• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING

CYCLE5ETERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN

KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOKEKOSISTEM

(StudiEksperimenpadaSiswaKelasVII Semester Genap SMPTri Sukses Natar KabupatenLampung Selatan

TahunPelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh

DEWI OKTARIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tri Sukses Natar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

DEWI OKTARIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 09

Oktober 1990, yang merupakan anak kedua dari dua

bersaudara pasangan Bapak Sukhaimi, S.H. dan Ibu Benia

Reni, S.Pd. Penulis bertempat tinggal di Jalan Enau Blok E 4

No. 5 RT 27, Kelurahan Beringin Raya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar

Lampung.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Bayangkari Palapa (1995-1996),

SD Negeri 2 Palapa (1996-2002), SMP Negeri 1 Bandar Lampung (2002-2005),

SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis terdaftar

sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi sebagai Eksakta muda

Himasakta (2008-2009), Adiv Seni dan Kreativitas Himasakta (2009-2010).

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1

Tulang Bawang Tengah dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Mulya

Asri Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tahun 2011), dan penelitian pendidikan di

SMP Tri Sukses Natar Kab. Lampung Selatan untuk meraih gelar sarjana

(7)

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta kasihku kepada:

Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah mendidik dan membesarkanku

dengan penuh kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku,

mendukung langkahku menuju kesuksesan dan kebahagiaan.

Kakakku yang hadir untuk melengkapi suka duka hidupku.

(8)

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya

untuk Allah Rabb semesta Alam

.”

(QS.

Al An’am: 162

)

“Touch the rainbow not to show it to others but to color the

heart, mind, and soul within you.

(9)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9

2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen... 20

3. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 38

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan LC 5E ... 41

5. Guru menggali pengetahuan awal siswa ... 157

6. Siswa melakukan observasi di sawah sekitar sekolah ... 157

7. Siswa berdiskusi menganalisis hasil observasi ... 157

8. Siswa menjelaskan hasil analisis pengamatan ... 158

9. Siswa mengerjakan soal elaborasi ... 158

10.Guru menjelaskan sedikit materi ... 158

11.Guru membimbing siswa diskusi ... 159

12.Siswa mempresentasikan hasil diskusi... 159

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan

pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari

pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Oleh karena itu

pendidikan menjadi komponen yang sangat penting sehingga harus selalu

ditingkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu hingga tujuan pendidikan

nasional dapat diwujudkan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Bab II Pasal 3 tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas,

2003:3).

Tujuan pendidikan nasional tersebut harus dicapai secara bertingkat, dimulai

dari tujuan yang paling khusus sampai yang paling umum, sesuai dengan

hirarki tujuan pendidikan di Indonesia (Slameto, 1991:4). Tujuan yang paling

khusus adalah tujuan instruksional, yaitu tujuan yang pencapaiannya

(11)

kegiatan pembelajaran dipusatkan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tujuan

instruksional ini pada dasarnya merupakan hasil belajar yang sebagian besar

berada dalam ranah kognitif yang salah satunya berupa kemampuan dalam

menguasai konsep (Slameto, 1991:131).

Kemampuan penguasaan konsep dianggap penting karena selain untuk

mencapai tujuan instruksional pada suatu mata pelajaran, menurut Dahar

(1996:79) konsep-konsep juga merupakan batu pembangun (bulding blocks)

berpikir. Konsep-konsep dianggap sebagai dasar bagi proses-proses mental

yang tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.

Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan

yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang

diperolehnya. Idealnya konsep-konsep yang diperoleh siswa bukan hanya

dalam bentuk hafalan, akan tetapi pemahaman tentang konsep itu sendiri.

Penguasaan suatu konsep setelah proses pembelajaran berlangsung sangat

mungkin diwujudkan apabila didukung oleh asas pembelajaran yang tepat,

seperti metode pengajaran modern yang menekankan pada asas aktivitas

sejati. Keterlibatan secara aktif selama proses pembelajaran memberikan

kesan yang mendalam pada siswa sehingga siswa lebih mudah untuk

mengerti, mengingat, memahami, dan mengaplikasikan konsep-konsep yang

diperolehnya (Hamalik, 2001:172).

Pada kenyataannya masalah utama pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah

masih rendahnya hasil belajar peserta didik yang merupakan hasil kondisi

(12)

dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang

secara mandiri (Trianto, 2010:5). Guru terlihat nyaman melaksanakan

pembelajaran dengan cara konvensional yang lebih banyak menggunakan

metode ceramah dan sesekali diselingi dengan menulis di papan tulis.

Akibatnya aktivitas yang dilakukan siswa hanyalah mendengarkan penjelasan

guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja sehingga kemampuan

siswa dalam menguasai konsep pun menjadi rendah.

