• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN FRAKTUR FEMURTERTUTUP 1/3 DISTAL SINISTRA DENGAN

PENERAPANINTERVENSI INOVASI TERAPI ASMAUL HUSNA UNTUK MENGATASI MASALAH NYERI AKUT

YUL AFNI

Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Padang

*Email korespondensi: [email protected]

ABSTRACT

The World Health Organization (WHO) noted that in 2017 there were 5.6 million people died and 1.3 million people suffered fractures due to traffic accidents. Femur fracture is one of the emergency cases, which at the beginning will give a severe pain response due to discontinuity of bone tissue. . The purpose of this paper is to provide nursing care to Mr. M with closed fracture of the femur 1/3 distal left with the application of the Asmaul Husna innovation intervention to overcome acute pain problems in Surgery Room III of dr. Reksodiwiryo Padang. The method is carried out by carrying out comprehensive care starting from assessment to evaluation. The results of Asmaul Husna's therapeutic innovation on reducing pain intensity, therapy was given 3 times a day for 15 minutes, the client said that after listening to Asmaul Husna the pain he experienced was reduced from a pain scale of 6 to 3. It is hoped that the results of this writing can be a reference for nurses, namely applying Asmaul Husna therapy to treat acute pain problems.

Keywords: Femur Fracture, Nursing Care, Asmaul Husna Therapy, Acute Pain Problem

ABSTRAK

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2017 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas Fraktur femur merupakan salah satu kasus kegawatan, dimana pada awal akan memberikan respon nyeri hebat akibat diskontinuitas jaringan tulang. Tujuan penulisan ini adalah memberikan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Fraktur femur tertutp 1/3 distal sinistra dengan penerapan intervensi inovasi asmaul husna untuk mengatasi masalah nyeri akut di Ruang III bedah RS dr. Reksodiwiryo Padang. Metode yang dilakukan dengan melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Hasil implementasi inovasi terapi Asmaul Husna terhadap penurunan intensitas nyeri, terapi diberikan sebanyak 3 kali sehari selama 15 menit, klien mengatakan bahwa setelah mendengarkan Asmaul Husna rasa nyeri yang dialaminya berkurang dari skala nyeri 6 menjadi 3. Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi referensi bagi perawat yaitu menerapkan terapi asmaul husna untuk mengatasi masalah nyeri akut.

Kata Kunci : Fraktur Femur, Asuhan Keperawatan, Terapi Asmaul Husna, Masalah Nyeri Akut

PENDAHULUAN

Fraktur adalah permisahan atau patahnya kontinuitas tulang normal. Terjadi karena trauma langsung maupun tidak langsung. Gangguan integritas tulang yang di tandai dengan setiap retakan atau patah tulang yang utuh (musliha 2013).Bedasarkan garis patah tulang fraktur tebagi atas fraktur stick, trasverse, longitudenal, obligue dan spriral. Sedangkan menurut dimana lokasi fraktur terjadi terbagi atas beberapa macam yaitu, fraktur sakrum, pelvis, asetubulun, kepala dan leher femur, Fraktur Femur,

(2)

petela, krusis, tibia, maleoluskalkaneus klavikula, skaula, humerus, proksimal, batang humerus, suprakondilar humerus (SCPCH). Oleh kranon, rakdius, ulna, monteggia, galezi, colles, smith, metakarpal, dan falang ( Mutaqqin 2013).

Fraktur Femur adalah hilangnya kontuinitas tulang paha tanpa di sertai kerusakan jarigan kulit yang dapat di sebabkan oleh fraktur fisiologis (trauma langsung dan trauma tidak lansung) dan kondisi patologis (degenarasi tulang / osteoporosis dan tulang femur). Fraktur atau patah tulang merupakan kondisi dimana posisi dan fungsi tulang berubah dari semestinya. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya rasa nyeri pada anggota tubuh yang terkena. Kondisi ini membuat si penderita merasa tidak nyaman bahkan merasa tidak kuat jika rasa nyeri begitu hebat (Muttaqin,2013).

Kejadian frakur akibat kecelakaan lalu lintas yang di laporkan Depkes RI (2012) dalam zulkani (2012), menunjukan bahwa sekitar 8 juta orang mengalami fraktur yang berbeda. Insinde fraktur di indonesia 58% dalam rentang setiap provinsi antara 2,4 sampai 11 %. Hasil team surve Depkes RI di dapatkan 27% penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stres psikologis dan depresi, 13% mengalami kesembuhan.

