M. ARIF H, S.Pd.I.
SIAPA YANG LEBIH BERHAK MENJADI IMAM?
Yang ditunjuk oleh takmir masjid
Orang yang lebih banyak memiliki hafalan al Qur’an
Orang yang lebih memahami hukum Islam
Orang yang lebih pandai dan lebih mengetahui tentang sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Orang yang lebih dahulu berhijrah
Orang yang lebih tua usianya.
POSISI IMAM DAN MAKMUM
1. DUA LAKI-LAKI
Imam di sebelah kiri dan makmum sebelah kanan
Imam dan makmum sejajar
Hadits Sahabat Ibnu Abbas
َْل َتاَذ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ هللّٰا َّلَّ َص ِي ِبَّلنا َعَم ُتْي َّل َص ٍة َل
َلَع ُ هللّٰا َّلَّ َص ِ هللّٰا َلْوُسَر َذَخ َ
أَف ِهِرا َسَي ْنَع ُتْمُق َف ِهْي
ِهِنْيِمَي ْنَع ِنِ َلَعَجَف يِئاَرَو ْنِم ِسِْأَرِب َمَّلَسَو
“Aku Shalat bersama Nabi di suatu malam, kemudian aku berdiri di samping kiri beliau, lalu Rasul mengambil kepalaku dari belakang dan menempatkanku di sebelah
kanannya (HR. Bukhori)
2. TIGA LAKI-LAKI ATAU LEBIH
Imam di depan
Kedua ma’mum atau lebih berdiri di
belakang imam membentuk satu barisan.
Hadits Sahabat Jabir yang panjang, sebagiannya berbunyi
َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّللّٰا َّلَّ َص ِ َّللّٰا ِلوُسَر ِرا َسَي ْنَع ُتْم ُق َّتََّح ُتْئِج َّمُث َذَخ َ
أَف
َّتََّح ِنَِراَد َ
أَف يِدَيِب ْنَع ِنَِما َقَأ
َف ٍر ْخ َص ُنْب ُراَّبَج َءاَج َّمُث ِهِنيِمَي َّمُث َ
أ َّضَوَت
ُلوُسَر َذَخ َ
أَف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّللّٰا َّلَّ َص ِ َّللّٰا ِلوُسَر ِرا َسَي ْنَع َماَق َف َءاَج ِ َّللّٰا
ْ لَخ اَنَماَق َ
أ َّتََّح اَنَعَفَدَف اًعيِ َجَ اَنْيَدَيِب َم َّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّللّٰا َّلَّ َص ُهَفَ
“Kemudian aku datang sampai berdiri di sebelah kiri Rasulullah, lalu beliau memegang tanganku dan menarikku hingga membuatku berdiri di sebalah kanannya. Kemudian datang Jabbaar bin Shakhr, lalu ia berwudhu kemudian datang dan berdiri di sebelah kiri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangan kami berdua dan mendorong kami hingga membuat kami berdiri di belakang beliau” [HR Muslim
dalam Shahih-nya, kitab az Zuhud wal Raqaiq Wa …, no. 5328].
3. SATU LAKI-LAKI & SATU WANITA
Imam di depan
Ma’mum wanita di belakang
Hadits Sahabat Anas yang berbunyi:
َص ِي ِبَّلنا َفْلَخ اَنِتْيَب ِفِ ٌميِتَيَو اَنَأ ُتْيَّل َص ِهْيَلَع ُ َّللّٰا َّلَّ
اَنَفَ ْ
لَخ ٍمْي َلُس ُّمُأ ِيمُّأَو َمَّلَسَو
“Aku shalat bersama seorang anak yatim di rumah kami di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ibuku Ummu
Sulaim di belakang kami” [Muttafaqun ‘alaihi]
Hadits Sahabat Anas yang berbunyi:
ْو َ
أ ِهِيم ُ
أِبَو ِهِب َّلَّ َص َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّللّٰا َّلَّ َص ِ َّللّٰا َلوُسَر َّنَأ اَنَفَ ْ لَخ َة َ
أْرَم ْ لا َماَق َ
أَو ِهِنيِمَي ْنَع ِنَِما َقَأَف َلاَق ِهِ َلَاَخ
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami Anas bin Malik dan ibunya atau bibinya, Anas berkata, “Lalu Rasulullah menjadikan aku berdiri di sebelah
kanannya dan wanita di belakang kami.” [HR Muslim]
Hadits Sahabat Anas yang berbunyi:
يِ ِبَّلنا َفْلَخ اَنِتْيَب ِفِ ٌمْيِتَيَو اَنَأ اَنْيَّل َص يِمّ ُ
أَو ٍمْي َلُس ُّمُأ -
-
اَنَفَ ْ لَخ
“Aku bersama seorang anak yatim di rumah kami pernah shalat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sedangkan ibuku—Ummu Sulaim—berdiri di belakang
kami.” (HR. al-Bukhari no. 380, 727 dan Muslim no. 658)
Bolehkah seorang pria mengimami seorang wanita
Mereka hanya shalat berdua
Apabila wanita itu mahramnya, maka boleh
Apabila wanita itu bukan mahramnya maka haram ia berduaan (khalwat) dengannya walaupun dalam rangka shalat.
