• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. Partum adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. Partum adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KONSEP DASAR

A. Pengertian

Partum adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan keluarganya, pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama berjam-jam dilatasi dan melahirkan dan berakhir ketika wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi (Bobak,Lowdermilk,Jensen. 2004)

Post Partum adalah suatu masa dimulai setelah partum selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2002).

Masa nifas (Puerperium ) adalah suatu masa dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, Abdul Bari, 2002 )

Puerperium adalah fase dengan kala IV merupakan 2 jam pertama setelah persalinan plasenta (Manuaba, 2001). Episiotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin hymen, jaringan septum rekto vaginal, serta kulit sebelah depan perineum, untuk melebarkan jalan lahir

sehingga mudahkan kelahiran (Mansjoer, 1999).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post partum dengan episiotomi adalah suatu masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira- kira 6 minggu dimana pada waktu persalinannya dilakukan tindakan insisi perineum

(2)

yang bertujuan untuk melebarkan jalan lahir dan memudahkan proses persalinan yang biasa dilakukan pada primipara.

B. Anatomi dan Fisiologi

Genetalia pada wanita terpisah dari uretra yang mempunyai saluran tersendiri.

Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Alat genetalia luar (vulva) terdiri dari :

a. Tundun (mons veneris)

Jaringan lemak berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat diatas simpisis pubis. Monsveneris mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditambahi rambut berwarna hitam.

b. Labia mayora (Bibir besar)

Dua lipatan kulit melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis kearah bawah mengelilingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah.

c. Labia minora (Bibir kecil)

Terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette.

d. Klitoris

(3)

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang tidak terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitive dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang gland dan badan klitoris membesar.

e. Vestibulum (Serambi)

Suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong. Terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar para uretra, vagina dan kelenjar pada vagina.

f. Perineum (Kerampang)

Daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.

Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Alat Genetalia Dalam a. Vagina

Struktur tubular yang terletak didepan rektum di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari intoitus sampai serviks

Gambar 2.1. Organ Reproduksi Eksterna (Wiknjosastro, 2002)

b. Uterus

(4)

Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun dari bagian bawah abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus biasanya terletak di garis tengah pada pelvis sejati, posterior terhadap simpisis pubis dan kandung kemih, serta anterior terhadap rektum.

c. Ovarium (indung telur)

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni di bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi, ovarium dapat digerakan.

d. Tuba fallopi (tuba uterin)

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang kearah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. setiap tuba memiliki lapisan peritoneum dibagian luar lapisan alat tipis dibagian tengah, dan lapisan mukosa dibagian dalam.

Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa diantaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan sekret, lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.

(5)

Gambar 2.2. Organ Interna wanita (Wiknjosastro, 2002)

C. Indikasi episiotomi

Yang merupakan indikasi dilakukan episiotomi menurut depkes RI (1996) adalah : persalinan yang lama karena perineum yang kaku, gawat janin, gawat ibu, pada tindakan operatif (eksresi cunam, vakum)

D. Jenis episiotomi 1. Episiotomi mediana

Episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki dan biasanya nyeri yang timbul lebih ringan. Kadang-kadang terjadi perluasan melalui sfingter rektum, penyembuhan primer dan perbaikan yang baik akan memulihkan tonus sfingter.

2. Episiotomi mediolateral

Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kearah posterior. Jarang terjadi robekan perineum totalis. Penyembuhan luka kurang sempurna, menimbulkan dispareuni (sakit saat hubungan seks). Jika dibandingkan dengan episiotomi mediana, kehilangan darah akan lebih banyak dan lebih nyeri.

3. Episiotomi lateral

(6)

Episiotomi ini tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan sedikit relaksasi introitus dan menimbulkan perdarahan lebih banyak serta sukar dalam perbaikan luka. (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004)

Gambar 2.3. Organ Reproduksi dilakukan Episiotomi (Sumber: http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/episiotomi/)

E. Etiologi dan Predisposisi

Empat faktor yang mempengaruhi proses persalinan : 1. Power (kekuatan)

Kekuatan ibu adalah kontraksi, kontraksi dibagi 2 :

a. Kontraksi uterus involunter disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan.

(7)

b. Bila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong disebut kekuatan sekunder.

