• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN QURBAN DI NAGARI LIMAU LUNGGO KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN QURBAN DI NAGARI LIMAU LUNGGO KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah

Oleh : NELVA SANDRA

1113. 047

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2017 M/1438 H

(2)

judul "Pelaksanaan Qurban di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupater $olok Menurut Hukum Islam" memandang bahwa slaipsi

G

yang bersangkutan telah mernenrhi persyaratan ikniah dan dapat disetujui rrrtuk diajukan ke Sidang Munaqasyah.

Demikianlah persetujuan

ini

diberikan untuk dapat dipergrrnakan

,

seperhnrya.

Fembimbing I

Bukittinggi, 05 Februar12017 Pembimbing II

ttt;;-/

'.-ql=-s

Dr. Arsal. h{.

Ae

M. Ridha" Lc- MA

NrP. 1968121219%A2

ru02

NIP. 19770916 200s01 100s

(3)

Nim. 1113.047, telah diuji dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi, hari Jum'at tanggal 03 Maret 2017 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Program Strata Satri (S-1) pada Fakultas Syariah Jurusan Ah.wal al-syakhsiyyah.

Tim Penguji,

Bukittinggi, 03 Maret 2017

Sekretaris

S ,

*-'J

,r3g-

M. Ridha. Lc. MA NrP. 19770916 200s01 1005 NrP. 19681212 199302 t0$z

.r/

4

{

,/!

-2

ffi*-

Dr./Arsal. M. Ae Nm.1q6eu12199302 r$*2

Anggota,

ir /'

I :j.:. ,1

I /.'

Ali Raldan. SH. MH NIP. 19711226 199903 1002

M. Ridha" I:c" IVIA 6 200s01 10s5

t2t2 199382 1002

(4)

i

ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah, taufik dan inayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Kemudian shalawat beserta salam kita persembahkan bagi Habibullah junjungan umat Nabi Muhammad SAW, yang telah mengangkat derajat umat manusia dengan agama dan ilmu pengetahuan, seperti yang kita rasakan pada saat ini. Nikmat ilmu pengetahuan ini telah dibuktikan dengan telah selesainya skripsi penulis dengan judul “PELAKSANAAN QURBAN DI NAGARI LIMAU LUNGGO KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK MENURUT HUKUM ISLAM.”

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih teristimewa kepada Ibunda Tercinta Martineli dan Ayahanda Asbar yang telah membesarkan, mengasuh, mendidik penulis semenjak kecil hingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini, serta Kakanda Ahmad Hidayat, SHI yang telah memberikan semangat yang sangat berarti bagi penulis baik secara moril dan materil sehingga penulis dapat mencapai cita-cita yang mulia ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Rektor IAIN beserta wakilnya, Bapak Dekan Fakultas Syari’ah dan Bapak Ketua Jurusan AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH IAIN Bukittinggi.

(5)

ii

3. Bapak Nofiardi, M. Ag selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan motivasi bagi penulis juga selaku Ketua Jurusan Ahwal al- Syakhshiyah yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan motivasi yang bermanfaat bagi penulis.

5. Seluruh sahabat-sahabat penulis, keluarga besar HMJ Ahwal al- Syakhshiyyah, sahabat-sahabat Bp 2013 Ahwal al-Syakhshiyyah, yang telah memberikan semangat sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Harapan penulis, semoga penulisan ini dapat bermanfaat kepada pembaca semua, semoga Allah SWT senantiasa membalas apa yang kita lakukan serta keampunan Allah SWT selalu bersama kita. Amin...

Bukittinggi, Februari 2017

NELVA SANDRA 1113. 047

(6)

iii HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

D. Penjelasan Judul ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II QURBAN DAN SEGALA PEMBAHSANNYA A. Pengertian dan Dasar Hukum Qurban ... 12

B. Sejarah Singkat Qurban ... 19

C. Hukum Melaksanakan Qurban ... 23

D. Syarat-Syarat Qurban ... 24

E. Waktu Pelaksanaan Qurban ... 33

F. Hikmah Qurban ... 41

(7)

iv

Kabupaten Solok ... 43 B. Pelaksanaan Qurban di Nagari Limau Lunggo Kecamatan

Lembang Jaya Kabupaten Solok ... 52 C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Qurban di Nagari

Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok .. 63 D. Analisis Penulis terhadap Pelaksanaan Qurban di Nagari Limau

Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok .... 74

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran-Saran ... 78

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

v

disusun oleh Nelva Sandra, dengan nomor Nim 1113.047. Maksud judul tersebut adalah penulis ingin meneliti tentang bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan qurban di nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok.

Faktor utama yang memotivasi penulis dalam memilih judul ini adalah karena adanya persyaratan yang menurut penulis berbeda dalam pelaksanaan qurban, yaitu di samping mempunyai kemampuan dibidang ekonomi untuk berqurban, orang yang bersangkutan juga harus telah mekasanakan aqiqah terlebih dahulu. Jika seseorang yang belum aqiqah melaksanakan ibadah qurban, maka qurban yang dilaksanakannya tidak sah dan tidak diterima oleh Allah SWT. Hal ini menimbulkan dua pertanyaan bagi penulis. Pertama, bagaimana pelaksanaan qurban di nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok, kedua, bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan qurban di nagari tersebut.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, Penulis melakukan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang Penulis gunakan adalah observasi dan wawancara.

