• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI

EKOSISTEM DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Bekti Sulistya Utami

4401405567

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem di SMA Teuku Umar Semarang” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, 17 September 2009

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG”

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 17 September 2009.

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M.S. Dra. Aditya Marianti, M.Si.

NIP. 1951111519791001 NIP. 1967127171993032001

Penguji Utama

Dra. Sri Ngabekti, M.S NIP. 19590011986102001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Tuti Widianti, M. Biomed Noor Aini Habibah, M. Si

(4)

iv

ABSTRAK

Utami, Bekti Sulistya. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem Di SMA Teuku Umar Semarang. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Ir. Tuti widianti, M.Biomed. dan Noor Aini Habibah, M.Si.

Berdasarkan hasil observasi di SMA Teuku Umar Semarang pembelajaran Biologi masih berpusat pada guru dan kurang memaksimalkan metode diskusi. Metode pembelajaran kurang efektif yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Model pembelajaran dan sumber bahan belajar yang digunakan oleh guru dalam membantu menyampaikan materi masih kurang bervariasi. Salah satu alternatif mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle (LC) pada materi pokok ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle (LC) pada materi pokok ekosistem di SMA Teuku Umar Semarang.

Model pembelajaran Learning Cycle, yang terdiri dari 5 tahap pembelajaran dari membaca bahan ajar, pengamatan lingkungan, diskusi, presentasi, percobaan, dan tes evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, dimana presentase ketuntasan pada kelas X.1 sebesar 94% dengan rata-rata motivasi belajar sebelum dan setelah pembelajaran Learning Cycle berturut-turut sebesar 63 menjadi 70,23, kelas X.2 sebesar 91% motivasi 61 menjadi 70, X.3 sebesar 87% motivasi 60 menjadi 71. Peningkatan hasil belajar tersebut tidak terlepas dari motivasi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa yang diambil dari tahap pembelajaran sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi pokok ekosistem dengan model pembelajaran Learning Cycle dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang berdampak pada aktivitas hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan tercapainya standar ketuntasan belajar pada materi pokok ekosistem.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem di SMA Teuku Umar Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di FMIPA UNNES.

Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenaga dan materi yang tersita demi membentu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan studi strata I di Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam hal administrasi.

4. Ir. Tuti Widianti, M. Biomed., Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.

5. Noor Aini Habibah, M. Si., Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.

6. Dra. Sri Ngabekti, M. S., Dosen Penguji yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.

(6)

vi

8. Arina Marisa, S. Pd., Guru Biologi SMA Teuku Umar Semarang yang telah berkenan mambantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Guru dan staf karyawan SMA Teuku Umar Semarang yang telah membantu peneliti selama penelitian.

10. Siswa kelas X.1, X.2, dan X.3 SMA Teuku Umar Semarang yang telah berkenan menjadi sampel dan membantu dalam penelitian ini.

11. Ibu, Bapak, dan Budheku yang dengan sabar memberikan motivasi dan selalu mendukung sampai akhir penyusunan skripsi ini.

12. Adik-adikku, dan semua keluarga yang selalu membantu penulis. 13. Cahaya Rosyidan, S. Si, yang setia mendukung dan memotivasi. 14. Teman-teman rombel 4 Bio’05.

15. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tidak ada sesuatupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan kecuali untaian doa, ”Semoga amal baik yang telah diberikan berbagai pihak kepada penulis mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT”. Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, 17 September 2009 Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR JUDUL ... i

PERNYAATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Penegasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

B. Subyek Penelitian ... 21

C. Variabel Penelitian ... 21

D. Desain Penelitian ... 21

E. Prosedur Penelitian ... 22

F. Data dan Cara Pengumpulan Data ... 24

G. Metode Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

(8)

viii

A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Rancangan Penelitian ... 22

Pedoman Konversi Skala Lima Aktivitas Siswa ... 25

Hasil Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa ... 28

Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa ... 29

Hasil Analisis Data Hasil Laporan Diskusi dan LKS ... 29

Hasil nalisis Data Angket Tanggapan Siswa ... 30

Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 31

Hasil Analisis Data Hasil Kinerja Guru ... 32

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran.1 Silabus ... 42

Lampiran.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 43

Lampiran.3 Rekapitulasi Lembar Observasi Kinerja Guru ... 47

Lampiran.4 Rubrik Lembar Observasi Kinerja Guru ... 48

Lampiran.5 Daftar Nama Siswa Kelas X.1 ... 52

Lampiran.6 Daftar Nama Siswa Kelas X.2 ... 53

Lampiran.7 Daftar Nama Siswa Kelas X.3 ... 54

Lampiran.8 Hasil Pengisian Angket Motivasi Awal oleh Siswa ... 55

Lampiran.9 Hasil Pengisian Angket Motivasi Akhir oleh Siswa ... 58

Lampiran.10 Rubrik Angket Motivasi Belajar Siswa ... 61

Lampiran.11 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X.1 ... 62

Lampiran.12 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X.2 ... 63

Lampiran.13 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X.3 ... 64

Lampiran.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pengamatan ... 65

Lampiran.15 Rubrik Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pengamatan ... 66

Lampiran.16 Lembar Diskusi Siswa ... 67

Lampiran.17 Hasil Observasi Lembar Diskusi ... 68

Lampiran.18 Rubrik Lembar Diskusi Siswa ... 69

Lampiran.19 Hasil Laporan Diskusi Siswa ... 70

Lampiran.20 Hasil Observasi Siswa dalam Presentasi ... 71

Lampiran.21 Rubrik Lembar Observasi Siswa dalam Presentasi ... 72

Lampiran.22 Hasil Observasi Siswa dalam Percobaan ... 73

Lampiran.23 Rubrik Lembar Observasi Siswa dalam Percobaan ... 74

Lampiran.24 Hasil Observasi Pembelajaran ... 76

Lampiran.25 Rubrik Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran ... 77

Lampiran.26 Rekapitulasi Data Laporan dan Aktivitas Siswa Kelas X.1 ... 79

Lampiran.27 Rekapitulasi Data Laporan dan Aktivitas Siswa Kelas X.2 ... 80

(11)

xi

Lampiran.29 Hasil Pengisian Angket Pendapat Guru dalam Pembelajaran ... 82

Lampiran.30 Hasil Pengisian Angket Tanggapan Siswa ... 83

Lampiran.31 Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa ... 85

Lampiran.32 Bahan Bacaan Ekosistem ... 86

Lampiran.33 Lembar Kegiatan Siswa ... 92

Lampiran.34 Kunci Jawaban LKS ... 97

Lampiran.35 Hasil Pengisian LKS ... 98

Lampiran.36 Kisi-kisi Soal Post Tes ... 102

Lampiran.37 Soal Post Tes ... 103

Lampiran.38 Kunci Jawaban Soal Pos Tes Ekosistem ... 105

Lampiran.39 Hasil Pengisian Post Tes ... 106

Lampiran.40 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas X.1 ... 107

Lampiran.41 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas X.2 ... 108

Lampiran.42 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas X.3 ... 109

Lampiran.43 Surat Izin Penelitian dari Dekan ... 110

Lampiran.44 Surat Izin Penelitian dari Dinas ... 111

Lampiran.45 Surat Tembusan dari SMA Teuku Umar Semarang ... 112

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Proses belajar mengajar di sekolah menentukan keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran pada prinsipnya sangat tergantung pada guru dan interaksi siswa dalam proses pembelajaran yang mendukung kompetensi siswa. Interaksi siswa yang terjadi yaitu dalam bentuk: siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan bahan ajar, dan siswa dengan lingkungan sekolah. Agar interaksi-interaksi tersebut dapat terjadi dengan baik, maka guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih efektif, sehingga siswa dituntut memiliki semangat dan motivasi untuk belajar.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan melalui wawancara dengan guru Biologi di SMA Teuku Umar Semarang, dijumpai indikasi motivasi belajar siswa yang rendah. Kondisi ini dikarenakan pembelajaran yang dilakukan belum mengaktifkan siswa walaupun kadang menggunakan model diskusi tetapi guru masih belum memaksimalkan model tersebut, sehingga siswa kurang memahami tujuan diskusi, yang berakibat siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Hal tersebut mengakibatkan kondisi pembelajaran kurang efektif.

