• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI DAN FUNGSI RAGAM BAHASA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI MEDIA SOSIAL PADA MASA PANDEMI COVID-19: SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "VARIASI DAN FUNGSI RAGAM BAHASA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI MEDIA SOSIAL PADA MASA PANDEMI COVID-19: SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

249 VARIATIONS AND FUNCTIONS OF LANGUAGE VARIETY IN PUBLIC SERVICE

ADVERTISEMENTS ON SOCIAL MEDIA DURING THE COVID-19 PANDEMIC:

A SOCIOLINGUISTIC STUDY Anisa Dimas Tutik

Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Adab dan Bahasa, UIN Raden Mas Said Surakarta Jalan Pandawa, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia

Pos-el : anisadimastutik@gmail.com

Naskah diterima: 26 September 2021; direvisi: 22 November 2021; disetujui: 10 Desember 2021 Abstract

This research was carried out since problems contained in public service advertisements on social media during the covid-19 pandemic. The purposes of this study were (1) to describe the forms of language variations of public service advertisements on social media during the Covid-19 pandemic. (2) describe the function of the various languages of public service advertisements on social media during the Covid-19 pandemic. The method used was descriptive qualitative by explaining objects based on facts contained in public service advertisements on social media during the covid-19 pandemic. The data source of this research was public service advertisements on social media. Data collection techniques used were recording techniques and data transcripts in the form of words, phrases, and sentences in public service advertisements. Data analysis technique used in this research included data collection, reducing data or sorting data, classifying data, presenting data and finally drawing conclusions.

The results showed that there were three types of variations, namely in terms of speakers in the form of slang, vulgar, and jargon. In terms of use, namely the register language. In terms of formality in the form of familiar, foreign, local language and reduplication (repetition). There are five types of language functions, namely emotive, referential, directive, poetic, and fatigued.

Keywords: language variation, public service advertisement, covid-19 pandemic Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya permasalahan yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat di media sosial pada masa pandemi covid-19. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk variasi bahasa iklan layanan masyarakat di media sosial pada masa Pandemi covid-19 (2) menjabarkan fungsi ragam bahasa iklan layanan masyarakat di media sosial pada masa Pandemi covid-19. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan menjelaskan objek berdasarkan fakta yang ada dalam iklan layanan masyarakat di media sosial pada masa pandemi covid-19. Sumber data penelitian ini yaitu iklan layanan masyarakat di media sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik perekaman dan transkrip data berupa kata, frasa, dan kalimat dalam iklan layanan masyarakat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, mereduksi data atau memilah data, mengelompokkan data, penyajian data dan yang terakhir penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan tiga, jenis variasi yaitu segi penutur berupa bahasa gaul, vulgar, dan jargon. Segi pemakaian yaitu bahasa register. Segi keformalan berupa bahasa akrab, asing, lokal dan reduplikasi (pengulangan). Adapun fungsi bahasa ditemukan lima jenis, yaitu emotif, referensial, direktid, puitik, dan fatik.

Kata kunci: variasi bahasa, iklan layanan masyarakat, pandemi covid-19

PENDAHULUAN

Bahasa digunakan sebagai media utama dalam berkomunikasi antara individu dan kelompok tertentu. Bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk keinginan, pikiran,

perasaan, dan perbuatan-perbuatan untuk saling memengaruhi serta dipengaruhi (Syamsuddin, 2006). Seiring dengan itu, bahasa juga memiliki fungsi yang sangat penting dan kompleks dalam bermasyarakat untuk menyampaikan pesan.

(2)

250 Ilmu yang membahas mengenai bahasa di

lingkungan sosial sering dikenal dengan sosiolinguistik. Sosiolinguistik sebagai salah satu ilmu yang mempelajari bahasa. Oleh karena itu, kajian sosiolinguistik memiliki kaitan erat dengan pola bahasa masyarakat, dan mampu memberikan pedoman berkomunikasi dengan berbagai variasi bahasa lengkap dengan fungsi atau tujuan dari bahasa itu sendiri.

Penggunaan bahasa dalam masyarakat mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini menimbulkan keberagaman berbahasa atau sering disebut variasi bahasa. Keberagaman bahasa tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena adanya kegiatan sosial yang di lakukan dan beraneka ragam (Alek, 2012). Variasi bahasa terdiri atas bahasa formal dan nonformal.