Menurut data WHO klien yang mengalami Fraktur Femur ada sekitar 38% dari jumlah kecelakaan. Hasil surve Depkes RI di dapatkan 41% mengalami Fraktur Femur, sedangkan untuk wilayah Sumatra Barat ada sekitar 53% mengalami kasus Fraktur Femur (Sustrani,2011).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) 2017 bahwa sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dengan penyebab yang berbeda.

Hasil survey tim Departemen kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) ini didapatkan 25 % klien fraktur mengalami kematian, 45 % mengalami kecacatan fisik, 15 % mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depresi dan 10 % mengalami kesembuhan dengan baik Angka kejadian kecelakaan di wilayah Sumatra Barat lalu lintas cukup tinggi, dimana angka kejadian fraktur lebih dominan, tercatat rata-rata kasus fraktur setiap bulannya 90% (RSUP DR.M.Djamil Padang, 2018).

Dari data yang di peroleh Rs TK III dr.Reksodiwiryo Padang 3 bulan terakhir yaitu Oktober-Desember 2020 terdapat 79 kasus yang mengalami fraktur dimana Fraktur Femur merupakan kejadiaan paling tinggi (76%).

Peran perawat sebagai care giver, yaitu dalam memberikan asuhan keperawatan sangat di butuhkan dalam proses perawatan pasien Fraktur Femur. Perawat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Rencana keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalahkeperawatan yang ditemukan pada pasien agar tujuan dapat tercapai dan kebutuhan dasar pasien kembali bisa terpenuhi.

Masalah keperawatan yang ditemukan di ruang III Bedah untuk diagnosis fraktur yaitu meliputi nyeri akut, kerusakan mobilitas fisik, dan kerusakan integritas kulit.

Dari masalah yang ditemukan di sinilah perawat dan petugas kesehatan lainnya memberikan penatalaksanaan pada klien Fraktur Femur, sehingga memerlukan pelayanan yang komprehensif dan komplit yang berkolaborasi dengan dokter, ahli

(3)

gizi, laboratorium, fisioterapi, maka akan meningkatkan derajat kesehatan pada klien Fraktur Femur.

Menurut Murwani, 2019 nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai pada penderita fraktur. Nyeri adalah mekanisme perlindungan bagi tubuh dan juga sebagai kontrol atau alarm terhadap bahaya. Nyeri pada fraktur bersifat akut, nyeri akut dapat menimbulkan frustasi pada klien dan kecemasan dan bisa juga menyebabkan depresi psikologi. Tekanan darah akan meningkat dan denyut jantung bekerja cepat, sehingga dapat menurunkan sistem imun ini adalah dampak dari klien nyeri fraktur yang mengalami stres dan cemas. Akibat dari fraktur yang dialaminya klien mengalami berbagai gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti gangguan aman nyaman nyeri, gangguan dalam melakukan aktivitas fisik, merasa cemas (Purwandari, 2018).

Suatu tindakan untuk mengurangi rasa nyeri dapat dikelompok menjadi dua yaitu pertama tindakan secara farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan secara non farmakologi terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri yaitu berbagai stimulasi perilaku kognitif maupun fisik. Intervensi prilaku kognitif meliputi teknik relaksasi ( mendengarkan musik), tindakan distraksi, imajinasi terbimbing, umpan balik biologis, hypnotis dan sentuhan terapeutik serta stimulasi kulit bisa menurunkan nyeri secara efektif. (Tamsuri, 2012).

Salah satu bentuk penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis adalah teknik distraksi (Kartika, 2010). Pada mekanisme distraksi, terjadi penurunan perhatian atau persepsi terhadap nyeri dengan memfokuskan perhatian klien pada stimulasi lain atau menjauhkan pikiran terhadap nyeri (Tamsuri, 2007 dalam Kartika 2010).

Salah satu bentuk distraksi untuk mengatasi nyeri adalah distraksi pendengaran.

Jenis distraksi ini biasanya dilakukan dengan mendengarkan suara alam atau intruksi meditasi dan juga dapat berupa suara- suara yang mengandung unsur-unsur spritual sesuai dengan keyakinan yang dianut (Perry & Potter, 2006).

