• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

19

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu destinasi pariwisata paling diminati di dunia. Perekonomian Bali didukung bermacam-macam sektor lapangan usaha, antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan persewaan, serta sektor jasa. Pariwisata dinilai sebagai penyumbang utama atau leading sector dalam perekonomian Bali. Hal ini dapat dilihat dari Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali yang mana sektor pariwisata menempati urutan pertama dalam lima sektor penyumbang terbesar pada PDRB Provinsi Bali.

Kondisi PDRB Provinsi Bali, penulis informasikan pada Tabel 1 dan penulis juga

menginformasikan lima sektor penyumbang terbesar pada PDRB Provinsi Bali di

Tabel 2.

(2)

TABEL 1

PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 1997-2001

NO. LAPANGAN USAHA

TAHUN

1997 1998 1999 2000 2001

1 Pertanian

1.912.694,18 3.152.330,06 3.211.018,18 3.403.268,56 3.923.883,68

2

Pertambangan dan Penggalian

76.887,07 100.729,36 102.177,89 114.892,42 131.155,92

3 Industri

Pengolahan

940.720,63 1.352.560,90 1.432.574,68 1.588.835,19 1.869.333,66

4 Listrik, Gas

dan Air Bersih

128.300,35 160.533,04 185.982,75 206.379,87 254.046,12

5 Bangunan

480.069,46 575.730,44 604.694,38 687.510,01 792.879,75

6

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

3.018.902,93 4.124.180,50 4.542.147,35 5.479.792,21 6.044.395,78

7

Pengangkutan dan Komunikasi

1.292.788,17 1.479.167,32 1.660.063,57 1.867.935,29 2.296.487,44

8 Keuangan dan

Persewaan

644.960,27 798.474,09 862.011,30 981.519,09 1.126.953,01

9 Jasa-jasa

1.401.641,17 1.782.279,73 1.930.306,99 2.179.852,94 2.536.031,27

PDRB

9.897.407,34 13.525.985,44 14.530.977,09 16.509.985,58 18.975.166,63

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (Desember 2002: 85)

TABEL 2

Lima Sektor Penyumbang Terbesar Pada PDRB Bali Th. 1997-2001 Berdasarkan Atas Dasar Harga Yang Berlaku

NO LAPANGAN USAHA

TAHUN

1997 1998 1999 2000 2001

1

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

3.018.902,93 4.124.180,50 4.542.147,35 5.479.792,21 6.044.395,78 2 Pertanian 1.912.694,18 3.152.330,06 3.211.018,18 3.403.268,56 3.923.883,68 3 Jasa-jasa 1.401.641,17 1.782.279,73 1.930.306,99 2.179.852,94 2.536.031,27 4

Pengangkutan dan Komunikasi

1.292.788,17 1.479.167,32 1.660.063,57 1.867.935,29 2.296.487,44 5 Industri

Pengolahan 940.720,63 1.352.560,90 1.432.574,68 1.588.835,19 1.869.333,66

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (Desember 2002: 85)

(3)

II.1. Pariwisata Bali

Sektor pariwisata merupakan sektor penyumbang terbesar pada perekonomian Bali dan sebagian besar masyarakat Bali menggantungkan sumber penghidupannya dari sektor ini. Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata terkenal di dunia membuat banyak wisatawan berkunjung ke Bali, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Tingkat kunjungan wisatawan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sektor- sektor penunjang pariwisata. Keterkaitan antara tingkat kunjungan wisatawan dengan sektor-sektor penunjang pariwisata dapat dilihat dari semakin banyak wisatawan yang melakukan kunjungan ke Bali, semakin banyak bermunculan hotel, penginapan, restoran, tempat hiburan, jasa pariwisata hingga usaha-usaha kecil menengah yang berkaitan dengan industri pariwisata. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dalam buku yang berjudul “Bali Dalam Angka 2001” (2002: 253) menjelaskan bahwa sektor pariwisata hingga tahun 2001 masih menjadi sektor yang terdepan bagi perekonomian Bali. Sektor pariwisata menambah nilai bagi Produk Domestik Bruto (PDB) dan membuka berbagai peluang kerja bagi masyarakat Bali. Penjelasan ini tergambarkan dari meningkatnya peluang kerja hingga melampaui batas-batas lokal, meningkatnya pendapatan masyarakat hingga menambah nilai martabat pada beberapa bidang pekerjaan.

