NOMOR 12
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN IVIOROWAU
rAHrJN 2012
Menimbang: a.
c.
Mengingat : b
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOROWALI NOMOR 12 TAHUN 2012
TENTANC
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MOROWALI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOROWALI,
bahwa dalam rangka memaksimalkan hasil-hasil pembangunan,
perlu dilakukan proses perencanaan pembangunan daerah yang mengacu pada prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik;
bahwa proses perencaruran pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada huruJ a, merupakan system perencaman pembangunan daerah yang menyeluruh dan komprehensif yang merupakan safu kesafuan dalam sistem perencarur.rn pembangunan nasional;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Morowali;
Pasal 18 (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauary (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan
kmbaran Negara Nomor 3900) sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Pembentt*an Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, Dan Kabupaten Banggai Kepulauan (I-embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3966);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 20M tentang Sistem Perencaruan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20&l Nomor 104, Tambalan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomot
L25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
1.
2.
J.
4.
I
IM
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (l,embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, 'Iambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4&14);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Paniang Nasional 2005-2025 (I-embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2fi)7 tentang Penataan Ruang ([.embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, ,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (-embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
+846);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentanu Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia Non-ror 3373);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara, Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (.embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
l,embaran Negara Republik lndonesia Nomor 473f;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan l,embaran Negara Republik lndonesia Nomor 4816);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Perinbangunan Daerah (l,embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Morowali Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali (Lembaran Daerah Kabupaten Mororwali tahun 2008 Nomor 02; Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Morowali Nomor 0123);
t
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOROWALI dan
BUPATIMOROWALI MEMUTUSKAN:
MenetaPKAN : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MOROWALI.
BAB I
KETENTUANUMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Morowali.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupafi dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Kepala daerah Kabupaten Morowali.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Morowaii.
5. Organisasi Perangkat Daerah atau Satuan Keria Perangkat Daerah yang selaniutnya
disebut SKPD adalah uruur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat DaeralL Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Tekhnis Daerah dan lembaga lain bagian dari perangkat daerah.
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Morowali yang selaniutnya disebut Bappeda adalah SKPD yang memiliki tugas pokok melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebiiakan teknis perencanaan pembangunan dan penyusnnan, sgrta pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan Daerah.
7 Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan- tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan pembangunan, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial untuk jangka waktu tertentu.
145
15. Peraturan Daerah Kabupaten Morowali Nomor 3 Tahun 2008
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Staf ANi
Kabupaten Morowali (Lembaran Daerah Kabupaten Morowali Tahun 2008 Nomor 03);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Morowali Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembanguna:r Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Morowali (Lembaran Daerah Kabupaten Morowali Tahun 2009 Nomor 09, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Morowali Nomor 0137).
8. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
9. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembanp;unan dalam jangka panjang jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah daerah dan masyarakat di Daerah, Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
12. Rencana Pembangrnan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut R$P Daerah adalah dokumen perencanazrn daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dan mengacu pada RPfP Nasional.
13. Rencana Pemlangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPIM Daerah adalali dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjirbaran dari visi, misi dan program Bupati dan penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional.
14. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah dokumen perenc.rnaan daerah untuk periode 1(satu) tahun yang merupakan peniabaran dari RPJMD dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
15. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruan& baik yang direncanakan atau tidak direncanakan.
16. Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah yang selanfutnya disebut Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SI(PD untuk periode 5 (lima) tahun yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi kebijakan, program, <ian kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
17. Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja SKPD adalah dokumen perencarvran SKPD untuk periode 1 (satu) tahun yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
18. Visi adalah rumusan umurn mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir pcriode perencanaan.
19. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
20. Shategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatil untuk mewujudkan visi dan misi.
21. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Bappeda.
a
:
22. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut Musrenbang Jangka Panjang Daerah adalah forum antar pemangku kepentingan perrbangunan dalam rangka menyusun RPJPD.
23. Musyawarah 'Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut Musrenbang ]angka Daerah adalah forum antarpemangku kepentingan pembangunan dalam rangka menyusun RPIM Daerah.