Variasi bahasa nonformal dalam iklan layanan masyarakat bersifat ringan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Iklan layanan masyarakat bertujuan menyampaikan berita yang memuat pesan sosial dan menciptakan sikap peduli masyarakat tentang masalah yang dialami. Salah satu kondisi yang menjadi perhatian saat ini yaitu wabah penyakit virus Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) yang menyerang manusia. Wabah ini awal mula terdeteksi di Wuhan Cina lalu menyebar di berbagai negara tidak terkecuali Indonesia.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menetapkan virus Covid-19 sebagai wabah pandemi global pada bulan Desember 2019.

Kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian jurnal milik Nanang Suhendar yang berjudul “Ragam Bahasa di Kecamatan Pakisjaya Kabupaten Karawang (Kajian Sosiolinguistik)”. Jurnal milik Nanang Suhendar menggunakan pendekatan yang sama dengan penelitian ini berupa kajian sosiolinguistik. Meskipun membahas ragam bahasa, penelitian milik Nanang Suhendar hanya mencakup dua poin utama yaitu alih kode dan campur kode, sedangkan penelitian ini mengulas variasi dan fungsi bahasa.

Kajian lainnya juga pernah dilakukan oleh Dasrun Hidayat dan Selly Ananda Pratiwi dengan judul “Iklan Layanan Masyarakat Covid- 19 di Media Sosial dan Perilaku Masyarakat di Jawa”. Persamaan penelitian yang dilakukan Dasrun dan Selly dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas iklan layanan masyarakat terkait virus Covid-19.

Adapun perbedaannya terletak pada subjek yang digunakan. Penelitian milik Dasrun dan Selly berfokus pada tingkah laku masyarakat saat atau setelah menonton iklan layanan masyarakat sedangkan penelitian ini menganalisis bentuk bahasa yang digunakan dalam iklan layanan masyarakat.

LANDASAN TEORI

Tinjauan sosiolinguistik merupakan ilmu yang menganalisis bahasa secara lengkap dengan aspek-aspek kemasyarakatan khususnya pada keanekaragaman bahasa yang digunakan

(3)

251 dan bukan bersikap individu. Dalam hal ini

sosiolinguistik mengkaji bahasa sebagai suatu sistem sosial yang bersifat utuh, dengan tujuan untuk berkomunikasi di lingkungan masyarakat dan kebudayaan tertentu sebagai wujud penggunaan bahasa yang terjadi dalam situasi nyata. Dengan ini bahasa tidak hanya dikaji dari sisi internal saja melainkan dapat dilihat sebagai sarana berinteraksi di dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat inilah akan menimbulkan suatu variasi dalam berbahasa.

Variasi bahasa adalah perbedaan bahasa yang terjadi karena adanya kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan kelompok masyarakat yang sangat beragam dan adanya penutur yang tidak homogen (Chaer, 2014). Variasi bahasa memiliki dua pandangan, yaitu (1) variasi bahasa sebagai dampak dari sebuah keberagaman sosial dalam berbahasa lengkap dengan fungsinya dan (2) variasi bahasa yang hanya memenuhi fungsinya sebagai alat berkomunikasi. Prinsip dasar keberagaman timbul karena adanya berbagai cara dalam bertutur dalam setiap kejadian yang dialami atau dilihat. Variasi bahasa memiliki empat jenis, yaitu variasi bahasa berdasarkan segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan, dan segi sarana.

Variasi segi penutur, yaitu keragaman bahasa perseorangan dan kelompok yang berada pada satu wilayah tertentu. Variasi bahasa berdasarkan penutur, yaitu gaul, vulgar, dan jargon. Menurut Pusat Bahasa (dalam Hilaliyah,

2010) bahasa gaul atau sering disebut bahasa slang biasanya digunakan oleh kalangan anak muda dalam berkomunikasi, bahasa ini biasanya juga mengikuti perkembangan zaman. Bahasa vulgar adalah jenis variasi bahasa yang pemakaian bahasanya kurang terpelajar, tidak sopan dan dari kalangan mereka yang tidak berpendidikan. Adapun bahasa jargon adalah bahasa yang biasanya digunakan oleh kelompok atau komunitas tertentu (Wulandari, 2016).

Dalam hal ini bahasa jargon bersifat rahasia, dan hanya individu-individu yang termasuk dalam kelompok tersebut yang dapat mengerti dan memahami.

