54
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metodologi Pengumpulan Data
Data-data yang dibutuhkan dalam perancangan ulang brand identity Museum Kalimantan Barat akan diperoleh melalui metode penelitian campuran. Adapun metode campuran yang digunakan oleh peneliti terdiri atas metode kuantitatif dan kualitatif. Menurut Creswell (2014), penggunaan metode campuran dalam sebuah penelitian dapat memberi hasil yang lebih detail dan mendalam mengenai rumusan masalah (hlm. 217).
3.1.1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam dengan jumlah responden yang sedikit (Sugiyono, 2015, hlm. 194). Pada proses wawancara peneliti melakukan wawancara kepada pihak Museum Kalimantan Barat untuk mendapatkan informasi terkait Museum Kalimantan Barat yang lebih mendalam.
3.1.1.1. Wawancara kepada Ibu Dwi Wulandari, Pemandu dan Bimbingan Edukasi Museum Kalimantan Barat
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait sejarah, visi dan misi, program pada museum serta informasi-informasi lainnya yang akan mendukung perancangan ulang brand identity Museum Kalimantan Barat. Dokumentasi wawancara berupa screenshot saat melakukan
55 wawancara dan rekaman suara. Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Mei 2020 pukul 07.00 WIB melalui video call di Whatsapp karena adanya pandemi COVID-19 yang tidak memungkinkan diadakan pertemuan tatap muka.
Gambar 3.1. Screenshot Dokumentasi Wawancara
Museum Kalimantan Barat berdiri sejak tahun 1974 dan diresmikan oleh Dirjen Pariwisata dan Kebudayaan pada tahun 1983 dan mulai dibuka untuk umum hingga sekarang. Museum Kalimantan Barat berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2013. Museum Kalimantan Barat masih menggunakan sebutan nama provinsi dan belum memiliki nama khusus seperti museum-museum provinsi lainnya.
Visi dari museum adalah sebagai pusat informasi kebudayaan dan sejarah di Kalimantan Barat. Misi dari Museum Kalimantan Barat, yaitu.
56 1. Mewujudkan aparatur UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat yang
profesional guna memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
2. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah Kalimantan Barat dalam rangka memperkokoh karakter dan jati diri bangsa serta ketahanan budaya.
3. Meningkatkan pelayanan edukatif kultural kepada pengunjung museum sebagai media aspirasi dan interaktif dalam upaya mewujudkan museum sebagai sarana pendidikan (studi non formal) dan objek wisata di Kalimantan Barat
Hal tersebut diwujudkan dengan perbaikan fasilitas yang dilakukan dari waktu ke waktu serta mempersiapkan tenaga profesional. Visi dan misi dari Museum Kalimantan Barat pernah mengalami perubahan saat pergantian organisasi namun perubahan yang dilakukan tidak banyak. Sejak awal berdiri, Museum Kalimantan Barat telah mengalami perubahan kepengurusan sebanyak 8 kali.
Koleksi di museum dibagi menjadi 10 jenis koleksi yaitu geografika, biologika, historika, numismatika, heraldika, etnografika, kesenian (seni rupa), kesenian (tradisional), religi, dan kebudayaan (7 unsur budaya). Koleksi beragam dari kebudayaan hingga sejarah yang menggambarkan Kalimantan Barat. Jumlah koleksi museum terdapat lebih dari 6000 namun yang dipamerkan hanya kurang lebih 1000 dan sisanya disimpan di gudang dengan perawatan khusus.
