• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Talang Padang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Talang Padang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH

SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Talang Padang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Erlis Miarti

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan multimedia melalui metode diskusi terhadap aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi ekosistem pada siswa kelas VII SMP N 1 Talang Padang dengan

(3)

iii

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa multimedia berpengaruh signifikan terhadap aktivitas belajar siswa dengan rata-rata kelas eksperimen 86,81% lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 64,06%, aspek kemampuan bekerjasama dalam kelompok merupakan aktivitas dengan kriteria sangat tinggi yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan multimedia.penguasaan konsep pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain 33,59 lebih tinggi daripada rata-rata N-gain

pada kelas kontrol yang menggunakan metode diskusi yaitu 31,97. Indikator C4 (analyze) dengan kriteria sangat tinggi yang dicapai siswa dengan menggunakan multimedia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas multimedia berpengaruh signifikan terhadap peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

F. Kerangka Pikir ... 9

G. Hipotesis Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Multimedia ... 12

B. Metode Diskusi ... 14

C. Aktivitas Belajar ... 24

D. Penguasaan Konsep ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Desain Penelitian ... 31

D. Prosedur Penelitian ... 32

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 41

(8)

xiv

A. Hasil Penelitian ... 47

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 47

2. Penguasaan Konsep ... 48

B. Pembahasan ... 51

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 69

1. Silabus Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 70

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 73

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas Eksperimen ... 78

4. Soal Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 82

5. Data-Data Hasil Penelitian ... 88

6. Foto-Foto Penelitian ... 92

(9)

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat

mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta meningkatkan prestasi belajar peserta didik (Daryanto, 2010:1).

Dewasa ini, pemerintah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara terus menerus. Hal tersebut dilaksanakan melalui

penyempurnaan kurikulum yang telah ada. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah hasil penyempurnaan Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Trianto (2010:8) menyatakan bahwa perubahan kurikulum yang menuntut perubahan paradigma pembelajaran harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaran pendidikan di sekolah. Guru seharusnya mengubah paradigma pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teachers centered), menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centered). Selain itu, kurikulum juga menghendaki suatu

(10)

pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks, yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan. Pendidikan tidak lepas dari pelaku-pelaku pendidik itu sendiri yang dalam proses belajar mengajar melakukan berbagai pendekatan, cara maupun strategi ke arah peningkatan mutu pendidikan. Pelaku pendidikan itu yakni guru dan siswa, dalam proses belajar mengajar tersebut selalu mengharapkan ketercapaian tujuan (Hamalik, 2008:8).

Banyak usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar siswa dapat menerima materi pelajaran dengan mudah dan cepat. Diantaranya adalah dengan menghadirkan media pembelajaran yang tepat sebagai pelengkap proses belajar mengajar sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal serta menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan

(11)

Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan dan objek kajiannya sangat luas,

yaitu: mencakup semua makhluk hidup. Pendidikan biologi menekankan pada

pemberian pengalaman secara langsung (Depdiknas, 2003: 6). Karena itu,

siswa perlu dibantu untuk mengembangkan penguasaan materi tersebut

dengan menggunakan pengalaman secara langsung sehingga mereka mampu

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara nyata. Dengan demikian,

siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran biologi tersebut bagi diri serta

masyarakatnya. Oleh karena itu, ilmu Biologi merupakan ilmu tentang

kehidupan sehari-hari yang sangat kompleks dan bersifat konkrit.

Menurut Sadiman (2003: 93) bahwa pada prinsipnya belajar adalah kegiatan untuk mengubah tingkah laku, dengan demikian tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar siswa dapat mempengaruhi penguasaan materi siswa, sehingga rendahnya penguasaan materi siswa diduga terjadi karena strategi pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran kurang sesuai.

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah secara umum masih bersifat ceramah. Salah satu, sekolah tersebut yaitu SMP Negeri 1 Talang Padang pelajaran biologi masih disampaikan dalam bentuk yang konvensional. Hasil observasi menunjukkan bahwa, metode yang seringkali dilakukan oleh guru adalah metode ceramah. Untuk mendukung proses pembelajaran, guru jarang sekali menggunakan fasilitas multimedia, sementara sekolah sudah

(12)

Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keterampilan guru dalam mengoperasikan alat-alat yang tersedia serta masih minimnya fasilitas pendukung seperti: CD multimedia pembelajaran yang spesifik memuat indikator tertentu dengan durasi waktu yang telah disesuaikan dengan alokasi waktu setiap pertemuan.

