• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PELAJAR KELAS X DI SMA NEGERI 1 BANGKINANG KOTA PADA MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PELAJAR KELAS X DI SMA NEGERI 1 BANGKINANG KOTA PADA MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PELAJAR KELAS X DI SMA NEGERI 1 BANGKINANG KOTA PADA MASA PANDEMI

COVID-19

SKRIPSI

OLEH : RURI SELVIA

170100186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PELAJAR KELAS X DI SMA NEGERI 1 BANGKINANG KOTA PADA MASA PANDEMI

COVID-19

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

OLEH : RURI SELVIA

170100186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi dengan baik dan lancer. Skripsi ini berjudul,

“Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur Pelajar Kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota Pada Masa Pandemi Covid-19” dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua, Ayahanda Peltu Sukiman, Ibunda Suriani dan Adik Ririn Dwi Anggraini atas doa, dukungan dan semangat yang terus diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Prof. Dr. dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Gema Nazri Yanni, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu penulis, senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, memberikan saran dan masukkan sehinggan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dr. rer. Medic., dr. M. Ichwan, M.sc selaku Dosen Ketua Penguji dan Dr. dr.

Yetty Machrina, M.Kes selaku Dosen Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan nasehat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat terbaik penulis, khususnya Livia Janice Purba, Sonia Febiola Hutabarat, Khairi Alfi Syahriani, Hening Yumi Wardoyo Putri, Febby Viona Gisella Tambunan, Dini Khairani, dan Sittia Mulyati Khasannah Uswanas yang terus menjadi sahabat seperjuangan penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

(5)

6. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 untuk kebersamaannya selama ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukkan yang membangun untuk perbaikkan skripsi ini di kemudian hari. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2020

Ruri Selvia

170100186

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Singkatan ... viii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Bagi Peneliti ... 3

1.4.2. Bagi Responden ... 4

1.4.3. Bagi Masyarakat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Media sosial ... 5

2.1.1. Sejarah Perkembangan Media Sosial ... 5

2.1.2. Definisi Media Sosial ... 6

2.1.3. Ciri – Ciri Media Sosial ... 7

2.1.4. Macam – Macam Media Sosial ... 7

2.1.5. Penggunaan Media Sosial ... 11

2.1.6. Dampak Penggunaan Media Sosial ... 12

2.2. Tidur ... 13

2.2.1. Definisi Tidur ... 13

2.2.2. Fisiologi Tidur ... 14

2.2.3. Tahapan Tidur ... 15

2.2.4. Siklus Tidur ... 17

2.2.5. Pola Tidur ... 17

2.2.6. Kebutuhan Tidur ... 18

2.2.7. Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur ... 18

2.2.8. Skala Pengukuran Kualitas Tidur ... 19

(7)

2.2.9. Gangguan Tidur ... 20

2.3. Remaja ... 22

2.3.1. Definisi Remaja ... 22

2.3.2. Tahap Perkembangan Remaja ... 22

2.3.3. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja ... 23

2.4. Kerangka Teori ... 25

2.5. Kerangka Konsep ... 26

2.6. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Rancangan Penelitian ... 27

3.1.1. Jenis Penelitian ... 27

3.1.2. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 27

3.2. Populasi dan Sampel ... 27

3.2.1. Populasi ... 27

3.2.2. Sampel ... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4. Analisis dan Pengolahan Data ... 29

3.4.1. Pengolahan Data ... 29

3.4.2. Analisis Data ... 30

3.4.3. Definisi Operasional ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1. Kesimpulan ... 42

5.2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 47

LAMPIRAN A ... 49

LAMPIRAN B ... 50

LAMPIRAN C ... 51

LAMPIRAN D ... 52

LAMPIRAN E ... 61

LAMPIRAN F ... 65

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Gambaran Electroencephalography (EEG) Tidur Normal 15

2.2 Siklus Tidur Orang Dewasa 17

2.3 Kerangka Teori 25

2.4 Kerangka Konsep 26

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tahapan Siklus Tidur 16

2.2 Kebutuhan Tidur Manusia 18

3.1 Definisi Operasional 31

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel 32 4.2 Distribusi Frekuensi Intensitas Penggunaan Media Sosial 36 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Pelajar 38 4.4 Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur 39

(10)

DAFTAR SINGKATAN BMR : Basal Metabolism Rate

COVID : Corona Virus Disease

DSM : Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders EEG : Electroencephalography

ICSD : International Classification Of Sleep Disorder Kemenkominfo : Kementerian Komunikasi Dan Informatika NREM : Non Rapid Eye Movement

PSQI : Pittsburgh Sleep Quality index REM : Rapid Eye Movement

SPSS : Statistical Package For The Social Science

(11)

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PELAJAR KELAS X DI SMA NEGERI 1 BANGKINANG KOTA PADA MASA PANDEMI COVID-19

Ruri Selvia1

1Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Latar Belakang. Manusia memiliki kebutuhan tertentu, baik kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan psikologis. Salah satu kebutuhan fisiologis yaitu istirahat atau tidur. Pola tidur mencakup jadwal masuk tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur, mempertahankan kondisi tidur, serta kepuasan tidur. Pola tidur akan berubah – ubah seiring bertambahnya usia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola tidur adalah gaya hidup. Ketidakmampuan remaja dalam manejemen waktu penggunaan media sosial dengan baik dan benar ketika berada di sekolah maupun di rumah, akan berdampak pada ketidakaturan pola istirahat dan tidur pada remaja.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada pelajar kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada masa pandemi Covid-19. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain studi cross sectional. Data yang digunakan merupakan data primer. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan uji statistik chi square.

Hasil. Dari penelitian ini didapatkan hasil responden yang aktif menggunakan media sosial sebanyak 66 orang (82,5%) dan yang tidak aktif menggunakan media sosial sebanyak 14 orang (17,5%). Hasil kuesioner untuk kualitas tidur yang mengalami kualitas tidur baik sebanyak 48 orang (60,0%) dan yang mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 32 orang (40,0%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value 0,031 (<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur. Kesimpulan. Terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada pelajar kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota di masa pandemi Covid-19.

Kata kunci : Kualitas Tidur , Intensitas Penggunaan Media sosial

(12)

RELATIONSHIP OF INTENSITY OF USE OF SOCIAL MEDIA WITH QUALITY OF SLEEP IN CLASS X STUDENTS IN SMA NEGERI 1 BANGKINANG KOTA IN THE PANDEMIC TIME COVID-19

Ruri Selvia1

1Faculty of Medicine, University of North Sumatra

ABSTRACT

Background. Humans have certain needs, both physiological needs and psychological needs.