57 Koleksi museum terbagi menjadi realia, replika dan miniatur. Realia merupakan koleksi yang nyata berupa temuan-temuan. Koleksi realia di Museum Kalimantan Barat adalah nekara. Koleksi tersebut merupakan salah satu temuan museum yang diambil dari tempat penemuannya yaitu di daerah Bukit Selindung, Sambas pada tahun 1991 dan ditemukan oleh petani setempat. Nekara merupakan masterpiece (koleksi unggulan) di Museum Kalimantan Barat. Replika merupakan tiruan berupa istana-istana kerajaan di Kalimantan Barat seperti keraton di Mempawah, Sambas, dan sejenisnya. Miniatur berupa kapal-kapal perahu tambi, rumah-rumah lanting, dan sejenisnya. Diantara koleksi-koleksi yang ada di Museum Kalimantan Barat, yang merupakan koleksi khas museum adalah peninggalan budaya dari ketiga suku utama di Kalimantan Barat yang disebut TIDAYU (Tionghoa, Dayak, dan Melayu). Pengunjung Museum Kalimantan Barat dikelompokkan menjadi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Wisatawan nusantara dikategorikan kembali sebagai TK, SD, SMP, SMA, kedinasan, kenegaraan dan umum. Mayoritas pengunjung Museum Kalimantan Barat merupakan siswa yang mengikuti program karya wisata dari sekolah serta wisatawan yang memiliki rasa ingin tahu tentang sejarah di Kalimantan Barat. Museum Kalimantan Barat lebih ramai dikunjungi ketika hari kerja karena rombongan dari sekolah yang melakukan karya wisata. Saat hari libur Museum Kalimantan Barat akan lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan umum yang datang bersama keluarga. Pengunjung
58 diperkenankan untuk menggunakan jasa pemandu apabila ingin mengetahui lebih detail mengenai koleksi di Museum Kalimantan Barat sebagai bentuk bimbingan edukasi.
Setiap tahunnya museum selalu menyelenggarakan event dengan tujuan memasyarakatkan museum sesuai dengan motto museum, yaitu “Melayani yang Terjangkau dan Menjangkau yang Belum Terlayani”. Diadakan kegiatan museum masuk sekolah pada tahun 2019 berupa kunjungan oleh museum ke sekolah-sekolah yang belum pernah melakukan kunjungan ke Museum Kalimantan Barat. Sekolah yang didatangi yaitu SD Negeri 01 Sambas dan Kubu Raya. Pada saat mengunjungi sekolah, dibawa koleksi-koleksi dari museum. Ada juga kegiatan museum keliling berupa pameran temporer yang berusaha menjangkau tempat-tempat di daerah. Lomba-lomba seperti cerdas cermat, baca puisi, pantun mewarnai, dan melukis juga diadakan dengan kontestan siswa sekolah tingkat TK hingga SMA.
Beliau mengatakan bahwa identitas dari Museum Kalimantan Barat hanya digunakan pada gedung. Dalam media publikasi yang digunakan oleh Museum Kalimantan Barat seperti booklet, leaflet dan media sosial hanya digunakan logo dari museum nasional yaitu museum di hatiku dan logo Pemda Kalbar.
59 3.1.1.2. Kesimpulan Wawancara
Kesimpulan berdasarkan dari wawancara yang dilakukan kepada narasumber adalah, Museum Kalimantan Barat hanya memiliki satu identitas yang digunakan pada gedung pameran dan pada media lainnya identitas tersebut tidak digunakan. Diperlukan identitas yang representatif sesuai dari visi dan misi dari Museum Kalimantan Barat. Melalui perancangan ulang brand identity yang lebih tepat sasaran, diharapkan Museum Kalimantan Barat dapat menciptakan citra yang sesuai dengan visi dan misi dari museum. Dikarenakan adanya kendala pandemi COVID-19, tidak dapat dilakukan wawancara kepada pengunjung dari Museum Kalimantan Barat yang berguna untuk mempertajam insight dalam brand audit mengenai pengalaman dari pengunjung terhadap Museum Kalimantan Barat.
3.1.2. Brand Audit Museum Kalimantan Barat
Guna melengkapi wawancara, pihak museum mengirimkan data jumlah pengunjung serta hasil survei pengunjung Museum Kalimantan Barat melalui Whatsapp. Seluruh data wawancara dan data-data tambahan digabungkan penulis ke dalam tabel brand audit untuk menganalisa respon audiens terhadap Museum Kalimantan Barat.
Tabel 3.1. Tabel Brand Audit
Sejarah 1974
Museum Provinsi Kalimantan Barat pertama kali dirintis oleh kantor
60 wilayah Depdikbud Provinsi
Kalimantan Barat.
1983
Museum Kalimantan Barat dibuka untuk umum dan peresmiannya dilakukan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Depdikbud RI tepat tanggal 4 Oktober.
1988
Menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kanwil Depdikbud Provinsi Kalimantan Barat yang diresmikan oleh Sekretaris Jenderal Depdikbud RI.
1991
Mengalami pembaharuan menjadi UPT Direktorat Jenderal
Kebudayaan Depdikbud RI.
