• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan memberikan pencaharian untuk masyarakat 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan memberikan pencaharian untuk masyarakat 1."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanah berperan penting dalam semua aktivitas hidup manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ketika meninggal manusia tanah tetap diperlukan untuk media penguburannya. Dalam kehidupan manusia tanah memiliki peranan sangat penting sebab memiliki aspek yang luas sekali yang meliputi aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, produksi dan aspek pertahanan dan keamanan. Indonesia merupakan negara agraris tentunya tanah memiliki peran yang penting sekali dalam keberadaan masyarakat Indonesia. Tanah digunakan sebagai tempat masyarakat daerah bersosialisasi dan memberikan pencaharian untuk masyarakat1.

Konflik merupakan kejadian yang umum dalam komunikasi antar manusia. Istilah konflik sering digambarkan sebagai perlakuan negatif, namun secara global proses pemecahan konflik yang tidak memuaskan adalah pemecahan dari konflik tersebut. Konflik yang bermula dari tempat berbeda, dari sumber berbeda dapat terbentuk karena berbagai sebab dan dalam berbagai tatanan seperti konflik pribasi, konflik komunal dan non komunis, konflik politik, konflik kelas, konflik agama, konflik politik, konflik budaya, konflik nilai dan konflik kepentingan, dan lain-lain.

1 SoerjonoSoekantodanSoleman B.Taneko, HukumAdat Indonesia. Cetakan KeEmpat, (Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada, 2001), halaman 172

(2)

Konflik merupakan sebuah ungkapan keperluan, kuantitas dan kepercayaan (Hugh, 2012) pendefinisian itu mengungkapkan konflik merupakan realitas yang muncul pada kehidupan sehari-hari. Salah satu ahli sosiologi, Max weber mendefinisikan kata konflik dengan sebuah sistem hubungan sosial terdapat tindakan sengaja didalamnya yang ditujukan untuk keberatan pihak lain baik secara damai atau kekerasan (Afrizal, 2018) secara simple, konflik didefinisikan sebagai perselisihan dengan di tandai oleh pergerakan dari dua golongan atau lebih golongan sehingga menimbulkan penolakan. (Novri, 2009)2.

Di Indonesia persoalan konflik pertanahan masih terus berjalan, menurut data yang dikeluarkan oleh Mahkamah agung terdapat kurang lebih 4820 perkara sengketa tanah pada tahun 20173. Angka tersebut membuktikan bahwa konflik agraria di

Indonesia yang terjadi masih tergolong tinggi. Di kelas provinsi menurut laporan Komerisum pembaruan agraria tahun 2017, provinsi yang memiliki tingkat konflik agrarian terbanyak adalah Jawa Timur sebanyak 60 kasus dari konflik agraria Nasional yang berjumlah 659 konflik4. Dari berbagai kasus konflik agraria yang terjadi di wilayah Provinsi Jawa Timur ada lebih dari 10 konflik agraria yang tercatat memiliki skala besar dan terindikasi atas adanya aksi kesengajaan dalam melawan hukum atas

2 Yuliana. 2019. Ritual Adat Hinting Pali Sebuah Resolusi Konflik Alternatif: Strategi Membuka Komunikasi Pada Konflik Tanah Adat Antara Komunitas Adat Tamanggung Doho Dengan PT Karya Dwi Putera (PT KDP) Di Desa Tumbang Marak Kalimantan Tengah. Jurnal sosiologi Nusantara. Vol. 5, no. 2

3 Data jumlah kasus pertanahan di Indonesia pada website Mahkamah Agung RI

http://badilum.mahkamahagung.go.id/publik/statistik-perkara-perdata/2512-statistik-perkaraperdata-klasifikasi-objek-sengketa-tanah-tahun-2017.html diakses pada 14 Maret 2018 4 Grafis Konsorsium pembaruan Agraria 2017

(3)

tanah (mafia tanah) di dalamnya5. Bahwa praktik mafia adalah salah satu dari beragam

penyebab terhambatnya proses penanganan konflik atau justru juga salah satu penyebab terjadinya konflik pertanahan.