One of the physiological needs is rest or sleep. Sleep patterns include schedules for going to sleep and wake up, sleep rhythm, sleep frequency, maintaining sleep conditions, and sleep satisfaction.

Sleep patterns will change with age. One of the factors that can affect sleep patterns is lifestyle.

The inability of adolescents to manage their time using social media properly when they are at school or at home will have an impact on the irregularity of rest and sleep patterns in adolescents. Purpose. This study aims to determine whether there is a relationship between the intensity of social media use and the quality of sleep in class X students at SMA Negeri 1 Bangkinang Kota during the pandemic Covid-19. Method. This study is an analytical study using astudy design cross sectional. The data used are primary data. Data were collected using a questionnaire distributed to respondents. The data collected were analyzed using thestatistical test chi square. Result. From this research, it was found that the respondents who actively used social media were 66 people (82.5%) and 14 people who were not actively using social media (17.5%). The results of the questionnaire for sleep quality who experienced good sleep quality were 48 people (60.0%) and those who experienced bad sleep quality were 32 people (40.0%).

The results of thestatistical test chi square obtained a p value of 0.031 (<0.05) which indicated a relationship between the intensity of social media use and sleep quality. Conclusion. There is a relationship between the intensity of social media use and the quality of sleep in class X students at SMA Negeri 1 Bangkinang Kota during the pandemic Covid-19.

Keywords : Sleep Quality, Intensity of Use of Social Media

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Manusia memiliki kebutuhan tertentu, baik kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan psikologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan utama dan paling penting bagi tubuh manusia. Manusia akan memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu dari kebutuhan yang lain. Salah satu kebutuhan fisiologis yaitu istirahat atau tidur. Setiap manusia menghabiskan waktu hidupnya lebih kurang sepertiga waktu untuk tidur.

Tidur merupakan suatu proses yang penting bagi setiap individu untuk dapat berfungsi secara optimal baik yang sehat maupun yang sakit. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh.

Kondisi tidur memasuki suatu keadaan istirahat periodik dan pada saat itu kesadaran alam terhenti, sehingga tubuh dapat beristirahat. Otak memiliki sejumlah fungsi, struktur serta pusat - pusat tidur yang mengatur siklus tidur dan terjaga. Pada saat yang bersamaan tubuh menghasilkan substansi yang ketika dilepaskan di aliran darah akan menimbulkan efek mengantuk.

Manusia memiliki pola tidur yang berubah – ubah seiring bertambahnya usia.

Semakin bertambahnya usia maka tubuh mulai banyak melakukan beragam aktivitas.

Itulah sebanya, jam biologis akan berubah-ubah menyesuaikan dengan aktivitas dan ritme kebutuhan tubuh. Perubahan-perubahan ini penting untuk dicermati untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik.

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tidur, salah satunya adalah gaya hidup, contohnya seseorang menggunakan waktu tidurnya untuk bermain media sosial sehingga pola tidur berubah yang mengakibatkan kualitas tidur seseorang menjadi tidak baik.

Pesatnya ilmu pengetahuan teknologi dan informasi membawa internet dan media sosial sangat popular pada perkembangan komunikasi saat ini. Media sosial

(14)

memudahkan pengguna untuk mencari informasi, hiburan atau komunikasi di situs jejaring sosial. Perkembangan internet dan media sosial membawa dampak yang signifikan bagi penggunanya, tidak terkecuali dikalangan remaja. Mereka bebas mengakses informasi sesuai keinginan dan dapat berkomunikasi tanpa memikirkan waktu.

Media sosial saat ini sudah banyak jenisnya, sejak pertama kali dikenalkan dengan sosial media pada tahun 1978, saat ini telah mencapai angka puluhan juta.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2013, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.

Berdasarkan laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Berdasarkan total populasi Indonesia yang berjumlah 272,1 juta jiwa, maka itu artinya 64% setengah penduduk RI telah merasakan akses ke dunia maya.

Adapun media sosial yang paling banyak diakses oleh pengguna internet Indonesia dari paling teratas adalah YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, FB Messenger, LinkedIn, Pinterest, We Chat, Snapchat, Skype, Tik Tok, Tumblr, Reddit, Sina Weibo.

We Are Social juga mengungkapkan rata-rata kecepatan koneksi internet mobile hanya sekitar 13,83 Mbps, sedangkan rata-rata kecepatan koneksi internet fix di angka 20,11 Mbps.

Studi yang dilakukan oleh Bagus Dwi Laksono (2018) yang berjudul Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Kualitas Tidur pada Remaja di SMA Negeri 2 Kota Bangun terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada remaja di SMA Negeri 2 Kota Bangun. Sebanyak 59 responden (47,2 %) dengan kualitas tidur yang baik dan sebanyak 66 responden (52,8 %) dengan kualitas tidur yang buruk. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 2,253 yang berarti siswa yang sering menggunakan smartphone memiliki peluang sebesar 2 kali lipat

(15)

untuk mengalami kualitas tidur yang buruk dibandingkan siswa yang kurang menggunakan smartphone.

Melihat keadaan seperti pandemi Covid-19 saat ini, peneliti tertarik melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota, oleh karena peneliti berasal dari daerah tersebut sehingga memudahkan dalam perizinan dan pengambilan data. Selain itu peneliti belum mendapatkan data mengenai hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan gangguan pola tidur di daerah tersebut.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada pelajar kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada masa pandemi Covid-19?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada pelajar kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada masa pandemi Covid-19.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui intensitas penggunaan internet (media sosial) pada pelajar kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang kota pada masa pandemi Covid-19.

2. Mengetahui kualitas tidur pada pelajar kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada masa pandemi Covid-19.

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini penting bagi peneliti, sehingga dapat mengetahui hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada pelajar kelas X di

(16)

SMA Negeri 1 Bangkinang Kota, sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam melakukan penelitian, dan berguna untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana, serta dapat dijadikan bahan dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi Responden

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang intensitas penggunaan media sosial dan kualitas tidur, sehingga dapat mempertimbangkan dampak negatifnya, terutama pada masa pandemi Covid-19.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi masyarakat mengenai intensitas penggunaan media sosial dan kualitas tidur yang dialami oleh siswa agar orang tua dapat lebih lebih aktif mengontrol aktivitas anaknya.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.MEDIA SOSIAL

2.1.1.SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA SOSIAL

Sejarah dan perkembangan media sosial dapat dilihat sebagai berikut: (Astari, et all, 2019)

1. Tahun 1978, merupakan awal ditemukan sistem papan buletin, awal dimungkinkannya seseorang untuk dapat berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain menggunakan surat elektronik, atau mengunggah dan mengunduh perangkat lunak, yang semua itu dilakukan menggunakan saluran telepon yang terhubung modem.