(13)

materi ekosistem hasil tes siswa kelas X tahun ajaran 2007/2008 terbilang rendah yaitu hanya 41% siswa tuntas. Permasalahan diatas memerlukan penyelesaian untuk menumbuhkan motivasi belajar yang berdampak pada hasil belajar siswa, yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran yang sesuai.

Model pembelajaran yang sesuai untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan tepat dengan materi yang diajarkan sangat diperlukan. Menurut Fajaroh dan Dasna (2003) model pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Pearson (2008) menyatakan LC terdiri dari 5 fase pengalaman belajar yang saling berhubungan, yaitu : (1) Fase Engage (Menarik Perhatian-Mengikat), (2) Fase Exploration (Eksplorasi), (3) Fase Explain (Menjelaskan), (4) Fase Expand (Perpanjangan), (5) Fase Evaluate (Evaluasi).

Penerapan model pembelajaran LC pada materi ekosistem, fase pertama siswa diberikan apersepsi dengan pertanyaan untuk merangsang keingin tahuan siswa terhadap materi yang dipelajari, melalui kegiatan membaca. Fase kedua (exploration), siswa diberikan kesempatan untuk mencari tahu tentang materi ekosistem dengan melakukan pengamatan di lingkungan sekolah secara langsung dan mencari tahu proses apa saja yang ada dalam ekosistem melalui kegiatan eksplorasi. Kegiatan ini melibatkan seluruh indera yang dimiliki siswa sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami. Fase ketiga siswa menyelesaikan hasil pengamatan (eksplorasi) melalui kegiatan diskusi. Diskusi merupakan sarana bagi siswa untuk menyampaikan apa yang sudah siswa temukan dan mampu mengembangkan sikap bijaksana dalam menerima pendapat orang lain. guru memberikan penjelasan tentang konsep yang sudah ditemukan siswa melalui pengamatan dengan kalimatnya sendiri dan memberikan informasi yang belum diketahui siswa sebelumnya melalui kegiatan diskusi.

(14)

mengukur komponen abiotik seperti air, tanah, dan udara yang ada di lingkungan sekolah. Guru sebagai pembimbing dan harus mengarahkan siswa agar memahami konsep yang diberikan tanpa menghilangkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dimiliki siswa sebelumnya dalam percobaan. Fase selanjutnya dilakukan evaluasi melalui tes materi ekosistem. Evaluasi ini bermanfaat untuk mengetahui motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa dalam pembelajaran LC materi ekosistem.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dipandang perlu diadakan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle terhadap motivasi belajar siswa pada materi ekosistem di SMA Teuku Umar Semarang ”.

B.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi ekosistem di SMA Teuku Umar Semarang?”

C.

Penegasan Istilah

Penegasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul dan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada pembaca.

1. Learning Cycle(Siklus Belajar)

Model yang diimplementasikan ini terdiri atas lima fase sesuai dengan konsep Pearson (2008).

Fase-fase Siklus Belajar (Learning Cycle) pada materi ekosistem di kelas X SMA Teuku Umar sebagai berikut.

a. Fase Pendahuluan (Engagement)

(15)

b. Fase Eksplorasi (Exploration)

Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun kelompok tanpa instruksi secara langsung dari guru melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat suatu kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

c. Fase Penjelasan (Explanation)

Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru menjelaskan konsep yang dipahaminya dan menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya, serta dapat memperkenalkan istilah-istilah baru yang belum diketahui siswa.

d. Fase Penerapan Konsep (Elaboration)

Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Kegiatan fase ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui.

e. Fase Evaluasi (Evaluation)

Ada dua hal yang ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk pembelajaran pada konsep berikutnya.

2. Motivasi Belajar

(16)

3. Materi ekosistem

Materi ekosistem adalah salah satu materi pokok pelajaran biologi pada KTSP, diajarkan di Sekolah Menengah Atas pada semester genap dengan standar kompetensi yang harus dicapai. Standar kompetensi dalam materi ekosistem adalah Standar Kompetensi 4 : “Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan”.

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk “Meningkatakan motivasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle pada materi ekosistem di SMA Teuku Umar”.

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Memberikan suatu alternatif pembelajaran bagi guru dalam pembelajaran Biologi khususnya materi ekosistem.

(17)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A.

Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Mata Pelajaran Biologi

a. Pengertian

Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai tanggung jawab sebagai seorang warga negara yang bertanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Nio, dkk 2001). b. Karakteristik pembelajaran Biologi

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode ilmiah. Nash dalam Rianto (2004) menyebutkan science is a way of looking at the world, berarti IPA dipandang sebagai suatu cara berfikir dengan cermat, seksama dan lengkap terhadap alam semesta. Biologi merupakan bagian dari IPA yang mempelajari tentang kehidupan. Pendidikan IPA tidak hanya merupakan pengajaran fakta-fakta, tetapi juga pembentukan sikap dan pengenalan cara kerja ilmiah. Oleh karena itu bentuk pengajaran IPA harus menggunakan metode-metode yang mengandung pendekatan sains.

Nash dalam Rianto (2004) menyebutkan mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) masuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Pembelajaran Biologi memerlukan kegiatan penyelidikan / eksperimen sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah.

(18)

Interaksi antara siswa dengan lingkungannya merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan dalam pembelajaran Biologi. Pembelajaran Biologi diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena Biologi (Saptono 2003). Eratnya pelajaran dengan alam sekitar, membuat proses pembelajaran Biologi akan lebih menyenangkan apabila siswa diberikan kesempatan untuk melakukan pengamatan atau observasi sendiri pengetahuan yang ada dalam pelajaran Biologi.

Melakukan kegiatan belajar dengan menghafal bukanlah jalan yang terbaik bila dilaksanakan dalam proses belajar Biologi karena tujuan pembelajaran IPA secara umum adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, serta memiliki keterampilan proses. Menyimak ceramah dari guru hanya akan membuat siswa beranggapan bahwa banyaknya konsep, fakta, dan teori dalam pembelajaran Biologi hanya untuk dihafalkan saja. Siswa terbiasa terkungkung dalam situasi pembelajaran yang pasif akan memicu siswa belajar hanya dengan menghafal materi, kurang terangsang untuk menganalisis, memprediksi dan memecahkan masalah. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan bertahan lama dalam pikiran dan siswa akan lebih paham apabila siswa memperoleh pengetahuan secara langsung dan mandiri (Wirtha dan Rapi 2008).

c. Pendekatan Belajar Dalam Biologi

Lima pendekatan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar Biologi di kelas (Puskur 2001 dalam Saptono 2003).