Konflik Agraria kerap mengakibatkan sengketa yang berkepanjangan dan menyebabkan ketidakstabilan politik. Jika tidak diselesaikan secara dini hal tersebut berpotensi mengundang ancaman. Sengketa perebutan lahan adalah salah satu contoh konflik agraria yang kerap terjadi pada kehidupan bermasyarakat. Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya konflik agraria adalah adanya ketimpangan dan ketidakberdayaan mengakses faktor dan alat reproduksi pertanian6

Pada permasalahan yang terjadi konflik alih fungsi lahan antara Kepala Desa Sumberpasir dengan warga RT 07 yang terjadi di Embung Cempaka Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Pada awal permasalahan tanah pertanian salah satu warga RT 07 mempunyai potensi sumber air yang cukup bagus dan jernih, dengan begitu ada proses kerjasama program pembangunan dari desa, tetapi tidak ada perjanjian tertulis atau hitam diatas putih, hanya perjanjian kepala desa dengan warga yang mempunyai tanah tersebut. Pelaksanaan Pemerintahan Desa berpedoman pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pengaturannya berlandaskan opini bermacammacam, kontribusi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka pelaksanaan pemerintahan desa adalah bagian sistem pengelolaan pemerintahan, sehingga desa memegang kewenangan dalam

5 Berita Online pada www.jawapos.com/read/2017/09/08/155924/kapolda-jatim-satgas-harus-burumafia-tanah-kelas-kakap koran edisi 8 sep 2017 diakses pada 19 Maret 2018

6 Sugeng Bayu Wahyono dkk. Dinamika Konflik Dalam Transisi Demokrasi. Yokyakarta: Pengembangan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (INPEDHAM) 2004: Hal 29

(4)

menata dan mengelola kebutuhan masyarakat7. Yang akhirnya ada suatu kerja sama

antara desa dan warga untuk membangun sebuah kolam peternakan ikan mujair pada tahun 2014 untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, yang mana tanah tersebut berupa ladang kangkung, selada air dan padi. Pada awal tahun 2014 tanah dengan luas 400m dipetak peternakan perikanan dan pengairan air, yang langsung dapat bantuan dari Dinas Perikanan berupa 10 bungkus bibit ikan yang masing-masing berisi 100 ekor dan makan resep ikan.

Setelah itu 2015 dapat bantuan lagi dari Dinas Pengairan berupa pemompa pembuka atau penutup air guna untuk mengairi lahan pertanian di atas lahan tersebut. Selama 1 tahun setiap panen peternakan ikan tersebut tidak ada hasilnya, menurut warga yang mengurus peternakan ikan tersebut, ikan hilang atau di curi orang, akhirnya peternakan ikan tidak dapat berlangsung lama. Tanah yang sudah dipetakkan tadi tidak digunakan hanya beberapa bulan, akhirnya pada tahun 2017 warga RT 07 mempunyai inisiatif untuk membangun pemandian tanah yang dipetak dengan luas 400m, dengan persetujuan atas pemilik tanah 6 orang, diantaranya pak Msmn, pak Tkt, bu Mk, pak Khf, bu Ank, pak Bsr

Dari pembangunan pemandian pada tahun 2017 seluas 400m warga RT 07 tetapi hanya 11 KK saja yang mengikuti mengelola perkembangan Pemandian Embung Cempaka atau hanya sukarelawan saja. akhirnya mengadaikan salah 1 sertifikat rumahnya yang atas nama bapak Msmn, pada saat itu mengadaikan sertifikat dengan jumlah Rp. 70.000.000 untuk modal membangun pemandian. Tahun 2018 mulai