Wawancara Penulis lakukan secara langsung dengan masyarakat, baik itu yang sudah pernah melaksanakan qurban maupun yang belum pernah melaksanakan qurban, panitia qurban dan alim ulama di nagari Limau Lunggo. Adapun yang menjadi key informan dalam penelitian ini adalah alim ulama di nagari Limau Lunggo.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan qurban di nagari Limau Lunggo kecamatan Lembang Jaya kabupaten Solok adalah dengan cara harus terlaksananya aqiqah terlebih dahulu sebelum orang yang bersangkutan melaksanakan ibadah qurban, karena ibadah qurban dipandang tidak sah dan tidak diterima oleh Allah SWT apabila orang yang bersangkutan belum beraqiqah terlebih dahulu. Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan qurban di nagari Limau Lunggo kecamatan Lembang Jaya kabupaten Solok tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena tidak ada dalil atau sumber hukum yang kuat yang menyatakan bahwa qurban tidak sah apabila seseorang belum beraqiqah terlebih dahulu.

(9)

1 A. Latar Belakang Masalah

Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Qurban berasal dari kata Al- Udhhiyah dan Adh Dhahiyyah, adalah nama binatang sembelihan seperti

unta, sapi, kambing yang disembelih pada hari raya qurban dan hari-hari tasyrik sebagai taqarrub kepada Allah SWT.1Menurut istilah qurban adalah sesuatu yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha guna mendekatkan diri kepada Allah dengan syarat-syarat khusus. 2

Umat islam diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan ibadah qurban, sebagaimana firman Allah dalam surat surat al-kautsar ayat 1-3:



























“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus”

(Q.S Al-Kautsar : 1-3).3

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa adanya perintah dari Allah Swt untuk melaksanakan ibadah qurban karena ibadah ini

1 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerjemah: Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung : Al- Ma’arif, 1987), jilid 13, h. 155

2 Abu Malik Kamal bin As Sayid Salim, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007), cet 2, h. 611

3 Sayyid Sabiq, op. cit., hal. 157

(10)

merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah terhadap reski yang telah diberikan kepada hamba-Nya dengan mengurbankan hewan ternak yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada-Nya.

Ibadah qurban mempunyai hukum sunnah muakkadah (sunah yang dianjurkan), yang sangat dianjurkan bagi orang-orang yang sanggup dan memiliki kecukupan harta untuk melaksanakannya pada waktu yang telah ditetapkan, yaitu pada Hari Raya Idul Adha dan pada hari-hari tasyrik.

Berqurban bertujuan untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT, juga sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT atas karunia yang telah diberikan. Selain itu juga bertujuan untuk mengenang kisah Nabi Ibrahim dan sebagai suatu upaya memberikan kemudahan kepada fakir miskin pada hari raya.4

Ibadah qurban ini dilaksanakan oleh umat muslim pada setiap tahun, begitu juga di Nagari Limau Lunggo ibadah qurban dilaksanakan setiap tahun pada hari raya idul adha dan pada hari-hari tasyrik.

Nagari Limau Lunggo merupakan salah satu nagari yang terdapat di Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok. Dilihat dari segi kehidupan keagamaan di nagari Limau Lunggo ini cukup baik, karena setiap shalat subuh, maghrib, dan isya dikerjakan secara berjamaah disetiap mushalla dan mesjid yang terdapat di nagari ini. Begitu juga dengan acara-acara keagamaan selalu dilaksanakan di nagari tersebut dengan cara diadakannya pengajian atau tausiyah agama setelah shalat isya serta mengadakan

4 Ibid.,

(11)

didikan subuh setipan minggunya. Namun dalam pelaksanaan ibadah qurban yang ada di nagari Limau Lunggo ini terdapat perbedaan dalam prosedur pelaksanaannya dengan tempat lain yang juga melaksanakan ibadah qurban.

Pada dasarnya ibadah qurban yang dilaksanakan di Nagari Limau Lunggo ini sama dengan ibadah qurban yang dilaksanakan di tempat lain.

Sebelum ibadah qurban dilaksanakan terlebih dahulu para peserta yang telah mampu dan mempunyai kecukupan harta untuk berqurban mendaftarkan diri kepada panitia qurban.

Berbeda halnya dengan prosedur pelaksanaan qurban di nagari Limau Lunggo ini, selain mempunyai kecukupan harta untuk berqurban para peserta atau masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah qurban harus melaksanakan aqiqah terlebih dahulu. Bagi masyarakat yang belum melaksanakan aqiqah dan tetap mendaftarkan diri kepada panitia qurban, maka panitia qurban akan menolaknya dan menyuruh untuk aqiqah terlebih dahulu pada tahun ini dan tahun depannya baru bisa mendaftarkan diri sebagai peserta qurban, karena seseorang yang belum aqiqah statusnya berada dalam keadaan tergadai. Oleh karena itu ia harus melaksanakan aqiqah terlebih dahulu untuk menebus dirinya yang tergadai tersebut5. Prosedur pelaksanaan ibadah qurban tersebut telah berlangsung cukup lama, dan masih berlangsung sampai saat sekarang ini.