2. Passager (janin dan plasenta)

a. Ukuran kepala janin yang sifatnya relatif kaku : sangat mempengaruhi proses persalinan.

b. Presentasi janin yang utama adalah bagian yang pertama kali memasuki panggul adalah kepala (kepala lebih dulu), sungsang (bokong lebih dulu) bahu.

c. Letak janin, memanjang atau vertikal dengan melintang atau horisontal.

d. Sikap janin adalah hubungan antara bagian tubuh janin yang satu dengan lainnya.

e. Posisi janin adalah hubungan antara bagian presentasi terhadap 4 kuadran panggul ibu.

3. Passage way (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus.

4. Psikologis respon

Faktor psikis ibu sangat mempengaruhi kelahiran.

F. Patofisiologi Post Partum Episiotomi

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.

(8)

Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama.

Karena akan menyebabkan afiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.

Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia subboksifito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.

Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek di namakan robekan perineum tingkat satu. Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang berhubungan dengan otot-otot diafragma urogenetalis pada garis tengah terluka : dan pada robekan tingkat tiga atau robekan total muskulus sfingter ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang dinding depan rektum ikut robek pula. Jarang sekali terjadi mulai pada dinding belakang vagina diatas introitus vagina dan anak dilahirkan melalui robekan itu, sedangkan (dengan meninggalkan) perineum sebelah depan tetap utuh (robekan perineum sentral) pada persalinan sulit disamping robekan perineum yang dapat dilihat, dapat pula terjadi kerusakan dan kerenggangan muskulus pubo rektalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Kejadian ini melemahkan diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya prolapsus uteri di kemudian hari. Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat atau satu harus dijahit. Hal ini dapat dilakukan sebelum plasenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Dengan penderita berbaring dalam

(9)

posisi litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cara antiseptik dan luas robekan ditentukan dengan seksama.

Pada robekan perineum tingkat dua, sebelah diberi anestesia lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan dibawahnya.

Menjahit robekan tingkat tiga harus dilakukan dengan teliti mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia para rektal ditutup, dan muskulus sfingter ani oksternus yang robek di jahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti diuraikan untuk robekan perineum tingkat dua. Untuk mendapat hasil baik terapi pada perineum tingkat dua. Untuk mendapatkan hasil baik terapi pada perineum total, perlu diadakan penanganan pasca pembedahan yang sempurna.

Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan mulai hari kedua diberi paraffiunium liquium sesendok makan 2 kali sehari dan jika perlu pada hari ke- 6 diberi klisma minyak.

G. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala proses persalinan yaitu : 1. Kontraksi uterus

Wanita diintruksikan untuk melaporkan, frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus pada persalian normal peningkatan aktivitas meningkatkan gejala – gejala ini

2. Ketuban pecah

(10)

Aliran darah (blody show) darah berwarna merah mudah lengket, dan jumlahnya sedikit (mengandung lendir)

Menurut Bobak dan Jonson adaptasi psikologi post partum dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Fase taking in atau ketergantungan

Fase ini dimulai pada hari ke-1 dan ke-2 setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan.

b. Fase taking hold atau ketergantungan - tidak ketergantungan

Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu ke-2 dan ke-3 sampai hari ke-5 ibu siap menerima peran barunya dan tentang hal-hal baru, pada tahap ini sistem pendukung sangat berarti bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi sehingga pada tahap ini sangat tepat untuk memberikan penyuluhan.

c. Fase letting Go atau saling ketergantungan

Fase ini dimulai sekitar minggu ke-5 sampai ke-6 setelah kelahiran keluarga telah menyesuaikan diri dengan keluarga baru. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit.

H. Penatalaksanaan

Menurut Saifuddin (2002), perbaikan episiotomi post partum meliputi :

1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan

(11)

2. Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka, berikan : a. Ampicilin 500 mg peroral 4x sehari sebelum 5 hari b. Metronidazol 400 mg peroral 3x sehari selama 5 hari

3. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis lakukan debridemen dan berikan antibiotika secara kombinasi seperti klien bebas demam dalam 48 jam

a. Penicilin G 2 juta unit setiap 6 jam IV

b. Ditambah gentamicin 5 mg/kg BB setiap 24 jam IV c. Ditambah metronidazol 500 mg setiap 8 jam IV d. Setelah klien bebas demam selama 48 jam berikan :

1) Ampicilin 500 mg peroral 4x sehari selama 5 hari

2) Ditambah metronidazol 400 mg peroral 3x sehari selama 5 hari

I. Komplikasi

Menurut Saifuddin (2002), komplikasi post partum dapat terjadi, antara lain : 1. Pendarahan

Karena prosees episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan

2. Infeksi

Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi berhubungan dengan ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.