Akibat dari penggunaan metode dan media yang kurang optimal tersebut diduga berdampak terhadap hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa. Hal ini

ditunjukkan dari rendahnya pencapaian penguasaan biologi materi pokok ekosistem. Hasil ujian semester siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Talang Padang tahun pelajaran 2010/2011 diketahui bahwa rata-rata nilai ujian semester yang diperoleh siswa adalah 55,00. Nilai tersebut belum memenuhi Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditetapkan pada sekolah ini, yaitu ≥ 60,00.

(13)

dilayani maka semua interaksi dalam pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan akan diperoleh hasil yang maksimal.

Salah satu inovasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya materi pokok Ekosistem adalah menggunakan multimedia. Dengan menggunakan sarana multimedia ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena kegiatan pembelajaran melibatkan banyak indra. Salah satu nya dalam penglihatan, dengan indra penglihatan ini siswa akan lebih mudah untuk memahami materi ekosistem. Setiap komponen media dapat

merangsang satu atau lebih indra manusia. Menurut Dale (dalam Latuheru, 1988:16) menyatakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indra pandang berkisar 75%, melalui indra dengar sekitar 13%, dan melalui indra lainnya sekitar 12%.

Multimedia ini akan dapat digunakan dengan baik apabila disampaikan dengan metode pembelajaran yang tepat, seperti metode yang dapat

melibatkan sebagian besar siswa secara aktif. Salah satu metode yang sesuai adalah metode diskusi.

Penggunaan multimedia ini sebelumnya sudah digunakan oleh peneliti

terdahulu yaitu Khoirunnisa (2013: 1), namun penelitian tersebut lebih kepada penggunaan multimedia interaktif dengan model pembelajaran inkuiri

(14)

penelitian, Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai aktivitas belajar dan penguasaan konsep materi pokok ekosistem oleh siswa pada penggunaan multimedia melalui metode diskusi, untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap aktivitas belajar dan penguasaan konsep pada materi pokok ekosistem oleh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah efektivitas penggunaan multimedia melalui metode diskusi terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok

ekosistem?

2. Adakah pengaruh signifikan efektivitas penggunaan multimedia melalui metode diskusi terhadap peningkatan penguasaan konsep pada materi pokok ekosistem?

C. Tujuan Penelitian

(15)

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti:

a. Memberikan pengalaman meneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep.

b. Mengetahui tingkat keberhasilan dari pemanfaatan multimedia melalui metode diskusi sehingga memudahkan peneliti dalam penyampaian materi ekosistem.

2. Bagi siswa:

a. Memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari materi pokok ekosistem.

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mencari informasi sendiri.

c. Sebagai wahana untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep sehingga siswa memiliki modal kecakapan hidup yang kelak dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah hidup yang di hadapi.

3. Bagi guru:

a. Memberikan alternatif metode pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep.

(16)

4. Bagi sekolah:

a. Masukan untuk mengoptimalkan penggunaan multimedia dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran yang prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berintegrasi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.

2. Multimedia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh guru yaitu berupa power point (PPT) yang ada videonya, sehingga guru bisa menyampaikan materi ekosistem dengan mudah.

3. Aktivitas belajar siswa yang diamati adalah aktivitas (1) mengemukakan pendapat, (2) bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, (4) mengajukan pertanyaan. 4. Penguasaan konsep materi pokok ekosistem diukur berdasarkan nilai yang

(17)

5. Subyek Penelitian adalah siswa kelas VII2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII3 sebagai kelas kontrol di SMP N 1 Talang Padang semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi bukanlah proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran hafalan, namun juga membutuhkan pemahaman suatu materi. Pada proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk

pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan baik.

Belajar sebaiknya dilakukan oleh siswa secara aktif baik individual maupun kelompok, dan guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru mengutamakan keterlibatan aktif secara langsung dapat digunakan oleh siswa, dan melibatkan siswa dalam

merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.