5 Basyaruddin, Panitia qurban di nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok

(12)

Berdasarkan pemahaman masyarakat dan prosedur pelaksanaan ibadah qurban yang menjadikan aqiqah sebagai salah satu syarat untuk dapat terlaksananya ibadah qurban, maka disini penulis perlu untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai persoalan ini dan menjadikannya sebuah karya tulis dengan judul “PELAKSANAAN QURBAN DI NAGARI LIMAU LUNGGO KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK MENURUT HUKUM ISLAM”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan sekaligus batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan ibadah qurban di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan ibadah qurban di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini tujuan penulis adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan ibadah qurban di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok

(13)

2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan ibadah qurban di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok

Adapun kegunaan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Sebagai bahan untuk menambah, memperdalam dan memperluas keilmuan mengenai qurban dan aqiqah dalam Islam.

2. Sebagai sumbangan pemikiran dan kontribusi penulis terhadap pembaca dalam permasalahan yang diteliti.

3. Dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

4. Untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) pada Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi.

D. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman dan tidak terjadi kekeliruan oleh pembaca, dan untuk memudahkan memahami maksud dari judul karya ilmiah ini, maka penulis akan memberikan penjelasan terhadap kata- kata yang penting sebagaimana di bawah ini.

Qurban : Persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, unta), 6yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha

6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed-3, h, 617

(14)

guna mendekatkan diri kepada Allah dengan syarat-syarat khusus.7

Limau Lunggo : Salah satu nagari yang terdapat di Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok

Hukum Islam : Segala perbuatan yang timbul dari manusia, baik berupa ibadah, muamalah, pidana, perdata, atau berbagai macam perjanjian, maka semua itu mempunyai hukum di dalam syari’at Islam.8

Berdasarkan penjelasan judul yang telah penulis uraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan judul yang penulis kemukakan adalah pelaksanaan qurban yang dilaksanakan di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok menurut hukum Islam.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok. Dalam pembahasan Skripsi ini digunakan metode

7Abu Malik Kamal bin As Sayid Salim, Loc. cit.,

8Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, penerjemah Halimuddin, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h.1

(15)

kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah untuk mendapatkan data yang mendalam.9

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Data primer, yakni sumber pertama di mana sebuah data dihasilkan10. Dalam hal ini adalah data yang dihasilkan dari interview (wawancara) dengan alim ulama dan panitia qurban serta masyarakat di Nagari Limau Lunggo tersebut.

b. Data sekunder, yakni data yang dihasilkan dari studi kepustakaan, berupa buku-buku yang berhubungan dengan masalah qurban, serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan di atas yang mendukung penyusunan skripsi ini.

3. Key Informan

informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi atas penelitian.11 Adapun yang

9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 1

10 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 129

11 Afifuddin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012 ), h.

129

(16)

menjadi key informan dalam penelitian ini adalah alim ulama nagari Limau Lunggo.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala-gejala dalam objek penelitian.12 Adapun yang penulis amati dalam penelitian ini adalah pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh masyarakat nagari Limau Lunggo.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden tau orang yang

12 Ibid., h. 134

(17)

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.13

Adapun yang penulis wawancarai disini adalah tentang pelaksanaan ibadah qurban yang dilaksanakan oleh masyarakat, serta hal-hal lain yang dirasa perlu. Wawancara dilakukan kepada panitia qurban, alim ulama, serta masyarakat yang bersangkutan, yang keseluruhanannya berjumlah 15 orang. Wawancara penulis lakukan selama dua minggu di nagari Limau Lunggo.

5. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan dikumpul, kemudian data tersebut diolah melalui prosedur pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memilih dan memilah data-data yang relevan dengan tujuan dan masalah penelitian, kemudian data tersebut diperiksa kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan pada jawaban.

b. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data-data yang telah didapat.

6. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode induktif, yaitu penganalisaan yang bersifat khusus, kemudian diarahkan kepada yang bersifaf umum. Adapun langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:

13M. Burhan Bungin, op. cit., h. 133

(18)

a. Reduksi data

Data yang terkumpul dari wawancara dirangkum, disederhanakan, dan dipilah-pilah hal yang cocok sesuai dengan penelitian.

b. Penyajian data

Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini dimaksudkan untuk mempermudah bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data peneliti.

Dalam penelitian ini, penulis menyajikan data dalam bentuk deskriptif, yaitu menggambarkan fakta-fakta dan data-data yang diperoleh dengan menggunakan kalimat dalam bentuk paragraf.

c. Penarikan kesimpulan

Pada penelitian ini, penarikan kesimpulan dilakukan terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan sampai peneliti mendapatkan data yang diiginkan sehingga peneliti dapat mengambil kesimpulan akhir yang didukung oleh bukti yang valid dan konsisten.

F. Sistematika Penulisan

Agar karya ilmiah ini terlihat memiliki hubungan yang kuat antara keseluruhan pembahasan, perlu dibuat sistematika penulisan, yaitu:

Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab I berisi gambaran umum penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan

(19)

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metode penelitian, dan sistematika penulisan terkait judul skripsi ini.

