• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 21 (1): 44 -52, 2015

44 Lembaga Penelitian

Universitas Negeri Medan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Betty M. Turnip

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Diterima 22 November 2014, disetujui untuk publikasi 15 Januari 2015

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan : 1) hasil belajar fisika dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif dan pembelajaran konvensional, (2) hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi dan kemampuan numerik rendah, dan (3) interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif dan pembelajaran konvensional dengan kemampuan numerik dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas X SMAN 14 dan SMAN 21 Medan. Sampel penelitian diambil 4 kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas eksperimen SMAN 14 sebanyak 40 orang dan SMAN 21 sebagai kelas kontrol sebanyak 40 orang. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan analisis varians (ANAVA) 2 x 2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) 2 x 2 diperoleh harga sig. 0,000 lebih kecil dari harga α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada interaksi strategi pembelajaran dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas X SMAN 14 dan SMAN 21 Medan.

Kata kunci : strategi pembelajaran, kemampuan numerik,

hasil belajar.

Pendahuluan

Masalah kualitas pendidikan di Indonesia menjadi isu hangat terutama lembaga pendidikan yang bertanggung-jawab melaksanakan pendidikan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan, antara lain dengan meningkatkan kualitas tenaga kependidikan melalui program sertifikasi jenjang pendidikan, mengadakan pelatihan, penataran, mengadakan buku ajar, menyempurnakan kurikulum serta kelengkapan fasilitas pembelajaran.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, yakni faktor- faktor yang berhubungan dengan (1) kualitas pembelajaran dan tenaga kependidikan

(Kepala Sekolah, Pengawas dan Penilik), (2) kurikulum, (3) metode pembelajaran, (4) bahan ajar, (5) media pembelajaran dan (6) manajemen pendidikan. Keenam elemen ini saling terkait dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas mutu pembelajaran di sekolah dapat diawali dari rancangan skenario pembelajaran. Proses pembelajaran yang dirancang dengan baik akan meningkatkan kualitas hasil belajar.

Reigeluth mengemukakan, bahwa hasil belajar harus efektifitas (effectiveness), efisiensi (effeciency), dan daya tarik (appeal) (Reigeluth, 2006).

Fisika merupakan pendidikan yang

mengembangkan cara berpikir kritis,

sistematis, logis dan kreatif membentuk

manusia menjadi handal dan kompeten secara

global. Selain itu, pada dasarnya fisika adalah

(2)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 45 ilmu pengetahuan yang menarik, karena fisika

mengkaji gejala–gejala atau fenomena–

fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta yang terjadi dalam kehidupan sehari–

hari. Untuk itu siswa perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan- keterampilan yang ada pada materi pokok fisika.

Namun kenyataannya ditemukan bahwa sebagian besar siswa belum berhasil menguasai pengetahuan, keterampilan dan konsep–konsep fisika. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai fisika yang lebih rendah dari skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 65. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika membimbing siswa dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) dan dari hasil wawancara terhadap guru diperoleh beberapa faktor penyebab rendahnya nilai fisika, antara lain (1) strategi pembelajaran kurang tepat dan kurang bervariasi, dominasi penggunaan metode ceramah, penugasan siswa mengerjakan soal–soal fisika secara individual dan secara mekanistis sehingga siswa yang kurang mampu akan tetap ketinggalan, (2) minimnya media pendukung siswa dalam memahami konsep–konsep fisika, atau dalam mendemonstrasikan peristiwa fisika di depan kelas. Ironisnya sejumlah guru sudah memperoleh sertifikat sebagai guru profesional namun tidak menerapkan profesionalisme yang diperoleh dari PLPG, (3) siswa kurang aktif dan kurang berminat.

Sebagian besar siswa menganggap fisika adalah pelajaran yang sangat sulit, penuh dengan rumus yang rumit, membosankan, sarat dengan latihan soal-soal yang membingungkan. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran fisika siswa kurang dilibatkan, oleh sebab itu harus dicari upaya untuk mengatasi masalah tersebut sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka perlu dipilih strategi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan, saling membantu,

saling tukar pengetahuan, interaktif dengan guru dalam mengerjakan tugas atribut ini merupakan strategi pokok dalam pembelajaran kooperatif. Sherman (2001) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif terjadi ketika siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar. Kelompok kecil terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen dalam hal kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan setiap anggotanya saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif menurut Slavin yang dikutip oleh Isjoni (Isjoni, 2001) adalah sistem belajar di mana belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif, sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Ciri khas lain dalam proses pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif adalah adanya pembelajaran gotong royong, yaitu sistem belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan ,Kenneth 2005 dan (Lie, 2009).