2. Tahun 1995, ditemukan GeoCities, situs ini merupakan Web Hosting, yaitu layanan penyewaan untuk penyimpanan data situs web agar bisa diakses dari mana saja dan temuan ini menjadi tonggak berdirinya situs-situs web lain.

3. Tahun 1997, ditemukan situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun sebenarnya pada tahun 1995 telah ditemukan situs Classmates.com yang juga merupakan jejaring sosial.

Namun, Sixdegree.com dianggap lebih "menawarkan" sebuah situs jejaring sosial dibanding Classmates.com.

4. Tahun 1999, ditemukan situs untuk membuat blog pribadi, yaitu Blogger. Situs ini "menawarkan" kepada penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri, sehingga pengguna dari Blogger ini bisa memuat hal tentang apapun, termasuk hal pribadi ataupun untuk mengkritisi pemerintah, dan dapat dikatakan blogger ini menjadi tonggak berkembangnya sebuah media sosial.

5. Tahun 2002, ditemukannya Friendster, situs jejaring sosial yang pada saat itu menjadi booming, dan keberadaan media sosial menjadi fenomenal.

(18)

6. Tahun 2003, berdiri LinkedIn, yang tidak hanya berguna untuk bersosial, LinkedIn juga dapat digunakan untuk mencari pekerjaan, sehingga fungsi media Sosial makin berkembang.

7. Tahun 2003, berdiri MySpace, yang "menawarkan" kemudahan dalam menggunakannya, sehingga MySpace dapat dikatakan sebagai situs jejaring sosial yang "user friendly".

8. Tahun 2004, ditemukan Facebook, situs jejaring sosial yang terkenal hingga kini, merupakan salah satu situs jejaring sosial yang memiliki anggota terbanyak.

9. Tahun 2006, ditemukan Twitter, situs jejaring sosial yang berbeda dengan yang lainnya, karena pengguna dari Twitter hanya bisa mengupdate status atau yang bernama Tweet ini dan dibatasi 140 karakter.

10. Tahun 2010, ditemukan Instagram, situs jejaring sosial yang penggunanya dimungkinkan untuk membagikan foto, video, informasi, dan berbagai tulisan/artikel dengan mudah, awalnya hanya untuk pengguna iOS, tetapi sejak 2012 juga dimanfaatkan oleh pengguna Android.

11. Tahun 2011, ditemukan LINE, situs jejaring sosial yang penggunanya dapat berbagi foto, video, dan percakapan dengan pengguna lain.

12. Tahun 2011, ditemukan Google+, yang diluncurkan oleh Google, yang pada awal peluncuran Google+ hanya sebatas pada orang yang telah diundang oleh Google. Setelah itu Google+ diluncurkan secara umum.

2.1.2. DEFINISI MEDIA SOSIAL

Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2016), media sosial adalah fasilitas yang disediakan untuk para konsumen guna berbagi informasi melalui teks, video, gambar, dan audio antara satu orang dengan orang lain, satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau bahkan satu orang dengan perusahaan (Julia, 2020).

(19)

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan komunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Path, Instagram, myspace dan twitter. Jika media tradisional menggunakan media ceak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan member kontribusi dan feedback / umpan balik secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

2.1.3. CIRI – CIRI MEDIA SOSIAL

Media sosial mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : (Astari, et all, 2019)

Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet

Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper

Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya

Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi

2.1.4. MACAM – MACAM MEDIA SOSIAL

Di era globalisasi ini media sosial merupakan kebutuhan pokok bagi setiap orang, dengan media sosial ini akan dapat berinteraksi dengan berbagai penggunadari seluruh dunia, bahkan mungkin bisa menjalin hubungan bisnis dari berbagai kalangan.

Dengan adanya media sosial, penggunanya bisa membangun percakapan, bahkan komunitas, karena media sosial juga mempermudah pertemuan beberapa atau banyak orang dengan minat sama. Media ini juga memudahkan pengelola usaha, organisasi masyarakat, sampai lembaga pemerintah untuk terkoneksi langsung dengan publik.

(20)

Media sosial dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori didasarkan atas teori media research (social presence, media richness) dan social processes (self presentation, self disclosure), yang merupakan komponen utama dari media sosial.

Menurut Kaplan (2010), ada enam jenis media sosial, sebagai berikut:

a. Proyek Kolaborasi

Website mengijinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun menghapus konten-konten yang ada di website ini. Contohnya Wikipedia.

b. Blog dan Microblog

User (pengguna) lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya twitter.

c. Konten

Para user dari pengguna website ini saling membagi konten-konten media, baik seperti video, e-book, gambar, dan lain-lain. Contohnya YouTube.

d. Situs jejaring sosial

Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto. Contohnya facebook.

e. Virtual game world

Dunia virtual, dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa muncul dalam bentuk avatar–avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contohnya game online.

f. Virtual sosial world

Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual Sosial World lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan, Contohnya second life.

Sedangkan berdasarkan laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 media sosial yang paling banyak 'ditongkrongi' oleh pengguna internet Indonesia dari paling teratas adalah:

(21)

1. YouTube

Youtube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) yang populer dimana para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis.

Didirikan pada bulan februari 2005 oleh 3 orang mantan karyawan PayPal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed Karim (Fatty, et all, 2016).

Pemanfaat Youtube yang lebih nyata dan langsung aplikatif terhadap berbagai keperluan dan kebutuhan pengguna seperti yang tertera dibawah ini (Fatty, et all, 2016):

• Memberikan Layanan Gratis

• Men-download (Unduh) Beberapa Video Tertentu

• Mengakses dan Berbagi Informasi seputar Hal-Hal Teknis

• Mengakses Video Streaming

• Mengenalkan dan Memasarkan Produk

• Mendukung Industri Hiburan

• Mengakses Video Informatif

• Menguatkan Branding Lembaga / Insititusi

• Mengetahui Respon dan Komentar Khalayak

• Memfasilitasi Pengguna Menguasai Skill Dasar Membuat Video

2. WhatsApp,

WhatsApp Messenger atau WhatsApp merupakan sebuah aplikasi perpesanan (messenger) instan dan lintas platform pada smartphone yang memungkinkan pengguna mengirim dan menerima pesan seperti SMS tanpa menggunakan pulsa melainkan koneksi internet (Nabilah, 2020).