Hal yang sama terjadi di SMP Tri Sukses Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru bidang studi biologi

dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan konsep untuk pelajaran biologi

khususnya materi ekosistem masih tergolong rendah. Dapat dilihat dari nilai

rata-rata hasil belajar kelas VII semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013

baru mencapai 59,5 sedangkan KKM yang ditentukan adalah 71. Siswa yang

memiliki nilai di atas KKM kurang dari setengah jumlah siswa, hanya 34%

sedangkan ketentuan ketuntasan belajar adalah 100% siswa memiliki nilai ≥

71. Guru juga lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Oleh karena itu aktivitas belajar siswa yang dapat diamati hanyalah

mendengarkan penjelasan guru, menyalin ulang catatan guru dari papan tulis,

mengerjakan latihan soal dan hanya 10% siswa yang aktif menjawab

pertanyaan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan suatu model

pembelajaran yang kegiatannya berpusat pada siswa (student centered)

(13)

konsep. Salah satu model pembelajaran yang diduga efektif untuk

meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep tersebut adalah Learning

Cycle5E (LC 5E). Sesuai hasil penelitian Kibriyah (2011:79) mengenai

Implementasi Model Pembelajaran LC 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Belajar Siswa SMP, diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa

setelah diimplementasikan pembelajaran LC 5E mengalami peningkatan. Hal

ini didukung oleh pendapat Fajaroh dan Dasna (2007:1) bahwa Learning

Cycle (LC) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi

sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi

yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Selain

itu sesuaidengan pendapat Lawson, Abraham dan Renner (dalam Hanuscin

dan Lee, 2007:1) pembelajaran LC dapat meningkatkan prestasi belajar dan

kemampuan mengingat konsep yang lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Sedangkan Bybee, dkk (2006:28) menyatakan

bahwa pembelajaran LC dapat membantu siswa dalam mengembangkan

pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep-konsep sains.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap

Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Oleh Siswa pada Materi Pokok

Ekosistem (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tri

(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran LC 5E berpengaruh terhadap

peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem?

2. Apakah penerapan model pembelajaran LC 5E berpengaruh secara

signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada

materi pokok ekosistem?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh model pembelajaran LC 5E terhadap peningkatan aktivitas

belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

2. Pengaruh model pembelajaran LC 5E terhadap peningkatan penguasaan

konsep oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Peneliti yaitu memberikan pengalaman, wawasan dan pengetahuan bagi

peneliti sebagai calon guru untuk mengembangkan model yang efektif

(15)

2. Guru biologi yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam

memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar

dan penguasaan konsep oleh siswa.

3. Siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih aktif,

bermakna dan menyenangkan.

4. Sekolah yaitu memberikan masukan positif terhadap kemajuan sekolah,

serta memberikan sumbangan informasi dalam upaya peningkatan mutu

sekolah dan kualitas pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dibahas, maka

perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIIC (kelas eksperimen) dan VIIB

(kelas kontrol) semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Tri

Sukses Natar.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran LC 5E

yang terdiri dari 5 fase, yaitu: (1) engagement, (2) exploration, (3)

explanation, (4) elaboration, (5) evaluation (Bybee, dkk, 2006:2).

3. Metode diskusi yang digunakan terdiri dari beberapa langkah, yaitu: (1)

siswa diorganisasikan ke dalam 5 kelompok dan diberi sedikit penjelasan

tentang materi yang akan dipelajari, (2) siswa diberi Lembar Kerja Siswa

(LKS), (3) siswa diinstruksikan untuk berdiskusi mengerjakan LKS secara

(16)

(5) siswa mempresentasikan hasil diskusi dan siswa lain menanggapi,

(6) siswa diberi penguatan oleh guru tentang materi yang belum dipahami.

4. Aktivitas belajar yang diamati yaitu aktivitas siswa dalam: (1)

mengumpulkan data/informasi, (2) mengungkapkan ide/pendapat, (3)

mempresentasikan hasil pengamatan/diskusi (4) membuat kesimpulan

5. Penguasaan konsep diperoleh dari hasil tes awal-tes akhir aspek kognitif

dan aktivitas ditinjau melalui rasio persentase aktivitas selama proses

pembelajaran.

6. Materi pada penelitian ini adalah ekosistem dengan KD 7.1 Menentukan

ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.

F. Kerangka Pikir

Dalam proses pembelajaran biologi di sekolah, guru masih mendominasi

pembelajaran dengan seringnya menerapkan metode ceramah. Hal ini

berdampak langsung pada aktivitas yang dilakukan siswa, siswa hanya

mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan guru hingga akhirnya

membuat mereka merasa bosan dan menjadi lalai dengan pelajaran. Siswa

juga lebih banyak mengandalkan informasi datang dari guru dan hal ini

membuat mereka menjadi sulit untuk menemukan konsep sendiri pada materi

pelajaran.

Pemahaman terhadap suatu konsep sangatlah penting, karena selain untuk

mencapai tujuan instruksional pada tiap pokok bahasan suatu mata pelajaran,

(17)

seperti merumuskan prinsip-prinsip, mengeneralisasi atau memecahkan

masalah.