3. Hipertensi

(12)

Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas meternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10%

seluruh kehamilan.

4. Gangguan psikososial

Kondisi psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan menghambat ikatan emosional bayi dan ibu. Beberapa kondisi dapat mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

J. Pengkajian fokus

Fokus pengkajian ibu post partum episiotomi diambil oleh doenges 2001.

1. Tekanan darah

Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, keadaan ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.

2. Nadi

Nadi kembali ke frekuensi normal dalam waktu 1 jam dan mungkin terjadi sedikit bradikardi (50 sampai 70 kali permenit)

3. Suhu tubuh

Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi 4. Payudara

Produksi kolostrom 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur biasanya pada hari ke- 3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai

5. Fundus uteri

(13)

Fundus uteri berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus. Bila uterus lembek, lakukan masase sampai keras, bila fundus bergeser ke arah kanan midline, periksa adanya distensi kandung kemih

6. Kandung kemih

Diuresis diantara hari ke 2 dan ke -3, kandung kemih ibu cepat terisi karena post partum dan cairan intravena.

7. Lokhea

Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, menjadi lokhea serosa dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya robekan servik.

8. Perineum

Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak bewarna, dan tidak edema dan jahitan harus utuh.

9. Nyeri atau ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara atau pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke- 5 post partum. Periksa adanya nyeri yang berlebihan pada perineum dan adanya kematian dibawah episiotomi

10. Makanan atau cairan

Kehilangan nafsu makan dikeluhkan kira - kira hari ke- 3 11. Interaksi anak - orang tua

Perlu diperhatikan ekspresi wajah orang tua ketika melihat pada bayinya, apa yang mereka lakukan dan respon - respon negatif yang terlihat jelas menandakan adanya masalah

12. Integritas ego

(14)

Peka rangsang, takut atau menangis (“post partum blues”) sering terlihat kira - kira 3 hari setelah melahirkan

K. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma mekanisme episiotomi.

(Doenges, 2001)

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit (Doenges, 2001)

3. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik, nyeri saat defekasi (Tucker, 1998)

4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doenges, 2001)

5. Resiko tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan suplai susu tidak adekuat, ketidakmampuan bayi menghisap puting susu dengan benar. (Carpenito. 1998) 6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi

(Doenges, 2001)

7. Resiko tinggi terhadap perubahan peran orang tua (proses parenting berhubungan dengan transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran).

(Doenges,Marilynn. E, 2001)

L. Fokus Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma mekanisme episiotomi Tujuan : Mencegah atau meminimalkan nyeri

(15)

Kriteria hasil :

a. Nyeri berkurang atau hilang b. Ekspresi wajah rileks.

c. Klien mampu mendemonstrasikan dan mengungkapkan intervensi untuk mengatasi rasa nyeri dengan tepat.

d. Tanda - tanda vital normal (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 - 88 x/menit)

Intervensi :

a. Tentukan lokasi dan sifat nyeri

Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan - kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat

b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi.

Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan parineal dan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi atau intervensi lebih lanjut c. Anjurkan klien untuk duduk dengan mengontraksikan otot gluteal

Rasional: penggunaan pengencangan gluteal saaat duduk menurunkan stress dan tekanan darah langsung pada perineum.

d. Berikan informasi tentang berbagai strategi untuk menurunkan nyeri misalnya teknik relaksasi dan distraksi

Rasional : Menbantu meningkatkan rasa nyaman

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri

(16)

Rasional : Memberikan kenyamanan sehingga klien dapat memfokuskan pada perawatan sendiri dan bayinya.

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit.

Tujuan:Resiko infeksi tidak terjadi Kriteria hasil :

a. Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tanda - tanda infeksi (kolor,tumor,rubur,dolor dan fungsiolaesa)

b. Klien mampu mendemonstrasikan teknik- teknik untuk mneningkatkan penyembuhan

c. Tanda - tanda vital dalam batas normal, terutama suhu (36-370c) Intervensi :

a. Kaji adanya perubahan suhu.

Rasional : Peningkatan suhu sampai 380C pada 2-10 hari setelah melahirkan sangat menandakan infeksi

b. Observasi episiotomi seperti adanya kemerahan, nyeri tekan yang berlebihan dan eksudat yang berlebihan.

Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi atau intevensi lebih lanjut.

c. Anjurkan pada klien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh genital.

Rasional : Membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi d. Catat jumlah dan bau lokhea atau perubahan yang abnormal

(17)

Rasional : Lokhea normal mempunyai bau amis, lokhea yang purulen dan bau busuk menunjukkan adanya infeksi

e. Anjurkan pada klien untuk mencuci perineum dengan menggunakan sabun dari depan ke belakang

Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki vagina atau uretra.

f. Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan vulva atau perineum.

g. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C dan zat besi.

Rasional : Membantu meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan baru.

h. Kaji status nutrisi klien.

Rasional : Klien yang BBnya 20 % di bawah BB normal atau yang anemis lebih rentan terjadi infeksi post partum.

i. Tingkatkan tidur dan istirahat

Rasional : Menurunkan laju metabolisme dan memungkinkan nutrisi dan oksigen digunakan untuk proses pemulihan dari pada untuk kebutuhan energi.

j. Kaji jumlah sel darah putih

(18)

Rasional : meningkatan SDP (Sel Darah Putih) pada 10-12 hari pertama post partum adalah normal sebagai mekanisme perlindungan.

k. Kolaborasi untuk pemberian anti biotik.

Rasional : Mencegah infeksi dan penyebaran ke jaringan sekitar.

3. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik dan nyeri saat defekasi.

Tujuan : Konstipasi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Klien mampu melakukan kembali kebiasaan defekasi seperti biasanya dengan ketidaknyamanan minimal,

Intervensi:

a. Auskultasi adanya bising usus.

Rasional : Mengevaluasi fungsi usus.

b. Kaji terhadap adanya hemoroid dan berikan informasi tentang memasukan kembali hemoroid kembali ke dalam rektal dengan jari yang dilumasi.

Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan ketidaknyamanan dan meningkatkan vaso konstriksi lokal.

c. Anjurkan klien untuk minum secara adekuat + 1500 - 2000 ml / hari.

Rasional : peningkatan cairan akan merangsang eliminasi.

d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi bahan makanan yang berserat tinggi seperti: sayuran dan buah-buahan.

Rasional : Merangsang peristaltik usus.

e. Anjurkan klien untuk rendam duduk dengan air hangat sebelum relaksasi.

(19)

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri.

f. Anjurkan klien untuk ambulasi sesuai toleransi.

Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastro intestinal.

g. Berikan pelunak feses atau laksatif jika diindikasikan.

Rasional : Untuk meningkatkan kembali kebiasaan defekasi normal dan mencegah mengejang atau stress perineal selama defekasi.

4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan, dengan tidak mengetahui sumber Informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :

a. Klien mampu menyatakan pemahaman tentang pemberian instruksi atau informasi.

b. Klien mampu mendemonstrasikan prosedur belajar dengan tepat.

Intervensi :

a. Bantu klien dalam mengidentifikasi kebutuhannya.

Rasional : Membantu klien dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan untuk mengembangkan rencana keperawatan.

b. Berikan informasi tentang perawatan diri dan bayi.

Rasional : Agar klien mengerti tentang program dan latihan yang harus dilakukan setelah melahirkan.

c. Ajarkan pada klien tentang cara perawatan bayi dan lakukan prosedur demonstrasi yang benar.

(20)

Rasional : Agar klien mengerti dan mampu melakukan tindakan yang diajarkan.

d. Beri kesempatan klien untuk merawat bayinya.

Rasional : Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba, atau mempraktekkan ketrampilannya dalam merawat bayi.

e. Lakukan rencana penyuluhan sesegera mungkin setelah penerimaan perkiraan, pada kondisi dan kesiapan untuk belajar.

Rasional : Dengan kesiapan klien belajar dapat mempermudah klien menerima informasi - informasi yang baru.

5. Resiko tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan suplai susu tidak adekuat.

Ketidakmampuan bayi menghisap puting susu dengan benar.

Tujuan : Menyusui menjadi efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :

a. Ibu mampu mengenal cara memberikan ASI.

b. Bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan dengan peningkatan berat badan, tumbuh kembang dalam batas normal, atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel.

c. Reflek hisap bayi kuat.

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan klien tentang menyusui sebelumnya.

Rasional : Untuk mengidentifikasi pengalaman klien tentang menyusui.

(21)

b. Beri informasi mengenai Fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan payudara, dan faktor - faktor yang memudahkan dalam keberhasilan menyusui.