(22)

Adapun fungsi dan manfaatnya:

o Personal atau Group Chat o Media Pendidikan

o Media Bisnis

o Berbagi Informasi dan Berita o Video dan Voice Call

o Membuat Status/Story o Media Komunitas 3. Facebook

4. Instagram

Menurut wikipedia Instagram (juga disebut IG atau Insta) adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri.

5. Twitter 6. Line

7. FB Messenger 8. LinkedIn 9. Pinterest 10. We Chat 11. Snapchat 12. Skype

Menurut wikipedia skype adalah sebuah program komunikasi dengan teknologi P2P (peer to peer). Program ini merupakan program bebas (dapat diunduh gratis) dan dibuat dengan tujuan penyediaan sarana komunikasi suara (voice) berkualitas tinggi yang murah berbasiskan internet untuk semua orang di berbagai belahan dunia. Pengguna Skype dapat berbicara dengan pengguna Skype lainnya

(23)

dengan gratis, menghubungi telepon tradisional dengan biaya (skypeOut), menerima panggilan dari telepon tradisional (SkypeIn), dan menerima pesan suara.

13. Tik Tok

Tik Tok adalah aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah sehingga dapat membuat video pendek dengan hasil yang keren serta dapat dipamerkan kepada teman-teman atau pengguna lainnya (Adhitya,2018).

Aplikasi sosial video pendek ini memiliki dukungan musik yang banyak sehingga penggunanya dapat melakukan performanya dengan tarian, gaya bebas, dan masih banyak lagi sehingga mendorong kreativitas penggunanya menjadi content creatore (Adhitya,2018).

14. Tumblr 15. Reddit 16. Sina Weibo

2.1.5. PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Penggunaan internet diartikan sebagai pemanfaatan jaringan komunikasi global dalam dunia maya untuk mencapai tujuan tertentu. Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan adanya internet maka proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari proses belajar mengajar, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pendidik dan mahasiswa.

Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan oleh pendidik untuk mengajak dan membantu mahasiswa memperoleh materi yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas (Nurhalija, 2018).

(24)

2.1.6. DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Menurut Arfianingrum (2013), ada beberapa dampak positif dan negatif yang dihasilkan sosial media, sebagai berikut:

a. Dampak Positif Sosial Media

1. Sebagai media penyebaran informasi

Informasi yang up to date sangat mudah menyebar melalui situs jejaring sosial.

Hanya dalam tempo beberapa menit setelah kejadian, kita telah bisa menikmati informasi tersebut.

2. Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial

Mengasah keterampilan teknis dan sosial merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi agar bisa bertahan hidup dan berada dalam neraca persaingan diera modern seperti sekarang ini.

3. Memperluas jaringan pertemanan

Dengan menggunakan jejaring sosial, kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang belum kita kenalsekalipun dari berbagai penjuru dunia.

Kelebihan ini bisa kita manfaatkan untuk menambah wawasan, bertukar pikiran, saling mengenal budaya dan ciri khas daerah masing-masing.

b. Dampak Negatif Sosial Media a. Kejahatan dunia maya (cyber crime)

Seiring berkembangnya teknologi, berkembang pula kejahatan. Didunia internet, kejahatan dikenal dengan nama cyber crime.

b. Melemahkan dan menurunkan sensitifitas

Penurunan sensitifitas yang dimaksud disini adalah menurunnya tingkat simpati dan empati seseorang terhadap dunia nyata. Merenggangkan dan mengabaikan sesuatu yang terjadi disekitarnya dan lebih memilih untuk memperhatikan sesuatu yang terjadi di dunia maya.

(25)

c. Berkurangnya Waktu Belajar Siswa/Pengguna menjadi kurang bersosialisasi

Hal ini sudah jelas, karena dengan mengakses internet dan membuka situs jejaring sosial mahasiswa akan lupa waktu, sehingga yang dikerjakannya hanyalah itu-itu saja.

d. Tingkat kriminalitas yang meningkat, seperti kasus penculikan, penipuan, pornografi, dan lain-lain. Kementerian Komunikasi dan informatika (Kemenkominfo) akan melakukan penutupan situs radikal di Indonesia. Penutupan dilakukan setelah melalui pertimbangan dan masukan dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris.

2.2. TIDUR

2.2.1. DEFINISI TIDUR

Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2005). Tidur dibutuhkan oleh setiap individu untuk dapat menjaga status kesehatan pada tingkat yang optimal. Tidur dapat memulihkan kondisi tubuh, meningkatkan memori seseorang, mengurangi stress, depresi, kecemasan serta menjaga keseimbangan kemampuan dan konsentrasi saat melakukan berbagai aktivitas (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis.

Perubahan tersebut antara lain: (Nurhalija, 2018) a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi b. Dilatasi pembuluh darah perifer

c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointerstinal.

d. Relaksasi otot-otot rangka

e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30 %

Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensorik walaupun mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi keadaan tidur. Faktor homeostatik

(26)

(faktor S) maupun faktor sirkadian (faktor C) juga berinteraksi untuk menentukan waktu dan kualitas tidur (Arief, et all, 2010).

2.2.2. FISIOLOGI TIDUR

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan mekanisme serebral secara bergantian dengan periode yang lebih lama, agar mengaktifkan pusat otak untuk tidur dan terjaga (Potter & Perry, 2005). Tidur diatur oleh tiga proses, yaitu:

a. Mekanisme Hemeostatis

Sistem aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil serta aktivitas koteks serebral (misalnya; proses emosi dan berfikir). Neuron dalam SAR mengeluarkan ketekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu pada otak depan bagian tengah tepatnya disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR). Seseorang dapat tertidur atau tetap terjaga tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (pikiran), reseptor sensori perifer (misalnya stimulus bunyi atau cahaya), dan sistem limbik (emosi).

b. Irama Sirkandian

Irama sirkandian atau irama diurnal merupakan pola bioritme yang berulang selam rentang waktu 24 jam. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensori dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkandian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Pola tidur- bangun dapat menyebabkan adanya pelapasan hormone tertentu. Melatonin, diaintesis di kelenjar pineal saat waktu gelap, saat siang hari pineal tidak efektif tetapi jika matahari sudah terbenam dan hari mulai gelap pineal mulai memproduksi melatonin, yang akan dilepas ke dalam darah.