(5)

berkembang lagi dengan tambahan tanah yang berailh fungsi lahan dengan luas tanah 120m untuk kolam pemandian anak-anak dan itu modalnya juga mengadaikan salah satu sertifikat rumah yang atas nama bapak Bsr dengan jumlah Rp. 70.000.000. Pada tahun 2018 kepengurusan hanya 7 orang saja, total alih fungsi lahan sampai saat ini luasnya 520m. Melihat dari perkembangannya cukup bagus banya beberapa bulan saja, Dengan begitu Lurah Sumberpasir pada saat itu mengajak kerjasama dengan surat tertulis agar pemandian Embung Cempaka guna bisa menjadi Icon desa dan bisa masuk dalam BUMdes, tetapi warga RT 07 menolak, alasannya karena Pemerintahan Desa tidak memberikan bantuan kepada pemandian Embung Cempaka dan pada saat itu juga perjanjian tertulis di robek oleh warga RT 07, akhirnya terjadilah konflik antara Lurah desa Sumberpasir dengan warga RT 07. Konflik terjadi pada 2017 sampai saat ini belum terselesaikan, karena warga RT 07 yang tidak mau bahwa tanahnya di akui oleh Kepala Desa. Berdasarkan konflik di atas tidak hanya konflik alih fungsi lahan tetapi juga konflik tata pengelolaan yang mana pemerintahan Desa ingin ikut serta dalam pengelolaan.

Disini terlihat bentuk konflik pertanahan yang terjadi memiliki motif menunjukan kedudukan pemerintah dan pemodal sangat kuat untuk memutuskan arah dan bentuk perubahan sosial yang sering disebut atas nama pembangunan dan sebaliknya kedudukan rakyat yang lemah. Penelitian ini menjelaskan bahwa Pemerintah Desa ingin mengambil alih pengelolaan Embung Cempaka yang awalnya dibangun olah warga RT 07 Desa Sumberpasir dan dengan modal warga sendiri tanpa anggaran dari Pemerintah Desa. Pada keadaan ini, rakyat terpaksa menelan seluruh hal yang akan dilakukan oleh Pemerintah Desa untuk keperluannya secara langsung.

(6)

Tetapi disisi lain, ada suatu perjanjian kerjasama tertentu dengan pemerintah, karena sebesar-besarnya adalah untuk kemakmuran rakyat. Hal tesebut berlaianan dengan dasar ideologi dan tujuan dasar politik agraria nasional yang terdapat dalam UUPA yang berasaskan pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang tertulis sebagaimana berikut ini.“ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasi

oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat”. Negara

tidak perlu berperan sebagai pemilik, seperti yang telah dimuat dalam pasal tersebut di atas, negara hanya sepatutnya bertindak selaku penguasa untuk menjadi pemimpin dan pengatur kekayaan nasional sebesar-besarnya bagi kemakmuran

rakyat8.

Dengan latar belakang ini, negara mempunyai hak untuk melakukan pengaturan, serta melaksanakan peruntukan, pemanfaatan serta perlindungan terhadap sumberdaya alam dengan maksud menyejahterakan masyarakat. Tetapi bukti empiris yang terdapat di dalam kalimat “sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” masih harus dipertanyakan implementasinya. Sebab yang berlangsung saat ini malah masyarakat disekitar pemanfaatan sumberdaya alam lebih mengalami kerugian baik fisik dan ekonomi yang selama ini dirasakan dari generasi ke generasi.

“Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan”, merupakan langkah selanjutnya dari Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

8Eddy Ruchiyat, S.H. 2006. Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Reformasi. Bandung . P.T Alumni hal 1

(7)

Berkelanjutan, berkaitan dengan penggunaan lahan, salah satu risiko terhadap ketahanan pangan adalah alih fungsi lahan memiliki keterkaitan yang sungguhsungguh terhadap produksi pangan lingkungan fisik, dan kesejahteraan masyarakat pertanian juga perdesaan yang kehidupannya bertopang pada lahan mereka. Pada permasalahan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Embung Cempaka Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang sejatinya akan menjadi sumberdaya alam berkelanjutan dengan pembangunan awal menjadi budidaya ikan tetapi sekarang di alih fungsi lahankan menjadi pemandian. Hal tersebut merupakan sumber dari munculnya sebuah konflik antara Pemerintah Desa dengan Warga RT 07.