1) Empat Pilar Pendidikan

Badan PBB UNESCO, mencanangkan salah satu pendekatan yang perlu digunakan dalam pembelajaran sains di kelas, yaitu ” learning to do (belajar melakukan), learning to know (belajar memahami), learning to be (belajar menerapkan), and learning to live together (belajar bersama lingkungan)”.

(19)

Pendekatan inkuiri sains adalah sesuatu yang sangat menantang dan melahirkan interaksi antara yang diyakini anak sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan metode eksplorasi untuk menurunkan dan mengetes gagasan-gagasan baru.

3) Konstruktivisme

Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi “contructivism” antara lain: diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua siswa mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang siswa untuk mempertajam gagasannya.

4) Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas)

Science, Environment, Technology, and Society (SETS) merupakan salah satu pendekatan terpadu yang melibatkan unsur ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan, dan masyarakat.

5) Pemecahan Masalah

Kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya merupakan kegiatan pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhannya. Atas dasar hal tersebut, sejak dini anak sudah mulai dilatih untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya agar memiliki kemampuan yang bermanfaat bagi kehidupan dewasanya.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Uno 2008).

(20)

belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. b. Motivasi Dalam Pembelajaran

Motivasi sangat diperlukan dalam pembelajaran, dengan motivasi siswa dapat menggerakkan aktivitas dan inisiatif, serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam pembelajaran (Sardiman 2007). Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Kebutuhan dalam konteks pembelajaran tersebut harus berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respon, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku. Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa (Sofa 2008).

Berdasarkan sumber penyebabnya motivasi dikategorikan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Sumber motivasi intrinsik adalah minat, kesenangan, kebutuhan yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan motivasi ekstrinsik sangat tergantung pada faktor luar sebagai konsekuensi perilaku. Guru dapat melakukan tindakan atau kegiatan untuk mengubah motivasi siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

(21)

Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antar pribadi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/ intelektual dan kemampuan sosial. Keterlibatan orang tua dalam belajar siswa sangat penting baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya (Sofa 2008).

c. Peran guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa

Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.Menurut Sutikno (2008), ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut.

1) Menjelaskan tujuan belajar pada siswa

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapai kepada siwa,

2) Hadiah

Pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi dan minat belajarnya meningkat,

3) Saingan / kompetensi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya,

4) Pujian

Pemberian pujian harus tepat sehingga bisa memberikan motivasi serta sekaligus akan membangkitkan harga diri siswa,

5) Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya,

(22)

7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik,

8) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok,

9) Menggunakan metode yang bervariasi, dan

10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d. Prinsip-prinsip motivasi yang diterapkan dalam proses pembelajaran

Menurut Trilukman (2007) prinsip-prinsip motivasi pada proses pembelajaran, sebagai berikut.

1) Attention (perhatian)

Perhatian siswa muncul karena didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin

tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan

perhatian selama proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dirangsang

melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada,

kontradiktif atau kompleks. Apabila elemen-elemen tersebut

dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulus

rasa ingin tahu siswa. Namun, perlu diperhatikan agar tidak

memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.

2) Relevance (relevensi)

Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran

dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Minat siswa akan terpelihara

apabila mereka menganggap bahwa yang dipelajari memenuhi

kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang

dipegang. Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga

kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural.

Motif nilai pribadi (personal motif value), menurut Clelland mencakup tiga hal, yaitu (a). kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement),

(b) kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), dan (c) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation).

Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam

(23)

keberhasilan lebih lanjut. Sedangkan nilai kultural yaitu apabila tujuan yang

ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelpmpok

yang diacu siswa, seperti orang tua, teman, dan sebagainya.

3) Confidence (Percaya diri)

Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat

berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku

dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan

meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali

dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat

memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan

selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk

mengerjakan tugas berikutnya.

4) Satisfaction (kepuasan)

Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan

kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh

konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar

individu. Untuk meningkatkan dan memelihara minat belajar siswa,

dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.

Selain hal-hal diatas, menurut Manzilatusifa (2009) untuk

menumbuhkan motivasi belajar adalah melalui prinsip-prinsip motivasi.

Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu, oleh karena itu guru memberikan

penguatan bahwa siswa pasti bisa. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar

adalah sebagai berikut.

a) Kebermaknaan. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan

dan materi belajar dirasa bermakna bagi dirinya yang terkait dengan

bakat, pengetahuan, dan tata nilai siswa.

b) Pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Siswa akan menggunakan

pengetahuan awalnya untuk menafsirkan informasi dan

(24)

pengetahuan awal siswa untuk dikaitkan dengan bahan yang akan

dipelajarinya.

c) Model. Siswa akan menguasai keterampilan baru dengan baik jika

guru memberikan contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.

d) Komunikasi terbuka. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika

penyampaian dilakukan secara terstuktur sesuai dengan tingkat

perkembangan kognitif siswa.

e) Keaslian dan tugas yang menantang. Siswa akan termotivasi untuk

belajar jika mereka disediakan materi, kegiatan baru atau gagasan

murni/ asli (novelty) dan berbeda yang akan menambah konsentrasi siswa pada pembelajaran. Hal ini berpengaruh pada pencapaian hasil

belajar.

f) Latihan yang tepat dan aktif. Siswa akan dapat menguasai materi

pembelajaran dengan efektif jika pembelajaran yang diberikan sesuai

dengan kemamapuan siswa.

g) Penilaian tugas. Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang

efektif jika tugas dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu

panjang.

h) Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan. Siswa akan belajar

dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan,

nyaman dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan siswa.

i) Keragaman pendekatan. Siswa akan belajar jika mereka diberi

kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan

dan strategi belajar.

j) Mengembangkan beragam kemampuan. Siswa akan belajar secara

optimal jika pelajaran disajikan dapat mengembangkan berbagai

kemampuan. Sekolah perlu menyediakan berbagai pengalaman

belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang.

k) Melibatkan sebanyak mungkin indera. Siswa akan menguasai hasil

(25)

menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan

isi pembelajaran.

l) Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar. Siswa akan lebih

menguasai materi pembelajaran jika pengalaman belajar diatur agar

siswa mempunyai kesempatan untuk membuat suatu refleksi

penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dipelajari.

e. Meningkatakan motivasi belajar siswa

Motivasi belajar siswa baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sangat

diperluan untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep dalam

pembelajaran. Menurut Wuruwu (2006), meningkatkan motivasi intrinik siswa

untuk belajar sangat perlu dilakukan, yakni dengan membangkitkan keinginan

untuk mengerti dalam diri siswa, keinginan untuk menghubungkan-hubungkan

ide, mencari informasi tambahan, keinginan untuk membaca buku, keinginan

untuk berdiskusi demi gagasan yang lebih baik. Jika siswa hanya memiliki

motivasi ekstrinsik seperti: belajar demi ujian, belajar asal selesai, maka setelah

ujian semua ide dilupakan.