Menurut Johnson (2008) strategi pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori ketergantungan sosial terdiri dari ketergantungan positif dan ketergantungan sosial negatif. Kedua jenis ketergantungan ini berdampak pada proses psikologis individu ketika individu tersebut melakukan kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu proses penciptaan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat bekerja sama dalam kelompok yang heterogen (Melvin, 2011).

Pembelajaran kooperatif akan berhasil jika siswa memiliki kemampuan-kemampuan dasar tertentu, dan salah satu dari kemampuan itu adalah kemampuan numerik.

Kemampuan numerik merupakan bagian dari inteligensi manusia (Kenzie, 2002).

Pembelajaran fisika harus dilaksanakan

dengan metode ilmiah yang tahapannya

adalah sebagai berikut merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, merancang,

(3)

46 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 melaksanakan eksperimen, menganalisis data

pengamatan, serta menarik kesimpulan.

Pembelajaran fisika di SMA ditujukan untuk melatih siswa agar mampu mengobservasi dan melakukan percobaan. Oleh karena itu pembelajaran fisika tidak dapat dilakukan secara individual tetapi harus secara kooperatif, baik dalam bidang pengetahuan, afektif, dan psikomotor. Matematika merupakan alat bantu dalam proses penyelesaian soal-soal dalam fisika, oleh karena itu kemampuan numerik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran kooperatif di samping faktor-faktor lain seperti motivasi, minat terhadap mata pelajaran, dan iklim belajar di sekolah, dan lainnya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diberikan strategi pembelajaran kooperatif dengan siswa yang diberikan strategi pembelajaran konvensional.

(2) mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah dan kemampuan numerik tinggi, dan (3) mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran konvensional dengan kemampuan numerik dalam meningkatkan hasil belajar fisika.

Strategi pembelajaran kooperatif pada dasarnya mengakui dan menerapkan teori ketergantungan sosial di mana setiap individu saling tergantung untuk mencapai tujuannya.

Dalam prakteknya, strategi pembelajaran kooperatif mewujudkan teori ini dalam bentuk belajar berkelompok dengan berbagai variasi, sedangkan strategi pembelajaran konvensional

mengandalkan pembelajaran dengan metode ceramah, di mana yang paling berperan aktif adalah guru. Dari uraian mengenai ciri, praktek dan teori yang melandasi strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran konvensional, dan kemampuan numerik yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian akan lebih efektif belajar melalui strategi pembelajaran kooperatif karena strategi ini lebih mengakomodasi ciri utama kemampuan numerik ketimbang strategi pembelajaran konvensional (Setiawan, 2007). Oleh karena itu, diduga mengharapkan siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah yang diberi strategi pembelajaran kooperatif akan menunjukkan hasil belajar tidak lebih baik daripada siswa berkemampuan numerik rendah yang diberi strategi pembelajaran konvensional.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 14 Medan dan SMA Negeri 21 Medan yang terletak pada satu kecamatan yaitu kecamatan Medan Denai, dan waktu penelitian dilaksanakan adalah pada semester genap tahun pembelajaran 2012/2013.

Penelitian ini melibatkan dua kelas dari dua sekolah yaitu, SMA N14 Medan sebagai kelas eksperimen (di mana kelas X-2 dan X-5 dijadikan sebagai kelas eksperimen) dan SMAN 21 Medan sebagai kelas kontrol (di mana kelas X-1 da X-3 dijadikan sebagai kelas kontrol. Jenis penelitian ini merupakan quasi eksperimen.

Tabel 1 : Tabel Weiner keterkaitan antara variabel terikat, variabel bebas dan variabel moderator.

Kemampuan Numerik

(A)

Strategi Pembelajaran (B) Strategi Pembelajaran

Konvensional (B

1

)

Strategi Pembelajaran Kooperatif (B

2

)

Rendah (A

1

) A

1

B

1

A

1

B

2 R

Tinggi (A

2

) A

2

B

1

A

1

B

2 T

Rendah (A1) k e

(4)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 47 Adapun teknik penganalisaan data

penguasaan konsep awal dan hasil belajar Fisika belajar siswa pada penelitian ini adalah : Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua sampel berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian ini adalah L

hitung

< L

tabel

maka sampel berdistribusi normal. Jika L

hitung

> L

tabel

maka sampel tidak berdistribusi normal.

Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui apakah penyebaran kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. Menurut Sudjana (2005), untuk uji homogenitas data populasi digunakan uji kesamaan varians, dengan rumus.

2 2

2 1

S F S

Jika F

hitung

> F

tabel

, , maka kedua sampel tidak berasal dari populasi yang homogen. Jika F

hitung

< F

tabel

, , maka kedua sampel berasal dari populasi yang homogen dengan taraf signifikan (α ) = 0,05.

Untuk menguji hipotesis rata-rata sampel penelitian ini dilakukan dengan Anava dua jalur. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa kemampuan numerik dan nilai hasil belajar dianalisis dengan analisis variansi dua jalur.

Mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan rata–rata pada strategi pembelajaran, dan kemampuan numerik terhadap hasi belajar maka dilakukan uji lanjut anava dua jalur (uji Tukey). Hasil anava yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H

0

ditolak. Uji lanjut anava dengan menggunakan Uji-T. Berdasarkan analisis variansi dua jalan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Hipotesis : Jika P-value > 0,05, dengan demikian H

0

diterima dan Ha ditolak.

Hipotesis : Jika P-value <0,05, dengan demikian H

0

ditolak. dan Ha diterima.

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis data dengan menggunakan Analisis Varians (ANAVA) dua jalur pada taraf siginifikan α = 0,05.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan dua sekolah dan 2 kelas sebagai kelas penelitian, masing- masing kelas diberi strategi pembelajaran yang berbeda. Untuk SMA Negeri 14 Medan yang dijadikan sebagai kelas eksperimen penelitian dan sebagai kelas eksperimen adalah kelas X

A

. Di mana kelas A adalah kelas gabungan dari kelas X

2

dan Kelas X

5

, sedangkan SMA Negeri 21 Medan yang dijadikan sebagai kelas kontrol adalah kelas X

B

yang merupakan kelas gabungan dari kelas X

1

dan kelas X

3

.

Sampel penelitian yang diambil sebanyak 40 siswa, yaitu kelas A sebagai kelas eksperimen dari gabungan kelas X

2

(sebanyak 21 orang) dan kelas X

5

(sebanyak 19 0rang).

Sedangkan kelas sampel B sebanyak 40 orang siswa yaitu gabungan kelas kemampuan numerik rendah dan kemampuan numerik tinggi. Dari kelas X

2

sebanyak 19 orang siswa yang akan dijadikan sampel dan kelas X

5

sebanyak 21 orang yang akan dijadikan kelas sampel dalam penelitian.

Berdasarkan tes hasil belajar siswa baik

pretes maupun postes untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol, maka diperoleh diskriptive

statistik untuk masing-masing kelompok

seperti Tabel 2 di bawah ini.

(5)

48 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 Tabel 2. Data Statistik

Kelompok Mean N Std. Deviation Variance Sum Minimum Maximum Median

1 40,78 40 6,423 41,256 1631 30 53 41,50

2 41,10 40 5,486 30,092 1644 30 53 41,50

3 73,00 40 12,639 159,744 2920 47 93 73,00

4 59,83 40 14,308 204,712 2393 40 93 60,00

Total 53,67 160 17,088 292,007 8588 30 93 47,50

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kemampuan numerik dan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol akan berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > = 0,05.

Pengujian dilakukan dengan SPSS 19 yaitu Kolmogorov-Smirnov.

Untuk kemampuan numerik kelas eksperimen diperoleh harga Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,060. Untuk kemampuan numerik kelas kontrol diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,060. Data berdistribusi normal.

Untuk kemampuan numerik kelas eksperimen diperoleh harga Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,062. Untuk

kemampuan numerik kelas kontrol diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,062. Data berdistribusi normal.

Untuk hasil belajar kelas eksperimen diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,117. Untuk kemampuan numerik kelas kontrol diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,117. Data berdistribusi normal.

Untuk kemampuan numerik kelas eksperimen diperoleh harga Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,071. Untuk kemampuan numerik kelas kontrol diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,062. Data berdistribusi normal.

Deskripsi statistik output dari ANOVA data kemampuan numerik dan hasil belajar fisika siswa dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 : Uji Anova Satu Arah (one way anova)

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3471,612 1 3471,612 19,051 ,000

Within Groups 14213,775 78 182,228

Total 17685,387 79

Deskripsi statistik output dari ANOVA yaitu Uji Post Hoc/ uji Tukey, data kemampuan

numerik dan hasil belajar fisika siswa dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini!.