Keberhasilan sektor pariwisata ini diukur dari berbagai indikator.

Salah satunya adalah tingkat kunjungan wisatawan domestik maupun

(4)

wisatawan mancanegara ke Bali. Pada penelitian ini, penulis hanya menyajikan data tingkat kunjungan wisatawan mancanegara. Data yang disajikan dari tahun 1991 hingga tahun 2001. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebelum peristiwa Bom Bali. Di tahun 1991, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali menurut Statistik Pariwisata Bali 2002 (2003) adalah sekitar 555.939 orang. Kemudian jumlah ini mengalami peningkatan secara terus- menerus hingga kunjungan wisatawan ke Bali di tahun 1994 berjumlah 1.032.476 wisatawan. Peningkatan terus terjadi dan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali pada tahun 1997 adalah 1.230.316 orang. Namun, akibat pengaruh citra politik dan keamanan Indonesia yang menurun di mata internasional akibat krisis ekonomi dan politik, menyebabkan kunjungan wisatawan mancanegara menurun di tahun 1998 menjadi 1.187.153 orang. Penurunan ini tidak berlangsung lama karena kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali kembali meningkat menjadi 1.355.799 di tahun 1999 dan di tahun 2000, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara adalah 1.412.839 orang. Namun, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali kembali mengalami penurunan sebesar 56.065 orang di tahun 2001 menjadi 1.356.774 orang. Penurunan ini terjadi akibat serangan World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001.

Peningkatan-peningkatan yang terjadi selama rentang waktu tersebut yang

kemudian membawa pengaruh ke peluang kerja, peluang usaha,

pendapatan masyarakat, hingga pendapatan daerah. Penjelasan mengenai

(5)

tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali akan penulis informasikan kembali melalui Tabel 3. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali yang selalu meningkat diperlihatkan melalui Grafik 1.

TABEL 3

Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali dari Tahun 1991-2001

TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG

1991 555.939

1992 738.533

1993 885.516

1994 1.032.476

1995 1.015.315

1996 1.140.988

1997 1.230.316

1998 1.187.153

1999 1.355.799

2000 1.412.839

2001 1.356.774

Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (September 2003: 2)

Peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali membuat aktivitas ekonomi Bali menjadi bergerak maju. Berbagai peluang usaha yang berkaitan dengan pariwisata mulai tumbuh akibat kondisi ini.

Menjamurnya penginapan, hotel, restoran hingga jasa pariwisata, seperti

biro perjalanan, merupakan salah satu contoh berkembangnya

perekonomian Bali akibat peningkatan kunjungan wisatawan, baik

wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sama seperti yang

(6)

dijelaskan pada paragraf sebelumnya, data jumlah hotel berbintang, hotel non bintang atau akomodasi lainnya, restoran dan biro perjalanan akan diinformasikan dari tahun 1991 hingga tahun 2001. Dipilih rentang waktu sekian, bertujuan untuk mempermudah melihat pertumbuhan sektor-sektor pendukung industri pariwisata sebelum terjadinya pengeboman di Bali.

Pada tahun 1991, jumlah hotel berbintang di Bali adalah 36 buah. Tahun 1993 terjadi peningkatan jumlah hotel sebesar 29 buah sehingga jumlah hotel berbintang menjadi 65 buah di tahun 1993. Peningkatan ini terus berlanjut, walaupun perlahan-lahan. Pada tahun 1994 dan tahun 1995, hotel berbintang di Bali berjumlah 86 hingga di tahun 2000, jumlah hotel berbintang yang ada di Bali menjadi 113 buah. Setahun kemudian, keberadaan hotel di Bali meningkat menjadi 126 buah. Grafik pertumbuhan hotel berbintang di Bali antara tahun 1991 hingga tahun 2001 bisa dilihat pada Grafik 2.