Tugas guru adalah mebantu siswa untuk pelan-pelan mengembangkan/

meningkatkan motivasi ekstrinsik menjadi intrinsik. Guru membantu siswa

untuk mencapai otonomi fungsional. Seperti contoh: siswa pergi berkebun. Jadi

mula-mula siswa menulis cerita demi tugas, tapi lama-lama menulis karena

senang, dengan demikian dia menjadi penulis. Sering tujuan yang baik dirusak

oleh pelaksana yang tidak sesuai dengan prinsip pendidikan. Strategi meberi

pujian Biggs (1987) dalam Wuruwu (2006) bisa mengarahkan seseorang pada

motivasi eksternal atau motivasi internal. Pujian yang diberikan guru seperti “

hebat bisa menang “, dan sebagainya artinya siswa ini diarahkan pada motivasi

ekstrinsik, karena yang dipuji adalah kehebatanya (aspek luar) dan bukan

karena proses belajarnya hingga dia berhasil (intrinsk). Seringkali pujian

bertujuan membuat orang lain senang (ekstrinsik). Sehingga tingkah lakunya

yang baik tidak dilihat dari motivasi intrinsiknya, melainkan menyenagkan

(26)

Menurut Shaffat (2009), siswa seringkali belajar tentang materi atau

pelajaran yang mereka kuasai atau senangi saja. Hal ini membuat siswa tidak

termotivasi untuk mempelajari materi atau pelajaran lain, padahal semua materi

atau pelajaran harus mereka kuasai guna mendapatan hasil belajar dan

pengetahuan pemahaman konsep. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

pada materi atau pelajaran yang mereka tidak sukai maka diperlukan dorongan

yang kuat baik dari diri siswa dan lingkungan. Usaha untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa sebagai berikut.

1) Hendaklah siswa diberikan pengertian bahwa materi pelajaran saling

berhubugan. Informasi dari suatu materi mungkin dapat memecahkan

masalah bagi materi pelajaran lainnya, sehingga pengetahuan siswa akan

lebih luas.

2) Siswa diajak untuk mengerti tentang faedah atau makna dari materi yang ia

pelajari. Hendaklah siswa diajak untuk mengerti bahwa materi pelajaran atau

pelajaran yang ia pelajari akan berguna bagi kehdupannya baik sekarang

atau di masa mendatang, misalnya untuk bekerja.

3) Motivasi belajar akan meningkat jika siswa merasa mampu menjawab

pertanyaan yang dibrikan atau menyelesaikan tugas. Jika siswa tidak bisa

menjawab atau menyelesaikan tugas karena tidak mngusai materi atau

pelajaran siswa tida akan tetarik pada materi atau pelajaran tesebut. Untuk

itu perlu kerja sama dari guru untuk memberikn pembeljaran yang menarik

dan mudah dimegerti siswa. Perhatian guru sangat penting erhadap

meningkatnya motivasi belajar siswa saah satuya gru harus menanyakan

pada siswa apakah mereka sudah paham atau dberikan pertanyaan umpan

balik untk mengetaui kemampuan siswa, degan demikian motivasi beajar

siswa kan meningkat.

Meningkatkan motivasi dalam penelitian ini merupakan usaha membuat

motivasai belajar siswa yang sudah ada dari dalam diri siswa diberikan

rangsangan dengan model pembelajaran agar menjadi meningkat menjadi

tinggi sampai dengan sangat tinggi. Motivasi belajar siswa dapat dilihat pada

(27)

3. Learning Cycle (Siklus Belajar)

Learning Cycle (siklus belajar) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasikan sehingga siswa dapat menguasai

kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan cara berperan

aktif. Menurut Karplus dan Their dalam Renner et al (1988) LC pada mulanya terdiri dari fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept applications).

Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan

alat inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan

melalui kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan

fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lainnya.

Kegiatan ini diharapakan menimbulkan ketidakseimbangan struktur mental

siswa (cognitive disequilibrium), yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar

tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan tersebut sekaligus

merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya,

pengenalan konsep.

Pada fase pengenalan konsep diharapakan terjadi proses menuju

keseimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep

yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar

seperti berdiskusi. Pada tahap ini siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan

dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada fase terakhir, yakni

aplikasi konsep, siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui

kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan masalah yang nyata dan berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut.

Penerapan konsep dapat meningkatakan pemahaman konsep dan

motivasi belajar siswa, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep

yang mereka pelajari. Penerapan LC dalam pembelajaran menempatkan guru

(28)

mulai dari perencanaan (pengembangan perangkat pembelajaran), pelaksanaan

(terutama pemberian pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) sampai

evaluasi. Efektivitas penerapan LC biasanya diukur melalui observasi proses

dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan minat belajar belum memuaskan

harus sudah mengantisipasi kelemahan LC (Rahayu, 2005).

Learning Cycle tiga fase ini telah dikembangakan dan disempurnakan

menjadi 5 dan 6 fase. Pada LC 5 fase, ditambahakan engagement sebelumnya

exploration dan ditambah pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus belajar. Pada model ini tahap concept introduction dan concept application

masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 fase sering disebut LC 5E (Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation) (Lorbasch 2002). Pada LC 6 fase, ditambahkan tahap identifikasi tujuan pembelajaran pada awal kegiatan (Johnston dalam

Iskandar 2005).

Menurut Dasna dan Fajaroh (2009) tahapan dalam LC adalah tiga

tahapan pembelajaran. Tahap engagement bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan cara mengeksplor

pengetahuan awal dan ide-ide siswa, serta untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya miskonsepsi pada pengetahuan awal siswa. Dalam fase engagement

ini motivasi dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang materi yang akan dipelajari berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat

prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam

tahap ekplorasi.

Pada fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama

dalam kelompok-kelomok kecil tanpa pengajaran guru untuk menguji

prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide melalui kegiatan

seperti praktikum. Pada fase explaination, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dari

klarifikasi penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap

(29)

Pada fase elaboration (extention), siswa menerapakan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan praktikum lanjutan. Pada

tahap akhir, evaluation dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau

kompetensi siswa. Berdasarkan tahapan dalam model pembelajaran Learning Cycle diatas diharapkan siswa tidak hanya mendengarkan keterangan dari guru tetapi juga dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman

mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari.

Kelebihan model LC dalam penelitian ini adalah:

a) Sangat sesuai diterapkan pada materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mudah dipraktekkan dan dapat diajarkan dengan metode inkuiri sains.

b) Dapat membangkitkan budaya membaca pada siswa. c) Dapat melatih siswa untuk menemukan konsep sendiri.

d) Mampu meningkatan motivasi belajar siswa menjadi sangat tinggi. Kelemahan model LC dalam penelitian ini antara lain:

a) Model LC membutuhkan waktu lebih lama dalam pembelajaran dibandingkan dengan metode konvensional.

b) Model LC sulit diterapkan pada materi yang sulit dipahami dan jarang ditemukan di kehidupan sehari-hari, misalnya materi unsur dan senyawa.

4. Meningkatkan Motivasi Belajar dengan Model Pembelajaran Learning Cycle

Menurut Sya’adah (2009) hasil penelitian pada mata pelajaran bahasa

indonesia menunjukkan ada peningkatan minat dan motivasi siswa pada tahap

berbicara, peningkatan tersebut dapat dilihat dari pemerolehan skor siswa.