2001
Dikeluarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 365 Tahun 2001 bahwa Museum Provinsi Kalimantan Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Barat.
61 2013
Seiring dengan perubahan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 20 Tahun 2013, unit museum merupakan UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Kalimantan Barat.
Lokasi
Komplek Museum Negeri Pontianak, Jl. Jenderal Ahmad Yani, Parit Tokaya, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78121
Visi
Sebagai pusat informasi kebudayaan dan sejarah di Kalimantan Barat
Misi
Mewujudkan aparatur UPT. Museum Provinsi Kalimantan Barat yang profesional guna
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah Kalimantan Barat dalam rangka
memperkokoh karakter dan jati diri bangsa serta ketahanan budaya.
Meningkatkan pelayanan edukatif kultural kepada pengunjung museum sebagai media aspirasi dan interaktif dalam upaya mewujudkan museum sebagai sarana pendidikan (studi non formal) dan objek wisata di Kalimantan Barat
62 Koleksi
Jumlah Total Koleksi
Lebih dari 6000 Koleksi
Yang Dipamerkan
Lebih dari 1000 Koleksi
Promosi Instagram, Leaflet, dan Website
Pameran Pameran Tetap Pameran Temporer Pameran Keliling Kegiatan Internal Survey Pengadaan Koleksi Pengadaan Koleksi Penelitian Koleksi Re-Inventarisasi Koleksi Katalogisasi Koleksi Konservasi Koleksi Eksternal Seminar Buletin Museum Bimbingan Kepada Pengunjung
Lomba Cerdas Cermat Tingkat Pelajar
Lomba Melukis Media Koleksi Tingkat Pelajar Lomba Majalah Dinding Tingkat Pelajar
63 Sosialisasi Museum Festival Museum
Museum Masuk Sekolah
Jumlah Pengunjung 2016 TK - SD 25,422 96,360 SLTP 13,229 SLTA 18,568 Mahasiswa/i 9,214 Umum 26,989 Dinas 141 WNA 2,797 2017 TK - SD 20,286 76,513 SLTP 7,639 SLTA 10,128 Mahasiswa/i 9,674 Umum 25,234 Dinas 530 Tamu Negara 30 WNA 2980 2018 TK - SD 10,011 62,826 SLTP 5,527 SLTA 9,622 Mahasiswa/i 6,537 Umum 18,098 Dinas 90 WNA 2,722 2019 TK - SD 11,388 65,795 SLTP 6,975 SLTA 10,371 Mahasiswa/i 6,391 Umum 18,200 Dinas 53 WNA 2,605 Survei Kepuasan Pengunjung 2018 96,07 2019 90,27
64 Berdasarkan data yang didapat, terjadi penurunan jumlah pengunjung sejak tahun 2016. Pada tahun 2019, terjadi kenaikan jumlah pengunjung yang merupakan hasil dari kerjasama antara museum dengan sekolah-sekolah untuk mengadakan kunjungan ke Museum Kalimantan Barat. Kerjasama tersebut menjadikan pengunjung pelajar sebagai jumlah pengunjung terbanyak yang dilanjutkan dengan umum yang menempati jumlah terbanyak kedua. Meskipun kerjasama tersebut berhasil meningkatkan jumlah pengunjung dari kalangan pelajar, nyatanya pada kategori lain pengunjung kian mengalami penurunan. Melalui survei kepuasan pengunjung oleh pihak museum yang dinilai berdasarkan aspek pelayanan, kewajaran biaya, kompetensi petugas, penanganan pengaduan, dan kualitas sarana dan prasarana, terlihat bahwa terjadi penurunan kepuasan sebesar 3.8 poin. Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan pengunjung tidak mempengaruhi tingkat kepuasan. Terlebih dengan adanya keharusan untuk berkunjung dari sekolah-sekolah dapat menyebabkan kunjungan ke museum menjadi kewajiban bagi pelajar yang berdampak pada penurunan penilaian audiens terhadap Museum Kalimantan Barat terlebih dengan adanya stigma kuno yang tertanam.
