• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus hingga melewati batas normal atau dapat dikatakan melebihi 140 mmHg untuk tekanan sistole dan melebihi 90 mmHg untuk tekanan diastole, hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Djoko Setyono, 2001). Tekanan darah normal orang dewasa adalah dimana rentang sistole 90 – 140 mmHg dan rentang diastole 60 – 90 mmHg, dikatakan hipertensi sistolik jika tekanan darah sistolenya yang naik melebihi 140 mmHg, dan dikatakan hipertensi diastole jika tekanan diastolenya melebihi 90 mmHg ( Soehardo, 1987 ). Menurut World Health Organitation (WHO 1994), hipertensi adalah tekanan darah yang berada diatas 160mmHg untuk tekanan sistoliknya dan diatas 95mmHg untuk tekanan diastoliknya (Halim, 2001).

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Hipertensi Esensial:

Adalah sebagai suatu bentuk gangguan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya atau tanpa tanda – tanda kelainan organ didalam tubuh (Masud, 1996).

b. Hipertensi Sekunder 6

(2)

Gangguan tekanan darah yang penyebabnya dapat diidentifikasi, menurut tingkat beratnya hipertensi WHO mengklasifikasikan sebagai berikut (Soehardo, 1987):

1) Kelas 1: Hipertensi tanpa kelainan pada suatu organ tubuh.

2) Kelas 2: Hipertensi dengan pembesaran jantung.

3) Kelas 3: Hipertensi dengan kelainan organ-organ lain disampinh jantung.

3. Batasan Hipertensi

Hipertensi dengan tekanan darah antara 140/90 hingga 160/95mmHg dianggap sebagai hipertensi perbatasan atau borderline hipertention, antara 160/95 hingga 200/100mmHg sebagai hipertensi ringan, antara 200/110 hingga 230/120mmHg sebagai hipertensi moderate dan antara 230/120 hingga 280/140mmHg sebagai hipertensi berat. Ada juga yang dinamakan hipertensi malignant, yakni hipertensi dari tingkatan mana saja dengan cepat sekali meningkat sampai 230/130mmHg atau lebih disertai dengan gangguan fungsi ginjal (Soehardo, 1987).

Sesuai rekomendasi dari ”The Six Report of The Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Preasure” sebagai berikut:

Table 2.1: Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

1. Optimal 2. Normal

< 120 120 – 129

< 80 80 – 84

(3)

3. Normal tinggi 4. Hipertensi

a. Ringan b. Sedang c. Berat d. Sangat Berat

130 – 139

140 – 159 160 – 179 180 – 209

> 210

85 – 89

90 – 99 100 – 109 110 – 119

>210

Sumber: Brunner and Suddart (2001) 4. Penyebab Hipertensi

Hipertensi pada dasarnya disebabkan oleh faktor yang kompleks, yang hingga saat ini etiologi pastinya belum diketahui. Perkembangan penyakit ini berhubungan erat dengan abnormalitas struktur dan fungsi vaskuler yang menyebabkan kerusakan jantung, ginjal, otak dan pembuluh darah dengan akibat morbiditas dan kematian dini (Pranawa, 2006)

Hipertensi dapat terjadi karena berbagai sebab, hipertensi yang diketahui penyebabnya disebut hipertensi sekunder, yang merupakan 5 sampai 10% dari seluruh penderita hipertensi, sebab itu antara lain, Sebab hormonal, misalnya:

Sindrom Chusing dan hiperaldosteron, klainan pada ginjal, kelainan intrakanial.

Dari kebanyakan hipertensi, (90–95%) adalah hipertensi primer atau esensial. Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, gangguan emosi, konsumsi alkohol berlebihan, tembakau, yang merupakan bagian dari sebuah gaya hidup serta adanya riwayat hipertensi dalam keluarga (Susalit, 2001).

5. Pengelolaan Hipertensi

Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya morbiditas

dan mortalitas akibat komplikasi yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. Perawatan dalam hipertensi

diantaranya dalam ketaatan pengobatan meliputi perlakuan khusus mengenai

(4)

gaya hidup seperti diet, istirahat dan olahraga serta konsumsi obat (Iman, 2001).

Dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan cara meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi yang jelas pada penderita mengenai penyakit yang diderita serta cara pengobatan, keterlibatan dan cara pendekatan yang dilakukan (Smet, 1994).

Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, menurut (Iman, 2001) upaya pengendalian hipertensi meliputi:

a. Mengatur diit.

b. Menjaga berat badan normal.

c. Mengendalikan stress.

d. Melakukan olah raga teratur.

e. Pemakaian obat-obatan penunjang.