(18)

siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan meningkatkan hasil belajar.

Di SMP N 1 Talang Padang, nilai biologi pada materi pokok ekosistem masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep materi ini diduga karena guru belum menemukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi ekosistem yaitu pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.

Penerapan multimedia melalui metode diskusi diduga lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar, karena dengan menggunakan media dan metode, siswa menjadi tidak bosan serta dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas untuk berfikir, berbicara serta berani berargumen. Dalam metode diskusi, prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan.

Multimedia digunakan sebagai media untuk menampilkan obyek biologi yang beragam dan sulit ditemui langsung serta untuk menarik perhatian siswa. Dua unsur diatas diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas belajar siswa

(19)

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada bagan berikut:

Keterangan : X = Penggunaan multimedia melalui metode diskusi Y1 = Aktivitas siswa,

Y2 = Penguasaan konsep

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat.

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas penggunaan multimedia melalui metode diskusi efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 2. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

penggunaan multimedia melalui metode diskusi dalam penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok ekosistem

H1 : Ada pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan multimedia melalui metode diskusi terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok ekosistem

Y2

X

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Multimedia

Multimedia berasal dari kata multi dan media.multi berasal dari bahasa latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam. sedangkan kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu. kata medium dalam American Heritage Electronic Dictionary

(1991:1) diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. berdasarkan itu multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan atau menghantarkan pesan kepada publik. Multimedia adalah suatu kombinasi data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan lebih menarik (Rosch, 1996:2).

(21)

Multimedia sebagai kumpulan media berbasis komputer dan sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan,

menghantarkan, dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video, dan sebagainya (Gayeski, 1993:2).

Multimedia adalah kombinasi berbagai saluran komunikasi menjadi sebuah pengalaman komunikatif yang terkoordinasi dimana interpretasi saluran lintas bahasa terintegrasi tidak ada (Elsom-cook, 2001:3).

Multimedia sebagai keterpaduan di antara berbagai media teks, gambar, video, dan animasi dalam satu media digital yang mempunyai kemampuan untuk interaktif, umpan balik, dan informasi diperoleh dengan cara yang non-linier (Munir dan Zaman, 1999:2).

Multimedia sebagai suatu integrasi elemen beberapa media ( audio, video, grafik, teks, animasi, dan sebagainya) menjadi sebuah kesatuan yang sinergis dan simbiosis yang memberikan hasil lebih menguntungkan bagi pengguna ketimbang elemen media secara individual. American Heritage Dictionary mendefinisikan multimedia sebagai sebuah sistem yang terdiri dari

pengontrolan berkomputer, integrasi, manipulasi, perwakilan, penyimpanan dan komunikasi berbagi informasi yang dikodekan melalui media time-dependent dan media time-independent (Reddi, 2003:3).

Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan

(22)

berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. berdasarkan pengertian itu, multimedia terdiri dari empat faktor, yaitu : (1) ada komputer yang mengkoordinasikan apa yang dilihat dan didengar, (2) ada link yang menghubungkan pengguna dengan informasi, (3) ada alat navigasi yang membantu pengguna menjelajah jaringan informasi yang saling terhubung, dan (4) multimedia menyediakan tempat kepada pengguna untuk

mengumpulkan,memproses, dan mengkomunikasikan informasi dengan ide secara interaktif (Hofstetter, 2001:3).

B. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

Menurut Suryosubroto (2002:179) dan Djamarah dan Zain (2006:87-88) teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dimana Guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah,

(23)

Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dan dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil, yang perlu mendapatkan perhatian ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif di dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari, perlu pula diperhatikan masalah peranan guru. Terlalu banyak “campur tangan dan “main perintah”

dari guru niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak (Suryosubroto, 2002:179-180).

Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan. Berbagai bentuk diskusi yang terkenal adalah sebagai berikut :

a. The social problema meeting

Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya atau di sekolahnya dengan harapan setiap siswa akan merasa” terpanggil”

untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti dengan guru atau personel sekolah lainnnya, peraturan-peraturan di kelas atau sekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.

b. The open-ended meeting

(24)

c. The educational-diagnosis meeting

Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik dan benar.

Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak :

1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para siswa. 2. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan

kemampuannya masing-masing.

3. Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.

4. Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.

5. Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).

6. Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari

pelajaran sekolah.

(25)

Langkah-langkah penggunaan Metode Diskusi:

1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh setiap siswa.

2. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (Ketua, Sekretaris atau pencatat), mengatur tempat duduk, ruangan, saranan, dan sebagainya.

Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:

a. Lebih memahami atau menguasai masalah yang akan didiskusikan. b. “Berwibawa” dan disenangi oleh teman-temannya.

c. Berbahasa baik dan lancar bicaranya. d. Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis. Tugas pimpinan diskusi antara lain ialah: a. Pengatur dan pengarah acara diskusi. b. Pengatur “lalu lintas” percakapan.

c. Penengah dan penyimpul berbagai pendapat.

(26)

persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama.

4. Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

5. Akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil- hasil) diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk “file” kelas (Suryosubroto, 2002:181-182).

Beberapa keuntungan metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.

2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.

3. Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.

4. Mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.

(27)

Beberapa kelemahan metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Suatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota- anggotanya.

2. Suatu diskusi memerlukan keterampilan- keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

3. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberpa siswa yang “menonjol”.

4. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

5. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.

6. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.

7. Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya.

8. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya

(28)

Untuk mengatasi kelemahan tersebut Djajadisastra (dalam Suryosubroto, 2002:186-187) mengemukakan saran mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah:

1. Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang kecil, misalnya lima orang murid setiap kelompok. Kelompok kecil ini harus terdiri dari murid-murid yang pandai dan kurang pandai, yang pandai bicara dan yang kurang pandai bicara, murid laki-laki dan murid perempuan. Hal ini harus diatur benar-benar oleh guru. Disamping itu, harus pula diperhatikan agar murid-murid yang sekelompok itu benar-benar dapat bekerja sama. Dalam setiap kelompok ditetapkan ketuanya. 2. Agar tidak menimbulkan rasa “kelompok-isme”, ada baiknya bila untuk

setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran anggota-anggota kelompok. Dengan demikian semua murid akan pernah

mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga pernah mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.

3. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari

kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di masyarakat yang sedang menjadi pusat perhatian penduduk setempat.

4. Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari atau minggu berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih kecil lagi. Keleluasaan berdiskusi dapat pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pekan diskusi dimana seluruh pekan itu dipergunakan untuk

mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan sebelumnya. 5. Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik

yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.

(29)

Salah satu alternatif metode pembelajaran interaktif yang mungkin dapat mengoptimalkan peningkatan aktivitas siswa dan penguasaan konsep ialah dengan menggunakan metode diskusi yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi

kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Metode ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa seperti menggali informasi lebih banyak, mengolah informasi secara cerdas, mengambil keputusan dengan tepat, dan memecahkan masalah dengan arif dan kreatif.

Davies (1981:302) lebih lanjut menyebutkan bahwa metode diskusi dalam dunia pendidikan yang semakin demokratis ini, mendapat perhatian besar karena memiliki arti penting dalam merangsang para siswa untuk berpikir dan mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa metode diskusi adalah cara yang digunakan untuk mencari pemecahan masalah secara bersama-sama, apabila dikaitkan dengan proses belajar mengajar maka

(30)

melalui proses pertukaran pikiran untuk memecahkan sebuah permasalahan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Gilstrap dan Martin dalam (Moedjiono, 1992:51).

Metode diskusi merupakan suatu kegiatan di mana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu.

Namun untuk membatasi pengertian diskusi yang luas ini, maka peneliti memberikan konsep kelompok dalam pembahasan ini. Kelompok merupakan suatu perkumpulan yang terdiri atas dua atau tiga orang lebih. Sudjana (1983:3) menjelaskan bahwa kelompok adalah suatu kumpulan orang dalam jumlah terbatas. Setiap anggota melakukan hubungan dan saling

membutuhkan serta kegiatan mereka didasarkan pada aturan atau norma-norma yang ditaati bersama. Jadi, kelompok merupakan suatu kumpulan yang direncanakan dan biasanya dibentuk dengan maksud dan tujuan tertentu.