Penyelesaian konflik antara Pemerintahan Desa Sumberpasir dengan RT 07 bukanlah hal yang mudah, tetapi hal penyelesaian konflik ini haruslah terselesaikan, karena konflik adalah suatu proses dari berbagai kejadian yang tertuju kepada hubungan yang dibersamai dengan kekerasan antara dua golongan atau lebih. Hal inilah salah satu dampak dari adanya konflik jika konflik terus-menerus terjadi. Oleh karena itu pemerintah desa mengupayakan dalam hal seperti ini akan terus berusaha memberbaiki kesejahteraan dan tetap berhubungan baik dengan rakyatnya serta selalu mengajak kerjasama dengan tujuan bersama.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana resolusi konflik alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan objek wisata pada Embung Cempaka sumberpasir kecamatan Pakis Kabupaten Malang ?

(8)

2. Apa saja faktor hambatan dalam resolusi konflik alih fungsi lahan Pertanian menjadi lahan objek wisata pada Embung cempaka sumberpasir

Kecamatan Pakis ? C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui bagaimana resolusi konflik alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan objek wisata pada Embung cempaka sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

2. Untuk mengetahui faktor hambatan dalam resolusi konflik alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan objek wisata di Embung cempaka sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

D. Manfaat Penelitian

Harapannya penelitian ini dapat memperluas wawasan pada bidang sosialpolitik untuk peneliti serta pihak lainnya terutama pada analisa konflik dan upaya penyelesaiannya. Selain itu juga penelitian ini bisa bermanfaat secara akademi maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Harapannya hasil penelitian ini dapat menyampaikan dedikasi pikiran baik itu ide atau gagasan serta bahan untuk pembelajaran dalam menganalisa konflik yang sangat komleks, hanya pada kehidupan berpolitik tetapi kehidupan sosial lainnya. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pengarahan dalam mengatasi kasus konflik dari akibat alih fungsi lahan

b. Bagi masyarakat, dapat memberikan penjelasan serta pendidikan sebagai upaya untuk menangani dan menghindari konflik

(9)

E. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual ini adalah batasan masalah variabel yang digunakan sebagai panduan penelitian untuk memudahkan pengoprasian di lapangan.

a. Resolusi Konflik

Resolusi konflik adalah upaya menyelesaikan permasalahan konflik yang ada serta berupaya meningkatkan ikatan baru yang dapat bertahan lama diantara gelongan-golongan yang berseteru. Setiap resolusi konflik pada akhirnya wajib sanggup mendukung semua pihak yang berkonflik guna menghentikan seluruh aksi perselisihan terhadap satu sama lain dan juga bisa saling menerima keberadaan satusama lain. Resolusi konflik tampaknya menjadi alat yang sangat mendesak untuk dikuasai di tengah proses perubahan yang terus berlangsung, dimana keterbukaan seringkali menjadi medan pertarungan kepentingan. Mediasi dan resolusi konflik ditujukan bagi mereka yang mencari solusi untuk menciptakan keadilan, kedamaian, apapun latarbelakang mereka. Mereka tidak lain adalah hak asasi, penciptaan kedamaian dan keadilan, resolusi konflik dan pencegahan konflik9.

Pada penjelasan diatas maka yang diartikan dengan resolusi konflik merupakan suatu metode antara pihak yang berkonflik guna menuntaskan permasalahan yang sedang dihadapinya secara teliti hingga permasalahan selesai. Resolusi konflik juga mengupayakan pemakaian berbagai cara yang lebih demokratis serta konstruktif guna menuntaskan konflik dengan memberikan peluang pada pihak-pihak yang berkonflik

9 Jamil, M. Muksin. 2007. Modul Training : MEDIASI DAN RESOLUSI KONFLIK. Semarang, Wali Songo Mediation (WMC). Hal xxiv

(10)

untuk menuntaskan masalah. Dengan begitu akan mempermudah dalam menyelesaikan konflik apabila kedua belah pihak saling berpendapat tentang kemauannya, dan juga keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah atau mediator yang bijak, netral dan adil untuk menolong semua pihak yang mempunyai konflik menuntaskan masalahnya. b. Alih Fungsi Lahan