Adapun variasi dari segi pemakaian sering disebut fungsiolek atau register. Mengkaji berdasarkan bidang penggunaan, dan tingkat keformalan yang digunakan. Misalnya dalam bidang jurnalistik, pertanian, pendidikan, dan sebagainya. Yang menjadi ciri variasi ini adalah dalam pemilihan kosa kata. Setiap bidang kegiatan tentu memiliki kosakata khusus yang tidak dapat digunakan dalam bidang lain. Serta variasi dari segi keformalan merupakan bahasa yang digunakan pada situasi tertentu. variasi jenis ini terdiri atas lima macam, yaitu ragam baku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab.

Variasi dari segi sarana ada dua, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Ragam hahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan oleh speech organ berupa ucapan lisan. Ragam lisan adalah variasi bahasa yang hanya dapat diterima melalui indera pendengaran untuk

(4)

252 berkomunikasi dengan orang lain. Adapun

ragam tulis adalah gabungan huruf yang membentuk kata dan selanjutnya menjadi kalimat. Penggunaan bahasa tulis memanfaatkan media menulis sehingga tidak terikat dengan ruang dan waktu.

Iklan yang dikaji dalam penelitian ini adalah iklan layanan masyarakat yang diklasifikasi dari segi penutur, pemakai, dan keformalan. Alasan peneliti tidak mengkaji dari segi sarana bahwasanya iklan layanan masyarakat di media sosial semuanya menggunakan bahasa lisan dan bukan bahasa tulis. Dari beberapa variasi tersebut peneliti juga menganalisis fungsi dari bahasa yang digunakan dalam iklan layanan masyarakat.

Jakobson (dalam Pradotokusumo, 2008) menjelaskan bahwa fungsi bahasa memiliki enam klasifikasi yaitu fungsi emotif, referensial, puitik, fatik, metalingual, dan direktif. Fungsi emotif berupa menyatakan suatu ekspresi diri.

Referensial digunakan untuk memberikan sebuah informasi terkait pendapat penutur tentang dunia di sekelilingnya dan di jabarkan secara jelas. Puitik digunakan untuk menonjolkan isi pesan atau amanat dengan mempertimbangkan unsur seni di dalamnya.

Direktif digunakan untuk mempengaruhi orang lain. Fatik digunakan untuk menjalin hubungan antara pengirim dan penerima sebagai bentuk saling berbagi pengalaman untuk menjalin hubungan, dan metalingual digunakan untuk menjelaskan suatu bahasa itu sendiri.

Iklan layanan masyarakat sebagai salah satu media komunikasi yang menggunakan kata- kata sederhana dan mudah dipahami oleh budaya masyarakat. Dalam hal ini iklan layanan masyarakat adalah iklan yang menghimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi dan menyajikan berbagai pesan sosial yang dapat menumbuhkan sikap peduli tentang masalah yang ada (Pujiyanto, 2013). Iklan layanan masyarakat biasanya dimuat dalam media sosial seperti youtube, instagram, twitter, facebook dan lain-lain.

Media sosial biasanya menyajikan berbagai informasi dan berita yang tengah hangat diperbincangkan di lingkungan masyarakat seperti halnya covid-19. Virus corona atau Novel-Corona Virus pertama kali ditemukan bersamaan dengan merebaknya kasus penyakit infeksi paru atau pneumonia di kota Wuhan, Hubei, Cina (Tandra, 2020). Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) adalah jenis penyakit yang belum pernah ditemukan sebelumnya pada manusia. Covid-19 menjadi pandemi dunia yang ditetapkan oleh WHO pada bulan Desember 2019 (Putri, 2020).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode kualitatif bertujuan untuk mengetahui perilaku, tindakan, dan perbuatan dari seorang individu atau kelompok masyarakat tertentu (Moleong, 2012).

Adapun deskriptif kualitatif digunakan untuk

(5)

253 menganalisis suatu kejadian, fenomena, atau

keadaan secara sosial yang bermaksud untuk memahami suatu konteks sosial secara luas dan mendalam.

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa rekaman video di media sosial dan transkrip dari video iklan layanan masyarakat pada masa pandemi Covid-19 di media sosial.

Adapun sumber data sekunder yaitu sumber data penunjang yang berkaitan dengan variasi dan fungsi ragam bahasa iklan layanan masyarakat pada masa pandemi covid-19 seperti jurnal yang berkaitan dengan ragam tuturan berbahasa, dan buku tentang covid-19.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu teknik perekaman dan transkrip data berupa kata, frasa, dan kalimat dalam iklan layanan masyarakat. Dalam pengambilan data peneliti tidak terpaku pada waktu dan tempat karena penelitian dilakukan secara fleksibel.