Metode diskusi terdiri atas beberapa jenis, menurut Hasibuan dan Moedjiono (1986: 20-22) metode diskusi dibagi menjadi 9 jenis, diantaranya sebagai berikut:

Whole group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota kelas tidak lebih dari 15 orang.

Diskusi kelompok kecil

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 3-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan ditengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahwa pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang

(31)

dan informasi yang diperoleh masing. Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat menghindari kekeliruan-kekeliruan.

Panel

Suatu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience dapat juga secara tidak langsung ( misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.

Sundicate group

Suatu kelompok kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tiugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas. Guru menggambarkan masalah, kemudian tiap-tiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyadiakan referensi atau sumber-sumber informasi lain. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan,

berdiskusi dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Setiap lapoaran di bawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.

Brain storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang di harapakan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,

menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.

Simposium

Beberapa orang membahas beberapa aspek dari suatu objek tertentu dan membacakan dimuka peserta simposium secara singkat, kemudian diikuti dengan sanggahan dua pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

Informas debate

Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan adalah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.

Coloquium

(32)

Fish bowl

Beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk di atur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk. Sedangkan kelompok diskusi melakukan diskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi

mempersilakan berbicara, ia dapat langsung berbicara dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.

C. Aktivitas Belajar

Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja tanpa adanya aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa untuk mencapai perubahan tingkah laku.

Sardiman (2003:95) menyatakan bahwa “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, itu tidak akan mungkin berlangsung dengan baik”.

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang disadari untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ditentukan dari kegiatan interaksi dalam pembelajaran, semakin aktif siswa dalam proses pembelajaran maka siswa tersebut akan lebih mudah mengingat pembelajaran itu dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak didik (Djamarah, 1995: 67). Sedangkan pengajaran yang efektif adalah

(33)

aktivitas sendiri (Hamalik, 2004:71). Jadi, aktivitas siswa dalam

pembelajaran adalah penting karena dengan adanya aktivitas, pembelajaran akan lebih efektif dan mendatangkan hasil belajar yang lebih baik bagi siswa.

Dierich (dalam Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

(34)

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian dari proses kegiatan pembelajaran untuk menunjang prestasi belajar.

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa. Menurut Dahar (1996:79) konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi- generalisasi. Pendapat tentang konsep juga dikemukakan oleh Hamalik (2008 :161) bahwa konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat- sifat (atribut-atribut) umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang (person).

(35)

berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2010:115).

Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreativitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa- peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001:131).

Pendapat Hamalik (2008 : 164) tentang kegunaan konsep yaitu: 1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah konsep.

3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju.

4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda.

(36)

1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi sekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain. 2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain.

3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah.

4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain.

Penguasaan konsep oleh siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut Anderson, dkk ( 2000: 67-68 ), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode, (2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3) Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, (4)

Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

Misalnya : mengurai masalah menjadi bagian yang telah kecil, (5) Evaluate

mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

(37)

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:23-28) ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1) Pengetahuan, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan, (2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, (4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, (5) Sintesis, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru, (6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal Pberdasarkan kriteria tertentu.

Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2010:53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Taraf penguasaan konsep dapat diketahui kriterianya dengan kriteria penguasaan konsep dari Thoha (1994 : 89) sebagai berikut:

(38)

Tabel 1. Kriteria Penguasaan Konsep

Taraf Nilai Rata-Rata Kualifikasi Nilai

≥ 66 Baik

55 – 65 Cukup

≤ 55 Kurang

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap bulan Mei Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 1 Talang Padang.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas VII2 berjumlah 31 siswa sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII3 berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol, yang diambil dengan teknik (cluster random sampling). Cluster random sampling adalah populasi tidak terdiri dari individu – individu, melainkan terdiri dari kelompok – kelompok individu atau

cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2005:127).

C. Desain Penelitian

(40)

Struktur desain penelitian ini sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes I O1 X O2 II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas VII2) II = Kelas kontrol (kelas VII3)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan multimedia melalui metode diskusi

C = Perlakuan di kelas kontrol tanpa multimedia melalui metode diskusi O1 = Pretes

O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Hadjar, 1999: 335)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian ke FKIP Universitas Lampung untuk observasi ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelompok kontrol.