Sejatinya kemampuan siswa untuk menguasai suatu konsep berbeda-beda, ada

yang memiliki konsep yang baik, sedang atau kurang. Penguasaan konsep

yang baik adalah yang diharapkan dalam proses pembelajaran, dan

pembelajaran akan lebih berkesan jika mudah dipahami dan diingat oleh

siswa. Untuk itu siswa perlu dihadapkan pada suatu pembelajaran yang

membuat mereka aktif berfikir sehingga konsep yang sudah dipelajari siswa

tidak mudah terlupakan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas

belajar dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep adalah dengan

menggunakan model pembelajaran yang atraktif dan efektif. Model

pembelajaran yang diduga efektif adalah LC 5E. Pada model ini terdapat lima

tahapan yang harus dilakukan yaitu: (1) tahap engagement, pada tahap ini guru

berusaha untuk membangkitkan minat siswa pada pelajaran biologi khususnya

materi ekosistem; (2) tahap exploration yaitu memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengeksplorasi materi seluas-luasnya dari berbagai sumber

melalui kegiatan diskusi kelompok atau eksperimen; (3) tahap explanation

yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan

ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan presentasi; (4) tahap

elaboration yaitu mengajak siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang

mereka dapatkan dengan mengerjakan soal pemecahan masalah; dan (5) tahap

(18)

mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari. Setelah

melalui lima tahapan tersebut, diharapkan aktivitas belajar siswa dapat

meningkat, dengan begitu siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran

LC 5E sedangkan variabel terikat adalah aktivitas belajar dan penguasaan

konsep oleh siswa.

Keterangan: X1 = Pembelajaran menggunakan model LC 5E

Y1 = Aktivitas belajar siswa Y2 = Penguasaan konsep

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model LC 5E berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas

belajar siswa pada materi ekosistem.

2. H0 = Penerapan model pembelajaran LC 5E tidak berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada materi

ekosistem.

3. H1 = Penerapan model pembelajaran LC 5E berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada materi

ekosistem.

X1

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E)

Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan

yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan

berperanan aktif (Fajaroh dan Dasna, 2007:1). LC merupakan suatu model

pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan konsep sendiri atau

memantapkan konsep yang dipelajari, mencegah terjadinya kesalahan konsep,

dan memberikan peluang kepada siswa untuk menerapkan konsep-konsep

yang telah dipelajari pada situasi baru. Implementasi model pembelajaran LC

dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivisme dimana

pengetahuan dibangun pada diri peserta didik (Soebagio dalam

Agustyaningrum, 2010:32).

Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan pada

(20)

Tabel 1. Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa pada Model Pembelajaran LC 5E

Fase pada Model

LC 5E

Instruksi pada Model LC 5E

Guru Siswa

Engagement (Mengajak)

 Membangkitkan minat

 Membangkitkan rasa ingin tahu

 Mengajukan pertanyaan

 Menggali respon siswa terhadap

penemuannya atau pengetahuan awalnya tentang konsep atau topik yang akan dipelajari

 Mengajukan pertanyaan

seperti, “Mengapa hal ini dapat terjadi?” “Apa yang saya ketahui tentang hal ini?” “Apa yang dapat saya temukan mengenai hal ini?”

 Menunjukkan ketertarikan

terhadap topik yang akan dipelajari

Exploration (bereksplorasi/ menjelajahi)

 Mendorong siswa untuk

bekerjasama tanpa instruksi langsung dari guru

 Mengamati dan mendengarkan

saat siswa berinteraksi

 Mengestimasi waktu yang

dibutuhkan siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi/bereksplorasi

 Bertindak sebagai

konsultan/penasehat bagi siswa

 Membuat situasi yang dapat

membangkitkan rasa ingin tahu siswa

 Berpikir sebebas-bebasnya,

sampai batas aktivitas

 Menguji prediksi atau

hipotesis

 Membuat prediksi atau

hipotesis baru

 Mencoba alternatif lainnya

dan berdiskusi dengan siswa lain

 Mencatat hasil observsi dan

gagasan yang muncul

 Menanyakan pertanyaan

yang relevan

 Tidak langsung membuat

kesimpulan

Explanation (Menjelaskan)

 Mendorong siswa untuk

menjelaskan konsep dan definisi dengan kalimat mereka sendiri

 Meminta bukti/dasar kebenaran

atas penjelasan dari siswa tersebut

 Mengklarifikasi/membenarkan

penjelasan, definisi, konsep yang ditemukan siswa dan memberikan istilah baru apabila diperlukan

 Menggunakan pengalaman

siswa sebelumya sebagai dasar untuk menjelaskan konsep

 Menilai perubahan pengetahuan

siswa

 Menjelaskan kemungkinan

solusi atau jawaban kepada siswa lainnya

 Mendengarkan penjelasan

dari siswa lain dengan kritis

 Mengajukan pertanyaan

berdasarkan penjelasan siswa lain

 Mendengarkan dan mencoba

memahami penjelasan guru

 Menghubungkan dengan

aktivitas sebelumnya

 Menggunakan catatan yang

telah dibuat sebelumnya untuk memberikan penjelasan

 Mengukur pemahaman diri

(21)

Elaboration (Aplikasi konsep)

 Mengarahkan siswa untuk

menggunakan istilah resmi, definisi, dan penjelasan yang telah disajikan sebelumnya

 Mendorong siswa untuk

menerapkan atau memperluas konsep dan kemampuan dalam situasi/masalah baru

 Mengingatkan siswa akan

penjelasan pengganti

 Menghubungkan siswa dengan

data dan bukti yang ada dan bertanya “apa yang telah kalian ketahui?” “apa pendapatmu tentang....?”