Bab II merupakan landasan teori yang berisikan tentang tinjauan umum tentang qurban dan segala pembahasannya

Bab III merupakan hasil penelitian yang berisikan tentang monografi Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok, pelaksanaan qurban di nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok, pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan qurban di Nagari Limau Lunggo Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok, dan analisa penulis terhadap pelaksanaan qurban di nagari tersebut.

Bab IV merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini yang berisikan tentang kesimpulan beserta saran. Kesimpulan merupakan uraian singkat dari rumusan masalah yang dikaji, sedangkan saran diberikan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran ilmiah yang mungkin dapat memberikan suatu solusi bagi tatanan kehidupan masyarakat.

(20)

12 A. Pengertian dan Dasar Hukum Qurban

1. Pengertian Qurban

Pada pembahasan awal, penulis akan memaparkan tentang pengertian qurban. Pengertian qurban dapat dilihat dari segi bahasa dan istilah yang dikemukakan oleh ulama fiqh. Di antara ulama fiqh yang mengemukakan tentang pengertian qurban secara bahasa adalah sebagai berikut:

a. Abu Luweis Ma’luf di dalam kamusnya al-Munjid, makna qurban secara bahasa sebagai berikut:

بذلا ابه ىحضي ةاش ,راهنلا عافترا ةحي

Artinya: “Siang yang telah naik, kambing yang diqurbankan, atau penyembelihan”. 1

b. Imam Kamaluddin bin Abdul Wahid mendefenisikan qurban secara bahasa dengan:

حبذي ام مسا ةغل في ةيحضلأا ضلأا موي فى

ىح

Artinya: “Qurban menurut bahasa adalah nama terhadap binatang yang disembelih dan dilaksanakan pada hari raya ‘Idul Adha”.2

c. Menurut Wahbah al-Zuhaily qurban secara bahasa adalah:

لأا ديع مياأ حبذيالم وأ ,هب يحضي الم مسا : ةغل ةيحضلأا يحض

1 Abu Luweis Ma’luf, Al-Munjid, (Beirut: Dar al-Fikr, [t.th]), cet. Ke-5, h. 462

2 Imam Kamaluddin bin Abdul Wahid, Syarah Fath al-Qadir, (Beirut: Dar al-Fikr, [t.th]), jilid ke-9, h. 504

(21)

Artinya: “Qurban menurut bahasa adalah suatu nama bagi hewan yang diqurbankan atau hewan yang disembelih pada hari raya ‘Idul Adha”.3

d. Menurut Ash-Shan’ani bahwa qurban secara bahasa adalah:

لأا موي مويلا ىسم ابهو ,هيف اهبحذ عرش يذلا تقولا مسا يياض

Artinya: “Qurban adalah suatu nama waktu yang disyari’atkan menyembelih hewan qurban pada waktu tersebut, dinamailah waktu itu dengan hari Idul Adha”.4

Dari uraian di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan yang sederhana tentang pengertian qurban secara bahasa adalah suatu nama bagi hewan yang disembelih pada waktu tertentu yang disyariatkan yaitu pada hari raya Idul Adha.

Adapun pengertian qurban secara istilah dapat dilihat dari berbagai pendapat ulama fiqh yang penulis rangkum di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Wahbah al-Zuhaily mendefenisikan qurban dengan:

قو في ةبرقلا ةينب صوصمخ ناويي حبذ يه :اهقف و .ىحضلأا موي في حبذي ام وأ .صوصمخ ت

نلا نم حبذي ام يه ع

رحنلا مياأ في لىاعت الله لىا بارقت م

Artinya: “adalah sesuatu yang disembelih pada hari id-Adha. Dan menurut fuqaha: menyembelih hewan-hewan yang dikhususkan dengan niat mendekatkan diri pada waktu yang dikhususkan atau menyembelih kambing untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt pada hari raya Id-Adha”.5

3 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), jilid.

Ke-3, h. 594

4 Ash-Shan’ani, Subul al-Salam, (Semarang: Toha Putra, 1989), jilid III-IV, h. 89

5 Wahbah al-Zuhaily, op. cit,. h. 594

(22)

b. Sayyid Sabiq mendefenisikan qurban secara istilah dengan:

او رقبلاو لبلإا نم حبذي الم مسا ةيحضلأا ل

امياأو رحنلا موي منغ ا

لىا بارقت قيرشتل الله

Artinya: “Qurban adalah suatu nama yang digunakan terhadap binatang unta, sapi dan kambing yang disembelih pada hari nahar dan hari tasyrik yang dilaksanakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt”.6

c. Abdurrahman al-Jaziri mengemukakan pengertian qurban sebagai berikut:

في لىاعت الله لىا بارقت معنلا نم رحني وأ حبذي الم مسا يهو رحنلا مياا

Artinya: “Nama bagi sesuatu sembelihan atau menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt pada hari nahar”.7

d. Abi Yahya Zakariya al-Anshari mendefenisikan qurban dengan:

خا لىا رحنلاديع موي نم لىاعت الله لىا بارقت منغلا نم حبذي ام قيرشتلا مياأ ر

Artinya: “Menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah pada hari raya sampai akhir hari-hari tasyrik”.8

e. Imam Kamaluddin ibn Abdul Wahid memberikan defenisi qurban sebagai berikut:

