata untuk melihat bagaimana dampak penentuan Upah Minimum Regional (UMR) terhadap perkembangan industri padat karya menggunakan pemodelan sistem dinamik. Sesuai dengan hasil simulasi yang dilakukan, terdapat tiga skema alternatif skenario yang dikembangkan yaitu : 1) skema penentuan Upah Minimum Regional (UMR) eksisting yang disertai dengan skenario pemberian penangguhan UMR kepada industri tekstil, barang kulit dan alas kaki dan skenario pemberian insentif pajak, 2) skema pengendalian besaran UMR (besaran UMR di bawah eksisting) dengan pengurangan UMR sebesar 10% dan 20%, serta 3) skema peningkatan besar UMR (besar UMR di atas eksisting) dengan peningkatan UMR sebesar 10% dan 20%. Dari hasil analisis yang dilakukan skenario 1 menunjukkan hasil terbaik yaitu terjadinya peningkatan UMR yang cukup tinggi disertai peningkatan kinerja ekonomi Surabaya, industri makanan minuman dan tembakau serta kestabilan penyerapan tenaga kerja dan dapat meminimalisir penurunan kinerja pada industri tekstil, barang kulit dan alas kaki.

Kata Kunci— UMR, Industri Padat Karya, Sistem Dinamik, Skenario Kebijakan.

I. PENDAHULUAN

ENAGA kerja merupakan salah satu aset yang sangat penting dalam pembangunan. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat 2, bahwa tenaga kerja adalah

“setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri ataupun masyarakat”. Tanpa tenaga kerja, suatu perusahaan tidak akan dapat menjalankan proses bisnisnya dan tidak akan dapat mengembangkan industri. Industri yang tidak berkembang dapat menghambat pembangunan suatu negara. Dalam implementasinya, perusahaan mendapatkan manfaat yang besar dari tenaga kerja yang dipekerjakannya sehingga perusahaan memiliki kewajiban untuk mengapresiasi pekerjanya dengan upah yang diberikan.

Tiap tahunnya UMR mengalami peningkatan. Besarnya peningkatan tidak selalu sama tiap tahunnya tergantung keputusan dari Gubernur berdasarkan prosedur yang ditetapkan. Dampak dari adanya kenaikan UMR salah satunya dialami oleh industri padat karya karena industri ini menyerap tenaga kerja yang besar. Menurut Peraturan Menteri Perindustrian No.51 tahun 2013 Pasal 1 dijelaskan bahwa industri padat karya adalah industri yang memiliki tenaga kerja paling sedikit 200 orang dan presentase biaya tenaga kerja dalam biaya produksi paling sedikit 15%.

Industri yang termasuk ke dalam kategori industri padat karya antara lain industri makanan minuman, dan tembakau;

industri tekstil dan pakaian jadi; industri kulit dan barang kulit; industri alas kaki; industri mainan anak; dan industri furnitur [1].

Industri padat karya berkembang di berbagai daerah di Indonesia khususnya di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Timur, Kota Surabaya merupakan daerah dengan konsentrasi industri terbesar. Pada tahun 2012, secara umum industri dan pengolahan menyumbang Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) sebesar 21.71%. Dari keseluruhan pendapatan di sektor industri dan pengolahan tersebut, industri padat karya berupa sektor industri makanan, minuman, tembakau dan sektor industri tekstil, barang kulit, alas kaki menyumbang 49.51% atau hampir 11% terhadap keseluruhan PDRB Surabaya. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, di sektor industri terdapat pekerja sebanyak 161.966 jiwa dan sebesar 37.477 atau 23% di antaranya bekerja di sektor industri industri makanan, minuman, tembakau dan sektor industri tekstil, barang kulit, alas kaki [2]. Kondisi ini sejalan dengan kondisi nasional dimana pada tahun 2012 sektor industri tanpa migas menyumbang kontribusi sebesar 21%. Dari keseluruhan pendapatan di sektor industri industri non migas, industri makanan, minuman, tembakau dan sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki memberikan kontribusi mencapai 60% atau hampir 10% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia [3].