Gambaran umum yang didapat dari teori diatas dapat dikatakan bahwa, upaya-upaya dalam mengendalikan hipertensi terutama dilakukan dengan pengelolaan diri atau life style penderita. Menururt data dari The Surgeon General, Health People menekankan bahwa modifikasi gaya hidup merupakan perubahan yang paling penting yang diperlukan untuk pencapaian prestasi kesehatan (Friedman, 1998)

Secara umum indikator keberhasilan pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dibambarkan sebagai berikut:

a. Tekanan darah terkendali atau terkontrol.

b. Tidak terjadi komplikasi pada penderita.

c. Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap produktif.

(5)

6. Pengendalian Tekanan Darah

Hipertensi memang penyakit berbahaya. namun bukan berarti orang akan menderita seumur hidup ketika terkena penyakit ini. ini karena hipertensi dapat dikontrol. untuk itu, dibutuhkan pengendalian tekanan darah yang tepat dan berkesinambungan. Menurut World Health Organitation (WHO, 1982), salah satu masalah utama dalam mengontrol hipertensi adalah kemampuan pasien untuk patuh terhadap instruksi tenaga kesehatan (depkes, 2002). Pada beberapa penderita, hipertensi bisa dikontrol dengan terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi, terapi non-farmakologi yang diberikan dapat berupa pengendalian gaya hidup atau pengendalian perilaku penderita darah tinggi, terapi tersebut dapat berupa:

mengurangi berat badan sehingga mencapai berat ideal untuk dewasa dengan

perhitungan body mass index 20-25 kg/m persegi, mengurangi konsumsi garam

kurangi dari 6 gram garam dapur atau kurang dari 2,4 gram NA+ perhari , berhenti

merokok, menjauhi alkohol, mengurangi kafein, melakukan aktivitas fisik, dan

menerapkan pola makan yang baik, mengurangi stress (Joesef, 2001). Sedangkan

menurut Williams (2004) untuk pengendalian tekanan darah dengan terapi

farmakologi dapat digunakan obat-obatan seperti yang dianjurkan dalam The

Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), terapi obat yang

digunakan dalam pengendalian hipertensi antara lain, 1. Penghambat ACE (ACEI),

2. Antagonis angiotensin (ARB), 3. Antagonis Ca (CCB), 4. Penyekat beta (BB),

dan 5. Diuretika. Dari uraian diatas, secara umum pengendalian tekanan darah

(6)

dimulai dari perubahan perilaku yang harus dilakukan oleh penderita hipertensi itu sendiri.

Perilaku, menurut Notoatmodjo (2003), merupakan kegiatan atau aktivitas manusia, baikyang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar seperti, emosi, berfikir, serta persepsi. Perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin (respon guide), mekanisme (mekanisme), dan adaptasi (adaptation).

a. Persepsi, adalah mengenali masalah dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin, adalah melakukan tindakan yang benar atau berurutan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan.

c. Mekanisme, merupakan sebuah kebiasaan baru melakukan sesuatu dengan benar yang timbul akibat respon terpimpin ( guide respon ).

d. Adaptasi, tindakan yang telah berkembang dengan baik meskipun tindakan tersebut telah dimodifikasi sesuai kebutuhan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.

Perilaku seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh beberapa faktor internal

dan faktor eksternal. Menurut Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003), faktor-

faktor internal mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi yang

berfungsi mengolah rangsang dari luar. Sedangkan, faktor eksternal mencakup

lingkungan sekitar, manusia, sosial ekonomi dan budaya. Lawrence Green (1980)

dalam Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa perilaku kesehatan terbagi menjadi

tiga teori penyebab, meliputi:

(7)

a. Faktor Presdisposing ( presdisposing faktor)

Merupakan faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempresdisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang, seperti pengetahuan, serta sikap imdividu terhadap tindakan yang dilakukan.

b. Faktor pemungkin ( enabling factor )

Faktor pemungkin dapat berupa fasilitas, sarana dan prasarana pendukung serta dukungan sosial dari keluarga. Friedman (2003) menyebutkan empat elemen dalam dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga mencakup, 1).Dukungan emosional, 2).Dukungan informasi, 3).Dukungan instrumental, serta 4).Dukungan penghargaan.

c. Faktor penguat ( reinforcing faktor )

Beberapa faktor penguat dapat diantaranya sebuah peraturan-peraturan ataupun ketentuan-ketentuan yang mampu menyebabkan individu merubah perilakunya.

Menurut Rogers (1974), sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yang meliputi:

a. Awarenes (ketertarikan), dimana individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus.

b. Interest (tertarik) terhadap stimulus tersebut, dari sini sikap terhadap perubahan perilaku mulai terbentuk.

c. Evaluasi (evaluation) terhadap baik atau buruknya stimulus untuk individu

tersebut.

(8)

d. Trial (mencoba atau meniru) melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaptasi, dimana individu telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap dari stimulus.