3.1.3. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2015), kuesioner adalah suatu metode pengumpulan data kepada responden melalui pemberian pertanyaan secara tertulis maupun tidak tertulis (hlm. 199). Pada metode kuantitatif, peneliti menyebarkan kuesioner kepada target untuk mengetahui persepsi terhadap
65 identitas visual Museum Kalimantan Barat yang telah digunakan. Jumlah populasi remaja tingkat akhir di Pontianak sebanyak 877.817 jiwa (DUKCAPIL Kalimantan Barat). Berdasarkan hitungan dengan menggunakan rumus slovin dengan derajat ketelitian 10%, peneliti harus mendapatkan responden kuesioner sebanyak minimal 100 orang agar dapat dinyatakan valid.
Gambar 3.2. Hasil Kuesioner
Dari 114 responden yang mengisi kuesioner, 104 diantaranya sudah pernah melihat identitas Museum Kalimantan Barat namun hanya 49 diantaranya yang pernah mencari informasi lebih lanjut terkait Museum Kalimantan Barat. Data tersebut membuktikan bahwa identitas Museum
66 Kalimantan Barat tidak menimbulkan rasa ingin tahu terhadap Museum Kalimantan Barat pada target audiens.
Gambar 3.3. Hasil Kuesioner
Terdapat pertanyaan terkait persepsi responden terhadap identitas Museum Kalimantan Barat. 82 dari 104 responden yang sudah pernah melihat identitas Museum Kalimantan Barat mempersepsikan sebagai identitas yang membosankan dan 87 dari 104 responden mempersepsikan bahwa identitas Museum Kalimantan Barat memberi citra kuno. Hal tersebut membuktikan bahwa identitas dari Museum Kalimantan Barat
67 memberikan citra negatif dan tidak cukup menarik sehingga perancangan ulang brand identity perlu dilakukan untuk memperbaiki permasalahan tersebut.
3.1.3. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2015), observasi adalah suatu proses yang terdiri atas proses pengamatan dan ingatan (hlm. 203). Pada proses observasi, peneliti melakukan pengamatan pada museum terkait identitas yang telah diterapkan pada media-media publikasi dan collateral dari Museum.
3.1.3.1. Observasi Identitas
Observasi identitas dilakukan kepada identitas dan penerapannya pada media-media yang telah digunakan oleh Museum Kalimantan Barat. Untuk media-media yang akan dianalisa adalah identitas pada gedung pameran, tiket, media publikasi berupa instagram, booklet, dan leaflet.
Gambar 3.4. Identitas Museum Kalimantan Barat pada Gedung Pameran Logo dari Museum Kalimantan Barat terdiri atas logotype. Dalam penerapannya, belum terdapat guidelines atau panduan penerapan
68 identitas sehingga identitas masih digunakan dengan tidak konsisten. Identitas tidak diterapkan pada seluruh media-media yang digunakan dan typeface yang digunakan juga selalu berubah sehingga tidak konsisten. Pada tiket masuk Museum Kalimantan Barat, penulisan Museum Provinsi Kalimantan Barat” dilakukan dengan penggunaan typeface berbeda dari identitas yang ditampilkan di gedung pameran utama.
Gambar 3.5. Tiket Masuk Museum Kalimantan Barat
(https://www.tripadvisor.co.id/LocationPhotoDirectLink-g317101-d6516038-
i138422215-Museum_Negeri_Pontianak-Pontianak_West_Kalimantan_Kalimantan.html)
Penerapan identitas pada gedung telah diperbaharui dengan lapisan berwarna emas. Hal ini menyebabkan tingkat keterbacaan dari identitas menurun karena warna dinding pada gedung pameran yang tidak kontras dengan warna identitas.
69 Gambar 3.6. Identitas pada Gedung Pameran Tetap yang Telah Diperbaharui
(https://www.instagram.com/p/B9GJ0c0JxXz/)
Pada media publikasi instagram Museum Kalimantan Barat dengan username @museum_kalbar, identitas tidak digunakan. Hanya digunakan logo museum dihatiku yang merupakan logo tahun kunjung museum pada tahun 2010 oleh museum nasional.
Gambar 3.7. Salah Satu Unggahan pada Instagram Museum Kalimantan Barat (https://www.instagram.com/p/CAh0k0GJ3r3/)
70 Pada booklet dan leaflet pameran yang dibagikan kepada pengunjung, terlihat penerapan identitas tidak konsisten dengan penggunaan typeface yang berbeda-beda dengan tingkat legibilitas rendah serta penggunaan warna yang tidak konsisten. Identitas yang digunakan berupa logo provinsi dan logo dari museum nasional pada leaflet dan pada booklet tidak digunakan.