Sesuai dengan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menyusun skenario kebijakan penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dengan menganalisis dan memodelkan sistem nyata untuk melihat bagaimana dampak penentuan Upah Minimum Regional (UMR) terhadap perkembangan industri padat karya menggunakan pemodelan sistem dinamik. Pemodelan sistem dinamik digunakan agar dapat menangkap perilaku dari industri padat karya dengan adanya penentuan UMR berubah

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap

Perkembangan Industri Padat Karya

Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng.

Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: wirjodirdjo@gmail.com

T

(2)

terhadap waktu. Dengan adanya simulasi sistem dinamik pada upah minimum di Kota Surabaya, diharapkan akan didapatkan skenario terbaik yang dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya.

II. MODELKONSEPTUALSISTEMDINAMIK Konseptualisasi sistem dilakukan dalam bentuk model konseptual sebagai penggambaran dari sistem nyata. Model konseptual ini dapat menggambarkan kondisi di sistem nyata dan dapat memperlihatkan variabel-variabel yang terlibat dalam sistem serta menjelaskan hubungan antar variabel tersebut. Model konseptual akan menjadi alat bantu yang efektif dalam pembuatan model simulasi sistem dinamik dan menjadi masukan dalam pembuatan model simulasi nantinya. Model konseptual yang dikembangkan yaitu causal loop diagram

.

2.1 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel dilakukan untuk mendapatkan variabel-variabel apa saja yang ada dalam sistem.

Identifikasi ini didasarkan pada komponen-komponen yang berhubungan dengan sistem. Identifikasi variabel dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap sistem baik secara langsung maupun tak langsung melalui berbagai langkah, baik melalui studi literatur, pencarian data dari stakeholder terkait dan melalui berita-berita dari media.

2.2 Causal Loop Diagram

Diagram causal loop berguna untuk menggambarkan keterkaitan antar variabel dan bagaimana pengaruhnya antar satu sama lain. Selain itu, diagram causal loop akan dapat menggambarkan interaksi antar elemen dalam sistem. Dalam diagram causal loop ini akan terbentuk ruang lingkup/

batasan dari sistem yang menjadi fokus pengamatan dan penelitian. Model konseptual causal loop diagram diperlihatkan oleh gambar 1.

Gambar 1. Diagram Causal Loop Sistem Penentuan UMR

2.3 Stock Flow Diagram

Model konseptual yang telah dibuat dijadikan dasar dalam pembuatan model diagram stock flow. Komponen- komponen yang berpengaruh dalam sistem dan interaksi antar satu sama lain yang telah dijelaskan pada model konseptual khususnya pada diagram causal loop akan dijelaskan lebih lebih detail dalam bentuk diagram stock flow.

Model Upah Minimum Regional

Model Inv estasi Model Industri Padat Kary a

Model Ekonomi Makro Model Ketenagakerjaan

Model Ekonomi Masy arakat

-

+

-

-

+ +

+ +

-

-

+

+

Gambar 2. Model Utama Sistem Penentuan UMR

Berdasarkan gambar 2 di atas, model utama dari sistem penentuan UMR pada industri padat karya terdiri atas beberapa submodel antara lain UMR, industri padat karya, tenaga kerja, ekonomi dan investasi. Model dibuat dalam bentuk submodel-submodel untuk memperjelas apa saja variabel yang berpengaruh dalam masing-masing submodel dan melihat bagaimana hubungan antar submodel dalam membentuk satu kesatuan. Setiap submodel memiliki interaksi dan pengaruh terhadap submodel yang lain.

Pengaruh tersebut diwakili oleh panah yang bertanda positif atau negatif. Tanda positif berarti kedua faktor bersifat sebanding sedangkan negatif berarti berbanding terbalik.