Suatu metode peralihan pemanfaatan lahan dari bentuk pemanfaatan lahan pertanian menjadi pemanfaatan lahan ke-non pertanian adalah pengertian dari Alih Fungsi Lahan. Lahan adalah sumber daya berperan pentig dalam mencukupi bermacam-macam keperluan manusia. Apabila dilihat dari segi ekonomi, lahan adalah sumber pamasukan tetap yang utama untuk bermacam ativitas produksi dari produk pertanian dan non-pertanian. Banyaknya lahan yang digunakan pada setiap kegiatan produksi tersebut secara umum adalah permintaan turunan dari produksi kebutuhan dan permintaan produk. Karena itu pertambahan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan produksi hendaknya ditetapkan oleh perkembangan jumlah permintaan pada setiap produk. Diketahui secara umum dibandingkan dengan produk non pertanian, produk pangan kurang efisien dengan pendapatan, dampaknya adalah pembangunan ekonomi sehingga tingkat penghasilan condong memicu bertambahnya permintaan lahan yang digunakan untuk tindakan di luar pertanian 10.

Secara umum proses alih fungsi lahan diawali karena terdapat proses alih penguasaan lahan. Namun faktanya terdapat proses tumpeng tindik penguasaan dan

10Prasada, I. M. Y., & Rosa, T. A. (2018). DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 14(3), 210-224.

(11)

pengeloaan sumber daya yang terjadi di belakang proses alih fungsi lahan. Permasalahan yang sering terjadi dalam proses alih penguasaan lahan yaitu, (1) adanya suatu proses perebutan hak atas tanah dan penguasa lahan, (2) kecenderungan semakin terpusatnya tata penguasaan lahan dan pengelola antara kelompok Pemerintah Desa dengan Masyarakat tertentu, dan (3) bertambahnya kelompok masyarakat tanpa lahan. Dalam hal ini menjadikan proses alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan Objek Wisata mengalami pertentangan dalam penguasa lahan.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional berfungsi untuk mengoprasikan berbagai konsep yang ada sehingga diperoleh varaibel yang jelas. Definisi operasional tersusun atas indikator-indikator yang nantinya diketahui dan diukur, jadi dapat ditemukan dideskripsi secara jelas mengenai berbagai variabelnya. Berikut ini merupakan beberapa indikator yang memiliki hubungan dengan upaya resolusi konflik alih fungsi lahan embung cempaka kecamatan pakis Kabupaten Malang sebagai berikut.

1. Bagaimana resolusi konflik ahli fungsi lahan pertanian menjadi lahan obyek wisata pada Embung Cempaka sumberpasir kecamatan Pakis

Kabupaten Malang.

a. Identifikasi konflik di desa Sumberpasir, Salah satu bentuk cara menginterpretasikan situasi konflik adalah identifikasi yang didasari oleh: 1. Kronologi konflik Pada awal permasalahan tanah pertanian salah satu

warga RT 07 mempunyai potensi sumber air yang cukup bagus dan jernih, dengan begitu ada proses kerjasama program pembangunan dari desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarakan

(12)

UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 sisttematikanya berdasarkan pemikiran keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga penyelenggraan pemerintahan desa adalah bagian sistem penyelenggaraan pemerintahan, oleh sebab itu desa memiliki wewenang dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat11. Yang akhirnya ada suatu kerja sama antara

desa dan warga untuk membangun sebuah kolam peternakan ikan mujair pada tahun 2014 untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, yang mana tanah tersebut berupa ladang kangkung, selada air dan padi. Dari tahun ketahun tidak ada perkembangan lagi dengan pembudidayaan ikan serta lahan kolam pun tidak berfungsi, akhirnya RT 07 mempunyai inisiatif sendiri untuk membuat

pemandian hingga sampai saat ini.

2. Faktor penyebab terjadinya konflik, warga RT 07 tidak rela bahwa usaha yang dilakukan pada tahun 2017 itu akan di ambil alih oleh pemerintahan Desa yang menjadikan konflik ini masih terjadi.