71 Gambar 3.9. Booklet Museum Kalimantan Barat
3.1.4. Studi Eksisting
Studi eksisting dilakukan oleh penulis terhadap tiga museum yang merupakan museum budaya guna mempelajari lebih lanjut terkait identitas dan aplikasinya pada media-media yang telah dilakukan. Berikut ketiga museum yang dipilih penulis untuk dianalisa.
3.1.4.1. Museum Sejarah Jakarta
Museum Sejarah Jakarta berada di Jalan Taman Fatahillah No. 1 atau yang biasa dikenal dengan kawasan kota tua. Museum ini menyimpan sejarah kota Jakarta dan diresmikan sejak tanggal 30 Maret tahun 1974. Sejak tahun 1999, Museum Sejarah Jakarta memiliki tekad untuk menjadikan museum ini bukan hanya sebagai tempat memamerkan benda sejarah namun sebagai tempat wisata edukasi untuk masyarakat dari segala rentan umur baik lokal maupun internasional (Museum Indonesia, n.d.).
72 Gambar 3.10. Museum Sejarah Jakarta
(https://www.atmago.com/posts/pengunjung-museum-sejarah-jakarta-terus-meningkat_82911b8a-8824-44f5-b21e-b7c3bb26fb59)
Logo dari Museum Sejarah Jakarta terinspirasi dari menara gedung museum yang ikonik dan telah berdiri sejak masa penjajahan Belanda. Pada logotype, digunakan typeface serif yang menambah kesan vintage dan klasik pada logo. Warna yang digunakan adalah oranye dan putih sebagai representasi dari arsitektur gedung Museum Sejarah Jakarta yaitu dinding gedung yang berwarna putih, dan atap yang berwarna oranye. Gabungan dari bentuk arsitektur menara dan warna gedung membentuk brand awareness yang baik karena identitas menjadi mudah dikenali oleh masyarakat sebagai bagian dari Museum Sejarah Jakarta.
Gambar 3.11. Logo Museum Sejarah Jakarta
73 Dalam penerapannya, logo Museum Sejarah Jakarta sudah diterapkan secara konsisten dalam medianya. Salah satu contoh penerapannya terdapat pada leaflet yang dibagikan di Museum Sejarah Jakarta. Penggunaan warna pada leaflet juga menggunakan warna oranye dan putih sesuai dengan identitas.
Gambar 3.12. Leaflet Museum Sejarah Jakarta
Museum Sejarah Jakarta tidak memiliki media publikasi instagram personal melainkan bergabung dalam instagram dengan username @museumkesejarahanjakarta. Pada akun instagram tersebut, dipublikasikan terkait Museum Sejarah Jakarta, Museum Joang’45, Museum Prasasti, dan Museum M.H. Thamrin dengan menggunakan logo yang berbeda.
74 Gambar 3.13. Logo Museum Kesejarahan Jakarta
(https://www.facebook.com/MuseumKesejarahanJakarta/photos/a.756308724474764/756 308727808097)
3.1.4.2. Museum Nasional
Museum Nasional atau yang biasa disebut “Museum Gajah” berdiri sejak 24 April 1778 oleh pemerintah Belanda di jalan Merdeka Barat nomor 12, Jakarta (Museum Nasional, n.d.).
Gambar 3.14. Museum Nasional
(https://kumparan.com/kumparantravel/yuk-keliling-5-museum-di-jakarta-dengan-tur-virtual-saat-dirumahaja-1tAxukeEU5i)
Logo dari Museum Nasional berbentuk emblem dengan grafis yang organik yang dikombinasikan dengan logotype serif. Legibilitas dari logo tergolong rendah karena penggunaan typeface serif yang tipis, warna
75 oranye yang tidak terlalu kontras dibandingkan dengan warna hitam pada logo, serta base logo yang transparan/tidak berwarna.
Gambar 3.15. Logo Museum Nasional (https://www.facebook.com/museumnasionalindonesia/) Logo telah diterapkan secara konsisten dalam media cetaknya yaitu booklet.
Gambar 3.16. Booklet Museum Nasional
Pada media digital yaitu website, logo memiliki tingkat legibilitas yang rendah karena penggunaan logo yang tidak disesuaikan dengan background.