Teknik analisis data yang digunakan milik Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014) yang mengklasifikasi data berupa empat tahap, yaitu pengumpulan data, mereduksi data atau memilah data dan mengelompokkan data, penyajian data, dan yang terakhir penarikan simpulan.

PEMBAHASAN

Iklan layanan masyarakat di media sosial menggunakan berbagai variasi bahasa dan fungsi bahasa. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

A. Wujud Variasi Bahasa

Bahasa dalam iklan layanan masyarakat memiliki berbagai variasi. Variasi tersebut diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu segi penutur, pemakai, dan keformalan.

1. Segi Penutur

Variasi bahasa dari segi penutur terdiri atas bahasa- bahasa gaul, bahasa vulgar, dan bahasa jargon. Data dari masing- masing variasi tersebut sebagai berikut.

a. Bahasa Gaul

Bahasa gaul sering disebut dengan bahasa slang. Adapun bahasa gaul yang ditemukan dalam iklan layanan masyarakat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 1 Data Bahasa Gaul No Data Bahasa Gaul

1. BT, di mana-mana pada ngomongin virus korona mulu 2. Yok bisa yok. Kita bikin

situasi tetap kondusif, dengan tidak sembarangan menyebar berita

3. Ngomongin korona, jangan panik dulu guys.

(6)

254 Data (1) menunjukkan variasi

bahasa gaul, hal ini dibuktikan dengan adanya penggunaan kata BT.

BT merupakan bentuk akronim dari boring total yang memiliki arti sangat bosan. Kata ini sering digunakan oleh anak muda dalam berkomunikasi sehari-hari dengan teman sebayanya. Penggunaan bahasa gaul juga dianggap lebih trend dibanding menggunakan bahasa daerah atau bahasa resmi.

Data (2) terdapat frasa Yok Bisa Yok yang menunjukkan adanya peristiwa hiperkorek. Hiperkorek adalah cara penulisan kata yang sudah benar, dan dibenarkan lagi sehingga menjadi salah. Akhirnya yang salah itulah yang dipakai dalam ucapan dan penulisan sehari-hari.

Peristiwa ini terjadi adanya perubahan vokal /u/ menjadi /o/.

Frasa tersebut harusnya ‘Yuk Bisa Yuk’ sehingga berubah menjadi

‘Yok Bisa Yok’. Dalam hal ini peristiwa tersebut dianggap biasa dan masih bisa dipahami antara penutur dengan lawan tuturnya.

Data (3) adanya kata Guys. Dalam hal ini Guys memiliki arti sapaan sebagai pengganti kata ganti orang kedua jamak seperi teman-teman, dan kalian. Penggunaan kata ‘guys’

sering digunakan oleh kalangan

anak muda untuk saling berkomunikasi. Adanya penggunaan kata gaul ‘guys’ dalam iklan layanan masyarakat, agar bahasa terkesan santai, tidak kaku sehingga mudah dipahami isi dan pesan yang hendak disampaikan.

b. Bahasa Vulgar

Bahasa vulgar atau bahasa yang kurang pantas juga ditemukan dalam iklan layanan masyarakat di media sosial. Adapun data bahasa vulgar yang ditemukan sebagai berikut.

Tabel 2 Data Bahasa Vulgar No Data Bahasa Vulgar 4. Botak, macam ganteng aja kau!

Pala kau juga ikut botak nanti!

5. Gue udah di luar nih, buruan lah cluk, maskere ojo lali lho.

Data (4) pada penggalan iklan layanan masyarakat di atas menunjukkan adanya bahasa vulgar.

kalimat tersebut memiliki arti

‘kepalamu, seperti ganteng saja kamu!’ Kepalamu juga ikut botak nanti’. Kalimat dalam data tersebut terdapat makian bentuk frasa sehingga mengakibatkan bahasa tersebut menjadi vulgar. Selain itu pemakaian bahasa tersebut kurang sopan untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk anak remaja, karena terkesan kurang

(7)

255 terpelajar dan kurang mengetahui

sopan santun dalam berbahasa.

Data (5) pada penggalan iklan layanan masyarakat di atas menunjukkan adanya bahasa vulgar.