UM R Surabaya Kebutuhan Hidup Layak

Produktivitas Inflasi

Pendapatan perkapita

Daya beli masyarakat

Tingkat konsumsi

Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya Biaya tenaga kerja

Penyerapan tenaga kerja Pendapatan sektor

industri padat karya

PHK

Jumlah tenaga kerja

PDRB Surabaya

Tingkat pengagguran

Pertumbuhan industri Investasi

Pajak

+ +

-

+

+ +

+

+

-

+

-

+

+ +

+

+

+

+

+

+

-

-

+ ++

+

+ (-) (+)

(+) (+)

(+)

(-)

(3)

Model UMR memberikan pengaruh terhadap model ketenagakerjaan dan model industri padat karya. Model industri padat karya berpengaruh terhadap ekonomi makro dan ekonomi masyarakat serta saling berpengaruh dengan model ketenagakerjaan dan investasi. Model ketenagakerjaan memiliki hubungan saling mempengaruhi dengan model industri padat karya dan model ekonomi.

Model ketenagakerjaan berpengaruh pada model ekonomi masyarakat dan sebaliknya dipengaruhi oleh model UMR.

Model investasi memiliki hubungan saling mempengaruhi dengan model industri padat karya dan berpangaruh terhadap model ekonomi makro. Model ekonomi makro dipengaruhi oleh model industri padat karya, berpengaruh terhadap model ekonomi masyarakat dan saling mempengaruhi dengan mdeol ketenagakerjaan. Model ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh model ekonomi makro, industri padat karya dan ketenagakerjaan.

2.3.1 Submodel Upah Minimum Regional (UMR)

Submodel UMR memperlihatkan bagaimana besaran upah minimum ditetapkan tiap periodenya. Penentuan besaran UMR yang melibatkan berbagai pihak memperhatikan tiga komponen utama yaitu Kebutuhan Hidup Layak (KHL), tingkat inflasi dan produktivitas yang dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Komponen KHL merupakan jumlah minimal uang yang dibutuhkan oleh seorang lajang untuk dapat memenuhi kebutuhannya dengan kondisi yang layak di Surabaya. Jumlah KHL direpresentasikan dengan stock yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang diperlihatkan pada variabel persentase peningkatan KHL dan perubahan KHL.

Upah Minimum

Kebutuhan Hidup Lay ak

Tingkat inf lasi

Persentase peningkatan KHL

Peningkatan KHL Produktiv itas

Delay Upah Minimum

Peningkatan Upah Minimum Perubahan KHL

Submodel Upah Minimum Regional

Gambar 3. Diagram Stock Flow Submodel Upah Minimum Regional

2.3.2 Submodel Industri Padat Karya

Submodel industri padat karya menjelaskan interaksi antar komponen produksi yang ada di sektor industri makanan minuman tembakau dan sektor tekstil barang kulit dan alas kaki. Dalam submodel ini komponen-komponen biaya untuk menghitung total nilai input produksi yaitu biaya bahan baku dan penolong; biaya bahan bakar listrik dan gas;

biaya tenaga kerja; biaya sewa gedung, mesin dan alat; serta pengeluaran lain [4]. Masing-masing komponen biaya ini dipengaruhi faktor lain yaitu jumlah produksi, jumlah perusahaan dan perubahan biaya per satuan produksi.

2.3.3 Submodel Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan komponen penting dalam industri dan berhubungan langsung dengan upah minimum.

Tujuan dari adanya submodel ini adalah untuk melihat

bagaimana perilaku penyerapan tenaga kerja di Surabaya khususnya tenaga kerja pada sektor industri padat karya dan melihat bagaimana pergerakan pergerakan variabel-variabel lain dalam ketenagakerjaan.

2.3.4 Submodel Ekonomi Makro

Submodel ekonomi makro melihat bagaimana kinerja ekonomi dari Kota Surabaya dari sisi makro yaitu berupa pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan pendapatan perkapita setiap tahunnya. Diagram stock flow untuk submodel ekonomi makro diperlihatkan pada gambar 4.