76 Gambar 3.17. Website Museum Nasional
(https://www.museumnasional.or.id/publilkasi/artikel-2)
3.1.4.3. Nordic Museum
Nordic Museum merupakan satu-satunya museum di US yang memamerkan sejarah dan budaya dari lima negara Nordik (Denmark, Finland, Iceland, Norwegia, dan Swedia) (Turn Style, n.d.).
Gambar 3.18. Nordic Museum
(https://seattle.curbed.com/2018/5/3/17317010/new-nordic-museum-building-photos)
Identitas dari Nordic Museum merupakan visualisasi dari arsitektur gedung yang modern yang dimodifikasikan sehingga menyerupai huruf
77 “N”. Logotype dibuat dengan typeface serif sehingga melengkapi konsep modern dan clean pada brandmark. Terdapat dua jenis logo lock-up dalam orientasi vertikal dan horizontal.
Gambar 3.19. Nordic Museum Logo Lock-up (https://turnstyle.studio/work/nordic-museum)
Nordic Museum menggunakan warna yang beragam dan bentuk geometris terinspirasi dari identitas nasional kelima negara Nordik. Dalam penerapannya, identitas memiliki guidelines agar identitas dapat diaplikasikan dengan konsisten.
78 Gambar 3.20. Nordic Museum Identity Guidelines
(https://turnstyle.studio/work/nordic-museum)
Dalam media-media cetak yang digunakan, Nordic Museum menggunakan kombinasi warna yang tertera pada guidelines secara konsisten dengan penggunaan supergrafis dari bentuk-bentuk geometris serta fotografi sebagai pelengkap aset visualnya.
Gambar 3.21. Leaflet Nordic Museum (https://turnstyle.studio/work/nordic-museum)
79 Nordic Museum telah memiliki stationery dan merchandise yang mengaplikasikan logo dari museum. Aplikasi dari identitas telah diterapkan dengan konsisten dan memiliki unity yang kuat antar media.
Gambar 3.22. Stationery Nordic Museum (https://turnstyle.studio/work/nordic-museum)
Gambar 3.23. Merchandise Nordic Museum (https://turnstyle.studio/work/nordic-museum)
80 3.1.5. SWOT
Tabel 3.2. SWOT Museum Kalimantan Barat
Strength
Museum Kalimantan Barat merupakan Museum terbesar di Kalimantan Barat.
Satu-satunya museum yang menyimpan koleksi kebudayaan dari tiga suku utama di Kalimantan Barat (suku Dayak, Melayu dan Tionghoa).
Lokasi museum berada di pusat kota sehingga mudah untuk dijangkau.
Jumlah koleksi di Museum Kalimantan Barat terhitung lebih dari 6000 koleksi.
Biaya masuk relatif murah.
Weakness
Identitas Museum Kalimantan Barat tidak diterapkan secara konsisten.
Ruang Pameran Museum Kalimantan Barat memiliki pencahayaan yang kurang.
Opportunity
Museum Kalimantan Barat rutin mengadakan workshop dan event.
Museum Kalimantan Barat memiliki kegiatan museum keliling untuk menjangkau daerah-daerah pedalaman
81 yang kesulitan untuk berkunjung ke museum.
Threats
Image negatif yang masih tertanam di benak masyarakat terkait museum.
Minat masyarakat untuk berkunjung ke museum menurun karena image negatif yang tertanam.
3.1.6. Studi Referensi
Studi referensi dilakukan terhadap dynamic identity dari OCAD University, salah satu institusi seni terbesar di Toronto, Canada. Pada penerapannya, dynamic identity dari OCAD University menggunakan grafis berupa karya dari mahasiswa yang menjalankan studi di institusi tersebut dan menggabungkannya dengan konsistensi kombinasi lockup identitas yang dirancang. Grafis yang digunakan berupa vektor, fotografi hingga pola yang masih memiliki hubungan erat dengan OCAD University.
Gambar 3.24. Dynamic Identity of OCAD University
82 Dalam penerapannya telah dibuat beberapa jenis lockup yang dibentuk dari pola pada gedung OCAD University dan dikombinasikan dengan nama institusi serta tagline dari institusi yaitu “Imagination is Everything”.