Salah satu suara yang mengandung unsur spiritual lain adalah dengan mendengarkan Asmaul husna (nama –nama Allah). Mendengarkan bacaan asmaul husna dapat digunakan dalam menangani kecemasan atau nyeri pada berbagai penyakit. Secara aplikatif mendengarkan asmaul husna tidak sulit dilakukan, tidak invasif terhadap yang mendengarkan, serta mudah dan cepat dilaksanakan.

Nama-nama yang terkandung dalam Asmaul Husna bermanfaat untuk penyembuhan diantaranya As-salam (Maha penyelamat), Al-Ghafur (Maha pengampun), Asysyakur (Maha penerima syukur), Al-majid (Maha mulia), Al-hayyu (Maha hidup). Nama- nama tersebut diyakini apabila dibaca atau dibacakan (diperdengarkan) kepada orang yang sakit akan mengurangi atau memberi kesembuhan pada orang yang sakit (Nafisa, 20 Tristanti (2010), membuktikan bahwa kebiasaan para santri melakukan Dzikir Asmaul Husna (ZHA) mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental santri.

Lantunan Asma ul husna adalah salah satu alat yang paling mudah dijangkau secara fisik dan merupakan instrumen penyembuhan. Menurut Heru (2018) ,Suara dapat mengaktifkan hormon endofrin alami sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stress, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan dapat meningkatkan perasaan rileks.

Pernyataan tersebut didukung oleh Penulisan Insani & Rokhanawati (2014) yang menyatakan bahwa saat seseorang mendengarkan Asmaul Husna ia merasa tenang karena hormon endorfin yang dikeluarkan akan ditangkap oleh reseptor di dalam

(4)

sistem limbik dan hipotalamus. Hormon endorfin ini akan meningkat sehingga dapat menurunkan nyeri, memperbaiki nafsu makan, meningkatkan daya ingat. Sejalan dengan penelitan Sri Rahayu (2017) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi Asmaul Husna terhadap nyeri klien post operasi. Berdasarkan hal tersebut Penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan dengan menerapkan intervensi inovasi yaitu Terapi Asmaul Husna pada pasien fraktur femur tertutup 1/3 distal untuk mengatasi nyeri akut di ruang III Bedah RST dr. Reksodiwiryo Padang.

METODE PENELITIAN

Metode yang dilakukan dengan melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.Teknik Pengambilan Data Dalam asuhan Keperawatan ini penulis mendapatkan data melalui:

1. Wawancara Wawancara merupakan alat recheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Nursalam, 2003). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dengan menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup, penulis bertanya langsung kepada klien dengan dengan fraktur femur tertutup 1/3 distal sinistra. Dengan demikian akan memudahkan penulis untuk mengetahui masalah keperawatan klien.

2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan mulai dari inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi untuk mendapatkan data fisik klien secara keseluruhan. Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada klien dengan fraktur femur tertutup 1/3 distal sinistra.

3. Observasi partisipatif adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama dirawat di rumah sakit dan lebih bersifat obyektif, yaitu dengan melihat respon klien setelah dilakukan tindakan. Penulis melakukan observasi partisipatif dengan cara melihat Asuhan keperawatan pada Tn.M dengan fraktur femur tertutup 1/3 distal sinistra dengan penerapan intervensi inovasi terapi Asmaul Husna untuk mengatasi masalah nyeri akut setelah penulis melakukan tindakan keperawatan.

4. Studi dokumentasi adalah suatu teknik yang diperoleh dengan mempelajari buku laporan, catatan medis serta hasil pemeriksaan yang ada. Penulis mempelajari buku laporan, catatan yang mengenai data-data Tn.M dengan fraktur femur tertutup 1/3 distal sinistra.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Gambaran Kasus

Keluhan utama

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data Klien mengalami kecelakaan motor pada tangal 04 Januari 2021, klien mengatakan sedang membawa motor menuju toko tempat dia akan berjualan, ketika ada lubang besar di jalan dia tidak melihat, sehingga klien terjatuh ke kiri dengan paha kiri tertimpa motor. Klien mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri, dan warga sekitar yang melihat kejadian langsung membawanya ke RST Padang dan dijadwalkan untuk operasi ORIF pada tanggal 05 Januari 2021.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat melakukan pengkajian klien sudah dilakukan post op ORIF hari ke 1 (05 Januari 2021), klien mengatakan nyeri pada paha kiri, nyeri di rasakan pada daerah bekas operasi, nyeri dirasakan menusuk dan mendadak ,skala nyeri 6, nyeri dirasakan sekitar 30 detik. Nyeri akan semakin terasa jika kaki kirinya digerakkan, klien merasa letih dan lemah, klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas, aktivitas klien di bantu keluarga dan perawat. Klien mengatakan tidak ada mual dan muntah.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya dan menderita penyakit yang sama seperti sekarang. Klien mengatakan tidak memiliki penyakit degenerative yang dapat memperberat kondisinya sekarang.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Tn. M mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan keluarga Tn. M juga tidak pernah mengalami penyakit yang sama dengan Tn. M sekarang ini.

Hasil Pemeriksaan Fisik

Dari data hasil pengkajian didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut:

(6)

Pengkajian fisik umum tanggal 05 Januari 2021, Tingkat kesadaran : Compos mentis, Keadaan umum : Klien tampak meringis, gerakan klien tampak terbatas, TD :

120/80 mmHg, S : 36,8 oc, N : 94 x/I, RR: 22 x/i pada Pemeriksaan head to toe didapatkan hasil : Kepala Bentuk kepala simetris, rambut pendek dan beruban, tidak ada perdarahan dan tidak ada tanda-tanda luka. Tidak ada teraba benjolan/ hematoma di kepala, tidak ada nyeri tekan di daerah kepala, Mata : Pada saat dilakukan pengkajian mata klien tampak simetris kiri dan kanan, adanya reflek cahaya, alis dapat di gerakkan konjungtiva, anemis, selera ikterik, tidak adanya lesi, fungsi penglihatan normal ditandai klien bisa mengenali perawatan dan orang-orang disekitar, Tidak ada teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan pada mata. Hidung : tidak ada pendarahan hidung, tidak ada cairan dalam hidung, hidung tampak bersih tidak ada teraba benjolan pada hidung, Mulut dan tenggorokan : Mukosa mulut terlihat lembab, gigi terlihat ompong, tidak ada pemakaian gigi palsu, tidak ada kesulitan dalam menelan. Leher : tidak ada pembengkakan pada leher klien, tidak ada kelainan yang ditemukan, tidak teraba pembengkakan kelenjar tyroid dan tidak terasa nyeri , Dada atau Thorak : Bentuk dada simetris, frekuensi nafas dalam rentang normal (22x/ menit ) , pola nafas teratur, tidak ada nyeri tekan pada daerah thorak, bunyi nafas vesikuler, terdengar disemua lapang paru normal irama teratur, tidak ada suara tambahan yang ditemukan Kardiovaskuler : tidak ada distensi vena jugularis, tidak terlihat perubahan warna pada kulit (tidak ada sianosis), ictus cordis tidak teraba, tidak ada nyeri tekan , akral teraba hangat, nadi 86x/ menit, suara jantung normal, irama jantung teratur, BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada bunyi tambahan pada jantung klien Abdomen : perut datar dan simetris,bising usus (+) normal 5-7 x/i , tidak ada teraba pembengkakan, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tympani. Genitouria Pada saat dilakukan pengkajian dengan wawancara klien mengatakan tidak ada keluhan. Ekstremitas Atas : terlihat ditangan sebelah kanan klien terpasang infus dengan cairan RL dengan 20 tetes/menit, tidak ada kelainan pada kedua tangan, turgor kulit elastic, tidak ada oedema Bawah : pada saat dilakukan pengkajian pergerakan paha kanan baik, tidak terdapat lesi dan oedema, sementara pergerakan paha kiri mengalami keterbatasan karena sebelumnya mengalami fraktur, dan sekarang sudah terpasang pen dari metatarsal sampai patella, dengan luka jahitan sebanyak 8 jahitan dan luka sepanjang 7 cm, terdapat lesi. Kulit Pada saat dilakukan pengkajian terdapat luka bekas operasi di paha sebelah kiri, tidak teraba oedema, tidak ada sianosis.

Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik b. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur infasif

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang 2. Intervensi Keperawatan

Fraktur dapat terjadi karena trauma / rudapaksa sehingga dapat menimbulkan luka terbuka dan tertutup. Fraktur luka terbuka memudahkan mikroorganisme masuk kedalam luka tersebut dan akan mengakibatkan terjadinya infeksi. Pada fraktur dapat mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka sehingga merangsang nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin dan prostatglandin yang akan merangsang serabut A- delta untuk menghantarkan rangsangan nyeri ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan

(7)

oleh serabut-serabut saraf aferen yang masuk ke spinal melalu “dorsal root” dan sinaps pada dorsal horn. Pada penderita fraktur, nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai (Murwani, 2009). Nyeri adalah mekanisme perlindungan bagi tubuh dalam hal ini adalah sebagai kontrol atau alarm terhadap bahaya. Nyeri pada fraktur bersifat akut, nyeri akut dapat diprediksi akan tetapi dapat membuat pasien frustasi dan seringkali mengarah pada kecemasan dan depresi psikologi. Pasien nyeri fraktur yang mengalami stres dan cemas maka tekanan darahnya akan meningkat dan denyut jantung bekerja semakin cepat, sehingga dapat menurunkan sistem imun yang berdampak negatif bagi tubuh. Akibat dari fraktur yang dialaminya pasien mengalami berbagai gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti gangguan aman nyaman nyeri, gangguan dalam melakukan aktivitas fisik, merasa cemas (Purwandari, 2008). Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri, kontrol nyeri sangat penting sesudah pembedahan. Pengurangan nyeri dapat menurunkan kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgetik harus digunakan untuk mengurangi nyeri post operasi (Torrance

& Serginson, 2007). Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu tindakan pengobatan (farmakologi) dan tanpa pengobatan (nonfarmakologi). Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif. Intervensi kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi (mendengarkan musik), imajinasi terbimbing, umpan balik biologis, hypnosis dan sentuhan terapeutik serta stimulasi kulit dapat memberikan efek penurunan nyeri yang efektif. Tindakan mengalihkan perhatian klien sehingga klien berfokus pada stimulasi taktil dan mengabaikan sensasi nyeri yang pada akhirnya dapat menurunkan persepsi nyeri (Tamsuri, 2012). Menurut Potter & Perry (2015), terapi berupa musik atau suara harus didengarkan minimal 15 menit untuk memberikan efek terapeutik, sedangkan menurut Yuanitasari (2018) durasi pemberian terapi musik atau suara selama 10-15 menit dapat memberikan efek relaksasi. Menurut Smith (dalam Upoyo,Ropi, & Sitoru 2012) intensitas suara yang rendah antara 50-60 desibel menimbulkan kenyamanan dan tidak nyeri serta membawa pengaruh positif bagi pendengarnya. Mendengarkan musik merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik terbukti menunjukkan efek antara lain menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. Mendengarkan musik didengarkan 1 kali sehari selama 15 menit dalam waktu 3 hari berturut-turut supaya dapat memberikan efek terapeutik (Firman, 2012).

Suara-suara yang mengandung unsur spiritual tersebut seperti mendengarkan Al-Qur’an, salah satu yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu Asmaul Husna.

Asmaul Husna secara harfiah ialah nama, sebutan, gelar Allah SWT yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Membaca atau mendengar Asmaul Husna memiliki banyak manfaat dan setiap nama-nama yang terkandung dalam Asmaul Husna memiliki manfaat atau khasiat tersendiri (Al-Ashqiya, 2011). Mendengarkan asmaul husna adalah salah satu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, sesuai dengan penelitian Insani & Rokhanawati (2014) yang menyatakan bahwa saat seseorang mendengarkan asmaul husna dia merasa tenang karena hormon endorfin yang dikeluarkan akan ditangkap oleh reseptor di dalam sistem limbik dan

(8)

hipotalamus. Hormon endorfin ini akan meningkat sehingga dapat menurunkan nyeri, memperbaiki nafsu makan, pernafasan dan dapat meningkatkan daya ingat.

Intervensi yang diberikan adalah klien diminta untuk mendengarkan Asmaul Husna selama 15 menit yang terdiri dari nama-nama Allah. di dengarkan melalui headset yang dihubungkan dengan handphone. Mendengarkan Asmaul Husna adalah salah satu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, sesuai dengan Penulisan Insani & Rokhanawati (2014) yang menyatakan bahwa saat seseorang mendengarkan Asmaul Husna

dia merasa tenang karena hormon endorfin yang dikeluarkan akan ditangkap oleh reseptor di dalam sistem limbik dan hipotalamus. Hormon endorfin ini akan meningkat sehingga dapat menurunkan nyeri, memperbaiki nafsu makan, pernafasan dan dapat meningkatkan daya ingat.

Mendengarkan Asmaul Husna merupakan suatu obat yang sangat bagus untuk segala macam penyakit, baik dari penyakit bathil maupun penyakit fisik ataupun penyakit dunia dan penyakit akhirat.

Lantunan Asmaul Husna secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa nyeri.

3. Implementasi Keperawatan

Dalam rencana tindakan semua dilaksanakan oleh Penulis, dikarenakan Penulis tidak sepenuhnya 24 jam merawat klien. Namun sebagai solusi Penulis mendelegasikan rencana tindakan tersebut kepada perawat ruangan. Hasil implementasi inovasi terapi mendengarkan Asmaul Husna terhahadap mengurangi rasa nyeri pada Tn. M yaitu implementasi dilakukan sebanyak 3 hari berturut-turut pada pagi hari, dan disarankan kepada klien tetap melakukannya jika sewaktu-waktu nyerinya muncul. Klien mengatakan nyeri berkurang setelah mendengarkan Asmaul Husna, klien merasa perhatian nyerinya beralih ketika mendengarkan Asmaul Husna. Sejalan dengan penelitan henny & ummi (2017) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan mendengarkan Asmaul Husna terhadap nyeri klien post operasi. Penulisan ini juga didukung oleh Penulisan (Rantyana, dkk 2017) ada pengaruh terapi Asmaul Husna terhadap nyeri pada klien luka bakar di ruang surgical RSUD Prabumulih.

Seiring juga dengan Penulisan (Nurul, 2015) bahwa adanya pengaruh terapi Asmaul Husna yang signifikan terhadap penurunan nyeri pada klien post ORIF di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi distraksi dengan cara relaksasi sebagai terapi non farmakologis dapat menurunkan intensitas nyeri. Kemudahannya keluarga klien kooperatif saat dilakukan tindakan sehingga saat pemberian intervensi Penulis dapat memberikan terapi mendengarkan Asmaul Husna sehingga klien menjadi tenang dan nyaman.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan merupakan perbandingan hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

(9)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Tn. M di dapatkan skala nyeri menurun dengan mendengarkan asmaul husna selama 3 hari berturut-turut, dan saat nyeri muncul. Klien mengatakan dengan mendengarkan asmaul husna dia menjadi lebih tenang sehingga bisa mengabaikan rasa nyerinya.

Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan

Masalah keperawatan yang timbul pada pasien fraktur dapat diatasi bila terjadi kolaborasi yang baik antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan, dalam hal ini khususnya perawat. Pasien memiliki peranan penting untuk melakukan perawatan mandiri (self care) dalam perbaikan kesehatan dan mencegah rawat ulang dirumah sakit (Barnason, Zimmerman & Young, 2011). Perilaku yang diharapkan dari self care adalah kepatuhan dalam medikasi maupun instruksi dokter seperti diit, pembatasan cairan maupun pembatasan aktivitas. Peranan keluarga juga cukup penting dalam tingkat keberhasilan terapi, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Festy (2009) semakin baik peran yang dimainkan oleh keluarga dalam pelaksanaan program rehabilitasi medik pada pasien fraktur maka semakin baik pula hasil yang akan dicapai. Peran keluarga terdiri dari peran sebagai motivator, edukator dan peran sebagai perawat.

Kesimpulan

Fraktur adalah putusnya kontinuitas struktur tulang baik komplit maupun tidak terdiri dari beberapa tipe dan keparahan. Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan tekanan yang sangat besar melebihi kemampuan tulang tersebut. Fraktur bisa disebabkan oleh trauma, gerakan melintir kencang dan tiba – tiba, dan kontraksi otot yang ekstrim (Smeltzer, 2010). Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dengan fraktur femur didapatkan hasil sebagai berikut

a. Pengkajian

Hasil pengkajian pada Tn. M dengan fraktur femur didapatkan klien mengeluh nyeri pada paha kirinya yang mengalami fraktur dan telah dilakukan operasi pemasangan pen. Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6. Klien mengatakan nyeri akan semakin terasa jika kaki kirinya digerakkan. Klien tampak meringis, hasil pemeriksaan TTV klien (TD :120/80 mmHg, N: 94 x/i, S : 36,8 °C, P:

22 x/i. Klien mengatakan sulit menggerakkan kaki kiri dan semua aktifitas dibantu keluarga.

b. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian secara umum di atas, maka diangkat diagnosa keperawatan aktual pada Tn. M adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Adapun diagnosa keperawatan yang lain adalah, gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang, dan resiko infeksi b/d tindakan infasif.

c. Inovasi Intervensi Keperawatan

Inovasi intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dengan masalah keperawatan nyeri akut adalah manajemen nyeri (NIC : Pain Management, dengan

(10)

teknik non farmakologi yaitu teknik distraksi dengan cara mendengarkan Asmaul Husna.

d. Impelementasi Keperawatan

Impelementasi teknik distraksi mendengarkan asmaul husna dilakukan selama 3 hari berturut-turut pada pagi hari, dengan cara mendengarkan asmaul husna menggunakan head set melalui handphone. Dan klien juga disarankan tetap melakukannya jika sewaktu-waktu nyerinya muncul.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dari 3 hari impelementasi manajemen nyeri dengan teknik non framakologi; teknik distraksi yaitu mendengarkan asmaul husna, didapatkan hasil skala nyeri Tn. M mengalami penurunan, dari skala 6 menjadi skala 3 di hari ke tiga implementasi. Klien juga mengatakan lebih relaks dan nyerinya berkurang. Karena waktu Penulis yang terbatas, maka untuk implementasi selanjutnya didelegasikan kepada perawat ruangan, dan juga kepada keluarga diajarkan jika nanti klien pulang, dan masih merasa nyeri bisa memberikan intervensi mendengarkan asmaul husna di rumah untuk mengurangi nyerinya.

DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey. et al., 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi 5:

Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Ed 8, vol2).

Jakarta: EGC

Brunner dan Suddarth. (2017). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Data RST Reksodiwiryo . Data Fraktur Diruangan 3 Bedah (2020) tiga bulan terakhir Grace, Prace A., & Borley Neil R. (2010). At a Glance Ilmu Bedah edisi ke-III alih

bahasa dr. Vidhia Umami. Jakarta : Erlangga

Henny & ummy. (2017). Pengaruh Terapi Asmaul Husna Terhadap Nyeri Klien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan KudusKabupaten Kudus

Hidayat, A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Heru. (2008). Ruqiah Syar’I Berlandaskan kearifan local. [Versi elektronik]. [Diakses tanggal 27 Desember 2020]. Avaliable from:

http://www.trainermuslim.com/feed/rss.

Insani, T. H., & Rokhanawati, D. (2014). Pengaruh Alunan Asmaul Husna Terhadap Intensitas Nyeri Dismenorea Primer Pada Siswi MadrasahMu'allimaatMuhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014.

digilib.unisayogya.ac.id diunduh pada tanggal 8 Mei 2018.

Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC Lukman & Ningsih ( 2019 ), Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Selemba Medika

(11)

Muttaqin, Arif. (2018). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif., & Sari, Kumala. (2019). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Murwani, A. 2009. Perawatan Klien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nurul Khashinah, Diyah Candra Anita K. (2015). Pengaruh Terapi Asmaul Husna Terhadap Tingkat Nyeri Pada Klien Post Open Reductioni Nternal Fixation (Orif) Di RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (edisi 4).

jakarta: EGC

Purna. (2016). Asmaul Husna. [Versi elektronik]. [Diakses tanggal 30 Desember 2020]. Avaliable from: http://www.purna.wordpress.com

Rantiyana, Miranti Florencia, Suratun. (2017). Pengaruh Terapi Asmaul Husna Terhadap Nyeri Pada Klien Luka Bakar di Rs Prabumulih

Riset Kesehatan Dasar. (2005). Jakarta : Badan Penulisan dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia

Sjamsuhidajat R, Wim De Jong ( 2015). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Siswantinah. (2011). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Kecemasan Klien Gagal Ginjal Kronik yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang Smeltzer, C. S., & Bare, B. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Philadelphia: Lippincott william & Wilkins

Referensi

Dokumen terkait

Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan Program Program Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat serta penarikan/pengembaliannya secara tertib bagi

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2014:4) menyatakan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

The alternative optimization method is used to solve this non - convex optimization of the MMC algorithms, as well as, a one-against-one strategy for multi-class

PANITIA JIMAT 2013. NO NAMA JABATAN

tersebut membuat siswa sering lupa dengan materi yang disampaikan guru,. (3) guru belum menggunakan metode yang menarik perhatian siswa,

Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Struktur Komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan”

Peralatan yang dipergunakan meliputi: perangkat lunak (software) MS Excel, Crop Water Balance Evapotranspiration (CWB-ETO) yang dikeluarkan oleh CIRAD Perancis tahun 2001,

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database