PDRB Surabay a

Model Industri Padat Karya.Nilai tambah Industri

PDRB sektor industri padat kary a

Pertumbuhan PDRB

Pajak tak langsung

Model Industri Padat Karya.Nilai tambah Industri 2 PDRB Ind makanan

minuman tembakau Tingkat perubahan

PDRB sektor lain

Tingkat perubahan PDRB sektor industri PDRB sektor lain

PDRB perkapita

Delay PDRB Surabay a Laju perubahan

PDRB sektor lain

PDRB sektor industri Laju perubahan PDRB sektor industri

Pertumbuhan PDRB perkapita

Delay PDRB perkapita

PDRB Ind tekstil barang kulit dan alas kaki

Model Ketenagakerjaan.Jumlah Penduduk Surabaya

Submodel Ekonomi Makro

Gambar 4. Diagram Stock Flow Submodel Ekonomi Makro

2.3.5 Submodel Ekonomi Masyarakat

Submodel ekonomi masyarakat bertujuan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat Surabaya yang dilihat dari PDRB perkapita dan konsumsi perkapita. Pada submodel ekonomi masyarakat, rasio pendapatan dan pengeluaran didapatkan dari perbandingan PDRB perkapita dengan pengeluaran perkapita pertahun. Pengeluaran perkapita memperlihatkan kemampuan masyarakat membelanjakan uangnya dalam bentuk barang dan jasa serta sebagai indikator kesejahteraan masyarakat [5]. Semakin besar pengeluaran perkapita maka kesejahteraan masyarakat dinilai semakin baik. Pengeluaran perkapita dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan besarnya total pengeluaran yang dihabiskan untuk mengkonsumsi barang maupun jasa jenis pangan dan non pangan. Konsumsi untuk komoditi pangan dan non pangan dipengaruh oleh tingkat perubahan harga masing-masing komoditi.

Rasio pengeluaran perkapita dan PDRB perkapita Model Ekonomi

Makro.PDRB perkapita

Model Ketenagakerjaan.Jumlah Penduduk Surabaya

Total pengeluaran Pengeluaran perkapita pertahun

Pengeluaran perkapita perbulan

Konsumsi pangan

Laju perubahan konsumsi pangan

Konsumsi non pangan

Laju perubahan konsumsi non pangan

Perubahan konsumsi pangan Perubahan konsumsi nonpangan

Model Industri Padat Karya.Kenaikan harga jual

Pengaruh kenaikan harga terhadap konsumsi pangan

~

Model Industri Padat Karya.Kenaikan harga jual 2

Pengaruh kenaikan harga terhadap konsumsi pangan 2

~ Submodel Ekonomi Masy arakat

Gambar 4. Diagram Stock Flow Submodel Ekonomi Masyarakat

(4)

III. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

Mekanisme pengujian model yaitu berupa verifikasi dan validasi untuk memastikan bahwa model yang dibuat telah merepresentasikan sistem nyata. Verifikasi dan validasi model dilakukan menggunakan berbagai mekanisme pengujian model yaitu uji struktur model, uji kinerja/output model, uji parameter model, uji kecukupan batasan, uji kondisi ekstrim, dan uji perilaku model/replikasi.

Gambar 5. Verifikasi Formulasi Model

IV. MODEL SKENARIO KEBIJAKAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang skenario besaran Upah Minimum Regional (UMR) dan melihat pengaruhnya terhadap perkembangan industri padat karya kemudian memilih skenario kebijakan yang dapat mengakomodasi kepentingan seluruh stakeholder industri.

Dengan demikian, skenario yang akan dirancang berkaitan erat dengan merubah variabel-variabel dalam UMR dan atau variabel-variabel yang ada dalam industri padat karya Skema yang akan dipertimbangkan yaitu :

1. Skema penentuan Upah Minimum Regional (UMR) eksisting.

2. Skema pengendalian besar UMR (besar UMR di bawah eksisting).

3. Skema peningkatan besar UMR eksisting (besar UMR di atas eksisting).

Ketiga skema ini akan dianalisis dan akan dibuat skenario kebijakan pendukung serta nantinya akan dipilih skenario penetuan UMR terbaik.