3. Aktor dari Identifikasi dilakukan oleh kedua belah pihak yang berkonflik yaitu kelompok warga RT 07 dengan Kepala Desa Sumberpasir serta Pemerintahan desa sebagai usaha mengidentifikasi kondisi konflik. Seluruh pihak yang berperan, pemicu konflik serta mengkaji terhadap sumberdaya ataupun keterbatasan. Dari segi lain instansi pemerintah desa mempunyai wewenan untuk identifikasi

(13)

konflik, selaku lembaga yang juga memiliki kewenangan untuk menyelesaikan kasus ini.

b. Proses resolusi konflik

Pokok dari proses resolusi konflik ialah untuk menyelesaikan masalah konflik yang dianggap sebagai masalah sosial yang wajib diselesaikan dari sumbernya dan perlu untuk dipecahkan. Resolusi konflik dengan penyelesaian masalah dipilih sebab antarpihak yang berkonflik tanpa ada tekanan dan ingin menyelesaikan masalah tersebut secara interaktif. Terdapat tiga tahapan dalam proses resolusi konflik dengan pemecahan masalah12

1. Negosiasi

Negosiasi merupakan cara interaksi sosial antara pihak-pihak dengan mengetahui solusi dan berusaha mencapai kesepakatan. Ketidaksepakatan pendapat dalam interaksi tersebut dapat mencegah kedua dalam mencapai tujuan mereka. Pada proses tersebut terjadi tawar-menawar untuk menciptakan sesuatu. Kesepakan antar pihak-pihak yang berinteraksi dan akan menjadi dasar pembentukan aturan baru atau standar merupakan hasil dari tahapan tersebut.

2. Mediasi

Pelibatan pihak ketiga sebagai upaya penyelesaiian konflik merupakan pengertian dari mediasi. Pada proses penyelesaiian konflik tersebut terdapat

12 Purwoko, Budi.2020. Skripsi Mahasiswa UM. (Pengembangan Buku paket Bimbingan Kecakapan Menyelesaikan Konflik Interpersonal secara Konstruktif Bagi Siswa SMA). Mulok.library.um.ac.id

(14)

perbincangan atau kesepakatan melalui musyawarah. Karena sifat mediasi didasari oleh musyawarah, maka tidak diperkanankan terdapat desakan dari hasil yang disepakati nanti. Kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan atas persoalan yang tengah dihadapinya.

3. Pengambilan keputusan berdasarkan consensus

Kesepakatan yang diperoleh dari berbagai pihak yang terlibat atas sesuatu hal yang dilakukan secara sengaja, bersifat kolektif sebab menggabungkan banyak pihak. Sebelum suatu keputusan diperoleh, biasanya ada silang pendapat dan pemasalahan yang mendasarinya maka diperlukan upaya bersama untuk mendapatkan kesepakatan.

2. Apa saja faktor hambatan dalam resolusi konflik ahli fungsi lahan Pertanian menjadi lahan obyek wisata pada Embung cempaka sumberpasir Kecamatan Pakis

?

a. Sumberdaya Manusia yang terdapat dari kelompok warga, sebenarnya pemahaman warga pada sistem manajemen dari strategi masing-masing dalam menuju penyelesaian konflik.

b. Adanya perbedaan pendapat dari kedua belah pihak yang sulit untuk diselesaikan. Masih mengutamakan egoisme dari masing-masing yang terlibat konflik

c. Kurangnya dukungan Anggaran dari Pemerintah Desa dan Transparansi dari Pemerintah desa, mengakibatkan warga RT 07 membangun dengan dari pihak warga masing-masing yang terkait.

(15)

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penulis memilih metode ini dikarenakan ingin mengeksplorasi dan mendeskripsikan bagaimana resolusi konflik alih fungsi lahan dalam menyelesaikan konflik dan mensejahterakan pengguna lahan tersebut.

Penelitian deskriptif kualitatif dipilih dengan maksud untuk didapatkannya informasi dan data tentang peristiwa saat ini yang sedang berlangsung dari subjek penelitian. Hal tersebut dikarenakan hakikat dari penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan dalam penelitian terhadap status sekelompok manusia, suatu objek dengan sehingga dihasilkan deskriptif, gambaran sistematis, objektif dan akurat mengenai fakta-fakta atau peristiwa yang diteliti.