Hal ini ditandai dengan adanya penggunaan kata cluk. Kata cluk merupakan singkatan dari kocluk.

Kata tersebut berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti bodoh.

Selain itu, kata cluk bisa juga digunakan sebagai bentuk kata sapaan kepada orang lain yang dirasa memiliki hubungan yang dekat.

c. Bahasa Jargon

Data bahasa jargon yang ditemukan dalam iklan layanan masyarakat di media sosial sebagai berikut.

Tabel 3 Data Bahasa Jargon No Data Bahasa Jargon 6. Staysafe, Jangan Mudik

Dulu!

Data (6) termasuk tipe jargon dalam bentuk kalimat dengan dibuktikannya adanya kalimat “Jangan Mudik Dulu”. Kegiatan mudik sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia saat menjelang perayaan hari raya idul fitri. Namun karena adanya wabah pandemi menjadikan masyarakat harus tetap berada di perantauan dan tidak melakukan kegiatan pulang

kampung. Oleh karena itu, iklan tersebut menjadi sebuah jargon yang menghimbau untuk memutus penyebaran virus covid-19.

2. Segi Pemakaian

Variasi bahasa dari segi pemakaian berupa register. Register adalah bahasa yang digunakan pada sekelompok orang dalam suatu bidang (Utomo, 2014).

Data yang ditemukan dalam iklan layanan masyarakat yang memuat bahasa register sebagai berikut.

Tabel 4

Data Bahasa Register No Data Bahasa Register

7. Mengingat salahsatu gejala covid- 19 adalah hilangnya indra pembau atau disebut anosmia.

8. New normal dan kasus covid-19 yang tak terkendalikan.

Data (7) menunjukkan bahasa register karena di tandai dengan adanya penggunaan kata Anosmia. Menurut KBBI Anosmia merupakan kejadian akan hilangnya daya indera penciuman seseorang. Adapun maksud penggalan iklan layanan masyarakat tersebut yaitu gejala umum yang dialami oleh seseorang yang tertular virus corona berupa hilangnya indera penciuman.

Data (8) pada penggalan iklan di atas menunjukkan adanya bahasa yang sering digunakan dalam lingkungan medis atau kesehatan. Adapun frasa yang menunjukkan di dunia medis yaitu covid- 19. Seperti yang diketahui sekarang,

(8)

256 indonesia bahkan dunia tengah

mengalami virus yang mematikan yaitu Coronavirus Disease atau sering disebut dengan covid-19.

3. Segi Keformalan

Variasi bahasa dari segi keformalan terdiri atas bahasa akrab, asing, lokal, dan bahasa reduplikasi. Masing-masing penjabaran tersebur sebagai berikut.

a. Variasi Bahasa Akrab

Bahasa akrab atau disebut dengan bahasa intim merupakan bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Data variasi bahasa akrab dalam iklan layanan masyarakat sebagai berikut.

Tabel 5 Data Bahasa Akrab No Data Bahasa Akrab

9. Halo namaku corona, aku virus yang berbahaya yang ada di sekitar kalian. Jadi, kalian jangan main di luar dulu ya!

10. Ayo cegah penularan covid-19 dan Mari lindungi diri kita dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada.

Data (9) menunjukkan variasi bahasa akrab yang ditandai dengan adanya penggunaan bahasa sapaan halo. Kata halo digunakan untuk mengawali suatu percakapan dan menarik perhatian dari pendengar iklan. Selain itu penggalan kalimat iklan di atas juga menggunakan sudut pandang orang pertama ‘aku’

sehingga terkesan santai dan mudah

di pahami karena menggunakan kata

‘aku’ sebagai virus korona.

Data (10) adanya variasi bahasa akrab. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan kata ayo dan mari yang berarti sebuah ajakan untuk melakukan sesuatu. Adapun penggalan iklan di atas mengajak masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan virus covid-19 dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

b. Bahasa Santai

Variasi bahasa santai yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat di media sosial. Variasi bahasa santai diklasifikasikan dalam bahasa asing, lokal dan reduplikasi atau pengulangan. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6 Data Bahasa Santai No Data Bahasa Santai 11. Ayo bersama sama kita putus

rantai penyebaran virus korona dengan cara stay at home dan melaksanakan protokol kesehatan.