Selain hotel berbintang yang mulai menjamur, hotel non bintang atau akomodasi lainnya juga mengalami pertumbuhan yang pesat.

Keberadaan hotel non bintang atau akomodasi lainnya berjumlah lebih banyak dibandingkan hotel berbintang. Jumlah hotel non bintang atau akomodasi lainnya di tahun 1991 adalah 954 buah, lebih banyak 918 buah dari hotel berbintang. Setahun kemudian, jumlah hotel non bintang atau akomodasi lainnya mengalami peningkatan sebanyak 97 buah dan menjadi 1.051 buah. Peningkatan terjadi lagi di tahun 1993 menjadi 1.104 buah.

Pada tahun 1994, jumlahnya mengalami penurunan sebanyak 16 buah dan

(7)

meningkat kembali di tahun 1995 sebesar 45 buah. Kemudian di tahun 1996, hotel non bintang atau akomodasi lainnya berjumlah 1.127 buah.

Peningkatan ini terus terjadi hingga pada tahun 2000, jumlah hotel non bintang atau akomodasi lainnya menjadi 1.255 buah dan di tahun 2001 mengalami sedikit penurunan menjadi 1.248 buah. Kondisi pertumbuhan hotel non bintang atau akomodasi lainnya ini akan digambarkan oleh penulis pada Grafik 3.

GRAFIK 1

Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali dari Tahun 1991 hingga Tahun 2001

Sumber data: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (September 2003: 2)

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000

Jumlah Kunjungan

Jumlah Kunjungan

(8)

GRAFIK 2

Jumlah Hotel Berbintang di Bali

Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 347 ; 2001: 271)

Restoran atau rumah makan merupakan peluang usaha lainnya yang ikut merasakan pengaruh peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali.

Peningkatan ini membuat restoran atau rumah makan menjamur. Seperti di tahun 1991, jumlah restoran atau rumah makan sebanyak 500 buah.

Namun, mengalami penurunan di tahun 1992 dan menjadi 473 buah. Pada tahun 1993 berjumlah 487 buah dan disusul tahun 1994 berjumlah 535 buah. Penurunan jumlah restoran atau rumah makan kembali terjadi di tahun 1995 sebanyak 80 buah dan sebanyak dua buah di tahun 1996.

Penurunan jumlah restoran atau rumah makan ini tidak berlangsung lama.

Pada tahun 1997, jumlahnya kembali meningkat dan menjadi 473 buah.

Peningkatan ini terus dialami oleh restoran atau rumah makan di Bali hingga di tahun 2000, jumlahnya menjadi 726 buah dan 762 buah di tahun

0 20 40 60 80 100 120 140

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Jumlah Hotel Berbintang di Bali

Jumlah Hotel

Berbintang di

Bali

(9)

2001. Fluktuasi jumlah restoran atau rumah makan ini akan digambarkan pada Grafik 4.

GRAFIK 3

Jumlah Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya di Bali Tahun 1991-2001

Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 357 ; 2001: 282)

Menjamurnya hotel bintang, hotel non bintang atau akomodasi lainnya hingga restoran atau rumah makan akibat tingkat kunjungan wisatawan ke Bali, juga dialami oleh biro perjalanan. Meningkatnya aktivitas pariwisata di Bali membuat peluang usaha di bidang biro perjalanan semakin berkembang. Pada tahun 1991, usaha yang bergerak di bidang biro perjalanan berjumlah 138 buah dan berkembang menjadi 141 buah di tahun 1992. Perkembangan ini terus dialami oleh lapangan usaha

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Jumlah Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya

Jumlah

Hotel Non

Bintang

dan

Akomodasi

Lainnya

(10)

bidang biro perjalanan hingga di tahun 1996 mencapai 202 buah.