2. Sumber Data a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah penelitian dilapangan secara langsung, dengan memakai metode pengumpulan data. Salah satu Teknik pengumpulan data primer adalah wawancara. Kegiatan wawancara bertujuan untuk mendapatkan

pemaparan lebih lanjut atau mengenal realitas dari penelitian suatu kejadian, sehingga dilakukan wawancara oleh peneliti kepada subjek penelitian, bertujuan supaya data yang diperoleh objektif. Tujuan lainnya adalah untuk menjumpai hubungan antar

(16)

peristiwa yang terjadi sehingga hingga pada akhirnya diperoleh kesimpulan dari penelitian ini serta guna memperjelas pemahaman peneliti terhadap suatu hal.13.

3. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dadidapatkan dengan cara melakukan kajian Pustaka melalui pembelajaran literatur, dokumen remsi, serta peraturan perundangundangan yang memeliki keterkaitan dengan objek penelitian. Data ini kami peroleh dari website Pemerintahan Desa Sumberpasir. Data sekunder digunakan untuk memperoleh teori dasar penelitian dan memperkuat data primer yang telah didapatkan dengan kegiatan observasi dan wawancara, data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui data dokumentasi di wilayah Embung Cempaka Sumberpasir, dengan menggunakan sumber-sumber: Perundang-undangan Pemerintah Desa, atau peraturan yang berlaku PP Tentang Penetapan dan Alih fungsi lahan Pertanian Berkelanjutan, Jurnal Pemerintah dan jurnal Politik serta sumber dari kedua belah pihak yang berkonflik.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau sumber informasi yang meyakinkan dan lengkap dalam penelitian Resolusi Konflik Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Obyek Wisata Pada Embung Cempaka Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

a. Kepala desa Sumberpasir

b. Pemerintah Desa beserta jajarannya

13Hamid, F. Motif Pemilihan Metode Penelitian dalam Penyusunan Skripsi (Studi pada

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, 5(3), 280-289.

(17)

c. Warga RT 07 RW 02 atau Kepengurusan Embung Cempaka yang berjumlah 7 orang

d. Pihak ketiga sebagai mediator beserta pendamping berjumlah 2 orang 4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan lokasi dimana data-data dan informasi yang akan diteliti diperoleh. Penelitian ini berlokasi di Desa Sumberpasir, Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

5. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data merupakan metode dalam memperoleh berbagai informasi serta fakta yang terdapat di lapangan. Berikut ini merupakan teknik-teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ::

a. Wawancara

Pengertian dari wawancara merupakan kegiatan bertukar informasi yang dilakukan oleh dua orang melalaui tanya jawab yang mengenai suatu topik tertentu.

Secara umum, didasarkan pada (Creswell, 2010)”Wawancara merupakan interaksi bertanya dan memberikan jawaban sambil bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber yang mengharapkan untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitin yang berpedomanan pada pedoman wawancara, dimana pewawancara dan narasumber terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Metode wawancara semacam ini dilakukan secara resmi dan mendalam untuk mendapatkan data dan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan yang diharapkan. ”

(18)

b. Observasi

(Creswell, 2010) Dalam penelitiaan kualitatif observasi yang dapat dibuat adalah, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, serta observasi kelompok tidak terstruktur. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini digunakan observasi tidak terstruktur. Observasi tidak berstruktur merupakan observasi yang dilakukan tanpa berpedoman dengan panduan observasi. Pada observasi tidak terstruktur ini peneliti atau pengamat dapat membangun daya pengamatannya dalam mengamati sebuah objek. Teknik pengamatan ini dilaksanakan dengan mengamati terjadinya konflik dan penyelesaiannya di Embung Cempaka Sumber Pasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

c. Dokumentasi

Menurut (Creswell, 2010), ”Telaah dokumen merupakan metode dalam menghimpun informasi yang diperoleh dari dokumen, yaitu peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, rapor, peraturan perundang-undangan, buku harian, suratsurat pribadi, catatan biografi, dan lain-lain yang mempunyai keterlibatan dengan masalah yang diteliti. ”Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan melihat mengenai gambaran Embung Cempaka, struktur Pemerintah Desa dan struktur kepengurusan Embung Cempaka serta menganalisis dokumen-dokumen mengenai proses alih fungsi lahan, serta menganalisis dokumen-dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sumberpasir, dan lain-lain14.