4.1 Skema Penentuan UMR Eksisting

Kinerja industri makanan, minuman dan tembakau relatif baik pada hampir semua parameter yang dimiliki pada skema penentuan UMR eksisting sedangkan pada industri tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami penurunan kinerja. Nilai tambah dari industri ini menurun dengan drastis di tahun-tahun akhir. Penurunan kinerja ini salah satunya disebabkan oleh beban biaya tenaga kerja yang semakin tinggi. Untuk itu disusun skenario yang dapat menurunkan beban biaya tenaga kerja pada sektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami penurunan kinerja. Alternatif skenario kebijakan yang mungkin pada skema penentuan UMR ini yaitu memberikan penangguhan UMR terhadap industri dan pemberian insentif pajak.

4.2 Skema Pengendalian Besar UMR (besar UMR di bawah eksisting).

Pada skema yang kedua, UMR yang ditentukan lebih kecil dari UMR eksisting. Pengurangan besaran UMR dilakukan dengan cara menambahkan variabel pengurang pada UMR.

Besar dari variabel pengurang UMR ini selanjutnya akan dijadikan alternatif skenario kebijakan. Proses penyusunan model skenario pengurangan UMR diperlihatkan pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6. Pembangunan Model Skema Pengurangan Besaran UMR

Pada skema ini dilakukan mekanisme pengurangan UMR sebesar 10% dan 20%. Pada skenario pengurangan UMR sebesar 10 dan 20% ini, secara umum kinerja industri mengalami peningkatan dari kondisi eksisting

4.3 Skema Peningkatan Besar UMR Eksisting (Besar UMR Di Atas Eksisting)

Pada skema yang ketiga, UMR yang ditentukan lebih besar dari UMR eksisting. Peningkatan besaran UMR dilakukan dengan cara menambahkan variabel penambah pada UMR. Besar dari variabel penambah UMR ini selanjutnya akan dijadikan alternatif skenario kebijakan.

Pada skenario penambahan UMR sebesar 10% dan 20%, terlihat kondisi yang berbeda dengan hasil eksisting. Nilai tambah industri terlihat mengalami trend menurun di tahun 2019 hingga 2025 di kedua sektor industri. Padahal sejauh ini nilai tambah industri makanan, minuman dan tembakau tidak menunjukkan penurunan yang besar seperti yang terlihat pada skenario ini. Pada submodel ketenagakerjaan terlihat bahwa terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja di industri padat karya sedangkan kondisi ekonomi makro masih tetap menunjukkan trend positif.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berikut ini akan disebutkan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian berikutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil simulasi dan perancangan skenario pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat tiga skema penentuan UMR yang menghasilkan enam skenario perbaikan dan skenario eksisting. Masing-masing skenario memiliki dampak terhadap perkembangan industri padat karya sebagai berikut.

(5)

a) Skema penentuan UMR eksisting memberikan dampak peningkatan kinerja ekonomi Surabaya, industri makanan minuman dan tembakau serta kestabilan penyerapan tenaga kerja tetapi kinerja industri tekstil, barang kulit dan alas kaki menurun di tahun-tahun akhir simulasi yaitu dengan menurunnya nilai tambah pada industri ini.

b) Skema penentuan UMR eksisting disertai skenario pemberian penangguhan UMR pada industri tekstil, barang kulit dan alas kaki menunjukkan terjadinya peningkatan kinerja ekonomi Surabaya, industri makanan minuman dan tembakau serta kestabilan penyerapan tenaga kerja dan dapat meminimalisir penurunan kinerja pada industri tekstil, barang kulit dan alas kaki.

c) Skema penentuan UMR eksisting disertai skenario pemberian insentif pajak pada industri tekstil, barang kulit dan alas kaki menunjukkan kinerja industri yang tidak berbeda dengan kondisi eksisting namun terjadi peningkatan PDRB Surabaya.

d) Skema pengendalian UMR (UMR di bawah eksisting) dengan skenario besaran variabel pengurang UMR sebesar 10% dan 20%

memberikan dampak peningkatan kinerja industri padat karya. Skenario pengurangan UMR sebesar 10% dan 20% menyebabkan kinerja industri lebih baik dengan meningkatnya nilai tambah industri dan penyerapan tenaga kerja.

e) Skema peningkatan besar UMR eksisting dengan penambahan variabel penambahan UMR sebesar 10% dan 20% memperlihatkan kinerja industri yang menurun akibat melonjaknya biaya tenaga kerja. Kinerja industri mengalami penurunan dibandingkan kondisi eksisting meskipun kinerja ekonomi Surabaya masih menunjukkan trend positif.

2. Skenario yang terpilih yaitu skenario 1 karena skenario ini memberikan hasil paling baik di antara alternatif skenario yang lain. UMR melangalami peningkatan yang cukup besar namun kinerja industri padat karya dan kinerja ekonomi Surabaya menunjukkan trend yang positif. Skenario 1 yaitu menerapkan skema penentuan UMR yang sekarang (eksisting) disertai dengan pemberian penangguhan kepada industri tektil, barang kulit dan alas kaki ketika terjadi penurunan kinerja secara finansial.

5.2 Rekomendasi

Berikut ini adalah beberapa saran diberikan pada penelitian ini untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

1. Penelitian ini bersifat result based sehingga model yang dikembangkan tidak dapat mengevaluasi proses yang ada di dalam sistem, penelitian selanjutnya yang bersifat process based akan dapat menyempurnakan evaluasi terhadap permasalahan yang ada di dalam sistem.

2. Perlu dikembangkan model yang dapat secara rinci menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dan pada industri padat karya sebagai upaya untuk pengembangan industri dan ekonomi secara umum.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dalam empat tahun ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada pembimbing yang selama ini memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tugas akhir.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Peraturan Menteri Perindustrian No.51 tahun 2013 Pasal 2

[2] BPS, 2013. Surabaya dalam Angka Tahun 2013.

Surabaya: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.

[3] BPS, 2014. Produk Domestik Bruto Indonesia. Jakarta:

Badan Pusat Statistik Pusat.

[4] BPS, 2013. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Timur. Surabaya : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

[5] Surabaya, P. K., 2011. Perindustrian. [Online]

Available at: http://www.surabaya.go.id [Viewed at 26 Maret 2014].

Gambar

Diagram causal loop berguna untuk menggambarkan  keterkaitan antar variabel dan bagaimana pengaruhnya antar  satu sama lain
Gambar 3. Diagram Stock Flow Submodel Upah Minimum  Regional
Gambar 5. Verifikasi Formulasi Model

Referensi

Dokumen terkait

Adapun solusi yang dilakukan dari refleksi pada siklus dua adalah dengan memperbanyak tugas mahasiswa baik di rumah atau saat pembelajaran dengan menggunakan media

Penelitian ini dilaksanakan di DAS Wae Batu Merah Kota Ambon Provinsi Maluku pada bulan Juli sampai Oktober 2016 dengan luas lokasi penelitian 685,14 ha. Penelitian

Suatu sistem kompensasi yang cocok dan efektif akan menarik orang- orang yang memiliki kemampuan dan keahlian untuk tetap berada di perusahaan tersebut dan termotivasi

Aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran Penerapan metode tutor sebaya Guna Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas XII IPS MAN 1 Kota Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015

Presenta textos sobre la cobertura de la campaña electoral en Perú de 2006, la relación entre fronteras creativas y nuevas tecnologías, los retos de la comunicación para el

Cara-cara atau Upaya yang dilakukan oleh pihak BMT NU Sejahtera Mangkang untuk menyelesaian pembiayaan macet pada akad murabahah tersebut dengan melakukan

Fungsi dari seorang humas/PR adalah melaksanakan komunikasi dua arah atau timbal balik antara suatu lembaga/perusahaan dengan pihak public yang bertujuan untuk menciptakan

Pendidikan merupakan upaya dikan merupakan upaya untu untuk k mengu mengubah bah perilak perilaku u seseo seseorang, kelompok dan rang, kelompok dan masyarakat