Pada pertemuan 1, rata-rata siswa kurang mampu menyampaikan gagasan

dengan tepat, baik itu dari segi kelancaran, intonasi ketepatan diksi, dan

ketepatan ekspresi. Sebanyak 85% siswa kurang mampu berbicara dengan

(30)

gagasannya dengan tepat. Akan tetapi, setelah pertemuan kedua siklus 1,

siswa mulai mengalami peningkatan, baik itu dari segi kelancaran, intonasi,

ketepatan diksi dan ketepatan ekspresi, yakni sebanyak 75% dari keseluruhan

siswa yang berjumlah 34 orang. Pada siklus selanjutnya siswa semakin

mampu berbicara dengan teknik berbicara yang tepat. Berdasarkan hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan 5 fase dapat meningkatkan

minat berbicara siswa kelas X SMA Islam pada matapelajaran Bahasa

Indonesia.

Pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle juga

meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia, berdasarkan hasil

penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMUN Tumpang pada

semester genap tahun ajaran 2002/2003 mengalami peningkatan dengan

pembelajaran berstruktur tiga fase pembelajaran. Pada konsep zat aditif

dalam bahan makanan terjai peningkatan kualitas belajar siswa yang

berdampak pada hasil belajar siswa, dan kesimpulan dari penelitian ini

adalah pelajaran kimia yang terlihat rumit dapat membangkitkan minat

belajar siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle (Fajaroh 2004).

Meningkatnya minat belajar siswa pada mata pelajaran kimia dengan

model pembelajaran Learning Cycle juga dapat dilihat dari hasil penelitian

Aini (2004) adanya penigkatan minat belajar siswa pada pengembangan

bahan ajar minyak bumi sebesar 100% dari tahun lalu 87% siswa Sekolah

Menengah Atas.

(31)

pemahaman siswa terhadap konsep komponen ekosistem dengan persentase 100%.

5. Materi Ekosistem

Mata pelajaran Ekosistem merupakan materi kelas X semester genap pada BAB IX dan merupakan materi dengan banyak karakteristik, juga bisa digunakan untuk upaya melestarikan lingkungan karena pada materi ekosistem terdapat kompetensi dasar tentang mendaur ulang limbah. Dari kompetensi dasar tersebut bisa dijadikan beberapa indikator yang melatih siswa untuk peduli terhadap lingkungan selain mempelajari tentang komponen ekosistem, peranan dan siklus bigeokimia didalamnya.

Menurut tim MGMP Biologi se kota Semarang dalam Selektif X SMA, ekosistem adalah interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan yang ada di dalamnya, yang disebut komponen ekosistem. Komponen ekosistem ada dua yaitu komponen biotik dan abiotik.

a. Komponen biotik adalah komponen berbagai jenis makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem. Setiap makhluk hidup mempunyai fungsi dan tugas berbeda-beda dalam lingkungannya yaitu :

1). Produsen,

2). Konsumen berdasarkan cara memperoleh makanannya ada 3 : a) Herbivora

b) Karnivora c) Omnivora, 3). Dekomposer, dan 4). Detrivor

b. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak secara langsung terkait pada keberadaan makhluk hidup tertentu.

(32)

4). kelemababan 5). angin

6). pH

Dalam prosesnya ekosistem terdapat daur biogeokimia yang meliputi daur air, daur karbon, daur nitrogen, daur sulfur, dan daur fosfor.

B.

Kerangka berpikir dan Hipotesis

Kerangka Berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Identifikasi masalah:

¾ Menurut guru ada indikasi motivasi belajar siswa yang kurang

dikarenakan materi ekosistem bagi siswa dianggap sulit untuk dipelajari

¾ Belum ada variasi model pembelajaran yang dapat menarik

perhatian siswa sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa

¾ Belum ada variasi model pembelajaran pada materi ekosistem,

guru dalam menyampaikan materi kurang mengaktifkan siswa

Motivasi belajar sangat tinggi, akan berdampak pada hasil belajar siswa tinggi dan tujuan belajar mengajar dapat tercapai

Model Pembelajaran Learning Cycle

Suasana pembelajaran menyenangkan, motivasi belajar meningkat, hasil belajar siswa meningkat dan

keterampilan sains siswa terlatih.(Dasna dan Fajaroh 2009)

Motivasi belajar siswa kurang

Hasil belajar siswa menjadi rendah(jelek)

(33)
(34)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Teuku Umar Semarang yang merupakan sekolah swasta berstatus lembaga pendidikan disamakan, pada semester genap kelas X tahun ajaran 2008/2009.

B.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Teuku Umar Semarang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas X1 dengan kondisi akademik tinggi, X2 kondisi akademik sedang, dan X3 dengan kondisi kademik kurang.

C.

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran Learning Cycle.

2. Variabel bergantung

Dalam penelitian ini variabel bergantungnya adalah motivasi belajar siswa kelas X semester II SMA Teuku Umar Semarang

3. Variabel kendali

Variabel kendalinya adalah Guru, RPP, sarana dan prasarana dalam pembelajaran.

4. Variabel Rambang

(35)

D.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental (Pre Experimental Design) atau quasi eksperimen dengan menggunakan rancangan The one-shot Case Study, yakni menggunakan perlakuan tertentu terhadap satu kelompok subyek kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel bergantung. Rancangan tersebut dapat disajikan pada tabel dibawah ini (Sudjana 2007).

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Kelompok Variabel bebas Variabel bergantung (perlakuan) (hasil pengukuran) E X Y

Keterangan :

E = kelompok eksperimen dengan motivasi belajar siswa yang rendah (kelas X1, X2, X3)

X = perlakuan (penerapan model pembelajaran Learning Cycle) Y = motivasi belajar siswa setelah diberi perlakuan

E.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan penelitian

Tahap awal penelitian, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Melakukan observasi awal untuk identifikasi masalah melalui observasi kegiatan pembelajaran di kelas, wawancara dengan guru dan siswa. b. Peneliti bersama dengan guru menetapkan langkah-langkah yang akan

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. 2. Perencanaan penelitian

(36)

Silabus, RPP, LKS, soal uji coba, Angket motivsi belajar siswa, Lembar observasi keaktifan siswa, Angket tanggapan siswa.

a. Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP)

Penyusunan RPP dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran materi ekosistem dengan memperhatikan langkah-langkah strategis yang dapat diterapkan guru.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS disusun untuk untuk melengkapi RPP. LKS yang disusun mempertimbangkan Student Centered Activities, dengan menetapkan langkah-langkah yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari.

c. Membuat angket motivasi belajar siswa

Angket motivasi belajar ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, serta pada saat pembelajaran Biologi.

d. Lembar Observasi

Lembar observasi meliputi lembar observasi aktivitas siswa dalam pengamatan langsung, lembar observasi aktivitas siswa dalam diskusi, lembar observasi aktivitas siswa dalam percobaan, lembar observasi siswa dalam pembelajaran, lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran. e. Membuat lembar penilaian (rubrik)

Lembar penilaian rubrik dibuat berdasarkan lembar observasi yang diperlukan dalam penelitian seperti rubrik untuk aktivitas siswa, rubrik kinerja guru dalam pembelajaran, rubrik kinerja siswa dalam diskusi, pengamatan, dan percobaan.

f. Membuat soal tes

(37)

3. Tahap-tahap penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Teuku Umar Semarang pada siswa kelas

X1, X2, dan X3. Penelitian dilakukan dalam 6 jam pelajaran yang terdiri dari 3 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan disusun dalam suatu rencana pembelajaran yang telah dibuat. Secara singkat kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Memberikan angket motivasi belajar awal, untuk mengetahui seberapa besar motivasi awal sebelum pembelajaran Learning Cycle.

b. Melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.

c. Melaksanakan penilaian/ evaluasi baik selama proses pembelajaran maupun produknya.

d. Memberikan angket motivasi akhir, untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa sesudah pembelajaran Learning Cycle.