Rasional : Membantu klien dalam menangani permasalahannya tentang menyusui sehingga dapat meningkatkan pengetahuan klien.

c. Demonstrasikan tentang tehnik - tehnik menyusui.

Rasional : Agar klien mengerti dan memahami serta mampu melaksanakan tindakan yang direncanakan.

d. Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan sesering mungkin.

Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan mengurangi resiko terjadinya pembengkakan pada payudara.

e. Anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan BH yang terlalu kencang.

Rasional : Dengan pelindung putting dapat menyebabkan tekanan sehingga mengganggu proses laktasi.

6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi.

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan.

Kriteria hasil :

a. Intake dan output seimbang.

b. Tanda-tanda vital normal, dan tidak terdapat tanda - tanda dehidrasi.

c. Berat badan klien dalam batas normal.

(22)

d. Klien dan keluarga mengungkapkan pengetahuan tentang pengawasan status cairan.

Intervensi :

a. Monitor tanda - tanda vital.

Rasional : Untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi dan untuk menentukan rencana intervensi yang tepat.

b. Awasi turgor kulit

Rasional : Dengan adanya tanda - tanda tersebut menunjukkan adanya dehidrasi atau kurangnya frekuensi volume cairan dalam tubuh.

c. Monitor intake dan output dan timbang berat badan setiap hari

Rasional : Membantu dalam menganalisa kesimbangan cairan dan derajat kekurangan.

d. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas sehari Rasional : Menggantikan kehilangan cairan kerana kelahiran dan diaporesis e. Pertahankan terapi intra vena untuk penggantian cairan sesuai instruksi

Rasional : Menggantikan kehilangan karena kelahiran dan diaporesis.

7. Resiko tinggi terhadap perubahan proses parenting berhubungan dengan masa transisi menjadi orang tua atau penambahan anggota keluarga

Tujuan : Klien dapat dapat menerima perannya sebagai orang tua dan dapat terjalin hubungan hangat antara orang tua dan bayi.

Kriteria hasil :

a. Klien mengungkapkan masalahnya menjadi orang tua b. Klien mampu mendiskusikan perannya sebagai orang tua

(23)

c. Klien mampu melakukan perawatan bayi dengan benar.

Intervensi :

a. Kaji respon klien atau pasangan terhadap kelahiran dan perannya menjadi orang tua

Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara posistif untuk menjadi orang tua dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat

b. Beri kesempatan pada pasangan untuk rawat gabung

Rasional : Memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.

c. Anjurkan pada klien untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi

Rasional : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa dan menekankan realitas keadaan bayi.

d. Bantu dan anjurkan klien tentang cara perawatan bayi yang benar

Rasional : Membantu orang tua belajar dasar-dasar keperawatan bayinya, meningkatkan diskusi dan pemecahan masalah bersama

e. Beri motivasi pada klien bahwa dia telah melakukan perawatan bayinya dengan baik.

Rasional : Membantu meningkatkan percaya diri klien dalam melakukan perawatan diri dan bayinya

Gambar

Gambar 2.1. Organ Reproduksi Eksterna (Wiknjosastro, 2002)
Gambar 2.3. Organ Reproduksi dilakukan Episiotomi  (Sumber: http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/episiotomi/)

Referensi

Dokumen terkait

Pada model data relasional, data rekaman disusun dari nilai yang berhubungan dan disebut dengan baris. Baris ini akan tersusun membentuk satu tabel, yang

Penelitian ini secara empiris akan menguji pengaruh firm size , capital intensity , inventory intensity , komisaris independen, kompensasi direksi, dan transaksi

-nteraksi antara faktor pe'amu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi faktor pe'amu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan

Perlakuan media tanam yang menggunakan biochar berpengaruh positif terhadap peningkatan bobot kering batang dan daun, bobot kering akar, bobot segar batang dan

Proposal Skripsi diseminarkan untuk dievaluasi oleh dosen pembimbing, dan paling sedikit 2 Dosen Pengamat yang ditunjuk oleh Pimpinan Program Studi, serta diikuti oleh minimal

Pembahasan soal ini dapat dijadikan bahan belajar dalam menghadapi ulangan harian, UTS, UAS, UKK, ujian dapat dijadikan bahan belajar dalam menghadapi ulangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh secara signifikan komparasi sosial pada public figure di media massa terhadap body image antara remaja putra