24. Musyawarah Perencanaan Pembangunan RIGD yang selanjutnya disebut Musrenbang RKPD adalah forum antarpemangku kepentingan pembangurnn dalam rangka menyusun RKPD.
25. Pemangku Kepentingan Pembangunan adalah pihak-pihak yang langsung atau
tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
26. Forum Konsultasi dan Dengar Pendapat adalah sarana yang disediakan bagi publik untuk menyaksikan dan memberi masukan dalam proses konsultasi atas rancangan awal RPJM Daerah yang disusun oleh Bappeda dan diajukan kepada Bupati.
BAB II
MAKSUD DAN TI.ITJAN Pasal 2
Sistem perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam men1"usury menetapkan, melaksanakan perencanaan, dan mengendalikan serta mengevaluasi petaksanaan rencaru pembangunan daerah yang berkelanjutan dan membentuk suafu siklus perencanaan yang utuh.
BAB III
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
Pasal 4
(1) Perencanaan pembangunan daerah merupakan safu kesafuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
I
148 Pasal 3
Sistem perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 bertujuan untuk:
a. Mewujudkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas perencarumn
pembangunan, baik antar pemangku kepentingan pembangunan, antarruan&
antarwaktu, antarfungsi pemerintahan dan antarsusunan pemerintahan;
b. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencarvrarL penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan;
c. Menjamin tercapainya pemanfaatan sumberdaya secara efisiery efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.
(2) Perencanaan pembangunan desa/kelurahan merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah.
(3) Perencanaan pembangunan daerah harus menjadikan rencam tata ruang sebagai acuan utama.
(4) Perencanaan pembangunan daerah dilakukan oleh pemedntah dengan melibatkan pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.
(6) Perencanaan pelnbangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondlqi, sumber daya dan potensi yang dimiiiki daerah sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
Pasal 5
Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, partisipatif, akuntabel, terukur, efektif, efisien dan berkelanjutan dengan mengintemali3asikan
nilai-nilai keadilan, kesetaraan gender, non-diskriminatif serta menperhatikan kerukunan antarsuku, antaragama, antaras, antargolongan dan antaraliran kepercayaan.
BAB TV
RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 6
(l)Perencaraan pembangunan daerah mencakup penyelenggaraan perencanaan seluruh bidang kehidupan bermasyarakat sesuai dengan kewenangan daerah dan seluruh fungsi pemerintalan daerah sesuai prinsip-prinsip pembangunan daerah.
(2) Perencanaan pembangunan daerah disusun secara terpadu oleh pemerintah daerah bersama pemangku kepentingan dengan memperhatikan tata ruang daerah
(3) Lingkup perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas :
a. Reneana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPIPD);
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPIMD);
d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Pasal 7
(1.) Rencana pembangurnn jangka panjang daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a disusun untuk mewuiudkan visi daerah.
(2) RPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan lebih lanjut dalam rencana Pembangunan jangka menengah daerah;
(3) RPIM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan daerah.
a
^'
BAB V
PROSES PERENCANAAN PEMBANGLINAN DAERAH
Bagian Kesatu Umum
Pasal 8
Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan melalui tahapan:
a. Penyusunan rencana;
b. Penetapan rencana;
c. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan d. Evaluasi pelaksanaan rencarur.
Pasal 9
(1) Tahapan perenc.rnarm pembangunan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilaksanakan dengan meliba&an pemangku kepentingan.
(2) Keterlibatan pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui setiap tahapan perencanaan pembangunan daerah.
a
150 Pasal 10 Penyusunan RP|P Daerah dilakukan melalui urutan:
a. Penyusunan rancangan awal RPJP Daerah;
b. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah;
c. Peny"usunan rancangan akhir RPJP Daerah;
d. Penetapan RPJP Daerah.
Pasal 11 Penyusunan RPfM Dderah dilakukan melalui urutan:
a. Penyusunan rancangan awal RPIM Daerah;
b. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Daerah;
c. Penyusunan Rancangan akhir RPIM Daerah;
d. Penetapan RPfM Daerah.
Pasal 12 Penyusunan RKPD dilakukan melalui urutan:
a. Penyusunan rancangan awal RKPD;
b. Pelaksanaan Musrenbang RKPD;
c. Penyusunan rancangan akhir RKPD;
d. Penetapan RI(PD.