Dalil dalam permasalahan ini adalah hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang umum:
ٍمَرْ َمَ ْيِذ َعَم َّلاِإ ٍةَأَرْماِب ٌلُجَر َّنَوُلْ َيَ َلا
“Tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali bila wanita itu didampingi mahramnya.” (HR. al-
Bukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341)
4. DUA LAKI-LAKI & SATU WANITA ATAU LEBIH
Imam di sebelah kiri dan makmum laki-laki sebelah kanan. Makmum laki-laki sejajar dengan imam
Ma’mum wanita di belakang
Berdasarkan hadits pada nomor 1 dan 3
5. DUA WANITA
SAMA DENGAN 2 LAKI-LAKI
BERDASARKAN KEUMUMAM HADITS
Imam di sebelah kiri dan makmum sebelah kanan
Imam dan makmum sejajar
6. TIGA WANITA ATAU LEBIH
Apabila seorang wanita shalat berjamaah mengimami sesamanya, maka ia berdiri di
tengahnya dan tidak maju ke depan
Sahabat Abu Hurairah mengatakan bahwa :
ا ًطَسَو ْتَن َكََف َّنُهْتَّم َ
أ َةَمَلَس َّم ُ
أ َّن َ أ
“Sungguh Ummu Salamah mengimami mereka shalat dan berada di tengah-
tengah”.
[HR Abdurrazaq, ad Daraquthni dan al Baihaqi, dan hadits ini dihukumi oleh penulis
Shahih Fiqih Sunnah sebagai hadits shahih
lighairiihi]
Sahabat Abu Hurairah mengatakan bahwa : ِيف َّصلا َطَسَو ْتَماَقَف َءا َسِينلا ِتَّم ُ
أ َّن َ أ
“Bahwa ‘Aisyah shalat menjadi imam bagi kaum wanita dan beluiau berdiri di tengah
shaff”.
[HR. Baihaqi, Hakim, ad Daraquthni, dan
Ibnu Abi Syaibah]
‘Aisyah dan Ummu Salamah, dari Rabthah al Hanafiyah, ia berkata :
ٍة َلا َص ْ ِفِ َّنُهَنْيَب ْتَماَق َو َّنُهْتَّمَأ َةَشِئَعَ َّنَأ ِةَبْوُتْكَم
“Sesungguhnya ‘Aisyah mengimami
mereka dan berdiri diantara mereka dalam satu shalat wajib”
[HR Abdurrazaq, Al daraquthni dan Al Baihaqi dan dihukumi penulis Shohih Fiqih
Sunnah hadits shohih Lighoriihi]
7. BEBERAPA LAKI-LAKI DAN WANITA
Imam di depan
Laki laki dibelakang imam, terdepan paling bagus
Perempuan di belakang laki – laki, terbelakang paling bagus
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َُلَّوَأ ِلاَجِّرلا ِفْوُفُص ُرْ يَخ َو ،اَهُرِخآ اَهُّرَشَو ا
ُرْ يَخ
ُّرَشَو اَهُرِخآ ِءاَسِّنلا ِفْوُفُص اَُلَّوَأ اَه
“Sebaik-baik shaf pria adalah shaf yang awal dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang akhirnya. Sebaik-baik shaf wanita adalah shaf yang terakhir dan sejelek-jelek shaf wanita adalah yang
paling awal.” (Sahih, HR. Muslim no. 440)
8. BILA ADA JAMA’AH ANAK ANAK
Ada 2 istilah usia anak
Tamyiz
Usia di mana anak sudah bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang
membahayakan dirinya.