(27)

c. Irama Ultradian

Irama ultradian merupakan kejadian berulang pada jam biologis yang kurang dari 24 jam. Siklus ultradian pada tahap tidur terdapat dua tahapan, yaitu; tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non rapid eye movement (NREM)

(Atmaja, 2010)

2.2.3. TAHAPAN TIDUR

Tidur yang normal melibatkan dua fase atau tahapan : tahapan NREM (Non Rapid Eye Movement) dan tahapan REM (Rapid Eye Movement) (Agustin Destiana, 2012).

Gambar 2.1. Gambaran electroencephalography (EEG) tidur normal (Lumbantobing, 2008)

(28)

Tabel 2.1 Tahapan Siklus Tidur

Tahapan Siklus Tidur Karakteristik

Tahap 1: NREM

- Tahap transisi diantara mengantuk dan tertidur

- Ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis yang dimulai dengan menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi serta penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme, menurunnya denyut nadi.

- Seseorang mudah terbangun pada tahap ini - Tahap ini berakhir 5-10 menit

Tahap 2: NREM

- Tahap tertidur ringan

- Denyut jantung mulai melambat, menurunnya suhu tubuh, dan berhentinya pergerakan mata

- Masih relatif mudah untuk terbangun - Tahap ini akan berakhir 10 hingga 20 menit

Tahap 3: NREM

- Tahap awal dari tidur yang malam

- Laju pernapasan dan denyut jantung terus melambat karena sistem saraf parasimpatik semakin mendominasi.

- Otot skletal semakin berelaksasi, terbatasnya pergerakan dan mendengkur mungkin saja terjadi.

- Pada tahap ini, seseorang yang tidur sulit dibangunkan, tidak dapat diganggu oleh stimuli sensori.

- Tahap ini berakhir 15 hingga 30 menit.

Tahap 4: NREM

- Tahap tidur terdalam

- Tidak ada pergerakan mata dan aktivitas otot

- Tahap ini ditandai dengan tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama terjaga, laju pernapasasn dan denyut jantung menurun sampai 20-30 %

- Seseorang terbangun pada saat tahap ini tidak secara langsung menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan sidorientasi untuk beberapa menit setelah bangun dari tidur.

Tahap 5: REM

- Ditandai dengan pergerakan mata seara cepat ke berbagai arah, pernapasan cepat, tidak teratur, dan dangkal, otot tungkai mulai lumpuh sementara, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.

- Pada pria terjadi ereksi penis sedangkan pada wanita terjadi sekresi vagina.

- Mimpi yang terjadi pada tahap REM penuh warna dan tampak hidup, terkadang merasa sulit untuk bergerak.

- Durasi dalam tidur REM meningkat pada siklus dan rata-rata 20 menit.

Sumber : Agustin, D. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pekerja Shift Di PT Krakatau Tirta.

Fakultas Ilmu Keperawatan, 10.

(29)

2.2.4. SIKLUS TIDUR

Pada orang dewasa terjadi 4-5 siklus setiap waktu tidur. Setiap siklus tidur berakhir selama 80-120 menit. Tahap NREM 1-3 berlangsung selama 30 kemudian diteruskan ke tahap 4 kembali ke tahap 3 dan 2 selama kurang lebih 20 menit. Tahap REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit, melengkapi siklus tidur yang pertama (Agustin Destiana, 2012).

Gambar 2.2 Siklus Tidur Orang Dewasa Tahap pra tidur

NREM Tahap 1 NREM Tahap 2 NREM Tahap 3 NREM Tahap 4

Tidur REM

NREM Tahap 2 NREM Tahap 3

2.2.5. POLA TIDUR

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi (1) jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, (2) irama tidur, (3) frekuensi tidur dalam sehari, (4) mempertahankan kondisi tidur, dan (5) kepuasan tidur (Prayitno,2002).

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai pola tidur yang sehat, yaitu: (Nurlia, 2016)

a. Disiplin waktu, sebaiknya tentukanlah kapan kita harus tidur dan kapan harus bangun. Para ahli tidur menyakini ritme dan jadwal tidur yang tetap serta teratur akan memberikan kontribusi positif terhadap tidur yang sehat.

(30)

b. Lakukan olahraga secata teratur, olahraga ini diyakini sebagai obat yang ampuh untuk menetralisir ketegangan fisik dan pikiran. Waktu yang ideal adalah pagi hari atau sore hari.

c. Perhatikan kondisi ruang tidur. Suasana yang nyaman di dalam kamar akan sangat menentukan kualitas tidur maka jagalah suasana di dalam kamar agar selalu nyaman.

d. Usahakan tidak makan sebelum tidur sebab makan pada saat larut malam atau menjelang tidur, bisa merangsang pencernaan dan membuat kita sulit untuk memejamkan mata.

2.2.6. KEBUTUHAN TIDUR MANUSIA

Tabel 2.2 Kebutuhan Tidur Manusia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan 0– 1 bulan

1 bulan-18 bulan 18 bulan-3 tahun 3 tahun-6 tahun 6 tahun-12 tahun 12 tahun-18 tahun 18 tahun-40 tahun 40 tahun-60 tahun 60 tahun ke atas

Bayi baru lahir Masa bayi Masa anak Masa prasekolah Masa sekolah Masa remaja Masa dewasa

Masa muda paruh baya Masa dewasa tua

14- 18 jam/ hari 12- 14 jam/ hari 11- 12 jam/ hari 11 jam/ hari 10 jam/ hari 8,5 jam/ hari 7- 8 jam/ hari 7 jam/ hari 6 jam/ hari

Sumber: Ulfiana, N. (2018). Hubungan Penggunaan Media Sosial Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan. In UIN Alauddin Makassar.

2.2.7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR

Banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, diantaranya adalah penyakit, kelelahan, gaya hidup, stress emosional dan medikasi (Bagus, 2018).

(31)

1) Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan tidur lebih banyak dari pada biasanya dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memulai tidur.

2) Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur.

3) Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

4) Gaya Hidup

Di era globalisasi, banyak remaja yang menyabotase kesempatan mereka untuk beristirahat cukup pada malam hari dengan asyik bermain sosial media sampai dini hari. Dengan demikian kebutuhan waktu untuk tidur dapat terganggu, akibatnya kualitas tidur dan kuantitas tidur tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tingkat perkembangan.

5) Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta blocker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga dimalam hari.