; .".,y,,ffi1ffiTi*^"
Paragraf 1
Umum
Pasal 13
(1) Penyusurnn RP|P Daerah dilaksanakan pating lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya RPJP Daerah yang sedang berjalan dan ditetapkan paling lambat 1
(satu) bulan sebelum berakhimya RPfP Daerah yang sedang berjalan.
,|
(2) Selama rentang waktu 6 (enam) bulan antara batas waktu penetapan dengan al<hir RPJP Daerah yang sedang berjalan dimanfaatkan untuk :
a. Penyerahan ranc.rngan akhir RPfP Daerah kepada DPRD dalam bentuk Rancangan Peratuan Daerah tentang RPJP Daerah.
b. Konsultasi Publik atas rancangan akhir RPJP Daerah.
c. Pembahasan Rancangan Akhir RPIP Daerah oleh Pemerintah Daerah bersama DPRD..
d. Penetapan.
Paragral 2
Penyusunan Rancangan Awal RPJP DAERAH
Pasal 14
(1) Bappeda menyusun ranc.rng.rn awal RPJP Daerah yang memuat visi, misi serta
arah pembang-unan daerah dengan mengacu pada RPIP Nasional dan memperhatikan kekhususan daerah berdasarkan potensi, sumberdaya, kondisi
sosial budaya, serta dinamika perkembangan masyarakat.
(2) Dalam menyusun rancangan awal RP|P Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bappeda melibatkan SKPD dan pemangku kepentingan di daerah.
(3) Rancangan awal RPJP wafib diumumkan untuk mendapat masukan dan tanggapan dari masyarakat.
Paragraf 3
Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah Pasal 15
(1) Musrenbang jangka panjang daerah dilaksanakan untuk membahas dan menyepakati rancangan awal RP|P Daerah.
(2) Musrenbang jangka panjang daerah dilaksanakan oleh Bappeda yang diikuti oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Bupati dan seluruh jajaran SKPD, dan perwakilan pemangku kepentingan di daerah.
(3) Musrenbang jangka paniang daerah dilaksanakan dengan rangkaian penyampaian, pembahasan, dan penyepakatan r,rncangan awal RP|PD dengan memanfaa&an waktu paling sedikit 6 hari.
(4) Ketentuan mengmai pelaksanaan Musrenbang jangka panjang daerah, ditetapkan dengan peraturan Bupati.
Paragral 4
Perumusan Rancangan Akhir RPJP Daerah Pasal 16
(1) Bappeda bersama merumuskan Rancangan akhir RPIP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
(2) Rancangan akhir RPIP Daerah disertai Rancangan Peraturan Daerah tentang RPIP
disampaikan kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan sebelum sebelum berakhirnya RPfP Daerah yang sedang berjalan.
{
(3) Sebelum Rancangan Peraturan Daerah tentang RPIP Daerah di tetapkan dengan peraturan daerah, terlebih dulu dikonsultasikan dengan Gubemur.
Paragra{ 5
Penetapan RPJP Daerah Pasal 17
Bagian Ketiga Penyusunan RPJMD
Paragral 1
Penyusunan Rancangan Awal RPJM Daerah Pasal 19
(1) Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD Daerah yang memuat visi, misi dan Program Bupati berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhati*an RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah periode sebelumnya.
(2) Dalam menyusun rancangan awal RPJM Daerah sebagaimarn dimaksud pada ayat (1), Bappeda melibatkan SKPD dan pemangku kepentingan di daerah.
(3) RPfM Daerah sebagai penjabaran RPfP Daerah disusun sebagai kelanjutan RPIM Daerah sebelumnya dalam rangka merealisasikan tahapan RPJP Daerah.
Pasal 20
(1) Kepala SKPD wajib menyusun Rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan rancangan awal RPIM Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1).
(2) Rancangan RensEa-SKPD disusun paling lama 1 (satu) bulan dan disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Bappeda.
(3) Bappeda menyernpurnakan rancangan awal RPJM Daerah meniadi rancangan RPIM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD sebagai masukan.