4. Pengambilan data

Setelah melakukan persiapan penelitian dan pengujian instrumen, kemudian mengambil data yang berupa hasil tes siswa (evaluasi) untuk mendukung data angket motivasi belajar siswa, hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran,dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran Learning Cycle.

F.

Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber data : sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru.

(38)

e. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle sebagai data pendukung

3. Cara pengambilan data a. Metode Kuesioner

Metode kuesioner ini berupa angket motivasi belajar siswa yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran Learning Cycle.

b. Metode Observasi

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data aktivitas siswa dan lembar kinerja guru selama proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan sebagai data pendukung terhadap motivasi belajar siswa

c. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle sehingga dapat dijadikan sebagai data pendukung terhadap motivasi belajar siswa.

G.

Metode Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. 1. Data hasil angket motivasi belajar siswa sebelum dan setelah pembelajaran

Learning Cycle diolah dengan pemberian skor pada setiap item. Skor = jumlah item option angket X jumlah siswa

Rata – rata skor motivasi kelas =

kelas tiap siswa jumlah

kelas motivasi skor

jumlah

Keterangan

Kriteria skor ditentukan sesuai dengan skor tiap item dan jumlah aspek yang diberikan.

Kriteria motivasi belajar masing-masing siswa dari skor angket motivasi = Jumlah Skor angket : motivasi belajar siswa dalam kelas sangat tinggi 65 – 80 : motivasi sangat tinggi

(39)

17 – 32 : motivasi kurang 1 – 16 : tidak ada motivasi

2. Data aktivitas siswa yang meliputi aktivitas siswa dalam pembelajaran, dalam diskusi kelompok, dalam presentasi hasil diskusi, pengamatan lingkungan, dan dalam percobaan diolah dengan pemberian skor pada setiap item. Skor pada item perlu diubah dalam bentuk nilai. Penentuan nilai digunakan skala 5 (Ridlo 2005). Untuk menentukan nilai hasil konversi, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Mencari skor maksimal ideal (SMI), yaitu skor yang dicapai apabila semua item dapat dijawab dengan benar yaitu dengan menghitung jumlah item yang diberikan kali bobot item.

b. Membuat pedoman konversi, yaitu : Tabel 2 . Pedoman konversi skala 5 aktivitas siswa

No. Tingkat penguasaan Batas atas Batas bawah Nilai Kriteria

1. 85% - 100% 100% x SMI 85% x SMI A Sangat aktif

2. 70% - 84% 84% x SMI 70% x SMI B Aktif

3. 60% - 69% 69% x SMI 60% x SMI C Cukup aktif

4. 50% - 59% 59% x SMI 50% x SMI D Kurang aktif

5. < 50% 50% x SMI < 50% xSMI E Tidak aktif

3. Data hasil belajar

Data nilai hasil belajar siswa

Nilai akhir ditentukan berdasarkan dari hasil belajar siswa dengan rumus : (Arikunto 2002)

Skor = 100% N

B

x

Keterangan :

B : banyaknya butir yang dijawab benar N : banyaknya butir soal

(40)

P = 100% n

ni

x ∑ ∑

Keterangan :

P : Ketuntasan belajar klasikal

ni : Jumlah siswa yang tuntas secara individu (nilai ≥ 65)

n : Jumlah total siswa

Persentase kelulusan klasikal dengan parameter sebagai berikut : 0% - 20% = jelek

21% - 40% = kurang 41% - 60% = cukup 61% - 80% = baik

81% - 100% = sangat baik

4. Analisis data angket mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Learning Cycle dianalisis menggunakan skala linkert untuk mengetahui nilai persetujuan angket. Dalam penelitian ini angket yang digunakan mempunyai jawaban ya atau tidak.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

% 100 maksimal

skor jumlah

LC an pembelajar mendukung

yang skor

jumlah ×

= n persetujua Persentase

Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :

Skor Maksimal = jawaban skor positif kali jumlah siswa tiap kelas Skor < 50% : Jelek

Skor 50% - 59% : Kurang Skor 60% - 69% : Cukup baik Skor 70% - 84% : Baik

(41)

5. Data kinerja guru

Data kinerja guru dianalisis dengan teknik diskriptif kuantitatif dengan prosentase.

Keterangan : Skor = n

Persentase kinerja guru = x 100%

n = jumlah aspek kinerja guru yang dilakukan dalam pembelajaran N = Jumlah total aspek kegiatan guru yang diamati.

Kategori persentase kinerja guru: Skor < 50% : Jelek Skor 50% - 59% : Kurang Skor 60% - 69% : Cukup baik Skor 70% - 84% : Baik

Skor 85% - 100% : Sangat baik

(42)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengungkapkan hubungan antara motivasi belajar siswa dengan nilai hasil belajar siswa, melalui aktivitas siswa dalam pembelajaran pada materi ekosistem. Hasil yang diperoleh berupa: skor motivasi belajar siswa yang didapat dengan angket motivasi belajar awal dan akhir setelah pembelajaran Learning Cycle, data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dengan observasi dan laporan kegiatan pembelajaran, jawaban angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran, dan skor maksimal kinerja guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa serta tanggapan guru Biologi (jawaban wawancara). Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan:

1. Analisis data motivasi belajar siswa dari angket.

Ringkasan hasil dari analisis data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisis rata-rata skor motivasi belajar siswa awal dan akhir dengan model pembelajaran Learning Cycle di SMA Teuku Umar Semarang berdasarkan hasil angket.

*Data selengkapnya pada lampiran 11,12,13.

Keterangan :

Belum : siswa belum pernah diajarkan dengan model pemeblajaran LC pada materi ekosistem sebelumnya oleh guru

Sudah : siswa sudah pernah diajarkan dengan model pembelajaran LC pada materi ekosistem sebelumnya oleh guru

Rata-rata Skor Motivasi Awal : Skor motivasi belajar siswa sebelum pembelajaran Learning Cycle dibagi jumlah siswa tiap kelas

Rata-rata Skor Motivasi Akhir : Skor motivasi belajar siswa setelah pembelajaran Learning Cycle dibagi jumlah siswa tiap kelas

No. Siswa kelas

Rata-rata skor motivasi awal

Kriteria Rata-rata skor

motivasi akhir

Kriteria

1 X.1 63 Tinggi(belum) 70,23 Motivasi sangat tinggi

2 X.2 61 Tinggi (sudah) 70 Motivasi sangat tinggi

(43)

Skor motivasi maksimal : 80 skor

Berdasarkan Tabel 3 diketahui semua siswa memiliki motivasi belajar sangat tinggi. Siswa kelas X.1 memperoleh rata-rata skor sebelum dan sesudah pembelajaran Learning Cycle berturut-turut sebesar 63 dan 70,23 dengan motivasi belajar sangat tinggi, siswa kelas X.2 dan X.3 yang mengulang materi ekosistem sebagian yang sebelumnya sudah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LC memperoleh rata-rata skor meningkat berturut-turut sebesar 61dan 60 manjadi 70 dan 71 setelah pembelajaran motivasi belajar sangat tinggi.