12. Ayo buka Classroom.

13. Corona virus (Covid-19) mengrupakeun virus anyar nu nyebabkeun penyakit di saluran pernapasan. Virus ieu asalna ti China.

14. Hmm kepriwe ya mas, aku wedi mas yen bisa nular ibu bapak trus vika

(9)

257 15. Hmm kepriwe ya mas, aku

wedi mas yen bisa nular ibu bapak trus vika

16 Aku galau segalau-galaunya.

Pandemi belum selesai, namun di sekolahku sudah di

berlakukan tatap muka. Aku khawatir, aku belum siap melakukan aktifitas di masa pandemi ini.

Data (11) pada frasa Stay at home padanan makna dalam bahasa indonesia yaitu tinggal di rumah.

Maksudnya adalah saat pandemi covid-19 kita dianjurkan untuk melakukan aktifitas di rumah mulai dari kerja, belajar, dan aktifitas lain yang biasanya di luar kini dilakukan dirumah, tujuannya yaitu untuk memutus penyebaran virus covid- 19.

Data (12) pada kata Classroom memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu kelas online yang memiliki fungsi untuk belajar jarak jauh. Classsroom adalah platform yang akan mempermudah proses pengajaran secara online dan dapat dijangkau oleh semua orang secara gratis. Dalam hal ini Classroom menjadi situs yang dapat dindalkan sebagai sistem belajar mengajar di tengah wabah pandemi covid-19.

Data (13) pada penggalan iklan di atas merupakan bentuk variasi bahasa sunda. Kalimat di atas memiliki arti yaitu Coronavirus

Covid-19 merupakan virus baru yang mnyebabkan penyakir di saluran pernapasan. Virus ini berasal dari china.

Data (14) menunjukkan adanya penggunaan bahasa daerah. Hal ini ditandai dengan adanya penggunaan kata kepriwe yang dalam bahasa indonesia memiliki arti bagaimana.

kata kepriwe sendiri berasal dari bahasa jawa ngapak yang berasal dari daerah banyumasan. Kata kepriwe digunakan untuk menanyakan hal terkait suatu kondisi tertentu.

Data (15) kata bagi-bagi adalah jenis pengulangan menyeluruh dengan mengulang dari bentuk dasar bagi. Bagi-bagi sendiri memiliki arti memberikan sesuatu kepada oranglain.

Data (16) kata segalau-galaunya adalah jenis pengulangan dengan diberi imbuhan prefiks se- dan sufiks –nya. Kata segalau-galaunya memiliki kata dasar galau, yang memiliki arti sedih, gelisah sedangkan segalau-galaunya berarti perasaan sedih atau gelisah yang sangat mendalam.

B. Wujud Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa dalam iklan layanan masyarakat terbagi menjadi lima jenis

(10)

258 yaitu fungsi emotif, direktif, referensial,

puitik, fatik. Penjabaran dari beberapa fungsi tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

1. Fungsi Emotif

Fungsi emotif menyatakan suatu ekpresi diri dari seseorang. Dalam iklan layanan masyarakat di temukan fungsi bahasa emotif sebagai berikut.

Tabel 7 Data Fungsi Emotif No Data Fungsi Emotif 17. A: “Aku gak tega sama ibu.

Sepeninggalan bapak, ibu apa apa selalu sendiri.”

18. A: ”Bete deh, di mana-mana pada ngomongin virus korona mulu. Nggak di rumah, nggak tetangga tv pun iya”.

Data (17) pada cuplikan dialog di atas menunjukkan adanya fungsi emotif. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya frasa gak tega. Gak tega memiliki arti perasaan peduli dan merasa kasihan. Kalimat di atas diungkapkan oleh seorang anak yang tidak bisa mudik dan tidak bisa menemani ibunya saat ramadhan maupun lebaran Idul Fitri. Cuplikan dialog di atas juga menjelaskan tentang seorang ibu yang hidup sendirian di kampun karena suaminya sudah meninggal.

Data (18) menunjukkan adanya fungsi emotif, hal ini ditujukan adanya kata bete. Kata ‘Bete’

memiliki arti kegelisahan atau sebuah perasaan bosan akan suatu

kondisi. Maksundya adalah penutur merasa bosan dengan virus covid-19 yang dibicarakan dimana-mana karena virus ini sedang ramai jadi bahan perbincangan di berbagai media sosial dan dunia nyata.