B. Dukungan Sosial Keluarga 1. Pengertian Keluarga

Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami maslah kesehatan. Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan terganggu.

Burgess dkk (1963) dalam Friedman (1998), mengemukakan tentang definisi keluarga adalah sebagai berikut:

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibi, saudara kandung.

d. Penggunaan kultur yang sama didalam keluarga.

(9)

2. Tugas dan Fungsi Keluarga

Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998) yaitu:

a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian):

Untuk stabilitas kepribadian keluarga dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan anggota keluarganya termasuk dalam mendapatkan kesehatan yang layak.

b. Fungsi sosialisasi:

Untuk sosialisasi primer yang bertujuan membuat anggota keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif.

c. Fungsi reproduktif:

Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomis:

Mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasian secara efektif.

e. Fungsi-fungsi perawatan kesehatan:

Untuk pengadaan, perawatan dan penyedia kebutuhan-kebutuhan fisik hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga.

Sedangkan beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman, (1998)

adalah:

(10)

a. Mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi dikeluarga.

b. Mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan maslah pada keluarga tersebut.

c. Merawat anggota keluarga.

d. Memelihara lingkungan.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Dari tugas dan fungsi keluarga diatas, keluarga merupakan faktor penting dalam pemberian atau penerimaan sebuah layanan kesehatan, terutama bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

3. Jenis Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, isteri, anak dan untuk Indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak (Rahcmati cit Sukardi, 2002). Menurut Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari

(11)

anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi.

b. Dukungan informasi, apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah.

Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari.

c. Dukungan instrumental, dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehingga keluarga mrupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta modifikasi lingkungan.

d. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien, misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi anggota keluarga.

4. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga

Dukungan sosial merupakan informasi verbal maupun non verbal, saran,

bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang

dekat dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya, atau yang berupa kehadiran

dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada

tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial juga dapat didefinisikan sebagai

(12)

adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau sikap penerimaan, dukungan social tersebut diperoleh dari kelompok maupun individu (Kunjoro 2002).

Menurut (Sarason, dalam Kunjoro 2002), dukungan sosial mencakup dua hal yaitu:

a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan.

b. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

Dukungan sosial keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi terus menerus disepanjang kehidupan manusia (keluarga). Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dianggap oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga, tiap anggota keluarga beranggapan bahwa orang-orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan bantuan (Kunjoro, 2002).

Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan internal, seperti

dukungan dari suami, istri, ayah, ibu atau saudara kandung, dan dukungan

eksternal didapat dari teman atau sahabat maupun petugas kesehatan (Budioro,

1998). Dalam penelitian pengendalian tekanan darah peneliti membatasi dengan

dukungan sosial dari keluarga karena keluarga merupakan individu atau

kelompok yang paling dekat atau initim bagi pasien, serta keluarga memiliki

(13)

peran yang sangat penting dalam perannya bagi salah satu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

5. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kesehatan

Secara umum dapat diterima bahwa orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki keuntungan ini. Secara spesifik, karena dukungan sosial keluarga dianggap melemahkan dampak dari stress atau masalah kesehatan lainnya, dan secara langsung mampu memperkokoh kesehatan indiviual maupun keluarga, dukungan sosial juga merupakan strategi koping penting untuk dimiliki keluarga saat mengalami masalah gangguan kesehatan (Friedman, 1998)

Keluarga harus dilibatkan dalam program pendidikan dan penyuluhan agar

keluarga mampu mendukung usaha pasien untuk mengendalikan hipertensi, ini

memberi arti adanya hubungan yang adil dan seimbang antara klien dengan

keluarganya dimana kedua pihak tersebut dapat menegosiasikan dan

mengungkapkan kebutuhan dan kepentingan mereka secara terbuka (Pratt, 1976

dalam Friedman, 1998) Bimbingan, penyuluhan dan dorongan secara terus-

menerus biasanya diperlukan agar penderita hipertensi tersebut mampu

melaksanakan rencana yang dapat diterima utntuk mengendalikan hipertensi dan

mematuhi aturan terapinya. Keluarga selalu dilibatkan dalam program

pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pasien mendukung

kepatuhan terhadap program terapi dan mengetahui kapan harus mencari

pertolongan dari profesional kesehatan, keluarga juga harus memepringatkan

(14)

bahwa terapi obat hipertensi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lain, misalnya hipotensi yang harus segera dilaporkan (Brunner and Suddart, 2001).

Penyuluhan perawatan kesehatan sangat penting untuk menyampaikan informasi mengenai praktek kesehatan keluarga untuk membantu keluarga dalam memelihara, meningkatkan kesehatan serta dapat memenuhi fungsi perawatan kesehatan yang baik dengan menggunakan pelayanan keperawatan kesehatan profesional (Friedman, 1998).

C. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat mampu mempengaruhi status kesehatan seseorang, yaitu terjadinya perubahan perilaku sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dan sakit, jadi dengan adanya dukungan yang adekuat dari keluarga maka diharapkan status kesehatan penderita yang lebih meningkat.

Menurut survei nasional Gallop (1985) dalam Friedman (1998), menyatakan bahwa saat berhubungan dengan masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapatkan lebih banyak bantuan dari keluarga mereka daripada dari pihak lainnya, bahkan petugas kesehatan sekalipun, sehingga keluarga harus mampu memodifikasi perannya serta mampu beradaptasi dengan status kesehatan kelurga yang didapat.

Dalam tindakan pemberian dukungan sosial oleh keluarga terhadap

pengendalian tekanan darah pada klien hipertensi dapat digunakan model adaptasi

yang dikemukakan oleh Roy, (1986), disebutkan bahwa terdapat empat elemen

(15)

penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.

1. Elemen Keperawatan

Keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul akan semakin positif, kebutuhan pasien hipertensi atas dukungan yang diberikan keluarga mampu menimbulkan proses adaptif dari penderita.

2. Elemen Manusia

Manusia atau keluarga dalam konteks ini berperan sebagai kognator atau regulator untuk mempertahankan adaptasi.

3. Elemen Lingkungan.

Lingkungan didefinisikan sebagai semua kondisi, keadaan atau faktor lain yang mempengaruhi perilaku atau upaya peningkatan staus kesehatan klien

4. Elemen Sehat

Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan yang terjadi pada keluarga

atau anggotanya yang terintegrasi dalam individu seutuhnya.

(16)

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

Factor presdisposing 1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Persepsi indivdu 4. Emosi

Faktor pemungkin (enabling) 1. Fasilitas pendukung.

2. Sarana dan prasarana kesehatan 3. Dukungan sosial keluarga:

a. Dukungan emosional.

b. Dukungan penghargaan.

c. Dukungan Instrumental.

d. Dukungan Informatif.

Faktor penguat (reinforcing)

Aturan-aturan serta ketetapan-ketetapan yang menyebabkan individu merubah perilaku Terapi farmakologi (obat-obatan) dan non farmakologi, perubahan gaya hidup dan perilaku kesehatan (mengurangi stress, olah raga, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam, kafein, dan alkohol, mengatur pola makan.

Sumber: Modifikasi Lawrence Green (1980), Iman ( 2001 )

(17)

E. Kerangka Konsep

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Variabel. Independent Variabel Dependent

Dukungan Sosial yang diberikan oleh keluarga

Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Variable dependent adalah variable terikat yang dipengaruhi oleh veriable independent. Dalam proposal penelitian ini, pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi merupakan variable dependent atau terikat yang dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga sebagai variabel independent. Kondisi pendahuluan atau variabel independent dikaitkan dengan terjadinya kondisi atau efek lain atau variabel dependent (Dempsey, 2002).

F. Hipotesa

Hipotesa dari rencana penelitian ini adalah, adakah hubungan antara dukungan

sosial keluarga dengan pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi.

Gambar

Table 2.1: Klasifikasi Hipertensi

Referensi

Dokumen terkait

HOTRVL dapat menjadi pilihan kegiatan laboratorium yang dapat melatihkan dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 mahasiswa pendidikan fisika pada konsep fisika yang

Penelitian ini dilakukan dengan mereplikasi model modifikasi dari Theory of Planned Behavior yang dikembangkan oleh Beck dan Ajzen (1991). Perbedaan dengan

4 Menunjukkan ekspresi selalu bersyukur terhadap Allah SWT 3 Menunjukkan ekspresi sering bersyukur terhadap Allah SWT 2 Menunjukkan ekspresi kadang-kadang bersyukur terhadap

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka yang dapat diambil bahwa taraf signifikan 5% nilai t tertera bilangan 2,000 oleh bilangan yang diperoleh 6,577 lebih besar dari

S Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan baik dan tidak ada kelainan serta menyusi sangat kuat. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya dengan

Pekerja informasi dapat terlibat dalam masalah hukum yang berhubungan dengan komputer dan informasi masalah-masalah seperti hak cipta, keleluasaan pribadi dan kejahatan

nngpta Tbtap : Anggota Tbtap : Anggota Tbtap 3 Anggota lbtap : Angpta Tbtap 3 AngEota Tletap. Anggota-Anggota ridak Tbtap pada lGlcrryok penbalnran Bidang

Selanjutnya teori resiliensi masyarakat (Holling 1973; Walker et al. 2002), bahwa masyarakat memelihara keanekaragaman dalam konteks sistem ekologi untuk meningkatkan ketahanan