(6)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 49 Tabel 4. Data Uji Tukey

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Differen

ce (I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound H_B KN koop

rendah

H_B KN koop tinggi ,0280 ,08043 ,985 -,1833 ,2393 H_B KN konv rendah ,3335

*

,08043 ,000 ,1222 ,5448 H_B KN konv tinggi ,2260

*

,08043 ,031 ,0147 ,4373 H_B KN koop

tinggi

H_B KN koop rendah -,0280 ,08043 ,985 -,2393 ,1833 H_B KN konv rendah ,3055

*

,08043 ,002 ,0942 ,5168 H_B KN konv tinggi ,1980 ,08043 ,074 -,0133 ,4093 H_B KN konv

rendah

H_B KN koop rendah -,3335

*

,08043 ,000 -,5448 -,1222 H_B KN koop tinggi -,3055

*

,08043 ,002 -,5168 -,0942 H_B KN konv tinggi -,1075 ,08043 ,543 -,3188 ,1038 H_B KN konv

tinggi

H_B KN koop rendah -,2260

*

,08043 ,031 -,4373 -,0147 H_B KN koop tinggi -,1980 ,08043 ,074 -,4093 ,0133 H_B KN konv rendah ,1075 ,08043 ,543 -,1038 ,3188

Tabel 5 : Interaksi Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Hbel

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1,536

a

3 ,512 7,915 ,000

Intercept 19,652 1 19,652 303,813 ,000

Strtgi * kelompok 1,536 3 ,512 7,915 ,000

Error 4,916 76 ,065

Total 26,103 80

Corrected Total 6,452 79

a. R Squared = ,238 (Adjusted R Squared = ,208)

Tabel 6 : Peningkatan Kemampuan Koognitif Siswa

No Kelompok Kelas Rata-Rata Nilai koognitif soal

C1 C2 C3 C4 C5

1 Hasil Belajar Eksperimen 0,88 0,81 0,73 0,66 0,61

2 Hasil Belajar Kontrol 0,79 0,82 0,61 0,45 0,35

(7)

50 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Kognitif Kelas Penelitian

Dalam penelitian ini, mengungkapkan bahwa kemampuan awal siswa kedua kelompok sampel tidak berbeda secara signifikan (cenderung sama) sebelum materi pokok diajarkan. Setelah materi pokok diajarkan yaitu untuk siswa kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dan untuk siswa kelas kontrol dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif cenderung lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional.

Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan diperoleh output F

hitung

sebesar 19,05 dan F

tabel

sebesar 1,69 pada taraf = 0,05 , maka F

hitung

>

F

tabel

sehingga untuk hipotesis penelitian yang pertama H

a

diterima dan H

0

ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional kurang efektif untuk memudahkan siswa dalam belajar, karena dalam pembelajaran ini indera siswa kurang dilibatkan secara keseluruhan sehingga mempengaruhi dalam proses daya tangkap siswa terhadap materi pokok pembelajaran.

Jadi, dari penelitian ini jelas bahwa ada perbedaan hasil belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif yaitu SMA Negeri 14 Medan dan strategi pembelajaran konvensional yaitu SMA 21

Negeri Medan pada materi pokok listrik dinamis Tahun pembelajaran 2012/2013.

Dalam penelitian ini, berdasarkan pengujian hipotesis kedua terbukti bahwa kemampuan numerik dapat mempengaruhi hasil belajar secara signifikan di mana sig adalah 0,000, sedangkan = 0,05 ternyata nilai Sig. < = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi dan kemampuan numerik rendah pada materi pokok listrik dinamis.

Hasil pengolahan data untuk tingkat

kemampuan kognitif pada hasil belajar akhir

untuk setiap komponen perkembangan

kemampuan kognitif menunjukkan bahwa,

Untuk jenjang kemampuan kognitif kelas

eksperimen pada C1 nilai hasil belajarnya

memiliki rata-rata 0,88; untuk jenjang

kemampuan kognitif kelas eksperimen pada

C2 nilai hasil belajarnya memiliki rata-rata

0,81; untuk jenjang kemampuan kognitif kelas

eksperimen pada C3 nilai hasil belajarnya

memiliki rata-rata 0,73; untuk jenjang

kemampuan kognitif kelas eksperimen pada

C4 nilai hasil belajarnya memiliki rata-rata

0,66; untuk jenjang kemampuan kognitif kelas

eksperimen pada C5 nilai hasil belajarnya

memiliki rata-rata 0,61. Dari hasil data yang

diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol menunjukkan bahwa, ada interaksi

antara kemampuan numerik rendah dan

kemampuan numerik tinggi dengan hasil

(8)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 51 belajar fisika siswa di sekolah pada materi

pokok Listrik Dinamis.