2.2.8. SKALA PENGUKURAN KUALITAS TIDUR

Gangguan pola tidur akan diukur dengan menggunakan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI). PSQI dikembangkan dengan beberapa tujuan : untuk memberikan gambaran yang valid dan standar ukuran kualitas tidur, untuk membedakan kualitas

(32)

tidur yang “baik” dan tidur yang “buruk”, PSQI terdiri dari 19 pertanyaan self-rated.

19 item self rated menilai berbagai faktor yang berkaitan dengan kualitas tidur, termasuk perkiraan durasi tidur , latensi dan frekuensi, dan tingkat keparahan masalah tidur yang dinilai secara spesifik. Sembilan belas item ini dikelompokkan menjadi tujuh komponen untuk menentukan nilai PSQI global, masing-masing berbobot sama pada skala 0-3. Tujuh skor komponen tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan skor PSQI global, yang memiliki skor 0-21. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas tidur yang buruk. Dalam semua kasus, skor “0” menunjukkan tidak ada kesulitan, sementara skor “3” menunjukkan kesulitan yang parah. Tujuh komponen skor tersebut kemudian ditambahkan untuk menghasilkan satu “global”

skor, dengan kisaran 0-21 poin, “0-5” menunjukkan tidak ada gangguan dan “6-21”

menunjukkan gangguan berat disemua bidang (Bagus, 2018).

2.2.9. GANGGUAN TIDUR

Gangguan tidur yang sering dialami dibagi menjadi 6 garis besar berdasarkan International Classification of Sleep (Tuck, 2020), yaitu:

a. Insomnia, insomnia adalah kesulitan seseorang untuk memulai tidur dan mempertahankannya. Ketika seseorang mengalami insomnia, mereka mengalami gejala kurang tidur terus-menerus. Akibatnya, gejala kurang tidur bertahan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun. Gejala-gejala ini mengganggu semua aspek kehidupan sehari-hari, dan memburuk dengan waktu. Pada pengaruh kognitif, kurang tidur yang disebabkan oleh insomnia dapat berdampak negatif terhadap kinerja sekolah atau pekerjaan, dan meningkatkan risiko seseorang terkena Alzheimer. Dari perspektif kesehatan emosional, insomnia dapat membuat seseorang mengalami perubahan suasana hati yang parah dan kurangnya motivasi sehingga berkembang menjadi depresi dan penyalahgunaan zat.

(33)

b. Gangguan Irama Sirkadian, biasanya gangguan ini terjadi pada orang yamg memiliki irama sirkadian yang normal. Irama sirkadian normal adalah mengikuti pola terbit matahari, yaitu bangun ketika matahari terbit, mulai lelah ketika matahari terbenam, dan tidur pada saat malam. Irama sirkadian Anda menentukan lebih dari pola tidur, termasuk kadar hormon, suhu tubuh, dan nafsu makan. Akibatnya, ketika orang memiliki irama sirkadian yang tidak normal, itu mengganggu kualitas hidup mereka.

Mereka mengalami kesulitan bangun dan tertidur pada waktu-waktu

"normal", tidak merasa bersemangat, dan umumnya mengalami kesulitan berkonsentrasi pada siang hari. Contoh paling umum gangguan ini adalah jet lag, dimana seseorang berpergian ke zona waktu yang memiliki perbedaan waktu yang besar dari tempat asalnya. Kerja secara shift juga merupakan penyebab gangguan irama sirkadian. Seseorang akan dipaksa untuk bekerja meskipun sudah malam akan mengganggu irama sirkadiannya.

c. Hipersomnia, seseorang dengan hipersomnia akan mengalami kesusahan untuk mendapatkan tidur cukup dari orang normal. Biasanya seseorang akan kesulitan untuk bangun di pagi hari dan selalu mengantuk sepanjang hari. Hipersomnia bisa merupakan gejala dari gangguan tidur lain, seperti sleep apnea. Narkolepsi merupakan bentuk lain dari hipersomnia, yaitu seseorang akan mengalami serangan tidur tiba-tiba di siang hari, halusinasi, dan sleep paralysis.

d. Parasomnia, dideskripsikan sebagai kegiatan yang tidak normal yang terjadi ketika tidur. Biasanya terjadi saat transisi bangun ke tidur, tidur ke bangun, dan diantara fase NREM dan REM. Parasomnia yang sering terjadi adalah sleepwalking, sleep paralysis, mengigau, dan night terror.

e. Sleep-related Movement Disorders, merupakan gangguan tidur yang terjadi karena adanya gerakan tubuh yang abnormal yang terjadi saat tidur, atau dalam transisi dari bangun ke tidur. Contoh yang paling sering adalah

(34)

bruxism, yaitu kondisi dimana seseorang menggertakkan, menggesek, atau giginya ketika tidur.

f. Sleep-related Breathing Disorders, disdeskripsikan sebagai ketidaknormalan seseorang ketika bernapas, napas terjeda, dan susah bernapas ketika tidur. Contoh yang paling sering adalah mengorok dan sleep apnea.

2.3. REMAJA

2.3.1. DEFINISI REMAJA

Masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Meita, 2013).

Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun.

Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (Meita, 2013).

2.3.2. TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA

Menurut perkembangannya (Depkes RI, 2008), masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (Bagus, 2018)

a) Masa remaja awal ( 10 – 12 tahun ), dengan ciri khas antara lain : 1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak b) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Mencari identitas diri

(35)

2) Timbulnya keinginan untuk kencan 3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak 5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Pengungkapan kebebasan diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3) Mempunyai cinta jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta 5) Mampu berfikir abstrak

2.3.3. KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA 1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja awal karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan dan pada tahap remaja akhir struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik (Ade, 2014).

2. Kemampuan berpikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas intelektual sudah terbentuk (Ade, 2014).

3. Identitas

Pada tahap awal, ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat, mempunyai banyak fantasi kehidupan,

(36)

idealistis. Stabilitas harga diri dan definisi terhadap citra tubuh serta peran jender hampir menetap pada remaja di tahap akhir (Ade, 2014).

4. Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua adalah ciri yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir (Ade, 2014).

5. Hubungan dengan sebaya

Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat;

pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam kelompok; standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen (Ade, 2014).

(37)

2.4. KERANGKA TEORI

Gambar 2.3 Kerangka Teori Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Media Sosial

Kebutuhan Tidur

Gangguan Pola Tidur (Kualitas Tidur) Manfaat Media Sosial:

• Media penyebaran informasi

• Mengembangkan keterampilan sosial

• Memperluas jaringan pertemanan

• Hiburan

Faktor yang mempengaruhi:

• Penyakit

• Lingkungan

• Kelelahan

• Gaya hidup

• Medikasi

Intensitas Penggunaan Media Sosial:

Jenis Media Sosial

Durasi penggunaan Media Sosial

Kemudahan mengakses Media Sosial

Pengaruh Media Sosial

(38)

2.5. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

2.6. HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada pelajar kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada masa pandemi Covid-19.