(strategi dari fase eksplorasi juga dapat diterapkan pada fase ini)

 Menerapkan istilah baru,

definisi, penjelasan, dan

kesimpulan yang masuk akal dari bukti yang ada

 Mencatat hasil observasi dan

penjelasan

 Mengukur pemahaman diri

sendiri dengan siswa lain

Evaluation (Penilaian)

 Mengamati siswa saat mereka

menerapkan konsep dan keterampilan baru

 Menilai pengetahuan dan

keterampilan siswa

 Tampak untuk bukti bahwa

siswa telah berubah pikiran atau perilaku mereka

 Memungkinkan siswa untuk

menilai pelajaran mereka sendiri dan keterampilan proses kelompok

 Memberikan

pertanyaan-pertanyaan seperti, "Mengapa kamu berpendapat seperti ini?" "Bukti apa yang kamu miliki?" "Apa yang kamu ketahui tentang x?" "Bagaimana kamu menjelaskan x?"

 Mengevaluasi kemajuan dan

pengetahuan nya sendiri

 Meminta pertanyaan terkait

yang akan mendorong penyelidikan selanjutnya

Sumber : Bybee, dkk (2006:33-34).

Dalam penerapannya model pembelajaran LC 5E ini memiliki kelebihan dan

kekurangan. Adapun kelebihan dari model ini menurut Fajaroh dan Dasna

(2007:7) adalah:

1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

(22)

Sedangkan menurut Soebagio (dalam Fajaroh dan Dasna, 2007:7) kelemahan

yang harus diantisipasi diperkirakan sebagai berikut:

1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.

2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi. 4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun

rencana dan melaksanakan pembelajaran.

B. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang disadari untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ditentukan dari kegiatan

interaksi dalam pembelajaran, apabila semakin aktif siswa dalam proses

pembelajaran maka siswa tersebut akan lebih mudah mengingat pembelajaran

itu dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

Hamalik (2001:171) menyatakan bahwa aktivitas merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas sangat

diperlukan dalam proses belajar agar kegiatan belajar mengajar menjadi

efektif. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas

memegang peranan penting dalam belajar sebab pada dasarnya belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan dilakukan secara sengaja

(Slameto, 2003:2). Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2003:95)

bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah

tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada

(23)

penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dalam belajar sangat diperlukan

adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, pembelajaran tidak akan mungkin

berlangsung dengan baik.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru perlu menimbulkan aktivitas

siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan

aktivitas siswa sendiri tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah

kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda atau siswa akan bertanya,

mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat

siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,

diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi

partisipan yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik

(Slameto, 2003:36).

Menurut Hamalik (2001:21) penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi

pembelajaran kepada siswa karena:

1. siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalaminya

2. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral

3. memupuk kerjasama yang harmonis antara siswa

4. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri

5. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis

6. mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan guru dengan orang tua

7. pelajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas

(24)

Dierich (dalam Hamalik, 2001:172) menggolongkan aktivitas atau kegiatan

siswa ke dalam delapan kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual

membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan.

4. Kegiatan-kegiatan menulis

menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar

menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental

merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional

menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

C. Penguasaan Konsep

Rosser (dalam Dahar, 1996:80) menyatakan bahwa konsep merupakan suatu

abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,

kegiatan-kegiatan,atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang

(25)

buah pemikiran seseorang atas kelompok orang yang dinyatakan dalam

definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum

dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui

generalisasi dan berpikir abstrak.

Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam menguasai

abstraksi-abstraksi dari pengetahuan yang telah dirangkum ke dalam materi pelajaran

yang telah diberikan. Penguasaan konsep yang baik akan membantu siswa

memudahkan dalam pembelajaran serta akan membantu pemakaian konsep

yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan

teori, artinya untuk dapat menguasai teori maka terlebih dahulu harus

menguasai konsep-konsep yang menyusun teori yang bersangkutan.

Adapun kegunaan konsep adalah sebagai berikut :

1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar kita.

3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju.

4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental.

5. Konsep memungkinkan melaksanakan pengajaran, dan

6. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda (Hamalik 2002:164).