ينب ىحضلأا موي في حبذيام ةعيرشلا في يه ةبرقلا ة

Artinya: “Qurban adalah pengertian penyembelihan hewan tertentu pada hari raya qurban dengan niat mendekatkan diri kepada Allah”.9

6 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), Juz III, h. 274

7 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Madzahibil Arba’ah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), jilid ke-1, h 715

8 Abi Yahya Zakariya al-Anshari, Fath al-Wahhab, (Semarang: Toha Putra, [t.th]), jilid 2, h. 187

9 Imam Kamaluddin bin Abdul Wahid, op. cit., h. 505

(23)

Dari berbagai macam pengertian qurban yang dikemukakan oleh beberapa ulama fiqh di atas, terdapat perbedaan dari segi cara mengungkapkannya namun yang ditujunya adalah maksud yang sama. Maka dari berbagai defenisi tersebut dapat penulis simpulkan sebuah pemahaman yang sederhana. Qurban secara istilah adalah menyembelih hewan tertentu seperti unta, sapi, kambing dan sejenisnya yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Dasar Hukum Qurban

Dalam menjalankan suatu ibadah tentu harus mempunyai dasar atau landasan yang jelas. Begitu juga dengan ibadah qurban yang mempunyai landasan dalam pensyariatannya. Landasan hukum pensyariatan qurban adalah Al Qur’an, hadits dan ijma’ ulama10, dapat dilihat sebagai berikut:

a. Al Qur’an

Allah Swt telah mensyariatkan kepada umat Islam untuk melaksanakan ibadah qurban, perintah tersebut terdapat dalam surat al-Hajj 36 dan al- Kautsar ayat 1-3

1) Surat al-Hajj ayat 36













































10 Abu Malik Kamal bin As Sayid Salim, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007), cet 2, h. 611

(24)













.

Artinya: “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, Mudah- mudahan kamu bersyukur”(Q.S. al-Hajj: 36).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menyebut-nyebut nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada para hamba-Nya, bahwa Allah telah menciptakan unta untuk kepentingan mereka dan menjadikannya termasuk syi’ar-Nya.

Yang demikian itu agar mereka mensyukuri nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka dengan berqurban dan ikhlas dalam beramal.11

2) Surat al-Kautsar ayat 1-3



























Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus” (Q.S Al-Kautsar : 1-3).

Yang dimaksud dengan kata nahar pada ayat kedua surat al-Kautsar di atas adalah penyembelihan hewan qurban.12 Hari raya Idul Adha juga dinamai

11 Bahrun Abu Bakar, dkk, Tafsir al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), cet ke-2, h. 198-199

12 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerjemah: Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung : Al- Ma’arif, 1987), jilid 13, h. 155

(25)

‘Id an-Nahr karena ketika itu dianjurkan untuk menyembelih binatang

sebagai qurban. 13

Maksud ayat kedua surat al-Kautsar di atas adalah sebagaimana telah diberikan nikmat yang banyak oleh Allah SWT pada ayat pertama, oleh karena itu, tulus ikhlsaslah dalam menjalankan shalat wajib dan sunnah serta dalam berqurban hanya untuk Allah SWT14, yaitu hadyu (kambing dan unta) dan sembelihan-sembelihan lain untuk Allah SWT, atas nama Allah SWT semata yang tidak memilik sekutu.15

Dari landasan al Qur’an di atas dapat dipahami bahwa adanya perintah dari Allah SWT untuk melaksanakan ibadah qurban karena ibadah ini merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah terhadap rezki yang telah diberikan kepada hamba-Nya dengan mengurbankan hewan ternak yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada-Nya.

b. Hadits

Dasar hukum pensyariatan ibadah qurban yang kedua adalah berdasakan hadits. Landasan qurban dalam hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Aisyah RA, bahwa Nabi SAW bersabda:

ْنِم ِالله َلىِإ َّبَيَأ ِرْحَّنلا ِمْوَ ي ِلَمَع ْنِم ُّيِمَدآ َلِمَعاَم َهَّ نِإ ِمَّدلا ِقاَرْهِإ

َِنْوُرُقِب ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ْ ِتِ ْأَتَل ا َو ا

َعَقَ ي ْنَأ َلْبَ ق ٍن اَكَِبِ ِالله َنِم ُعَقَ يَل َمَّدلا َّنِإَو ,اَهِف َلَْظَأَواَهِراَعْشَأ ااًْفَ ن اَِبه اْوُ بْ يَِِف ِِْرَْْا ىَََع

.

13 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), volume 15, h. 667

14 M. ‘Abdul Ghafar, Tafsir Ibnu Katsir, (Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2012), jilid 10, cet ke-5, h. 456

15 Wahbah Az-Zuhailii, Tafsir al-Wasith, penerjemah: Muhtadi, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2013),, jilid 3, h. 893

(26)

Artinya: “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari Raya qurban, lebih dicintai Allah selain dari menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak di hari kiamat akan datang berserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima disisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) qurban itu.16

Dari landasan hadits di atas dapat dipahami bahwa qurban adalah amalan yang dicintai oleh Allah pada hari raya qurban (Idul Adha), karena pada hari kiamat kelak hewan qurban tersebut akan datang beserta tanduk, bulu-bulu dan kukunya. Di samping itu dalam hadit di atas juga dapat dipahami bahwa orang yang melaksanakan qurban dalah orang yang beruntung.