Variabel Independen

Intensitas Penggunaan Media Sosial

• Aktif

• Tidak Aktif

Kualitas Tidur

• Baik

• Buruk

Variabel Dependen

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. RANCANGAN PENELITIAN

3.1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan desain studi cross sectional untuk menilai hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada siswa – siswi kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada masa pandemi Covid-19.

3.1.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Desember 2020 di SMA Negeri 1 Bangkinang kota.

3.2. POPULASI DAN SAMPEL 3.2.1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas X SMA Negeri 1 Bangkinang Kota dengan jumlah 374 orang siswa.

3.2.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara total sampling yaitu seluruh siswa siswi kelas X SMA Negeri 1 Bangkinang Kota yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, yaitu:

a) Kriteria Inklusi

1. Siswa – siswi kelas X SMA Negeri 1 Bangkinang Kota yang menggunakan tiga media sosial yaitu youtube, instagram dan whatsapp.

(40)

2. Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian sampai tahap akhir.

b) Kriteria Eksklusi

1. Siswa – siswi selain kelas X SMA Negeri 1 Bangkinang Kota yang menggunakan lebih dari tiga media sosial.

Dari 374 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 80 responden, maka dalam penelitian ini memperoleh sampel sebanyak 80 responden.

3.3.METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh dari sampel penelitian, meliputi:

a) Data Gangguan Pola Tidur

Data diperoleh dari responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index).

Di dalam penelitian yang dilakukan Bagus (2018), Kuesioner PSQI telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan dilakukan uji validitas kepada 30 responden. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa sejumlah 18 komponen pertanyaan valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 0,361. Rentang nilai r hitung pada uji validitas ini yaitu 0,365-0,733. Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas karena alat ukur yang digunakan merupakan kuesioner PSQI kualitas tidur yang telah dilakukan uji reliabilitas oleh Universityof Pittsburgh pada tahun 1988 dengan nilai Alpha Cronbach 0,83.

b) Data Intentensitas Penggunaan Media Sosial

Data diperoleh dari responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang diadopsi dari skripsi Nurhalija Ulfiana, 2018 yang berjudul “Hubungan

(41)

Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan” dengan menggunakan skala Rating Scale, yang terdiri dari 15 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan 4 alternatif jawaban, yaitu sering sekali nilainya 3, sering nilainya 2, jarang nilainya 1 dan tidak nilainya 0.(SS=3, S=2, J=1, T=0)

Menurut Nurhalija (2018), pengunaan skala ini lebih fleksibel karena tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi tidak digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya seperti untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain. Dalam skala model rating scale, responden akan menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.

3.4. ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 3.4.1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Kuesioner yang telah diisi responden akan diberi kode sebelum diolah di komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Scoring

Menetapkan pemberian skor pada jawaban kuesioner penggunaan media sosial dan insomnia.

(42)

4. Entry Data

Memasukkan data ke dalam komputer dengan menggunakan aplikasi Statistical Package for the Social Science (SPSS).

5. Cleansing

Memeriksa kembali semua data yang didapat dari responden yang telah dimasukkan ke dalam program komputer, dicek kembali untuk melihat kemungkinan kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

6. Saving

Data yang disimpan dan siap untuk dianalisa.

7. Analisa Data

3.4.2. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah : 1. Analisis univariat

Dilakukan pada tiap variabel untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen penelitian, yaitu variable intensitas penggunaan media sosial.

2. Analisis bivariat

Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan gangguan pola tidur. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dengan software SPSS 26.

(43)

3.5. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Varriabel

independen

Intensitas Penggunaan Media sosial

Penggunaan media sosial merupakan keadaan tingkat penggunaan media online (internet), dengan para

penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi Facebook, Twitter,

Path,Instagram, WhatsApp, Line, BBM, Youtube, BeeTalk dan lain-lain.

Jenis media sosial

Durasi penggunaan media sosial

Kemudahan mengakses media sosial

Pengaruh media sosial

Kuesioner yang diadopsi dari skripsi Nurhalija Ulfiana, 2018 yang berjudul “Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan” dan telah divalidasi yang memiliki 4 alternatif jawaban (SS=3, S=2, J=1, T=0) kemudian dihitung jumlah skornya.

Nilai total yang diperoleh dari jawaban responden merupakan jumlah nilai atau skor yang akan digunakan untuk menentukan bagaimana

pengaruh media sosial, yaitu:

1.Tidak aktif menggunakan

media sosial bila skor : < 15

2.Aktif menggunakan media sosial bila skor : ≥ 15

Ordinal

Variable dependen

Gangguan Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi : jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur, dan kepuasan tidur

1. Kualitas tidur secara subjektif

2. Durasi tidur (lamanya waktu tidur)

3. Skor latensi tidur 4. Efesiensi tidur 5. Gangguan tidur pada malam hari

6. Disfungsi tidur siang hari

7. Penggunaan obat tidur

Kuesioner PSQI Kriteria :

1. Baik : <5 2. Buruk : >5

Ordinal

Media sosial 1. Youtube

Youtube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video), dimana para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis.

2. Instagram Instagram adalah

sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video,

menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri.

3. Whatsapp

WhatsApp merupakan sebuah aplikasi perpesanan (messenger) instan dan lintas platform pada smartphone yang memungkinkan pengguna mengirim dan menerima pesan seperti SMS tanpa menggunakan pulsa melainkan koneksi internet.

Durasi penggunaan media sosial (Youtube, Instagram, dan Whatsapp)

Kemudahan mengakses media sosial (Youtube, Instagram, dan Whatsapp)

Pengaruh media sosial (Youtube, Instagram, dan Whatsapp)

Kuesioner Nilai total yang

diperoleh dari jawaban responden merupakan jumlah nilai atau skor yang akan digunakan untuk menentukan bagaimana

pengaruh media sosial, yaitu:

1. Tidak aktif menggunakan media sosial bila skor : < 15

2. Aktif menggunakan media sosial bila skor : ≥ 15

Ordinal

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan November 2020 di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Langgini, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar kelas X yang berjumlah 374 orang dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 80 orang, maka didapatkan jumlah responden yang diteliti sebanyak 80 orang. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer menggunakan alat bantu penelitian berupa kuesioner yang diisi secara online melalui google formulir.