Kemudian, jumlah biro perjalanan di tahun 1997 sebanyak 251 buah dan 263 buah di tahun 1998. Disusul 360 buah biro perjalanan pada tahun 1999 dan mengalami peningkatan sebanyak 27 buah di tahun 2000. Pada tahun 2001, jumlah biro perjalanan mengalami penurunan menjadi 193 buah. Adapun perkembangan lapangan usaha pariwisata di bidang biro perjalanan ini akan dijelaskan pada Grafik 5.

GRAFIK 4

Jumlah Restoran / Rumah Makan di Bali Tahun 1991-2001

Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 365 ; 2001: 294)

Selain perkembangan pada peluang usaha, peluang kerja pun mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, jumlah pencari kerja di Bali pada tahun 2001 mengalami peningkatan sebesar 15,53 persen yang mana jumlah pencari kerja pada tahun sebelumnya sekitar 39.815 orang, kemudian meningkat di tahun 2001 menjadi 46.000 orang. Sektor-sektor yang menyerap para pencari kerja ini, antara lain misalnya sektor

0 200 400 600 800 1000

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Jumlah Restoran / Rumah Makan

Jumlah

Restoran /

Rumah…

(11)

pertanian, sektor listrik dan air minum, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Salah satu sektor yang paling berpengaruh dalam menyerap para pencari tenaga kerja ini adalah sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor-sektor lain yang berkaitan dengan pariwisata. Tahun 2001, sektor ini menyerap tenaga kerja sebesar 374.297 orang (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2002: 44). Terjadinya peningkatan kunjungan wisatawan secara terus-menerus yang dialami Bali merupakan salah satu indikator penyebab keberhasilan sektor pariwisata Bali. Akan tetapi sektor pariwisata Bali mengalami penurunan ketika terjadi peristiwa pengeboman di tahun 2002 dan 2005.

II.2. Peristiwa Bom Bali I

Pariwisata Bali terkenal dengan alam, adat budaya, peninggalan sejarah hingga masyarakatnya. Citra Bali yang baik di mata nasional hingga internasional membuat para wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Bali. Namun, pada tanggal 12 Oktober 2002, Bali diserang tiga bom di tiga lokasi yang berbeda; Sari Club, Paddy’s Pub dan Konsulat Amerika Serikat. Liputan 6 (2014) mengabarkan bahwa bom pertama kali meledak di Paddy’s Pub. Ledakan bom yang terjadi berhasil membuat para pengunjung Paddy’s Pub terkejut dan berhamburan keluar ruangan. Selang beberapa detik kemudian, ledakan bom menyusul di depan Sari Club.

Tempat hiburan malam ini berlokasi tepat di seberang lokasi peledakan

sebelumnya, Paddy’s Pub. Sumber ledakan bom yang kedua menurut

(12)

pemberitaan Viva News (2008), berasal dari sebuah mobil Mitsubishi seri L-300 yang saat kejadian sedang parkir di depan Sari Club. Liputan 6 (2014) mengabarkan bahwa kedua lokasi tempat hiburan malam yang menjadi sasaran ledakan bom tersebut berada di Jalan Legian, Kuta. Dari kedua lokasi kejadian ini menimbulkan ratusan korban luka-luka dan ratusan korban jiwa.

GRAFIK 5

Jumlah Biro Perjalanan di Bali Tahun 1991-2000

Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 371 ; 2001: 242)

Lokasi ketiga yang mendapat serangan bom di malam akhir pekan tersebut adalah Konsulat Amerika. Liputan 6 (2014) mengabarkan bahwa ledakan bom selanjutnya terjadi di depan Konsulat Amerika yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk no.188, Denpasar. Tribun News (2012) mengabarkan bahwa ledakan bom ketiga ini berasal dari sebuah bom yang sebelum kejadian telah diletakkan di lokasi ledakan. Bom ini kemudian

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Jumlah Biro Perjalanan

Jumlah

Biro

Perjalanan

(13)

diketahui diletakan sebelum Ali Imron dan kelompok mereka menuju lokasi ledakan bom pertama dan kedua untuk mempersiapkan aksi serangan bom di daerah Legian, Kuta. Peristiwa ledakan bom yang terjadi di Konsulat Amerika Serikat tidak membawa dampak yang signifikan.