14Pratiwi, I. A. (2018). ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA KEPUTUSAN

PEMBERIAN KREDIT MIKRO (STUDI PADA PT. BANK JATIM GRESIK)(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).

(19)

6. Teknik Analisis Data.

Menurut (Creswell, 2010) Dapat dilakukan Analisa data ketika data empiris yang didapatkan berbentuk data kualitatif yang bukan berupa deretan angka melainkan berupa kata-kata, dan tidak dapatdisusun dalam kalompok/ struktur klasifikasi. Data kualitatif umumnya dihimpun dengan berbagai metode yaitu observasi, wawancara, serta perekaman. Kemudian data yang tercatat terlebih dahulu dilakukan pemrosesan, sebelum nantinya siap digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih tulis. Tetapi pada penelitian kualitatif analisis secara konsisten dilakukan memakai kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas, dan dalam analisisnya tanpa memakai memakai alat bantu perhitungan matematis atau statistika. Tiga tahapan yang terdapat dalam analisis penelitian kualitatif, yaitu:

a. Reduksi data

Proses reduksi data dilakukan yang dilakukan pada tahap pengumpulan data dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Proses tahapan analisis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengelompokkan data sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan sehingga diperoleh hasil akhirnya yang dapat ditarik dan diverifikasi. Tahapan reduksi data yang sering disebut dengan proses tranformasi memiliki tahap lanjutan sesudah terselesaikannya penelitian lapangan sampai laporan akhir lengkap. Oleh sebab itu pengolahan penelitian kualitatif dapat dibuat secara simpel dan di transformasikan dalam berbagai cara melalui pemilahan, ringkasan, pengumpulan dalam pola yang universal, dan sebagainya.

(20)

b. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif setelah tahapan reduksi data tahap selanjutnya adalah tahap penyajian data. Data yang diperoleh dari penelitian kuantitatif disajikan berupa bentuk grafik, tabel, dan sejenisnya. Berbeda dengan penelitian kualitatif data disajikan dalam bentuk ringkasan, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam penyajian data kualitatif sering digunakan penyajian data dalam bentuk ringkasan naratif. Tahap penyajian data ini bertujuan untu mempermudah dalam menginterpretasikan sesuatu kejadian, membuat rencana kerja selanjutnya berdasarkan informasi yang diperoleh dari penyajian data tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal ini bersifat sementara dan dapat berubah jika diterdapat bukti kuat sebagai pendukung pada tahapan pengumpulan data selanjutnya. Namun jika dikemukakan penarikan kesimpulan pada tahap awal memiliki bukti pendukung yang meyakinkan serta konsisten ketika peneliti terjun ke lapangan kembali dan memperoleh data, sehingga hasil penarikan kesimpulan tersebut yang bersifat

kredibel.

Referensi

Dokumen terkait

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penambahan biotetes Sozo FM -4 dalam ransum ternak babi lokal periode grower berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap rataan konsumsi

Konsep manajemen diri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen dalam ilmu ekonomi, karena dalam konsep manajemen diri yang dalam penelitian komunikasi

Perkerasan jalan adalah suatu bagian konstruksi jalan yang terletak diatas tanah dasar yang bertujuan untuk melewati lalulintas dengan aman dan nyaman

Penelitian yang dilakukan oleh Rusmin (2010) menunjukkan bahwa discretionary accruals yang merupakan proksi manajemen laba perusahaan yang diaudit oleh

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalaa anugerah-Nya sehinga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN

Metro sebagai ruang terbuka publik Metode deskriptif 7 Desti Rahmiati , Bambang Setioko, Gagoek Hardiman, 2013, Universitas Bandar Lampung Pengaruh Perubahan Fungsi