c. Ijma’

Seluruh umat Islam sepakat bahwa berqurban adalah perbuatan yang disyariatkan Islam. Banyak hadits yang menyatakan bahwa berqurban adalah sebaik-baik perbuatan di sisi Allah SWT yang dilakukan seorang hamba pada hari raya qurban. Demikian juga bahwa hewan qurban itu akan datang pada hari kiamat kelak persis seperti kondisi ketika ia disembelih di dunia. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa qurban merupakan ajaran yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Ibrahim.17

Di samping itu, seluruh ulama sepakat bahwa berqurban merupakan amaliyah ibadah yang disyari’atkan. Mereka hanya berbeda dalam hal

16 Ibid., h. 155-156

17 Wahbah Al-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Penerjemah: Abdul Hayyie al- Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), jilid 4, h. 255

(27)

kedudukan hukum qurban ini. Sebagian mengatakan hukumnya wajib, sebagian lagi mengatakan hukumnya sunnah18

B. Sejarah Singkat Qurban

Jika dilihat dari sejarah, syariat ibadah qurban sudah ada semenjak nenek moyang manusia, yaitu Nabi Adam AS sampai sekarang. Sejarah qurban dapat ditelusuri sepanjang perjalanannya dari masa ke masa berikutnya.

1. Masa Nabi Adam AS

Pada mulanya ibadah qurban ini telah dilakukan pada masa Nabi Adam, yaitu qurban yang dilaksanakan oleh anak Nabi Adam (Qabil dan Habil). Harta yang dimiliki oleh Qabil diperoleh dibidang pertanian, sedang Habil dari bidang peternakan. Ketika itu ada perintah, siapa yang memiliki harta banyak maka sebagian hartanya dikeluarkan untuk qurban.

Sebagai seorang petani Qabil mengeluarkan qurbannya dari hasil pertaniannya dan sebagai peternak Habil mengeluarkan hewan peliharaannya untuk qurban. Buah-buahan yang diqurbankan Qabil maupun hewan ternak yang diqurbankan Habil, memiliki sifat yang berbeda. Habil memilih dan mengeluarka hewan qurban dengan tulus ikhlas. Dipilih hewan yang gemuk dan sehat, dan dia taat terhadap petunjuk ayahnya. Lain halnya dengan Qabil, dia memilih buah-buahan yang jelek-jelek dan sudah mulai membusuk.

18 A. Rasyidi, Aserani Kurdi, Tuntunan Ringkas Ibadah Qurban, (Tanjung Tabalong:

LPDT, 2007), cet ke-1, h. 4

(28)

Dalam pelaksanaannya, qurban yang diterima adalah qurban yang dikeluarkan oleh Habil, sementara buah-buahan yang dikeluarkan Qabil tetap utuh, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-maidah ayat 27:19



















































Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan

Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).

ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil:

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

2. Masa Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim menghadap kepada Allah meminta untuk dianugrahkan anak yang shalih, kemudian Allah mengabulkan do’a nabi Ibrahim dengan kelahiran seorang anak yang sangat besar (Ismail). Maka ketika anaknya sudah sampai umur sanggup untuk berusaha memenuhi kepentingannya ketika itulah Nabi Ibrahim bermimpi Allah SWT memerintahkannya agar menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Mimpi itu beliau yakini sebagai mimpi yang benar yang disampaikan Allah kepadanya. Oleh karenanya, mimpi itu disampaikan kepada Ismail dan Ismail sependapat dengan ayahnya, bahwa mimpi itu adalah mimpi yang benar, sehingga perintah Allah untuk menyembelih dirinya harus dilaksanakan. Pada saat kedua orang bapak

19 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 9, h. 54

(29)

dan anak itu akan melaksanakan perintah dengan penuh ketaatan dan ketundukan kepada-Nya, Allah mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar20 sebagaimana terungkap dalam surat As-Shaaffaat: 102-108.























































































































Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi ituSesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian”.21

20 Amiruddin, Kurban dan Idul Adha serta Beberapa Problematikanya, (Yogyakarta:

Rumah Tajdid, 2016), h. 20-21

21 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:

CV Penerbit J-Art, 2004), h. 449-450

(30)

Ketulusanya tampak dan keberaniannya untuk tetap melaksanakan qurban. Walaupun setan dan iblis selalu berusaha menggodanya, namun beliau malah melemparinya dengan batu-batu kecil, yang akhirnya termasuk dalalm prosesi pelaksanaan ibadah haji (lempar jumrah). Menyaksikan pengorbanan nabi Ibrahim, malaikat Jibril kagum seraya mengucapkan takbir, sehingga sekarang tertradisikan takbiran tersebut dan dikumandangkan setelah melaksanakan shalat Ied Adha sampai tanggal 13 Dzulhijah.

Demikianlah sejarah qurban di masa nabi Ibrahim yang menjelaskan begitu besar ketulusan, keberanian dan pengorbanannya atas perintah Allah SWT, hingga ia sanggup mengorbankan anak yang paling dicintainya.