Paragral2
Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Daerah Pasal 21
(1) Musrenbang jangla menengah daerah <lilaksanakan untuk membahas rancang:rn RPJM Daerah.
t52
(1) DPRD bersama Bupati membahas Rancangan Peraturan Daerah tentang R![P
Daerah pada tahun sidang berjaian.
(2) Peraturan Daerah tentang RPIP Daerah merupakan acuan bagi penvusunan RPMD
(3) Bupati menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah kepada Gubemur paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal ditetapkan.
Pasal 18
Pemerintah Daerah waiib menyebarluaskan peraturan daerah tentang RPJP Daerah kepada masyaraka!.
(2) Musrenbang jangka menengah daerah dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Bupati dilantik.
(3) Musrenbang jangka menengah daerah dilaksanakan oleh Bappeda dan diikuti oleh anggota DPRD, seluruh SI(PD dan perwakilan pemangku kepentingan pembangunan di Daerah.
(4) Musrenbang jangka menengah daerah dilaksanakan dengan rangkaian penyampaiary Pembahasan, dan Penyepakatan Rancangan RPJM Daerah dengan memanfaatkan waktu paling sedikit 5 had.
(5) Peserta Musrenbang dapat memberikan mastkan secara terh:Ils berdasarkan pengkajiannya terhadap Rancangan RPJM Daerah dan dibahas pada saat Musrenbang.
(6) Masukan terhrlis sebagaimana dimaksud ayat (5) disampaikan kepada Bappeda paling lambat t hari sebelum hari pelaksanaan Musrenbang, untuk dikompilasi dan diagendakan dalam susunan acara Musrenbang.
(7) Ketentuan mengenai teknis pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Daerah, diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Perumusan Rancangan Akhir RPJM Daerah
PasalD
(1) Rancangan akhir RPIM Daerah dirumuskan oleh Bapped4 berdasarkan hasil Musrenbang fangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 21.
(2) Perumusan rancangan akhir RPJM Daerah dipimpin oleh Bupati.
(3) Rancangan akhir RPJMD bersama Rancangan Peraturan Daerah tentang RPfM Daera kepada DPRD paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pembahasan oleh DPRD bersama Bupati dimulai.
Paragraf 4
Penetapan RPJM Daerah Pasal 23
(1) DPRD bersama Bupati membahas Rancangan Peraturan Daerah tentang RllM
Daerah.
(2) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, setelah berkonsultasi dmgan Gubemur.
(3) Peraturan Daerah tentang RPIM Daerah ditetaPkan paling lama 6 (enam) bulan
setelah Bupati dilantik.
(4). Bupati menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggat ditetapkan kepada Gubernur.
Pasal24
Pemerintah Daerah waiib menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah kepada masyarakat.
Bagian Keempat
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Pasal 25
(1) SKPD menyusun Rerutra SKPD yang memuat visi, misl tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(2) Penyusunan Renstra SKPD berpedoman pada RPJM Daerah dengan meliba&an pemangku kepentingan yang sesuai dengan kekhususan bidang dan sektor pembangunan yang dikelola oleh SKPD bersangkutan.
(3) Renstra-SKPD ditetapkan dengan Keputusan kepala SKPD setelah disesuaikan dengan RPIM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Bagian Kelima
Rencana Kerja Pernerintah Daerah Paragra{ 1
Umum Pasal26 Penyusunan RI(PD dilakukan melalui urutan:
a. Penyusunan rancangan awal RKPD;
b. Pelaksanaan Musrenbang RKPD;
c. Penyusunan rancangan akhir RKPD;
d. PenetapanRKPD.
Paragaf 2
Penyusunan Rancangan Awal RKPD Pasal2T
(1) Bappeda menyusun rancang.rn awal RKPD.
(2) RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah .
(3) Dalam menyusun RKPD Bappeda dapat melibatkan Pemangku kepentingan.
(4) Rancangan AwaI RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, program prioritas pembangunan Daerah, rencarur kerja dan pendanaannya serta prakiraan maiu dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(5) Penetapan prbgtam prioritas pembangunan daerah sebagaimana'dimaksud pada ayat (3) berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Pasal 28
(1) SKPD menyusnn r,rnc.rngan Renja sesuai rancangzrn awal RKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 ayat (1).