2. Analisis aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle untuk mengetahui motivasi belajar siswa.

a. Hasil observasi

Ringkasan hasil dari analisis data rata-rata aktivitas belajar siswa yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dari kerja kelompok melalui diskusi, presentasi, pengamatan, dan melakukan percobaan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Data rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran Learning Cycle

*Data selengkapnya disajikan pada lampiran 26, 27, 28.

Keterangan :

Skor maksimal pengamatan : 20 Skor maksimal diskusi : 24 Skor maksimal presentasi : 20 Skor maksimal percobaan : 40 Skor maksimal pembelajaran : 40

Siswa kelas

Rata-rata skor aktivitas belajar siswa

pengamatan diskusi presentasi percobaan pembelajaran

X.1 18 21 18 36,47 30

X.2 18 21,4 17,5 34,04 33

X.3 17,8 19 18,6 33,4 32

Kriteria Sangat Aktif Sangat Aktif Sangat Aktif Aktif Aktif

(44)

Rata-rata skor aktivitas belajar maksimal : Jumlah skor perolehan semua aktivitas siswa dalam pembelajaran.

b. Hasil laporan

Ringkasan hasil dari analisis data rata-rata hasil aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle melalui laporan hasil diskusi dan LKS, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data rata-rata skor laporan hasil aktivitas belajar siswa. Siswa

kelas

Rata-rata skor laporan aktivitas belajar siswa

Laporan hasil diskusi Laporan LKS

X.1 9,5 92

X.2 9,8 95,8

X.3 8,4 90,4

Kriteria Aktif Sangat Aktif

*Data selengkapnya disajikan pada lampiran 26, 27, 28.

Keterangan :

Nilai maksimal laporan hasil diskusi : 10 Nilai maksimal LKS : 100

Berdasarkan Tabel 5 nilai maksimal ketiga kelas hampir seimbang, namun pada kelas X.3 lebih rendah diantara kelas lainnya.

c. Analisis data tanggapan siswa

Pendapat siswa kelas sampel mengenai penerapan model pembelajaran Learning Cycle yang dilihat dari tanggapan siswa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil angket tanggapan siswa untuk mengetahui pendapat siswa tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle pada materi ekosistem.

No. Pertanyaan Kelas X.1 Kelas X. 2 Kelas X. 3

YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK

1. Apakah kamu tahu tentang model

pembelajaran Learning Cycle? 17 0 22 0 22 1

2.

Apakah suasana pembelajaran materi ekosistem dengan model pembelajaran Learning Cycle yang diterapkan menyenangkan ?

17 0 22 0 20 3

(45)

*Data selengkapnya disajikan pada lampiran 31

Keterangan :

Ya : menyetujui model LC pada materi ekosistem Tidak : tidak menyetujui model LC pada materi ekosistem

Persenatse tanggapan maksimal mendukung model pembelajaran : 100% siswa dalam kelas menjawab positif (13 X jumlah siswa dalam kelas = 100%). pembelajaran Learning Cycle ?

4. Apakah guru sudah menghubungkan materi

dengan peristiwa yang terkait ? 17 0 19 3 23 0

5.

Apakah guru sudah menumbuhkan motivasi belajar kamu untuk menggunakan alat indera dalam pembelajaran ?

15 2 22 0 20 3

6.

Apakah pelajaran materi ekosistem dengan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar kamu di kelas ?

15 2 20 2 19 4

7.

Apakah guru sudah melibatkan aspek berfikir luas, diskusi, pengamatan langsung, dan percobaan dalam pembelajaran ekosistem ?

17 0 21 1 18 5

8.

Apakah guru sudah menumbuhkan motivasi kamu untuk dapat mengamati dan mencoba segala hal dalam pembelajaran ?

17 0 22 0 23 0

9. Apakah kamu senang dengan media dan

metode yang digunakan guru ? 17 0 22 0 22 1

10. Apakah kamu menyukai pendekatan

pembelajaran seperti ini Learning Cycle? 16 1 20 2 20 2

11.

Apakah kamu dapat mudah menerima pelajaran yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle ?

17 0 21 1 21 2

12.

Apakah kamu mengalami kesulitan saat pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle ?

2 15 0 22 3 20

13.

Apakah dengan adanya bahan ajar ini bisa memberikan solusi permasalahan belajar dan kesaulitan dalam pemahaman materi ?

13 4 20 2 21 2

SKOR PERSETUJUAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 196 25 248 38 254 44

(46)

Tabel 6 didapatkan semua siswa menjawab tanggapan sangat baik terhadap penerapan model pembelajaran Learning Cycle untuk materi ekosistem.

3. Data penelitian hasil belajar siswa berupa nilai tes dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil analisis data hasil belajar siswa pada materi ekosistem dengan model pembelajaran Learning Cycle dari nilai post tes.

Kelas Nilai rata-rata kelas

Persentase

ketuntasan kelas Kriteria

X.1 76 94% Sangat Baik

X.2 81,6 91% Sangat Baik

X.3 75,7 87% Sangat Baik

*Data selengkapnya disajikan pada lampiran 39,40,41.

Keterangan :

Nilai Rata-rata kelas : Jumlah skor yang benar dibagi jumlah siswa tiap kelas. Persentase Ketuntasan kelas : Jumlah siswa yang tuntas (nilai ≥ 65) dibagi

jumlah siswa tiap kelas.

Perolehan nilai rata-rata hasil belajar materi ekosistem pembelajaran Learning Cycle dapat dilihat pada Tabel 7 semua kelas dinyatakan tuntas dengan sangat baik.

4. a. Analisis data kinerja guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Ringkasan hasil analisis data kinerja guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil analisis data kinerja guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMA Teuku Umar Semarang berdasarkan hasil observasi.

No.

Siswa kelas

Skor yang diperoleh guru

Persentase kinerja guru dalam kelas

Kriteria kinerja guru

1 X.1 42 90% Sangat Baik

2 X.2 48 80% Baik

(47)

*Data selengkapnya disajikan pada lampiran 3.

Keterangan :

Skor Maksimal kinerja guru dalam kelas : 60 dengan kinerja 100%.

Berdasarkan Tabel 8 diketahui guru telah memiliki kemampuan meningkatkan motivasi belajar siswa yang baik. Hal ini dapat dilihat pada kinerja guru di kelas X.1, X.2, dan X.3 berturut-turut adalah sebesar 42 dengan kinerja guru sangat baik, 48 kinerja guru baik, 42 kinerja guru baik.

b. Analisis data hasil wawancara guru biologi SMA Teuku Umar Semarang terhadap model pembelajaran Learning Cycle dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 hasil wawancara dengan guru Biologi SMA Teuku Umar Semarang, mengenai model pemeblajaran Learning Cycle terhadap motivasi belajar siswa kelas X.