3. Masa Rasulullah SAW

Bersamaan dengan perintah melaksanakan shalat Idul Adha pada tahun pertama sesampainya Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah, perintah melaksanakan ibadah qurban disampaikan22. Perintah ini diawali dengan diturunkan oleh Allah SWT surat al-Kautsar ayat 1-3:





















 

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus” (Q.S Al-Kautsar : 1-3).23

Dengan melaksanakan ibadah qurban, diharapkan kaum muslimin ingat serta meneladani ketaatan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam

22Amiruddin, loc. cit.,

23Departemen Agama Republik Indonesia, op. cit., h. 602

(31)

melaksanakan perintah-perintah Allah. Di samping itu, dengan melaksanakan qurban seluruh umat manusia, laki-laki dan perempuan, kaya maupun miskin, dewasa maupun anak-anak, dapat bergembira bersama sambil mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid selama hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq.

Itulah sejarah singkat terkait dengan ibadah qurban, yang sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS hingga sekarang umat Islam melaksanakan ibadah qurban pada setiap tahunnya untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rezki yang telah diberikan.

C. Hukum Melaksanakan Qurban

Berbicara mengenai hukum qurban, terdapat perbedaan pendapat dikalangan fuqaha, apakah hukumnya wajib atau sunnah.

a. Syafi’i dan Malik berpendapat bahwa hukumnya sunnah mu’akkad.24Sebagaimana hadits dari Ummu Salamah bahwa Nabi SAW bersabda:

َةَمَََس ِ مُأ ْنَع ا ْتَََخَد اَذِإ َلاَق َمَََّسَو ِهْيَََع َُّللَّا ىَََّص َّ ِبَِّنلا َّنَأ

َلََف َيِ حَضُي ْنَأ ْمُكُدَيَأ َداَرَأَو ُرْشَعْل

َّتََّي اائْ يَش ِهِرَفْظَأ ْنِم ََْو ِهِرَشَبَو ِهِرَعَش ْنِم َّنُذُخَْيَ

َيِ حَضُي

Artinya: “Dari Ummu Salamah, bahwasanya Nabi SAW bersabda:

"Apabila masuk sepuluh hari (awal bulan Dzulhijjah), lalu di antara kamu hendak berqurban, maka janganlah mengambil/memotong rambut, dan kukunya sedikitpun sampai benar-benar dia menyembelih (qurbannya)” (HR. Muslim)

24 Muhammad Yasir Abd Muthalib, Ringkasan Kitab Al-Umm, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), cet-1, h. 737

(32)

b. Abu Hanifah berpendapat bahwa hukum berqurban ada dua macam:

wajib dan sunnah. Adapun yang wajib terdiri atas beberapa kondisi:

1. Qurban yang disebabkan nadzar, seperti ucapan seseorang, “Saya bernadzar untuk berqurban karena Allah dengan seekor domba atau seekor unta”. Berqurban dalam kondisi ini hukumnya wajib, baik yang mengucapkannya adalah seorang yang kaya ataupun seorang yang miskin. 25

2. Hewan yang sengaja dibeli dengan tujuan diqurbankan, maka hukum qurbannya itu menjadi wajib. Alasannya jika seseorang yang sebenarnya tidak wajib berqurban membeli seekor hewan untuk diqurbankan, maka merealisasikan tindakan tersebut hukumnya wajib. 26

3. Qurban yang dituntut dari seorang kaya,bukan orang miskin, untuk melaksanakannya pada setiap hari raya Idul Adha. Qurban yang dimaksud bukan dalam rangka nadzar atau sengaja dibeli untuk disembelih, melainkan sebagai ekspresi dari rasa syukur terhadap nikmat kehidupan yang diberikan Allah SWT dan menghidupkan sunnah yang diwariskan Nabi Ibrahim. 27

Adapun berqurban yang disunnahkan menurut Abu Hanifah adalah qurban seorang yang dalam perjalanan serta qurban dari seorang miskin yang tidak memiliki nadzar untuk berqurban atau membeli hewan untuk dikhususkan sebagai qurban.

25 Wahbah Al-Zuhaily, op. cit., h. 258

26 Ibid., h. 258-259

27Ibid., h. 259

(33)

D. Syarat- Syarat Qurban

Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan tentang syarat-syarat qurban, baik itu syarat orang yang akan berqurban maupun syarat hewan yang akan diqurbankan. Adapun syarat-syarat dalam pelaksanaan qurban adalah sebagai berikut:

a. Ada orang yang berqurban (jelas siapa orangnya, walaupun tidak diharuskan hadir pada saat pe-nyembelihan)

b. Ada hewan qurban yang akan disembelih

c. Ada yang bersedia menyembelih hewan qurban tersebut

d. Pelaksanaan penyembelihan benar-benar dilakukan dan dengan cara sesuai yang disyari’atkan

e. Waktu penyembelihan pada hari Idul Adha dan atau hari-hari tasyriq.28

Terkait dengan syarat orang yang akan berqurban adalah sebagai berikut:

a. Beragama Islam

b. Dalam keadaan merdeka c. Cukup umur (sudah baligh) d. Berakal sehat

e. Adanya kemampuan diri untuk berqurban

28 A. Rasyidi, Aserani Kurdi, op. cit., h. 9

(34)

Yang dimaksud dengan “punya kemampuan” adalah yang mempunyai kelebihan dalam keperluan sehari-hari, baik dirinya maupun keluarganya, terutama pada saat Idul Adha dan hari-hari tasyriq. 29

Menurut mazhab Hanafi, yang dimaksud dengan kemampuan itu adalah adanya kelapangan, yaitu kelapangan yang bersifat fitrah (alami).