Umumnya, anak menginjak usia tamyiz ketika berusia 7 tahun.
Baligh
Usia di mana anak sudah mendapatkan beban syariat. Sehingga mereka berdosa ketika meninggalkan perintah agama atau melanggar larangan agama. Indikator usia ini adalah indikator fisik, untuk anak lelaki
indikatornya mimpi basah – keluar mani -, sementara untuk wanita ditandai dengan datangnya haid.
Usia baligh sangat variatif, karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya.
(Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 7/157 – 160)
8. BILA ADA JAMA’AH ANAK ANAK
Ada 2 istilah usia anak
Tamyiz
Usia di mana anak sudah bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang
membahayakan dirinya.
Umumnya, anak menginjak usia tamyiz ketika berusia 7 tahun.
Baligh
Usia di mana anak sudah mendapatkan beban syariat. Sehingga mereka berdosa ketika meninggalkan perintah agama atau melanggar larangan agama. Indikator usia ini adalah indikator fisik, untuk anak lelaki
indikatornya mimpi basah – keluar mani -, sementara untuk wanita ditandai dengan datangnya haid.
Usia baligh sangat variatif, karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya.
(Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 7/157 – 160)
Dilarang Memutus Shaf
Memutus shaf dalam shalat hukumnya terlarang. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman, rahmat untuk dirinya akan diputus. Dari Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّلَجَو َّزَع ُ َّللّٰا ُهَع َطَق اًّفَ َص َع َطَق ْنَمَو ُ َّللّٰا ُهَل َصَو اًّفَ َص َل َصَو ْنَم
Siapa yang menyambung shaf, Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutus shaf, Allah Ta’ala akan memutusnya. (HR.
Nasai 827 dan dishahihkan al-Albani)
Al-Munawi mengatakan,
اج وأ ةجاح يرغل هنم جرخف هيف ناك نأب ؛افص عطق نمو لىإ ء
ةجاح لاب ةجرف فصلاب نم ينبو هنيب كرتو فص (
طق للها هع )
يأ لمعلا سنج نم ءازلجا ذإ ، هتحمر ديزمو هباوث نم هدعبأ
“Siapa yang memutus shaf”, bentuknya adalah ada orang yang keluar dari shaf tanpa kebutuhan, atau dia masuk shaf sementara
dia biarkan ada celah antara dia dengan orang yang ada di sebelahnya, tanpa ada kebutuhan. “Allah akan memutusnya”
artinya, Allah akan menjauhkan dirinya dari pahala dan tambahan rahmatnya. Karena balasan sejenis dengan amal. (Faidhul Qadir,
2/96).
• Berdasarkan keterangan al-Munawi, termasuk bentuk memutus shaf, ketika seseorang meletakkan benda seperti tas atau
sejenisnya di antara shaf. Termasuk juga mereka yang tidak shalat
berposisi di sela-sela shaf, seperti anak kecil yang belum paham
shalat. Merekalah anak kecil yang belum tamyiz.
ANAK YANG BELUM TAMYIZ
Anak yang belum tamyiz, belum bisa memahami shalat. Terkadang dia tolah toleh, dia ngentut diam saja, atau banyak gerak. Sehingga anak yang belum tamyiz, shalatnya batal. Untuk itu, anak belum tamyiz tidak boleh diposisikan di sela-sela shaf. Karena jika diposisikan di sela-sela shaf, dia akan memutus shaf.
Di mana mereka harus diposisikan?
Yang lebih baik tetap didampingi orang tuanya dan tidak ditaruh di belakang. Karena biasanya anak akan bermain bersama komplotannya dan itu semakin mengganggu. Anak belum tamyiz bisa diposisikan di ujung shaf, didampingi orang tuanya. Dia tidak memutus shaf, karena berada di ujung, tetap terjaga dengan aman, dan bisa mengikuti shalat bersama orang tuanya.
As-Syaukani mengatakan,
حانلجا دسي بصلا نأ
“Anak kecil (yang belum tamyiz) menutup celah ujung shaf.” (Nailul
Authar, 3/95).
KESIMPULAN
POSISI SHAF ANAK KECIL
Anak kecil yang tamyiz shalatnya sah, maka dia boleh shalat jamaah di posisi shaf orang dewasa. Dan tidak terhitung memutus shaf.