Pertanyaan Jawaban Responden

(guru biologi SMA teuku Umar) 1. Bagaimana pendapat ibu tentang

model pembelajaran Learning Cycle ?

Bagus karena dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran 2. Menurut ibu, apakah model

pembelajaran Learning Cycle ini, sesuai dengan kemampuan siswa dalam memahami materi ekosistem ?

Ya, Sudah sesuai dengan materi yang ada pada ekosistem

3. Menurut ibu, apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle mengalami kesulitan ?

Tidak, karena langkah-langkah pembelajarannya mudah dipahami

4. Menurut ibu, apa kelemahan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle ?

Waktu pembelajarannya kurang.

5. Menurut ibu, bagaimana motivasi siswa, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle ?

Motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa meningkat, dan memudahkan saya dalam menggunakan model pembelajaran untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa.

(48)

model pembelajaran Learning Cycle dalam proses belajar mengajar ?

menerapkan untuk materi lainnya.

*Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29.

Keterangan :

Pertanyaan diajukan oleh observer (peneliti) kepada responden (guru Biologi kelas X SMA Teuku Umar Semarang).

B.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran motivasi siswa diawal sebelum dan sesudah pembelajaran Learning Cycle mengalami peningkatan persentase tiap kelas. Hal ini dikarenakan kegiatan dalam pembelajaran Learning Cycle menarik bagi siswa, selain siswa dapat menemukan konsep sendiri dengan pengamatan lapangan secara langsung. Faktor guru juga berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Penelitian di lapangan dengan guru melakukan aspek kegiatan belajar lebih banyak maka hasil skor motivasi belajar dan aktivitas lebih tinggi, dibanding guru yang hanya melakukan sedikit aspek dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutikno (2008), peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.

1. Pembahasan motivasi belajar

(49)

menjadi 70 dan 71 sesudah pembelajaran. Pada kelas X.2 dan X.3 sebelumnya sudah diberikan materi ekosistem dengan model LC oleh guru sehingga pada penelitian ini motivasi awal siswa sudah tinggi karena sebgian materi yang sudah diajarkan oleh guru diulang kembali, akan tetapi motivasi belajar siswa tetap tinggi. Hal ini dikarenakan siswa mempunyai rasa ingin tahu, dan minat belajar dalam diri (motivasi intrinsik) siswa yang tinggi

Menurut Manzilatusifa (2009), untuk menumbuhkan motivasi belajar dapat menerapkan prinsip-prinsip motivasi. Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu, oleh karena itu guru dapat memanfaatkan rasa ingin tahu siswa. Prinsip-prinsip motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kebermaknaan, pengetahuan, komunikasi terbuka, latihan yang tepat dan aktif, kondisi yang menyenangkan, menyeimbangkan pengalaman belajar siswa, mengembangkan seluruh kemampuan siswa dengan semua indera yang dimiliki siswa. Motivasi belajar dalam penelitian ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Sebelum diberikan model pembelajaran Learning Cycle motivasi belajar siswa kurang, sehingga siswa tidak fokus dalam belajar dan mendengar penjelasan guru, yang berdampak suasana kelas menjadi gaduh. Guru dalam pembelajaran kurang dapat mengelola kelas karena kegiatan belajar masih didominasi guru sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Motivasi belajar siswa meningkat setelah diberikan pembelajaran Learning Cycle. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan prosedur dalam pembelajaran membuat siswa merasa lebih mudah memahami konsep demikian juga guru mudah mengelola kelas.

Sesuai dengan penelitian Fajaroh (2004), yang dilakukan di SMUN Tumpang tahun ajaran 2002/2003 pembelajaran dengan Learning Cycle juga

meningkatkan motivasi dan hasil belajar, berdasarkan hasil penelitian ini

diperoleh bahwa pelajaran kimia yang terlihat rumit dapat membangkitkan

(50)

2. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar dalam hal ini dilakukan pada waktu yang berbeda. Kegiatan dalam aktivitas belajar ini digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan urutan tahapan aktivitas belajar dengan Learning Cycle yaitu, membaca dan diteruskan dengan pengamatan lingkungan sekolah, diskusi hasil pengamatan, presentasi hasil diskusi, percobaan untuk memperdalam pemahaman materi, dan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir.

Pengamatan lingkungan pada penelitian ini dilakukan setelah siswa membaca literatur atau bahan bacaan ekosistem dari guru sehingga siswa sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan dalam pengamatan sesuai LKS. Siswa dalam bekerja dibagi sesuai kelompok yang ditentukan oleh guru sesuai nomor absen. Skor rata-rata aktivitas pengamatan di kelas X.1, X.2, dan X.3 berturut-turut sebesar 18, 18, dan 17,8. Skor pengamatan yang diperoleh semua kelas hampir sama, tetapi pada kelas X.3 lebih rendah dikarenakan siswa kurang aktif sehingga laporan yang dibuat tidak sesuai dengan yang seharusnya, dan kurang jelas penulisannya dapat dlihat dari tanggapan siswa ada empat siswa yang merasa pembelajaran LC tidak meningkatkan keaktifan dan motivasi belajarnya..

Sama dengan penelitian Rodiah (2005) dengan metode pengamatan lingkungan secara langsung diperoleh hasil bahwa siswa memiliki kemampuan memperoleh nilai lebih tinggi melalui kegiatan lapangan dengan pengamatan langsung. Peningkatan hasil belajar dan minat belajar untuk penguasaan konsep komponen ekosistem secara keseluruhan adalah sebesar 0.47. Pengamatan langsung di lapangan juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep komponen ekosistem.

(51)

karena ada lima siswa yang merasa guru tidak melibatkan aspek berpikir pada diskusi. Sesuai fase eksplorasion dalam model pembelajaran Learning Cycle, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil

tanpa pengajaran guru untuk menguji prediksi, melak

Gambar

Tabel 1. Rancangan Penelitian
Tabel 2 . Pedoman konversi skala 5 aktivitas siswa
Tabel 3 Hasil analisis rata-rata skor motivasi belajar siswa awal dan akhir
Tabel 4 Data rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis aspek kognitif menurut TIMSS yang telah ditentukan pada soal-soal latihan matematika prosentase soal knowing (pengetahuan)

8 Setelah muncul Tab Saving Data, pada Save as Type kita pilih Personal Geodatabase feature classes, kemudian pada Look in kita pilih Featuredata Set ADMIN, kemudian

Guna melakukan pembuktian dokumen kualifikasi yang disampaikan oleh perusahan peserta lelang pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa ini, diharapkan perusahaan membawa

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan refleks fonem-fonem proto- Austronesia pada bahasa Jawa dialek Banyumas (BJDB) dan Tengger (BJDT), mendeskripsikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecakapan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba , Proporsi dewan komisaris independen tidak mampu memoderasi

Menunjuk Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan lslam Kementerian Agama Republik lndonesia Nomor 363 tahun 2017 tentang Panduan Penerbitan Nomor lnduk Siswa Madrasah

Penelitian ini berjudul Customer Service dan Citra BNI (Studi Korelasional Pengaruh pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan di Kalangan Nasabah Bank BNI

Jika banyaknya pohon pada setiap sisi taman adalah sama, tentukan banyaknya pohon pada setiap sisi taman.. Penanggalan bulan Februari 2015 sangat istimewa, karena