Orang yang akan berqurban itu hendaknya memiliki uang minimal 200 dirham, yaitu sebanyak nisab zakat atau memiliki barang yang senilai dengan nominal uang tersebut.30

Sementara itu, menurut mazhab Maliki, orang yang disebut mampu itu adalah yang tidak membutuhkan uang yang akan ia gunakan membeli hewan qurban itu untuk kebutuhan pokok hidupnya pada tahun itu.31

Adapun menurut mazhab Syafi’i, orang yang disebut mampu dalam hal ini adalah orang yang memiliki uang untuk membeli hewan qurban di luar kebutuhannya, dan kebutuhan orang-orang yang berada di bawah tanggungannya selama hari raya dan hari-hari Tasyriq (selama waktu pelaksanaan qurban).

Sedangkan dalam mazhab Hambali, orang yang disebut mampu adalah yang bisa mendapatkan uang untuk membeli hewan qurban itu, sekalipun dengan berutang, asalkan orang itu yakin akan bisa melunasinya di kemudian hari.32

29 A. Rasyidi, Aserani Kurdi, op.cit., h. 8

30 Wahbah Al-Zuhaily, op.cit., h. 255

31 Ibid., h. 256

32 Ibid.,

(35)

Berdasarkan pendapat para imam mazhab di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan mampu dalam hal berqurban adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mendapatkan hewan qurban pada saat pelaksanaan ibadah qurban.

Adapun syarat hewan qurban adalah sebagai berikut:

a. Macam hewan qurban

Tidak semua hewan bisa dijadika qurban. Binatang-binatang yang bisa dijadikan qurban adalah binatang ternak seperti unta, sapi, domba, dan kambing.33 Firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 34:











































Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah”.

Para ulama telah sepakat bolehnya berqurban dengan semua hewan ternak (berkaki empat) dan mereka berbeda pendapat tentang manakah yang afdhal34:

33 Abu Malik Kamal bin As Sayid Salim, op. cit., h. 615

34 Ibnu Rusyd, op. cit., h. 903

(36)

1) Imam Malik berpendapat bahwa binatang yang paling utama untuk qurban adalah domba, kemudian sapi dan unta, karena Nabi SAW sendiri dalam berbagai riwayat memilih berqurban dengan dua ekor domba jantan, sementara beliau tidak mungkin berqurban kecuali dengan hewan yang terbaik. Demikian juga sekiranya Allah SWT menhetahui ada hewan lain yang lebih baik dari domba, niscaya Allah SWT akan mengganti Nabi Ismail dengannya.35

2) Mazhab Syafi’i dan Hambali menyatakan bahwa urutan hewan qurban yang paling utama adalah unta, kemudian sapi, lalu kambing.36 Hal itu melihat pada sisi hewan yang paling banyak dagingnya, sehingga lebih bermanfaat bagi fakir miskin.37

3) Menurut mazhab Hanafi, hewan qurban yang paling utama adalah yang paling banyak dan lebih lezat dagingnya.38

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa hewan qurban yang paling utama adalah yang paling banyak daging, sehingga lebih bermanfaat bagi fakir miskin

b. Sifat hewan qurban

Hewan untuk diqurbankan harus yang sehat, tidak tercacat. Maka tidak sah dengan hewan yang pincang, sangat kurus, buta matanya, terputus telinga atau ekornya, atau berpenyakit kudis.

35 Wahbah Al-Zuhaily, op. cit., h. 272

36 Abu Malik Kamal bin As Sayid Salim, op. cit., h. 624

37 Wahbah Al-Zuhaily, loc. cit.,

38 Ibid.,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, variabel religiusitas memiliki hubungan yang positif terhadap variabel strategi coping, yang berarti semakin tinggi

Lopuksi tiivistetysti niin lukion toisen vuoden opiskelijoiden kirjoittamien tarinoiden antamien tutkimustulosten kuin aiempien tutkimusten perusteella voidaan vetää

dievaluasi  dalam  konteks  analisis  keuangan.  Ada  dua  hal  yang  mendasari  keyakinannya  tersebut.  Pertama,  tidaklah  mungkin  mengukur  results  yang 

Berisi tentang pemaparan hasil penelitian yang diperoleh berupa analisis data dari factor- factor, dampak, proses serta hasil pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan

“ Tipe radiasi yang mampu mengganggu/mengubah atom dari kondisi stabil menjadi tidak stabil (terionisasi) ketika dilewatinya.. Tipe

Bahwa suatu karya seni tidak bisa diprediksi secara rnatematis karena karya seni merupakan hasil eksperimen, hal in; pula yang menjadi acuan konsep

DATUK ABDUL KARIM BIN ABDUL JALIL MAHKAMAH TINGGI MALAYA, MELAKA DALAM KAMAR..

Sebaiknya kegiatan Biogas dilakukan di Taman Nasional Ciremai dan Merapi karena banyak masyarakat yang memiliki hewan ternak.. Bapak Miyakawa (JICA-RECA