(41)

e. Membuat media pembelajaran yaitu multimedia. Cara membuat multimedia adalah:

1) Menayangkan video yang berkaitan dengan submateri pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. 2) Menentukan gambar dan keterangan yang akan disajikan dalam

multimedia yaitu berupa power point dengan submateri pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. f. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) dan Lembar Kerja Siswa ( LKS) untuk setiap pertemuan.

g. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

h. Membuat instrumen evaluasi penguasaan materi siswa berupa soal – soal pilihan jamak untuk pretest dan postest.

i. Membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 siswa heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol, dengan menggunakan data nilai akademik pada materi sebelumnya.

2. Pelaksanaan Penelitian

(42)

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

A. Kelas eksperimen dengan menggunakan multimedia melalui metode diskusi

a. Pendahuluan

1. Guru memberikan soal pretes berupa soal pilihan jamak pada pertemuan I sebagai penilaian awal penguasaan konsep materi pokok ekosistem.

2. Guru membacakan tujuan pembelajaran.

3. Guru memberikan apersepsi pada siswa (Pertemuan I): ” dengan cara meminta dua siswa untuk maju ke depan kelas, kemudian guru mengajukan pertanyaan, adakah perbedaan antara kedua siswa tersebut? Guru meminta siswa merinci beberapa perbedaan tersebut? guru menjelaskan bahwa perbedaan tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman.”

(Pertemuan II): ”dengan cara bertanya pada siswa“ apa tujuan utama dari pembuatan kebun binatang?”

4. Guru memberikan motivasi siswa (Pertemuan I): “dengan cara siswa menyebutkan perbedaan pohon palm dan pohon kelapa sebagai contoh keanekaragaman makhluk hidup yang pernah diamati dilingkungan sekitar mereka”.

Pertemuan II: “Pernahkah kalian pergi kekebun binatang?”

lalu hewan apa saja yang kalian lihat disana?”. Dengan

(43)

sangatlah beraneka ragam dengan keunikan yang berbeda-beda.

5. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama dan kedua akan membahas submateri pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.

b. Kegiatan inti

1. Guru menempatkan siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

2. Guru memperlihatkan tayangan video dan power point

(PPT) yang berkaitan dengan submateri pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem pada pertemuan I dan II.

3. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan submateri pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem pada pertemuan I dan II.

4. Guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara mengerjakan LKS.

5. Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok serta membimbing dan menjadi fasilitator bagi kelompok belajar yang kurang mengerti.

(44)

7. Guru memberikan kesempatan bagi kelompok lain yang ingin bertanya.

8. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi yang telah dipresentasikan dengan konsep yang benar.

c. Penutup

1. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

2. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep yang belum dipahami.

3. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan yang telah disampaikan.

4. Guru memberikan soal postes yang sama dengan soal pretes pada pertemuan II.

B. Kelas Kontrol dengan menggunakan metode diskusi a. Pendahuluan

1. Guru memberikan soal pretest berupa soal pilihan jamak pada pertemuan pertama sebagai penilaian awal penguasaan konsep materi pokok ekosistem.

2. Guru membacakan tujuan pembelajaran.

(45)

beberapa perbedaan tersebut?guru menjelaskan bahwa perbedaan tersebut menunujukkan adanya keanekaragaman.”

(Pertemuan II): ”dengan cara bertanya pada siswa“ apa tujuan utama dari pembuatan kebun binatang?”.

4. Guru memberikan motivasi siswa (Pertemuan I): “dengan cara siswa menyebutkan perbedaan pohon palm dan pohon kelapa sebagai contoh keanekaragaman makhluk hidup yang pernah diamati dilingkungan sekitar mereka”. Pertemuan II:

“Pernahkah kalian pergi kekebun binatang?” lalu hewan apa

saja yang kalian lihat disana?”. Dengan berbagai

keanekaragaman tumbuhan dan hewan tersebut, peneliti dapat memotivasi siswa bahwa makhluk hidup sangatlah beraneka ragam dengan keunikan yang berbeda-beda.

5. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama dan kedua akan membahas submateri pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.

b. Kegiatan inti

1. Guru menempatkan siswa ke dalam 6 kelompok, masing- masing kelompok terdiri dari 5-6 orang.

(46)

3. Guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara mengerjakan LKS.

4. Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok serta membimbing dan menjadi fasilitator bagi kelompok belajar yang kurang mengerti.

5. Guru meminta siswa mempersentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas.

6. Guru memberikan kesempatan bagi kelompok lain yang ingin bertanya.

7. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi yang telah dipresentasikan dengan konsep yang benar.

c. Penutup

1. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

2. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep yang belum dipahami.

3. Guru meminta siswa untuk mengulangi mempelajari konsep dan mengaitkannya dengan materi selanjutnya.

(47)

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data penguasaan konsep materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Pretes diberikan pada awal pertemuan pertama dan postes pada akhir pertemuan kedua. Kemudian dihitung selisih antara nilai rata-rata pretes dan postes, sehingga diperoleh N-gain.N-gain kemudian dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar siswa dengan menggunakan multimedia melalui metode diskusi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Pretes dan postes

(48)

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112)

b. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah

ditentukan. Aspek yang diamati yaitu aktivitas siswa

mengemukakan ide/pendapat, bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, mengajukan pertanyaan.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa

(49)

Keterangan Aspek Aktivitas Belajar Siswa: A. Mengemukakan ide/pendapat

1. Tidak mengemukakan ide/gagasan (diam saja).

2. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Ekosistem.

3. Mengemukakan ide/gagasan sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Ekosistem.

B. Bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok

1. Tidak mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok 2. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok tetapi

tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS

3. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS

C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi tidak dapat menjawab

pertanyaan.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar. D. Mengajukan pertanyaan

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Ekosistem.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Ekosistem.

F. Teknis Analisis Data

1. Data Penguasaan Konsep

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1991:1) yaitu:

(50)

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes Smax = maximum score = skor maksimum

Penguasaan konsep siswa dapat digambarkan melalui indikator C1, C2, C3 dan C4, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberi skor sesuai rubrik pada lembar penilaian penguasaan materi 2.Menjumlahkan skor setiap siswa.

3.Menentukan nilai (S) pada setiap indikator penguasaan materi. 4.Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka penguasaan materi

siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria penguasaan konsep

Taraf Nilai Rata-Rata Kategori 80,1 - 100 Sangat Tinggi

60,1 - 80 Tinggi

40,1 - 60 Sedang

20,1 – 40 Rendah

0 – 20 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2010: 219)

Sedangkan untuk mengukur persen peningkatan (% g) penguasaan konsep oleh siswa digunakan rumus sebagai berikut:

(51)

Tabel 4. Kriteria persen peningkatan (%g) penguasaan konsep oleh siswa %

Peningkatan Kategori

%g > 70 Tinggi 70 > %g > 30 Sedang %g < 30 Rendah Sumber: Hake (1999: 1)

Nilai pretes, postes dan N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji-t dengan program SPSS Versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS Versi 17. a) Hipotesis

H0: Sampel berdistribusi normal H1: Sampel tidak berdistribusi normal b) Kriteria Uji

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5)

2. Uji Homogenitas Data

(52)

a) Hipotesis

H0: Kedua sampel mempunyai varian sama H1: Kedua sampel mempunyai varian berbeda b) Kriteria Uji

Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05, maka H0 diterima Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:13).

3. Uji Mann-Whitney U

a. Hipotesis

H0: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kontrol sama H1: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kontrol tidak sama

b. Kriteria Uji

HO di tolak jika sig < 0,05 dalam hal lainnya HO diterima Sumber: Pidekso, 2009: 166.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS Versi 17. 1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

(53)

b) Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak 2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

b) Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 10)

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa.

Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menghitung rata–rata skor aktivitas belajar dengan menggunakan rumus:

%

 = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

(54)

2. Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Kategori Persentase

Aktivitas Belajar Siswa (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Sumber: Hake (dalam Belina, 2008: 27)

(55)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan multimedia melalui metode diskusi efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Penggunaan multimedia melalui metode diskusi berpengaruh tidak signifikan dalam meningkatkan penguasaan konsep oleh siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dengan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini maka peneliti menyarankan sebaiknya :

1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai aktivitas dan penguasaan konsep oleh siswa terhadap pembelajaran menggunakan multimedia melalui metode diskusi.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Mahjardi. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged

Edition). Longman : New York.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.