2. Fungsi Direktif

Fungsi bahasa diretif berisi tentang suatu anjuran, perintah, maupun larangan. Adapun dalam iklan layanan masyarakat yang memuat bahasa direktif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8 Data Fungsi Direktif No Data Fungsi Direktif 19. Kalian jangan main di luar dulu 20. ya! Waspada novel corona virus!

21. Ayo cegah penularan covid-19!

Data (19) menunjukkan fungsi direktif karena melarang mayarakat untuk melakukan sesuatu. Larangan tersebut ditujukkan dengan adanya penggunaan kata jangan yang berarti tidak boleh. Maksud cuplikan iklan di atas yaitu melarang masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah karena adanya wabah pandemi covid-19. Sehingga semua kegiatan harus dilakukan di rumah saja.

Data (20) merupakan fungsi bahasa direktif. Penggalan kalimat di atas berisi tentang sebuah himbauan akan bahaya virus covid-19. Hal ini di tujukkan dengan adanya penggunaan kata waspada. Waspada dalam

(11)

259 KBBI memiliki arti berhati-hati,

berjaga-jaga dan selalu siap siaga.

Kalimat di atas mengingatkan masyrakat untuk selalu siaga dan berhati-hati dengan adanya virus covid-19 yang ada di sekitar.

Data (21) merupakan fungsi direktif karena berisi tentang sebuah ajakan atau seruan yang di tandai dengan penggunaan kata ayo dan di akhir kalimat terdapat tanda seru (!). Kata ayo memiliki arti ajakan untuk memberi sebuah dorongan. Adapun penggunaan tanda seru di akhir kalimat sebagai seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan yang kuat tentang suatu ungkapan.

3. Fungsi Referensial

Fungsi bahasa referensial digunakan untuk memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang berada di lingkungan penutur. Terdapat 2 data yang diperoleh dalam iklan layanan masyarakat yang memuat fungsi referensial. Data tersebut sebagai berikut.

Tabel 9

Data Fungsi Referensial No Data Fungsi Referensial 22. Apa itu covid-19? Covid-19

adalah penyakit yang disebabkab oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars- CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tingkok pada 31 Desember 2019.

23. A : “Bagus pulangnya nunggu virus korona selesai ya, Bu”

B : “Ya makanya kamu pulang sekarang, di kampung aman kok, Gus”

A: “Kalau bagus pulang sekarang, bisa sja bagus kena virus di perjalanan”

Data (22) pada penggalan dialog di atas menunjukkan adanya fungsi referensial karena kalimat tersebut menyatakan gagasan atau pendapat tentang virus covid-19. Pendapat tersebut sesuai dengan pengetahuan atau pengalaman dari penutur iklan.

Kalimat dalam iklan layanan masyarakat di atas juga sebagai informasi kepada semua masyarakat tentang apa dan dari mana virus covid-19 berasal.

Data (23) dalam cuplikan dialog iklan layanan masyarakat di atas menunjukkan adanya fungsi bahasa referensial. Cuplikan dialog terdapat adanya pemaparan tentang kondisi desa yang di anggap aman dari bahaya covid-19. Hal tersebut merupakan opini dari segi penutur untuk meyakinkan lawan tutur terkait kondisi yang dimaksud.

4. Fungsi Fatik

Bahasa sebagai fungsi fatik menunjukkan adanya isi pesan atau amanat yang akan di sampaikan.

Iklan layanan masyarakat di media sosial pada masa pandemi covid-19 ditemukan 2 data sebagai berikut.

(12)

260 Tabel 10

Data Fungsi Fatik No Data Fungsi Fatik

24. Bila kamu merasa demam, batuk, dan pilek segera periksa kedokter. Bila kamu dari luar negeri segera karantina mandiri selama 14 hari atau bisa datangi RS rujukan covid-19.

25. A: “Bu, mau ngabarin kemungkinan lebaran bagus belum bisa pulang..”

B: “Loh, mosok lebaran ndak pulang”.

Data (24) berisi tentang anjuran bagi masyarakat untuk melakukan beberapa langkah penanganan saat mengalami gejala covid-19. Adapun langkah tersebut seperti isolasi mandiri maupun kunjungan ke rumah sakit tergantung dari kondisi yang dirasakan. Adapun kalimat tersebut merupakan fungsi bahasa fatik karena berisi tentang ungkapan kepedulian di tengah wabah pandemi saat ini. Kepedulian tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan kata “bila kamu”.