Tidak ada korban dari lokasi kejadian ketiga ini, baik korban luka-luka maupun korban jiwa.

Viva News (2008) mengabarkan bahwa pihak kepolisian menemukan Amrozi, Ali Imron, Mukhlas (Ali Gufron), dan Imam Samudra sebagai pelaku dari peledakan bom di Bali pada tahun 2002 tersebut. Para pelaku kemudian diadili dan dihukum sesuai perbuatan mereka. Amrozi, Mukhlas (Ali Gufron), dan Imam Samudra dijatuhi hukuman mati. Sedangkan pelaku lainnya, Ali Imron dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

II.3. Peristiwa Bom Bali II

Selang tiga tahun kemudian, Bali kembali diguncang serangan

bom. Indosiar (2005) memberitakan bahwa serangan bom kembali

dirasakan oleh Bali pada tanggal 1 Oktober 2005. Kali ini, bom

menyerang tiga lokasi di dua kawasan wisata dengan pengunjung yang

cukup banyak. Pertama kali bom meledak di Jimbaran, yakni Café Menega

dan Café Nyoman. Selang beberapa menit kemudian, Kuta menjadi

kawasan ledakan bom selanjutnya. Peristiwa ini terjadi tepatnya di Raja’s

Bar and Restaurant.

(14)

Serangan bom yang terjadi di tahun 2005 tersebut menurut pemberitaan salah satu surat kabar elektronik di Indonesia, Suara Merdeka (2005), merupakan peristiwa bom bunuh diri. Dikatakan demikian berdasarkan temuan potongan tubuh salah satu korban di lokasi kejadian oleh pihak kepolisian dan berdasarkan rekaman video yang diserahkan oleh salah satu korban kepada kepolisian selang beberapa hari setelah peristiwa pengeboman itu terjadi. Tidak ada korban jiwa dari peristiwa Bom Bali II ini, selain beberapa korban yang diduga kuat sebagai pelaku bom bunuh diri sesuai dengan kondisi temuan korban saat itu.

II.4. Kondisi Bali Pasca Peristiwa Bom Bali I dan II

Serangan bom yang terjadi di Bali memberikan dampak langsung

dan tidak langsung. Adanya korban yang berjatuhan, kerusakan

infrastruktur di lokasi kejadian hingga sarana prasarana umum merupakan

jenis dampak langsung dari peristiwa pengeboman tersebut. Sedangkan

dampak tidak langsung dapat dilihat dari kunjungan wisatawan ke Bali

yang mengalami penurunan. Peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002

menghasilkan ratusan korban luka-luka dan korban jiwa. Menurut Viva

News (2008) bahwa ada sekitar 206 korban luka-luka akibat peristiwa naas

tersebut. Selain itu, terdapat 201 korban jiwa akibat peristiwa ledakan bom

yang terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club. Informasi jumlah korban jiwa

ini berdasarkan penjelasan pada tulisan karya I Nyoman Darma Putra dan

(15)

Michael Hitchock (2009). Darma Putra dan Hitchock (2009) juga menjelaskan bahwa dari 201 korban yang meninggal tersebut berasal dari 22 negara asal wisatawan yang menjadi korban ledakan bom. Korban terbanyak berasal dari Australia yang berjumlah 88 korban jiwa, kemudian menyusul Indonesia dengan 35 korban jiwa, serta 23 korban jiwa dari Inggris. Negara lainnya yang menjadi negara asal korban adalah Jerman, Swedia, Switzerland, Netherlands, Prancis, Denmark, New Zealand, Brazil, Kanada, Afrika Selatan, Jepang, Korea, Italia, Portugal, Polandia, Yunani, Ekuador dan Taiwan. Berbeda dengan ledakan bom yang terjadi di daerah Legian, peristiwa pengeboman yang terjadi di dekat Konsulat Amerika tidak menimbulkan korban, baik korban luka-luka maupun korban jiwa. Berikut penulis akan menginformasikan jumlah korban jiwa sesuai dengan asal negaranya pada Tabel 4.

Peristiwa ledakan Bom Bali 1 Oktober 2005 tidak menghasilkan

terlalu banyak korban seperti peristiwa pengeboman sebelumnya. Ada 20

korban yang meninggal (Putra dan Hitchock, 2009). Kedua puluh orang

yang menjadi korban jiwa dalam peristiwa naas tersebut berasal dari tiga

negara, yaitu Indonesia, Australia dan Jepang. Sedangkan korban luka-

lukanya berjumlah 151 orang yang mana berasal dari delapan negara, yaitu

Indonesia, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Belgia, Perancis dan

Australia. Informasi jumlah korban peristiwa Bom Bali 1 Oktober 2005,

baik korban luka-luka maupun korban jiwa akan digambarkan melalui

Tabel 5 dan Tabel 6.

(16)

TABEL 4

Data Korban Jiwa Peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002

No Asal Negara Jumlah Korban

1. Australia 88

2. Indonesia 35

3. Inggris 23

4. Amerika Serikat 7

5. Jerman 6

6. Swedia 5

7. Switzerland 3

8. Netherlands 4

9. Prancis 4

10. Denmark 3

11. New Zealand 2

12. Brazil 2

13. Kanada 2

14. Afrika Selatan 2

15. Jepang 2

16. Korea 2

17. Italia 1

18. Portugal 1

19. Polandia 1

20. Yunani 1

21. Ekuador 1

22. Taiwan 1

23. Tidak teridentifikasi dan diduga pelaku

pengeboman 5

Total 201

Sumber: Darma Putra dan Hitchock (2009: 87)

Peristiwa Bom Bali I dan Bom Bali II juga memberikan dampak tidak

langsung. Pasca peristiwa pengeboman 12 Oktober 2002, terjadi keberangkatan

besar-besaran para wisatawan dari Bali, terutama wisatawan mancanegara. Bali

Post (2005) memberitakan bahwa banyak wisatawan yang ingin meninggalkan

Bali sehari setelah peristiwa pengeboman tersebut terjadi. Dalam pembahasan

(17)

kunjungan wisatawan pada penelitian ini, selanjutnya penulis hanya menjelaskan mengenai data wisatawan mancanegara. Peristiwa Bom Bali I telah mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. Penurunan ini dijelaskan oleh penulis melalui Tabel 7.

TABEL 5

Data Jumlah Korban Jiwa Peristiwa Bom Bali 1 Oktober 2005

No. Asal Negara Jumlah Korban

1. Jepang 1

2. Australia 4

3. Indonesia (termasuk 3 orang pelaku ) 15

Total 20

Sumber: Darma Putra dan Hitchock(2009: 94)

TABEL 6

Data Korban Luka-Luka Peristiwa Bom Bali 1 Oktober 2005

No. Asal Negara Jumlah Korban

1. Indonesia 102

2. Korea 7

3. Jepang 4

4. Amerika Serikat 4

5. Jerman 3

6. Belgia 1

7. Prancis 1

8. Australia 29

Total 151

Sumber: Darma Putra dan Hitchock (2009: 95)

(18)

TABEL 7

Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Setiap Bulan di Tahun 2002

Bulan Jumlah Kunjungan

(orang)

Januari 87.027

Februari 96.267

Maret 113.553

April 104.960

Mei 119.284

Juni 130.563

Juli 147.033

Agustus 160.420

September 150.747

Oktober 81.100

November 31.497

Desember 63.393

Total 1.285.844

Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (September 2003: 4)

Seperti yang dijelaskan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2003)

dalam Statistik Pariwisata Bali 2002 bahwa sebelumnya pada bulan Juli

tahun 2002, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebanyak

147.033 orang. Kemudian meningkat di bulan selanjutnya, Agustus, yakni

berjumlah 160.420 orang. Di bulan September 2002, terjadi penurunan

sebanyak 9.673 wisatawan mancanegara dari jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara pada bulan sebelumnya. Akibat peristiwa ledakan bom yang

mengguncang Bali pada 12 Oktober 2002, tingkat kunjungan wisatawan

mancanegara pada bulan ini mengalami penurunan drastis yakni sebanyak

69.647 orang. Pada bulan berikutnya, terjadi penurunan sebanyak 49.603

wisatawan mancanegara yang mana kunjungan di bulan November hanya

(19)

berjumlah 31.497 wisatawan dibandingkan bulan Oktober yang berjumlah 81.100 wisatawan. Jadi total kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada tahun 2002 yakni berjumlah 1.285.844 orang dibandingkan pada tahun sebelumnya, 2001, yang berjumalah 1.356.774 wisatawan.

Penurunan ini pun terjadi juga di tahun 2003 dengan total jumlah kunjungan tahun 2003 sebanyak 993.029 wisatawan mancanegara.

Terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

Bali di tahun 2004 yakni menjadi 1.458.309 orang. Namun, di tahun 2005

penurunan jumlah wisatawan kembali dirasakan oleh Bali. Salah satu

penyebab terjadinya penurunan jumlah wisatawan mancanegara adalah

kembali terjadinya peledakan bom pada 1 Oktober 2005 di kawasan

Jimbaran dan Kuta. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara kembali

mengalami penurunan, pariwisata Bali pun kembali terpuruk. Total

kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2005 berdasarkan laporan

statistik Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2006) adalah berjumlah 1.386.449

orang. Penurunan kembali terjadi setahun kemudian. Pada tahun 2006,

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebanyak 1.260.317

orang. Informasi mengenai jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

selama tahun 2005 akan dijelaskan oleh penulis melalui Tabel 8 dan

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari tahun 2002 hingga

2006 akan dijelaskan melalui Tabel 9.

(20)

TABEL 8

Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Setiap Bulan di Tahun 2005

Bulan Jumlah Kunjungan

(orang)

Januari 101.931

Februari 100.638

Maret 117.149

April 116.272

Mei 116.615

Juni 136.369

Juli 158.453

Agustus 157.229

September 162.102

Oktober 81.109

November 62.705

Desember 75.877

Total 1.386.449

Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Agustus 2007: 27)

TABEL 9

Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Tahun 2002-2006

Tahun Jumlah Wisatawan

(orang)

2002 1.285.844

2003 993.029

2004 1.458.309

2005 1.386.449

2006 1.260.317

Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Juni 2012: 26)

(21)

Terjadinya penurunan pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali membuat kondisi pariwisata Bali terpuruk. Kondisi perekonomian Bali pun ikut terkena imbasnya, khususnya pada orang- orang yang sumber penghidupannya bergantung pada dunia pariwisata Bali. Penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara membawa dampak pada berbagai sektor lapangan usaha hingga peluang kerja yang berkaitan dengan pariwisata, seperti perhotelan, agen perjalanan, restoran atau rumah makan, tempat hiburan, sektor kerajinan dan sektor-sektor lainnya. Dikatakan membawa dampak dapat dilihat dari hubungan antara menurunnya jumlah wisatawan yang datang ke Bali dengan sektor perhotelan yang mana ketika jumlah wisatawan ke Bali menurun, tingkat hunian hotel pun menurun. Sehingga ketika terjadi penurunan tingkat hunian hotel, berdampak pula pada karyawan hotel. Adanya kaitan antara penurunan tingkat hunian hotel dengan karyawan hotel dapat dilihat dari terjadinya pemotongan gaji karyawan atau pemutusan hubungan kerja karyawan hotel karena pemilik hotel tidak sanggup membayar gaji mereka. Mereka yang terkena PHK kemudian menjadi pengangguran, ditambah mereka tidak mempunyai keahlian atau ketrampilan lainnya yang dapat mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keadaan ini sesuai dengan penjelasan dari BaliSOS yang mana dikutip

oleh penulis dalam tulisan Yefta Gurtner (2004), bahwa sekitar 100.000

orang telah kehilangan pekerjaan;

(22)

“… estimated that approximately 100.000 had already lost their jobs…”

Pariwisata merupakan sektor utama penyumbang Pendapatan Regional Provinsi Bali atau PDRB. Namun, peristiwa Bom Bali tahun 2002 mengakibatkan penurunan pada kontribusi sektor pariwisata ke PDRB Bali. Penurunan ini berlangsung hingga tahun 2003. Walaupun di tahun 2004, pariwisata telah bangkit kembali dengan menunjukan bahwa sektor ini mampu menyumbangkan 29,16 % dan 29,37 % di tahun 2005.

Adanya peristiwa Bom Bali tahun 2005 mengakibatkan penurunan sumbangan hasil dari sektor pariwisata ke PDRB di tahun 2006. Sektor pariwisata hanya mampu menyumbang sebesar 28,88 %. Distribusi hasil dari sektor pariwisata ini ke PDRB penulis jelaskan pada Tabel 10 dan 11.

Peristiwa ledakan bom yang menyerang Bali pada Oktober 2002

dan Oktober 2005, selain membawa dampak pada kondisi ekonomi Bali,

kondisi sosial Bali pun terkena imbas pula. Banyak orang yang kehilangan

pekerjaan dan banyak yang usaha mereka mengalami kebangkrutan akibat

Bom Bali. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13. Kondisi

inilah kemudian membawa dampak pada kondisi psikis orang-orang yang

menjadi korban dari peristiwa naas tersebut. Banyak pengangguran

mengalami depresi. Mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan atau

keahlian lainnya yang mampu mereka andalkan setelah pekerjaan utama

mereka yang tergantung pada pariwisata Bali telah direnggut oleh

peristiwa Bom Bali. Para korban Bom Bali kehilangan harapan terhadap

mata pencaharian mereka. Mereka juga jadi terbatas dalam menikmati

(23)

fasilitas-fasilitas publik lainnya, seperti fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan karena tidak cukup atau tidak sama sekali memiliki biaya.

Selain masyarakat Bali yang merasakan dampak akibat Bom Bali, dunia internasional pun ikut merasakan dampak dari peristiwa tersebut. Para wisatawan merasa cemas untuk berkunjung ke Bali, baik untuk melakukan perjalanan bisnis, keperluan pendidikan hingga liburan. Mereka masih diliputi rasa trauma akibat peristiwa pengeboman yang berhasil merenggut ratusan jiwa pada tahun 2002. Ditambah lagi diberlakukannya travel warning dari beberapa negara asal wisatawan mancanegara, seperti

Australia, Eropa, Amerika Serikat serta Jepang (Purnamasari, 2014).

Sehingga dapat dikatakan peristiwa Bom Bali, baik yang terjadi pada

tahun 2002 atau 2005 silam, selain membawa dampak yang signifikan

pada perekonomian Bali, juga membawa keresahan sosial bagi masyarakat

Bali khususnya para korban Bom Bali serta dunia internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang sangat banyak, atau biasa disebut massa. Tapi ini tidak berarti

a) Peta umum atau peta rupabumi atau peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan bentang alam secara umum dipermukaan bum, dengan menggunakan skala

memandang penting komunikasi yang harmonis dengan media untuk menjalin hubungan yang baik serta meningkatkan publisitas positif yang mampu meningkatkan citra

Hal ini disebabkan oleh sentimen negatif dari perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan, peningkatan kasus aktif Covid-19 sampai saat ini

NGO dapat berperan dalam memperluas (baik secara finansial maupun teknis) serta sekaligus memperkuat dalam program pemberdayaan kapabilitas`masyarakat dalam rehabilitasi

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum dalam pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang ada pada era globalisasi sekarang ini. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat

Berdasarkan asumsi bahwa kernel penundaan terdistribusi adalah besar dan rata-rata penundaanya kecil, pertama diinvestigasi eksistensi solusi gelombang soliter

Dari rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang digunakan di atas dapat ditarik hipotesis bahwa Penolakan Reunifikasi Korea Selatan Oleh Korea Utara pada