Berikut ini diuraikan distribusi frekuensi data kategorik yang peneliti dapatkan selama pengambilan data.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Jenis kelamin

Laki – Laki 37 46,3

Perempuan 43 53,8

Usia

14 2 2,5

15 49 61,3

16 29 36,3

Manfaat media sosial

Belajar 9 11,3

Belajar dan Hiburan 8 10,0

Hiburan 2 2,5

Mencari Informasi, belajar dan hiburan 56 70,1

Mencari Informasi dan belajar 4 5,0

Mencari informasi dan hiburan 1 1,3

Kelebihan media sosial

Menambah ilmu pengetahuan dan banyak teman 2 2,5

Menambah ilmu pengetahuan 7 8,8

Mandapatkan informasi, ilmu pengetahuan dan banyak

teman 41 51,3

Mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan 22 27,5

Mendapatkan informasi dan banyak teman 2 2,5

Mendapatkan informasi 6 7,5

Lama mengakses media sosial

Kurang dari 3 jam 15 18,8

3 – 6 jam 37 46,3

6 – 12 jam 22 27,5

Lebih dari 12 jam 6 7,5

Lama tidur dalam sehari

Kurang dari 8 jam 21 26,3

8 – 9 jam 43 53,8

Lebih dari 9 jam 16 20,0

(45)

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok sampel dengan distribusi paling banyak berdasarkan kelompok jenis kelamin adalah kelompok responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 43 orang (53,8%) dibandingkan kelompok responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37 orang (46,3%). Pada penelitian ini didapatkan responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak, dikarenakan remaja perempuan lebih cenderung menggunakan media sosial daripada remaja laki-laki.

Menurut De vito, hal ini disebabkan oleh wanita lebih sering mengekspresikan perasaannya dan memiliki keinginan yang besar untuk selalu mengungkapkan dirinya. Sehingga wanita lebih dominan dalam hal penggunaan media sosial dalam berkomunikasi dan lain sebagainya (Ariani, et all, 2015). Hasil penelitian Finances Online menemukan bahwa perempuan lebih tertarik untuk berinteraksi melalui media sosial dibanding pria (Telekomunitas, 2014). Menurut peneliti, remaja perempuan lebih cenderung menggemari interaksi melalui media sosial dikarenakan remaja perempuan lebih memiliki keinginan untuk berbagi atau bercerita dengan orang lain, hal ini yang menyebabkan remaja perempuan lebih dominan menggunakan media sosial dibanding dengan remaja laki-laki. Remaja perempuan cenderung memiliki tingkat keakraban yang dalam dengan orang-orang sekitarnya (Nurniati, 2018).

Distribusi kelompok sampel berdasarkan usia adalah kelompok responden dengan usia 14 tahun sebanyak 2 orang (2,5%), usia 15 tahun sebanyak 49 orang (61,3%) dan usia 16 tahun sebanyak 29 orang (36,3%). Umur responden bervariasi, yang dimana responden merupakan remaja yang sedang menjalani pendidikan di bangku sekolah menengah atas. Diungkapkan oleh Muss, usia 12-18 tahun merupakan usia sekolah lanjutan (latin school) sesuai dengan berkembangnya kemampuan penalaran (reasoning). Pada tahap ini anak- anak dilatih untuk mengerti prinsip-prinsip kausalitas (hubungan sebab-akibat) melalui pelajaran tata bahasa, ilmu alam, matematika, etika, dialektika, dan retorika (Ariani, et all, 2015).

Distribusi kelompok sampel berdasarkan manfaat media sosial, sebanyak 9 orang (11,3 %) memanfaatkan media sosial untuk keperluan belajar, sebanyak 8 orang

(46)

(10,0%) memanfaatkan media sosial untuk keperluan belajar dan sebagai hiburan, sebanyak 2 orang (2,5%) memanfaatkan media sosial sebagai hiburan, sebanyak 56 orang (70,1%) memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi, keperluan belajar dan sebagai hiburan, sebanyak 4 orang (5,0%) memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi dan belajar, dan sebanyak 1 orang (1,3%) memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi dan sebagai hiburan. Pada penelitian ini mayoritas pelajar memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi, keperluan belajar dan sebagai hiburan. Akses media sosial menurut Buente dan Robbin dibagi menjadi 4 dimensi berdasarkan kepentingannya. Dimensi pertama adalah informasi (information utility), yaitu untuk memperoleh informasi atau berita secara online.

Yang kedua adalah kesenangan (leisure/fun activities) adalah online dengan alasan yang tidak istimewa, hanya untuk kesenangan atau untuk menghabiskan waktu. Yang ketiga adalah komunikasi (communication), yaitu untuk mengirim dan menerima pesan seperti email. Dan yang ke empat adalah transaksi (transactions), yaitu untuk membeli produk secara online misalnya buku, pakaian dan lain sebagainya (Nurhalija,2018). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhalija (2018) yang mana pada penelitian tersebut memanfaatkan media sosial paling banyak adalah untuk mencari informasi.

Berdasarkan kelebihan media sosial, sebanyak 2 orang (2,5%) mengatakan kelebihan media sosial yaitu menambah ilmu pengetahuan dan mendapat banyak teman, sebanyak 7 orang (8,8%) mengatakan kelebihan media sosial yaitu menambah ilmu pengetahuan, sebanyak 41 orang (51,3%) mengatakan kelebihan media sosial yaitu cepat mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan dan mendapat banyak teman, sebanyak 22 orang (27,5%) mengatakan kelebihan media sosial yaitu cepat mendapatkan informasi dan menambah ilmu pengetahuan, sebanyak 2 orang (2,5%) mengatakan kelebiha media sosial yaitu cepat mendapatkan informasi dan banyak teman, serta sebanyak 6 orang (7,5%) mengatakan kelebihan media sosial yaitu cepat mendapatkan informasi. Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden

Gambar

Gambar 2.1. Gambaran electroencephalography (EEG) tidur normal (Lumbantobing, 2008)
Gambar 2.2 Siklus Tidur Orang Dewasa  Tahap pra tidur
Gambar 2.3 Kerangka Teori  Keterangan:
Tabel 4.4 Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur  Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi jawaban responden menurut pernyataan “Keinginginan memperoleh berita dan informasi dapat diperoleh seorang mahasiswa melalui portal berita LPM Dinamika” Pernyataan_No_8