Data (25) merupakan cuplikan dialog yang termasuk dalam fungsi bahasa fatik karena ungkapan tersebut disertai unsur yang membangun kontak sosial antara para partisipan di dalam penuturan tersebut. Dialog dalam iklan tersebut dilakukan oleh seorang anak yang sedang merantau dan tidak bisa pulang ke kampung halaman karena

wabah pandemi covid-19. Sehingga hanya bisa berkabar dengan keluarga melalui via telephone.

5. Fungsi Puitik

Bahasa sebagai fungsi puitik menonjolkan keindahan dalam pemilihan kata. Dalam iklan layanan masyarakat di media sosial pada masa pandemi covid-19 ditemukan 1 data. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 11 Data Fungsi Puitik No Data Fungsi Puitik 26. Jangan Panik, Jangan piknik,

Jangan mudik!

Data (26) memiliki fungsi bahasa sebagai puitik yaitu adanya persamaan bunyi [ik] di akhir kata.

Adanya persamaan bunyi tersebut memiliki fungsi agar bahasa dalam iklan tersebut menjadi lebih estetis.

Selain itu, iklan di atas juga terdapat pengulangan kata ‘jangan’ yang berada di awal kalimat sebanyak tiga kali. Adanya pengulangan atau repetisi dalam iklan tersebut bertujuan untuk menekankan bahwa covid-19 merupakan virus yang berbahaya, dan masyarakat tidak boleh menghiraukan setiap infomasi atau berita yang ada di iklan layanan masyarakat maupun media lainnya.

(13)

261 PENUTUP

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan bentuk variasi yang ditemukan dalam iklan layanan masyarakat berjumlah enam belas kata yang mencakup variasi bahasa gaul, vulgar, jargon, akrab, santai, dan bahasa register. Fungsi bahasa yang ditemukan dalam iklan layanan masyarakat berjumlah sepuluh data, antara lain fungsi bahasa direktif, emotif, referensial, fatik,

dan puitik. Dari adanya berbagai variasi bahasa, diharapkan masyarakat mampu memahami isi dan makna yang termuat dalam iklan layanan masyarakat. Selain itu, masyarakat juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, seperti menerapkan protokol kesehatan untuk memutus penyebaran virus Covid-19.

DAFTAR PUSTAKA Alek, A. dan A. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Hilaliyah, H. (2010). Maraknya Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Pelajar Sekolah Menengah Atas.

Dieksis, 2(1), 2.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pradotokusumo. (2008). Pengkajian Sastra. Jakarta: Pustaka Utama.

Pujiyanto. (2013). Iklan layanan masyarakat. Yogyakarta: Andi Offset.

Putri, R. N. (2020). Indah dalam Menghadapi pandemi covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 2.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Syamsuddin. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda Karya.

Tandra, H. (2020). Virus Corona Covid-19. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Utomo, D. W. (2014). Register Laporan Pandangan Mata Komentator Sepakbola. Sasindo Unpam, 1(1), 3.

Wulandari, A. (2016). Penggunaan Jargon Oleh Komunitas Chatting Whatsapp Grup. Jurnal Transformatika, 12(2), 3.

Gambar

Tabel 11  Data Fungsi Puitik  No  Data Fungsi Puitik  26.  Jangan Panik, Jangan piknik,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dengan Metode Decision Tree maka perbandingan risiko berdasarkan jenis kontrak yang berkaitan dengan aspek biaya sebagai faktor penyebab

Berdasarkan tabel 4 maka dapat diketahui pada pre- tes dan pos-tes skala authentic happiness terdapat perbedaan skor pada subjek yang telah mengikuti emotional healing

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variasi atau ragam bahasa merupakan bagian dari kajian sosiolinguistik sebagai perwujudan.. interaksi masyarakat bahasa yang

Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan (trust). b) Pertukaran data (data

Margono Soekarjo Purwokerto sebagai Instansi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Terbaik Tahun

E-money (APMK) merupakan instrumen sistem pembayaran, pada umumnya berbasis kartu antara lain: kartu Anjungan Tunai Mandiri, kartu kredit, kartu debit, serta jenis

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa CSR tidak hanya terbatas pada tanggung jawab yang bersifat reaktif, yaitu bertanggung jawab karena perusahaan

kecernaan Acid Detergent Fiber (KcADF) pada sapi peranakan ongole (PO) jantan yang diberikan pakan kualitas rendah. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak