Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya 261
Pembangunan Sistem Informasi Pelayanan Laundry Pada RSI Malang
“UNISMA” Berbasis Web
Erine Ajeng Pratiwi1, Faizatul Amalia2, Achmad Arwan3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
Abstrak
Pentingnya pelayanan non-medis dalam pemenuhan layanan fasilitas pada rumah sakit selain pelayanan kesehatan. Melihat banyaknya linen yang dibutuhkan di setiap ruang rumah sakit dengan melakukan penanganan secara benar. Pelayanan linen dilakukan untuk memenuhi kepentingan pasien dalam melakukan perawatan, sehingga kebersihan linen perlu diperhatikan dengan adanya laundry linen. Dalam penerapannya, muncul permasalahan antara lain pencatatan yang dilakukan secara manual, kurang lengkapnya informasi dalam proses pelayanan laundry linen, dan pencatatan yang dilakukan kembali oleh kepala unit rumah tangga untuk direkapitulasi ulang. Hal ini mengurangi rasa kepuasaan tersendiri bagi proses pelayanan laundry dan terkait efisiensi waktu dan biaya pemakaian buku serta kemungkinan masalah besar yang terjadi karena pemenuhan laundry linen dilakukan setiap hari oleh petugas. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dilakukan pembangunan sistem informasi pelayanan laundry linen berbasis web dengan menerapkan metode waterfall dalam pembangunan sistem. Pengujian dilakukan dengan empat cara yaitu pengujian unit dari lima sampel yang diuji menggunakan teknik white box testing mendapatkan status 100% valid. Pengujian validasi dari 42 test case diperoleh hasil status 100% valid. Pengujian compatibility menghasilkan 11 peramban dapat menjalankan sistem dengan baik. Pengujian usability dengan metode System Usability Scale (SUS) sebesar 87,5 dengan kategori excellent dan grade scale B yang artinya secara usability sistem dapat diterima.
Kata kunci: rumah sakit, laundry linen, sistem informasi, waterfall Abstract
The importance of non-medical services in the fulfillment of facility services at hospitals in addition to health services. Seeing the amount of linen needed in each hospital room by handling it properly.
Linen services are carried out to meet the interests of patients in conducting care, so that linen cleanliness needs to be considered with linen laundry. In its application, problems arose including manual recording, incomplete information in the linen laundry service process, and records made again by the head of the household unit for recapitulation. This reduces the sense of satisfaction for the laundry service process and related to the efficiency of time and cost of using books as well as the possibility of major problems that occur because the fulfillment of laundry linen is done every day by officers. Based on the problems that occur the construction of a web-based linen laundry service information system is carried out by applying the waterfall method in system development. Testing is done in four ways, namely unit testing of five samples that were tested using white box testing techniques obtained results of 100% valid status. Validation testing of 42 test cases obtained 100%
valid status results. Compatibility testing with system results can run on 11 browsers. Usability testing using the System Usability Scale (SUS) method of 87.5 with excellent and grade scale B categories, which means that the system usability can be accepted.
Keywords: hospital, linen laundry, information systems, waterfall
1. PENDAHULUAN
Rumah sakit menurut Mardiati et al. (2004) adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan fasilitas rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat untuk melayani kesehatan perorangan secara paripurna. Masyarakat memilih rumah sakit bukan semata – mata
untuk mendapatkan kesembuhan namun pemenuhan pelayanan kesehatan jauh lebih kompleks. Hal ini mengharuskan pihak rumah sakit melakukan pemenuhan berbagai fasilitas untuk menunjang kepuasan pasien. Berdasarkan kebutuhannya, pelayanan non-medis berperan penting untuk mengembangkan kualitas rumah sakit dalam pemenuhan layanan fasilitas terkait kepentingan pasien dalam melakukan perawatan. Melihat bahwa linen sangat dibutuhkan di setiap ruang rumah sakit dengan dilakukan penanganan secara benar. Linen yaitun bahan atau alat yang dibuat dari ain, tenun (Mardiati et al., 2004). Linen dilakukan dengan dua cara berdasarkan tingkat kotornya yaitu linen infeksius (linen terinfeksi) dan linen non-infeksius (linen tidak terinfeksi). Linen infeksius merupakan linen yang terkontaminasi cairan tubuh, darah, dan feses yang berasal dari TB paru, infeksi Shalmonellz dan Shigell.a, HIV, dan HBV. Sedangkan, linen non-infeksius merupakan linen yang tidak terkontaminasi cairan tubuh, darah, dan feses dari pasien lainnya, meskipun mungkin berasal dari ruang isolasi yang terinfeksi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala URT (Unit Rumah Tangga) yaitu Ibu Arin Amelia Rahmi RSI Malang “UNISMA”, pencatatan, pengolahan, dan penyimpanan serta pencarian data dilakukan secara manual. Di mana petugas melakukan pengambilan linen kotor berdasarkan jadwal kerja ke masing – masing ruangan dengan menggunakan kereta pengambilan kotor dan menggunakan APD.
Setelah itu linen ditimbang terlebih dahulu dan dimasukkan kedalam ember tertutup untuk linen infeksius, kemudian dicatat ke dalam buku pencatatan linen. Petugas melakukan penginputan data satu persatu secara manual yang nantinya diolah dan disimpan dalam bentuk dokumen(buku) untuk dilaporkan pada kepala URT (Unit Rumah Tangga). Linen dicuci menggunakan detergen sesuai tingkat kotor linen. Dari proses pencucian berlanjut ke proses pengeringan, penjemuran, dan dibawa ketempat ruang setrika untuk di setrika, di kemas, di masukkan ke dalam rak sesuai jenisnya. Pendistribusian linen dilakukan berdasarkan permintaan petugas ruangan dan dicatat kembali ke dalam buku pencatatan linen secara manual. Hal ini tidak efektif terkait efisiensi waktu dan biaya pemakaian buku serta kemungkinan masalah besar yang dapat terjadi begitu saja tanpa disadari, melihat banyaknya kebutuhan yang harus dilayani setiap hari oleh
petugas. Sehingga dapat menimbulkan masalah seperti tidak lengkapnya data dalam pencatatan dan belum adanya pengolahan data informasi laporan linen kotor, laporan linen hilang per- jenis linen, laporan linen rusak per-jenis linen, dan lainnya secara terkomputerisasi. Laporan tersebut diteruskan ke pihak kepala URT (Unit Rumah Tangga) untuk direkapitulasi ulang dengan menggunakan excel. Dampak tersebut dapat mengurangi rasa kepuasan tersendiri bagi pelayanan laundry RSI Malang “UNISMA”, sehingga perlu dilakukan perubahan dalam pelayanannya.
Sehingga dari solusi tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah sistem informasi pelayanan laundry rumah sakit yang dapat memberikan solusi dalam meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Sistem informasi pelayanan berhubungan dengan pengolahan data di mana kegiatannya dimulai dari pencatatan, pengelolaan, dan penyimpanan serta pencarian data secara efisien. Dengan tujuan meminimalisir masalah seperti hilangnya informasi data serta memberikan informasi valid kepada pihak terkait selama proses pelayanan. Seiring berkembangngya jaman, semua bidang menerapkan teknologi informasi antara lain bidang kesehatan. Sistem akan dibuat berbasis website dengan menerapkan metode waterfall yang akan diuji sesuai kebutuhan fungsional dan non-fungsional.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1. Laundry Linen
Ruang melakukan pencucian linen dengan peralatan yang terdiri dari mesin cuci, mesin pengering, sabun cuci soklin biometic, pemutih, softener, dan setrika. Pengelolaan laundry linen penting dilakukan guna mengurangi infeksi nosokomial yang terjadi melalui penularan udara, percikan, dan kontak. Upaya penangan dilakukan dengan melakukan pengolahan linen secara baik dan peran penting petugas dalam menjalankan laundry linen (Mardiati et al., 2004).
2.2. Sistem Informasi Pelayanan
Sistem informasi merupakan kombinasi antara kegiatan seseorang dengan teknologi dalam proses pengolahan data (Nash, 1995).
Pelayanan merupakan kegiatan dalam memberikan kepuasan terhadap kehidupan sehari – hari bagi sebagian masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan. Sistem informasi
pelayanan adalah aktivitas yang berguna dalam proses bisnis terutama pada jasa pelayanan dengan melakukan penyimpanan dan pengolahan data maupun informasi secara detail.
2.3. SDLC Waterfall
Menurut Rosa dan Shalahuddin (2018) proses dalam mengembangkan perangkat lunak untuk membangun suatu sistem yang dibuat menggunakan model – model dan metodologi adalah System Development Life Cycle (SDLC).
Pembangunan sistem informasi pelayanan laundry rumah sakit menggunakan model waterfall sebagai metode dalam tahapan requirement, design, implementation, testing, dan deployment maintenance. Berikut ditunjukkan pada gambar 1 (Marsic, 2012).
Gambar 1 Metode Waterfall Sumber: Marsic (2012)
Tahapan Model Waterfall
Berikut tahapan pada model waterfall secara terurut antara lain:
1. Requirements
Tahapan awal dari suatu sistem dengan melakukan pengumpulan kebutuhan intensif, menspesifikasikan kebutuhan, menentukan fitur perangkat lunak, dan tujuan sistem perangkat lunak yang dibuat.
2. Design
Desain dilakukan berdasarkan kebutuhan yang telah terdefinisi sebagai dasar implementasi pembangunan perangkat lunak.
3. Implementation
Tahap ini dilakukan dengan cara pengkodean program berdasarkan desain sistem yang telah dibuat. Pengkodean dimulai dengan melakukan pembuatan unit – unit fungsi yang selanjutnya diintegrasikan dalam bentuk sistem perangkat lunak sesuai kebutuhan yang ada.
4. Testing
Memastikan keluaran sistem yang dibuat berdasarkan kebutuhan lalu meminimalisir
kesalahan di dalam sistem. Dalam membuktikan apakah semua bagian telah diuji dilakukan pengujian dari segi fungsional dan logika secara keseluruhan.
5. Deployment and maintenance
Deployment merupakan proses untuk mengetahui bagaimana hasil atau kualitas dari perangkat lunak dan umpan balik dari pengguna akhir (Pressman, 2010).
Maintenance dilakukan ketika perangkat lunak telah selesai dibuat dan dirilis untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada saat dikirim ke user. Proses ini terjadi disebabkan tidak terdeteksi kesalahan saat melakukan pengujian pada sistem.
Pada penelitian ini pembangunan perangkat lunak dilakukan hanya sampai tahap testing mengingat adanya keterbatasan waktu.
2.4. Pengujian Usability
Usability menunjukkan sejauh mana pengguna dapat menggunakan sebuah sistem untuk tujuan tertentu secara efektif, efisensi, merasa puas dengan menggunakan sistem tersebut. Beberapa kriteria diterapkan dalam pengujian ini yaitu efficiency, learnability, memorability, errors, dan satisfaction.
Penelitian ini mengambil tiga kriteria dari kelima yang didefinisikan yaitu learnability yaitu produk bisa digunakan sejak awal pengoperasian, efficiency yaitu produk dengan cepat digunakan, dan memorability yaitu pengguna dapat menggunakan kembali produk setelah meninggalkan system dalam waktu lama (Nielsen, 2012).
3. METODOLOGI PENELITIAN
Proses penelitian dilakukan mulai dari studi literatur dengan tahapan pengembangan berupa metode waterfall pada gambar 2 yang terdiri dari analisis kebutuhan, perancangan sistem, implementasi, pengujian, dan penarikan kesimpulan dan saran. Tahapan maintenance tidak dilakukan dalam pembangunan perangkat lunak.
Pada tahapan studi literatur dilakukan agar masalah yang dibahas relevan dengan informasi yang diperoleh dalam penyusunan penelitian ini. Jurnal, buku, situs, dan ulasan digunakan sebagai sumber untuk menganalisis dan merancang sistem.
Tahapan analisis kebutuhan melakukan proses menggali informasi kebutuhan.
Wawancara, observasi, dan dokumentasi
dilakukan untuk mengetahui siapa yang dapat berinteraksi langsung dengan sistem dan kebutuhan apa saja dari masing- masing pemangku kebutuhan dalam pembangunan sistem informasi pelayanan laundry linen rumah sakit. Responden yang terkait adalah kepala unit rumah tangga. Berdasarkan hasil tersebut menggambarkan bagaimana sistem akan dibangun, bagaimana elisitasi kebutuhan, siapa yang terlibat, kebutuhan apa saja baik kebutuhan fungsional, kebutuhan non- fungsional, maupun use case diagram. Dasar pengetahuan use case scenario dijabarkan dari proses use case diagram.
Perancangan sistem melakukan proses desain perangkat lunak sesuai hasil analisis kebutuhan agar memberikan hasil yang berkualitas sesuai kebutuhan. Pendekatan object-oriented digunakan untuk merancang pembangunan sistem informasi pelayanan laundry antara lain.
1. Rancangan sequence diagram.
2. Rancangan class diagram.
3. Rancangan basis data.
4. Rancangan komponen.
5. Rancangan antarmuka.
Dari perancangan tersebut diubah ke dalam kode program yang menggabungkan beberapa unit dan modul menjadi satu kesatuan dari sebuah sistem yang dibangun. Pendekatan dilakukan dengan object oriented berbasis web dengan bahasa pemrograman yang digunakan seperti HTML, PHP, CSS, Javascript, framework CodeIgniter, dan database MySQL.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kesalahan dari sistem perangkat lunak dengan menguji perangkat lunak sesuai kebutuhan sebelumnya. Pengujian yang dilakukan dengan empat cara, yaitu pengujian unit, pengujian validasi, compatibility, dan pengujian usability.
Teknik pengujian white-box diterapkan pada pengujian unit dilakukan terhadap kebutuhan fungsional dengan, pengujian black-box dengan teknik pengujian validasi, pengujian compatibility menggunakan tools SortSite, dan pengujian usability dengan konsep SUS yang mengambil 3 dari 5 parameter usability yaitu, learnability, efficiency, dan memorability.
Tahap akhir melakukan penarikan kesimpulan untuk menjelaskan semua tahapan yang dilakukan sebelumnya dalam membangun sistem dengan merangkum keseluruhan hasil tahapan tersebut. Saran digunakan sebagai pembangunan sistem perangkat lunak berikutnya.
Gambar 2 Metodologi Penelitian
4. ANALISIS KEBUTUHAN
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi di dapatkan kebutuhan – kebutuhan sebagai dasar analisis kebutuhan.
Proses ini akan mendefinisikan siapa yang berperan dalam pembangunan sistem, apa saja kebutuhan sistem secara fungsionalitas, dan non-fungsionalitas.
4.1. Identifikasi Aktor
Tabel 1. Identifikasi Aktor
Aktor Deskripsi
Petugas Laundry
Petugas laundry bertugas mengelola data informasi berkaitan dengan pelayanan laundry linen dan reschedule jadwal kerja di RSI Malang “UNISMA”.
Kepala URT(Unit
Rumah Tangga)
Kepala URT(Unit Rumah Tangga) adalah aktor yang bertugas mengelola data informasi jenis linen, petugas laundry, jadwal kerja, dan verifikasi jadwal kerja di RSI Malang “UNISMA”.
4.2. Identifikasi Kebutuhan 4.2.1 Kebutuhan Fungsional
Tabel 2. Kebutuhan Fungsional Kode
Fungsi
Deskripsi Kebutuhan
Aktor Nama Fungsi
RSI_KF _003
Sistem harus mampu menambahkan data linen masuk ke dalam
database.
Petugas Laundry
Menamb ah linen masuk
RSI_KF _004
Sistem harus mampu mengubah data linen masuk yang tersimpan dalam database.
Petugas Laundry
Meng- ubah linen masuk
RSI_KF _005
Sistem harus mampu menghapus data linen masuk yang tersimpan dalam database.
Petugas Laundry
Meng- hapus linen masuk
RSI_KF _014
Sistem harus mampu mengubah status linen(proses) ke dalam database.
Petugas Laundry
Meng - ubah status linen- (proses)
4.2.2 Kebutuhan Non-Fungsional Tabel 3. Kebutuhan Non-Fungsional Kode
Fungsi
Deskripsi Kebutuhan
Nama Kebutuhan RSI_KN
F_001
Sistem dapat berjalan pada web browser yang berbeda.
Compatibility
RSI_KN F_002
Sistem mudah dipahami oleh pengguna.
Usability
4.3. Use Case Diagram
Use case diagram dijabarkan pada gambar 3 yang memiliki 3 aktor dengan aksi berbeda yang masing – masing memiliki relasi satu sama lain. Petugas laundry dan kepala URT (Unit Rumah Tangga) berelasi dengan user, di mana masing – masing aktor dapat melakukan login yang dimiliki oleh user.
5. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
5.1. Perancangan
Analisis kebutuhan didapatkan untuk menghasilkan sistem yang relevan pada saat perancangan. Perancangan yang dilakukan berupa sequence diagram, class diagram, basis data, komponen, dan perancangan antarmuka.
Sequence diagram menjelaskan perilaku dari objek ke objek dan pengiriman pesan dari hasil use case scenario pada bab sebelumnya.
Class diagram sistem informasi pelayanan laundry rumah sakit memiliki 3 controller, 8 model, dan 35 view yang berhubungan dengan masing – masing model sesuai kebutuhan.
ERD (Entity Relationship Diagram) digunakan dalam perancangan basis data.
Terdapat 8 entitas yaitu kepalaurt, jenislinen, petugaslaundry, linenmasuk, linenhilang, linenrusak, pindah_jadwal, dan jadwalkerja.
Perancangan komponen
menggambarkan algoritme fungsi dari pembangunan sistem. Kemudian, merancang desain antarmuka sistem dilakukan pada tahapan perancangan antarmuka yang dijabarkan pada gambar 4.
5.2. Implementasi
Tahapan implementasi dilakukan ketika rancangan sistem telah selesai dibuat.
Implementasi basis data menggunakan MySQL dengan XAMPP sebagai server. Kemudian implementasi kode program dan antarmuka dibuat dengan bahasa pemrograman PHP, HTML, Javascriptt, CSS, dan framework CodeIgniter. Gambar 5 menunjukkan implementasi antarmuka menambah linen masuk yang memiliki tipe date, text input, dropdown, dan button.
6. PENGUJIAN SISTEM
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian unit, validasi, compatibility, dan usability untuk mengetahui kesalahan serta menguji sistem perangkat lunak yang telah dibuat.
6.1. Pengujian Unit
Menguji sistem untuk mengetahui apakah sistem siap atau tidaknya sesuai dengan kegunaannya. Pengujian unit x menggunakan metode white box dengan bantuan pengujian basic path. Dari beberapa sampel diambil satu diantaranya pada fungsi tambah_linenmasuk yang ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 3 Use Case Diagram
Gambar 4 Perancangan Antarmuka Menambah Linen Masuk
Gambar 5 Implementasi Antarmuka Menambah Linen Masuk
Gambar 6 Flow Graph Fungsi tambah_linenmasuk
Cyclomatic Complexity - V(G) = 1 regions
- V(G) = E – N + 2 = 4(E)– 3(N) + 2 = 1 - V(G) = P + 1 = 0(P) + 1 = 1
Independent Path
- Jalur 1 = 1 – 2 – 3 – 4
Tabel 4. Hasil Pengujian Unit Fungsi tambah_linenmasuk
Jalur 1
Kasus Uji Tambah datalinenmasuk = tanggal = “15/12/2019 “, R1
waktu = “Pagi(07:00- 12:00)“, namalinen = “Duk Lubang Besar (OK)”,
namapetugas =
“Suhermanto”, namaruangan
= “Kamar Operasi”, jumlah
= ”6”
Expected Result
Pesan “Berhasil Disimpan”
ditampilkan
Result Pesan “Berhasil Disimpan”
ditampilkan Status Valid
6.2. Pengujian Validasi
Pengujian validasi menggunakan metode black box. Pengujian validasi melakukan pengujian terhadap 42 kebutuhan fungsional dengan hasil akhir status valid.
6.3. Pengujian Compatibility
Pengujian compatibility menguji sistem ke berbagai semua lingkungan web dengan melakukan pengujian kebutuhan non- fungsional. Tools SortSite digunakan dalam pengujian ini untuk melihat keberhasilan pengujian yang ditentukan oleh jangkauannya.
Expected result yang diharapkan bahwa sistem bisa berjalan di semua lingkungan web. Gambar 7 merupakan hasil dari pengujian compatibility yang memperlihatkan bahwa sistem mampu berjalan baik di semua lingkungan web.
Gambar 7 Pengujian Compatibility
6.4. Pengujian Usability
Pengujian usability dilakukan dalam menguji dan mengetahui sejauh mana sistem yang dibuat layak untuk digunakan secara efektif dan efisien serta kepuasan pengguna terhadap sistem tersebut. Pengujian usability menerapkan metode SUS memberikan hasil nilai sebesar 87,5 dengan kategori excellent dan grade scale B yang artinya secara usability sistem dapat diterima.
7. PENARIKAN KESIMPULAN DAN SARAN
Berikut kesimpulan dan saran dari
penilitian yang dilakukan:
7.1. Kesimpulan
1. Wawancara, observasi, dan dokumentasi dilakukan pada tahap analisis. Diperoleh hasil akhir 42 kebutuhan fungsional dan dua kebutuhan non-fungsional dengan dua aktor yaitu petugas laundry dan kepala URT (Unit Rumah Tangga).
2. Tahapan perancangan menghasilkan lima sampel perancangan sequence diagram dari seluruh fungsional sistem. Perancangan class diagram menghasilkan tiga controller serta delapan model. Perancangan basis data menggunakan ERD sebagai basis data konseptual menghasilkan delapan entitas.
Terdapat lima sampel perancangan komponen yang menghasilkan pseudocode dari algoritme fungsi dan perancangan antarmuka dari seluruh fungsional sistem.
3. Spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak diperoleh dari proses perancangan.
Implementasi basis data menghasilkan delapan tabel dari seluruh fungsional sistem dengan menggunakan DBMS MySQL. Kode program dan antarmuka diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman berorientasi objek dengan framework CodeIgniter sebagai back-end, serta menggunakan HTML, CSS, dan JavaScript sebagai front-end sebagai implementasi antarmuka sistem.
4. Pengujian unit pada lima sampel diperoleh enam jalur independent path. Berdasarkan 6 jalur independent path diperoleh enam test case dengan status validasi sebesar 100%. Pengujian validasi dari 42 test case diperoleh hasil 100% valid. Pengujian compatibility menunjukkan bahwa sistem mampu dijalankan pada 11 peramban.
Pengujian usability dengan metode SUS sebesar 87,5 dengan kategori excellent dengan grade scale B yang artinya secara usability sistem dapat diterima.
7.2. Saran
1. Penambahan fungsi yang dapat melakukan perubahan jadwal antara petugas laundry dengan petugas laundry lainnya.
2. Penambahan kebutuhan perhitungan linen rusak untuk acuan pelaporan pengadaan linen baru.
8. DAFTAR REFERENSI
Mardiati, R., Gempari, R., Tobing, E.L., Dermawan, W., Farida, B., Hermanto, R.B., Roliyah, Y., Tanjung, D. and Astuti, Y., 2004. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit
Marsic, I., 2012. Software Enigineering.
[online] New Jersey: Rutgers University. Available at:
<http://www.ece.rutgers.edu/~marsic/b ooks/SE/book-SE_marsic.pdf>
[Diakses 12 Januari 2020]
Nielsen, J., 2012. Usability 101: Introduction to Usability. [online] Nielsen Norman
Group. Available at:
<https://www.nngroup.com/articles/usa bility-101-introduction-to-usability/>
[Accessed 13 Jan. 2020]
Pressman, R.S., 2010. Software Engineering A Practitioner’s Approach. 7th ed.
[online] New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Available at:
<https://www.google.com.mt/url?sa=t&
rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3
&ved=0ahUKEwi75_374OPTAhXia5o KHd4HDmkQFggzMAI&url=http%3A
%2F%2Fdewiar.staff.gunadarma.ac.id
%2FDownloads%2Ffiles%2F13560%2 FEBookPressman__Software_Engineer ing.pdf&usg=AFQjCNHbI0figoqsZUtIi CO> [Diakses 12 April 2019]
Rosa, A.S. dan Shalahuddin, M., 2018.
Rekayasa Perangkat Lunak Terstuktur dan Berorientasi Objek. Bandung:
Informatika.