Gambar 2. Pola Garis Interaksi Antara Strategi Pembelajaran Kooperatif Dan Strategi Pembelajaran Konvensional dengan Kemampuan Numerik Terhadap Hasil Belajar.

Perbandingan antara garis strategi pembelajaran kooperatif dan garis strategi pembelajaran konvensional adalah pola interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan numerik yang melukiskan estimilasi nilai rata-rata hasil belajar Fisika antara kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran konvensional yang tidak sejajar melainkan berpotongan di satu titik.

Grafik di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah lebih bagus diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional, sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih bagus diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif. Hal ini dibuktikan dari tabel uji anova di mana Sig.

0,00. Oleh karena nilai Sig. < = 0,05. maka terdapat interaksi strategi pembelajaran kooperatif dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar.

Dari grafik di atas bahwa penelitian ini menunjukkan perbedaan strategi pembelajaran kooperatif dengan strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa. Sehingga hipotesis yang diajukan di H

0

ditolak.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan adalah siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Kemampuan numerik tinggi dan kemampuan numerik rendah, memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap hasil pada materi pokok listrik dinamis. Ada interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan numerik dalam mempengaruhi hasil belajar fisika. Hal ini berarti strategi pembelajaran dan kemampuan numerik bersama-sama dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka

Isjoni, (2001). Cooperative learning, Bandung:

Alfabeta,

Johnson. D.W. dan Johnson, R.T. (2008). The Teacher’s Role in Implementing Cooperative Learning in the Classroom. New York:

Springer,

..., (2009), An Educational Psychology Success Story : Social Interdependence Theory and Cooperative Learning, dalam Educational Researcher, Vol.38, No.5, hh.365-379

Kenneth, D.Moore, (2005),Effective Instructional Strategies From Theory to Practise, London: Sage Publications.

Kenzie, Mc, Walter, (2002), Multiple Intelligences and Instructional Technology, Eugene: Iste Publications.

Lie, Anita, (2009), Cooperative learning, mempraktikkan cooperatif learning di ruang kelas, Jakarta: Grasindo.

Melvin L. Silerman, alih bahasa Raisul Muttaqien, (2011). Active Learning 101 , Cara belajar siswa aktif, Bandung : Nusamedia.

Reigeluth, C.M. (2006), “Functional

Contextualism : An Ideal Frame Work

for Theory in Instruction Design

Technology” : Journal Educational

(9)

52 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 Technology Research and Development,

Vol.54.

Sherman, L.W., (2001), Cooperative learning and computer- supported learning experiences, In C.R. Wolfe (Ed), Learning and Teaching

on the World Wide Web,San Diego:

Academic Press.

Setiawan, A., (2007), Pengantar metode numerik,

Jogyakarta: Andi.

Referensi

Dokumen terkait

Pengantar Karya Tugas Akhir (S-1). Progam Studi Seni Rupa Murni. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Universitas Sebelas Maret.. Tugas Akhir ini memvisualisasikan hasil

bila yang termuat dalam sebuah iklan adalah ideologi gender yang setara, nilai ini.. akan terinternalisasi ke dalam pola pikir seseorang,

Pada tahun 1982, ustadz kelahiran Jakarta yang sudah berusia 50 tahun lebih dan berprofesi sebagai pengusaha tukang jahit, berubah pandangan keagamaannya dari paham PERSIS yang

Dua ribu enam belas sesuai dengan jadwal yang termuat pada Portal LPSE Konstruksi Unit Layanan Pengadaan Koordinator Wilayah Sumatera Selatan pada Mahkamah Agung RI

negara berkembang yang menerapkan kompetisi bebas dalam mekanisme pasar. namun masih tetap menjaga pentingnya intervensi Pemerintah

Yaitu distribusi frekuensi yang menunjukkan berapa banyak data pada

Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan pola

KEPUTUSAN JAWATANKUASA SEBUT HARGA KEMENTERIAN SAINS, TEKNOLOGI DAN INOVASI (MOSTI) TAHUN 20171. BIL PERKARA SYARIKAT YANG BERJAYA