Gambar 3.25. OCAD University Inspiration (https://www.brucemaudesign.com/work/ocadu)
Gambar 3.26. OCAD University Dynamic Identity’s lockups (https://www.underconsideration.com/brandnew/archives/ocad_u_all_new.php) Identitas OCAD University bersifat dinamis dan adaptif dengan tetap mempertahankan konsistensi dari sebuah identitas sehingga tetap dapat dikenali sebagai logo dari suatu brand. Identitas ini dipilih sebagai referensi dari perancangan brand identity Museum Kalimantan Barat karena identitas dinamis yang dapat dikustomisasi dengan mengajak audiens untuk berpartisipasi dapat menimbulkan rasa belonging terhadap brand. Melalui identitas ini, diharapkan
83 dapat menjadi cerminan dari komunitas dan membangun ikatan emosional antar audiens dan Museum Kalimantan Barat.
3.2. Metodologi Perancangan
Dalam prosesnya, perancangan brand identity terdiri atas kombinasi investigasi, pemikiran yang strategis, kemampuan desain yang baik dan kemampuan dalam mengelola proyek. Dalam “Perancangan Ulang Brand Identity Museum Kalimantan Barat” penulis menggunakan tahapan perancangan brand identity oleh Wheeler dalam bukunya yang berjudul “Designing Brand Identity”. Berikut lima tahap metodologi perancangan brand identity menurut Wheeler (2018).
3.2.1 Conducting Research
Dalam proses membangun sebuah brand diperlukan pemahaman terhadap visi, misi, target market, nilai, budaya dari brand, nilai kompetitif, keunggulan dan kekurangan, strategi pemasaran dan tantangan pada masa depan. Pemahaman yang mendalam dapat dicapai dengan membaca dokumen mengenai strategi dan rencana bisnis sebuah perusahaan, melakukan wawancara terhadap stakeholder, mengumpulkan informasi mengenai brand dari perspektif konsumen hingga menggunakan langsung produk dari suatu brand (Wheeler, 2018, hlm. 120).
3.2.2 Clarifying Strategy
Pada tahap ini dilakukan penelitian lebih dalam dari data yang telah terkumpul sehingga didapatkan permasalahan utama sebagai awal dari perancangan strategi untuk brand. Strategi dapat ditentukan dengan mempertimbangkan brand pillars yang terdiri atas tujuan, perbedaan, nilai dan eksekusi dari suatu brand diantara
84 brand lainnya. Selanjutnya dibuat brand brief yang berguna sebagai rangkuman dari keputusan-keputusan yang telah dipertimbangkan dan ditentukan. Apabila brand brief telah diverifikasi maka diteruskan hingga menjadi creative brief (Wheeler, 2018, hlm. 136-144).
3.2.3. Designing Identity
Pada tahapan ketiga ini dilakukan proses kreatif yang berkaitan dengan imajinasi, intuisi, kemampuan desain yang baik dan pengalaman. Tantangan terbesar dalam tahap ini adalah memetakan ide yang kompleks hingga menjadi esensi visual karena membutuhkan kedisiplinan, kesabaran serta fokus dalam prosesnya. Pada tahap ini penentuan warna, gambar, tipografi komposisi hingga presentasi hasil akhir memerlukan perhatian khusus agar identitas yang diciptakan dapat dibedakan dengan mudah dari brand lain (Wheeler, 2018, hlm. 148-152).
3.2.4. Creating Touchpoints
Pada tahap keempat dilakukan finalisasi dan pengembangan terhadap elemen desain yang telah ada. Selanjutnya dilakukan aplikasi elemen pada media-media yang telah dibuat melalui perencanaan strategi konten. Rencana strategi konten yang akan disampaikan kepada target audiens harus disusun dengan matang dan relevan agar dapat menyampaikan pesan dengan efektif dan tepat sasaran (Wheeler, 2018, hlm. 166-169).
3.2.5. Managing Assets
Ketika melakukan perancangan ulang brand identity, salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah komitmen untuk mempertahankan konsistensi dari brand
85 yang sedang dibangun. Setelah pembaharuan dari brand telah dipublikasikan, maka audiens utama dari proses tersebut merupakan pegawai dari brand karena mereka merupakan kunci dari keberhasilan sebuah brand. Untuk memastikan elemen yang terdapat pada brand digunakan dan diaplikasikan dengan konsisten maka dapat dibuat graphic standard manual yang berguna sebagai acuan dan guidelines dalam penerapannya pada berbagai media yang diperlukan (Wheeler, 2018, hlm. 194-204).