Apabila sebuah konsep telah dikuasai oleh siswa, kemungkinan siswa dapat

menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi sekarang termasuk

dalam golongan konsep yang sama ataukah golongan konsep yang lain,

mengenal konsep lain dalam memecahkan masalah serta memudahkan siswa

(26)

Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat

dari suatu objek. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurahman (2003:254)

bahwa konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan

konsep ketika mereka mampu mengklasifikasi atau mengelompokkan

benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasi suatu nama dengan kelompok

benda tertentu.

Kemampuan penguasaan konsep siswa merupakan hasil belajar dalam

kecakapan kognitif, yaitu kemampuan untuk menyatakan kembali konsep

atau prinsip yang telah dipelajari atau bisa disebut juga kemampuan

intelektual. Menurut Anderson, dkk (2000:67-68), ranah kognitif terdiri atas

6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

2. Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk meghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian– bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5. Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6. Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu konsep, menurut

Hamalik (2002:166) terdapat empat hal yang harus diperbuat oleh siswa,

yaitu:

1. Siswa dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.

(27)

3. Siswa dapat memilih serta membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.

4. Siswa mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.

Lebih konkretnya penguasaan konsep dapat diukur dengan mengadakan

evaluasi. Thoha (1994:1) menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan

yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan

instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh

kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi

adalah tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan. Adapun bentuk instrumen dari penilaian tes adalah pilihan jamak,

uraian objektif, uraian non objektif dan portofolio serta unjuk kerja (Arikunto,

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Tri Sukses

Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap

SMP Tri Sukses Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran

2013/2014. Untuk memperoleh informasi dan data yang mewakili populasi

penelitian maka dilakukan tindakan penarikan sampel penelitian dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Diperoleh sampel untuk kelas

eksperimen adalah kelas dengan jumlah 25 siswa dan kelas kontrol

dengan jumlah 25 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental

semu. Peneliti menggunakan secara utuh kelompok subyek yang telah

ditentukan dan kelompok tersebut telah diorganisasikan dalam kelompok yaitu

kelas. Peneliti memanipulasi perlakuan pada kelas eksperimen dan

(29)

semu yang digunakan adalah desain pretes-postes kelompok non-equivalen.

Kelas eksperimen maupun kontrol menggunakan kelas yang ada dengan

kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model

pembelajaran LC 5E, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi

kelompok. Hasil pretes dan postes pada kedua kelas subyek dibandingkan.

Berikut merupakan struktur desain penelitian ini:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Ketrangan: I = kelas eksperimen II = kelas kontrol O1 = pretes O2 = postes

X = model LC 5E C = metode diskusi kelompok

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non-equivalen

(dimodifikasi dari Sugiyono, 2007:116).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun rangkaian kegiatan dari kedua tahapan tersebut adalah:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan dan mengantarkannya ke

sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

(30)

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan

soal pretes/postes.

e. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

f. Membuat angket tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran LC 5E.

g. Membentuk kelompok siswa dengan cara membagi siswa dalam 5

kelompok.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran LC 5E untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode

diskusi kelompokuntuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan

sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut:

Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model LC 5E)

a. Pendahuluan

Engagement (Mengajak/Menarik Perhatian Siswa)

1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) pada pertemuan

sebelumnya.

2. Siswa diberi apersepsi dengan ditanya:

(Pertemuan I) “Pernahkah kalian melihat kebun atau taman

yang luas? Apa sajakah makhluk hidup yang dapat ditemukan

disana? Apakah mereka juga berinteraksi dengan lingkungan

(31)

(Pertemuan II) ”Pernahkah kalian melihat tanaman dengan

daun yang berlubang-lubang? Tahukah kalian bahwa

sebenarnya daun yang berlubang itu dimakan oleh belalang,

kemudian belalang tersebut akan dimangsa oleh katak dan

katak akan dimakan oleh ular kemudian ular mati lalu

bangkainya diuraikan oleh bakteri dan jamur, disebut apakah

peristiwa makan dan dimakan tersebut?”

3. Siswa diberi motivasi dengan :

(Pertemuan I) dijelaskan mengenai manfaat mempelajari

satuan, komponen, dan macam-macam ekosistem.

(Pertemuan II) dijelaskan bahwa kita dapat mengetahui

hubungan sosial pun terjadi pada setiap makhluk hidup baik

hewan dan juga tumbuhan, serta dapat mengingatkan kita untuk

selalu menjaga keseimbagan populasi agar rantai dan

jaring-jaring makanan tidak rusak sehingga menimbulkan over

populasi yang nantinya dapat merugikan manusia.

b. Kegiatan inti

Exploration (Menyelidiki/Menjelajahi)

1. Siswa diinstruksikan oleh guru untuk duduk dalam

kelompoknya masing-masing 5 orang (pembagian kelompok

dilakukan pada hari sebelumnya).

(32)

Pertemuan I : Petunjuk melakukan pengamatan tentang

satuan, komponen, dan jenis ekosistem serta

tabel data dan analisis hasil pengamatan.