Arsyad, A. 1997. Media Pengajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar. [Online]http://andhysastera.blogspot.com/. Download: 7 November 2012 Jam 16.10.

Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Bandung.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Daryanto. 2010. “Media PembelajaranPerannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta.

Davies. 1981. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMP. 04 Januari 2009; 11.52 WIB. http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf. . Pedoman khusus pengembangan sistem penilaian berbasis

kompetensi sekolah menengah pertama mata pelajaran Sains. Dirjen Pendasmen. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B dan A. Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar.PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Djarmarah dan Zain, 1996. Penguasaan Materi. Rieneka Cipta. Jakarta.

Djarmarah dan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rieneka Cipta. Jakarta. Elsom-Cook, M. 2001. Principles of interactive multimedia, McGraw Hill.

(57)

Fathan, F. 2011. Peranan Multimedia Interaktif pada Pembelajaran

Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia UPI Bandung. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_ 700 779_chapter2.pdf (8 November 2012, 20.02 WIB).

Gayeski, D.M. 1993. Making Sense of Multimedia: Introduction to This Volume. Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam

Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara.Jakarta.

Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Changed/Gain Scores. Indiana University USA. (Online) http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (3 Oktober 2011, 20.00 WIB).

Hofstetter. A. 2001. Dalam Mohammad Suyanto: Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: ANDI J.

Latuheru, J. 1998. Media Pembelajaran (Dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini). Depdikbud. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google. Diakses dalam http://www.tmcc.edu/vp/ acstu/assessment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/S LOAPHYS Disciplin Rep0708.pdf.

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Moedjiono. 1992. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Munir dan H. B. Zaman. 1999. Aplikasi Multimedia dalam Pendidikan, Jurnal Bahagian Teknologi Pendidikan. Bil.1 (1999) Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur.

(58)

Nurgiantoro, B., Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.

Oblinger. R. 1993. e-policy How to Develop Computer, Email, and Internet Guidelines to Protect Your Company and Its Assets, AMACOM. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Puspita, G. N. 2010. Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan dengan

Menggunakan Multimedia Interaktif Untuk Mengembangkan Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis Siswa. http://gitabiology.blogspot.com/2010/07/ pembelajaran-konsep-reproduksi-hewan.html(8 Desember 2011, 10.00 wIB)

Reddi, U.V. 2003. Multimedia as an educational tool. In Educational multimedia: A handbook for teacher-developers. New Delhi: CEMCA.

Roche, A. 1996. Computers, Graphics, & Learning lowa: Brown dan Benchmark Publishers. England.

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Sadiman. 1996. Media pendidikan. CV Rajawali. Jakarta.

Sadiman, A. S, Anung H, Raharjo S dan R. Rahardjito. 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sahroni, M. 1986. Pengelolaan Pengajaran Biologi : Buku Materi Pokok. Karunika UT. Jakarta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

(59)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 1983. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

Sudjana, N. dan R. Ahmad. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT Tarsito. Bandung.

Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pengajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Suryosubroto. B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Prestasi Pustaka. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penguasaan Konsep
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3. Kriteria penguasaan konsep
+2

Referensi

Dokumen terkait

berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Perilaku Higiene dengan Kejadian Diare pada Siswa SD Negeri

Ronny Hanitijo Soemitro. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia.. i) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Hasil analisis uji T menunjukkan bahwa kemelimpahan dan keanekaragaman plankton pada kedua media uji semi lapang mempunyai nilai P &gt; 0,05, yang berarti bahwa kemelimpahan

(3) Lebar garis terang pada layar berbanding terbalik dengan jarak antara dua celah yang digunakan.. (4) Orde garis terang berbanding terbalik dengan

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara Yunan –

Collection in the library of Technology Information Center of LIPI

memadai tentang sejarah pada masa ini, dari data tersebut penulis akan memilah. sumber dan riwayat yang ada tentang sejarah pada masa al- Khulafā ar

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran jigsaw dapat