(2) SKPD Dalam penyusunan rencangan Renja, dapat melibatkan pemangku kepentingan yang memiliki keahlian dan pengalaman sesuai dengan bidang dan sektor yang dikelola SKPD.
(3) Pemangku Kepentingan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat berasal dari perguruan tinggi, organisasi non pemerintahan, dan individu yang memenuhi syarat-syarat kompetensi.
Pasal29
(1) Rancangan Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal '28 ayat (1)
disampaikan kepada Bappeda.
(2) Berdasarkan Rancangan Renja SKPD Bappeda menyempurnakan rancangan awal RKPD menjadi rancangan RKPD.
(3) Penyempumaan Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bappeda memfasilitasi pelaksanaan kegiatan forum SKPD untuk merryelaraskan program dan kegiatan yang disusun oleh masing-masing SKPD.
(4) Hasil kegiatan Forum SKPD oleh Bappeda diintegrasikan ke dalam Rancangan Awal RKPD dan menjadi Rancangan RKPD.
(1) Musrenbang RKPD dilaksanakan untuk membahas rancangan RKPD
(2) Musrenbang RKPD dilaksanakan pada bulan Maret setiap tahun dalam rangka membaias Rancangan RKPD tahun berikuhrya.
(3) Musrenbang RKPD sebagai wadah trersama antara Pemerinah Daerah, DPRD dan pemangku kepentingan dalam sinkronisasi perencanaan pembangungan daeralr-
(4) Musrenbang RIGD dilaksanakan oleh Bappeda diikuti oleh pimpinan dan anggota DPRD Pemerintah daerah, serta perwakilan pemangku kepentingan pembangunan di Daerah.
(5) Perwakilan Pemangku Kepentingan sebagaimana dimaksud ayat (4) harus merepresentasikan komponen kemasyarakatan antara lain. perguruan tinggi, kelompok profesi, kelompok perempuan, organisasi non pemerintahan termasuk organisasi burufu organisasi tani, organisasi petani dan lainnya serta tokoh masyarakat yang konsern dengan pembangunan daerah.
(6) Keterwakilan pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud ayat (5) harus memperhatikan prinsip keharmonisan, non-diskdminatif, berorientasi bagi masyarakat miskin, keragaman multietnik, agama, golonga& dan kepercayaan-
(f Musrenbang RKPD dilaksanakan untuk keterpadrtan antarrancangan Renja SKPD
(8) Bappeda memilih secara objektil perwakilan pemangku kepentingan untuk terlibat dalam perumusan hasil Musrenbang menfadi rancang.rn akhir RKPD, paling banyak berjumlah 7 orang dan tidak bisa kurang dari 5 orang.
(9) Ketentuan mengenai pelaksanaan Musrmbang RKPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Pelaksanaan Musrenbang RKPD Pasal 30
Paragral4
Perumusan Rancangan Akhir RKPD Pasal 31
(1) Rancangan akhir RKPD dirumuskan berdasarkan hasil Musrenbang RKPD.
(2) Rancangan akhir RKPD dilengkapi dengan pendanaan yang menuniukkan prakiraan rnaiu.
(3) Rancangan akhir RKPD serta pendarraan diumumkan kepada masyarakat sebagai
wujud akuntabilitas dan hansparansi.
Paragraf 5 Penetapan RKPD
Pasal 32
(1) RKPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difa&kan dasar penyusunan Rancangan APBD.
Pasal 33
Peraturan Bupati tentang RKPD sebagaimana dimdksud dalam Pasal 32 disampaikan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal ditetapkan kepada Gubemur.
Bagian Keenam Rencana Kerja SKPD
Pasal 34 Penyusunan Renja SKPD dilakukan melalui urutan:
a. Penyusunan rancangan awal Renja SKPD;
b. Pelaksanaan forum SKPD;
c. Penyusunan rancangan akhir Renja SKPD;
d. Penetapan Renja SKPD.
Paragraf 1
Penyusunan Rancangan Awal Renja SKPD Pasal 35
(1) SI(PD menyusun Renja SKPD.