Pertemuan II : Identifikasi hasil pengamatan tentang saling

ketergantungan antar komponen biotik dalam

ekosistem.

3. (Pertemuan I) siswa pergi ke sawah yang ada di belakang

sekolah sesuai dengan instruksi yang terdapat di LKS untuk

melakukan pengamatan tentang satuan, komponen, dan

interaksi antara komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem.

(Pertemuan II) siswa melakukan eksplorasi tentang saling

ketergantungan antar komponen biotik dalam ekosistem dengan

mengidentifikasi hasil pengamatan pada pertemuan

sebelumnya.

4. (Pertemuan I) siswa mentabulasi data hasil pengamatan dan

menganalisis data tersebut sesuai petunjuk yang terdapat di

LKS.

(Pertemuan II) siswa mengidentifikasi data hasil pengamatan

sebelumnya untuk menganalisis hubungan saling

ketergantungan antar komponen biotik dalam ekosistem.

(33)

Explanation (Menjelaskan)

1. Perwakilan dari dua kelompok menjelaskan hasil pengamatan

dan analisis ataupun hasil identifikasinya disertai dengan bukti

yang mendukung dengan menggunakan kalimatnya sendiri.

2. Siswa lain memperhatikan dengan rasa ingin tahu dan memberi

tanggapan, atau sanggahan.

3. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan konsep yang

benar mengenai materi yang baru saja dipelajari.

Elaboration (Memperluas/Menerapkan Konsep)

1. Siswa menerapkan konsep yang telah didapat dalam situasi

berbeda dengan menyelesaikan masalah/pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

2. Salah satu siswa perwakilan setiap kelompok dipersilahkan

untuk membacakan jawabannya.

Evaluation (Menilai)

Siswa dibimbing oleh guru untuk menjelaskan :

(Pertemuan I ) : pengertian, komponen dan satuan ekosistem.

(Pertemuan II) : interaksi antar komponen biotik dan pola interaksi

antar organisme dengan mengacu pada LKS.

c. Penutup

1. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

(34)

Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi Kelompok)

a. Pendahuluan

1. Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan sebelumnya.

2. Siswa diberi apersepsi dengan ditanya:

(Pertemuan I) “Pernahkah kalian melihat kebun atau taman

yang luas? Apasajakah makhluk hidup yang dapat ditemukan

disana? Apakah mereka juga berinteraksi dengan lingkungan

tempat mereka hidup?”

(Pertemuan II) ”Pernahkah kalian melihat tanaman dengan

daun yang berlubang-lubang? Tahukah kalian bahwa

sebenarnya daun yang berlubang itu dimakan oleh belalang,

kemudian belalang tersebut akan dimangsa oleh katak dan

katak akan dimakan oleh ular kemudian ular mati lalu

bangkainya diuraikan oleh bakteri dan jamur, disebut apakah

peristiwa makan dan dimakan tersebut?”

3. Siswa diberi motivasi dengan :

(Pertemuan I) dijelaskan mengenai manfaat mempelajari

satuan, komponen, dan macam-macam ekosistem.

(Pertemuan II) dijelaskan bahwa kita dapat mengetahui

hubungan sosial pun terjadi pada setiap makhluk hidup baik

hewan dan juga tumbuhan, serta dapat mengingatkan kita untuk

selalu menjaga keseimbagan populasi agar rantai dan

jaring-jaring makanan tidak rusak sehingga menimbulkan over

(35)

4. Siswa mendengarkan penjelasan pengantar dari guru tentang:

Pertemuan I : satuan, komponen, dan jenis ekosistem

Pertemuan II : saling ketergantungan antar komponen

biotik dalam ekosistem

b. Kegiatan Inti

1. Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing (setiap

kelompok berjumlah 5 orang dan pembagian kelompok telah

dilakukan pada hari sebelumnya.

2. Siswa memperoleh LKS yang berisi pertanyaan yang harus

dijawab.

Pertemuan I : tentang satuan, komponen, dan jenis

ekosistem.

Pertemuan II : tentang saling ketergantungan antar

komponen biotik dalam ekosistem.

3. Siswa berdiskusi mengerjakan LKS.

4. Siswa menyelesaikan LKS kemudian mengumpulkan LKS

yang sudah dikerjakan.

5. Siswa membacakan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok

yang lain dapat memberikan tanggapan.

6. Siswa diberikan penguatan oleh guru tentang materi yang

belum dipahami.

c. Penutup

1. Siswa bersama guru membuat kesimpulan dalam setiap

(36)

2. Siswa mengerjakan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir,

tentang materi pokok ekosistem.

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Data

Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

yaitu penguasaan konsep oleh siswa yang diperoleh dari hasil pretes, dan

postes. Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dan data angket tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran LC 5E.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

a. Pretes dan Postes

Data penguasaan konsep oleh siswa adalah nilai pretes dan postes.

Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik

eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan

kedua setiap kelas.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = x 100

Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

(37)

b. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas

belajar siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat

proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang

dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi

sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: Skor A. Mengumpulkan data/informasi:

0. Tidak aktif mengumpulkan data/informasi (hanya diam saja) 1. Mengumpulkan data tidak lengkap atau mengumpulkan

informasi seadanya hanya dari buku teks (buku pegangan siswa)

(38)

Skor B. Mengungkapkan ide/pendapat:

0. Tidak mengungkapkan ide/pendapat, tidak menambahkan gagasan

1. Mengungkapkan ide/pendapat, menambahkan gagasan tetapi tidak mengarah pada permasalahan yang berkaitan dengan materi pokok ekosistem

2. Mengungkapkan ide/pendapat dan menambahkan gagasan yang sesuai dengan permasalahan pada materi pokok ekosistem

Skor C. Mempresentasikan hasil pengamatan/diskusi:

0. Tidak dapat mempresentasikan hasil pengamatan/diskusi kelompok secara sistematis, tidak menggunakan bahasa yang mudah dipahami, suara tidak lantang dan tegas dan tidak dapat menjawab pertanyaan

1.

Kurang dapat mempresentasikan hasil pengamatan/diskusi kelompok secara sistematis, menggunakan bahasa yang relatif sulit dipahami, suara tidak lantang dan tegas tapi menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat mempresentasikan hasil pengamatan/diskusi secara sistematis, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, suara lantang dan tegas tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan

2. Dapat mempresentasikan hasil pengamatan/diskusi secara sistematis, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, suara lantang dan tegas dan menjawab pertanyaan dengan benar

Skor D. Membuat kesimpulan:

0. Tidak mengajukan kesimpulan

1. Mengajukan kesimpulan tetapi kurang tepat dan sesuai serta tidak melingkupi seluruh materi yang telah dipelajari

2. Mengajukan kesimpulan dengan tepat dan sesuai serta melingkupi seluruh materi yang telah dipelajari

Petunjuk Penilaian aktivitas siswa:

Sebelum mengamati aktivitas setiap siswa di dalam kelompok selama kegiatan pembelajaran, masing-masing siswa sudah diberikan nomor identitas untuk mempermudah selama proses pengamatan. Kemudian pengamat mengisi lembar pengamatan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Untuk mengamati aktivitas kategori A, pengamat mengamati langsung aktivitas setiap siswa didalam kelompok. Dapat dilihat dengan keaktifan siswa dalam berusaha mengumpulkan

data/informasi dengan membaca atau mencari dari berbagai sumber yang dapat mendukung jawaban dari LKS pada saat diskusi berlangsung. Kemudian pengamat dapat memberikan skor

(39)

kolom skor lembar observasi aktivtias dengan kriteria penskoran yang telah ditentukan.

2. Untuk mengamati aktivitas siswa kategori B dapat dilihat pada proses diskusi berlangsung, pengamat memperhatikan secara langsung siswa yang aktif menuliskan pendapat/ide yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat di LKS.

3. Untuk mengamati aktivitas siswa kategori C dapat dilihat pada saat presentasi di depan kelas, yaitu dengan melihat setiap siswa dalam mengkomunikasikan hasil pengamatan/diskusi kelompoknya, melihat siswa yang memberikan pertanyaan/tanggapan kepada kelompok yang presentasi atau kepada guru maupun siswa yang menjawab pertanyaan dari siswa lain atau guru.

4. Untuk mengamati aktivitas siswa kategori D dapat dilihat pada proses pembelajaran berlangsung, pengamat memperhatikan secara langsung siswa yang dapat aktif menyimpulkan hasil pembelajaran setelah dipersilahkan oleh guru.

c. Angket

Angket ini berisi pendapat siswa tentang model pembelajaran LC 5E

yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa 6 pernyataan terdiri dari 4

pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif. Setiap siswa memilih

jawaban yang menurut mereka sesuai dengan pendapat mereka pada

lembar angket yang telah diberikan. Angket tanggapan siswa ini

(40)

Tabel 3. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran LC 5E

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Model pembelajaran yang digunakan oleh guru membuat

proses belajar jadi lebih menyenangkan.

2 Model pembelajaran yang digunakan oleh guru membuat

saya lebih berani dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan.

3 Model pembelajaran yang digunakan oleh guru membuat

saya lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran

4 Model Pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat

menjemukan

5 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari

berbagai sumber (buku, internet, dan lingkungan) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS.

6 Model pembelajaran yang saya ikuti membuat saya sulit

memahami materi dan menjawab pertanyaan dalam LKS

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa skor penguasaan konsep oleh siswa yang

diperoleh dari nilai pretes dan postes. Penguasaan konsep oleh siswa

ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain (g)

dengan menggunakan rumus Hake (dalam Loranz, 2008:3) yaitu:

N-gain

Keterangan : Spost = rata-rataskor postes Smax = skor maksimum

Spre = rata-rataskor pretes

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol

(41)

yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan

kesamaan dua varians (homogenitas) data:

a. Uji Normalitas Data (Uji Lilliefors)

Uji normalitas data dilakukan menggunakan program SPSS versi 17. harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varians menggunakan uji barlet.

 Hipotesis

H0 : kedua sampel mempunyai varians sama H1 : kedua sampel mempunyai varians berbeda.

 Kriteria Pengujian

Jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima, Jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).

c. Pengujian Hipotesis

Setelah data dinyatakan normal dan homogen, berikutnya data di uji

dengan pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji

kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata.

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

 Hipotesis

(42)

 Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

 Hipotesis

Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka

dilakukan Uji U atau Uji Mann Whitney.

2. Analisis Data Kualitatif a. Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut

dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa

(43)

1) Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus :

Xi

X = x 100% n

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh n = Jumlah skor aktivitas maksimum

2) Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5:

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Aktivitas Belajar Siswa

Kategori (%) Interpretasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

c. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran LC 5E

Data tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dikumpulkan

melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 6 pernyataan

yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.

Pernyataan disajikan sebagai berikut:

Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:

1) Membuat Skor Angket Tanggapan Siswa

Tabel 5. Skor Tiap Jawaban pada Angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

(44)

2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus

3) Mentabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang

dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan

kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 6. Tabulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran LC 5E

No.

(45)

Tabel 7. Tafsiran Kriteria Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran LC 5E

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0

Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya

Sebagian kecil Tidak ada

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran LC 5E berpengaruh terhadap aktivitas

belajar siswa pada materi pokok Ekosistem.

2. Penerapan model pembelajaran LC 5E berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok Ekosistem.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran LC 5E dapat digunakan oleh guru biologi sebagai

salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan

aktivitas dan penguasaan konsep oleh siswa pada pokok Ekosistem.

2. Guru perlu memberikan batasan waktu yang jelas pada setiap tahapan

pembelajaran dengan model LC 5E agar pembelajaran dapat berjalan

(47)

3. Pada saat berdiskusi, sebaiknya bimbingan dilakukan lebih merata pada

setiap kelompok agar mengurangi peluang siswa untuk main-main

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Adnyana, G. P. 2011. Model Siklus Belajar (Learning Cycle).

http://learningmodels.blogspot.com/2011/04/2.html. 20 Februari 2014; pukul10.10 WIB.

Agustyaningrum, N. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta.

Anderson, L., David, K., Peter, A., Kathleen, C., Ricard, M., Paul, P., James, R., dan W. Merlin. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridge Edition). Longman. Newyork.

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII. Bina Aksara. Jakarta.

Bybee, R.W., J. Taylor, A. Gardner, P. V. Scotter, J. Carlos Powell, A. Westbrook dan N. Landes. 2006. The BSCS 5E Instructional Model: Origins,

effectiveness, andApplications. http://bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. 13 September 2012; pukul; 10.00 WIB.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dasna, I. W dan Sutrisno. 2004. Pengembangan Bahan Ajar Model Learning Cycle Untuk Pengajaran Kimia di SMA.

http://prosiding.unesa.ac.id/download/konaspi-unesa-v/136.pdf. 20 Februari 2014; pukul 10.05 WIB.

(49)

Fajaroh, F dan I.W. Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar. http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/. 14 September 2012; pukul 12:33 WIB.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score.

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. 18 Oktober 2012; pukul 14.42

WIB.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanuscin, D.L dan M.H. Lee. 2007. Using a Learning Cycle Approach to

Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. University of Missouri. Columbia.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Kibriyah, E.M. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa SMP. (Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/arc hives/discipline/0708/SLOAPHYSDisciplieneRep0708.pdf. 14 September 2012; pukul 11:26 WIB

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(50)

. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. PT Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Thoha, M.C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Gambar

Gambar
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Tabel 1.  Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa pada Model Pembelajaran LC 5E
Gambar 2.   Desain pretes-postes kelompok  non-equivalen  (dimodifikasi dari Sugiyono, 2007:116)
+5

Referensi

Dokumen terkait

MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMPN 3

Skripsi ini berjudul “ PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR PEMBELAJARAN SISWA (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V Semester Genap

1) Guru meminta siswa mengeluarkan bahan bacaan yang sudah dibagikan pada pertemuan sebelumnya. 2) Guru mengajak siswa untuk mengingat materi ekosistem sesuai hasil

pula meningkatkan keinginan meneliti dan membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran (Ergin: 2012). Rasa ketertarikan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya membuat

Dilihat dari hasil observasi dari kelas ekperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menunjukan aktivitas belajar siswa yang cukup baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) aktivitas siswa dan guru menggunakan model pembelajaran Learning Cycle (LC) pada materi getaran dan gelombang, (2)

Keunggulan dari pembelajaran Siklus Belajar 5E (learning cycle 5E) antara lain: merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah didapatkan

diberikan. Saat presentasi di depan kelaspun siswa terlihat masih gugup dan kesulitan dalam menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Namun secara keseluruhan,