Anak kecil yang belum tamyiz, bisa diposisikan di ujung
shaf, didampingi orang tuanya
9. MA’MUM MENDAPATKAN SHAF (BARISAN) SHALAT SUDAH PENUH, SEHINGGA IA TIDAK DAPAT MASUK KE SHAF.
Maka ma’mum jangan shalat sendirian di belakang shaf (barisan)
Namun, hendaklah ia berusaha masuk dalam barisan
Jika tidak bisa, hendaklah ia berusaha maju ke depan hingga berdiri di samping imam
Apabila ini juga tidak bisa, maka hendaknya menunggu sampai datang orang yang menemaninya di shaf (baru)
Jika sampai selesai shalat tidak ada yang menemani, maka tunggu sejenak sampai ada orang, dan shalat lah berjamaah
Jika juga tidak ada, maka shalat sendirian setelah imam
salam, dan ia tidak berdosa
Bedasarkan sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
ْمُتْع َطَتْسا اَم ُهْنِم اوُت ْ
أَف ٍءْ َشَِب ْمُكُتْرَم َ
أ اَذِإَف
“Apabila aku perintahkan kalian berbuat sesuatu, maka kerjakanlah semampu kalian”.
Hal ini karena shalat adalah ibadah, dan ibadah itu harus tauqifiyah. Padahal hadits larangan shalat sendirian di
belakang shaf (barisan) shahih dan bersifat umum.
Hadits yang berbunyi:
ًلاُجَر َتْرَرَتْدا ْو َ
أ ْمُهَعَم َت ْ لَخَد َلا َ أ
Artinya “(Kenapa kamu tidak masuk berbaris dengan mereka atau menarik seorang?)
ini adalah hadits dhaif (lemah). Demikian juga, apabila orang itu menerima ajakan orang yang manariknya, maka shaf
menjadi tidak penuh (ada celahnya), padahal kita
diperintahkan untuk menyempurnakan dan menutup celah
shaf dalam shalat.
10. CARA MEMBUAT SHAF
Memulai shaf baru, harus dimulai dari posisi tengah imam, karena demikianlah yang ditunjukkan dalam hadits, amalan para sahabat nabi dan penjelasan para ulama.
Tidak boleh memulai shaf yang kedua sebelum penuh yang pertama dan tidak boleh membuat shaf yang ketiga
sebelum shaf yang kedua sempurna (penuh), demikian
seterusnya. Demikian juga dikarenakan telah tsabit adanya perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Jika datang salah seorang jamaah shalat, maka
menyempurnakan shaf yang kanan lebih utama baginya
HADITS RASULULLAH SAW
ُّلَصُي ُهَتَكِئَلاَمَو َللها َّنِإ ُفُّصلا ِنِماَيَم ىَلَع َنْو
ِفْو
“
“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada (orang yang berada) di shaf-shaf sebelah kanan.” (HR.
Abu Daud no. 676, Ibnu Majah no. 1005, Al-Baihaqi no. 4980 dan Ibnu Hibban no. 2160)
Hadits ini dinilai hasan atau shahih oleh Ibnu Hajar, An- Nawawi, Al-Mundziri, Al-Albani dan Al-Arna’uth
rahimahumullah.
11. SHAF HARUS LURUS
Hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَصلا ِماَمَت ْنِم يِف يَصلا َةَيِوْس َت يَنِإَف ْمُكَفوُفَ ُص اويُوَس ِةَلا
“Luruskanlah shaf karena lurusnya shaf merupakan bagian dari kesempurnaan shalat.” (HR. Bukhari no. 723 dan Muslim no.
433).
Dalam riwayat Bukhari dengan lafazh,
ِةَماَقِإ ْنِم ِفوُفَ يُصلا َةَيِوْس َت يَنِإَف ْمُكَفوُفَ ُص اويُوَس ِةَلا يَصلا
“Luruskanlah shaf karena lurusnya shaf merupakan bagian dari
ditegakkannya shalat.”
12. SHAF HARUS RAPAT
Anas bin Malik -radhiallahu Ta’ala ‘anhu- bercerita, “Sholat telah didirikan (telah dikumandangkan iqomah), lalu
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- menghadapkan wajahnya kepada kami seraya bersabda:
ِءاَرَو ْنِم ْمُكاَر َ
أ ِ ينِّإَف اْو ُّصاَرَتَو ْمُكَفْوُفَُص اْوُمْيِقَأ ْيِرْه َظ
”Tegakkanlah shaf-shaf kalian dan rapatkan karena
sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari balik
punggungku”. (8)
12. SHAF HARUS RAPAT