(2) Rancangan Renja SKPD disusun dengan mengacu pada rancangan awal RI(PD, Renstra SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan pro$am dan kegiatan periode
sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat.
(3) Rancangan Renja SKPD memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(4) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi pro$am dan kegiatan yang seldang berjalan, kegiatan altematif atau baru, indikator kinerja, dan kelompok sasaran yang menjadi bahan utama RKPD, serta menunjukkan prakiraan maju.
a
156
Paragral2
Pelaksanaan Forum SKPD Pasal 36
(1) Forum SKPD dilaksanakan untuk membahas rancangan awal Renja SKPD.
(2) Forum SKPD dilaksanakan oleh Bappeda yang diikuti oieh SKPD terkait .
Paragraf 3
Penyusunan Rancangan Akhir Renja SI(PD Pasal 37
(1) Rancangan akhir Renja SKPD dirumuskan oleh SKPD berdasarkan hasil forum
SKPD.
(2) Rancangan akhir Renja SI(PD dikonsultasikan oleh SKPD kepada Bappeda untuk ditelaah dan disesuaikan dengan substansi dokumen perencanaan pembanguan Daerah.
(3) Rekomendasi Bappeda terhadap r.rnc.rngan akhir Renja SKPD dijadikan sebagai bahan untuk penetapan Renja SKPD.
Paragraf 4 Penetapan Renja SKPD
Pasal 38
(1) Renja SKPD ditetapkan oleh kepala SKPD.
(2) Kepala SKPD menyebarluaskan Renja SKPD, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BABVI
TATA CARA PEI\MJSUNAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Kesatu Sumber Data
, Pasal 39
(1) Dokumen rencana pembangunan Daerah disusun dengan menggunakan data dan informasi, dengan memperhatikan rencana tata ruang.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. informasi dasar kewilayahan;
b. kependudukan;
c. penyelenggaraan Pemerintahan Daerafu
d. Organisasi dan Tata Kerja pemerintahan Daerah;
e. Bupati, DPRD dan Perangkat Daerah dan Pegawai Negeri Sipil daerah f. keuangan Daerah;
g. potensi sumberdaya Daerah;
l'r. produk hukum Daerah; dan
i. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintalnn Daerah.
a
i
Pasal 40
(1) Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan data dan informasi se,cara optimal, Pemerintah Daerah membangun sistem informasi perencaruan pembangunan daerah.
(2) Sistem inlormasi per€ncaruran pembangunan daerah merupakan subsistem dari sistem informasi daerah sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan.
(3) Perangkat dan peralatan sistem informasi perencanaan pembangunan Daerah harus memenuhi standar yang ditenhrkan oleh Menteri Dalam Negeri.
(a) Untuk keperluan pengelolaan data dan inJormasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) pada Bappeda.
(5) Data dan infonnasi perencaftran pembangunan dapat diakses oleh masyarakat
Bagian Kedua Pengolahan Sumber Data
Paragraf 1
Umum
Pasal 4L
(1) Data dan inforrnasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 diolah melalui proses:
a. analisis Daerah;
b. identifikasi kebijakan Nasional yang berdampak pada Daerah c. identifikasi kebijakan Provinsi yang berdampak pada Daerah
d. perumusan masalah pembangunan Daerah;
e. penfrsunan program, kegiatan, alokasi dana indikatif, dan sumber pendanaan;
f. penyusunan rancangan kebijakan pembangunan Daerah.
(2) Proses pengolahan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui koordinasi dengan pemangku kepentingan pembangunan di
daerah.
Paragraf 2 Analisis Daerah
Pasal 42
(1) Analisis daerdh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1") hiruf a dilakukan oleh Bappeda dengan melibatkan pemangku kepentingan pembangunan.
(2) Analisis daerah mencakup evaluasi pelaksanaan rencarvl pembangunan daerah periode sebelumnya, kondisi dan situasi pembangunan Eaat ini, serta keadaan luar
biasa.
(3) Bappeda menyusun kerangka studi dan irutrumen amlisis daeralu serta melakukan penelitian lapangan sebelum menyusun perencauran pembangunan daerah.
158